• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA KUMPULAN PUISI PEPASIR SAMUDERA KARYA ANNEKE PUTERI DAN Analisis Aspek Gramatikal Dan Leksikal Pada Kumpulan Puisi Pepasir Samudera Karya Anneke Puteri Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA KUMPULAN PUISI PEPASIR SAMUDERA KARYA ANNEKE PUTERI DAN Analisis Aspek Gramatikal Dan Leksikal Pada Kumpulan Puisi Pepasir Samudera Karya Anneke Puteri Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA KUMPULAN PUISI PEPASIR SAMUDERA KARYA ANNEKE PUTERI DAN

IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

LIA MARLINA A 310090119

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

1 ANALISIS ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA KUMPULAN

PUISI PEPASIR SAMUDERA KARYA ANNEKE PUTERI DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Lia Marlina, A310090119, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2013, 12 halaman.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aspek gramatikal dan leksikal pada kumpulan puisi Pepasir Samudera karya Anneke Puteri serta wujud implikasi hasil penelitian terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan SMA. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode agih dan padan referensial. Hasil penelitian ini menunjukkan pendayagunaan aspek gramatikal dan leksikal yang paling kompleks yakni pada puisi “Pengemis” dan puisi yang tidak begitu memperhatikan kepaduan baik dari aspek gramatikal maupun leksikal yakni pada puisi “Nasihat Ayah dan Ibu Kepada Putrinya”. Hasil penelitian mengenai aspek gramatikal dan leksikal pada kumpulan puisi Pepasir Samudera ini dapat diimplikasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP maupun SMA. Meski kajian penelitian ini dilakukan terhadap data yang berwujud karya sastra yakni puisi namun hasil penelitian ini relevan digunakan dalam penyampaian beberapa materi dalam KD berbahasa.

(4)

2 PENDAHULUAN

Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana

sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana

berkembang di berbagai aspek kehidupan dan melalui berbagai media dengan

mengusung berbagai maksud dan tujuan.

Salah satu jenis wacana yang berkembang dalam masyarakat adalah wacana

sastra. Wacana sastra memiliki berbagai jenis, yakni wacana sastra yang berwujud

lisan maupun yang berwujud tulis. Namun demikian, wacana tulis dirasa lebih

menarik daripada wacana lisan. Hal ini karena wacana tulis dapat langsung

diamati, mampu menyimpan sehingga memungkinkan komunikasi tanpa

tergantung waktu dan ruang, serta memungkinkan kata-kata serta kalimat-kalimat

lepas dari konteks aslinya. Wacana sastra tulis misalnya puisi, cerpen, novel, serta

naskah drama.

Dari banyak jenis wacana sastra yang disebutkan di atas, wacana puisi

dirasa lebih menarik untuk dikaji. Hal ini karena kebanyakan analisis wacana

dilakukan pada wacana-wacana nonsastra. Masih jarang penganalisisan wacana

yang dilakukan pada objek berwujud sastra khususnya puisi.

Wacana puisi mampu memunculkan sebuah kisah yang menarik. Hal ini

tidak terlepas dari kepaduan yang muncul akibat timbal balik antara satuan

lingual-satuan lingual yang membangun wacana puisi itu baik, wajar, dan mudah

dipahami tanpa kesulitan. Selain itu puisi menjadi lebih menarik dibaca karena

adanya keterkaitan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sehingga

sebuah wacana puisi mempunyai kesatuan makna yang utuh. Inilah yang sering

disebut dengan istilah kohesi dan koherensi dalam wacana.

Wacana puisi biasa memunculkan pengacuan-pengacuan (referensi),

penyulihan (substitusi), pelesapan, dan perangkaian yang semua itu dapat dikaji

dengan pengkajian pada aspek gramatikal (Sumarlam, 2010:23-34). Wacana puisi

dengan bahasa figuratifnya pun biasanya mengandung keunikan-keunikan seperti

(5)

3 (hubungan atas-bawah), antonim (lawan kata), serta ekuivalensi (kesepadanan).

Hal tersebut mampu diungkap dengan menganalisis wacana pada aspek leksikal.

