• Tidak ada hasil yang ditemukan

Survei Mengenai Ethnic Identity Mahasiswa Keturunan Tionghoa Fakultas "X" di Universitas "Y" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Survei Mengenai Ethnic Identity Mahasiswa Keturunan Tionghoa Fakultas "X" di Universitas "Y" Bandung."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ii

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Survei Mengenai Ethnic Identity Mahasiswa Keturunan Tionghoa Fakultas “X” di Universitas “Y” Bandung”. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian maka rancangan penelitian yang diajukan menggunakan metode deskriptif dengan teknik survei. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah ethnic identity yang dimiliki oleh mahasiswa keturunan Tionghoa usia remaja akhir Fakultas “X” di Universitas “Y” kota Bandung. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dengan ukuran sampel 208 mahasiswa.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner mengenai ethnic identity yang diadaptasi dari The Multigroup Ethnic Identity Measures (MEIM) dari Jean S. Phinney (1996). Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan Rank Spearman diperoleh 42 item yang diterima untuk mengukur status ethnic identity yang dimiliki oleh mahasiswa keturunan Tionghoa. Validitas item berkisar antara 0.338 sampai 0.905 dan reliabilitasnya sebesar 0.8516. Hasil pembahasan menggunakan teknik distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Hasilnya adalah sebagian besar mahasiswa keturunan Tionghoa memiliki status achieved ethnic identity.

(2)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK... ii

DAFTAR ISI……….………… iii

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR TABEL... xix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….…… 1

1.2 Identifikasi Masalah……….…….. 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….….. 10

1.3.1 Maksud Penelitian……….……. 10

1.3.2 Tujuan Penelitian……….…... 10

1.4 Kegunaan Penelitian……….……….. 10

1.4.1 Kegunaan Teoretis……….……. 10

1.4.2 Kegunaan Praktis……….……... 11

1.5 Kerangka Pikir………...…….……….. 11

(3)

iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ethnic Identity... 20

2.1.1 Definisi Ethnic Identity... 20

2.1.2 Kerangka Pikir Kontekstual dalam pembentukan Ethnic Identity... 21

2.1.2.1 Ethnic Identity dan Teori Identitas Sosial... 22

2.1.2.2 Akulturasi sebagai Kerangka Pikir untuk Mempelajari Ethnic Identity... 25

2.1.2.3 Pembentukan Ethnic Identity... 28

2.1.3 Komponen Ethnic Identity... 33

2.1.3.1 Identifikasi Diri dan Etnisitas... 34

2.1.3.2 Sense of Belonging... 38

2.1.3.3 Sikap Positif dan Negatif terhadap Kelompok Etnik... 39

2.1.3.4 Keterlibatan Etnik (Partisipasi Sosial dan PraktikKebudayaan)... 42

2.1.4 Peran Ethnic Identity... 47

2.2 Kebudayaan... 49

2.2.1 Definisi Kebudayaan... 49

2.2.2 Tiga Wujud Kebudayaan... 49

2.2.3 Unsur-Unsur Kebudayaan... 50

(4)

v

2.3 Budaya Tionghoa... 53

2.3.1 Penyebaran Budaya Tionghoa... 53

2.3.2 Latar Belakang Kebudayaan Orang Tionghoa di Indonesia... 54

2.3.3 Ajaran-ajaran pada Masyarakat Etnik Tionghoa... 56

2.3.4 Nilai-nilai Familiisme... 61

2.3.5 Kehidupan Tradisional Masyarakat Tionghoa di Indonesia... 63

2.3.6 Upacara-upacara Tradisi Tionghoa... 65

2.3.7 Stereotipe Negatif terhadap Orang Keturunan Tionghoa di Indonesia... 66

2.4 Remaja... 66

2.4.1 Pengertian dan Batasan Remaja... 66

2.4.2 Ciri-ciri Masa Remaja... 68

2.4.3 Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja... 69

2.4.4 Perubahan Identitas Berdasarkan Perkembangan... 71

2.4.5 Aspek Budaya dari Etnis dan Etnisitas... 72

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian………. 77

(5)

vi

3.2.1 Variabel Penelitian……….. 78

3.2.2 Definisi Operasional………...……… 78

3.2.2.1 Ethnic Identity... 78

3.2.2.2 Eksplorasi dan Komitmen... 79

3.3 Alat Ukur……… 80

3.3.1 Alat Ukur Status Ethnic Identity...………. 80

3.3.2 Prosedur Pengisian...……….……… 81

3.3.3 Sistem Penilaian... 82

3.3.4 Data Penunjang...……….……… 83

3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 83

3.4.1 Validitas Alat Ukur..………. 83

3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur……… 84

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel.……….. 86

3.5.1 Populasi Sasaran... 86

3.5.2 Karakteristik Populasi... 86

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel... 86

3.5.4 Ukuran Sampel... 86

(6)

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden... 88

4.2 Data Hasil Penelitian……….. 91

4.3 Pembahasan………. 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 100

5.2 Saran... 102

DAFTAR PUSTAKA... 104

DAFTAR RUJUKAN... 106

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR TABEL... ix

(7)

viii

DAFTAR BAGAN

(8)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Istilah yang digunakan untuk empat organisasi, yang didasarkan pada derajat identifikasi dengan kelompok etnis asal dan

kelompok mayoritas... 27

Tabel 2.2 Tabel status identitas ego Marcia (atas) dan tahap-tahap yang diajukan untuk membahas Ethnic Identity... 30

Tabel 3.1 Tabel dimensi dan komponen ethnic identity... 81

Tabel 4.1 Tabel nama yang dimiliki responden... 88

Tabel 4.2 Tabel jenis kelamin responden... 89

Tabel 4.3 Tabel usia responden... 89

Tabel 4.4 Tabel agama responden... 90

Tabel 4.5 Tabel asal daerah responden... 90

(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner Pengambilan Data Lampiran 2 Tabel Validitas

Lampiran 3 Tabel Reliabilitas Lampiran 4 Data Mentah

Lampiran 5 Tabel Pengelompokan Status Ethnic Indentity

Lampiran 6 Tabel Crosstabs Status Ethnic Identity dengan Komponen Ethnic Identity per Dimensi (Eksplorasi dan Komitmen)

