TANGGAPAN IBU-IBU RUMAH TANGGA TERHADAP
PERNIKAHAN USIA DINI DI KELURAHAN
SUKARAMAI KECAMATAN BINJAI
BARAT KOTA BINJAI
SKRIPSI
OLEH :
STEFFY MARIA C.G NIM 061211310008
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TANGGAPAN IBU-IBU RUMAH TANGGA TERHADAP
PERNIKAHAN USIA DINI DI KELURAHAN
SUKARAMAI KECAMATAN BINJAI
BARAT KOTA BINJAI
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar sarjana Pendidikan Pada
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
OLEH :
STEFFY MARIA C.G 061211310008
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang diajukan oleh :
STEFFY MARIA C.G NIM. 061211310008
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan
Telah Dipertahankan Dalam Ujian Skripsi Pada Tanggal 08 Mei 2012 Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Medan, Mei 2012 Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
Drs. Nasrun, M.S Dra. Hj. Rosdiana, M.Pd
i ABSTRAK
Steffy Maria C.G. Tanggapan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pernikahan Usia Dini Di Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan, 2012. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Dampak pergaulan yang terlalu bebas, (2) Kurangnya perhatian orangtua terhadap remaja, (3) Kurang adanya komunikasi yang baik antara anak dengan orangtua, (4)Kondisi sosial ekonomi, (5) Dampak media Komunikasi yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tanggapan ibu-ibu rumah tangga terhadap pernikahan usia dini.
Tanggapan dalam penelitian ini adalah penilaian dan penerimaan orangtua (ibu- ibu) rumah tangga terhadap pernikahan remaja di usia dini.
Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif yang diangkat dari Tanggapan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pernikahan Usia Dini. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 190 orang dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 38 orang, yaitu ibu-ibu rumah tangga yang memiliki anak remaja.
Dengan persentase perhitungan pada ibu-ibu rumah tangga dapat diketahui
bahwa Ibu-Ibu rumah tangga memberikan penilaian bahwa konsep atau
v
5. Faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dini ... 24
6. Faktor yang mendorong terjadinya pernikahan usia dini .. 37
7. Dampak pernikahan usia dini ... 41
B. KERANGKA KONSEPTUAL... 44
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 47
B. Populasi dan Sampel ... 47
vi
2. Sampel ... 48
C. Operasional Variabel Penelitian ... 49
1. Variabel Penelitian ... 49
2. Defenisi Operasional ... 49
D. Teknik Pengumpulan Data ... 50
E. Teknik Analisis Data ... 52
F. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53
1. Lokasi Penelitian ... 53
2. Waktu Penelitian ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 56
1. Variabel Penilaian ... 57
2. Variabel Penerimaan ... 67
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1: Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 51
Tabel 2: Waktu Penelitian ... ... 53
Tabel 3: Penilaian ... 57
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi lengkap dengan teknologinya tentu membawa dampak yang
bersifat positif dan tidak sedikit pula dampak negatif yang ditimbulkan. Salah satu
kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah para remaja. Kenapa? Tak lain
karena mereka memiliki karakteristik sendiri yang unik atau labil, sedang pada
taraf mencari identitas, mengalami masa transisi dari remaja menuju status
dewasa, dan sebagainya.
Pertumbuhan fisik yang terjadi pada remaja mengakibatkan remaja
mengalami kebingungan akan identitas dirinya, satu hal yang pasti tentang
aspek-aspek psikologis dari perubahan fisik pada remaja adalah bahwa remaja
disibukkan dengan tubuh mereka dan mengembangkan citra individual mengenai
gambaran tubuh mereka yang tidak jarang bertentangan dengan orang tua, para
pendidik, dan lingkungan sosial. Remaja adalah sosok individu yang sedang
dalam proses perubahan dari masa anak ke dewasa. Secara umum dan dalam
kondisi normal sekalipun, masa ini merupakan periode yang sulit ditempuh, baik
secara individual ataupun kelompok, sehingga remaja sering dikatakan sebagai
kelompok umur bermasalah (the trouble teens).
Diberbagai kota besar, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa ulah
remaja belakangan ini makin mengerikan dan mencemaskan masyarakat. Mereka
tidak lagi sekedar terlibat dalam aktivitas nakal seperti membolos sekolah,
merokok, minum minuman keras, atau menggoda lawan jenisnya, tetapi tidak
2
penggunaan NAPZA, terjerumus dalam kehidupan seksual pranikah, nikah dini
dan berbagai bentuk perilaku menyimpang lainnya.