Kumpulan puisi Pepasir Samudera karya Anneke Puteri merupakan

kumpulan puisi yang sebagian besar terinspirasi dari kisah perjalanan hidup

penulis. Puisi-puisi Anneke ini sudah hampir menyampaikan semua tema, politik,

sosial, keluarga dan muaranya adalah puisi religi. Ada sesuatu yang mencerahkan

hati, menyejukkan jiwa, dan refleksi diri.

Kumpulan puisi Pepasir Samudera karya Anneke Puteri mengandung

banyak aspek gramatikal seperti pengacuan (terdiri dari pengacuan persona,

pengacuan demonstratif, pengacuan komparatif), penyulihan atau substitusi,

pelesapan (elipsis), perangkaian (konjungsi). Selain itu, di dalam kumpulan puisi

Pepasir Samudera karya Anneke Puteri juga mengandung aspek leksikal seperti

repetisi atau pengulangan, sinonim, antonim, kolokasi, dan ekuivalensi.

Kebanyakan penelitian yang serupa dengan ini hanya meneliti salah satu

aspek saja yakni aspek gramatikal saja atau leksikal saja. Hal ini menyebabkan

pembahasan tentang aspek gramatikal dan leksikal ini menjadi tidak utuh dan

terkesan hanya sepotong-sepotong. Untuk itu diperlukan penelitian yang

membahas kedua aspek ini secara keseluruhan sehingga akan diperoleh

pemahaman yang lebih jelas mengenai aspek gramatikal dan leksikal.

Puisi sebagai salah satu bentuk wacana sastra masih jarang digunakan dalam

pembelajaran yang menekankan aspek kebahasaan. Puisi biasa dikenal di sekolah

sebagai suatu karya sastra (biasa digunakan pada KD bersastra). Padahal puisi

dapat digunakan sebagai contoh dalam KD berbahasa misalnya ketika membahas

masalah sinonim, antonim, konjungsi, dan sebagainya. Dalam hal ini puisi dapat

dijadikan contoh dalam proses pembelajaran berbahasa.

Berdasarkan latar belakang di atas ada dua tujuan yang dapat dicapai dari

(6)

4 Pepasir Samudera karya Anneke Puteri. 2) Mengungkapkan implikasi hasil

penelitian ini dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan SMA.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif karena penelitian

ini bertujuan untuk menganalisis aspek gramatikal dan leksikal pada kumpulan

puisi Pepasir Samudera karya Anneke Puteri dan implikasinya dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP dan SMA. Penelitian kualitatif sendiri

diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis

atau lisan di masyarakat bahasa (Djajasudarma, 1993:10). Data yang dikumpulkan

bukan berupa angka-angka, namun berupa kata-kata atau gambaran sesuatu.

Untuk mencapai deskripsi yang kualitatif, penelitian ini menerapkan tiga

tahapan strategi penelitian bahasa, yaitu (1) tahap penyediaan data, (2) tahap

analisis data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5-8).

Dalam rangka penyediaan data digunakan metode simak yang diikuti dengan

teknik catat (Mahsun, 2011:131-134). Hasil penyimakan dan pencatatan yang

sudah pasti dapat digunakan sebagai data diklasifikasi berdasarkan bentuk dan

maknanya. Data yang sudah diklasifikasi selanjutnya dianalisis. Penganalisisan

digunakan metode agih dan padan referensial sedangkan penyajian hasil analisis

digunakan metode informal, yakni perumusan dengan kata-kata biasa

(Sudaryanto, 1993:145).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Analisis Aspek Gramatikal dan Leksikal Puisi “Pengemis” Pengemis

Jika engkau sesekali melihatnya, Maka aku sering menjumpainya: Umurnya 5 tahun

seumur anakku

Dekil, kumal, dan menggendong bayi perempuan Anak siapakah?

Perasaanku terluka

(7)

5 Kalau tidak,

maka bayangkanlah:

Jika sebuah tempat tanpa anak-anak bermain di halaman Jika gedung-gedung sekolah kosong tanpa murid

Jika sebuah kota tidak pernah terdengar nyanyian kecil yang sellau bikin rindu seorang ibu

Ah

Bukankah anak-anak adalah tempatnya bermanja, minum susu, bermain dan belajar

Ia adalah sumber cerita untuk sebuah dongeng, tentang peri jahat yang dikalahka malaikat,

tentang putri kecil yang disunting pangeran tampan

Tapi anak sekecil itu, malam-malam begini di perempatan jalan

Anak siapakah?

Ya Allah, kuatkanlah aku dan mereka yang papa

Puisi “Pengemis” sangat menonjolkan aspek leksikal jika dibaca

sekilas. Namun meski begitu kepaduan wacana puisi tersebut juga dibangun

oleh aspek gramatikal seperti pengacuan persona I tunggal dengan kemunculan

kata aku yang mengacu pada diri penulis. Pengacuan yang demikian ini disebut

pengacuan eksofora karena acuannya berada di luar teks. Penggunaan

pengacuan persona II engkau sebagai mitra bicara penulis yakni pembaca puisi.

Pengacuan ini disebut pengacuan eksofora juga karena acuannya di luar teks.

Penggunaan pengacuan persona III –nya mengacu pada pengemis yang

disebutkan sebelumnya dalam judul. Pengacuan yang demikian disebut

pengacuan endofora yang anaforis karena acuannya ada dalam teks dan berada

sebelum satuan lingual yang diacu.

Pengacuan demonstratif juga ditemukan dalam puisi ini, yakni

pengacuan demonstratif tempat yang menunjuk tempat secara eksplisit yakni di

halaman yang mengacu pada satuan lingual di sebelah kiri yakni sebuah

tempat. Terdapat pula pengacuan demonstratif waktu netral malam-malam

begini. Disebut demikian karena tidak menunjuk pada waktu lampau saja,

waktu kini saja, atau waktu yang akan datang saja, melainkan menunjuk waktu

(8)

6 Puisi “Pengemis” juga mengandung aspek gramatikal berupa pelesapan

kata tempatnya yang telah disebutkan terlebih dahulu pada baris puisi

sebelumnya. Jika ditulis dalam bentuk panjang akan menjadi bukankah

anak-anak adalah tempatnya bermanja, tempatnya minum susu, bermain dan

belajar. Selain itu ada pula pelesapan satuan lingual sebuah dongeng pada larik

setelahnya. Jika satuan lingual sebuah dongeng ditulis maka akan menjadi Ia

adalah sumber cerita untuk sebuah dongeng, dongeng tentang peri jahat yang

dikalahkan malaikat, dongeng tentang puteri kecil yang disunting pangeran tampan.

Konjungsi yang muncul pada puisi “Pengemis” sebagai wujud

kepaduan pada aspek gramatikal yakni konjungsi dan, jika, maka, tapi.

Konjungsi jika pada data tersebut menyatakan makna syarat. Kata maka

merupakan konjungsi sebab-akibat. Larik yang mengandung kata maka

menjadi akibat dan larik sebelumnya menjadi sebab. Kata dan merupakan

konjungsi penambahan (aditif). Kata dan berfungsi menghubungkan secara

koordinatif antara klausa yang berada di sebelah kirinya dengan klausa sesudah

kata dan itu sendiri. Terdapat pula kata tapi yang merupakan konjungsi

pertentangan. Kata tapi mempertentangkan klausa pada bait sebelumnya yang

menjelaskan tentang seorang anak yang seharusnya bermanja, minum susu,

bermain dan belajar serta menjadi sumber cerita untuk sebuah dongeng. Baris

puisi itu kemudian dipertentangkan dengan lirik pada baris dalam bait

selanjutnya yakni tapi anak sekecil itu, malam-malam begini di perempatan

jalan.

Aspek leksikal yang begitu terlihat pada puisi “Pengemis” yakni

repetisi. Repetisi yang muncul yakni repetisi anafora dengan pengulangan kata

jika dan tentang. Pengulangan kata jika dimanfaatkan oleh penulis puisi untuk

menyampaikan maksud bahwa pembaca diharapkan mampu untuk

membayangkan jika sebuah tempat tanpa anak-anak bermain di halaman, jika

gedung-gedung sekolah kosong tanpa murid, jika sebuah kota tak pernah

terdengar nyanyian kecil. Hal itu agar pembaca mampu merasakan betapa

(9)

kanak-7 kanaknya. Pengulangan kata tentang bertujuan untuk menyampaikan maksud

bahwa anak-anak merupakan sumber cerita untuk sebuah dongeng yang

mengisahkan tentang peri jahat yang dikalahkan malaikat, tentang peri kecil

yang disunting pangeran tampan.

Penggunaan kata bersinonim pada puisi “Pengemis” juga menjadi

bagian dari perwujudan kepaduan wacana pada aspek leksikal. Kata yang

saling bersinonim pada puisi ini yakni kata dekil dan kumal. Penanda leksikal

lain yang muncul yakni antonim. Kata yang saling berantonim yang digunakan

pada puisi ini yakni peri jahat dengan malaikat, putri dengan pangeran.

Kata-kata yang saling berantonim tersebut masuk ke dalam kategori oposisi

hubungan. Peri jahat sebagai tokoh yang biasanya muncul pada sebuah

dongeng dimungkinkan ada karena kehadirannya dilengkapi oleh malaikat dan

sebaliknya. Demikian pula putri kehadirannya akan bermakna apabila ada

pangeran dan sebaliknya.

Pada puisi “Pengemis” ditemukan kata-kata yang saling berkolokasi.

Hal ini pun menjadi penanda kepaduan wacana puisi “Pengemis”. Kata-kata

yang saling berkolokasi itu yakni kata cerita, dongeng, peri jahat, malaikat,

putri, pangeran. Kata-kata tersebut dipakai dalam jaringan dunia fiksi,

khususnya dongeng. Selain menjadi wujud kata yang saling berkolokasi, kata

cerita dan dongeng yang digunakan pada puisi “Pengemis” juga menunjukkan

adanya kata yang berhiponim. Kata dongeng merupakan hiponim dari kata

cerita.

Puisi “Pengemis” juga mengandung ekuivalensi yakni pada kata

perasaan dengan merasakan serta terluka dengan luka. Dalam hal ini, hasil

proses afiksasi dari morfem asal yang sama menunjukkan kesepadanan. Makna

antara kata perasaan dan merasakan dibentuk dari bentuk asal yang sama

yakni rasa. Demikian pula kata terluka dan luka. Terluka dibentuk dari bentuk

(10)

8 B.Analisis Aspek Gramatikal dan Leksikal Puisi “Nasihat Ayah dan Ibu

Kepada Putrinya”

Nasihat Ayah dan Ibu kepada Putrinya Diriwayatkan bahwa suami Asma’,

Az-Zubair biasa bersikap keras dan pencemburu

Maka sang ayah, Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata kepada Asma’, “Wahai putriku, bersabarlah, karena jika wanita memiliki suami yang shaleh, kemudian suaminya mati dan dia tidak menikah setelah itu, maka Allah menyatukan keduanya di surga.”

Asma’ binti Kharijah Al Fazari berkata kepada putrinya ketika putrinya menikah:

“Sesungguhnya kamu keluar dari sangkar (rumah) yang di dalamnya kamu dibesarkan, lalu kamu berada dalam ranjang yang kamu belum mengenalnya dan kawan pendamping yang kamu belum terbiasa dengannya. Maka jadilah kamu bumi, niscaya dia akan menjadi langit bagimu. Dan jadilah kamu hamparan baginya, maka dia akan menjadi tiang bagimu. Dan jadilah kamu sebagai ‘amah (wanita hamba sahaya), maka dia akan menjadi hamba bagimu. Janganlah kamu membebani dia sehingga dia melupakanmu. Jika dia dekat kepadamu, maka dekatilah dia, dan jika dia menjauh, maka jauhilah dia. Dan jagalah hidung, telinga, dan matanya. Hingga jangan sekali-kali dia mencium baumu melainkan harum dan wangi, dia tidak mendengar darimu melainkan kebaikan, dan dia tidak memandangmu melainkan kamu dalam keadaan cantik”.

Puisi “Nasihat Ayah dan Ibu kepada Putrinya” secara tipologi lebih

seperti sebuah cerita. Namun demikian puisi ini tetaplah memuat aspek

gramatikal dan leksikal sebagai unsur pembagun kepaduan puisi. Keunikan

puisi ini salah satunya yakni dengan kemunculan pengacuan persona yang

acuannya selalu berubah-ubah. Seperti yang bisa dilihat pada bait pertama.

Pada bait pertama ini ditemukan pengacuan persona –ku yang mengacu

pada Abu Bakar Ash-Shidiq dan –nya yang mengacu pada wanita yang

memiliki suami. Kedua pengacuan persona ini disebut pengacuan endofora

yang anaforis karena acuannya disebutkan sebelumnya. Kemudian pada bait

ke dua ditemukan pula pengacuan persona bentuk kamu dan –nya. Kamu

pada bait puisi ini mengacu pada putri Asma’ sedangkan –nya memiliki dua

acuan. –nya yang ada pada larik-larik awal mengacu pada rumah dan –nya

(11)

9 menggunakan bantuk –nya sebagai bentuk yang diacu oleh kawan

pendamping, pengarang juga menggunakan bentuk dia.

Puisi ini juga dibangun oleh aspek leksikal yang berwujud antonim.

Antonim pada puisi ini begitu kuat sehingga memperlihatkan kepaduan.

Antonim yang digunakan yakni bumi dengan langit yang memperlihatkan

oposisi hubungan, jauh dengan dekat yang menunjukkan oposisi kutub. Ada

pula kata yang bersinonim yang digunakan dalam puisi ini yakni kata harum

dan wangi.

C.Implikasi Pembelajaran

Puisi yang biasanya dikaji dalam kemampuan bersastra ternyata mampu

digunakan dalam pembelajaran bahasa. Puisi dapat digunakan sebagai bahan

untuk menjelaskan materi yang berkaitan dengan bidang kebahasaan. Jika ditelaah

lebih lanjut, aspek gramatikal dan leksikal pada puisi yang dikaji pada penelitian

ini dapat diaplikasikan pada beberapa materi pelajaran baik di jenjang SMP

maupun SMA. Kemunculan aspek gramatikal dan leksikal ini tidak secara tersurat

dituliskan, namun ada beberapa poin yang menjadi bagian dari aspek gramatikal

maupun leksikal yang muncul pada materi.

Pada jenjang SMP, materi mengenai aspek gramatikal dan leksikal ini

muncul dalam ketiga tingkatan kelas, yakni kelas VII, VIII, dan IX. Pada kelas

VII materi mengenai aspek gramatikal dan leksikal muncul pada KD 1.1 dengan

materi pembahasan “menentukan sinonim, antonim, dan polisemi”. Pada KD 4.2

dengan materi pembahasan “memahami dan menggunakan kata penghubung

antarklausa: meskipun dan sedangkan”. Pada KD 4.3 dengan materi pembahasan

“menggunakan imbuhan per-, pe-, dan pe-an”. Pada KD 10.1 dengan materi

pembahasan “memahami dan menggunkana kata sifat perbandingan dalam

menceritakan tokoh idola”. Pada KD 10.2 dengan materi pembahasan “kata ganti,

kata sapaan, dan istilah kekeluargaan dalam bertelepon”. Pada KD 11.3 dengan

materi pembahasan “memahami dan menggunakan imbuhan ke- dan ke-an”.

Pada SMP kelas VIII KD yang di dalamnya memuat materi mengenai

(12)

10 dengan materi pembahasan “menggunakan kata penghubung yang tepat”. Pada

KD 4.3 dengan materi pembahasan “menggunakan imbuhan pe-, pe-an, per-, dan

per-an dalam kalimat”. Pada KD 8.1 dengan materi pembahasan “menggunakan

kata ganti dalam kalimat”. Pada KD 15.1 dengan materi pembahasan

“menggunakan kata ganti orang”.

Pada SMP kelas IX, KD yang memuat materi tentang aspek gramatikal

dan leksikal yakni KD 1.1, 3.2, 7.1, dan 8.1. Pada KD 1.1 dengan materi

pembahasan “menggunakan homonim dan hiponim”. Pada KD 3.2 dengan materi

pembahasan “menggabungkan kalimat untuk menyatakan pengandaian”. Pada KD

7.1 dengan materi pembahasan “menggabungkan kalimat untuk menyatakan

sebab-akibat”. Pada KD 8.1 dengan materi pembahasan “menggabungkan kalimat

untuk menyatakan perbandingan”.

Selain pada jenjang SMP, aspek gramatikal dan leksikal juga muncul pada

beberapa KD di tingkat SMA, baik di SMA kelas X, XI, maupun XII. Namun

pada jenjang SMA ini tidak begitu banyak seperti pada jenjang SMP.

Pada SMA kelas X, pengkajian aspek gramatikal dan leksikal muncul pada

KD 4.3 dan 10.1. Pada KD 4.3 dengan materi pembahasan “kata penghubung dan

kata berimbuhan”. Pada KD 10.1 dengan materi pembahasan “penggunaan kata

mubazir”.

Pada SMA kelas XI, pengkajian aspek gramatikal dan leksikal hanya

muncul pada KD 1.2 yakni dengan materi pembahasan “keterangan waktu dan

penggunaan kata: kami dan kita”.

Pada SMA kelas XII, pengkajian aspek gramatikal dan leksikal

direalisasikan pada KD 3.1 dan 12.2. Pada KD 3.1, yakni ketika pembahasan

“penggunaan kata dan sebagai konjungsi kalimat majemuk setara”. Pada KD 12.2,

yakni ketika pembahasan “Imbuhan ter- dan di-”.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan mengenai aspek

gramatikal dan leksikal pada kumpulan puisi Pepasir Samudera karya Anneke

(13)

11 dan leksikal serta implikasi hasil penelitian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

di SMP maupun SMA.

A. Simpulan

1. Pendayagunaan aspek gramatikal dan leksikal yang paling kompleks yakni

pada puisi “Pengemis”.

2. Puisi yang tidak begitu memperhatikan kepaduan baik dari aspek

gramatikal maupun leksikal yakni pada puisi “Nasihat Ayah dan Ibu

Kepada Putrinya”.

3. Hasil penelitian mengenai aspek gramatikal dan leksikal pada kumpulan

puisi Pepasir Samudera ini dapat diimplikasikan dalam pembelajaran

bahasa di SMP maupun SMA. Meski kajian penelitian ini dilakukan

terhadap data yang berwujud karya sastra yakni puisi namun hasil

penelitian ini relevan digunakan dalam penyampaian beberapa materi

dalam KD berbahasa.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan mengenai aspek

gramatikal dan leksikal pada kumpulan puisi Pepasir Samudera dan implikasinya

dalam pembelajaran, saran yang dapat penulis berikan kepada pembaca antara

lain:

1. Bagi peneliti bahasa, agar dapat melakukan penelitian lanjutan dari

penelitian ini dengan menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan

referensi.

2. Bagi pendidik, agar dapat kreatif dalam menyampaikan materi Bahasa

Indonesia salah satunya dengan menggabungkan dua disiplin ilmu yakni

bahasa dan sastra seperti misalnya penggunaan data-data sastra dalam

(14)

12 DAFTAR PUSTAKA

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco.

Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa: Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta wacana University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Ini pengalaman pertama saya dan Farid Gaban turun ke lapangan. Kemudian hari, Farid Gaban punya ide lebih besar lagi; mengajak saya keliling Indonesia, naik sepeda motor

Landscape Model of SRUF, such as if respondents able to open and operate the program, ifrespondents understand. about the landscape design presented and what

[r]

Umbi (rimpang) yang berumur lebih dari satu tahun dapat dipakai sebagai obat, umbi (rimpang) kunyit berkhasiat untuk mendinginkan badan, membersihkan, mempengaruhi

McNemar analysis for result of infection rate of soil-transmitted helminth at pre-treatment and 3 months post-treatment intervals at a primary school students in Kokap, Kulon

memperoleh pendidikan yang layak// Untuk mencapai kualitas pendidikan layaknya di negara-negara maju. tentunya bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan oleh bangsa Indonesia/ terlebih

Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan pemahaman mengenai proses pengiriman barang ekspor dengan sistem LCL pada

Penulis mengajukan saran yang sekiranya dapat dipertimbangkan untuk dijadikan bahan masukan bagi Praktikan PPL Prodi Pendidikan Tata Boga Angkatan 2010, Mahasiswa