Lampiran 6.1 Eksplorasi Lampiran 6.1 Komitmen

Lampiran 7 Tabel Crosstab Data Penunjang Lampiran 7.1 Crosstab Tradisi yang Dipegang Lampiran 7.2 Crosstab Etnik Teman Akrab

Lampiran 7.3 Crosstab Menghabiskan Aktivitas Bersama Etnik Lampiran 7.4 Crosstab Budaya yang Ditanamkan oleh Orangtua Lampiran 7.5 Crosstab Identifikasi Diri pada Suku/Etnis

(10)

Lampiran 1

MULTIPLE ETHNIC IDENTITY MEASUREMENT

Di Indonesia, orang-orang berasal dari berbagai macam latar belakang budaya yang berbeda dan berbagai bahasa yang berbeda untuk menjelaskan latar belakang mereka yang berbeda atau kelompok-kelompok etnik dimana individu berasal. Beberapa contoh nama-nama kelompok etnik adalah: Sunda, Indonesia-Tionghoa, Indonesia-Arab, Indonesia-Jawa dan sebagainya. Setiap orang terlahir dalam satu kelompok etnik atau kadang-kadang dua kelompok etnik, namun tiap individu berbeda dalam mempersepsi bagaimana pentingnya etnisitas mereka bagi mereka, bagaimana perasaan mereka tentang etnisitasnya dan seberapa banyak perilaku mereka yang dipengaruhi oleh etnisitas tersebut.

Pernyataan-pernyataan di bawah ini adalah tentang etnisitas anda atau kelompok etnik anda dan bagaimana anda atau kelompok etnik anda serta bagaimana anda merasakan atau bereaksi tentang hal tersebut.

( Berilah tanda (X) silang pada jawaban yang sesuai dengan keadaan anda ) Nama yang anda miliki :

• Nama Indonesia saja

• Nama Mandarin saja

• Nama Indonesia dan nama Mandarin

Jenis Kelamin :

• Laki-Laki

• Perempuan

(11)

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Di dalam kuesioner ini terdapat pernyataan-pernyataan tentang apa yang saudara lakukan atau bagaimana perasaan saudara mengenai etnisitas yang saudara miliki. Tugas saudara adalah memilih satu dari empat pilihan jawaban yang saudara anggap sesuai dengan diri saudara.

Pilihlah satu jawaban dari empat pilihan jawaban yang telah disediakan dengan memberikan TANDA SILANG (X) pada kolom setiap pernyataan.

Jawaban SS : Sangat Setuju, jika saudara sangat setuju dengan pernyataan yang ada.

Jawaban S : Setuju, jika saudara setuju dengan pernyataan yang ada.

Jawaban TS : Tidak Setuju, jika saudara tidak menyetujui pernyataan yang ada. Jawaban STS : Sangat Tidak Setuju, jika saudara sangat tidak setuju dengan

pernyataan yang ada

NO. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya meluangkan waktu untuk mencoba mencari tahu lebih banyak tentang kelompok etnik saya, seperti bagaimana sejarahnya, tradisi dan adat kebudayaan Tionghoa.

2. Saya aktif dalam organisasi atau kelompok sosial dimana kebanyakan anggotanya beretnis Tionghoa. 3. Saya mengerti dengan jelas mengenai latar belakang

kebudayaan etnik Tionghoa dan apa artinya bagi saya. 4. Saya berpikir bahwa kehidupan saya tidak dipengaruhi

oleh keanggotaan saya sebagai etnis Tiongoa.

5. Saya senang bahwa saya merupakan anggota dari kelompok etnis Tionghoa.

6. Saya kagum terhadap etnis Tionghoa karena mereka tetap mempertahankan kebudayaan aslinya.

7. Saya cukup memahami apa arti keanggotaan saya sebagai etnik Tionghoa sehubungan dengan interaksi saya dengan kelompok etnik lain.

8. Agar dapat belajar lebih banyak tentang latar belakang etnik Tionghoa, saya sering bicara pada orang lain tentang kelompok etnik Tionghoa.

9. Saya tidak suka terhadap sikap etnik Tionghoa karena mereka merendahkan etnis lain.

(12)

11. Saya merasakan suatu “ikatan” kuat terhadap kelompok etnik Tionghoa.

12. Saya suka terhadap semangat kerja keras yang dimiliki oleh etnik Tionghoa.

13. Saya merasa nyaman berada disekitar orang-orang dari kelompok etnik Tionghoa dibandingkan dengan kelompok etnik lain.

14. Etnis saya adalah Tionghoa dan saya bangga karenanya. 15. Saya percaya bahwa menjadi etnis Tionghoa adalah

pengalaman yang positif.

16. Saya lebih suka menggunakan bahasa Mandarin (Hok Kian, Ke, dll) saat bercakap-cakap dengan teman-teman saya.

17. Saya masih memperingati hari-hari besar yang dirayakan orang Tionghoa seperti Tahun baru Cina, Cap Go Meh, Ceng Beng, dll.

18. Saya senang mempelajari dan mencari tahu mengenai prinsip-prinsip dan pepatah Cina Kuno.

19. Saya lebih memilih untuk tinggal di kompleks perumahan yang kebanyakan berasal dari keturunan Tionghoa.

20. Saya lebih senang mendengarkan lagu dalam bahasa Mandarin.

21. Saya lebih suka bergaul dengan teman-teman beretnis Non- Tionghoa.

22. Saya suka membaca buku-buku yang berhubungan dengan etnis Tionghoa untuk menambah pengetahuan saya.

23. Saya tertarik dan mencari tahu mengenai sejarah sampainya etnis Tionghoa di Indonesia.

24. Saya tidak suka terhadap sikap etnis Tionghoa karena mereka kurang tenggang rasa terhadap orang dari etnis lain.

25. Saya sering berfikir mengenai hal-hal yang dipermudah atau dipersulit sehubungan dengan identitas saya sebagai orang Tionghoa.

