• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGAPAN IBU-IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI KELURAHAN SUKARAMAI KECAMATAN BINJAI BARAT KOTA BINJAI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANGGAPAN IBU-IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI KELURAHAN SUKARAMAI KECAMATAN BINJAI BARAT KOTA BINJAI."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGAPAN IBU-IBU RUMAH TANGGA TERHADAP

PERNIKAHAN USIA DINI DI KELURAHAN

SUKARAMAI KECAMATAN BINJAI

BARAT KOTA BINJAI

SKRIPSI

OLEH :

STEFFY MARIA C.G NIM 061211310008

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

TANGGAPAN IBU-IBU RUMAH TANGGA TERHADAP

PERNIKAHAN USIA DINI DI KELURAHAN

SUKARAMAI KECAMATAN BINJAI

BARAT KOTA BINJAI

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar sarjana Pendidikan Pada

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

OLEH :

STEFFY MARIA C.G 061211310008

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi yang diajukan oleh :

STEFFY MARIA C.G NIM. 061211310008

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Telah Dipertahankan Dalam Ujian Skripsi Pada Tanggal 08 Mei 2012 Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Medan, Mei 2012 Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris,

Drs. Nasrun, M.S Dra. Hj. Rosdiana, M.Pd

(4)

i ABSTRAK

Steffy Maria C.G. Tanggapan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pernikahan Usia Dini Di Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2012. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Dampak pergaulan yang terlalu bebas, (2) Kurangnya perhatian orangtua terhadap remaja, (3) Kurang adanya komunikasi yang baik antara anak dengan orangtua, (4)Kondisi sosial ekonomi, (5) Dampak media Komunikasi yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan ibu-ibu rumah tangga terhadap pernikahan usia dini.

Tanggapan dalam penelitian ini adalah penilaian dan penerimaan orangtua (ibu- ibu) rumah tangga terhadap pernikahan remaja di usia dini.

Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif yang diangkat dari Tanggapan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pernikahan Usia Dini. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 190 orang dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 38 orang, yaitu ibu-ibu rumah tangga yang memiliki anak remaja.

Dengan persentase perhitungan pada ibu-ibu rumah tangga dapat diketahui

bahwa Ibu-Ibu rumah tangga memberikan penilaian bahwa konsep atau

(5)

v

5. Faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini ... 24

6. Faktor yang mendorong terjadinya pernikahan usia dini .. 37

7. Dampak pernikahan usia dini ... 41

B. KERANGKA KONSEPTUAL... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47

B. Populasi dan Sampel ... 47

(6)

vi

2. Sampel ... 48

C. Operasional Variabel Penelitian ... 49

1. Variabel Penelitian ... 49

2. Defenisi Operasional ... 49

D. Teknik Pengumpulan Data ... 50

E. Teknik Analisis Data ... 52

F. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

1. Lokasi Penelitian ... 53

2. Waktu Penelitian ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 56

1. Variabel Penilaian ... 57

2. Variabel Penerimaan ... 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1: Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 51

Tabel 2: Waktu Penelitian ... ... 53

Tabel 3: Penilaian ... 57

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Globalisasi lengkap dengan teknologinya tentu membawa dampak yang

bersifat positif dan tidak sedikit pula dampak negatif yang ditimbulkan. Salah satu

kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah para remaja. Kenapa? Tak lain

karena mereka memiliki karakteristik sendiri yang unik atau labil, sedang pada

taraf mencari identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju status

dewasa, dan sebagainya.

Pertumbuhan fisik yang terjadi pada remaja mengakibatkan remaja

mengalami kebingungan akan identitas dirinya, satu hal yang pasti tentang

aspek-aspek psikologis dari perubahan fisik pada remaja adalah bahwa remaja

disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai

gambaran tubuh mereka yang tidak jarang bertentangan dengan orang tua, para

pendidik, dan lingkungan sosial. Remaja adalah sosok individu yang sedang

dalam proses perubahan dari masa anak ke dewasa. Secara umum dan dalam

kondisi normal sekalipun, masa ini merupakan periode yang sulit ditempuh, baik

secara individual ataupun kelompok, sehingga remaja sering dikatakan sebagai

kelompok umur bermasalah (the trouble teens).

