• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DARI SISTEM MANUAL KE SISTEM ONLINE SERTA HAMBATAN-HAMBATANNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERKEMBANGAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DARI SISTEM MANUAL KE SISTEM ONLINE SERTA HAMBATAN-HAMBATANNYA"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh Dita Sabila 167011086/M.Kn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukuum Universitas Sumatera Utara

Oleh Dita Sabila 167011086/M.Kn

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum Anggota : 1. Prof. Dr. Tan Kamello, S.H, M.S

2. Dr. Suprayitno, S.H, M.Mkn

3. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H, C.N, M.Hum 4. Dr. Rudi Haposan, S.H, M.Mkn

(5)

PERKEMBANGAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DARI SISTEM MANUAL KE SISTEM ONLINE SERTA HAMBATAN-HAMBATANNYA Adalah karya orisinal saya dan setiap serta seluruh sumber acuan telah ditulis sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah yang berlaku di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

Dengan ini saya menyatakanan bahwa tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tingggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernag ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2018 Yang Menyatakan

Dita Sabila

(6)

i

Pesatnya permintaan masyarakat dalam pendaftaran jaminan fidusia membuat pemerintah memudahkan pendaftaran tersebut yaitu dengan cara online.

Peluncuran Fidusia Online merupakan langkah konkret pembaruan yang akan memberi kontribusi positif terhadap penguatan sistem jaminan benda bergerak di Indonesia. Namun dalam praktiknya banyak hambatan-hambatan yang dialami Notaris dalam pendaftaran jaminan fidusia secara online. Maka dari itu penelitian ini dilakukan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah pendaftaran jaminan fidusia secara online telah sesuai dengan aturan yang berlaku, bagaimana perkembangan jaminan fidusia dari sistem manual ke sistem online serta bagaimana hambatan-hambatan dalam pendaftaran jaminan fidusia secara online dan bagaimana solusinya.

Jenis penelitian tesis ini menggunakan penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis, dimana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 (UUJF), Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2015 tentang tata cara pendaftaran jaminan fidusia dan biaya pendaftaran akta jaminan fidusia, Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN) Nomor 30 Tahun 2004 jo. UUJN Nomor 2 tahun 2014, serta didukung oleh hasil wawancara terhadap 5 notaris.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pada prakteknya pendaftaran jaminan fidusia secara online terdapat beberapa hal yang dinilai belum sesuai dengan aturan UUJF, seperti yang terdapat dalam pasal 12, 13 ayat (1), 13 ayat (2), 14 ayat (2) dan 17. Perkembangan pendaftaran jaminan fidusia secara online dimulai sejak dikeluarkannya Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pendelegasian Penandatanganan Sertifikat Jaminan Fidusia Secara Elektronik, perubahan tersebut dirasakan oleh notaris dapat mempermudah pekerjaannya dengan proses yang cepat dan mudah walau terdapat beberapa hambatan. Hambatan tersebut terdiri dari segi yuridis dan non-yuridis. Hambatan- hambatan yang dirasakan oleh notaris adalah mulai dari, gangguan jaringan, adanya perbedaan antara display dan inputan data, tidak tersedia uraian nilai objek, sistem pembayaran error, pencetakan bukti pembayaran, tanda tangan mudah dipalsukan, sistem proteksi yang kurang, rawan pendaftaran berulang, pendaftaran ulang secara manual yang pada prakteknya membutuhkan waktu yang panjang. Solusi dari hambatan-hambatan yang ada adalah setiap notaris sebaiknya memiliki jaringan internet yang memadai untuk menghindari jaringan yang error, sebaiknya Direktorat Jenderal AHU tetap membuat penyuluhan kepada pihak- pihak terkait sehubungan dengan adanya perkembangan pendaftaran jaminan fidusia online ini dan sebaiknya segera dilaksanakan pengkajian ulang berkaitan dengan UUJF dan perkembangan pendaftaran jaminan fidusia online saat ini agar tidak terjadi tumpang tindih aturan yang berlaku.

Kata Kunci: Jaminan Fidusia, Pendaftaran Fidusia dan Fidusia Online.

(7)

ii

People’s rapid demand for registering fiduciary collateral has caused the government to make it by online. The launching of fiduciary by online is a concrete effort to provide positive contribution to strengthen movable property as a collateral system in Indonesia. In practice, however, many obstacles faced by a Notary in registering fiduciary collateral by online. The objective of the research is to find out whether registering fiduciary collateral by online has been in accordance with the prevailing regulations, how about the development of fiduciary collateral registration from manual to online system, and how about the obstacles in registering fiduciary collateral by online and the solution.

The research used juridical normative and descriptive analytic method by analyzing UUJF (Law on Fiduciary Collateral) No. 42/1999, PP (Government Rgulation) No. 21/2015 on the Procedure of Registering Fiduciary Collateral and Its Cost, and UUJN (Notarial Act) No. 30/2004 in conjunction with UUJN No.

2/2014, supported by interviews with five Notaries.

The result of the research shows that, in practice, there are some things that are not in accordance with UUJF in registering fiduciary collateral such as Article 12, Article 13 paragraph 2, Article 14 paragraph 2, and Article 17.

Registering fiduciary collateral began with the issuance of the Decree of the Minister of Law and Human Rights No. 8/2013 on Delegation of Signing Fiduciary Collateral Certificate by Electronic which makes a Notary feel comfortable in doing the process of registration although there are some juridical and non-juridical obstacles such as network errors, differences of display from data input, unavailable object value description, error in billing and receipt system, forgery in signatures, lack of protection system, subject to re-registering, and manual re-registering will take a lot of time. The solutions are as follows:

every Notary should have his own adequate internet network to avoid any network errors, and the Directorate of AHU should provide counseling for stakeholders about the development of fiduciary collateral registration by online by reviewing UUJF and today’s fiduciary collateral registration in order to avoid overlapping in the regulations.

Keywords: Fiduciary Collateral, Fiduciary Registration, Online Fiduciary

(8)

iii

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “PERKEMBANGAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DARI SISTEM MANUAL KE SISTEM ONLINE SERTA HAMBATAN-HAMBATANNYA” ini guna penyelesaian studi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Kenotariatan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini dan kepada pihak yang telah menjadi bagian penting selama penulis menjalani kehidupan perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Kenotariatan, yaitu :

1. Prof. Dr. Runtung, SH,M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M. Hum, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Edy Ikhsan, SH, MA, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(9)

iv

6. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, S.H, M.S., selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu dan memberi motivasi, bimbingan, dorongan, saran dan perhatian hingga selesai penulisan tesis ini.

7. Bapak Dr. Suprayitno, S.H, M.Mkn., selaku pembimbing ketiga yang telah meluangkan waktu dan memberi motivasi, bimbingan, dorongan, saran dan perhatian hingga selesai penulisan tesis ini.

8. Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum dan Bapak Dr. Rudi Haposan, S.H, M.Mkn selaku dosen penguji yang telah memberi masukan dan saran untuk perbaikkan penulisan tesis.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta arahan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti proses kegiatan perkuliahan.

10. Seluruh staff/pegawai Pegawai Administrasi Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam proses administrasi mulai dari penulis masuk kuliah hingga penulis menyelesaikan tesis ini.

11. Teristimewa, kedua orangtuaku tercinta, Musrialdi, S.H dan drh. Darmilista utuk segala doa, dukungan, nasehat dan bimbingannya kepada penulis selama ini. Terimakasih ayah dan ibu untuk kesabaran dan segenap kasih sayang yang luar biasa.

12. Untuk suami tercinta Muhammad Khilbran, S.T, M.T., terima kasih untuk segala Kasih sayang, doa dan semangat yang telah diberikan

13. Adik-adik tersayang Vina, Tia, Ical yang telah memberikan doa dan semangat untuk penulisan tesis ini.

(10)

v

14. Rekan-rekan seperjuangan Stambuk 2016 Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang ikut mewarnai masa perkuliahan penulis. Terkhusus untuk sahabat-sahabat sekelas di grup D dan E yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang terus memberikan motivasi, semangat, selalu saling membantu, saling memberikan kritik dan saran dari awal masuk perkuliahan sampai saat penulis selesai menyusun tesis ini. Semoga persahabatan kita tetap terjaga sampai kapanpun.

Penulis berharap semoga bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah. Akhirnya, semoga tesis ini dapat berguna bagi diri penulis dan juga bagi semua pihak khususnya yang berkaitan dengan pendaftaran jamina Fidusia secara Online.

Medan, Juli 2018 Penulis,

(Dita Sabila)

(11)

vi Tanggal Lahir : 18 April 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Menikah

Agama : Islam

Alamat : Komplek Classic II, No.90, Tanjung Sari, Medan Selayang, Medan.

Nomor Hp : 0811-6814-141

Email : ditasabilaa18@gmail.com Kewarganegaraan : Indonesia

No KTP : 1171025804930001

II. Pendidikan Perguruan Tinggi

 Fakultas : Hukum

 Jurusan : Hukum Perdata

 Universitas : Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

 Tahun Kuliah : 2011 - 2015

 Selesai Kuliah : Agustus 2015 Sekolah Menengah Atas (SMA)

 Sekolah : SMAN 4 Banda Aceh

 Tahun Sekolah: 2008 - 2011

 Jurusan : IPA

III. Pengalaman Kerja

 Teuku Irwansyah, S.H, SpN, M.H Notary and PPAT (Banda Aceh) November 2014 (Staff Magang)

IV. Pengalaman Organisasi

 Sekretaris OSIS SMAN 4 Banda Aceh (2009-2010)

 Head Division of Information and Promotion ALSA (Asian Law Students' Association) Local Chapter Syiah Kuala University (2012-2013)

 Vice Director of External Affairs ALSA (Asian Law Students' Association) Local Chapter Syiah Kuala University (2013-2014).

(12)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR SINGKATAN ...x

DAFTAR ISTILAH ASING ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Perumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

E. Keaslian Penelitian...7

F. Kerangka Teori dan Konsepsi...8

1. Kerangka teori ...8

2. Konsepsi ...13

G. Metode Penelitian...14

1. Sifat dan Jenis Penelitian ...14

2. Sumber Data ...15

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data...16

4. Analisis Data...19

BAB II PENGATURAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA A. Tinjauan Umum Tentang Hukum Jaminan Fidusia ...20

1. Pengertian Jaminan Fidusia ...20

2. Pengaturan Jaminan Fidusia ...30

3. Pengaturan Akta Jaminan Fidusia ...37

B. Pelaksanaan dan Prosedur Pendaftaran Jaminan Fidusia Sesuai Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 ...41

(13)

BAB III PERKEMBANGAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DARI SISTEM MANUAL KE SISTEM ONLINE

A. Sejarah Jaminan Fidusia ...71 B. Perbandingan Pendaftaran Jaminan Fidusia dari Sistem

Manual ke Sistem Online ...75 C. Perkembangan Pendaftaran Jaminan Fidusia dari Sistem

Manual ke Sistem Online ...82

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PENDAFTARAN

JAMINAN FIDUSIA SECARA ONLINE DAN SOLUSINYA A. Hambatan Yuridis Bagi Notaris Dalam Pendaftaran Jaminan

Fidusia Secara Online...91 B. Hambatan Non Yuridis Bagi Notaris Dalam Pendaftaran

Jaminan Fidusia Secara Online ...94 C. Solusi Terhadap Hambatan-Hambatan Pendaftaran Jaminan

Fidusia Secara Online...97

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan...100 B. Saran ...101 DAFTAR PUSTAKA ...103

(14)

Fidusia...39 TABEL II Perbedaan Sistem Pendaftaran Administrasi Jaminan Fidusia Secara Manual Dengan Sistem Administrasi Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Online...82

(15)

FEO : Fiduciare Eigendoms Overdracht (Penyerahan Hak Milik Berdasarkan Kepercayaan)

HAM : Hak Asasi Manusia

PPAT : Pejabat Pembuat Akta Tanah PNBP : Pendaftaran Negara Bukan Pajak KKN : Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KMK : Kredit Modal Kerja

KPF : Kantor Pendaftaran Fidusia MPD : Majelis Pengawas Daerah MPW : Majelis Pengawas Wilayah PP : Peraturan Pemerintah PJN : Peraturan Jabatan Notaris

SOP : Standard Operating Procedure (Prosedur Operasi Standar) STD : Surat Tanda Daftar

UUJN : Undang-Undang Jabatan Notaris

(16)

Onkreukbaar : Penasihat yang tidak ada cacat

Deceit : Kecurangan

Subterfuge : Akal-akalan

Concealment of facts : Penyembunyian kenyataan Breach of trust : Pelanggaran kepercayaan Misrepresentation : Penyesatan

Illegal circumvention : Pengelakan peraturan

Assesoir : Perjanjian ikutan

Zakelijkezekerheids : Jaminan kebendaan Persoonlijkezekerheids : Jaminan perorangan

Preferen : Kreditur yang diutamakan dalam fidusia Zaaksgevolg : Hak kebendaan yang mengikuti kemana pun

benda itu berada

Constitutum Possessorium : Artinya penyerahan kepemilikan benda tanpa menyerahkan fisik benda sama sekali

Formalitas causa : Perbuatan hukum Probationis causa : Sebagai alat bukti.

Zaak : Sesuatu benda

Droit de suite : Asas hak kepemilikan suatu benda

Civil law : Hukum Perdata

Fiducia cum ceditore : Penyerahan hak milik berdasarkan kepercayaan

(17)

Constitutum possessorium : Pengalihan hak kepemilikan

Droit de preferen : Hak istimewa kreditur dalam pelunasan piutangnya

Fixed Laon : Asas spesialitas

Droit de Preference : Asas Preferen

Inventory : Persediaan

User name : Nama pengguna

Password : Kata kunci

Stenografie : Dalam penulisan cepat

Private notary : Pejabat umum

Autonomous : Bersifat mandiri

Impartial : Tidak memihak siapa pun

Openbaar ambtenaar : Pejabat umum

Ambtenaren : Pejabat

Gedelegeerd : Didelegasikan

Functionnel : Bersifat fungsi

Lawyer : Advokat

Common law : Salah satu jenis sistem hukum berlaku di Inggris dan Amerika Serikat penyitaan eksekutorial (executorial beslag).

Non-cash loan : Pinjaman tidak tunai

(18)

End user finance : Pengguna biaya terakhir

Addendum : Perubahan

Invoice : Catatan

Wederrechtelijk : Ajaran melawan hukum

Algemen beginsel : Lapangan hukum

Deceit : Kecurangan

Subterfuge : Akal-akalan

Concealment of fact : Penyembunyian keterangan Breach of trust : Pelanggaran kepercayaan Illegal circumvention : Pengelakan peraturan

First registered first secured : Penerima fidusia yang kedua

Royal : Dihapus

Print out : Cetak data

Box : Kotak

Email addres : Alamat imel

Saving data : Penyimpanan

Red light : Lampu merah

Overload : Kelebihan beban

(19)

A. Latar Belakang

Arti jaminan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 diberi istilah agunan atau tanggungan sedangkan jaminan menurut Undang-Undang Perbankan diberikan arti yang lain yaitu keyakinan atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan diperjanjikan.1

Jaminan fidusia, diatur dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (selanjutnya disebut UUJF). Sebelum dikeluarkan UUJF eksistensi jaminan fidusia sebagai pranata jaminan yang diakui berdasarkan yurisprudensi. UUJF ini adalah untuk menampung kebutuhan masyarakat mengenai pengaturan jaminan fidusia sebagai salah satu sarana untuk membantu kegiatan usaha dan untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan, oleh pemerintah disusun suatu peraturan mengenai fidusia dalam suatu undang-undang.

Mengingat bahwa objek jaminan fidusia pada umumnya yaitu barang bergerak yang tidak terdaftar, maka sudah sewajarnya bahwa bentuk akta otentiklah yang dianggap paling tepat dapat menjamin kepastian hukum berkenaan denganobjek jaminan fidusia.2

1Rachmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdatan, Sinar Grafika,Jakarta, (selanjutnya disingkat Rachmadi Usman I), hal. 66.

2Fred.B.G. Tumbunan, Mencermati Pokok-Pokok Undang-Undang Nomor 2 Tahun1999 Tentang Fidusia, Erlangga, Jakarta, 1999, hal. 11

(20)

Pada dasarnya setiap akta otentik harus dibuat di hadapan Notaris, karena salah satu pekerjaan notaris adalah membuat akta otentik. Notaris adalah Pejabat umum yang diangkat oleh Pemerintah untuk membantu masyarakat umum dalam hal membuat perjanjian-perjanjian yang ada atau timbul dalam masyarakat.

Perlunya perjanjian-perjanjian tertulis ini dibuat di hadapan seorang Notaris untuk menjamin kepastian hukum bagi para pihak yang melakukan perjanjian. Sehingga pembuatan akta Notaris dapat digunakan sebagai pembuktian dalam sebuah sengketa hukum yang digunakan untuk alat untuk mengingat kembaliperistiwa- peristiwa yang telah terjadi, sehingga dapat digunakan untuk kepentingan pembuktian.3

Seiring dengan perkembangan zaman, populasi Notaris di Indonesia semakin pesat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya Universitas di Indonesia yang membuka program studi Magister Kenotariatan. Permintaan pembuatan akta otentik pun menjadi salah satu hal yang dapat menarik masyarakat untuk mendalami ilmu Kenotariatan.

Notaris sebagai pejabat umum yang satu-satunya berwenang untuk membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh suatu peraturan umum atau dikehendaki oleh yang berkepentingan agar dinyatakan dalam suatu akta otentik, menjamin kepastian tanggalnya, menyimpan aktanya dan dari pada itu memberikan grosse, salinan dan kutipannya kesemua itu dalam pembuatan akta yang oleh suatu peraturan umum

3 R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notaris di Indonesia, Suatu Penjelasan, Rajawali Pres, Jakarta, 1998, hal.19

(21)

tidak pula ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat atau orang lain”.4 Dengan demikian suatu akta otentik dinyatakan jika:5

a. Bentuknya ditentukan oleh Undang-Undang b. Dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum

c. Dibuat dalam wilayah kewenangan dari pejabat yang membuat akta itu.

Perkembangan teknologi semakin cepat. Banyak hal yang bisa dilakukan secara online dijaman sekarang ini. Sehingga untuk mendaftarkan jaminan fidusia telah dapat dibuat secara online. Pesatnya permintaan masyarakat dalam pendaftaran jaminan fidusia membuat pemerintah memudahkan pendaftaran tersebut yaitu dengan cara online.

Suatu perubahan yang cukup mendasar dari perkembangan jaminan fidusia adalah mengenai pendaftaran. Sebelum terbitnya UUJF, masalah pendaftaran jaminan fidusia bukanlah menjadi suatu kewajiban, tetapi setelah keluarnya UUJF masalah pendaftran jaminan fidusia semakin krusial. Pendaftaran tersebut memiliki arti yuridis sebagai suatu rangkaian yang tidak terpisah dari proses terjadinya perjanjian jaminan fidusia. Selain itu, pendaftaran jaminan fidusia merupakan perwujudan dari asas publisitas dan kepastian hukum.6

Pengertian pendaftaran jaminan fidusia secara online terdapat pada Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara

4Komaranda Sasmita, Notaris Selayang Pandang, Cet. 2, Alumni, Bandung 1983, hal.2.

5Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotaristan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, Hal. 59

6Tan Kamelo, 2006, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Pt. Alumni, Bandung, hal. 213.

(22)

Elektronik bahwa pendaftaran jaminan fidusia secara elektronik adalah pendaftaran jaminan fidusia yang dilakukan oleh pemohon dengan mengisi aplikasi secara online, pemohon adalah pemerima fidusia, kuasa atau wakilnya.

Pendaftaran jaminan fidusia secara online dapat dilakukan secara online di seluruh tempat.

Proses pendaftaran sertifikat fidusia kini tidak membutuhkan waktu lama lagi, dikarenakan terhitung tanggal 5 Maret 2013, Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (KEMENKUMHAM) telah meluncurkan sistem fidusia elektronik. Kepala Humas Ditjen AHU Sucipto memaparkan sistem pendaftaran fidusia secara elektronik ini diluncurkan oleh KEMENKUMHAM dalam rangka meningkatkan pelayanan Kementerian sesuai dengan amanat Undang-Undang Pelayanan Publik. Hadirnya sistem elektronik setiap permohonan pendaftaran akan selesai dalam waktu 7 menit dan Notaris bisa langsung mem-print out sertfikat itu sendiri. Kepala Humas Ditjen AHU Sucipto mengatakan sistem pendaftaran secara elektronik dapat meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan, “Sistem elektronik bisa meminimalisir Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN), karena dalam melakukan pendaftaran sertifikat hanya bisa diakses notaris bersangkutan dengan pin dan user ID-nya. Jadi interaksi dengan petugas hampir tidak ada.”7

Sejak April tahun 2015 lalu, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Peraturan Pemerintah ini berisi

7http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt513748e798da3/kemenkumham- luncurkansistem-fidusiaonline , diakses tanggal 1 Oktober 2017.

(23)

pengaturan mengenai tata cara pendaftaran Jaminan Fidusia secara online, yang menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. Pada prinsipnya, substansi yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini tidak berbeda jauh dengan pengaturan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia.

Peluncuran Fidusia Online merupakan langkah konkret pembaruan yang akan memberi kontribusi positif terhadap penguatan sistem jaminan benda bergerak di Indonesia. KEMENKUMHAM pun terus melakukan penyempurnaan.

Namun dalam praktiknya banyak hambatan-hambatan yang dialami Notaris dalam pendaftaran jaminan fidusia secara online. Maka dari itu penelitian ini dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pendaftaran jaminan fidusia secara online telah sesuai dengan aturan yang berlaku?

2. Bagaimana perkembangan jaminan fidusia dari sistem manual ke sistem online?

3. Bagaimana hambatan-hambatan dalam pendaftaran jaminan fidusia secara online dan bagaimana solusinya?

(24)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah pendaftaran jaminan fidusia secara online telah sesuai dengan aturan yang berlaku.

2. Untuk mengetahui perkembangan jaminan fidusia dari sistem manual ke sistem online.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pendaftaran jaminan fidusia secara online dan solusinya.

D. Manfaat Penelitian

Ada dua manfaat yang dimiliki dalam penelitian ini yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan serta manfaat di bidang akademis sehingga pengetahuan tentang bagaimana kajian yuridis mengenai pendaftaran fidusia secara online menjadi lebih baik dari sebelumnya bagi masyarakat, pengajar, bahkan praktisi.

2. Secara Praktis

Bahwa hasil penelitian ini dapatt menjadi masukan bagi para praktisi hukum dan instansi-instansi pemerintah khususnya diharapkan akan bermanfaat bagi para notaris serta masyarakat yang akan membuat dan mengurus pendaftaran fidusia secara online.

(25)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di perpustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, Penelitian dengan judul “Perkembangan Pendaftaran Jaminan Fidusia dari Sistem Manual ke Sistem Online Serta Hambatan-Hambatannya” belum pernah ditemukan judul atau penelitian terhadap masalah tersebut di atas, dengan demikian penelitian ini adalah asli, sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah.

Beberapa penelitian sebelumnya dan ditemukan mengenai pendaftaran fidusia, namun topik permasalahan dan bidang kajiaanya berbeda dengan penelitian ini, penelitian tersebut antara lain:

1. Eko Yudidhistira, NIM 087011031/ M.Kn, “Pendaftaran Jaminan Fidusia : Hambatannya Dilihat Dari Aspek Sistem Hukum”

Substansi permasalahannya adalah:

a. Bagaimana hambatan-hambatan yang terjadi dalam pendaftaran jaminan fidusia?

b. Bagaimana upaya mengatasi hambatan fidusia yang terjadi dalam praktek?

2. Cipto Soenaryo, NIM 137011114/ M.Kn, “Analisis Yuridis Atas Pertanggung Jawaban Notaris Terhadap Akta Fidusia Yang Dibuat Setelah Terbit PERMENKUMHAM Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Fidusia Elektronik”

Substansi permasalahannya adalah:

(26)

a. Bagaimanakah prosedur pendaftaran akta fidusia secara elektronik yang dibuat dihadapan Notaris setelah terbitnya PERMENKUMHAM Nomor 9 Tahun 2013?

b. Bagaimanakah tanggung jawab notaris terhadap akta fidusia secara elektronik yang dibuat dihadapan Notaris setelah terbitnya PERMENKUMHAM Nomor 9 Tahun 2013?

c. Bagaimanakah hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Notaris berkaitan dengan pelaksanaan pendaftaran akta fidusia secara elektronik berdasarkan Permenkumham Nomor 9 tahun 2013?

Berdasarkan karya-karya ilmiah yang telah disebutkan di atas tidak satupun penelitian tersebut yang sama dengan penelitian ini baik dari segi judul maupun dari segi substansi permasalahan yang dibahas. Oleh karena itu penelitian ini secara akademis dapat dipertanggung jawabkan keasliannya.

F. Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori

Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,8 dan suatu teori harus diuji menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya.9

Menurut Soejorno Soekanto bahwa “Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial ditentukan oleh teori.10 Menurut Burhan Ashshofa suatu teori merupakan

8J.J.J. M.. Wuisman, dengan penyuntingan M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I asas- asas. Jakarta: FE.UI, 1996, hal. 203

9Ibid, hal. 16

10Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2010, hal.6

(27)

“serangkaian asumsi, konsep, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep”.11

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.12 Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk mendirikan arahan dan menjelaskan keadaan yang diamati, dan dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis normatif.

Didalam teori ini mempunyai pandangan bahwa hukum bukan hanya merupakan kumpulan norma-norma abstrak atau suatu tertib hukum tetapi juga merupakan suatu proses untuk mengadakan keseimbangan antara kepentingan- kepentingan yang saling bertentang dan menjamin pemuasan kebutuhan maksimal dengan pengorbanan yang minimal, dimana peraturan yang berlaku harus dipatuhi dan dijalankan demi terciptanya suatu ketertiban dengan tidak melanggar suatu ketentuan tersebut.

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati, dan dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, maka kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum.

Teori dalam penulisan tesis ini menggunakan teori sistem yang didalamnya terdapat asas-asas hukum yang terpadu yang membentuk tertib hukum terhadap hukum jaminan. Asas-asas hukum itu terdapat dalam hukum benda dan hukum

11Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, 1996, hal.9

12M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung, Mandar Maju, 1994, hal. 80

(28)

perjanjian. Salah satu asas hukum dalam hukum jaminan kebendaan adalah asas publisitas yang artinya bahwa semua hak yang dijadikan sebagai jaminan harusdidaftarkan, yang maksudnya agar pihak ketiga dapat mengetahui bahwa benda yang dijadikan jaminan tersebut sedang dilakukan pembebanan jaminan.

Sedangkan dalam hukum jaminan adalah asas konsensualisme, asas kebebasan berkontrak, kepastian hukum dan asas kekuatan mengikat. Asas hukum ini menjadi fundamen dan akar hukum jaminan.

Mengenai Pendaftaran Jaminan Fidusia dalam penulisan tesis ini juga menggunakan kerangka teori sebagai pisau analitis yakni asas publisitas dan kepastian hukum. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum guna mewujudkan ketertiban tata cara pelaksanaan pendaftaran fidusia melalui jalur online. Menurut Radburch menyatakan tentang kepastian hukum adalah sebagai berikut:

“The existence of a legal orders is more important than it’s justice and expediency, which constitute the second great task of the law, while the first, equally approved by all, is legal certainly, that is order or peace”.13 (eksistensi suatu legal order adalah lebih penting dari pada keadilan dan kelayakan itu sendiri, yang menetapkan tugas besar kedua dari hukum, sementara yang pertama sama-sama diakui oleh seluruhnya adalah kepastian hukum, yakni ketertiban dan ketentraman). Selanjutnya Radbruch menyatakan bahwa:

13Radbruch, “Legal Philosophy” dalam Wilk Kurt, ”The legal Philosophies of lask”, (Radbruch and Dabin, USA: Harvard University Press, 1950), dikutip dalam Endang Purwaningsih, ”Perkembangan Hukum Intellectua Property Rights Kajian Hukum Terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual dan Kajian Komperatif Hukum Paten”, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005, hal. 206.

(29)

“Legal certainty not only requires the validity of legal rules laid down bypower, it also makes demand on their contents, it demands that the law be capable of being administered with certainy, that it be practicable”.14 (kepastian hukum tidak hanya mensyaratkan keabsahan peraturan hukumyang dibuat melalui kekuasaan, melainkan juga menuntut pada seluruh isinya, dapat diadministrasikan dengan pasti sehingga dapat dilaksanakan).

Menurut Award, sistem diartikan sebagai hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur (anorganized, functioning relationship among units or components).15 Selanjutnya menurut Mariam Darussuatu sistem adalah kumpulan asas-asas yang terpadu, yang merupakan landasan, diatas mana dibangun tertib hukum.16

Sebagaimana perjanjian hutang lainnya, seperti perjanjian gadai, hipotik, hak tanggungan, maka perjanjian fidusia juga merupakan suatu perjanjian assesoir (perjanjian buntutan). Maksudnya adalah perjanjian assesoir itu tidak mungkin berdiri sendiri, tetapi mengikuti/membuntuti perjanjian lainnya yang merupakan perjanjian pokok. Dalam hal ini, yang merupakan perjanjian pokok adalah perjanjian hutang piutang.17

Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk

14Ibid, hal. 206.

15Award,Elis M, dalam Ok. Saidin, Aspek Hukum Haki, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2004,hal.

19.

16Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Bandung: Alumni, 1983, hal. 15.

17Munir Fuady, Jaminan Fidusia, Cetakan Kedua Revisi, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003,hal.

19.

(30)

melaksanakan suatu hal. 18 Dikatakan jaminan secara umum juga oleh karena tidak ada perikatan secara khusus yang dibuat antara kreditur dan debitur untuk mengikat suatu benda sebagai jaminan. Tanggungan atas segala perikatan seseorang disebut jaminan secara umum sedangkan tanggungan atas perikatan tertentu dari seseorang disebut sebagai jaminan secara khusus.19

Pada prinsipnya, sistem hukum jaminan terdiri dari jaminan kebendaan (Zakelijkezekerheids) dan jaminan perorangan (Persoonlijkezekerheids). Jaminan kebendaan termasuk jaminan fidusia mempunyai ciri-ciri kebendaan dalam arti memberikan hak mendahului di atas benda-benda tertentu dan mempunyai sifat melekat serta mengikuti benda-benda yang bersangkutan. Karakter kebendaan pada Jaminan Fidusia dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat (2), Pasal 20, Pasal 27 UUJF. Dengan karakter kebendaan yang dimiliki Jaminan Fidusia, penerima fidusia merupakan kreditur yang preferen dan memiliki sifat zaaksgevolg. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa Jaminan Fidusia memiliki identitas sebagai lembaga jaminanyang kuat dan akan digemari oleh para pemakainya.20

Pemberi fidusia dilakukan dengan Constitutum Possessorium yang artinya penyerahan kepemilikan benda tanpa menyerahkan fisik benda sama sekali. Pasal 1334 KUHPerdata menyebutkan suatu syarat bagi benda agar dapat menjadi objek suatu perjanjian, yaitu benda itu harus tertentu.21

Untuk memberikan kepastian hukum Pasal 11 UUJF mewajibkan benda yang dibebani dengan Jaminan Fidusia didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia

18R. Subekti, ”Hukum Perjanjian”, Intermasa, Jakarta, 1976, hal. 1.

19Oey Hoey Tiong, Fidusia Sebagai Jaminan Unsur-Unsur Perikatan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hal. 14.

20Tan Kamelo, Op.Cit, hal. 21-22.

21Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Bandung, Mandar Maju, 2000, hal.21

(31)

yang terletak di Indonesia. Pendaftaran itu memiliki arti yuridis sebagai suatu rangkaian yang tidak terpisah dari proses terjadinya perjanjian jaminan fidusia.

Selain itu, Pendaftaran Jaminan Fidusia merupakan perwujudan dari asas publisitas dan kepastian hukum.22 Secara teoritis fungsi akta adalah untuk kesempurnaan perbuatan hukum (formalitas causa) dan sebagai alat bukti (probationis causa).23

Jaminan Fidusia bersifat perorangan maksudnya adalah jaminan itu tidak memiliki hak kebendaan, tidak memiliki hak mendahului atas benda-benda tertentu. Jaminan itu hanya menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap kekayaan debitur seumumnya.24

2. Konsepsi

a. Fidusia adalah, pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tetap dalam penguasaan pemilik benda.

b. Jaminan Fidusia adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang tidak dapat dibebani Hak Tanggungan atau Hipotik.

22Tan Kamello, Op.cit, hal. 213.

23Sudikno Mertukusumo, Hukun Acara Perdata, Liberty, Yogjakarta, 1982, hal. 121-122.

24Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, BPHN Departemen Kehakiman R.I, Jakarta, 1980, hal. 47.

(32)

c. Akta Jaminan Fidusia adalah akta Notaris yang berisikan pemberian Jaminan Fidusia kepada kreditur tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan piutangnya.

d. Pendaftaran Jaminan Fidusia, adalah penyerahan dokumen awal berupa syarat-syarat pembuatan Akta Jaminan Fidusia oleh notaris yang telah dilegalisasi kepada kantor pendaftaran fidusia dalam bentuk form yang berisi keterangan objek jaminan fidusia tersebut.25

e. Sertifikat Jaminan Fidusia adalah Sertifikat Jaminan Fidusia yang mencantumkan irah-irah ”Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, mempunyai kekuatan eksekutorial yang kekuatannya sama dengan keputusan hakim.26

G. Metode Penelitian

Metode berarti jalan atau cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.27

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia. Dengan demikian metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian.28

25Irma Devita Purnamasari, Hukum Jaminan Perbankan, PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2011, hal.

88.

26Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, hal 104 .

27Koentjara Ningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta, Gramedia,1997, hal.16

28Sutrisno Hadi, Metodologi Riset, ANDI, Yogyakarta, 2000, hal. 4

(33)

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, dimana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengna mengkaji ketentuan perUndang- Undangan yang berlaku mengenai perjanjian dan bahan hukum lainnya dibidang perikatan. Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, maksudnya adalah dari penelitian ini diharapkan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan yang akan diteliti. Analisis dilakukan berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh dan akan dilakukan secara cermat bagaimana menjawab permasalahan dalam menyimpulkan suatu solusi sebagai jawaban dari permasalahan tersebut.29

2. Sumber Data

Data-data yang dipergunakkan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder yang meliputi hal-hal berikut:

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan Jaminan Fidusia dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2015 tentang tata cara pendaftaran jaminan fidusia dan biaya pendaftaran akta jaminan fidusia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik, Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 30 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 tahun 2014, serta Perundangan lainnya yang dapat mendukung penelitian ini, yurisprudensi, dan bahan hukum dari zaman

29Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rienika Cipta, Jakarta, 2008, hal 27.

(34)

penjajahan yang hingga kini masih berlaku seperti KUHPerdata, KUHPidana dan KUHD.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti buku hukum, tesis, jurnal hukum, laporan hukum, makalah, dan media cetak atau elektronik. Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah yang merupakan publikasi tentang hukum yang bukan dokumen resmi, seperti seminar atau pertemuan ilmiah yang relevan dengan penelitian ini.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus umum, kamus hukum, ensiklopedia, dan lain sebagainya.30

Penelitian ini akan menggunakan bahan kepustakaan sebagai tumpuan utamanya, yang berarti akan cenderung pada penelaahan dan penyajian data primer dan data sekunder yang diperoleh dari bahan kepustakaan sehingga tidak diperlukan penyusunan atau perumusan hipotesa.31

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian dikenal dua jenis teknik pengumpulan data, yaitu penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan (library research) dilakukan untuk

30 Nomensen Sinamo, Metode Penelitian Hukum dalam Teori dan Praktek, Bumi Intitama Sejahtera, 2010, hal.16.

31 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta. Rajawali Pers, 1990, hal.53.

(35)

mengumpulkan data sekunder melalui pengkajian terhadap peraturan perundang- undangan, literatur-literatur, tulisan-tulisan para pakar hukum, bahan kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini.32 Penelitian lapangan (field research) merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung tempat yang menjadi objek penelitian.33 Penelitian lapangan (field research) dilakukan dengan melakukan wawancara kepada beberapa informan yang dinilai memiliki kompetensi di bidangnya masing-masing, terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.

Peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data berupa studi dokumen/kepustakaan atau penelitian kepustakaan (library research) yang didukung pula oleh penelitian lapangan (field research) untuk memperoleh data sekunder yang berupa bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.

Di dalam penelitian, pada umumnya dikenal tiga jenis alat pengumpulan data yakni studi dokumen, pengamatan dan pedoman wawancara. Ketiga alat pengumpulan data tersebut dapat dipakai secara bersamaan ataupun sendiri- sendiri.34Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Studi dokumen.

Studi dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan permasalahan yang diajukan dengan cara mempelajari buku hukum, tesis, jurnal hukum, laporan hukum, makalah dan media cetak atau elektronik.

32Riduan, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bina Cipta, Bandung, 2004, hal 97.

33Mohammad Nazir, Metode Penelitan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, hlm. 65.

34Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hlm.21.

(36)

b. Pedoman wawancara.

Wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara, merupakan wawancara yang dilakukan dengan teknik wawancara terarah (directive interview), dimana wawancara dilakukan dengan berdasarkan pada pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya.

Wawancara dilakukan secara tidak kaku atau luwes dengan tetap memperhatikan dan membuat rencana pelaksanaan wawancara, mengatur daftar pertanyaan atau pedoman wawancara, serta membatasi aspek-aspek wawancara yang hanya berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini.35

Informan dalam penelitian merupakan informan yang diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat berguna bagi penelitian sesuai dengan kompetensinya masing-masing, adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Dr. Sutrisno S.H, MKn merupakan Notaris di Kabupaten Deli Serdang.

2) Yusrizal, S.H, MKn merupakan Notaris di Kota Medan.

3) Dr. Rudi Haposan, S.H, MKn merupakan Notaris di Kota Medan.

4) Muhammad Iqbal, S.H, MKn merupakan Notaris di Kota Medan.

35Soerjono Soekanto-I, op.cit., hal.229.

(37)

5) Muhammad Dodi Budiantoro, S.H, M.Kn merupakan Notaris di Kota Medan

4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data penelitian hukum normatif dapat dilakukan dengan cara melakukan analisis terhadap kaidah hukum dan kemudian kontruksi dilakukan dengan cara memasukkan pasal-pasal ke dalam kategori-kategori atas dasar pengertian-pengertian dari sistem hukum tersebut. Dalam hal bahan-bahan hukum primer, hukum sekunder, dan hukum tertier yang dimaksud telah diperoleh , maka bahan hukum tersebut diperiksa kembali kelengkapan dan konsistensinya satu sama lain, kemudian disistemasir sesuai dengan permasalahan dari penelitian ini.

Selanjutnya bahan hukum tersebut diolah secara kualitatif kemudian ditarik kesimpulan dengan menggunakan cara deduktif sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ditetapkan. Pemaknaan konsep terhadap istilah yang digunakkan terutama dalam judul penelitian bukanlah untuk keperluan komunikasinya semata-mata kepada pihak lain sehingga tidak menimbulkan salah tafsir, tetapi juga demi menuntun penelitian itu sendiri dalam mengenai proses penelitian bersangkutan.36

36Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Jakarta, Grafindo Persada, 1999, hal.107-108

(38)

A. Tinjauan Umum Tentang Hukum Jaminan Fidusia 1. Pengertian Jaminan Fidusia

Hukum jaminan tergolong bidang hukum, yang popular disebut the economic law (hukum ekonomi), wiertschafrecht atau droit economique yang mempunyai fungsi menunjang kemajuan ekonomi dan kemajuan pembangunan pada umumnya, sehingga bidang hukum demikian pengaturannya dalam undang- undang perlu diprioritaskan.37 Pada Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan, tidak dikenal istilah agunan, yang ada adalah istilah jaminan. Sementara itu dalam UU no 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah dirubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 (selanjutnya disebut Perbankan), memberikan pengertian yang tidak sama dengan istilah jaminan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967.38

Arti jaminan menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 diberi istilah agunan atau tanggungan sedangkan jaminan menurut UU Perbankan diberikan arti yang lain yaitu keyakinan atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan diperjanjikan.39 Adapun istilah agunan menurut ketentuan Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Perbankan diartikan sebagai

37 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980, Hukum Jaminan Di Indonesia (Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perseorangan), Liberty, Yogyakarta, hal. 1

38 Rachmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdatan, Sinar Grafika, Jakarta, (selanjutnya disingkat Rachmadi Usman I), hal. 66.

39Ibid

(39)

berikut, “Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah”.

Hal ini menunjukkan bahwa, istilah agunan merupakan terjemahan dari istilah collateral yang merupakan bagian dari istilah jaminan pemberian kredit atau pembiayaan. Pengertian jaminan lebih luas dari pengertian agunan, dimana pengertian agunan berkaitan dengan barang, sementara jaminan tidak hanya berkaitan dengan barang, tetapi juga berkaitan dengan character, capacity, capital dan condition of economy dari nasabah debitur yang bersangkutan.40

Jaminan menurut hukum perdata dapat dibedakan menjadi dua yaitu jaminan perorangan dan jaminan kebendaan.

a. Jaminan perorangan (personal guaranty), yaitu jaminan seseorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si debitur. Jaminan ini dapat dilakukan tanpa sepengetahuan si debitur.

Menurut Subekti jaminan perorangan adalah selalu suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan seorang ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban si berhutang (debitur). Ia bahkan dapat diadakan diluar (tanpa) pengetahuan si berhutang tersebut.41

b. Jaminan kebendaan (persoonlijke en zekelijke zekerheid), yaitu jaminan yang dilakukan oleh kreditur dengan debiturnya, ataupun antara krediturdengan seseorang pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si debitur.42

c. Dalam praktek jaminan kebendaan diadakan suatu pemisahan bagian dari kekayaan seseorang (pemberi jaminan) yaitu melepaskan sebagaian kekuasaan atas sebagaian kekayaan tersebut dan semuanya itu diperuntukkan guna memenuhi kewajiban debitur bila diperlukan.

Kekayaan tersebut dapat berupa kekayaan debitur itu sendiri, ataupun kekayaan pihak ketiga. Menurut Soebekti, maka pemberiaan jaminan

40Rachmadi Usman I, 2001, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 282.

41Johannes Ibrahim, 2004 Cross Default & Cross Collateral Sebagai Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah, Refika Aditama, Bandung, hal.79.

42Muhamad Djumhana, 1996, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 248.

(40)

kebendaan kepada kreditur, memberikan suatu keistimewaan baginya terhadap kreditur lainnya.43

Ada beberapa jaminan kebendaan yang dikenal oleh hukum, pertama adalah jaminan dalam bentuk gadai, yang diatur dalam Pasal 1150 sampai dengan 1160 KUHPerdata. Pasal 1150 KUHPerdata mendefinikan gadai sebagai suatu hak yang diperoleh kreditor atas suatu kebendaan bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang debitur atau oleh orang lain atas nama debitur dan yang memberikan kekuasaan kepada kreditor untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari para kreditor lainnya. Sesuai dengan pengertian yang diberikan oleh KUHPerdata, gadai merupakan jaminan dalam bentuk benda bergerak, yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara penyerahan kebendaan bergerak yang digadaikan tersebut kedalam kekuasaan kreditor.

Dalam gadai ada kewajiban dari seorang debitur untuk menyerahkan barang bergerak yang dimilikinya sebagai jaminan pelunasan utang serta memberikan hak kepada si berpiutang (kreditor) untuk melakukan penjualan atau pelelangan atas barang tersebut apabila debitur tidak mampu menebus kembali barang yang dimaksud dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dengan pernyataan lain kewajiban debitur untuk menyerahkan harta bergerak miliknya sebagai agunan kepada kantor pegadaian, disertai dengan pemberian hak kepada kantor pegadaian untuk melakukan penjualan (lelang) dalam kondisi ditentukan.44

Kedua adalah hipotek, yang diatur dalam Pasal 1162 sampai Pasal 1178 KUHPerdata. Pasal 1162 KUHPerdata mendefinikan hipotek sebagai suatu hak

43Ibid.

44Abdul R. Saliman, Hermansyah dan Ahmad Jalis, 2006, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan (Teori

& Contoh Kasus), Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hal. 38.

(41)

kebendaan atas benda-benda tidak bergerak untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan. Dalam Pasal 1162 disebutkan benda- benda yang dapat dibebani hipotek adalah barang tidak bergerak yang dibuat dengan akta hipotek. Sejalan dengan berlakunya UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan, maka pemberlakuan hipotek atas barang tidak bergerak tidak berlaku lagi untuk kebendaan hak-hak atas tanah berikut benda-benda yang secara hukum dianggap melekat atas bidang tanah yang diberikan hak-hak atas tanah tersebut. Pasal 1163 ayat (1) KUHPerdata menetapkan bahwa hipotek tidak dapat dibagai-bagi. Asas ini disebut tidak terbagi-bagi atau ondeelbaarheid dari hipotek, artinya jika benda yang dibebani hipotek lebih dari satu maka hipotek tadi tetap membebani masing-masing benda tersebut dalam keseluruhannya.

Ketiga adalah hak tanggungan sebagaimana yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 yang mengenai penjaminan terhadap hak-hak atas tanah tertentu berikut kebendaan yang dianggap melekat dan diperuntukkan untuk dipergunakan secara bersama-sama dengan bidang tanah yang diatasnya terdapat hak-hak atas tanah yang dijaminkan dengan hak tanggungan. Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan atas hak tanah yang dimaksudkan sebagai pelunasan utang tertentu, yang diberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu (kreditor pemegang hak tanggungan) dibandingkan dengan kreditor lainnya. Jadi hak tanggungan adalah hak yang dibebankan pada hak atas tanah beserta benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah.

Benda-benda lain yang dimaksud adalah bangunan, tanaman dan hasil karya yang melekat secara tetap pada bangunan.

(42)

Keempat adalah jaminan fidusia, yang diatur dalam UUJF. Sebelum dikeluarkan UUJF eksistensi jaminan fidusia sebagai pranata jaminan yang diakui berdasarkan yurisprudensi. UUJF ini adalah untuk menampung kebutuhan masyarakat mengenai pengaturan jaminan fidusia sebagai salah satu sarana untuk membantu kegiatan uasaha dan untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan, oleh pemerintah disusun suatu peraturan mengenai fidusia dalam suatu undang-undang. Jaminan Fidusia, selain merupakan bentuk jaminan juga merupakan lembaga titipan.

Dengan demikian berbeda dari pignus (gadai) yang mengharuskan penyerahan secara fisik benda yang digadaikan. Dalam hal fiducia cum creditore pemberi fidusia tetap menguasai benda yang menjadi objek fidusia, dengan tetap menguasai benda tersebut, pemberi fidusia dapat menggunakan benda dimaksudkan dalam menjalankan usahanya.45 Keduanya timbul dari perjanjian yang disebut pacium fiduciae yang kemudian diikuti dengan penyerahan hak atau in iure cession.46

Pengertian jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada

45Rachmadi Usman I, Op.Cit, hal.150

46Henny Tanuwidjaja, 2012, Pranata Hukum Jaminan Utang & Sejarah Lembaga Hukum Notariat, Refika Aditama, Bandung, hal. 51.

(43)

penerima fidusia terhadap kreditur lainnya (Pasal 1 butir 1 dan 2 UU Nomor 42 Tahun 1999).

Dalam Pasal 9 UUJF dikatakan bahwa jaminan fidusia dapat diberikan terhadap satu benda atau lebih satuan atau jenis benda, termasuk piutang baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan maupun yang diperoleh kemudian.

Objek jaminan fidusia adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud yang terdaftar maupun tidak terdaftar (termasuk dalam dan surat-surat berharga), yang bergerak maupun yang tidak bergerak yang tidak dapat dibebani hak tanggungan. Dalam pengertian benda termasuk pula piutang atas nama yang dahulu dilaksanakan pengikatannya dengan cara gadai tetapi dalam praktik perbankan biasa dikenal dengan pengalihan secara cessie (Pasal 613 KUH Perdata) yang kemudian dalam perkembangannya menjadi obyek jaminan fidusia.

Objek jaminan fidusia sebagaimana diatur dalam UUJF dapat menggantikan cessie jaminan atas piutang ataupun yang disebut dengan Suijling sebagai Fiduciaire Cessie yang banyak dipergunakan dalam praktek pemberian kredit di bank-bank. Selanjutnya objek jaminan fidusia dapat berupa benda yang sudah dimiliki oleh pemberi fidusia pada saat pembebanannya, tetapi dapat pula dimasukkan benda yang akan diperoleh kemudian.47

Untuk menghindari kesulitan dikemudian hari, dalam Pasal 10 Undang- UUJF sudah ditetapkan bahwa jaminan fidusia meliputi semua hasil dari jaminan

47 Arie S. Hutagalung, Analisa Yuridis Mengenai Pemberian dan Pendaftaran Jaminan Fidusia, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2003, hal. 3

(44)

fidusia dan juga klaim asuransi apabila objek jaminan fidusia tersebut musnah didalam pelaksanaan eksekusinya.

Menurut Munir Fuady, ketentuan mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia terdapat antara lain dalam Pasal 1 ayat (4), Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 20 Undang-Undang Fidusia. Benda-benda yang dapat menjadi objek jaminan fidusia tersebut antara lain:48

a. Benda tersebut harus dapat dimiliki dan dialihkan secara hukum, b. Atas benda berwujud,

c. Benda tidak berwujud, d. Benda bergerak,

e. Benda tidak bergerak yang tidak dapat diikatkan dengan hak tanggungan, hipotik,

f. Benda yang sudah ada dan yang aka ada dikemudian hari yang tidak diperlukan sebuah akta pembebanan,

g. Dapat satuan atau jenis benda,

h. Dapat lebih dari satuan jenis atau satuan benda, i. Hasil dari benda yang menjadi objek jaminan fidusia, j. Hasil klaim asuransi,

k. Benda persediaan.

Pengalihan hak kepemilikan atas benda yang menjadi objek jaminan fidusia dilakukan atas dasar kepercayan dengan cara constitutum possessorium yang artinya pengalihan hak kepemilikan atas suatu benda kepada penerima fidusia dengan melanjutkan penguasaan atas benda tersbeut yang berakibat bahwa pemberi fidusia seterusnya akan menguasai benda dimaksud untuk kepentingan penerima jaminan fidusia, yang pengalihannya harus didaftarkan kepada Kantor Pendaftaran Fidusia.

48Munir Fuady, Ketentuan Benda yang Menjadi Objek Jaminan Fidusia Dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal. 57

(45)

Pengalihan hak kepemilikan tersebut berada dari pengalihan hak milik sebagaimana dimaksud dalam (Pasal 584 jo. Pasal 612 ayat (1) KUH Perdata).

Dalam hal jaminan fidusia, pengalihan hak kepemilikan dimaksudkan semata- mata sebagai jaminan / agunan bagi pelunasan hutang, bukan untuk seterusnya dimiliki oleh penerima fidusia.

Dalam Pasal 5 sub 1 UUJF bahwa bentuk akta perjanjian fidusia harus dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia. Perjanjian jaminan fidusia baik berupa Fiduciare Eigendoms Overdracht (FEO) maupun cessie jaminan atas piutang yang telah ada sebelum berlakunya undang-undang fidusia tidak diwajibkan dengan akta notaris. Alasan undang-undang menerapkan akta bentuk notaris adalah:49

a. Akta notaris adalah akta otentik sehingga memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna.

b. Objek jaminan fidusia pada umumnya adalah benda bergerak.

c. Undang-undang melarang adanya fidusia ulang.

Isi dari akta perjanjian fidusia yang dibuat oleh debitur dengan krediturnya adalah bahwa debitur akan mengalihkan kepemilikannya atas suatu benda kepada krediturnya sebagai jaminan untuk utangnya dengan kesepakatan bahwa kreditur akan mengalihkan kembali kepemilikan tersebut kepada debitur bilamana utangnya sudah dibayar lunas.

49Ratnawati W. Prasodjo, Pokok-pokok Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Mitra Ilmu, Jakarta, 2010, hal. 16

(46)

Isi akta jaminan fidusia dalam Pasal 66 UUJF ditentukan minimum yang harus termuat didalamnya, diantaranya:50

a. Identitas pemberi dan penerima fidusia

Mengingat akta tersebut merupakan akta notariil maka identitas para pihak secara otomatis harus sudah disebutkan secara lengkap didalamnya (Pasal 24 dan Pasal 25 Peraturan Jabatan Notaris) b. Data Perjanjian Pokok

Sesuai dengan sifat assesoir daripada perjanjian penjaminan, maka kita perlu mengetahui dengan pasti perjanjian pokok sebagai dasar dari pemberian penjaminan, karena eksistensi perjanjian penjaminan sangat bergantung kepada perjanjian pokoknya.

c. Data benda jaminan

Hak jaminan kebendaan muncul apabila kreditur memperjanjikan suatu jaminan khusus terhadap satu atau lebih benda tertentu, yang memberikan kedudukan yang didahulukan menurut Undang- Undang di dalam pelunasannya dari hasil eksekusi atas benda tersebut. Jadi sangatlah logis bahwa di dalam akta pemberian jaminan fidusia harus terdapat uraian tentang benda jaminan yang bersangkutan.

d. Nilai penjaminan

Nilai penjaminan adalah jumlah maksimal kreditur preferen atas hasil eksekusi benda jaminan. Hak preferen kreditur tidak bisa lebih dari jumlah nilai penjaminan, tetapi bisa kurang. Hal itu berkaitan dengan sifat assesoir dari perjanjian jaminan.

e. Tanggal dan Nomor

Meskipun di dalam Pasal 6 Undang-Undang Jaminan Fidusia Nomor 42 Tahun 1999 tidak disyaratkan penyebutan tanggal dan

50J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Cetakan 5, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2007, hal. 191

(47)

nomor akta penjaminan, namun karena akta tersebut dituangkan secara notariil maka secara otomatis sudah ada dengan sendirinya, karena tanggal dan nomor digunakan sebagai dasar untuk mengetahui siapakah yang berhak sebagai pihak pertama atas benda yang menjadi objek jaminan fidusia (Pasal 25 sub d P.J.N) Sifat Jaminan fidusia sejalan dengan sifat dari jaminan hak kebendaan, ini dikarenakan jaminan fidusia merupakan bagian dari jaminan khusus yang bersifat hak kebendaan yang mempunyai sifat yang memberikan perlindungan hukum secara penuh bagi pihak kreditur diantaranya:

a. Mempunyai sifat absolute (mutlak), yaitu dapat dipertahankan atau dilindungi terhadap setiap gangguan dari pihak ketiga.

b. Mempunyai sifat mengikuti bendanya (droit de suite) misalnya hak sewa senantiasa mengikuti bendanya, dan perjanjian tidak akan putus dengan berpindahnya atau dijualnya barang yang disewa.

c. Mempunyai sifat prioritas (droit de preferen) yaitu bahwa hak kebendaan lebih mendahulukan hak yang lebih dulu terjadi daripada hak yang terjadi kemudian.

d. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sebagai implikasi dari sifat droit de suite dari jaminan fidusia tersebut sehingga mengikat pihak ketiga dan memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

e. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya.51

2. Pengaturan Jaminan Fidusia

Secara praktek jaminan fidusia bukan barang baru di Indonesia, tetapi ketentuan perundang-undangannya baru ada pada tahun 1999 dengan Undang-

51 Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Jaminan : Komentar Pasal Demi Pasal Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Rajawali Press, Jakarta, 2010, hal. 45

(48)

Undang Jaminan Fidusia pada tanggal 30 September 1999 dan pada hari itu juga diundangkan dalam lembaran negara nomor 168.

Undang-Undang Jaminan Fidusia tidak lahir begitu saja, tetapi merupakan reaksi atas kebutuhan dan pelaksanaan praktek fidusia yang selama ini berjalan, maka kiranya akan lebih mudah bagi orang untuk mengerti ketentuan-ketentuan UUJF, kalau orang memahami praktek dan permasalahan praktek yang selama ini ada.52

Perjanjian pemberian jaminan fidusiaa sama seperti perjanjian penjaminan lain yang merupakan perjanjian yang bersifat accesoir, sebagaimana ditegaskan pada pasal 4 UUJF, berbunyi: Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi. Perjanjian accesoir mempunyai ciri-ciri yaitu tidak bisa berdiri sendiri, ada/lahirnya, berpindahnya dan berakhirnya bergantung dari perjanjian pokoknya. Sebagai suatu perjanjian accesoir, perjanjian jaminan fidusia memiliki sifat sebagai berikut:

a. Sifat ketergantungan terhadap perjanjian pokok;

b. Keabsahannya semata-mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian pokok.

52J. Satrio, 2007, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Pt. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.

3

(49)

c. Sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak dipenuhi.53

Dalam Burgelijk Wetboek (BW) Belanda, pranata jaminan yang diatur adalah gadai untuk barang bergerak dan hipotek untuk barang tidak bergerak.

Pada mulanya kedua pranata jaminan dirasakan cukup memenuhi kebutuhan masyarakat pada saat itu dalam bidang prekreditan. Tetapi karena terjadi krisis pertanian yang melanda negara Eropa pada pertengahan sampai akhir abad ke- 19, terjadi penghambatan pada perusahaan-perusahaan pertanian untuk memperoleh kredit. Pada waktu itu tanah sebagai jaminan kredit menjadi agak kurang popular dan kreditor menghendaki jaminan gadai sebagai jaminan tambahan di samping jaminan tanah tadi.

Kondisi seperti ini menyulitkan perusahaan-perusahaan pertanian. Dengan menyerahkan alat-alat pertaniannya sebagai jaminan gadai dalam pengambilan kredit sama saja dengan bunuh diri, apalah artinya kredit yang diperoleh kalau alat-alat pertanian yang dibutuhkan untuk mengolah tanah sudah berada dalam penguasaan kreditor. Terjadilah perbedaan kepentingan antara kreditor dan debitor yang cukup menyulitkan kedua pihak. Untuk melakukan gadai tanpa penguasaan terbentur pada ketentuan Pasal 1152 ayat (2) BW yang melarangnya.

Untuk mengatasi hal tersebut dicarilah terobosan-terobosan dengan mengingat

53Henny Tanuwidjaja, 2012, Pranata Hukum Jaminan Utang & Sejarah Lembaga Hukum Notariat, Refika Aditama, Bandung, hal. 59

(50)

konstruksi hukum yang ada, yaitu jual beli dengan hak membeli kembali dengan sedikit penyimpangan.

Bentuk ini digunakan untuk menutupi suatu perjanjian peminjaman dengan jaminan, untuk sementara hal ini dapat mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi pada waktu itu. Tetapi hal itu bukan bentuk jaminan yang sebenarnya, tentu akan timbul keragu-raguan dalam prakteknya.54

Keadaan seperti itu berlangsung terus sampai dikeluarkannya keputusan oleh Hoge Road (HR) Belanda tanggal 29 Januari 1929 yang terkenal dengan nama Bierbrouwerij Arrest. Kasusnya adalah sebagai berikut: NV Heineken Bierbrouwerij Maatschappij meminjamkan uang sejumlah f 6000 dari P. Bos pemilik warung kopi “Sneek”, dengan jaminan berupa hipotek keempat atas tanah dan bangunan yang digunakan Bos sebagai tempat usahanya. Untuk lebih menjamin pelunasan hutangnya, Bos menjual inventaris warungnya kepada Bierbrouwerij dengan hak membeli kembali dengan syarat bahwa inventaris itu untuk sementara dikuasai oleh Bos sebagai peminjam pakai. Pinjam pakai itu yang akan berakhit jika Bos tidak membayar utang pada waktunya atau bilamana Bos jatuh pailit. Ternyata Bos benar-benar jatuh pailit dan hartanya diurus oleh kurator kepailitan (Mr. AW de Haan), termasuk inventaris tadi. Bierbrouwerij kemudian menuntut kepada kurator kepailitan untuk menyerahkan inventaris tadi dengan sitaan revindikasi. Kurator menolak dengan alasan bahwa perjanjian jual

54 Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, 2007, Jaminan Fidusia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 122.

Referensi

Dokumen terkait

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan nasabah yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Pada kasus yang penulis angkat jelas

_____________, “Bermuhammadiyah di Zaman Penjajahan Belanda.” Manuskrip Bermuhammadiyah dalam Tiga Zaman... Zainuddin Dari Padang Menemui Penulis.”, Manuskrip Berdialog dengan

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) karena atas berkat dan rahmat-Nya dapat diselesaikannya skripsi yang berjudul “Faktor- Faktor

Guru menggerakkan pion kekotak berikutnya dijalur papan ular tangga sesuai jumlah angka pada dadu, kemudian menyebutkan gambar yang ada pada jalur papan ular tangga dimana pion

Pada grafika komputer, gambar dua dimensi dihasilkan komputer melalui proses yang dapat dianalogikan dengan proses pembentukan gambar pada sistem kamera, mikroskop,

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Isah Nurdianah, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “Analisis Pengaruh Inovasi Produk, Lokasi Usaha Dan Orientasi Pasar

Menerapkan dining experience sebagai kunci untuk meningkatkan atau mempertahankan kepuasan konsumen melalui atribut-atribut di dalamnya seperti menjaga dan

Dari hasil output komputer dengan paket SPSS, memberikan deskriptif data total faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi penurunan pergerakan indeks harga saham gabungan di Bursa