26. Saya sering berfikir tentang diskriminasi terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia.

(13)

28. Saya tidak pernah mencari tahu mengenai prinsip-prinsip dan pepatah Cina Kuno.

29. Saya jarang berbicara kepada orang lain tentang kelompok etnik Tionghoa.

30. Saya tidak suka jika ada orang yang menyebut mata saya sipit

31. Saya tidak tertarik dan tidak mencari tahu mengenai sejarah sampainya etnis Tionghoa di Indonesia.

32. Saya tidak suka pergi ke perpustakaan untuk mencari buku tentang kebudayaan Tionghoa.

33. Saya tidak mencoba menjadi teman bagi orang-orang dari kelompok etnik lain.

34. Saya tidak senang jika ada orang yang menyangka bahwa saya bukan orang Tionghoa.

35. Saya merasa tersinggung jika ada orang yang mengkritik etnis Tionghoa.

36. Saya merasa akan lebih baik jika kelompok etnik yang berbeda tidak mencoba berbaur bersama-sama.

37. Saya merasa tertekan menjadi etnis Tionghoa.

38. Saya lebih suka menggunakan bahasa Sunda atau bahasa Indonesia saat bercakap-cakap dengan teman-teman saya.

39. Saya aktif dalam organisasi atau kelompok sosial dimana kebanyakan anggotanya beretnis non-Tionghoa. 40. Saya tidak merasa terganggu jika ada orang yang

mengkritik orang Tionghoa.

41. Saya suka terhadap etnis Tionghoa karena kekerabatan yang tinggi di antara mereka.

(14)

DATA PENUNJANG

Untuk pertanyaan dibawah ini, Anda diharapkan memilih jawaban sesuai dengan diri Anda. Jawaban yang dipilih boleh lebih dari satu untuk pilihan jawaban yang memang Anda rasakan sesuai dengan diri Anda.

1. Sebagai orang keturunan Tionghoa, Anda memandang diri anda ... a. Masih memegang kuat tradisi Cina (totok)

b. Tradisi yang dipegang sudah berbaur dengan budaya lain yaitu budaya ... 2. Saat ini Anda tinggal di ...

a. Rumah bersama orang tua b. Rumah saudara

c. Kost

d. Kontrak rumah

*pertanyaan nomor 3 dan 4 tidak perlu dijawab oleh mereka yang tinggal bersama dengan orang tua.

3. Berapa banyak teman/ saudara yang tinggal di rumah yang Anda tempati? a. 0-5 orang

b.6-10 orang c.diatas 10 orang

4. Apa saja suku bangsa mereka? a. Tionghoa

b. Sunda c. Jawa d. Batak e. ...

5. Berapa banyak teman akrab yang Anda miliki? a. 1-2 orang

b. 3-6 orang

c. lebih dari 6 orang

6. Kebanyakan teman akrab Anda berasal dari suku bangsa: a. Tionghoa

(15)

7. Anda lebih banyak menghabiskan waktu dengan melakukan aktivitas bersama... a. Orang-orang yang sama-sama berasal dari keturunan Tionghoa

b. Orang-orang yang berasal dari suku yang berbeda.

8. Sejak kecil, nilai-nilai budaya yang ditanamkan oleh orang tua saya adalah ... a. Budaya Tionghoa

b. Budaya Sunda

c. Budaya suku bangsa lain ...

9. Anda lebih mengidentifikasikan diri pada suku bangsa: a. Tionghoa

b. Sunda c. Jawa d. Batak e. ...

10. Anda Mengetahui dan mengenal budaya Tionghoa dari: a. Orang tua

b. Kakek-Nenek c. Saudara d. Teman e. ...

11.Kebudayaan Tionghoa yang anda ketahui: (beri contoh pada jawaban yang anda silang) a. Sistem kekerabatan: ...

b. Sopan santun: ...

c. Upacara peringatan (kelahiran/kematian) : ... d. Kesenian Tradisional : ...

e. Bahasa Mandarin (Hok Kian, ke, dll) f. Hari raya Tionghoa : ... g. ...

12.Kebudayaan Tionghoa yang anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari: (beri contoh pada jawaban yang anda silang)

a. Sistem kekerabatan: ... b. Sopan santun: ...

c. Upacara peringatan (kelahiran/kematian) : ... d. Kesenian Tradisional : ...

(16)
(17)

35 0.641 Diterima

36 0.571 Diterima

37 0.402 Diterima

38 0.385 Diterima

39 0.338 Diterima

40 0.459 Diterima

41 0.477 Diterima

(18)

Lampiran 3

Reliabilitas Alat Ukur

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)

Reliability Coefficients

N of Cases = 30.0 N of Items = 42

(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

XI X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21

207 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 4 2 2 2 3

208 4 2 3 2 3 3 3 3 1 4 4 4 2 3 2 2 4 2 2 4 3

(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

190 54 Tinggi 60 Tinggi Achieved

191 55 Tinggi 63 Tinggi Achieved

192 61 Tinggi 66 Tinggi Achieved

193 58 Tinggi 69 Tinggi Achieved

194 51 Rendah 52 Rendah Diffuse

195 50 Rendah 57 Tinggi Forclosure

196 58 Tinggi 62 Tinggi Achieved

197 50 Rendah 47 Rendah Diffuse

198 51 Rendah 59 Tinggi Forclosure

199 49 Rendah 55 Rendah Diffuse

200 51 Rendah 58 Tinggi Forclosure

201 50 Rendah 64 Tinggi Forclosure

202 53 Rendah 62 Tinggi Forclosure

203 58 Tinggi 57 Tinggi Achieved

204 53 Rendah 64 Tinggi Forclosure

205 56 Tinggi 59 Tinggi Achieved

206 51 Rendah 51 Rendah diffuse

207 56 Tinggi 60 Tinggi Achieved

(37)

Lampiran 6

Crosstabs ethnic identity dan komponennya per dimensi (eksplorasi dan komitmen)

Lampiran 6.1 (Eksplorasi)

TIDEEKS * ETHIDEN Crosstabulation

19 18 29 4 70

19.0% 41.9% 58.0% 26.7% 33.7%

9.1% 8.7% 13.9% 1.9% 33.7%

81 25 21 11 138

81.0% 58.1% 42.0% 73.3% 66.3% 38.9% 12.0% 10.1% 5.3% 66.3%

100 43 50 15 208

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0% Count

15.0% 41.9% 16.0% 13.3% 20.7%

7.2% 8.7% 3.8% 1.0% 20.7%

85 25 42 13 165

85.0% 58.1% 84.0% 86.7% 79.3%

40.9% 12.0% 20.2% 6.3% 79.3%

100 43 50 15 208

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0%

Count

(38)

