• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Intention dan Determinan-determinannya Dalam Melakukan Usaha Untuk Dapat Naik Kelas pada Siswa Kelas XI SMAN "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Intention dan Determinan-determinannya Dalam Melakukan Usaha Untuk Dapat Naik Kelas pada Siswa Kelas XI SMAN "X" Bandung."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran intention dan determinan-determinannya dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada siswa kelas XI di SMAN “X” Bandung ditinjau dari teori planned behavior.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Variabel penelitian ini adalah intention dan determinan-determinannya. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di SMAN “X” Bandung terhadap siswa kelas XI. Jumlah responden sebanyak 279 siswa.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner intention dan determinan-determiannya yang disusun oleh Icek Ajzen (2005) dan diadaptasi oleh peneliti yang mengacu pada teori planned behavior sebanyak 16 item. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan korelasi Pearson dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach diperoleh 16 item yang diterima, dengan validitas berkisar antara 0,442–0,793 dan reliabilitas sebesar 0,766. Hasil pembahasan menggunakan teknik multiple regression dan teknik korelasi Pearson.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa 62,36% siswa kelas XI SMAN “X” Bandung memiliki intention yang kuat dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas. dari hasil penelitian juga diketahui determinan yang memberikan pengaruh paling besar terhadap intention melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada siswa kelas XI SMAN “X” Bandung adalah attitude toward behavior sebesar 0,380. Determinan yang memberikan pengaruh paling kecil terhadap intention adalah perceived behavioral control sebesar 0,225. Korelasi antar determinan yang paling besar adalah korelasi antara attitude toward behavior dan subjective norms sebesar 0,410. Korelasi yang paling kecil adalah antara perceived behavioral control dan subjective norms sebesar 0,159.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan saran untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh dari ketiga belief terhadap determinan intention secara lebih mendalam. Untuk guru SMAN “X” Bandung diharapkan dapat menggunakan metode pengajaran yang lebih menarik, memberikan dukungan dan perhatian terhadap siswa sehingga siswa dapat memiliki attitude toward behavior yang positif terhadap usaha untuk dapat naik kelas. Bagi orang tua siswa kelas XI SMAN “X” Bandung, diharapkan dapat memberikan dukungan berupa reward atau penyediaan fasilitas belajar yang memadai bagi siswa dan tetap mengawasi siswa dalam usahanya untuk naik kelas.

(2)

DAFTAR ISI

Lembar Judul... i

Lembar Pengesahan... ii

Abstrak... iii

Kata Pengantar... iv

Daftar Isi... viii

Daftar Tabel... xi

Daftar Bagan... xiii

Daftar Lampiran... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian... 6

1.4Kegunaan Penelitian ... 6

1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 6

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 6

1.5Kerangka Pemikiran... 7

1.6Asumsi ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Planned Behavior... 15

2.1.1 Pengertian Planned Behavior... 15

2.1.2 Intention... 16

2.1.3 Attitudes Toward The Behavior... 17

2.1.4 Subjective Norms... 19

2.1.5 Perceived Behavioral Control... 20

2.1.6 Pengaruh Determinan-Determinan Intention Terhadap Intention... 21

(3)

2.1.9 Ketidaksesuaian Antara Intention dengan Perilaku ... 23

2.1.10 Control Factor ...25

2.1.11 Target, Action, Context and Time... 27

2.2 Masa Remaja... 27

2.2.1 Tahap Perkembangan Remaja... 27

2.2.2 Perkembangan Kognitif Remaja ... 28

2.2.3 Tugas-Tugas Perkembangan Remaja ... 31

2.3 Penilaian Kelas... 31

2.3.1 Pengertian Penilaian Kelas... 31

2.3.2 Cara-Cara Penilaian Kelas ... 32

2.3.3 Kegunaan Penilaian Kelas... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 38

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 38

3.2.1 Variabel Penelitian ... 38

3.2.2 Definisi Operasional... 39

3.3Alat Ukur... 39

3.3.1Alat Ukur Intention dan Determinan-Determinannya... 39

3.3.2Sistem Penilaian ... 41

3.3.3Data Pribadi dan Data Penunjang ... 41

3.4Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 42

3.4.1Validitas Alat Ukur ... 42

3.4.2Reliabilitas Alat Ukur ... 43

3.5Populasi Penelitian ... 43

3.5.1 Teknik Sampling ... 43

(4)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian... 45

4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Penjurusan Kelas ... 46

4.2 Gambaran Hasil Penelitian... 46

4.2.1 Kontribusi Determinan-Determinan Intention Terhadap Intention Untuk Melakukan Usaha Naik Kelas... 46

4.2.2 Korelasi Antara Determinan-Determinan Dalam Intention... 47

4.2.3 Intention dan Determinan Intention ... 48

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA... 63

DAFTAR RUJUKAN... 65

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3.1. Item Alat Ukur

Tabel 4.1.1. Gambaran Jenis Kelamin Tabel 4.1.2. Gambaran Penjurusan Kelas

Tabel 4.2.1. Kontribusi Determinan-Determinan Intention Terhadap Intention Melakukan Usaha Untuk Naik Kelas

Tabel 4.2.2. Korelasi antara determinan-determinan dalam intention Tabel 4.2.3.1. Gambaran Hasil Penelitian Intention

Tabel 4.2.3.2. Gambaran Hasil Penelitian Determinan Attitude Toward Behavior dalam Intention

Tabel 4.2.3.3. Gambaran Hasil Penelitian Determinan Subjective Norms Dalam Intention

Tabel 4.2.3.4. Gambaran Hasil Penelitian Determinan Perceived Behavioral Control dalam Intention

Tabel 4.2.3.5. Tabulasi silang antara Intention dan Attitude toward the behavior Tabel 4.2.3.6. Tabulasi silang antara Intention dan Subjective Norms

Tabel 4.2.3.7. Tabulasi silang antara Intention dan Perceived Behavioral Control Tabel 5.1. Crosstabs Attitude Toward The Behavior dengan Subjective Norms Tabel 5.2. Crosstabs Attitude Toward The Behavior dengan Perceived