Kehidupan remaja sepertinya tidak pernah terlepas dari persoalan perilaku
nikah dini, terlebih remaja kota. Pengaruh informasi global (paparan audio
visual) yang semakin mudah diakses diakui atau tidak telah memancing anak dan
remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti merokok,
minum minuman beralkohol, dan penyalahgunaan obat terlarang. Pada akhirnya
secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal
seksual aktif serta mengantar mereka pada berperilaku seksual yang berisiko
tinggi.
Perilaku nikah dini dikalangan remaja ini tidak hanya terjadi pada remaja
yang tidak sekolah saja, akan tetapi fenomena seks pranikah ini juga terjadi pada
remaja yang berstatus sebagai pelajar. Dikota-kota besar, kita dapat dengan
mudah menyaksikan fenomena ini ditempat-tempat hiburan seperti diskotik,
bahkan sampai ditempat-tempat shooping sekalipun kita dapat dengan mudah
melihat perilaku para remaja yang sudah tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial.
Tidak jarang kita jumpai sepasang remaja sedang asyik bermesraan di
tempat-tempat shooping tanpa menghiraukan orang disekitar dan tanpa malu
dengan seragam abu-abu yang dikenakannya. Tidak jarang pula kita jumpai
sepasang remaja yang berstatus pelajar dengan asyiknya bermesraan dan
“bercumbu” ditempat-tempat umum seperti bioskop. Tidak jarang juga para
remaja yang berstatus pelajar ini menggelar pesta gilanya dirumah atau di
kos-kosan. Menurut Sarwono (1994), pernikahan muda atau pernikahan dini banyak
3
perilaku seksual. Sedangkan, Sanderowitz dan Paxman (Sarwono 1994)
menyatakan bahwa pernikahan muda juga sering terjadi karena remaja berfikir
secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berfikir telah saling
mencintai dan siap untuk menikah. Selain itu, faktor penyebab terjadinya
pernikahan muda adalah perjodohan orang tua. Perjodohan ini sering terjadi
akibat putus sekolah dan akibat dari permasalahan ekonomi.
Rata-rata usia kawin pertama yang rendah dari penduduk suatu daerah
mencerminkan keadaan sosial ekonomi yang rendah dari daerah tersebut.
Perempuan dan laki-laki tidak banyak mempunyai alternatif kegiatan lain
sehingga menikah muda dan meninggalkan bangku sekolah. Remaja
dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun sesuai dengan
Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 bahwa usia minimal menikah bagi
perempuan adalah 16 tahun dan bagi laki-laki 18 tahun. pada kenyataannya,
kematangan seseorang banyak juga tergantung pada perkembangan emosi, latar
belakang pendidikan, sosial, dan lain sebagainya.
Perkawinan usia dini memberi dampak peningkatan resiko kehamilan yang
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian maternal dan bayi, meningkatnya
infeksi menular seksual atau HIV/AIDS, berkurangnya kesempatan memperoleh
pendidikan, peningkatan laju pertumbuhan penduduk, fungsi sosial dan ekonomi
yang menurun pada remaja wanita yang kawin muda, serta banyak dampak lain
akibat perkawinan usia dini. Dalam melaksanakan pernikahan dijumpai
norma-norma dan syarat-syarat yang mengatur pernikahan serta permasalahannya.
4
diharapkan dapat menampung aspirasi masyarakat yang diharapkan
pelaksanaannya secara murni dan konsekuen.
Pernikahan Dini sepertinya identik sekali dengn pernikahan yang
amburadul, yaitu pernikahan dengan masa depan yang suram. Pandangan ini
meluas karena pernikahan dini dianggap terjadi karena unsur keterpaksaan atau
“kecelakaan”. Dengan kata lain, pernikahan dini adalah pernikahan yang
dilaksanakan tanpa persiapan yang matang. Bila ada pasangan muda menikah,
pernikahan mereka dianggap terlalu dini, terlalu tergesa-gesa, atau digosipkan
akibat “kecelakaan”.
Pandangan ibu-ibu sudah begitu negatifnya terhadap pernikahan dini. Jadi,
pemuda-pemudi yang ingin menyegarkan menikah kemungkinan besar akan
menghadapi permintaan untuk menunda pernikahan mereka. Pada kenyataannya,
pernikahan dini memang merupakan pernikahan yang rentan terhadap masalah.
Bukan sekedar akibat pengaruh berita dan film, tapi contohnya kadang kita lihat
sendiri di sekitar kita. Mungkin juga kita mendengar cerita yang tidak
menyenangkan mengenai pasangan muda dari keluarga atau teman kita sendiri.
