ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran intention dan determinan-determinannya dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada siswa kelas XI di SMAN “X” Bandung ditinjau dari teori planned behavior.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Variabel penelitian ini adalah intention dan determinan-determinannya. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di SMAN “X” Bandung terhadap siswa kelas XI. Jumlah responden sebanyak 279 siswa.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner intention dan determinan-determiannya yang disusun oleh Icek Ajzen (2005) dan diadaptasi oleh peneliti yang mengacu pada teori planned behavior sebanyak 16 item. Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan korelasi Pearson dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach diperoleh 16 item yang diterima, dengan validitas berkisar antara 0,442–0,793 dan reliabilitas sebesar 0,766. Hasil pembahasan menggunakan teknik multiple regression dan teknik korelasi Pearson.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa 62,36% siswa kelas XI SMAN “X” Bandung memiliki intention yang kuat dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas. dari hasil penelitian juga diketahui determinan yang memberikan pengaruh paling besar terhadap intention melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada siswa kelas XI SMAN “X” Bandung adalah attitude toward behavior sebesar 0,380. Determinan yang memberikan pengaruh paling kecil terhadap intention adalah perceived behavioral control sebesar 0,225. Korelasi antar determinan yang paling besar adalah korelasi antara attitude toward behavior dan subjective norms sebesar 0,410. Korelasi yang paling kecil adalah antara perceived behavioral control dan subjective norms sebesar 0,159.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan saran untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh dari ketiga belief terhadap determinan intention secara lebih mendalam. Untuk guru SMAN “X” Bandung diharapkan dapat menggunakan metode pengajaran yang lebih menarik, memberikan dukungan dan perhatian terhadap siswa sehingga siswa dapat memiliki attitude toward behavior yang positif terhadap usaha untuk dapat naik kelas. Bagi orang tua siswa kelas XI SMAN “X” Bandung, diharapkan dapat memberikan dukungan berupa reward atau penyediaan fasilitas belajar yang memadai bagi siswa dan tetap mengawasi siswa dalam usahanya untuk naik kelas.
DAFTAR ISI
Lembar Judul... i
Lembar Pengesahan... ii
Abstrak... iii
Kata Pengantar... iv
Daftar Isi... viii
Daftar Tabel... xi
Daftar Bagan... xiii
Daftar Lampiran... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 5
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian... 6
1.4Kegunaan Penelitian ... 6
1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 6
1.4.2 Kegunaan Praktis ... 6
1.5Kerangka Pemikiran... 7
1.6Asumsi ... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Planned Behavior... 15
2.1.1 Pengertian Planned Behavior... 15
2.1.2 Intention... 16
2.1.3 Attitudes Toward The Behavior... 17
2.1.4 Subjective Norms... 19
2.1.5 Perceived Behavioral Control... 20
2.1.6 Pengaruh Determinan-Determinan Intention Terhadap Intention... 21
2.1.9 Ketidaksesuaian Antara Intention dengan Perilaku ... 23
2.1.10 Control Factor ...25
2.1.11 Target, Action, Context and Time... 27
2.2 Masa Remaja... 27
2.2.1 Tahap Perkembangan Remaja... 27
2.2.2 Perkembangan Kognitif Remaja ... 28
2.2.3 Tugas-Tugas Perkembangan Remaja ... 31
2.3 Penilaian Kelas... 31
2.3.1 Pengertian Penilaian Kelas... 31
2.3.2 Cara-Cara Penilaian Kelas ... 32
2.3.3 Kegunaan Penilaian Kelas... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 38
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 38
3.2.1 Variabel Penelitian ... 38
3.2.2 Definisi Operasional... 39
3.3Alat Ukur... 39
3.3.1Alat Ukur Intention dan Determinan-Determinannya... 39
3.3.2Sistem Penilaian ... 41
3.3.3Data Pribadi dan Data Penunjang ... 41
3.4Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 42
3.4.1Validitas Alat Ukur ... 42
3.4.2Reliabilitas Alat Ukur ... 43
3.5Populasi Penelitian ... 43
3.5.1 Teknik Sampling ... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian... 45
4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45
4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Penjurusan Kelas ... 46
4.2 Gambaran Hasil Penelitian... 46
4.2.1 Kontribusi Determinan-Determinan Intention Terhadap Intention Untuk Melakukan Usaha Naik Kelas... 46
4.2.2 Korelasi Antara Determinan-Determinan Dalam Intention... 47
4.2.3 Intention dan Determinan Intention ... 48
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Saran... 61
DAFTAR PUSTAKA... 63
DAFTAR RUJUKAN... 65
DAFTAR TABEL
Tabel 3.3.1. Item Alat Ukur
Tabel 4.1.1. Gambaran Jenis Kelamin Tabel 4.1.2. Gambaran Penjurusan Kelas
Tabel 4.2.1. Kontribusi Determinan-Determinan Intention Terhadap Intention Melakukan Usaha Untuk Naik Kelas
Tabel 4.2.2. Korelasi antara determinan-determinan dalam intention Tabel 4.2.3.1. Gambaran Hasil Penelitian Intention
Tabel 4.2.3.2. Gambaran Hasil Penelitian Determinan Attitude Toward Behavior dalam Intention
Tabel 4.2.3.3. Gambaran Hasil Penelitian Determinan Subjective Norms Dalam Intention
Tabel 4.2.3.4. Gambaran Hasil Penelitian Determinan Perceived Behavioral Control dalam Intention
Tabel 4.2.3.5. Tabulasi silang antara Intention dan Attitude toward the behavior Tabel 4.2.3.6. Tabulasi silang antara Intention dan Subjective Norms
Tabel 4.2.3.7. Tabulasi silang antara Intention dan Perceived Behavioral Control Tabel 5.1. Crosstabs Attitude Toward The Behavior dengan Subjective Norms Tabel 5.2. Crosstabs Attitude Toward The Behavior dengan Perceived
Behavioral Control
Tabel 5.3. Crosstabs Subjective Norms dengan Perceived Behavioral Control Tabel 6.1. Crosstabulation Intention dengan Jenis Kelamin
Tabel 6.2. Crosstabulation Intention dengan Jurusan Kelas
Tabel 6.3. Crosstabulation Intention dengan Kemampuan Melakukan Usaha untuk Naik Kelas
Tabel 9.1. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Kemampuan
Tabel 9.2. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Hambatan Yang Dirasakan
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat Ukur Planned Behavior Lampiran 2. Data Penunjang
Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Lampiran 4. Hasil Data Mentah
Lampiran 5. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior, Subjective Norms dan Perceived Behavioral Control
Lampiran 6. Crosstabulation Intention Dengan Data Penunjang
Lampiran 7. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior dengan Data Penunjang
Lampiran 8. Crosstabulation Subjective Norms dengan Data Penunjang
Lampiran 1. Alat Ukur Planned Behavior
KATA PENGANTAR
Dalam rangka memenuhi syarat kelulusan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha yaitu penyusunan skripsi, maka saya bermaksud melakukan penelitian pada siswa kelas XI SMA.