TPOSNEEK * ETHIDEN Crosstabulation

23 28 40 5 96

23.0% 65.1% 80.0% 33.3% 46.2% 11.1% 13.5% 19.2% 2.4% 46.2%

77 15 10 10 112

77.0% 34.9% 20.0% 66.7% 53.8%

37.0% 7.2% 4.8% 4.8% 53.8%

100 43 50 15 208

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0% Count

20.0% 81.4% 68.0% 20.0% 44.2%

9.6% 16.8% 16.3% 1.4% 44.2%

80 8 16 12 116

80.0% 18.6% 32.0% 80.0% 55.8%

38.5% 3.8% 7.7% 5.8% 55.8%

100 43 50 15 208

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0% Count

(39)

Lampiran 6.2 (Komitmen)

TIDEKOM * ETHIDEN Crosstabulation

16 37 25 15 93

16.0% 86.0% 50.0% 100.0% 44.7%

7.7% 17.8% 12.0% 7.2% 44.7%

84 6 25 0 115

84.0% 14.0% 50.0% .0% 55.3%

40.4% 2.9% 12.0% .0% 55.3%

100 43 50 15 208

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0%

Count

92.0% 44.2% 68.0% 26.7% 71.6%

44.2% 9.1% 16.3% 1.9% 71.6%

100 43 50 15 208

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0% Count

(40)

TKEKOM * ETHIDEN Crosstabulation

34 35 9 13 91

34.0% 81.4% 18.0% 86.7% 43.8%

16.3% 16.8% 4.3% 6.3% 43.8%

66 8 41 2 117

66.0% 18.6% 82.0% 13.3% 56.3%

31.7% 3.8% 19.7% 1.0% 56.3%

100 43 50 15 208

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0% Count

% within ETHIDEN % of Total

Count

% within ETHIDEN % of Total

Count

% within ETHIDEN % of Total

Rendah

Tinggi TKEKOM

Total

Achieved Diffuse Forclosure Moratorium ETHIDEN

Total

(41)

Lampiran 7

Crosstabs ethnic identity dan data penunjang

DP1 * ETHIDEN Crosstabulation

44 2 18 2 66

44.0% 4.7% 36.0% 13.3% 31.7%

21.2% 1.0% 8.7% 1.0% 31.7%

13 6 11 6 36

13.0% 14.0% 22.0% 40.0% 17.3%

6.3% 2.9% 5.3% 2.9% 17.3%

2 1 1 0 4

2.0% 2.3% 2.0% .0% 1.9%

1.0% .5% .5% .0% 1.9%

41 34 20 7 102

41.0% 79.1% 40.0% 46.7% 49.0%

19.7% 16.3% 9.6% 3.4% 49.0%

100 43 50 15 208

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0%

Count

72.0% 51.2% 48.0% 33.3% 59.1%

34.6% 10.6% 11.5% 2.4% 59.1%

27.0% 41.9% 50.0% 60.0% 38.0%

13.0% 8.7% 12.0% 4.3% 38.0%

100 43 50 15 208

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0%

(42)

DP7 * ETHIDEN Crosstabulation

67 17 30 4 118

67.0% 39.5% 60.0% 26.7% 56.7%

32.2% 8.2% 14.4% 1.9% 56.7%

15 12 11 8 46

15.0% 27.9% 22.0% 53.3% 22.1%

7.2% 5.8% 5.3% 3.8% 22.1%

18 14 9 3 44

18.0% 32.6% 18.0% 20.0% 21.2%

8.7% 6.7% 4.3% 1.4% 21.2%

100 43 50 15 208

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0%

Count

82.0% 69.8% 68.0% 33.3% 72.6%

39.4% 14.4% 16.3% 2.4% 72.6%

1 2 3 1 7

1.0% 4.7% 6.0% 6.7% 3.4%

.5% 1.0% 1.4% .5% 3.4%

11 5 11 2 29

11.0% 11.6% 22.0% 13.3% 13.9%

5.3% 2.4% 5.3% 1.0% 13.9%

6 6 2 7 21

6.0% 14.0% 4.0% 46.7% 10.1%

2.9% 2.9% 1.0% 3.4% 10.1%

100 43 50 15 208

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0%

(43)

DP9 * ETHIDEN Crosstabulation

100 19 44 6 169

100.0% 44.2% 88.0% 40.0% 81.3%

48.1% 9.1% 21.2% 2.9% 81.3%

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0%

Count

48.0% 72.1% 90.0% 73.3% 64.9%

23.1% 14.9% 21.6% 5.3% 64.9%

52 12 5 4 73

52.0% 27.9% 10.0% 26.7% 35.1%

25.0% 5.8% 2.4% 1.9% 35.1%

100 43 50 15 208

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0%

(44)

DP12 * ETHIDEN Crosstabulation

48 35 24 11 118

48.0% 81.4% 48.0% 73.3% 56.7%

23.1% 16.8% 11.5% 5.3% 56.7%

52 8 26 4 90

52.0% 18.6% 52.0% 26.7% 43.3%

25.0% 3.8% 12.5% 1.9% 43.3%

100 43 50 15 208

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

48.1% 20.7% 24.0% 7.2% 100.0%

Count

Lampiran 7.3 DP 7 : Menghabiskan aktivitas bersama etnik Lampiran 7.4 DP 8 : Budaya yang ditanamkan oleh orangtua Lampiran 7.5 DP 9 : Identifikasi diri pada suku/etnis

(45)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya, di satu sisi keanekaragaman tersebut dapat memberikan kontribusi bagi kemajuan bangsa. Di sisi lain dapat pula menjadi kendala yang menghambat, terutama bila masing-masing budaya berusaha mempertahankan kekhasannya tanpa menghormati perbedaan yang ada dengan budaya dari suku bangsa lainnya. Hal ini bisa menjadi tembok penghalang bagi terbentuknya nasionalisme bangsa.