Behavioral Control

Tabel 5.3. Crosstabs Subjective Norms dengan Perceived Behavioral Control Tabel 6.1. Crosstabulation Intention dengan Jenis Kelamin

Tabel 6.2. Crosstabulation Intention dengan Jurusan Kelas

Tabel 6.3. Crosstabulation Intention dengan Kemampuan Melakukan Usaha untuk Naik Kelas

(6)

Tabel 9.1. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Kemampuan

Tabel 9.2. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Hambatan Yang Dirasakan

(7)

DAFTAR BAGAN

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat Ukur Planned Behavior Lampiran 2. Data Penunjang

Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 4. Hasil Data Mentah

Lampiran 5. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior, Subjective Norms dan Perceived Behavioral Control

Lampiran 6. Crosstabulation Intention Dengan Data Penunjang

Lampiran 7. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior dengan Data Penunjang

Lampiran 8. Crosstabulation Subjective Norms dengan Data Penunjang

(9)

Lampiran 1. Alat Ukur Planned Behavior

KATA PENGANTAR

Dalam rangka memenuhi syarat kelulusan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yaitu penyusunan skripsi, maka saya bermaksud melakukan penelitian pada siswa kelas XI SMA.

Dalam lampiran berikut terdapat kuesioner yang berhubungan dengan penelitian saya. Sehubungan dengan keperluan tersebut saya mengharapkan bantuan Saudara untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner yang terlampir berikut ini.

Informasi yang Saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian yang saya buat. Oleh karena itu saya mohon kesungguhan Saudara dalam mengisi kuesioner ini sehingga informasi yang diperoleh akan menggambarkan diri Saudara yang sesungguhnya. Identitas dan jawaban Saudara akan dijaga kerahasiaannya.

Atas kesediaan dan kerjasama yang Saudara berikan saya ucapkan terima kasih.

(10)

DATA PRIBADI

Usia :

Jenis Kelamin : L / P Kelas & Jurusan :

Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan keadaan diri Saudara. Setiap pernyataan disini menggunakan rating dengan skala 7. Saudara diminta untuk melingkari salah satu angka yang menggambarkan diri Saudara secara tepat.

Pernyataan yang dimaksud di kuesioner ini adalah mengenai usaha untuk naik kelas. Usaha untuk naik kelas yang dimaksud di sini adalah :

- belajar untuk penilaian tertulis (misalnya ujian, tugas tertulis, dll) - memperlihatkan unjuk kerja (misalnya pidato, Olahraga, dll)

- membuat produk kerja (misalnya produk kesenian, benda elektronik, dll)

Contoh :

Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …

Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk Sangat Cukup Agak Netral Agak Cukup Sangat

♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini sangat baik, maka lingkari angka 1.

Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …

Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk

♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini cukup baik, maka lingkari angka 2.

Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …

(11)

♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini agak baik, maka lingkari angka 3.

Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …

Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk

♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini tidak baik tetapi juga tidak buruk, maka lingkari angka 4.

Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …

Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk

♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini agak buruk, maka lingkari angka 5.

Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …

Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk

♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini cukup buruk, maka lingkari angka 6.

Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …

Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk

♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini sangat buruk, maka lingkari angka 7.

Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …

(12)

1. Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang …. Cukup sulit : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Mudah

2. Orang tua saya berpikir bahwa….

Saya tidak harus : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Saya harus melakukan usaha untuk naik kelas

3. Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang …. Buruk : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Baik

4. Saya berencana untuk melakukan usaha untuk naik kelas .... Kurang sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Sesuai

dengan diri saya

5. Saya yang menentukan apakah saya akan melakukan atau tidak melakukan usaha untuk naik kelas.

Tidak setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Setuju

6. Kebanyakan teman-teman saya di sekolah melakukan usaha untuk naik kelas.

Salah : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Benar

7. Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang ... Kurang penting : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Penting

8. Saya …

(13)

9. Saya yakin, bahwa jika saya mau, saya dapat melakukan usaha untuk naik kelas…

Salah : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Benar

10.Guru di sekolah mengharapkan saya untuk melakukan usaha naik kelas … Salah : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Benar

11.Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang … Tidak menyenangkan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Menyenangkan

12.Saya …

Tidak akan berusaha : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Akan berusaha untuk naik kelas

13.Bagi saya, melakukan usaha naik kelas merupakan hal yang…. Tidak mungkin: 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Mungkin

14.Menurut saya, teman-teman dekat saya akan menyetujui usaha saya untuk naik kelas.

Tidak setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Setuju

15.Bagi saya, melakukan usaha naik kelas …

Membosankan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Menarik

(14)

Lampiran 2. Data Penunjang

1. Apakah Saudara mengetahui hal apa saja yang harus dilakukan untuk dapat naik kelas selain belajar ?

a. Ya b.Tidak

2. Dari siapa saja Saudara mendapatkan informasi mengenai hal yang harus dilakukan untuk dapat naik kelas ? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Guru

b. Orang tua c. Teman

3. Apakah Saudara mampu melakukan usaha untuk dapat naik kelas secara teratur?

a. Ya b.Tidak

4. Hambatan atau kesulitan apa saja yang Saudara temui saat melakukan usaha untuk naik kelas ?

5. Apakah yang Saudara lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut ? 6. Dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas, apakah Saudara

membutuhkan dukungan dari orang lain ? a. Ya b.Tidak

7. Apakah suasana hati mempengaruhi Saudara dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas ?

(15)

Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

A. Validitas Intention

No Item Koefisien Keterangan

4 0,790 Diterima 8 0,771 Diterima 12 0,793 Diterima 16 0,726 Diterima

B. Validitas Attitude toward the behavior

No Item Koefisien Keterangan

3 0,552 Diterima 7 0,581 Diterima 11 0,752 Diterima 15 0,736 Diterima

C. Validitas Subjective Norms

No Item Koefisien Keterangan

2 0,525 Diterima 6 0,728 Diterima 10 0,590 Diterima 14 0,735 Diterima

D. Validitas Perceived Behavioral Control

No Item Koefisien Keterangan

1 0,582 Diterima 5 0,685 Diterima 9 0,436 Diterima 13 0,442 Diterima

E. Reliabilitas

(16)