Pada akhirnya, masa depan pernikahan dini pun menjadi momok yang
menakutkan. Melakukan pernikahan dini itu tidak serta merta membawa dampak
negatif. Menyegerakan menikah dapat juga berarti menyegerakan datangnya
dampak positif pernikahan ke dalam hidup masing-masing pihak, baik suami
maupun istri. Yang perlu diperhatikan pada dasarnya adalah kesiapan seseorang
menghadapi pernikahan dan kesiapan seseorang ini tidak harus dikaitkan dengan
5
Walaupun begitu, disadari bahwa yang terjadi justru sebaliknya. Kalaupun
ada pasangan muda yang hidup harmonis namun tidak sedikit yang broken home;
dalam arti bahwa pernikahan dini itu penuh resiko. Pola pemikiran ini dipegang
oleh sebagian besar masyarakat, termasuk para bakal calon pengantin. Disisi lain
juga disadari bahwa tingkat pendidikan seseorang juga akan berpengaruh dengan
kematangan dalam bertindak. Dengan kata lain tingkat kematangan seseorang
sangat dipengaruhi oleh cara orang itu dididik dan dibesarkan. Dengan pernyataan
tersebut, disadari bahwa bagi para remaja masih dibutuhkan pengalaman dan
pendidikan sebelum memasuki pernikahan. Dengan pola pendidikan yang tepat,
kematangan seseorang sudah mulai terbentuk di usia belasan tahun. Sebaliknya,
dengan pola pendidikan yang tidak tepat, kematangan itu tidak akan terbentuk
walau usia seseorang sudah lebih dari 25 tahun.
Memahami beberapa kutipan diatas, dapat dikemukakan bahwa
pernikahan dini terjadi tanpa memenuhi syarat tersebut. Kenyataan akibat dari
beberapa faktor, pernikahan dini masih banyak terjadi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini, antara
lain:
a. Dampak pergaulan yang terlalu bebas
Kehidupan remaja di daerah ini mencerminkan kehidupan remaja yang
sangat bebas. Mereka berteman dengan siapa saja tanpa melihat bagaimana tmn
yang dekat sama mereka, Mereka selalu berpacaran di tempat-tempat gelap dan
sepi. Tidak hanya itu saja, Mereka juga sering mempertontonkan sikap berpacaran
mereka yang tidak wajar. Mereka tidak lagi memikirkan tentang bagaimana
6
pria maupun wanita di daerah tersebut sering membawa pasangan mereka untuk
menginap di rumah mereka selama berhari-hari.
b. Kurangnya perhatian orangtua terhadap remaja.
Orangtua yang terlalu sibuk dengan aktifitasnya sehari-hari
mengakibatkan, orangtua lupa memperhatikan kehidupan anak-anaknya. Orangtua
tidak lagi mempunyai waktu untuk bersenda gurau dengan mereka, bahkan
bercerita kepada ibu mereka tentang dalam hal-hal yang wajib untuk dibicarakan
dan hal yang sangat tabu untuk dibicarakan.
c. Kurang adanya komunikasi yang baik antara anak dengan orangtua.
Hubungan orang-tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan
emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya,
Orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga,
dan anak akan “melarikan diri“ dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap
misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi
yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak.
Orang tua berkewajiban memberikan pelajaran dan keteladanan moral
kepada anak-anaknya, termasuk dalam masalah seksualitas dan kesehatan
reproduksi. Sehubungan dengan peran penting pihak orang tua dalam proses
pembelajaran reproduksi, seseorang yang melakukan pernikahan dini menyatakan
bahwa dirinya memiliki hubungan yang cukup harmonis dengan orang tuanya di
rumah. Namun, para remaja mengaku tidak pernah membicarakan masalah
reproduksi dan masalah seksualitas secara khusus dengan orang tuanya.
7
masalah ini dianggap tabu. Pihak orang tua menganggap bahwa itu akan
mengetahui masalah seksual dengan sendirinya apabila sudah dewasa.