Dalam lampiran berikut terdapat kuesioner yang berhubungan dengan penelitian saya. Sehubungan dengan keperluan tersebut saya mengharapkan bantuan Saudara untuk meluangkan waktu mengisi kuesioner yang terlampir berikut ini.
Informasi yang Saudara berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian yang saya buat. Oleh karena itu saya mohon kesungguhan Saudara dalam mengisi kuesioner ini sehingga informasi yang diperoleh akan menggambarkan diri Saudara yang sesungguhnya. Identitas dan jawaban Saudara akan dijaga kerahasiaannya.
Atas kesediaan dan kerjasama yang Saudara berikan saya ucapkan terima kasih.
DATA PRIBADI
Usia :
Jenis Kelamin : L / P Kelas & Jurusan :
Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan keadaan diri Saudara. Setiap pernyataan disini menggunakan rating dengan skala 7. Saudara diminta untuk melingkari salah satu angka yang menggambarkan diri Saudara secara tepat.
Pernyataan yang dimaksud di kuesioner ini adalah mengenai usaha untuk naik kelas. Usaha untuk naik kelas yang dimaksud di sini adalah :
- belajar untuk penilaian tertulis (misalnya ujian, tugas tertulis, dll) - memperlihatkan unjuk kerja (misalnya pidato, Olahraga, dll)
- membuat produk kerja (misalnya produk kesenian, benda elektronik, dll)
Contoh :
Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …
Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk Sangat Cukup Agak Netral Agak Cukup Sangat
♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini sangat baik, maka lingkari angka 1.
Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …
Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk
♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini cukup baik, maka lingkari angka 2.
Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …
♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini agak baik, maka lingkari angka 3.
Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …
Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk
♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini tidak baik tetapi juga tidak buruk, maka lingkari angka 4.
Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …
Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk
♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini agak buruk, maka lingkari angka 5.
Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …
Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk
♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini cukup buruk, maka lingkari angka 6.
Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …
Baik : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Buruk
♦ Jika menurut Saudara cuaca di Kota Bandung belakangan ini sangat buruk, maka lingkari angka 7.
Menurut Saudara, cuaca di Kota Bandung belakangan ini …
1. Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang …. Cukup sulit : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Mudah
2. Orang tua saya berpikir bahwa….
Saya tidak harus : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Saya harus melakukan usaha untuk naik kelas
3. Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang …. Buruk : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Baik
4. Saya berencana untuk melakukan usaha untuk naik kelas .... Kurang sesuai : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Sesuai
dengan diri saya
5. Saya yang menentukan apakah saya akan melakukan atau tidak melakukan usaha untuk naik kelas.
Tidak setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Setuju
6. Kebanyakan teman-teman saya di sekolah melakukan usaha untuk naik kelas.
Salah : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Benar
7. Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang ... Kurang penting : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Penting
8. Saya …
9. Saya yakin, bahwa jika saya mau, saya dapat melakukan usaha untuk naik kelas…
Salah : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Benar
10.Guru di sekolah mengharapkan saya untuk melakukan usaha naik kelas … Salah : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Benar
11.Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang … Tidak menyenangkan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Menyenangkan
12.Saya …
Tidak akan berusaha : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Akan berusaha untuk naik kelas
13.Bagi saya, melakukan usaha naik kelas merupakan hal yang…. Tidak mungkin: 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Mungkin
14.Menurut saya, teman-teman dekat saya akan menyetujui usaha saya untuk naik kelas.
Tidak setuju : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Setuju
15.Bagi saya, melakukan usaha naik kelas …
Membosankan : 1 : 2 : 3 : 4 : 5 : 6 : 7 : Menarik
Lampiran 2. Data Penunjang
1. Apakah Saudara mengetahui hal apa saja yang harus dilakukan untuk dapat naik kelas selain belajar ?
a. Ya b.Tidak
2. Dari siapa saja Saudara mendapatkan informasi mengenai hal yang harus dilakukan untuk dapat naik kelas ? (jawaban boleh lebih dari satu) a. Guru
b. Orang tua c. Teman
3. Apakah Saudara mampu melakukan usaha untuk dapat naik kelas secara teratur?
a. Ya b.Tidak
4. Hambatan atau kesulitan apa saja yang Saudara temui saat melakukan usaha untuk naik kelas ?
5. Apakah yang Saudara lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut ? 6. Dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas, apakah Saudara