Lampiran 5. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior, Subjective Norms

dan Perceived Behavioral Control

Tabel 5.1. Crosstabs Attitude Toward The Behavior dengan Subjective Norms

SN ATB

Positif Negatif Total

Positif 78

(28,0%)

66 (23,7%)

144 (51,6%)

Negatif 46

(16,5%)

89 (31,9%)

135 (48,4%)

Total 124

(44,4%)

155 (55,6%)

279 (100%)

Tabel 5.2. Crosstabs Attitude Toward The Behavior dengan Perceived

Behavioral Control

PBC ATB

Positif Negatif Total

Positif 81

(29,0%)

63 (22,6%)

144 (51,6%)

Negatif 61

(21,9%)

74 (26,5%)

135 (48,4%)

Total 142

(50,9%)

137 (49,1%)

(17)

Tabel 5.3. Crosstabs Subjective Norms dengan Perceived Behavioral Control

PBC SN

Positif Negatif Total

Positif 62

(22,2%)

62 (22,2%)

124 (44,4%)

Negatif 80

(28,7%)

75 (26,9%)

155 (55,6%)

Total 142

(50,9%)

137 (49,1%)

(18)

Lampiran 6. Crosstabulation Intention Dengan Data Penunjang

Tabel 6.1. Crosstabulation Intention dengan Jenis Kelamin

Intention JK

Kuat Lemah Total

Laki-Laki 70

(25,1%)

58 (20,8%)

128 (45,9%)

Perempuan 104

(37,3%)

47 (16,8%)

151 (54,1%)

Total 174

(62,4%)

105 (37,6%)

279 (100%)

Tabel 6.2. Crosstabulation Intention dengan Jurusan Kelas

Intention Jurusan

Kuat Lemah Total

IPA 126

(45,2%)

74 (26,5%)

200 (71,7%)

IPS 49

(17,2%)

31 (11,1%)

79 (28,3%)

Total 174

(62,4%)

105 (37,6%)

(19)

Tabel 6.3. Crosstabulation Intention dengan Kemampuan Melakukan Usaha

untuk Naik Kelas

Intention Kemampuan

Kuat Lemah Total

Mampu 109

(39,1%)

67 (24,0%)

176 (63,1%)

Tidak Mampu 65

(23,3%)

38 (13,6%)

103 (36,9%)

Total 174

(62,4%)

105 (37,6%)

(20)

Lampiran 7. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior dengan Data

Penunjang

Tabel 7.1. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior dengan Informasi

Informasi ATB

Mengetahui Tidak Mengetahui

Total

Positif 117

(41,9%)

27 (9,7%)

144 (51,6%)

Negatif 103

(36,9%)

32 (11,5%)

135 (48,4%)

Total 220

(78,9%)

59 (21,1%)

279 (100%)

Tabel 7.2. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior Dengan Suasana

Hati Suasana Hati ATB Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi Total

Positif 123

(44,1%)

21 (7,5%)

144 (51,6%)

Negatif 123

(44,1%)

12 (4,3%)

135 (48,4%)

Total 246

(88,2%)

33 (11,8%)

(21)

Lampiran 8. Crosstabulation Subjective Norms dengan Data Penunjang

Tabel 8.1. Crosstabulation Subjective Norms dengan Sumber Informasi

Sumber SN

Guru Orangtua Teman Ketiganya Total

Positif 46 (16,5%) 13 (4,7%) 1 (0,4%) 64 (22,9%) 124 (44,4%) Negatif 54

(19,4%) 11 (3,9%) 2 (0,7%) 88 (31,5%) 155 (55,6%) Total 100

(35,8%) 24 (8,6%) 3 (1,1%) 152 (54,5%) 279 (100%)

Tabel 8.2. Crosstabulation Subjective Norms dengan Kebutuhan Akan

Dukungan Dukungan SN Membutuhkan Tidak Membutuhkan Total

Positif 114

(40,9%)

10 (3,6%)

124 (44,4%)

Negatif 140

(50,2%)

15 (5,4%)

155 (55,6%)

Total 254

(91,0%)

25 (9,0%)

(22)

Lampiran 9. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Data

Penunjang

Tabel 9.1. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Kemampuan

Kemampuan PBC

Mampu Tidak Mampu Total

Positif 90

(32,3%)

52 (18,6%)

142 (50,9%)

Negatif 86

(30,8%)

51 (18,3%)

137 (49,1%)

Total 176

(63,1%)

103 (36,9%)

279 (100%)

Tabel 9.2. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Hambatan

Yang Dirasakan

Hambatan PBC

Malas Banyak Main

Capek Lain-lain Total

Positif 98 (35,1%) 21 (7,5%) 8 (2,9%) 15 (5,4%) 142 (50,9%) Negatif 73

(26,2%) 32 (11,5%) 13 (4,7%) 19 (6,8%) 137 (49,1%) Total 171

(23)

Tabel 9.3. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Upaya Mengatasi Hambatan Mengatasi PBC Mengurangi main

Ikut Les Waktu belajar lebih banyak

Lain-lain Total

Positif 32 (11,5%) 25 (9,0%) 44 (15,8%) 41 (14,7%) 142 (49,1%) Negatif 33

(11,8%) 18 (6,5%) 41 (14,7%) 45 (16,1%) 137 (49,1%)

Total 65

(24)

Lampiran 10. Kisi-Kisi Alat Ukur Intention dan Determinan-Determinannya

Item

Attitude Toward The

Behavior

3. Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang (Baik – Buruk)

7. Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang (Kurang penting – Penting)

11.Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang (Tidak menyenangkan – Menyenangkan)

15.Bagi saya, melakukan usaha naik kelas (Membosankan – Menarik)

Subjective Norms 2. Orang tua saya berpikir bahwa

(Saya tidak harus - Saya harus) melakukan usaha untuk naik kelas

(25)

10.Guru di sekolah mengharapkan saya untuk melakukan usaha naik kelas (Salah – Benar)