Komunikasi efektif antara orang tua dengan anak membentuk pola dasar
kepribadian anak secara normal dan perkembangan psikologis yang sehat bagi
anak, karena merupakan hakekat seorang anak dalam pertumbuhan dan
perkembangannya membutuhkan uluran tangan dari orang tua, orang tualah yang
bertanggung jawab dalam mengembangkan keseluruhan eksistensi anak termasuk
kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikis sehingga anak dapat tumbuh dan
berkembang ke arah kepribadian yang matang dan harmonis. Selain itu dengan
meningkatkan kualitas komunikasi antara orang tua dan anak yaitu menjalin
komunikasi secara terbuka serta menunjukkan cinta dan perhatian pada anak juga
dapat menghindarkan remaja dari perilaku seksual pranikah, karena remaja
memerlukan seseorang yang dapat dipercaya dan dapat diajak membicarakan
masalah-masalah yang menekan mereka.
d. Kondisi Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi tentunya mempunyai peran terhadap perkembangan
anak, dengan perekonomian yang cukup, maka anak-anak mereka mempunyai
kesempatan yang luas, seperti mendapatkan pendidikan dan kebutuhan hidup
anggota terpenuhi. Lain halnya dengan keadaan sosial ekonomi orang tua yang
kurang mencukupi kebutuhan keluarga, anak-anak mereka tidak mempunyai
kesempatan luas, seperti sekolah ke tingkat yang lebih tinggi. Beban orang tua
akan semakin berat untuk mencukupi kebutuhan anggota keluarga atau anak-anak
8
rendah mereka akan cepat-cepat menikahkan anaknya khususnya anak gadisnya
yang belum cukup umur untuk menikah.
e. Dampak media Komunikasi (siaran/berita)
Paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno)
maupun elektronik (TV, VCD, Internet), dinilai banyak menyuguhkan materi
pornografi dan pornoaksi secara langsung maupun tidak langsung dapat
memberikan kesan yang mendalam dan gambaran psikoseksual yang salah, serta
dapat mendorong timbulnya libido seksual remaja, bahkan materi pornografi dan
pornoaksi dijadikan referensi oleh remaja untuk melakukan seksual pranikah.
Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru
apa yang dilihat atau didengarnya dari media massa tersebut. Kajian tentang
pemanfaatan waktu luang dikalangan remaja menunjukkan bahwa sebagian besar
remaja menghabiskan waktu luangnya untuk menonton TV (86% pada anak
laki-laki, dan 90% pada anak perempuan. Remaja umumnya telah berani menyetel
VCD porno secara bersama-sama di rumah teman mereka apabila orang tuanya
tidak ada. Sesuai dengan temuan Soetjiningsih (1998), anak-anak remaja yang
berstatus sebagai pelajar SLTP diketahui menghabiskan sebagian besar waktunya
di depan TV. Apabila tidak ada filter (daya tahan) yang baik pada diri remaja,
mereka bisa terseret arus dari paket tayangan TV yang tidak selalu bernilai
edukatif.
Pengaruh eksternal, khususnya film VCD porno perlu mendapat perhatian
dewasa ini, kaset VCD porno sudah menjadi barang biasa dan mudah didapatkan.
Keberadaan VCD porno yang benyak beredar dipasaran belum mendapatkan
9
secara konsisten dan berkelanjutan untuk merazia keberadaan VCD porno itu.
Upaya razia segala bentuk pornografi, baik yang berupa bahan bacaan maupun
VCD porno yang dilakukan oleh pihak berwenang, belum berhasil ditegakkan
secara konsisten dan berkesinambungan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis sangat tertarik untuk meneliti
tentang “Tanggapan Ibu-Ibu Rumah Tangga Terhadap Pernikahan Usia Dini di
Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Dampak pergaulan yang terlalu bebas
2. Kurangnya perhatian orangtua terhadap remaja
3. Kurang adanya komunikasi yang baik antara anak dengan orangtua
4. Kondisi sosial-ekonomi
5. Dampak media komunikasi
C. Batasan Masalah
Banyak masalah diatas, tapi salah satu yang menjadi faktor terjadinya
Pernikahan dini adalah tentang bagaimana perhatian / tanggapan orangtua
terhadap pernikahan usia dini. Walau faktor lain banyak, tetapi ada pengawasan
10
Untuk itu, penulis membatasi masalah dalam penelitian ini adalah sebatas
untuk mencari tanggapan ibu-ibu rumah tangga terhadap pernikahan usia dini di
Kelurahan Sukaramai Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai”.
D. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Tanggapan Ibu-Ibu
Rumah Tangga Terhadap Pernikahan Usia Dini di Kelurahan Sukaramai
Kecamatan Binjai Barat Kota Binjai?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah
Untuk mengetahui bagaimana tanggapan ibu-ibu rumah tangga mengenai
pernikahan usia dini pada anak remaja di bawah usia 18 tahun di Kelurahan
11
F. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, maka manfaat yang akan
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan masukan pada instansi terkait sehingga dapat dilakukan program yang
sesuai dalam mencegah dan mengatasi dampak-dampak pernikahan usia dini.