Diberbagai kota besar, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ulah

remaja belakangan ini makin mengerikan dan mencemaskan masyarakat. Mereka

tidak lagi sekedar terlibat dalam aktivitas nakal seperti membolos sekolah,

merokok, minum minuman keras, atau menggoda lawan jenisnya, tetapi tidak

(10)

2

penggunaan NAPZA, terjerumus dalam kehidupan seksual pranikah, nikah dini

dan berbagai bentuk perilaku menyimpang lainnya.

Kehidupan remaja sepertinya tidak pernah terlepas dari persoalan perilaku

nikah dini, terlebih remaja kota. Pengaruh informasi global (paparan audio

visual) yang semakin mudah diakses diakui atau tidak telah memancing anak dan

remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti merokok,

minum minuman beralkohol, dan penyalahgunaan obat terlarang. Pada akhirnya

secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal

seksual aktif serta mengantar mereka pada berperilaku seksual yang berisiko

tinggi.

Perilaku nikah dini dikalangan remaja ini tidak hanya terjadi pada remaja

yang tidak sekolah saja, akan tetapi fenomena seks pranikah ini juga terjadi pada

remaja yang berstatus sebagai pelajar. Dikota-kota besar, kita dapat dengan

mudah menyaksikan fenomena ini ditempat-tempat hiburan seperti diskotik,

bahkan sampai ditempat-tempat shooping sekalipun kita dapat dengan mudah

melihat perilaku para remaja yang sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial.

Tidak jarang kita jumpai sepasang remaja sedang asyik bermesraan di

tempat-tempat shooping tanpa menghiraukan orang disekitar dan tanpa malu

dengan seragam abu-abu yang dikenakannya. Tidak jarang pula kita jumpai

sepasang remaja yang berstatus pelajar dengan asyiknya bermesraan dan

“bercumbu” ditempat-tempat umum seperti bioskop. Tidak jarang juga para

remaja yang berstatus pelajar ini menggelar pesta gilanya dirumah atau di

kos-kosan. Menurut Sarwono (1994), pernikahan muda atau pernikahan dini banyak

(11)

3

perilaku seksual. Sedangkan, Sanderowitz dan Paxman (Sarwono 1994)

menyatakan bahwa pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berfikir

secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berfikir telah saling

mencintai dan siap untuk menikah. Selain itu, faktor penyebab terjadinya

pernikahan muda adalah perjodohan orang tua. Perjodohan ini sering terjadi

akibat putus sekolah dan akibat dari permasalahan ekonomi.

Rata-rata usia kawin pertama yang rendah dari penduduk suatu daerah

mencerminkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dari daerah tersebut.

Perempuan dan laki-laki tidak banyak mempunyai alternatif kegiatan lain

sehingga menikah muda dan meninggalkan bangku sekolah. Remaja

dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun sesuai dengan

Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 bahwa usia minimal menikah bagi

perempuan adalah 16 tahun dan bagi laki-laki 18 tahun. pada kenyataannya,

kematangan seseorang banyak juga tergantung pada perkembangan emosi, latar

belakang pendidikan, sosial, dan lain sebagainya.

Perkawinan usia dini memberi dampak peningkatan resiko kehamilan yang

pada akhirnya dapat menyebabkan kematian maternal dan bayi, meningkatnya

infeksi menular seksual atau HIV/AIDS, berkurangnya kesempatan memperoleh

pendidikan, peningkatan laju pertumbuhan penduduk, fungsi sosial dan ekonomi

yang menurun pada remaja wanita yang kawin muda, serta banyak dampak lain

akibat perkawinan usia dini. Dalam melaksanakan pernikahan dijumpai

norma-norma dan syarat-syarat yang mengatur pernikahan serta permasalahannya.