14.Menurut saya, teman-teman dekat saya akan menyetujui usaha saya untuk naik kelas (Tidak setuju - Setuju)

Perceived Behavioral

Control

1. Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang (Cukup sulit - Mudah)

5. Saya yang menentukan apakah saya akan melakukan atau tidak melakukan usaha untuk naik kelas (Tidak setuju – Setuju)

9. Saya yakin, bahwa jika saya mau, saya dapat melakukan usaha untuk naik kelas (Salah – Benar)

13.Bagi saya, melakukan usaha naik kelas merupakan hal yang (Tidak mungkin – Mungkin)

(26)

18.Saya (Tidak akan mencoba - Akan mencoba) untuk melakukan usaha naik kelas 19.Saya (Tidak akan berusaha - Akan berusaha) untuk naik kelas

(27)

Bagan Penelitian Dengan Pengukuran Beliefs

Attitude Toward the Behavior

Subjective norms

Perceived behavioral control 0,292

0,410

Intention

0,159

0,380

0,324

0,225

Behavioral beliefs X Outcome evaluation

Normative beliefs X Motivation to

comply

Control beliefs X Control belief

power

0,365

0,475

(28)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pada masa dewasa ini berkembang sangat pesat. Ilmu

pengetahuan turut memegang peranan yang penting di dalam pembangunan.

Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

memenuhi pendidikan di Indonesia, Pemerintah mencanangkan wajib belajar

sembilan tahun. Bagi yang mampu, pemerintah menghimbau agar anak–anak

Indonesia menempuh pendidikan setinggi mungkin karena pendidikan merupakan

sarana untuk mempersiapkan sumber daya manusia suatu bangsa.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan, Pemerintah menyediakan banyak

sarana dan prasarana pendidikan, namun dalam kenyataannya kondisi pendidikan

di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain di dunia, bahkan dengan

negara–negara tetangga sekalipun (Kompas, November 2003). Untuk

memperbaikinya, pada tahun 2004 Pemerintah menerapkan kurikulum yang baru,

yaitu kurikulum berbasis kompetensi. Dengan adanya pembaharuan tersebut,

pemerintah berharap dapat memperbaiki kondisi pendidikan saat ini dan juga

membangun sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.

Sistem pendidikan di Indonesia terdiri atas beberapa tingkatan, yang

pertama adalah Sekolah Dasar, yang kedua adalah Sekolah Menengah Pertama,

(29)

2

jenjang pendidikan ini memiliki tingkatan kelas yang berbeda-beda. Untuk dapat

naik ke kelas yang lebih tinggi, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi

oleh siswa.

Di tingkat SMA, Departemen Pendidikan Nasional memiliki standar

penilaian hasil belajar yang tertuang dalam kurikulum tahun 2004. Di dalam

kurikulum tersebut, penilaian hasil belajar siswa dibagi menjadi beberapa bagian.

Penilaian pertama adalah penilaian tertulis. Metode yang digunakan dalam

penilaian tertulis ini adalah penilaian jawaban benar–salah, isian singkat, esai,

atau pilihan ganda. Penilaian kedua adalah penilaian unjuk kerja (performance).

Bentuk penilaian unjuk kerja ini adalah hasil pengamatan terhadap aktivitas yang

dilakukan oleh siswa, seperti membaca puisi, berpidato, olahraga dan yang

sejenisnya. Penilaian ketiga adalah penilaian produk, yaitu kemampuan siswa

dalam membuat produk-produk teknologi atau seni seperti patung, pakaian atau

benda elektronik sederhana. Penilaian keempat adalah penilaian portofolio, yang

merupakan laporan kumpulan hasil kerja siswa selama satu periode yang dibuat

oleh guru.

Untuk dapat naik kelas, siswa SMA harus memenuhi Standar Ketuntasan

Belajar Mengajar (SKBM). Dalam usahanya, siswa harus dapat menentukan

bentuk perilaku yang sesuai dengan tujuannya untuk naik kelas. Oleh karena itu

siswa membutuhkan perencanaan dalam perilakunya sehingga tujuan untuk naik

(30)

3

”X” Bandung sesuai dengan standar penilaian hasil belajar yang diterbitkan oleh

Departemen Pendidikan Nasional. Di sekolah ini, setiap siswa diharuskan

memiliki hasil belajar yang maksimal dalam seluruh komponen penilaian tersebut

untuk dapat naik kelas.

Dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar siswa, pihak sekolah

SMAN ”X” Bandung telah menyediakan berbagai fasilitas. Fasilitas tersebut

antara lain laboratorium, perpustakaan dan juga lapangan olah raga. Dengan

adanya fasilitas tersebut, diharapkan dapat menunjang usaha siswa dalam

melakukan usaha untuk dapat naik kelas.

Siswa kelas XI SMAN “X” Bandung berada pada masa remaja. Pada masa

remaja ini, biasanya mereka lebih banyak menghabiskan waktu berkumpul dan

bermain bersama dengan teman sebaya. Oleh sebab itu, menjadi sulit bagi siswa

untuk mengatur waktu belajar. Apabila siswa tidak memiliki perencanaan perilaku

yang baik untuk melakukan usaha naik kelas, maka akan sulit bagi siswa untuk

mendapatkan penilaian yang baik di sekolah.

Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling SMAN

“X” Bandung, siswa kelas XI merupakan siswa yang cukup sulit diarahkan

dibandingkan dengan siswa kelas X dan kelas XII. Siswa kelas X biasanya lebih

mudah diarahkan karena mereka lebih patuh terhadap guru dan juga siswa kelas

X harus mempersiapkan diri lebih untuk penjurusan di kelas XI. Siswa kelas XII

biasanya sudah lebih serius untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian

kelulusan sehingga lebih mudah untuk dibina dan diarahkan. Siswa yang duduk di

(31)

4

peralihan tuntutan yang mereka terima dari guru lebih ringan dibandingkan

dengan siswa kelas X dan kelas XII. Hal ini dapat mengakibatkan usaha yang

dilakukan oleh siswa kelas XI menjadi kurang maksimal. Kegiatan ekstrakurikuler

yang ada di SMAN “X” Bandung lebih banyak dijalankan oleh siswa kelas XI.