(46)

2

Fakta yang ditemui menyatakan bahwa masih banyak orang keturunan Tionghoa di Indonesia yang dianggap sebagai orang asing meski mereka telah memiliki kewarganegaraan Indonesia. Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, masyarakat etnis Tionghoa dipersulit dengan kebijaksanaan yang disebut dengan Kebijaksanaan Tiga Pilar. Kebijaksanaan Tiga pilar ini meliputi penghilangan tiga aspek penting budaya Tionghoa, yaitu sekolah, organisasi dan media massa (Suryadinata, 2004). Kebijakan pertama ditandai oleh ditutupnya sekolah Tionghoa. Kebijaksanaan kedua adalah larangan untuk berkumpul dalam organisasi-organisasi yang dapat memperkuat tali kekeluargaan etnis Tionghoa. Hal ini juga diperkuat dengan penutupan dan penjagaan Vihara secara ketat pada hari raya Imlek sehingga masyarakat etnis Tionghoa tidak bisa melaksanakan tradisi mereka. Kebijakan ketiga terhadap media massa ditandai dengan penutupan redaksi majalah dan koran berbahasa Tionghoa.

(47)

3

Pada masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid, warga keturunan Tionghoa mulai merasakan kebebasan dalam mengekspresikan kekayaan tradisi Tionghoa. Hal ini dikarenakan Presiden Abdurahman Wahid menghapuskan Kebijakan Tiga Pilar yang diterapkan pada masa pemerintahan Presiden Suharto. Kebebasan tersebut disimbolkan dengan mulai diperkenalkannya Barongsai dan Lang Liong. Lalu pada tahun 2003, Presiden Megawati Sukarno Putri mengesahkankan hari raya Imlek sebagai hari libur nasional. Selain itu, banyak organisasi baik vihara, sekolah dan media massa mulai berkembang dengan pesat. Radio-radio berbahasa mandarin mulai muncul dan ada beberapa koran berbahasa Mandarin yang boleh terbit. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia telah menghargai eksistensi warga keturunan Tionghoa di negara Indonesia.

(48)

4

Masyarakat suku bangsa Sunda termasuk kedua terbesar dari 300 kelompok suku bangsa yang ada di Indonesia (Edi S.Ekajati, 1984). Jawa Barat merupakan tempat mayoritas etnis Sunda hidup dan bertempat tinggal, di daerah perkotaan akan dijumpai percampuran dari berbagai kelompok etnis minoritas yang berbeda dengan ciri masyarakat yang heterogen, sedangkan di daerah pedesaan lebih bercirikan homogen yang terdiri atas kelompok etnis Sunda. Bandung merupakan contoh kota metropolis di Jawa Barat yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku bangsa. Banyaknya pendatang dari luar daerah ke Bandung membuat kebudayaan asli Sunda bercampur dengan kebudayaan dari daerah lain sehingga membentuk melting pot. Sejak dahulu dalam kehidupan masyarakat itu sudah terdapat percampuran antara kelompok mayoritas dengan minoritas (Hidajat, 1993).

(49)

5

atau di pinggiran dua kebudayaan yang berlainan dengan tuntutan-tuntutan yang berbeda pula.

Di sisi lain, pengaruh interaksi multikultur serta keterbukaan berbagai informasi yang dapat diserap dari berbagai media mengakibatkan pergeseran norma kehidupan dan kekaburan tentang etnisitas. Remaja jaman sekarang pada umumnya tidak tertarik pada budaya yang dipersepsi “kuno” dan lebih tertarik pada penawaran informasi yang berbau “barat”. Fenomena ketidak-tahuan dan kekaburan etnis bagi remaja antara lain terbukti dalam pemeriksaan psikologi terhadap siswi-siswi maupun mahasiswa di lingkungan pendidikan swasta, yaitu pada saat mana mereka kebingungan dalam pengisian suku bangsa pada lembar blanko riwayat hidup. Beberapa di antara mereka mengisi: WNI, Indonesia, campuran, dan ada juga yang menuliskan tidak tahu.

(50)

6

Walaupun berbagai perkembangan etnis di Indonesia menunjukkan semakin berbaurnya etnis minoritas Tionghoa dengan etnis mayoritas, terutama yang berhubungan dengan kehidupan bertetangga, namun dalam peristiwa-peristiwa suka cita dan duka cita, baik bagi masyarakat kelompok mayoritas maupun masyarakat yang tergolong kelompok minoritas, biasanya budaya asli masih tampak yaitu dalam bentuk pelaksanaan upacara-upacara tertentu misalnya upacara perkawinan dan kematian. Dengan demikian, masih nampak adanya kekhasan etnis di tanah air ini.

Seiring dengan pencapaian tugas perkembangan individu, remaja etnis minoritas maupun mayoritas hidup berbaur dan berteman dengan berbagai kelompok etnis dengan budaya yang pluralistik sehingga remaja dengan latar belakang etnis apa pun akan mengalami kecenderungan bikulturisasi, ada pula di antara mereka yang cenderung memutuskan dan tidak mau tahu tentang etnisitasnya. Tapi ada pula di antara mereka yang mengalami kebingungan tentang identitas etnis mereka antara lain kebingungan dan ketidaktahuan mereka akan asal-usul silsilah mereka, serta kurang memahami akan tradisinya sehingga muncul permasalahan: “Siapa Saya?” “Apa budaya Saya?” “Saya temasuk etnis yang mana?”

(51)

7

ethnic identity. Perkembangan status ethnic identity adalah proses yang kompleks

dan kontinyu berhubungan dengan berbagai faktor yang sangat tergantung pada identitas diri yang mungkin mempengaruhi penghayatan kebersamaan dengan kelompoknya. Selain itu, perkembangan status ethnic identity yang baik akan membuat individu merasa aman dan akan membuat individu lebih terbuka terhadap orang-orang dari grup etnis yang lain. Oleh sebab itu, ethnic identity merupakan hal yang penting bagi remaja minoritas.

(52)

8

kelompok etnis Tionghoa dalam penyesuaian diri dengan lingkungan yang mayoritas non-Tionghoa? Ataukah remaja etnis Tionghoa menjadi kurang mempersepsi diri dan menghayati diri ke etnis mayoritas serta tidak banyak berhubungan dengan orang kelompok etnisnya dan cenderung menyesuaikan diri?