(12)

4

diharapkan dapat menampung aspirasi masyarakat yang diharapkan

pelaksanaannya secara murni dan konsekuen.

Pernikahan Dini sepertinya identik sekali dengn pernikahan yang

amburadul, yaitu pernikahan dengan masa depan yang suram. Pandangan ini

meluas karena pernikahan dini dianggap terjadi karena unsur keterpaksaan atau

“kecelakaan”. Dengan kata lain, pernikahan dini adalah pernikahan yang

dilaksanakan tanpa persiapan yang matang. Bila ada pasangan muda menikah,

pernikahan mereka dianggap terlalu dini, terlalu tergesa-gesa, atau digosipkan

akibat “kecelakaan”.

Pandangan ibu-ibu sudah begitu negatifnya terhadap pernikahan dini. Jadi,

pemuda-pemudi yang ingin menyegarkan menikah kemungkinan besar akan

menghadapi permintaan untuk menunda pernikahan mereka. Pada kenyataannya,

pernikahan dini memang merupakan pernikahan yang rentan terhadap masalah.

Bukan sekedar akibat pengaruh berita dan film, tapi contohnya kadang kita lihat

sendiri di sekitar kita. Mungkin juga kita mendengar cerita yang tidak

menyenangkan mengenai pasangan muda dari keluarga atau teman kita sendiri.

Pada akhirnya, masa depan pernikahan dini pun menjadi momok yang

menakutkan. Melakukan pernikahan dini itu tidak serta merta membawa dampak

negatif. Menyegerakan menikah dapat juga berarti menyegerakan datangnya

dampak positif pernikahan ke dalam hidup masing-masing pihak, baik suami

maupun istri. Yang perlu diperhatikan pada dasarnya adalah kesiapan seseorang

menghadapi pernikahan dan kesiapan seseorang ini tidak harus dikaitkan dengan

(13)

5

Walaupun begitu, disadari bahwa yang terjadi justru sebaliknya. Kalaupun

ada pasangan muda yang hidup harmonis namun tidak sedikit yang broken home;

dalam arti bahwa pernikahan dini itu penuh resiko. Pola pemikiran ini dipegang

oleh sebagian besar masyarakat, termasuk para bakal calon pengantin. Disisi lain

juga disadari bahwa tingkat pendidikan seseorang juga akan berpengaruh dengan

kematangan dalam bertindak. Dengan kata lain tingkat kematangan seseorang

sangat dipengaruhi oleh cara orang itu dididik dan dibesarkan. Dengan pernyataan

tersebut, disadari bahwa bagi para remaja masih dibutuhkan pengalaman dan

pendidikan sebelum memasuki pernikahan. Dengan pola pendidikan yang tepat,

kematangan seseorang sudah mulai terbentuk di usia belasan tahun. Sebaliknya,

dengan pola pendidikan yang tidak tepat, kematangan itu tidak akan terbentuk

walau usia seseorang sudah lebih dari 25 tahun.

Memahami beberapa kutipan diatas, dapat dikemukakan bahwa

pernikahan dini terjadi tanpa memenuhi syarat tersebut. Kenyataan akibat dari

beberapa faktor, pernikahan dini masih banyak terjadi.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini, antara

lain:

a. Dampak pergaulan yang terlalu bebas

Kehidupan remaja di daerah ini mencerminkan kehidupan remaja yang

sangat bebas. Mereka berteman dengan siapa saja tanpa melihat bagaimana tmn

yang dekat sama mereka, Mereka selalu berpacaran di tempat-tempat gelap dan

sepi. Tidak hanya itu saja, Mereka juga sering mempertontonkan sikap berpacaran

mereka yang tidak wajar. Mereka tidak lagi memikirkan tentang bagaimana

(14)

6

pria maupun wanita di daerah tersebut sering membawa pasangan mereka untuk

menginap di rumah mereka selama berhari-hari.

b. Kurangnya perhatian orangtua terhadap remaja.