Oleh karena itu, siswa yang aktif di kegiatan ekstrakurikuler juga biasanya

mengalami kesulitan dalam mengatur perencanaan belajarnya.

Dari survey yang dilakukan pada 20 siswa kelas XI SMAN “X” Bandung,

80% siswa menyatakan, tertarik melakukan usaha naik kelas karena hal ini dapat

mendatangkan konsekuensi yang baik. Konsekuensi itu adalah dapat naik ke kelas

yang lebih tinggi, tidak mengecewakan orang tua, tetap dapat bersama-sama

dengan teman satu angkatan. Perasaan tertarik yang dimiliki siswa ini terlihat dari

perilaku mereka yang bersemangat dalam mengikuti pelajaran, mengerjakan tugas

dengan baik dan menampilkan unjuk kerja yang optimal (attitude toward the

behavior). Sikap favourable siswa terhadap usaha untuk dapat naik kelas akan

mempengaruhi niat siswa untuk melakukan usaha naik kelas menjadi kuat

(intention). Sebanyak 20% siswa yang lain menyatakan tidak tertarik untuk

melakukan usaha naik kelas karena menurut mereka untuk dapat naik kelas tidak

selalu harus dengan belajar yang rutin, mengerjakan tugas dengan baik dan

menampilkan unjuk kerja yang baik. Mereka berpendapat belajar hanya pada

waktu ujian pun dapat membuat mereka naik kelas, sedangkan menurut mereka

(32)

5

tidak sungguh-sungguh dan menampilkan unjuk kerja yang kurang optimal

(attitude toward the behavior).

Sebanyak 90% siswa menyatakan bahwa keluarga, teman dan guru di

sekolah mendukung dan mengharapkan mereka untuk melakukan usaha naik

kelas. Hal ini membuat siswa berpersepsi bahwa keluarga, teman dan guru

menuntut mereka melakukan usaha untuk dapat naik kelas dan mereka bersedia

untuk mematuhi orang-orang tersebut (subjective norms). Tuntutan tersebut

dirasakan dari perilaku orangtua, guru dan teman yang mengingatkan, menyuruh

mereka untuk belajar maupun mengerjakan tugas. Tuntutan yang dipersepsi oleh

siswa ini akan mempengaruhi niat mereka dalam melakukan usaha untuk dapat

naik kelas menjadi kuat (intention). Sebanyak 10% siswa sisanya menyatakan

bahwa guru, orang tua dan teman-teman mereka tidak mengharuskan mereka

melakukan usaha naik kelas. Hal ini membuat siswa berpersepsi bahwa orang tua,

guru dan teman-teman mereka tidak terlalu menuntut mereka melakukan usaha

untuk dapat naik kelas dan siswa bersedia mematuhi orang-orang tersebut

(subjective norms). Hal ini akan mempengaruhi niat mereka dalam melakukan

usaha untuk dapat naik kelas menjadi lemah (intention).

Sebanyak 70% siswa mengatakan bahwa mereka merasa memiliki

kemampuan yang cukup untuk melakukan usaha naik kelas, misalnya mampu

menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru, dapat mengerjakan tugas dengan

baik dan mampu menampilkan unjuk kerja yang baik (perceived behavioral

(33)

6

menjadi kuat (intention). Sebanyak 30% siswa lainnya menyatakan kurang

memiliki kemampuan untuk melakukan usaha naik kelas, misalnya mereka

merasa kesulitan untuk menangkap pelajaran yang dijelaskan oleh guru di

sekolah, kurang dapat mengerjakan tugas dengan baik dan kurang mampu

menampilkan unjuk kerja yang baik (perceived behavioral control). Persepsi yang

siswa miliki mengenai kemampuan yang mereka miliki akan mempengaruhi niat

mereka dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas menjadi lemah (intention).

Seluruh siswa menyatakan ingin naik kelas. Akan tetapi, ketika menjalani

usaha tersebut, niat siswa untuk melakukan usaha untuk dapat naik kelas dapat

menjadi lemah apabila mereka menghadapi hambatan atau kesulitan. Kesulitan

yang mereka hadapi antara lain rasa bosan, ajakan dari teman untuk bermain,

materi pelajaran yang membosankan dan juga cara mengajar guru yang dirasakan

kurang menarik sehingga mereka sulit berkonsentrasi pada pelajaran. Adanya

kesulitan-kesulitan tersebut menjadikan keputusan siswa untuk mengerahkan

usaha dalam melakukan usaha naik kelas atau niat mereka (intention) menjadi

lemah.

Dari pemaparan di atas, peneliti mengetahui bahwa walaupun ketiga

determinan intention yang dimiliki oleh siswa positif, namun intention siswa

untuk melakukan usaha untuk dapat naik kelas dapat menjadi lemah. Oleh karena

itu, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gambaran intention dan

(34)

7

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka identifikasi

permasalahan pada penelitian ini adalah :

Bagaimanakah gambaran intention dan determinan-determinannya dalam

melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada Siswa Kelas XI di SMAN ”X”

Bandung ?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

− Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai

intention dan determinan-determinannya dalam melakukan usaha untuk

dapat naik kelas pada Siswa Kelas XI SMAN “X” Bandung.

− Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan pengaruh

determinan-determinan intention terhadap intention, dan hubungan antar

determinan-determinan intention dalam melakukan usaha untuk dapat naik

kelas pada Siswa Kelas XI SMAN “X” Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Ilmiah

− Menambah informasi mengenai gambaran Intention dan

determinan-determinannya dari teori planned behavior kepada peneliti-peneliti lain,

(35)

8

− Menambah informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut

mengenai planned behavior dalam melakukan usaha untuk dapat naik

kelas pada siswa SMA.