2. Manfaat Teoritis, dapat dijadikan sebagai data dasar untuk penelitian-
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil analisis data,dapat disimpulkan bahwa tanggapan ibu-ibu rumah
tangga di kelurahan dapat dilihat dari tiga hal berikut ini:
a. Penilaian
Berdasarkan data yang diperoleh dari angket yang telah diberikan kepada
ibu-ibu rumah tangga menyangkut penilaian ibu-ibu-ibu-ibu rumah tangga terhadap
pernikahan usia dini sehingga menghasilkan sebuah tanggapan yang sesuai
dengan alternatif jawaban sesudah diadakan tabulai terhadap 38 responden
yaitu seluruh ibu-ibu rumah tangga rata-rata lebih dominan memilih jawaban
“A”, yaitu 54,60%. Ibu-ibu rumah tangga memberikan penilaian bahwa
konsep atau pelaksanaan/terjadinya pernikahan usia dini banyak disebabkan
oleh faktor pengetahuan, faktor budaya, faktor ekonomi, faktor media, faktor
ketersediaan sarana-prasarana, faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakat sangat berpengaruh terhadap terjadinya
pernikahan usia dini. Ibu-ibu tersebut setuju kalau pernikahan usia dini
disebabkan oleh faktor-faktor tersebut. 15,50% ibu-ibu rumah tangga tidak
setuju kalau pernikahan usia dini disebabkan oleh faktor-faktor tersebut dan
20,2% ibu-ibu menjawab ragu-ragu akan faktor yang menyebabkan terjadinya
78
b. Penerimaan
Berdasarkan data yang diperoleh dari angket yang telah diberikan kepada
ibu-ibu rumah tangga menyangkut penerimaan ibu-ibu-ibu-ibu rumah tangga terhadap
anak remaja mereka yang menikah di usia dini sehingga menghasilkan sebuah
tanggapan yang sesuai dengan alternatif jawaban sesudah diadakan tabulai
terhadap 38 responden yaitu seluruh ibu-ibu rumah tangga rata-rata lebih
dominan memilih jawaban “A”, yaitu 37,71%. Ibu-ibu tersebut tidak dapat
menerima anak remaja mereka yang menikah dini. 37,29% responden dapat
menerima anak remaja mereka yang menikah dini dan 28,95% responden
ragu-ragu akan hal tersebut.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka
saran penulis yaitu:
1. Hendaknya Ibu-ibu rumah tangga memberikan pengarahan kepada anak
remaja mereka pengetahuan tentang reproduksi dan berpacaran yang baik.
Selain itu juga ibu-ibu harus memantau kehidupan sehari-hari anak remaja
mereka. Ibu-ibu juga harus memperhitungkan dalam pemberian uang saku
2. Ibu-ibu tidak dapat menerima, menghukum, dan mencegah supaya hal tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Amrillah, A.A., Hertinjung, W.S., Prasetyaningrum. 2006. Hubungan Antara Pengetahuan Seksualitas Dan Kualitas Komunikasi Orang Tua – Anak Dengan Perilaku Seksual Pranikah. Jakarta:Mutiara Sumber Widya.
Arikunto, Suharsimi. 1996 . Prosedur Penelitian Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka .
. 2003 . Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsiama. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Dalyono, M. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Hurlock, E. B. 1992. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
http://www.kompas.com. Adat Kawin Muda Menghambat Kemajuan Perempuan di Jatim. Diakses. 28 Desember 2010, 15:00 WIB
http:/www.pikas.bkkbn.go.id. TV dan Internet beri Andil Meledaknya Angka Seks Pranikah. Diakses. 20 Mei 2011, 13:45 WIB
http://www.pikiran rakyat.co.id//webmail. Plus Minus Menikah Muda. Diakses : 18 November 2007, 09:30 WIB
http:/hqweb01.bkkbn.go.id/hgweb/ceria/. Remaja Lakukan Hubungan Seksual di Tempat Kos. Diakses 15 Oktober 2011, 16:30 WIB
http:/www.e-psikologi.com/remaja/index.htm. Beberapa Permasalahan Remaja. Diakses 30 November 2011, 20:30 WIB.
J. Gode, william. 2007. Sosiologi Keluarga. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Miqdad, A. A. A. 2001. Pendidikan Seks Bagi Remaja Menurut Hukum Islam. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Oekanto, Soerjono. 1992. Sosiologi Keluarga. Ikhwal Keluarga, Remaja, dan Anak. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Saringedyanti, E. 1991. Pendidikan Seks Untuk Anak. Jakarta : Puspa Warna.
Vembriarto, ST. 1997. Sosiologi Pendidikan. Yogyakarta: Paramita.