Dalam hal ini, peneliti telah melakukan survey awal mengenai persepsi dua puluh orang mahasiswa Fakultas “X” Universitas “Y” di Bandung mengenai ethnic identitynya dan penerapan budaya Tionghoa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penggunaan bahasa Mandarin dengan orang tua, teman dan tetangga; hanya tiga puluh persen yang masih aktif menggunakannya secara lisan. Penggunaan bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari dilakukan oleh tiga puluh persen mahasiswa dan empat puluh persen sisanya menyatakan bahwa mereka lebih sering menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Meskipun demikian, seratus persen mengatakan bahwa mereka masih suka menonton film Mandarin serta mendengarkan lagu-lagu Mandarin walau ada beberapa mahasiswa yang tidak mengerti bahasa Mandarin sama sekali.

(53)

9

dengan merayakan hari raya internasional saja seperti Natal bagi individu yang beragama Nasrani dan Tahun Baru 1 Januari.

Berkaitan dengan identitas etnis yang mereka miliki, lima puluh persen mahasiswa merasa bangga dengan suku bangsa mereka dan tetap mencintai Indonesia di mana mereka lahir dan dibesarkan, sedangkan empat puluh persen lainnya merasakan masih adanya diskriminasi dan prasangka buruk dari lingkungan terhadap orang-orang keturunan Tionghoa sehingga ada perasaan was-was berkaitan dengan suku bangsa mereka terutama ketika terjadi kerusuhan Mei 1998 yang lalu. Sedangkan sepuluh persen lainnya mengatakan bahwa orang– orang keturunan Tionghoa perlu lebih berbaur dengan lingkungan sekitarnya dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang bisa menimbulkan kecemburuan sosial.

Meskipun beberapa mahasiswa merasa was-was sebagai suku bangsa minoritas, sebanyak seratus persen menyatakan bahwa mereka bersedia untuk membina relasi dengan orang-orang dari suku bangsa lain, bahkan sembilan puluh persen menyatakan bahwa mereka memiliki teman dekat yang berasal dari suku bangsa lain. Walau demikian, hanya tiga puluh persen yang bersedia untuk membina relasi yang lebih jauh hingga ke jenjang pernikahan.

(54)

10

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti ingin mengetahui tentang status ethnic identity yang dimiliki oleh mahasiswa keturunan Tionghoa Fakultas “X” di Universitas “Y” Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran ethnic identity yang dimiliki oleh mahasiswa keturunan Tionghoa Fakultas “X” di Universitas “Y” Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Untuk memahami secara komprehensif mengenai kategori status ethnic identity yang dimiliki oleh mahasiswa keturunan Tionghoa Fakultas “X” di Universitas “Y” Bandung.

1. 4. Kegunaan Penelitian

I. 4. 1. Kegunaan Teoretis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Lintas Budaya, khususnya mengenai status Ethnic Identity yang dimiliki oleh mahasiswa keturunan Tionghoa

Fakultas “X” di Universitas “Y” Bandung.

(55)

11

1. 4. 2. Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada mahasiswa Universitas “Y” terutama mahasiswa Fakultas “X” mengenai gambaran status Ethnic Identity yang mereka miliki agar berguna untuk pengembangan diri yang sesuai dengan keadaan jaman sekarang.

2. Memberikan informasi dan pemahaman kepada seluruh mahasiswa mengenai pentingnya identitas etnis bagi mahasiswa beretnis Tionghoa, dan berangkat dari pemahaman ini agar dapat dipergunakan untuk mengurangi diskriminasi di kehidupan Universitas.

1.5. Kerangka Pikir

(56)

12

kepada kebudayaan negeri leluhur mereka. Oleh karena itu, masyarakat pribumi Indonesia meragukan kesetiaan masyarakat Tionghoa terhadap negara Indonesia. Di sisi lain, ethnocentrism (paham yang menganggap etnisnya lebih baik daripada etnis lain) juga mewarnai pemahaman masing-masing etnis sehingga perbedaan pendapat semakin besar (Charles A. Coppel, 1994).

Bagi individu etnis minoritas, masa remaja sering merupakan suatu titik khusus dalam perkembangan mereka. Walaupun anak-anak sadar akan beberapa perbedaan etnis dan kebudayaan, kebanyakan etnis minoritas secara sadar akan menghadapi etnisitas mereka untuk pertama kalinya pada masa remaja. Berbeda dengan anak-anak, remaja memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan informasi etnis dan kebudayaan, untuk merefleksikan masa lalu, dan berspekulasi mengenai masa depan. Hal ini terjadi karena berkembangnya kematangan kognitif remaja, khususnya remaja akhir, sehingga mereka lebih mampu untuk berpikir abstrak dan mampu menganalisis situasi di lingkungannya. Ketika mencapai kematangan kognitif, remaja etnis minoritas menjadi benar-benar sadar akan penilaian-penilaian terhadap kelompok etnis mereka oleh mayoritas kebudayaan masyarakat pribumi (Santrock, 2003).

(57)

13

mengembangkan identitas budaya yang terdapat dalam dirinya maupun dengan menerima segala karakteristik dari berbagai kelompok budaya dan berhubungan dan berpartisipasi dengan seluruh kelompok budaya dalam lingkungan masayarakat yang luas (Berry, 1992).

Mereka yang lahir dan dibesarkan di daerah luar Bandung lalu pergi menuntut ilmu ke Bandung, ataupun mereka yang sejak lahir sudah tinggal di Bandung dengan latar belakang orang tua keturunan Tionghoa akan mengalami kontak budaya dengan budaya Bandung yaitu Sunda. Selain etnis Sunda, di Bandung juga terdapat bermacam-macam etnis seperti Jawa, Batak, Padang, dan Manado. Maka tejadilah kontak budaya antara budaya Tionghoa dan budaya Sunda yang menyebabkan adanya perubahan-perubahan dalam sikap, nilai-nilai, dan tingkah laku mahasiswa keturunan Tionghoa tersebut (Berry, Trimble, dan Olmedo, 1986, dalam Berry, 1992). Dalam hal ini mahasiswa keturunan Tionghoa diharapkan lebih mampu memahami kebudayaan yang dimilikinya maupun kebudayaan lain, termasuk memiliki pengetahuan mengenai perbedaan kebudayaan dan isu minoritas. Pada masa seperti itu, mahasiswa mudah mengalami kebingungan ethnic identity, terutama bagi mereka yang sudah tidak tinggal bersama keluarganya.