1.4.2. Kegunaan Praktis

− Memberikan informasi kepada orang tua siswa kelas XI SMAN “X”

Bandung mengenai intention serta determinan-determinannya yang

dimiliki oleh siswa kelas XI SMAN “X” Bandung dalam melakukan usaha

untuk dapat naik kelas, dalam rangka memberikan dukungan dan

memotivasi siswa dalam kegiatan belajar sehingga siswa dapat memiliki

intention yang kuat dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas.

− Memberikan informasi kepada para guru SMAN ”X” Bandung mengenai

intention serta determinan-determinannya yang dimiliki oleh siswa kelas

XI dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas dalam rangka

memperkuat intention siswa untuk melakukan usaha naik kelas.

1.5. Kerangka Pemikiran

Di dalam dunia pendidikan, terdapat tingkatan pendidikan yang harus

dilalui oleh setiap siswa untuk dapat naik ke jenjang yang lebih tinggi. Siswa akan

berusaha untuk memperoleh hasil yang maksimal sehingga dapat naik ke

(36)

9

siswa terlebih dahulu. Penilaian untuk menentukan seorang siswa dapat naik kelas

atau tidak dilakukan oleh pihak sekolah, dalam hal ini guru yang mengajar.

Kemudian guru akan membuat suatu patokan nilai untuk mengetahui apakah

siswa dapat melanjutkan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2004), penilaian kelas pada

dasarnya bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan hasil

belajar siswa dan untuk memperbaiki proses belajar. Cara penilaian itu sendiri

dibagi menjadi beberapa bagian seperti penilaian tertulis, unjuk kerja

(performance), produk dan portofolio. Penilaian tertulis biasanya berupa isian,

jawaban benar–salah, menjodohkan atau bentuk soal esai. Penilaian unjuk kerja

lebih mengarah kepada hasil belajar yang menggambarkan proses atau kegiatan

siswa seperti pidato, membaca puisi, diskusi dan lainnya. Penilaian produk atau

bisa disebut hasil kerja meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa membuat

produk–produk teknologi dan seni. Penilaian portofolio digunakan untuk menilai

hasil kerja siswa selama satu periode. Penilaian portofolio dibuat oleh guru

dengan melihat hasil belajar siswa selama satu periode. Jika siswa memperoleh

hasil yang baik dari keempat bagian penilaian tersebut, dan nilainya memenuhi

standar sekolah, maka siswa tersebut dapat naik ke kelas yang lebih tinggi. Untuk

dapat memenuhi persyaratan tersebut maka siswa harus menampilkan perilaku

yang selaras, atau berusaha sebaik mungkin yang dapat membantunya meraih

hasil yang optimal untuk dapat naik kelas. Perilaku–perilaku yang mencerminkan

(37)

10

tugas–tugas dari sekolah secara maksimal, atau bekerja kelompok dengan teman

sekolah.

Menurut Icek Ajzen (2005), individu berperilaku berdasarkan akal sehat

dan selalu mempertimbangkan dampak dari perilaku tersebut. Hal ini yang

membuat seseorang berniat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku

tersebut. Di dalam teori planned behavior, niat seseorang untuk menampilkan

perilaku disebut intention. Intention adalah suatu keputusan mengerahkan usaha

untuk menampilkan suatu perilaku. Terdapat tiga determinan di dalam intention.

Determinan tersebut adalah attitude toward the behavior, subjective norms dan

perceived behavioral control.

Determinan pertama adalah sikap terhadap evaluasi positif atau negatif

individu terhadap menampilkan suatu perilaku (attitude toward the behavior).

Attitude toward the behavior didasari oleh behavioral belief, yaitu keyakinan

mengenai evaluasi dari konsekuensi menampilkan suatu perilaku. Jika siswa kelas

XI SMAN “X” Bandung memiliki attitude toward the behavior yang positif

terhadap usaha untuk dapat naik kelas, maka mereka akan mempersepsi bahwa

berusaha untuk dapat naik kelas adalah sesuatu yang menyenangkan. Mereka akan

menyukai untuk berusaha memiliki nilai yang baik pada ujian tertulis, baik ujian

tengah semester atau ujian akhir semester dan juga berusaha mengerjakan tugas

dan menampilkan unjuk kerja yang baik. Akan tetapi, jika siswa memiliki

(38)

11

bagi diri mereka sehingga mereka menjadi tidak bersemangat untuk belajar,

mengerjakan tugas dan juga memperlihatkan unjuk kerja yang kurang baik.

Determinan yang kedua adalah persepsi individu mengenai tuntutan dari

orang-orang yang signifikan untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu

perilaku dan kesediaan untuk mengikuti orang-orang yang signifikan tersebut

(subjective norms). Subjective norms didasari oleh normative belief, yaitu

keyakinan seseorang bahwa individu atau kelompok yang penting baginya akan

menyetujui atau tidak menyetujui penampilan suatu perilaku dan serta kesediaan

individu untuk mematuhi orang-orang yang signifikan tersebut. Siswa yang

memiliki subjective norms yang positif akan mempersepsi bahwa orang–orang

yang penting bagi mereka, seperti orang tua, teman sebaya, ataupun guru

menuntut mereka untuk melakukan usaha untuk dapat naik kelas dan siswa juga

bersedia mematuhi orang-orang tersebut. Akan tetapi, jika siswa memiliki

subjective norms yang negatif, maka siswa berpersepsi bahwa orang–orang yang

penting baginya tidak menuntut mereka untuk melakukan usaha untuk dapat naik

kelas dan siswa tidak melakukan usaha untuk dapat naik kelas karena orang yang

penting bagi mereka juga tidak menuntut mereka untuk melakukan hal tersebut.

Determinan intention yang ketiga adalah perceived behavioral control.

Perceived behavioral control adalah persepsi individu mengenai kemampuan

mereka untuk menampilkan suatu perilaku. Perceived behavioral control

didasarkan oleh control belief, yaitu keyakinan mengenai ada atau tidak adanya

faktor-faktor yang mendukung atau menghambat dalam menampilkan suatu

(39)

12

memiliki persepsi bahwa diri mereka mampu melakukan usaha untuk dapat naik

kelas. Siswa akan mampu belajar, mengerjakan tugas dengan baik dan

menampilkan unjuk kerja yang maksimal. Sebaliknya, siswa yang memiliki

perceived behavioral control negatif akan mempersepsi diri mereka tidak mampu

melakukan usaha untuk dapat naik kelas, sehingga mereka terhambat dalam

belajar, tidak mengerjakan tugas dengan baik dan tidak menampilkan unjuk kerja

secara maksimal.