Orangtua yang terlalu sibuk dengan aktifitasnya sehari-hari

mengakibatkan, orangtua lupa memperhatikan kehidupan anak-anaknya. Orangtua

tidak lagi mempunyai waktu untuk bersenda gurau dengan mereka, bahkan

bercerita kepada ibu mereka tentang dalam hal-hal yang wajib untuk dibicarakan

dan hal yang sangat tabu untuk dibicarakan.

c. Kurang adanya komunikasi yang baik antara anak dengan orangtua.

Hubungan orang-tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan

emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya,

Orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga,

dan anak akan “melarikan diri“ dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap

misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi

yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.

Orang tua berkewajiban memberikan pelajaran dan keteladanan moral

kepada anak-anaknya, termasuk dalam masalah seksualitas dan kesehatan

reproduksi. Sehubungan dengan peran penting pihak orang tua dalam proses

pembelajaran reproduksi, seseorang yang melakukan pernikahan dini menyatakan

bahwa dirinya memiliki hubungan yang cukup harmonis dengan orang tuanya di

rumah. Namun, para remaja mengaku tidak pernah membicarakan masalah

reproduksi dan masalah seksualitas secara khusus dengan orang tuanya.

(15)

7

masalah ini dianggap tabu. Pihak orang tua menganggap bahwa itu akan

mengetahui masalah seksual dengan sendirinya apabila sudah dewasa.

Komunikasi efektif antara orang tua dengan anak membentuk pola dasar

kepribadian anak secara normal dan perkembangan psikologis yang sehat bagi

anak, karena merupakan hakekat seorang anak dalam pertumbuhan dan

perkembangannya membutuhkan uluran tangan dari orang tua, orang tualah yang

bertanggung jawab dalam mengembangkan keseluruhan eksistensi anak termasuk

kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikis sehingga anak dapat tumbuh dan

berkembang ke arah kepribadian yang matang dan harmonis. Selain itu dengan

meningkatkan kualitas komunikasi antara orang tua dan anak yaitu menjalin

komunikasi secara terbuka serta menunjukkan cinta dan perhatian pada anak juga

dapat menghindarkan remaja dari perilaku seksual pranikah, karena remaja

memerlukan seseorang yang dapat dipercaya dan dapat diajak membicarakan

masalah-masalah yang menekan mereka.

d. Kondisi Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi tentunya mempunyai peran terhadap perkembangan

anak, dengan perekonomian yang cukup, maka anak-anak mereka mempunyai

kesempatan yang luas, seperti mendapatkan pendidikan dan kebutuhan hidup

anggota terpenuhi. Lain halnya dengan keadaan sosial ekonomi orang tua yang

kurang mencukupi kebutuhan keluarga, anak-anak mereka tidak mempunyai

kesempatan luas, seperti sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Beban orang tua

akan semakin berat untuk mencukupi kebutuhan anggota keluarga atau anak-anak

(16)

8

rendah mereka akan cepat-cepat menikahkan anaknya khususnya anak gadisnya

yang belum cukup umur untuk menikah.

e. Dampak media Komunikasi (siaran/berita)

Paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno)

maupun elektronik (TV, VCD, Internet), dinilai banyak menyuguhkan materi

pornografi dan pornoaksi secara langsung maupun tidak langsung dapat

memberikan kesan yang mendalam dan gambaran psikoseksual yang salah, serta

dapat mendorong timbulnya libido seksual remaja, bahkan materi pornografi dan

pornoaksi dijadikan referensi oleh remaja untuk melakukan seksual pranikah.

Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru

apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa tersebut. Kajian tentang

pemanfaatan waktu luang dikalangan remaja menunjukkan bahwa sebagian besar

remaja menghabiskan waktu luangnya untuk menonton TV (86% pada anak

laki-laki, dan 90% pada anak perempuan. Remaja umumnya telah berani menyetel

VCD porno secara bersama-sama di rumah teman mereka apabila orang tuanya

tidak ada. Sesuai dengan temuan Soetjiningsih (1998), anak-anak remaja yang

berstatus sebagai pelajar SLTP diketahui menghabiskan sebagian besar waktunya

di depan TV. Apabila tidak ada filter (daya tahan) yang baik pada diri remaja,

mereka bisa terseret arus dari paket tayangan TV yang tidak selalu bernilai

edukatif.

Pengaruh eksternal, khususnya film VCD porno perlu mendapat perhatian

dewasa ini, kaset VCD porno sudah menjadi barang biasa dan mudah didapatkan.

Keberadaan VCD porno yang benyak beredar dipasaran belum mendapatkan

(17)

9

secara konsisten dan berkelanjutan untuk merazia keberadaan VCD porno itu.

Upaya razia segala bentuk pornografi, baik yang berupa bahan bacaan maupun

VCD porno yang dilakukan oleh pihak berwenang, belum berhasil ditegakkan

secara konsisten dan berkesinambungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti

tentang “Tanggapan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pernikahan Usia Dini di

Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Dampak pergaulan yang terlalu bebas

2. Kurangnya perhatian orangtua terhadap remaja

3. Kurang adanya komunikasi yang baik antara anak dengan orangtua

4. Kondisi sosial-ekonomi

5. Dampak media komunikasi

C. Batasan Masalah

Banyak masalah diatas, tapi salah satu yang menjadi faktor terjadinya

Pernikahan dini adalah tentang bagaimana perhatian / tanggapan orangtua

terhadap pernikahan usia dini. Walau faktor lain banyak, tetapi ada pengawasan

(18)

10

Untuk itu, penulis membatasi masalah dalam penelitian ini adalah sebatas

untuk mencari tanggapan ibu-ibu rumah tangga terhadap pernikahan usia dini di

Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai”.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Tanggapan Ibu-Ibu

Rumah Tangga Terhadap Pernikahan Usia Dini di Kelurahan Sukaramai

Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah

Untuk mengetahui bagaimana tanggapan ibu-ibu rumah tangga mengenai

pernikahan usia dini pada anak remaja di bawah usia 18 tahun di Kelurahan

(19)

11

F. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, maka manfaat yang akan

diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan masukan pada instansi terkait sehingga dapat dilakukan program yang

sesuai dalam mencegah dan mengatasi dampak-dampak pernikahan usia dini.

2. Manfaat Teoritis, dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian-

(20)

77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil analisis data,dapat disimpulkan bahwa tanggapan ibu-ibu rumah

tangga di kelurahan dapat dilihat dari tiga hal berikut ini:

a. Penilaian

Berdasarkan data yang diperoleh dari angket yang telah diberikan kepada

ibu-ibu rumah tangga menyangkut penilaian ibu-ibu-ibu-ibu rumah tangga terhadap

pernikahan usia dini sehingga menghasilkan sebuah tanggapan yang sesuai

dengan alternatif jawaban sesudah diadakan tabulai terhadap 38 responden

yaitu seluruh ibu-ibu rumah tangga rata-rata lebih dominan memilih jawaban

“A”, yaitu 54,60%. Ibu-ibu rumah tangga memberikan penilaian bahwa

konsep atau pelaksanaan/terjadinya pernikahan usia dini banyak disebabkan

oleh faktor pengetahuan, faktor budaya, faktor ekonomi, faktor media, faktor

ketersediaan sarana-prasarana, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan

sekolah dan lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap terjadinya

pernikahan usia dini. Ibu-ibu tersebut setuju kalau pernikahan usia dini

disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. 15,50% ibu-ibu rumah tangga tidak

setuju kalau pernikahan usia dini disebabkan oleh faktor-faktor tersebut dan

20,2% ibu-ibu menjawab ragu-ragu akan faktor yang menyebabkan terjadinya

(21)

78

b. Penerimaan

Berdasarkan data yang diperoleh dari angket yang telah diberikan kepada

ibu-ibu rumah tangga menyangkut penerimaan ibu-ibu-ibu-ibu rumah tangga terhadap

anak remaja mereka yang menikah di usia dini sehingga menghasilkan sebuah

tanggapan yang sesuai dengan alternatif jawaban sesudah diadakan tabulai

terhadap 38 responden yaitu seluruh ibu-ibu rumah tangga rata-rata lebih

dominan memilih jawaban “A”, yaitu 37,71%. Ibu-ibu tersebut tidak dapat

menerima anak remaja mereka yang menikah dini. 37,29% responden dapat

menerima anak remaja mereka yang menikah dini dan 28,95% responden

ragu-ragu akan hal tersebut.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka

saran penulis yaitu:

1. Hendaknya Ibu-ibu rumah tangga memberikan pengarahan kepada anak

remaja mereka pengetahuan tentang reproduksi dan berpacaran yang baik.

Selain itu juga ibu-ibu harus memantau kehidupan sehari-hari anak remaja

mereka. Ibu-ibu juga harus memperhitungkan dalam pemberian uang saku

2. Ibu-ibu tidak dapat menerima, menghukum, dan mencegah supaya hal tersebut

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Amrillah, A.A., Hertinjung, W.S., Prasetyaningrum. 2006. Hubungan Antara Pengetahuan Seksualitas Dan Kualitas Komunikasi Orang Tua – Anak Dengan Perilaku Seksual Pranikah. Jakarta:Mutiara Sumber Widya.

Arikunto, Suharsimi. 1996 . Prosedur Penelitian Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka .

. 2003 . Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsiama. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono, M. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hurlock, E. B. 1992. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

http://www.kompas.com. Adat Kawin Muda Menghambat Kemajuan Perempuan di Jatim. Diakses. 28 Desember 2010, 15:00 WIB

http:/www.pikas.bkkbn.go.id. TV dan Internet beri Andil Meledaknya Angka Seks Pranikah. Diakses. 20 Mei 2011, 13:45 WIB

http://www.pikiran rakyat.co.id//webmail. Plus Minus Menikah Muda. Diakses : 18 November 2007, 09:30 WIB

http:/hqweb01.bkkbn.go.id/hgweb/ceria/. Remaja Lakukan Hubungan Seksual di Tempat Kos. Diakses 15 Oktober 2011, 16:30 WIB

http:/www.e-psikologi.com/remaja/index.htm. Beberapa Permasalahan Remaja. Diakses 30 November 2011, 20:30 WIB.

J. Gode, william. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Miqdad, A. A. A. 2001. Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Hukum Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

(23)

Oekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Keluarga. Ikhwal Keluarga, Remaja, dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Saringedyanti, E. 1991. Pendidikan Seks Untuk Anak. Jakarta : Puspa Warna.

Vembriarto, ST. 1997. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Paramita.

Referensi

Dokumen terkait

3.1.3 Mesh reconstruction After the preliminary steps of the procedure, the Z+F LaserControl ® software was left in favour of two different free and open source software:

[r]

Sembilan ratus delapan puluh lima juta delapan ratus empat puluh empat ribu rupiah,- termasuk PPN 10 %-. PEMENANG CADANGAN

Kedua Ketetapan pemenang ini dibuat dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan Barang/Jasa. Ditetapkan di

Peningkatan interval penyiraman menjadi 6 hari menurunkan kadar lengas tanah, menghambat pertumbuhan akar dan tajuk, menurunkan bobot kering total serta komponen hasil

Menurut Zubair Amin (2009) tujuan dari assessment adalah menentukan apakah learning outcomes tercapai, mendorong mahasiswa belajar, sertifikasi dan

ini menunjukkan status gizi lansia yang mengikuti posyandu lansia cenderung lebih banyak memiliki status gizi normal dibandingkan dengan lanjut usia yang tidak

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Program Pascasarjana7. Universitas