Ethnic identity Tionghoa didefinisikan sebagai suatu konstruk yang

(58)

14

(warna kulit dan ciri-ciri fisik lainnya) dan sejauh mana minat dan pengetahuan mahasiswa tersebut tentang budaya Tionghoa jelas membedakan mereka dari kelompok dominan (masyarakat Bandung). Sense of belonging adalah perasaan kebersamaan dalam suatu kelompok etnis tertentu. (Phinney, 1989, dalam Organista, Pamela Balls., Kevin M. Chun., Gerardo Marin, 1998). Mahasiswa yang memiliki sense of belonging pada kelompok etnis Tionghoa merasa dirinya cocok dengan label etnisnya (M. Clark, et al., 1976; Elizur, 1984) atau perasaan peduli pada budayanya (Christia, et al., 1976).

Dengan label etnis yang dipilih dan perasaan kebersamaan yang dimiliki oleh mahasiswa etnis Tionghoa, timbulah sikap positif maupun sikap negatif terhadap kelompok etnis Tionghoa. Sikap negatif dapat dilihat dari adanya indikasi penyangkalan, penolakan, ketidakbahagiaan, perasaan rendah diri atau keinginan untuk menyembunyikan identitas budayanya. Sebaliknya sikap positif dapat dilihat dari adanya rasa bangga, senang, puas sebagai bagian dari etnisnya, serta merasa budayanya adalah budaya yang kaya dan berharga untuk diri mereka. Sikap positif biasanya diikuti dengan keterlibatan etnis yang lebih aktif. (Phinney, 1989, dalam Organista, Pamela Balls., Kevin M. Chun., Gerardo Marin, 1998).

(59)

15

terhadap kelompok etnisnya. Proses komitmen merupakan bagian dari perkembangan identitas di mana mahasiswa menunjukkan sebuah investasi pribadi pada apa yang akan mereka lakukan. Dalam komitmen, individu telah mempunyai perasaan belongingness kepada satu kelompok etnis, diiringi dengan perilaku positif dan bangga terhadap kelompok etnisnya (Phinney, 2007, dalam www.sagepub.com).

Phinney mengajukan tiga tahapan perkembangan ethnic identity yang akan dilalui individu sepanjang rentang hidupnya Yang pertama adalah unexamined ethnic identity. Pada unexamined ethnic identity belum terjadi eksplorasi mengenai kebudayaan. Unexamined ethnic identity mencakup dua status yaitu diffusion dan foreclosure. Status diffusion akan terjadi apabila mahasiswa belum

melakukan eksplorasi maupun komitmen mengenai ethnic identitynya sehingga menyebabkan kebingungan akan ethnic identitynya. Status foreclosure akan terjadi apabila pada diri mahasiswa terdapat komitmen yang dibuat tanpa eksplorasi. Komitmen yang dimiliki oleh mahasiswa ber-ethnic identity foreclosure biasanya dilatarbelakangi value yang dimiliki orang tua atau

masyarakat yang kemudian diinternalisasikan oleh mahasiswa tanpa melakukan eksplorasi mengenai value tersebut. Mahasiswa yang memiliki ethnic identity foreclosure biasanya memiliki orang tua yang masih memegang teguh tradisi

(60)

16

fakta dan belum adanya rasa ingin tahu mengenai kebudayaan dasarnya, maka individu cenderung menjadi bingung mengenai etnisitasnya.

Status kedua adalah ethnic identity search (moratorium). Ethnic identity search (moratorium) akan tejadi apabila mahasiswa yang bersangkutan menunjukkan tingginya eksplorasi akan keterlibatan atau mulai menjalin keterkaitan dengan etnisitasnya sendiri namun belum menunjukkan adanya usaha ke arah komitmen. Status ini dapat dilihat dari ketertarikan mahasiswa mengenai budaya Tionghoa sehingga ia akan melakukan eksplorasi dengan mencari informasi lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Tionghoa seperti bahasa, upacara adat, makanan, dan kesenian. Walau demikian dalam status moratorium mahasiswa belum melakukan usaha untuk berkomitmen dan

mengakui dirinya sebagai etnis Tionghoa.

(61)

17

Individu keturunan Tionghoa yang berada pada tahap perkembangan remaja awal secara umum memiliki status ethnic identity unexamined yang mencakup diffusion dan foreclosure (Marcia, 1987, dalam Santrock, 2003). Status ethnic identity foreclosure ditandai dengan adanya komitmen yang dibuat oleh remaja yang belum melakukan eksplorasi mengenai budaya Tionghoa. Status ethnic identity foreclosure ini biasanya didapatkan remaja dari nilai-nilai

(62)

18

1.6. Asumsi

Berdasarkan uraian di atas dapat diasumsikan bahwa:

Pembentukan status ethnic identity pada mahasiswa keturunan Tionghoa

Fakultas “X” di Universitas “Y” Bandung ditentukan oleh tinggi-rendahnya eksplorasi dan komitmen yang dilakukan oleh mahasiswa mengenai kebudayaan etnisnya.

a. Eksplorasi (rendah) – Komitmen (rendah) = ethnic identity unexamined (difussion)

b. Eksplorasi (rendah) – Komitmen (tinggi) = ethnic identity unexamined (foreclosure)

c. Eksplorasi (tinggi) – Komitmen (rendah) = ethnic identity search (moratorium)

(63)

19

Universitas Kristen Maranatha

Ethnic Identity:

1. Unexamined Ethnic

Identity

* Difussion * Foreclosure

2. Ethnic Identity Search

(moratorium)

3. Achieved Ethnic

Identity

Mahasiswa Etnis Tionghoa di Fakultas “X” Universitas “Y”,

Bandung

Nilai dari orang tua, dewasa lain dan teman sebaya dengan Budaya sama

Eksplorasi Dan Komitmen

Nilai dari dewasa lain dan teman sebaya dengan Budaya Lain

(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data ethnic

identity dan data penunjang dari 208 mahasiswa etnis Tionghoa usia remaja akhir

Fakultas “X” Universitas “Y” Kota Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Status ethnic identity yang dimiliki oleh mahasiswa etnis Tionghoa Fakultas “X” Universitas “Y” Kota Bandung sebagian besar adalah achieved ethnic

identity, kemudian disusul dengan ethnic identity unexamined (foreclosure).

(65)

101

2. Mahasiswa etnis Tionghoa Fakultas “X” Universitas “Y” Kota Bandung yang memiliki status achieved ethnic identity menunjukkan derajat ekplorasi dan komitmen yang tinggi dalam keempat aspek ethnic identity yaitu identifikasi diri dan etnisitas, sense of belongingness, sikap positif dan negatif terhadap kelompok etnis, dan keterlibatan etnis.

(66)

102

5.2 . SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu:

1. Penelitian Lanjut

• Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada responden dewasa madya

untuk mengetahui apakah ada perbedaan status ethnic identity ketika penelitian dilakukan pada responden dengan tahapan perkembangan yang berbeda.

• Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada responden dengan latar

belakang etnis yang berbeda untuk memperkaya informasi mengenai status ethnic identity dari etnis-etnis yang ada di Indonesia.

• Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada responden etnis Tionghoa

di luar kota Bandung yang budayanya relatif homogen untuk mengetahui apakah ada perbedaan status ethnic identity ketika responden melakukan kontak dengan banyak kebudayaan berbeda dan ketika responden melakukan kontak dengan budaya yang relatif homogen.

Penelitian selanjutnya dapat mengaitkan ethnic identity dengan

(67)

103

2. Guna Laksana

• Bagi pihak Fakultas atau Universitas agar dapat dijadikan sebagai

bahan masukan/ informasi untuk mengadakan seminar mengenai

ethnic identity agar setiap mahasiswa khususnya yang berasal dari

keturunan Tionghoa dapat memahami etnisitasnya dengan lebih jelas. Dengan jelasnya pemahaman mengenai etnisitasnya, individu etnis Tionghoa diharapkan dapat lebih menghormati kebudayaan etnis lain serta lebih terbuka dan menerima individu dari etnis lain.

• Kepada paguyuban-paguyuban atau perkumpulan-perkumpulan etnis

(68)

104

DAFTAR PUSTAKA

Berry, J. W., Ype H. Poortinga., Marshall H. Segall., & Pierre R. Dasen., 1992.

Cross-cultural Psychology: Research and Applications. New York:

Cambridge University Press.

Berry, J. W., Ype H. Poortinga., Marshall H. Segall., & Pierre R. Dasen., 1999.

Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Coppel, Charles A. 1994. Tionghoa Indonesia Dalam Krisis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Ekadjati, Edi S. 1984. Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Jakarta: PT Girimukti Pasaka.

Graciano, Anthony M., Michel L. Raulin. 2000. Research Methods: a process of

inquiri, fourth edition. Needham Heights: Allyn & Bacon.

Hidajat Z.M. 1993. Masyarakat dan Kebudayaan Cina Indonesia. Bandung: Penerbit Tarsito.

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan (terjemahan dra. Shinto B. Adelar, M.Sc.; Sherly

Saragih, S.Psi.). Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B, 1986, Developmental Psychology. 3rd Ed, New Delhi: McGraw Hill, Inc.

(69)

105

Marcus. 2002. Hari-hari Raya Tionghoa. Jakarta: Marwin.

Organista, Pamela Balls., Kevin M. Chun., Gerardo Marin. 1998. Readings in Ethnic

Psychology. New York: Routledge.

Santrock, John W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Steinberg, L. 2002. Adolescence (6/1 ed). New York: McGraw-Hill.

Surkhmad, Winamo. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metoda Teknik. Bandung: Tarsito.

Suryadinata, Leo. 2004. Chinese Indonesians. Singapore: Eastern Universities Press.

(70)

106

DAFTAR RUJUKAN

Kirana, Monica. 2004. Survei Mengenai Strategi Akulturasi Budaya Pada Mahasiswa Keturunan Cina Fakultas “X” di Universitas “Y” Bandung. Universitas Kristen Maranatha.

Tarakanita, Irene. 2001 .Hubungan Status Identitas Etnik dengan Konsep Diri Mahasiswa pada Kelompok Etnik Sunda dan Kelompok Etnik Cina. (Tesis) . Bandung : Universitas Padjadjaran.

www.calstatela.edu

www.endosymbiont.blogspot.com www.indomedia.com

www.kompas.co.id

Referensi

Dokumen terkait

Karang Taruna merupakan salah satu wadah yang tepat dalam membina dan menyiapkan generasi muda yang jiwa kepemimpinan dan mencetak kader-kader masa depan bangsa..

Dalam menjalankan perannya sebagai mahkamah pidana internasional, ICC hanya dapat melakukan pengadilan bagi Negara yang telah menjadi anggota ICC dan meratifikasi Statuta

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas karunianya yang telah dilimpahkan kepada penulis “ Program Bantu Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan

Secara diskriptif pola asuh otoritatif orang tua, pada kategori sangat tinggi, yaitu 46 siswa (57,50%), hal ini didasarkan pada rata–rata 102,222 termasuk kategori sangat

Judul Tesis : Dampak Pengembangan Sektor Perikanan terbadap Perekonomian Jaws Tengab.. Nama Mabasiswa : Abdul Kobar Mudzakir NomorPokok :

Untuk keterangan lebih lanjut mengenai SMA Negeri 3 Salatiga, dapat menghubungi kami : Alamat:Jalan Kartini No.34 Salatiga 50711 Telp:(0298) 323300 FAX: +458-4578 Others: +301 - 0125

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (a) Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran portofolio lebih baik dari pada

5 Hasil Rata-Rata dan Standard Deviasi Nilai Kekasaran Permukaan Resin Komposit Nanofiller Setelah Penyikatan Pada Kelompok Kontrol, di Coating dengan Surface Coat dan