Ketiga determinan akan mempengaruhi kuat atau lemahnya intention (niat)

seseorang dalam menampilkan suatu perilaku, tetapi kekuatan pengaruh setiap

determiann adalah berbeda. Ketiga determinan tersebut dapat sama-sama kuat

mempengaruhi intention, atau dapat salah satu saja yang kuat dalam

mempengaruhi intention, tergantung kepada determinan apa yang dianggap paling

penting oleh individu. Siswa yang memiliki attitude toward the behavior yang

positif dan determinan tersebut memiliki pengaruh paling kuat terhadap intention,

maka intention siswa untuk melakukan usaha naik kelas akan kuat walaupun dua

determinan yang lainnya negatif. Begitu pula sebaliknya, apabila attitude toward

the behavior yang dimiliki siswa negatif, dan kedua determinan yang lain positif,

intention siswa untuk melakukan usaha untuk dapat naik kelas dapat lemah karena

attitude toward the behavior memberikan pengaruh yang paling kuat terhadap

intention.

(40)

13

subjective norms yang positif berarti memiliki persepsi bahwa guru, orang tua,

teman sekelas dan teman dekat mereka menuntut mereka untuk melakukan usaha

untuk dapat naik kelas. Hal ini akan berkaitan dengan sikap siswa terhadap usaha

untuk dapat naik kelas. Siswa akan berpandangan bahwa orang-orang yang

penting baginya menuntut mereka melakukan usaha untuk naik kelas karena hal

tersebut membawa dampak yang baik bagi diri mereka dan akan membawa

konsekuensi yang positif bagi diri siswa akan membuat siswa memiliki attitude

toward the behavior yang positif terhadap usaha untuk dapat naik kelas dan

demikian pula sebaliknya. Siswa yang memiliki subjective norms yang negatif

berarti memiliki persepsi bahwa guru, orang tua, teman sekelas dan teman dekat

mereka tidak menuntut mereka untuk melakukan usaha naik kelas. hal ini akan

membuat siswa berpandangan bahwa orang-orang yang penting baginya tidak

menuntut mereka untuk melakukan usaha naik kelas karena usaha tersebut kurang

membawa konsekuensi yang positif bagi mereka sehingga siswa akan memiliki

attitude toward the behavior yang negatif terhadap usaha untuk dapat naik kelas.

Apabila hubungan antara attitude toward the behavior dan perceived

behavioral control erat, maka siswa yang memiliki attitude toward the behavior

yang positif dapat memiliki perceived behavioral control yang positif pula. Siswa

yang mempersepsi diri mereka mampu melakukan usaha untuk dapat naik kelas

akan memiliki sikap menyukai dan menganggap bahwa usaha untuk naik kelas

adalah perilaku yang menyenangkan dan membawa dampak yang positif bagi diri

(41)

14

Apabila hubungan antara subjective norms dan perceived behavioral

control erat, maka siswa berpersepsi bahwa mereka memiliki kemampuan untuk

melakukan usaha naik kelas. Persepsi tersebut akan mendorong siswa untuk

bersedia mengikuti tuntutan dari orang yang penting baginya apabila orang-orang

yang penting bagi siswa seperti orang tua, guru dan teman menuntut mereka untuk

melakukan usaha naik kelas.

Interaksi dari ketiga determinan tersebut pada akhirnya akan ikut

mempengaruhi kuat atau lemahnya intention siswa untuk melakukan usaha

(42)

15

Skema Kerangka Pemikiran Siswa Kelas XI

SMAN “X” Bandung

Intention Usaha Untuk Melakukan Dapat Naik

Kelas Attitude toward the

behavior

Subjective norms

Perceived behavioral control

Melakukan usaha untuk dapat naik kelas yang sesuai dengan Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM)

(43)

16

1.6. Asumsi

Dari kerangka pemikiran di atas, peneliti mempunyai asumsi, yaitu :

1) Attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived

behavioral control yang positif akan mempengaruhi intention siswa

dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas menjadi kuat.

2) Attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived

behavioral control yang negatif akan mempengaruhi intention siswa

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai intention dan

determinan-determinannya dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas terhadap 279 siswa

kelas XI SMAN “X” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Persentase terbesar adalah siswa kelas XI SMAN “X“ Bandung memiliki

intention yang kuat dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas.

Determinan yang berkontribusi paling besar terhadap intention dalam

melakukan usaha untuk dapat naik kelas adalah attitude toward the behavior.

Determinan kedua yang memberikan kontribusi besar terhadap intention

adalah subjective norms dan determinan ketiga yang memberikan kontribusi

cukup besar adalah perceived behavioral control.

a. Persentase terbesar siswa kelas XI SMAN “X” Bandung memiliki attitude

toward the behavior yang favourable terhadap usaha untuk dapat naik

kelas. Sikap tersebut akan mendorong siswa untuk memiliki perencanaan

yang matang untuk mengerahkan usahanya dalam melakukan usaha untuk

dapat naik kelas.

b. Persentase terbesar siswa juga memiliki subjective norms yang negatif

terhadap usaha untuk dapat naik kelas. Hal ini mendorong siswa untuk

(45)

66

c. Jumlah siswa yang memiliki perceived behavioral control yang positif

maupun negatif terhadap usaha untuk dapat naik kelas hampir sama besar.

Hal ini tidak terlalu mempengaruhi kekuatan intention siswa dalam

melakukan usaha untuk dapat naik kelas karena pengaruh perceived

behavioral control terhadap intention tidak terlalu besar.

2. Ketiga determinan, attitude toward behavior, subjective norms dan perceived

behavioral control saling berhubungan satu sama lain. Determinan yang

memiliki hubungan yang erat adalah attitude toward behavior dan subjective

norms, kemudian attitude toward behavior dan perceived behavioral control.