membutuhkan dukungan dari orang lain ? a. Ya b.Tidak
7. Apakah suasana hati mempengaruhi Saudara dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas ?
Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
A. Validitas Intention
No Item Koefisien Keterangan
4 0,790 Diterima 8 0,771 Diterima 12 0,793 Diterima 16 0,726 Diterima
B. Validitas Attitude toward the behavior
No Item Koefisien Keterangan
3 0,552 Diterima 7 0,581 Diterima 11 0,752 Diterima 15 0,736 Diterima
C. Validitas Subjective Norms
No Item Koefisien Keterangan
2 0,525 Diterima 6 0,728 Diterima 10 0,590 Diterima 14 0,735 Diterima
D. Validitas Perceived Behavioral Control
No Item Koefisien Keterangan
1 0,582 Diterima 5 0,685 Diterima 9 0,436 Diterima 13 0,442 Diterima
E. Reliabilitas
Lampiran 5. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior, Subjective Norms
dan Perceived Behavioral Control
Tabel 5.1. Crosstabs Attitude Toward The Behavior dengan Subjective Norms
SN ATB
Positif Negatif Total
Positif 78
(28,0%)
66 (23,7%)
144 (51,6%)
Negatif 46
(16,5%)
89 (31,9%)
135 (48,4%)
Total 124
(44,4%)
155 (55,6%)
279 (100%)
Tabel 5.2. Crosstabs Attitude Toward The Behavior dengan Perceived
Behavioral Control
PBC ATB
Positif Negatif Total
Positif 81
(29,0%)
63 (22,6%)
144 (51,6%)
Negatif 61
(21,9%)
74 (26,5%)
135 (48,4%)
Total 142
(50,9%)
137 (49,1%)
Tabel 5.3. Crosstabs Subjective Norms dengan Perceived Behavioral Control
PBC SN
Positif Negatif Total
Positif 62
(22,2%)
62 (22,2%)
124 (44,4%)
Negatif 80
(28,7%)
75 (26,9%)
155 (55,6%)
Total 142
(50,9%)
137 (49,1%)
Lampiran 6. Crosstabulation Intention Dengan Data Penunjang
Tabel 6.1. Crosstabulation Intention dengan Jenis Kelamin
Intention JK
Kuat Lemah Total
Laki-Laki 70
(25,1%)
58 (20,8%)
128 (45,9%)
Perempuan 104
(37,3%)
47 (16,8%)
151 (54,1%)
Total 174
(62,4%)
105 (37,6%)
279 (100%)
Tabel 6.2. Crosstabulation Intention dengan Jurusan Kelas
Intention Jurusan
Kuat Lemah Total
IPA 126
(45,2%)
74 (26,5%)
200 (71,7%)
IPS 49
(17,2%)
31 (11,1%)
79 (28,3%)
Total 174
(62,4%)
105 (37,6%)
Tabel 6.3. Crosstabulation Intention dengan Kemampuan Melakukan Usaha
untuk Naik Kelas
Intention Kemampuan
Kuat Lemah Total
Mampu 109
(39,1%)
67 (24,0%)
176 (63,1%)
Tidak Mampu 65
(23,3%)
38 (13,6%)
103 (36,9%)
Total 174
(62,4%)
105 (37,6%)
Lampiran 7. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior dengan Data
Penunjang
Tabel 7.1. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior dengan Informasi
Informasi ATB
Mengetahui Tidak Mengetahui
Total
Positif 117
(41,9%)
27 (9,7%)
144 (51,6%)
Negatif 103
(36,9%)
32 (11,5%)
135 (48,4%)
Total 220
(78,9%)
59 (21,1%)
279 (100%)
Tabel 7.2. Crosstabulation Attitude Toward The Behavior Dengan Suasana
Hati Suasana Hati ATB Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi Total
Positif 123
(44,1%)
21 (7,5%)
144 (51,6%)
Negatif 123
(44,1%)
12 (4,3%)
135 (48,4%)
Total 246
(88,2%)
33 (11,8%)
Lampiran 8. Crosstabulation Subjective Norms dengan Data Penunjang
Tabel 8.1. Crosstabulation Subjective Norms dengan Sumber Informasi
Sumber SN
Guru Orangtua Teman Ketiganya Total
Positif 46 (16,5%) 13 (4,7%) 1 (0,4%) 64 (22,9%) 124 (44,4%) Negatif 54
(19,4%) 11 (3,9%) 2 (0,7%) 88 (31,5%) 155 (55,6%) Total 100
(35,8%) 24 (8,6%) 3 (1,1%) 152 (54,5%) 279 (100%)
Tabel 8.2. Crosstabulation Subjective Norms dengan Kebutuhan Akan
Dukungan Dukungan SN Membutuhkan Tidak Membutuhkan Total
Positif 114
(40,9%)
10 (3,6%)
124 (44,4%)
Negatif 140
(50,2%)
15 (5,4%)
155 (55,6%)
Total 254
(91,0%)
25 (9,0%)
Lampiran 9. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Data
Penunjang
Tabel 9.1. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Kemampuan
Kemampuan PBC
Mampu Tidak Mampu Total
Positif 90
(32,3%)
52 (18,6%)
142 (50,9%)
Negatif 86
(30,8%)
51 (18,3%)
137 (49,1%)
Total 176
(63,1%)
103 (36,9%)
279 (100%)
Tabel 9.2. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Hambatan
Yang Dirasakan
Hambatan PBC
Malas Banyak Main
Capek Lain-lain Total
Positif 98 (35,1%) 21 (7,5%) 8 (2,9%) 15 (5,4%) 142 (50,9%) Negatif 73
(26,2%) 32 (11,5%) 13 (4,7%) 19 (6,8%) 137 (49,1%) Total 171
Tabel 9.3. Crosstabulation Perceived Behavioral Control dengan Upaya Mengatasi Hambatan Mengatasi PBC Mengurangi main
Ikut Les Waktu belajar lebih banyak
Lain-lain Total
Positif 32 (11,5%) 25 (9,0%) 44 (15,8%) 41 (14,7%) 142 (49,1%) Negatif 33
(11,8%) 18 (6,5%) 41 (14,7%) 45 (16,1%) 137 (49,1%)
Total 65
Lampiran 10. Kisi-Kisi Alat Ukur Intention dan Determinan-Determinannya
Item
Attitude Toward The
Behavior
3. Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang (Baik – Buruk)
7. Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang (Kurang penting – Penting)
11.Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang (Tidak menyenangkan – Menyenangkan)
15.Bagi saya, melakukan usaha naik kelas (Membosankan – Menarik)
Subjective Norms 2. Orang tua saya berpikir bahwa
(Saya tidak harus - Saya harus) melakukan usaha untuk naik kelas
10.Guru di sekolah mengharapkan saya untuk melakukan usaha naik kelas (Salah – Benar)
14.Menurut saya, teman-teman dekat saya akan menyetujui usaha saya untuk naik kelas (Tidak setuju - Setuju)
Perceived Behavioral
Control
1. Bagi saya, melakukan usaha untuk naik kelas merupakan hal yang (Cukup sulit - Mudah)
5. Saya yang menentukan apakah saya akan melakukan atau tidak melakukan usaha untuk naik kelas (Tidak setuju – Setuju)
9. Saya yakin, bahwa jika saya mau, saya dapat melakukan usaha untuk naik kelas (Salah – Benar)
13.Bagi saya, melakukan usaha naik kelas merupakan hal yang (Tidak mungkin – Mungkin)
18.Saya (Tidak akan mencoba - Akan mencoba) untuk melakukan usaha naik kelas 19.Saya (Tidak akan berusaha - Akan berusaha) untuk naik kelas
Bagan Penelitian Dengan Pengukuran Beliefs
Attitude Toward the Behavior
Subjective norms
Perceived behavioral control 0,292
0,410
Intention
0,159
0,380
0,324
0,225
Behavioral beliefs X Outcome evaluation
Normative beliefs X Motivation to
comply
Control beliefs X Control belief
power
0,365
0,475
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan pada masa dewasa ini berkembang sangat pesat. Ilmu
pengetahuan turut memegang peranan yang penting di dalam pembangunan.
Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk
memenuhi pendidikan di Indonesia, Pemerintah mencanangkan wajib belajar
sembilan tahun. Bagi yang mampu, pemerintah menghimbau agar anak–anak
Indonesia menempuh pendidikan setinggi mungkin karena pendidikan merupakan
sarana untuk mempersiapkan sumber daya manusia suatu bangsa.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, Pemerintah menyediakan banyak
sarana dan prasarana pendidikan, namun dalam kenyataannya kondisi pendidikan
di Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara lain di dunia, bahkan dengan
negara–negara tetangga sekalipun (Kompas, November 2003). Untuk
memperbaikinya, pada tahun 2004 Pemerintah menerapkan kurikulum yang baru,
yaitu kurikulum berbasis kompetensi. Dengan adanya pembaharuan tersebut,
pemerintah berharap dapat memperbaiki kondisi pendidikan saat ini dan juga
membangun sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.
Sistem pendidikan di Indonesia terdiri atas beberapa tingkatan, yang
pertama adalah Sekolah Dasar, yang kedua adalah Sekolah Menengah Pertama,
2
jenjang pendidikan ini memiliki tingkatan kelas yang berbeda-beda. Untuk dapat
naik ke kelas yang lebih tinggi, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
oleh siswa.
Di tingkat SMA, Departemen Pendidikan Nasional memiliki standar
penilaian hasil belajar yang tertuang dalam kurikulum tahun 2004. Di dalam
kurikulum tersebut, penilaian hasil belajar siswa dibagi menjadi beberapa bagian.
Penilaian pertama adalah penilaian tertulis. Metode yang digunakan dalam
penilaian tertulis ini adalah penilaian jawaban benar–salah, isian singkat, esai,
atau pilihan ganda. Penilaian kedua adalah penilaian unjuk kerja (performance).
Bentuk penilaian unjuk kerja ini adalah hasil pengamatan terhadap aktivitas yang
dilakukan oleh siswa, seperti membaca puisi, berpidato, olahraga dan yang
sejenisnya. Penilaian ketiga adalah penilaian produk, yaitu kemampuan siswa
dalam membuat produk-produk teknologi atau seni seperti patung, pakaian atau
benda elektronik sederhana. Penilaian keempat adalah penilaian portofolio, yang
merupakan laporan kumpulan hasil kerja siswa selama satu periode yang dibuat
oleh guru.
Untuk dapat naik kelas, siswa SMA harus memenuhi Standar Ketuntasan
Belajar Mengajar (SKBM). Dalam usahanya, siswa harus dapat menentukan
bentuk perilaku yang sesuai dengan tujuannya untuk naik kelas. Oleh karena itu
siswa membutuhkan perencanaan dalam perilakunya sehingga tujuan untuk naik
3
”X” Bandung sesuai dengan standar penilaian hasil belajar yang diterbitkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Di sekolah ini, setiap siswa diharuskan
memiliki hasil belajar yang maksimal dalam seluruh komponen penilaian tersebut
untuk dapat naik kelas.
Dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar siswa, pihak sekolah
SMAN ”X” Bandung telah menyediakan berbagai fasilitas. Fasilitas tersebut
antara lain laboratorium, perpustakaan dan juga lapangan olah raga. Dengan
adanya fasilitas tersebut, diharapkan dapat menunjang usaha siswa dalam
melakukan usaha untuk dapat naik kelas.
Siswa kelas XI SMAN “X” Bandung berada pada masa remaja. Pada masa
remaja ini, biasanya mereka lebih banyak menghabiskan waktu berkumpul dan
bermain bersama dengan teman sebaya. Oleh sebab itu, menjadi sulit bagi siswa
untuk mengatur waktu belajar. Apabila siswa tidak memiliki perencanaan perilaku
yang baik untuk melakukan usaha naik kelas, maka akan sulit bagi siswa untuk
mendapatkan penilaian yang baik di sekolah.
Berdasarkan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling SMAN
“X” Bandung, siswa kelas XI merupakan siswa yang cukup sulit diarahkan
dibandingkan dengan siswa kelas X dan kelas XII. Siswa kelas X biasanya lebih
mudah diarahkan karena mereka lebih patuh terhadap guru dan juga siswa kelas
X harus mempersiapkan diri lebih untuk penjurusan di kelas XI. Siswa kelas XII
biasanya sudah lebih serius untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian
kelulusan sehingga lebih mudah untuk dibina dan diarahkan. Siswa yang duduk di
4
peralihan tuntutan yang mereka terima dari guru lebih ringan dibandingkan
dengan siswa kelas X dan kelas XII. Hal ini dapat mengakibatkan usaha yang
dilakukan oleh siswa kelas XI menjadi kurang maksimal. Kegiatan ekstrakurikuler
yang ada di SMAN “X” Bandung lebih banyak dijalankan oleh siswa kelas XI.
Oleh karena itu, siswa yang aktif di kegiatan ekstrakurikuler juga biasanya
mengalami kesulitan dalam mengatur perencanaan belajarnya.
Dari survey yang dilakukan pada 20 siswa kelas XI SMAN “X” Bandung,
80% siswa menyatakan, tertarik melakukan usaha naik kelas karena hal ini dapat
mendatangkan konsekuensi yang baik. Konsekuensi itu adalah dapat naik ke kelas
yang lebih tinggi, tidak mengecewakan orang tua, tetap dapat bersama-sama
dengan teman satu angkatan. Perasaan tertarik yang dimiliki siswa ini terlihat dari
perilaku mereka yang bersemangat dalam mengikuti pelajaran, mengerjakan tugas
dengan baik dan menampilkan unjuk kerja yang optimal (attitude toward the
behavior). Sikap favourable siswa terhadap usaha untuk dapat naik kelas akan
mempengaruhi niat siswa untuk melakukan usaha naik kelas menjadi kuat
(intention). Sebanyak 20% siswa yang lain menyatakan tidak tertarik untuk
melakukan usaha naik kelas karena menurut mereka untuk dapat naik kelas tidak
selalu harus dengan belajar yang rutin, mengerjakan tugas dengan baik dan
menampilkan unjuk kerja yang baik. Mereka berpendapat belajar hanya pada
waktu ujian pun dapat membuat mereka naik kelas, sedangkan menurut mereka
5
tidak sungguh-sungguh dan menampilkan unjuk kerja yang kurang optimal
(attitude toward the behavior).
Sebanyak 90% siswa menyatakan bahwa keluarga, teman dan guru di
sekolah mendukung dan mengharapkan mereka untuk melakukan usaha naik
kelas. Hal ini membuat siswa berpersepsi bahwa keluarga, teman dan guru
menuntut mereka melakukan usaha untuk dapat naik kelas dan mereka bersedia
untuk mematuhi orang-orang tersebut (subjective norms). Tuntutan tersebut
dirasakan dari perilaku orangtua, guru dan teman yang mengingatkan, menyuruh
mereka untuk belajar maupun mengerjakan tugas. Tuntutan yang dipersepsi oleh
siswa ini akan mempengaruhi niat mereka dalam melakukan usaha untuk dapat
naik kelas menjadi kuat (intention). Sebanyak 10% siswa sisanya menyatakan
bahwa guru, orang tua dan teman-teman mereka tidak mengharuskan mereka
melakukan usaha naik kelas. Hal ini membuat siswa berpersepsi bahwa orang tua,
guru dan teman-teman mereka tidak terlalu menuntut mereka melakukan usaha
untuk dapat naik kelas dan siswa bersedia mematuhi orang-orang tersebut
(subjective norms). Hal ini akan mempengaruhi niat mereka dalam melakukan
usaha untuk dapat naik kelas menjadi lemah (intention).
Sebanyak 70% siswa mengatakan bahwa mereka merasa memiliki
kemampuan yang cukup untuk melakukan usaha naik kelas, misalnya mampu
menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru, dapat mengerjakan tugas dengan
baik dan mampu menampilkan unjuk kerja yang baik (perceived behavioral
6
menjadi kuat (intention). Sebanyak 30% siswa lainnya menyatakan kurang
memiliki kemampuan untuk melakukan usaha naik kelas, misalnya mereka
merasa kesulitan untuk menangkap pelajaran yang dijelaskan oleh guru di
sekolah, kurang dapat mengerjakan tugas dengan baik dan kurang mampu
menampilkan unjuk kerja yang baik (perceived behavioral control). Persepsi yang
siswa miliki mengenai kemampuan yang mereka miliki akan mempengaruhi niat
mereka dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas menjadi lemah (intention).
Seluruh siswa menyatakan ingin naik kelas. Akan tetapi, ketika menjalani
usaha tersebut, niat siswa untuk melakukan usaha untuk dapat naik kelas dapat
menjadi lemah apabila mereka menghadapi hambatan atau kesulitan. Kesulitan
yang mereka hadapi antara lain rasa bosan, ajakan dari teman untuk bermain,
materi pelajaran yang membosankan dan juga cara mengajar guru yang dirasakan
kurang menarik sehingga mereka sulit berkonsentrasi pada pelajaran. Adanya
kesulitan-kesulitan tersebut menjadikan keputusan siswa untuk mengerahkan
usaha dalam melakukan usaha naik kelas atau niat mereka (intention) menjadi
lemah.
Dari pemaparan di atas, peneliti mengetahui bahwa walaupun ketiga
determinan intention yang dimiliki oleh siswa positif, namun intention siswa
untuk melakukan usaha untuk dapat naik kelas dapat menjadi lemah. Oleh karena
itu, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai gambaran intention dan
7
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas maka identifikasi
permasalahan pada penelitian ini adalah :
Bagaimanakah gambaran intention dan determinan-determinannya dalam
melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada Siswa Kelas XI di SMAN ”X”
Bandung ?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
− Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai
intention dan determinan-determinannya dalam melakukan usaha untuk
dapat naik kelas pada Siswa Kelas XI SMAN “X” Bandung.
− Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan pengaruh
determinan-determinan intention terhadap intention, dan hubungan antar
determinan-determinan intention dalam melakukan usaha untuk dapat naik
kelas pada Siswa Kelas XI SMAN “X” Bandung.
1.4. Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Ilmiah
− Menambah informasi mengenai gambaran Intention dan
determinan-determinannya dari teori planned behavior kepada peneliti-peneliti lain,
8
− Menambah informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut
mengenai planned behavior dalam melakukan usaha untuk dapat naik
kelas pada siswa SMA.
1.4.2. Kegunaan Praktis
− Memberikan informasi kepada orang tua siswa kelas XI SMAN “X”
Bandung mengenai intention serta determinan-determinannya yang
dimiliki oleh siswa kelas XI SMAN “X” Bandung dalam melakukan usaha
untuk dapat naik kelas, dalam rangka memberikan dukungan dan
memotivasi siswa dalam kegiatan belajar sehingga siswa dapat memiliki
intention yang kuat dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas.
− Memberikan informasi kepada para guru SMAN ”X” Bandung mengenai
intention serta determinan-determinannya yang dimiliki oleh siswa kelas
XI dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas dalam rangka
memperkuat intention siswa untuk melakukan usaha naik kelas.
1.5. Kerangka Pemikiran
Di dalam dunia pendidikan, terdapat tingkatan pendidikan yang harus
dilalui oleh setiap siswa untuk dapat naik ke jenjang yang lebih tinggi. Siswa akan
berusaha untuk memperoleh hasil yang maksimal sehingga dapat naik ke
9
siswa terlebih dahulu. Penilaian untuk menentukan seorang siswa dapat naik kelas
atau tidak dilakukan oleh pihak sekolah, dalam hal ini guru yang mengajar.
Kemudian guru akan membuat suatu patokan nilai untuk mengetahui apakah
siswa dapat melanjutkan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak.
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2004), penilaian kelas pada
dasarnya bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai perkembangan hasil
belajar siswa dan untuk memperbaiki proses belajar. Cara penilaian itu sendiri
dibagi menjadi beberapa bagian seperti penilaian tertulis, unjuk kerja
(performance), produk dan portofolio. Penilaian tertulis biasanya berupa isian,
jawaban benar–salah, menjodohkan atau bentuk soal esai. Penilaian unjuk kerja
lebih mengarah kepada hasil belajar yang menggambarkan proses atau kegiatan
siswa seperti pidato, membaca puisi, diskusi dan lainnya. Penilaian produk atau
bisa disebut hasil kerja meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa membuat
produk–produk teknologi dan seni. Penilaian portofolio digunakan untuk menilai
hasil kerja siswa selama satu periode. Penilaian portofolio dibuat oleh guru
dengan melihat hasil belajar siswa selama satu periode. Jika siswa memperoleh
hasil yang baik dari keempat bagian penilaian tersebut, dan nilainya memenuhi
standar sekolah, maka siswa tersebut dapat naik ke kelas yang lebih tinggi. Untuk
dapat memenuhi persyaratan tersebut maka siswa harus menampilkan perilaku
yang selaras, atau berusaha sebaik mungkin yang dapat membantunya meraih
hasil yang optimal untuk dapat naik kelas. Perilaku–perilaku yang mencerminkan
10
tugas–tugas dari sekolah secara maksimal, atau bekerja kelompok dengan teman
sekolah.
Menurut Icek Ajzen (2005), individu berperilaku berdasarkan akal sehat
dan selalu mempertimbangkan dampak dari perilaku tersebut. Hal ini yang
membuat seseorang berniat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku
tersebut. Di dalam teori planned behavior, niat seseorang untuk menampilkan
perilaku disebut intention. Intention adalah suatu keputusan mengerahkan usaha
untuk menampilkan suatu perilaku. Terdapat tiga determinan di dalam intention.
Determinan tersebut adalah attitude toward the behavior, subjective norms dan
perceived behavioral control.
Determinan pertama adalah sikap terhadap evaluasi positif atau negatif
individu terhadap menampilkan suatu perilaku (attitude toward the behavior).
Attitude toward the behavior didasari oleh behavioral belief, yaitu keyakinan
mengenai evaluasi dari konsekuensi menampilkan suatu perilaku. Jika siswa kelas
XI SMAN “X” Bandung memiliki attitude toward the behavior yang positif
terhadap usaha untuk dapat naik kelas, maka mereka akan mempersepsi bahwa
berusaha untuk dapat naik kelas adalah sesuatu yang menyenangkan. Mereka akan
menyukai untuk berusaha memiliki nilai yang baik pada ujian tertulis, baik ujian
tengah semester atau ujian akhir semester dan juga berusaha mengerjakan tugas
dan menampilkan unjuk kerja yang baik. Akan tetapi, jika siswa memiliki
11
bagi diri mereka sehingga mereka menjadi tidak bersemangat untuk belajar,
mengerjakan tugas dan juga memperlihatkan unjuk kerja yang kurang baik.
Determinan yang kedua adalah persepsi individu mengenai tuntutan dari
orang-orang yang signifikan untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu
perilaku dan kesediaan untuk mengikuti orang-orang yang signifikan tersebut
(subjective norms). Subjective norms didasari oleh normative belief, yaitu
keyakinan seseorang bahwa individu atau kelompok yang penting baginya akan
menyetujui atau tidak menyetujui penampilan suatu perilaku dan serta kesediaan
individu untuk mematuhi orang-orang yang signifikan tersebut. Siswa yang
memiliki subjective norms yang positif akan mempersepsi bahwa orang–orang
yang penting bagi mereka, seperti orang tua, teman sebaya, ataupun guru
menuntut mereka untuk melakukan usaha untuk dapat naik kelas dan siswa juga
bersedia mematuhi orang-orang tersebut. Akan tetapi, jika siswa memiliki
subjective norms yang negatif, maka siswa berpersepsi bahwa orang–orang yang
penting baginya tidak menuntut mereka untuk melakukan usaha untuk dapat naik
kelas dan siswa tidak melakukan usaha untuk dapat naik kelas karena orang yang
penting bagi mereka juga tidak menuntut mereka untuk melakukan hal tersebut.
Determinan intention yang ketiga adalah perceived behavioral control.
Perceived behavioral control adalah persepsi individu mengenai kemampuan
mereka untuk menampilkan suatu perilaku. Perceived behavioral control
didasarkan oleh control belief, yaitu keyakinan mengenai ada atau tidak adanya
faktor-faktor yang mendukung atau menghambat dalam menampilkan suatu
12
memiliki persepsi bahwa diri mereka mampu melakukan usaha untuk dapat naik
kelas. Siswa akan mampu belajar, mengerjakan tugas dengan baik dan
menampilkan unjuk kerja yang maksimal. Sebaliknya, siswa yang memiliki
perceived behavioral control negatif akan mempersepsi diri mereka tidak mampu
melakukan usaha untuk dapat naik kelas, sehingga mereka terhambat dalam
belajar, tidak mengerjakan tugas dengan baik dan tidak menampilkan unjuk kerja
secara maksimal.
Ketiga determinan akan mempengaruhi kuat atau lemahnya intention (niat)
seseorang dalam menampilkan suatu perilaku, tetapi kekuatan pengaruh setiap
determiann adalah berbeda. Ketiga determinan tersebut dapat sama-sama kuat
mempengaruhi intention, atau dapat salah satu saja yang kuat dalam
mempengaruhi intention, tergantung kepada determinan apa yang dianggap paling
penting oleh individu. Siswa yang memiliki attitude toward the behavior yang
positif dan determinan tersebut memiliki pengaruh paling kuat terhadap intention,
maka intention siswa untuk melakukan usaha naik kelas akan kuat walaupun dua
determinan yang lainnya negatif. Begitu pula sebaliknya, apabila attitude toward
the behavior yang dimiliki siswa negatif, dan kedua determinan yang lain positif,
intention siswa untuk melakukan usaha untuk dapat naik kelas dapat lemah karena
attitude toward the behavior memberikan pengaruh yang paling kuat terhadap
intention.
13
subjective norms yang positif berarti memiliki persepsi bahwa guru, orang tua,
teman sekelas dan teman dekat mereka menuntut mereka untuk melakukan usaha
untuk dapat naik kelas. Hal ini akan berkaitan dengan sikap siswa terhadap usaha
untuk dapat naik kelas. Siswa akan berpandangan bahwa orang-orang yang
penting baginya menuntut mereka melakukan usaha untuk naik kelas karena hal
tersebut membawa dampak yang baik bagi diri mereka dan akan membawa
konsekuensi yang positif bagi diri siswa akan membuat siswa memiliki attitude
toward the behavior yang positif terhadap usaha untuk dapat naik kelas dan
demikian pula sebaliknya. Siswa yang memiliki subjective norms yang negatif
berarti memiliki persepsi bahwa guru, orang tua, teman sekelas dan teman dekat
mereka tidak menuntut mereka untuk melakukan usaha naik kelas. hal ini akan
membuat siswa berpandangan bahwa orang-orang yang penting baginya tidak
menuntut mereka untuk melakukan usaha naik kelas karena usaha tersebut kurang
membawa konsekuensi yang positif bagi mereka sehingga siswa akan memiliki
attitude toward the behavior yang negatif terhadap usaha untuk dapat naik kelas.
Apabila hubungan antara attitude toward the behavior dan perceived
behavioral control erat, maka siswa yang memiliki attitude toward the behavior
yang positif dapat memiliki perceived behavioral control yang positif pula. Siswa
yang mempersepsi diri mereka mampu melakukan usaha untuk dapat naik kelas
akan memiliki sikap menyukai dan menganggap bahwa usaha untuk naik kelas
adalah perilaku yang menyenangkan dan membawa dampak yang positif bagi diri
14
Apabila hubungan antara subjective norms dan perceived behavioral
control erat, maka siswa berpersepsi bahwa mereka memiliki kemampuan untuk
melakukan usaha naik kelas. Persepsi tersebut akan mendorong siswa untuk
bersedia mengikuti tuntutan dari orang yang penting baginya apabila orang-orang
yang penting bagi siswa seperti orang tua, guru dan teman menuntut mereka untuk
melakukan usaha naik kelas.
Interaksi dari ketiga determinan tersebut pada akhirnya akan ikut
mempengaruhi kuat atau lemahnya intention siswa untuk melakukan usaha
15
Skema Kerangka Pemikiran Siswa Kelas XI
SMAN “X” Bandung
Intention Usaha Untuk Melakukan Dapat Naik
Kelas Attitude toward the
behavior
Subjective norms
Perceived behavioral control
Melakukan usaha untuk dapat naik kelas yang sesuai dengan Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM)
16
1.6. Asumsi
Dari kerangka pemikiran di atas, peneliti mempunyai asumsi, yaitu :
1) Attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived
behavioral control yang positif akan mempengaruhi intention siswa
dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas menjadi kuat.
2) Attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived
behavioral control yang negatif akan mempengaruhi intention siswa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai intention dan
determinan-determinannya dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas terhadap 279 siswa
kelas XI SMAN “X” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Persentase terbesar adalah siswa kelas XI SMAN “X“ Bandung memiliki
intention yang kuat dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas.
Determinan yang berkontribusi paling besar terhadap intention dalam
melakukan usaha untuk dapat naik kelas adalah attitude toward the behavior.
Determinan kedua yang memberikan kontribusi besar terhadap intention
adalah subjective norms dan determinan ketiga yang memberikan kontribusi
cukup besar adalah perceived behavioral control.
a. Persentase terbesar siswa kelas XI SMAN “X” Bandung memiliki attitude
toward the behavior yang favourable terhadap usaha untuk dapat naik
kelas. Sikap tersebut akan mendorong siswa untuk memiliki perencanaan
yang matang untuk mengerahkan usahanya dalam melakukan usaha untuk
dapat naik kelas.
b. Persentase terbesar siswa juga memiliki subjective norms yang negatif
terhadap usaha untuk dapat naik kelas. Hal ini mendorong siswa untuk
66
c. Jumlah siswa yang memiliki perceived behavioral control yang positif
maupun negatif terhadap usaha untuk dapat naik kelas hampir sama besar.
Hal ini tidak terlalu mempengaruhi kekuatan intention siswa dalam
melakukan usaha untuk dapat naik kelas karena pengaruh perceived
behavioral control terhadap intention tidak terlalu besar.
2. Ketiga determinan, attitude toward behavior, subjective norms dan perceived
behavioral control saling berhubungan satu sama lain. Determinan yang
memiliki hubungan yang erat adalah attitude toward behavior dan subjective
norms, kemudian attitude toward behavior dan perceived behavioral control.
Siswa kelas XI SMAN “X” Bandung yang mempersepsi orang-orang yang
penting baginya menuntut mereka melakukan usaha untuk dapat naik kelas
cenderung akan memiliki sikap favourable terhadap usaha untuk dapat naik
kelas, demikian pula siswa yang mempersepsi bahwa orang-orang yang
penting baginya tidak menuntut mereka melakukan usaha untuk dapat naik
kelas akan memiliki sikap yang unfavourable terhadap usaha untuk dapat naik
kelas. Siswa yang mempesepsi usaha untuk dapat naik kelas merupakan hal
yang mudah mereka lakukan akan memiliki sikap yang favourable terhdap
usaha tersebut. demikian pula, siswa yang memiliki sikap favourable terhadap
usaha untuk dapat naik kelas akan mempersepsi diri mereka mampu
67
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa
saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
1) Untuk Penelitian Lanjutan :
Meneliti mengenai pengaruh dari ketiga belief terhadap determinan intention
secara lebih mendalam.
2) Saran Guna Laksana
a) Bagi guru di SMAN ”X” Bandung disarankan untuk menggunakan metode
pengajaran yang menarik sehingga siswa menjadi lebih tertarik dan
menyukai kegiatan belajar dan dapat memiliki attitude toward behavior
yang positif terhadap usaha untuk dapat naik kelas. Memberikan dukungan
dan perhatian kepada siswa karena dukungan dan perhatian dari guru dapat
mempengaruhi subjective norms siswa dalam melakukan usaha untuk
dapat naik kelas semakin positif, sehingga intention siswa dalam
melakukan usaha untuk dapat naik kelas menjadi semakin kuat.
b) Bagi orang tua siswa kelas XI SMAN “X Bandung, disarankan untuk
memberikan dukungan terhadap kegiatan belajar siswa. Seperti
menyediakan fasilitas belajar yang memadai, mengikutkan siswa dalam
68
bahwa mereka mampu melakukan usaha untuk dapat naik kelas dan tetap
mengawasi siswa dalam kegiatannya melakukan usaha untuk dapat naik
kelas. Dengan demikian, hal tersebut dapat memperkuat subjective norms
dan attitude toward the behavior siswa sehingga intention siswa dalam
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior. England: Open University Press, McGraw-Hill Education.
Ajzen, Icek. 2006. Constructing a TpB Questionnaire: Conceptual and Methodological Considerations.
Ajzen, Icek 1991. Organizational of Behavior and Human Decision Processes.
University of Massachusetts at Amherst.
Bamberg, Sebastian., Ajzen, Icek., Schimdt, Peter. 2003. Choice of Travel Mode in the Theory of Planned Behavior: The Roles of Past Behavior,
Habit, and Reasoned Action. Journal of Basic and Applied Social
Psychology, 25. 175-187. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Davis, Larry E. 2002. The decision of African American students to complete high school : An application of the theory of planned behavior. Journal of Educational Psychology. 810-819. American Psychological Association. Inc.
Departemen Pendidikan Nasional, 2004. Pelayanan Profesional Kurikulum 2004. Penilaian Kelas.
Filla, Stefanie A. 2006. Applying the theory of planned behavior to healthy eating behaviors in urban native American youth. International journal of behavioral nutrition and physical activity. 1-10. America Biomedical Central. Ltd.
Francis, Jillian J., Eccles, Martin P. 2004. Constructing Questionnaires Based On The Theory of Planned Behaviour. A Manual for Health Services Researchers. United Kongdom :Centre for Health Services Research, University of Newcastle.
Guilford, J. P. 1956. Fundanmental Statistics in Psychology and Education. (3rd Ed.). Tokyo : Mc. Graw-Hill Kogakusha Company. Ltd.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Hurlock, Ellizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (5~' Ed.). Alih Bahasa Erlangga.
Michie, S. 2004. Using the theory of planned behaviour to predict screening uptake in two contexts. Journal of Psychology and Health. 705-718. Birmingham : Taylor & Francis. Ltd.
Santrock, John. W., 1998. Adolescent Development, Seventh Edition, USA : McGraw-Hill, Inc.
Santrock, John. W., 2002. Life Span Development. Edisi Ketujuh. Jakarta Penerbit Erlangga
Siegel, Sidney, N. John Castellan Jr. 1988. Nonparametric Statistic for Behavioral Sciences. (2nd Ed.). Tokyo Mc. Graw-Hill International Edition.
Sitepu, Nirvana. 1995. Analisis Korelasi. Bandung Unit Pelayanan Statistika. Jurusan Statistika. FMIPA UNPAD.
DAFTAR RUJUKAN
www.kompas.com