Siswa kelas XI SMAN “X” Bandung yang mempersepsi orang-orang yang

penting baginya menuntut mereka melakukan usaha untuk dapat naik kelas

cenderung akan memiliki sikap favourable terhadap usaha untuk dapat naik

kelas, demikian pula siswa yang mempersepsi bahwa orang-orang yang

penting baginya tidak menuntut mereka melakukan usaha untuk dapat naik

kelas akan memiliki sikap yang unfavourable terhadap usaha untuk dapat naik

kelas. Siswa yang mempesepsi usaha untuk dapat naik kelas merupakan hal

yang mudah mereka lakukan akan memiliki sikap yang favourable terhdap

usaha tersebut. demikian pula, siswa yang memiliki sikap favourable terhadap

usaha untuk dapat naik kelas akan mempersepsi diri mereka mampu

(46)

67

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa

saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan.

1) Untuk Penelitian Lanjutan :

Meneliti mengenai pengaruh dari ketiga belief terhadap determinan intention

secara lebih mendalam.

2) Saran Guna Laksana

a) Bagi guru di SMAN ”X” Bandung disarankan untuk menggunakan metode

pengajaran yang menarik sehingga siswa menjadi lebih tertarik dan

menyukai kegiatan belajar dan dapat memiliki attitude toward behavior

yang positif terhadap usaha untuk dapat naik kelas. Memberikan dukungan

dan perhatian kepada siswa karena dukungan dan perhatian dari guru dapat

mempengaruhi subjective norms siswa dalam melakukan usaha untuk

dapat naik kelas semakin positif, sehingga intention siswa dalam

melakukan usaha untuk dapat naik kelas menjadi semakin kuat.

b) Bagi orang tua siswa kelas XI SMAN “X Bandung, disarankan untuk

memberikan dukungan terhadap kegiatan belajar siswa. Seperti

menyediakan fasilitas belajar yang memadai, mengikutkan siswa dalam

(47)

68

bahwa mereka mampu melakukan usaha untuk dapat naik kelas dan tetap

mengawasi siswa dalam kegiatannya melakukan usaha untuk dapat naik

kelas. Dengan demikian, hal tersebut dapat memperkuat subjective norms

dan attitude toward the behavior siswa sehingga intention siswa dalam

(48)

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior. England: Open University Press, McGraw-Hill Education.

Ajzen, Icek. 2006. Constructing a TpB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations.

Ajzen, Icek 1991. Organizational of Behavior and Human Decision Processes.

University of Massachusetts at Amherst.

Bamberg, Sebastian., Ajzen, Icek., Schimdt, Peter. 2003. Choice of Travel Mode in the Theory of Planned Behavior: The Roles of Past Behavior,

Habit, and Reasoned Action. Journal of Basic and Applied Social

Psychology, 25. 175-187. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Davis, Larry E. 2002. The decision of African American students to complete high school : An application of the theory of planned behavior. Journal of Educational Psychology. 810-819. American Psychological Association. Inc.

Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Pelayanan Profesional Kurikulum 2004. Penilaian Kelas.

Filla, Stefanie A. 2006. Applying the theory of planned behavior to healthy eating behaviors in urban native American youth. International journal of behavioral nutrition and physical activity. 1-10. America Biomedical Central. Ltd.

Francis, Jillian J., Eccles, Martin P. 2004. Constructing Questionnaires Based On The Theory of Planned Behaviour. A Manual for Health Services Researchers. United Kongdom :Centre for Health Services Research, University of Newcastle.

Guilford, J. P. 1956. Fundanmental Statistics in Psychology and Education. (3rd Ed.). Tokyo : Mc. Graw-Hill Kogakusha Company. Ltd.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

(49)

Hurlock, Ellizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (5~' Ed.). Alih Bahasa Erlangga.

Michie, S. 2004. Using the theory of planned behaviour to predict screening uptake in two contexts. Journal of Psychology and Health. 705-718. Birmingham : Taylor & Francis. Ltd.

Santrock, John. W., 1998. Adolescent Development, Seventh Edition, USA : McGraw-Hill, Inc.

Santrock, John. W., 2002. Life Span Development. Edisi Ketujuh. Jakarta Penerbit Erlangga

Siegel, Sidney, N. John Castellan Jr. 1988. Nonparametric Statistic for Behavioral Sciences. (2nd Ed.). Tokyo Mc. Graw-Hill International Edition.

Sitepu, Nirvana. 1995. Analisis Korelasi. Bandung Unit Pelayanan Statistika. Jurusan Statistika. FMIPA UNPAD.

(50)

DAFTAR RUJUKAN

www.kompas.com

Gambar

Tabel 5.1. Crosstabs Attitude Toward The Behavior dengan Subjective Norms
Tabel 5.3. Crosstabs Subjective Norms dengan Perceived Behavioral Control
Tabel 6.1. Crosstabulation Intention dengan Jenis Kelamin
Tabel 6.3. Crosstabulation Intention dengan Kemampuan Melakukan Usaha
+4

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperjelas dalam menggunakan metode Double Exponential Smoothing, maka digunakan data real yang terjadi pada penjualan barang di PD.Padalarang Jaya. Cara mengolah metode

Pengaruh Penggunaan Model Contectual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Arab Siswa.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nilai Pendidikan dalam Kitab San Zi Jing 字 经 ” menggunakan teori kesusastraan dan teori pendidikan untuk membahas lebih dalam tentang nilai-nilai pendidikan

Tabel 4.12 Kinerja guru melaksanakan pembelajaran Siklus II

Analisis pengaruh gaya kepemimpinan dan disiplin kerja kerja terhadap kinerja pegawai pada Dinas Tenaga Kerja Propinsi Lampung.. Jurnal Ilmiah Administratif Publik

Variabel proses pada penelitian ini adalah kemampuan guru menggunakan media kertas lipat, sub variabel terdiri dari kemampuan membuat Rencana Pelaksanaan

Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari motor yang selanjutnya diteruskan lagi ke v-belt dan akan memutar poros.. Puli dibuat dari besi cor atau

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository