• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN IDENTITAS NASIONAL PADA PELAJAR SMA DI KOTA MEDAN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Skripsi Psikologi Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GAMBARAN IDENTITAS NASIONAL PADA PELAJAR SMA DI KOTA MEDAN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Skripsi Psikologi Sosial"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Skripsi Psikologi Sosial

Oleh:

ERYSA ADELIA 141301010

PROGRAM SARJANA PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran identitas nasional pada pelajar SMA di kota Medan. Subjek penelitian adalah 300 pelajar SMA di kota Medan yang diambil dengan metode accidental sampling. Alat ukut yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala identitas nasional dengan nilai realibilitas (rxx = 0.914). metode penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode analisi data yang digunakan adalah analisis statistic deskriptif.

Hasil dari analisis data penelitian ini menunjukkan nilai deskriptif identitas nasional pada pelajar SMA di kota Medan sebanyak 170 (56.6%) siswa SMA di kota Medan memiliki identitas nasional pada kategori tinggi, 128 (42.6%) siswa memiliki identitas nasional pada kategori sedang, dan sebanyak 2 (0.66%) siswa SMA di kota Medan memiliki identitas nasional pada kategori rendah. Hasil pengujian menunjukkan bahwa identitas nasional pada pelajar SMA di kota Medan berada pada kategori tinggi. Terdapat tiga komponen yang membentuk identitas nasional yaitu, kategorisasi, identifikasi, dan perbandingan sosial. Selain tiga komponen, terdapat juga dua faktor yang mempengaruhi identitas nasional yaitu, faktor suku bangsa dan faktor ektsrkulikuler yang diikuti.

Kata kunci: Identitas Nasional, Peljar, SMA

(5)

ABSTRACT

This study aims to describe national identity of Senior High School Students in Medan. Subjects involved in this study are 300 Senior High School Students in Medan chosen by accidental sampling method. Assessment tool used for this study is the National Identity Scale with reability score of rxx = 0.914.

This study used quantitative approach, using descriptive analysis to analyze the data. The results show 170 high school students (56.6%) in Medan are classified high in national identity, 128 high school students (42.6%) in Medan are classified as medium in National Identity, and 2 high school students (0.66%) are classified as low in national identity. The result of the analysis shows that on average, high school students in Medan are classified as high in national identity. There are three components that establish one’s national identity. These components are categorization, identification, and social comparison. Other than the three components, there are also two factors that influence one’s national identity.

These factors are ethnic group and extraculliculler activity.

Keyword: National Identity, Students, Senior High School

(6)

Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul

“GAMBARAN IDENTITAS NASIONAL PADA PELAJAR SMA DI KOTA MEDAN”. Laporan proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi pada program Strata-1 di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini izinkan saya mengucapkan terimakasih banyak kepada:

1. Bapak Ari Widyanta, M.Si, psikolog selaku dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing proposal skripsi saya atas bimbingan, motivasi, saran yang bapak berikan kepada saya.

2. Terimakasih terkhusus kepada bapak Alm. Eryadi selaku papa saya yang semasa hidupnya berdoa dan berjuang untuk kebahagiaan saya serta memberikan motivasi dan cinta kasih sayangnya. Kepada ibu Eliadis selaku mama saya yang sangat saya cintai, terimakasih telah berdoa dan menjadi pendukung terbesar dalam hidup saya sehingga saya mampu dan semangat menyelesaikan proposal ini.

3. Kakak saya Erifka dan abang saya Eryco selaku tim hore dalam menyelesaikan proposal ini

4. Kepada sahabat saya Putri Aulia, Eka Catur Akbar Putra, Adinda Ulfa, dan Nita Afriani yang telah dengan senang hati membantu, mendukung, serta

(7)

Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang psikologi sosial dan penerapan dilapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.

Medan, 6 Februari 2019

ERYSA ADELIA 141301010

(8)

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Sistematika Penulisan... 9

BAB II. LANDASAN TEORI ... 10

A. Pengertian Identitas Nasional ... 10

B. Komponen Identitas Nasional ... 12

1. Kategorisasi ... 12

2. Identifikasi ... 13

3. Perbandingan sosial ... 13

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Identitas Nasional... 14

1. Primordial (Kesamaan Adat/Budaya) ... 14

2. Sacral ... 14

3. Tokoh ... 15

D. Pelajar ... 15

1. Pengertian Pelajar ... 15

2. Ciri-ciri Pelajar ... 16

E. Kota Medan ... 17

F. Identitas Nasional Indonesia ... 18

G. Pelajar dan Identitas Nasional di Kota Medan ... 18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 20

(9)

2. Sampel Penelitian ... 21

3. Teknik Sampling ... 22

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 23

E. Uji Coba Alat Ukur ... 24

1. Validitas Alat Ukur ... 24

2. Reliabilitas Alat Ukur ... 25

3. Uji Daya Diskriminasi Aitem ... 25

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 25

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 26

1. Persiapan Penelitian ... 26

2. Uji Coba Alat Ukur ... 27

3. Pelaksanaan Penelitian ... 27

4. Pengolahan Data Penelitian ... 27

H. Metode Analisis Data ... 27

BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 28

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Suku ... 28

2. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Ekstrakurikuler ... 30

B. Hasil Utama Penelitian ... 31

1. Gambaran Identitas Nasional Subjek Penelitian Secara Keseluruhan ... 32

2. Gambaran Identitas Nasional Berdasarkan Komponen Identitas Nasional ... 32

C. Pembahasan ... 35

(10)
(11)

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Bangsa ... 29

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Ekstrakurikuler ... 30

Tabel 4.3 Skor Empirik dan Teoritik... 32

Tabel 4.4 Kategorisasi Identitas Nasional Secara Keseluruhan ... 32

Tabel 4.5 Komponen Katagorisasi ... 33

Tabel 4.6 Pengelompokan Berdasarkan Komponen Kategorisasi ... 33

Tabel 4.7 Komponen Identifikasi ... 33

Tabel 4.8 Pengelompokan Berdasarkan Komponen Identifikasi ... 34

Tabel 4.9 Komponen Perbandingan Sosial ... 34

Tabel 4.10 Pengelompokan Berdasarkan Komponen Perbandingan Sosial.... 34

(12)
(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia merupakan negara berkembang. Masyarakat Indonesia telah mengalami perkembangan pada kehidupannya, dimana kondisi kehidupan yang telah banyak mengalami perubahan yang lebih modern. Negara Indonesia sekarang sudah mencapai tahap pemikiran yang lebih maju, salah satunya dalam hal menciptakan alat-alat teknologi yang praktis dan efisien seperti layaknya yang ada dikehidupan sehari-hari seperti televisi, telepon genggam, komputer, laptop, dan lainnya. Hal tersebut dianggap mampu membuat Indonesia menjadi negara yang lebih modern (Merdeka.com, 2014).

Merujuk pada perkembangan zaman atau modern, bukan hanya perkembangan dalam hal teknologi saja namun juga masuknya budaya asing ke Indonesia yang disebabkan oleh krisis globalisasi yang meracuni masyarakat Indonesia. Arus globalisasi begitu cepat merasuk kedalam masyarakat terutama dikalangan pelajar.

Pengaruh globalisasi terhadap pelajar begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat sebagian pelajar meniru budaya barat. Pengaruh budaya barat yang masuk meliputi gaya pakaian yang kebarat-baratan, selera musik yang juga kebarat-baratan, kebiasaan yang diangkat dari budaya barat, serta selera makanan yang bukan lagi memfavoritkan masakan khas Indonesia (Kompas, 2015).

Pengaruh budaya barat juga membuat pelajar lebih suka meniru-niru gaya orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Meskipun masih banyak juga

(14)

pelajar yang melestarikan budaya bangsanya sendiri dengan menggunakan pakain yang sopan sesuai dengan perilaku dan kepribadian bangsa Indonesia, namun jika hal ini tidak segera diantisipasi lama kelamaan identitas diri sebagai Bangsa Indonesia akan terkikis sedikit demi sedikit. Apakah kondisi seperti ini disebabkan karena globalisasi yang menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga pelajar bertindak sesuka hati (Suryono, 2008). Hal ini sejalan dengan jurnal penelitian yang dilakukan oleh suntoro (2013) terdapat pengaruh globalisasi terhadap minat pelajar pada kesenian tradisional didesa patoman kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa minat pelajar pada kesenian treadisional ditentukan oleh globalisasi yang mengubah pola pikir, semangat dan gaya hidup yang dimiliki para remaja.

Globalisasi merupakan proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2014), globalisasi merupakan proses masuk ke ruang lingkup dunia. Hal ini dapat diartikan pula sebagai hal-hal kejadian yang secara menyeluruh dalam berbagai kehidupan sehingga tidak tampak lagi batas-batas pengikat secara nyata.

Globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu Negara termasuk Indonesia. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain-lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan negatif (Suryono, 2008).

Pengaruh positif dari globalisasi sosial budaya pengetahuan akan berkembang dan etos kerja yang tinggi, suka bekerja keras, disiplin, mempunyai jiwa

(15)

kemandirian, rasional, sportif, demikian juga teknologi dan informasi akan dapat merubah pola pikir sehingga dapat memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme. Meningkatkan pembelajaran mengenai tata nilai sosial budaya, cara hidup, pola pikir yang baik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi dari bangsa lain yang telah lebih maju. Pengaruh negatif dari globalisasi ialah aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri membanjiri di Indonesia, investasi asing akan menggeser ekonomi lokal sehingga muncul monopoli.

Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukkan gejala berkurangnya rasa nasionalisme pelajar kita terhadap bangsa Indonesia (Nurhaidah, Musa, 2015).

Masuknya budaya barat akan berdampak pada kecenderungan melupakan akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidup yang cenderung meniru budaya barat yang oleh pelajar dianggap sebagai kiblat (Suryono, 2008).

Sejalan dengan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Nurhaidah dan Musa (2015) mengatakan bahwa globalisasi kadang membawa dampak positif dan kadang membawa dampak negatif bagi kehidupan bangsa Indonesia. Dampak positif dapat membawa bangsa Indonesia kearah kemajuan suatu bangsa, sedangkan dampak negatif dapat membawa pengaruh buruk terutama dalam kehidupan sosial budaya atau identitas Nasional.

Identitas Nasional merupakan salah satu bentuk dari identitas sosial (Michener dan Delamater, 1999; Bostock Dan Smith, 2001). Identitas Nasional dianggap sebagai konsep utama dari identifikasi individu pada kelompok sosial dalam dunia modern (Davidov, 2009). Kelekatan anggota kelompok terhadap negara mereka

(16)

diekspresikan dengan rasa memiliki, cinta, loyalitas, kebanggaan, dan perlindungan terhadap kelompok dan tanah air-nya (Davidov,2009).

Secara umum Identitas Nasional menggambarkan perasaan subjektif individu terhadap suatu bangsa, yang pada dasarnya bersifat positif (Tajfel & Turner, 1986). Identitas Nasional dipandang sebagai suatu konsep pokok dari kelekatan kelompok (group attachment) dalam dunia modern (Davidov, 2009). Kelekatan anggota kelompok terhadap negaranya diungkapkan melalui rasa memiliki, cinta, kesetiaan, kebanggaan dan perlindungan terhadap bangsa dan tanah airnya (Bar- Tal 1997). . Hal ini sesuai dengan penelitian yang di lakukan Ganeva dan Rasticova (2013) menyatakan bahwa identitas nasional dimoderatori oleh latar belakang sosial individu tersebut.

Identitas Nasional Menurut Barret dalam Yulianto (2013) upaya untuk memaknai identitas nasional melibatkan dimensi subjektif individu yang melibatkan struktur psikologis yang kompleks. Pada level kognitif, individu menunjukkan pengetahuan terhadap berbagai simbol kebangsaan yang merepresentasikan nilai-nilai kebangsaan. Pada level afektif, pemaknaan terhadap identitas sosial seharusnya melibatkan kesadaran sebagai bagian dari negara. Individu pada level ini akan mengembangkan rasa memiliki dan secara simultan menumbuhkan rasa tanggung-jawab sebagai bagian dari negara.

Kombinasi kognisi dan afeksi yang kuat terhadap kenegaraan akan memunculkan identitas nasional yang kuat dalam diri individu sebagai bagian dari kelompok sosialnya.

(17)

Dalam uraian tersebut Badan pusat statistik (BPS) dan disimpulkan oleh kepala unit kerja presiden pemantapan ideologi pancasila (UKP) yang dilakukan pada tanggal 24 juli 2017 yang lalu menyatakan bahwa telah melakukan survei mengenai nilai-nilai kebangsaan yang dimiliki oleh pelajar, namun sangat disayangkan dari 100 orang sampel 18 diantaranya mengaku tidak tahu judul lagu kebangsaan republik Indonesia, kemudian 24 diantara 100 orang tersebut mengaku tidak hapal sila-sila pancasila dan 53% orang Indonesia tidak hapal lagu kebangsaan indonesia (BPS, 2017).

Munculnya identitas nasional pada individu, menurut Barret dalam Yulianto (2000), mulai terbentuk sejak usia 5 tahun. Pada usia tersebut, seorang anak mulai mempertanyakan identitas sosialnya. Secara berkala hingga remaja, anak akan semakin mempertegas identitasnya melalui interaksi sosialnya, baik dari orangtua sebagai penyedia informasi primer melalui pola asuh, lingkungan.

pendidikan maupun melalui media lainnya. Informasi-informasi ini, secara kognitif akan dielaborasi dan memperkuat identitasnya.

Identitas nasional dalam pendidikan mempunyai peran yang sangat penting, dalam hal ini pendidikan harus dipandang baik dari sudut pendidikan informal, pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Dalam pengembangan nilai- nilai identitas nasional pada era globalisasi peran pendidik menjadi amat sangat penting dilakukan pada ruang lingkup pendidikan formal (Parji, 2011). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakuka Hakim (2015) mengatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu aspek penting dan strategis, pendidikan budaya dan karakter bangsa perlu ditanamkan dan dikembangkan lewat dunia pendidikan,

(18)

dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan disekolah.

Pendidikan budaya dan karakteristik bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya, nasionalis, produktif dan kreatif pada diri pelajar. Pendidikan model seperti ini terdapat pada pendidikan multicultural (Parji, 2011).

Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas dan betreogenitasnya sebagai konsekuensi keberagaman budaya, etnis, suku, dan agama. Pertautan antara pendidikan dan multikultural merupakan solusi atas realitas budaya yang beragam sebagai sebuah proses pengembangan seluruh potensi yang menghargai pluralitas dan heterogenitas. Menurut penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan mengenai keberagaman budaya.

Peserta didik atau pelajar adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalu proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan (UUD, 2003). Dalam perspektif psikologis peserta didik atau pelajar adalah individu yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Sebagai individu yang tumbuh dan berkembang peserta diidik memerlukan bimbingan dan arahan yang konsisten (Desmita, 2012). Pelajar adalah sesorang yang memiliki potensi dasaryang perlu dikembangkan melalui pendidikan baik secara fisik maupun psikis. Pendidikan itu dilakukan dilingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, maupun pendidikan formal.

(19)

Pendidikan dapat dilaksanakan melalui beberapa jalur, salah satunya adalah pendidikan formal yang diselenggarakan disekolah. Jalur pendidikan ini memiliki jenjang pendidikan yang jelas dari pendidikan dasar, pendidikan menengan, hingga pendidikan tinggi (Vemina, 2010). Pendidikan menegah terbagi kedalam tiga bagian yaitu SMP, SMA, SMK.

Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu tingkat pendidikan formal yang bertujuan untuk mempersiapkan siswa menjelang pendidikan tinggi.

Transisi menuju sekolah menengah pertama berlangsung ketika banyak perubahan di individu, keluarga, dan sekolah terjadi secara simultan. Perubahan-perubahan ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan `pubertas dan citra tubuh; munculnya pemikiran operasional formal, termasuk perubahan dalam kognisi sosial;

meningkatnya tanggung jawab dan menurunnya ketergantungan pada orang tua;

memasuki struktur sekolah yang lebih besardan impersonal; perubahan dari satu guru ke banyak guru serta perubahan dari kelompok rekan teman sebaya yang kecil dan homogen menjadi kelompok yang lebih besar dan heterogen (Santrock, 2012).

Berdasarkan penjelasan di atas, kota Medan merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Utara dan salah satu dari kota besar dan multietnis di kawasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kota Medan dinyatakan terbentuk pada 1 Juli 1590 dan saat ini dipimpin oleh Dzulmi Eldin sebagai walikota (Pemko, 2012).

(20)

Berdasarkan fenomena dan permasalahan yang ada diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Identitas Nasional Pada pelajar SMA di Kota Medan”.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini. Pertanyaan utama dalam penelitian ini adalah: ”Bagaimanakah gambaran Identitas Nasional dikalangan Pelajar SMA kota Medan?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui bagaimana gambaran Identitas Nasional dikalangan pelajar SMA di Kota Medan.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dalam memberikan informasi dalam bidang psikologi sosial, khususnya mengenai Identitas Nasional. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat:

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan manfaat terhadap

(21)

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan manfaat terhadap menambah data yang akurat mengenai gambaran Identitas Nasional pada pelajar SMA di Kota Medan.

E. SISTEMATIKA PENULISAN Bab I Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian, yaitu teori Identitas Nasional, komponen- kompenen Identitas Nasional , dan teori pelajar.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel penelitian, subjek penelitian, metode pengumpulan data, uji coba alat ukur, dan metode analisis data.

BAB IV Analisa Dan Pembahasan

Bab ini berisikan analisa mengenai gambaran umum subjek penelitian, hasil utama penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V Kesimpulan Dan Saran

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan Identitas Nasional.

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. PENGERTIAN IDENTITAS NASIONAL

Konsep mengenai Identitas Nasional merupakan sebuah konsep yang multidimensional dimana dikembangkan dan dianalisis oleh berbagai disiplin ilmu dan relevan dengan berbagai bidang penelitian. Psikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang mengkaji Identitas Nasional sebagai kajian psikologi sosial.

Identitas Nasional merupakan salah satu bentuk dari identitas sosial (Michener dan Delamater, 1999; Bostock Dan Smith, 2001). Identitas Nasional dianggap sebagai konsep utama dari identifikasi individu pada kelompok sosial dalam dunia modern (Davidov, 2009). Kelekatan anggota kelompok terhadap negara mereka diekspresikan dengan rasa memiliki, cinta, loyalitas, kebanggaan, dan perlindungan terhadap kelompok dan tanah air-nya (Davidov,2009).

Tajfel dan Turner (1986) menyatakan bahwa secara umum identitas nasional menggambarkan perasaan yang subjektif terhadap suatu bangsa, yang pada dasarnya bersifat positif. Teori identitas sosial sendiri awalnya dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel (1986), social identity (identitas sosial) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. National identity berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli

(23)

dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu (Tajfel &

Turner, 1986).

Tajfel mendefinisikan identitas nasional sebagai pengetahuan individu dimana seseorang merasa sebagai bagian anggota kelompok yang memiliki kesamaan emosi serta nilai. Identitas nasional juga merupakan konsep diri seseorang sebagai anggota kelompok . Identitas bisa berbentuk kebangsaan, ras, etnik, kelas pekerja, agama, umur, gender, suku, keturunan, dan lain-lain.

Biasanya, pendekatan dalam identitas nasional erat kaitannya dengan hubungan interrelationship, serta kehidupan alamiah masyarakat dan society. Menurut teori identitas nasional, individu bukanlah individu mutlak dalam suatu kehidupan.

Disadari atau tidak, individu merupakan bagian dari suatu kelompok tertentu.

Dalam hal ini, konsep identitas nasional adalah bagaimana seseorang itu secara sosial dapat didefinisikan (Tajfel & Turner, 1986).

Asumsi umum mengenai konsep identitas nasional menurut Tajfel, adalah sebagai berikut:

1) Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self- esteemnya: mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif.

2) Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi terhadap konotasi nilai positif atau negatif. Karenanya, identitas social mungkin positif atau negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial, bahkan pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi pada identitas nasional individu.

(24)

3) Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik.

Menurut teori identitas sosial, individu dimotivasi untuk berperilaku dalam mempertahankan dan mendorong harga dirinya (self-esteem). Memiliki harga diri yang tinggi merupakan suatu persepsi tentang dirinya sendiri, seperti seseorang yang menarik, kompeten, menyenangkan, dan memiliki moral yang baik. Atribut tersebut membuat individu lebih tertarik terhadap dunia sosial di luar dirinya yang membuat dia memiliki keinginan untuk menjalin hubungan yang positif dengan individu lainnya. Ketika seseorang tidak memiliki harga diri maka menyebabkan seseorang menjadi terisolasi dari kelompok lain, maka hal ini penting untuk memahami prasangka. Pasalnya, setelah dua kelompok mengidentifikasi diri mereka sebagai saingan, maka para anggota kelompok juga akan menjaga harga diri mereka (Tajfel & Turner, 1986).

B. KOMPONEN IDENTITAS NASIONAL

Menurut (Tajfel, 1986) Teori identitas nasional memiliki tiga komponen utama, yakni kategorisasi (categorization), identifikasi (identification), dan perbandingan sosial (social comparison).

1. Kategorisasi

Pada tahap pertama ini, obyek dikategorisasi untuk memahami dan mengidentifikasi mereka. Dengan cara yang hampir sama, kita mengategorikan orang (termasuk diri kita) untuk memahami

(25)

lingkungan sosial. Kategori sosial merupakan pembagian individu berdasarkan ras, kelas, pekerjaan, jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Jika kita dapat menetapkan seseorang dalam kategori pekerjaan supir bus maka tidak akan berjalan normal tanpa menggunakan kategori dalam konteks bus. Kategorisasi dilihat sebagai sistem orientasi yang membantu untuk membuat dan menentukan tempat individu dalam masyarakat. Dengan kata lain, individu dikategorikan untuk lebih memahami saat berhubungan dengan mereka. Mengingat seseorang dapat menjadi anggota dari berbagai kelompok, maka individu memiliki identitas sosial untuk setiap kelompok.

2. Identifikasi

Dalam identifikasi, individu mengadopsi identitas kelompok yang sudah dikategorikan oleh diri kita sendiri. Misalnya, seseorang telah dikategorikan oleh dirinya sendiri sebagai mahasiswa maka kemungkinan orang itu akan mengadopsi identitas mahasiswa dan mulai bertindakdengan cara-cara yang diyakininya sebagai tindakan seorang mahasiswa. Ada makna emosional untuk identifikasi dengan kelompok dan harga diri seseorang akan menjadi terikat dengan keanggotaan kelompok.

3. Perbandingan sosial

Tahap akhir adalah perbandingan sosial. Setelah seseorang dikategorikan sebagai bagian dari kelompok dan diidentifikasi dengan kelompok, selanjutnya akan ada kecenderungan untuk membandingkan kelompoknya dengan kelompok lain. Jika harga diri mereka adalah untuk mempertahankan kelompoknya lebih baik dari kelompok lain, maka hal ini penting untuk memahami prasangka.

(26)

Pasalnya, setelah dua kelompok mengidentifikasi diri mereka sebagai saingan, maka para anggota kelompok juga akan menjaga harga diri mereka.Teori identitas sosial juga memperlihatkan bahwa individu menggunakan kelompok sosial untuk mempertahankan dan mendukung identitas mereka secara pribadi. Setelah bergabung dengan kelompok, individu akan berpikir bahwa kelompok lebih unggul dari kelompok lain. Dengan demikian meningkatkan citra mereka sendiri.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN IDENTITAS NASIONAL

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Identitas Nasional bangsa Indonesia, meliputi primordial, sakral, tokoh, bhineka tunggal ika, konsep sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan (Surbakti, 1999).

1) Primordial (Kesamaan Adat/ Budaya)

Ikatan kekerabatan (darah dan keluarga) dan kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa, dan adat-istiadat merupakan faktor-faktor primordial yang dapat membentuk negara-bangsa. Primordialisme tidak hanya menimbulkan pola perilaku yang sama, tetapi juga melahirkan persepsi yang sama tentang masyarakat negara yang dicita-citakan.

2) Sakral

Kesamaan agama yang dianut oleh suatu masyarakat, atau ikatan ideologi yang kuat dalam masyarakat, juga merupakan faktor yang dapat membentuk negara-bangsa.

(27)

3) Tokoh

Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati secara luas oleh masyarakat dapat menjadi faktor yang menyatukan suatu bangsa-negara.

Pemimpin ini menjadi panutan sebab warga masyarakat.

D. PELAJAR

1. Pengertian Pelajar

Peserta didik atau pelajar menurut ketentuan undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pelajar adalah orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-citadan harapan masa depan (UU RI NO. 20, 2003).

Oemar Hamalik mendefinisikan pelajar sebagai suatu komponen masukan system pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Menurut Abu Ahmadi (dalam Hasbullah, 2010). Pelajar adalah sosok manusia sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu diartikan sebagai seseorang yang tidak tergantung pada orang lain, dalam artian benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa dari luar, dan mempunyai sifat-sifat dan kemauan sendiri. Hasbullah (2010) juga berpendapat bahwa siswa sebagai pelajar merupakan salah satu input yang ikut menentukan

(28)

keberhasilan proses pendidikan, tanpa adanya pelajar, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran.

Menurut pengertian beberapa ahli, pelajar adalah orang/individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan tertentu agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta memiliki kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidikannya (Mustari, 2015).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelajar adalah orang atau individu yang mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya agar siswa tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh pendidikannya.

2. Ciri-ciri Pelajar

Menurut Tirtarahardja dan Lasula (2000) mengemukakan ciri khas seorang pelajar yang perlu dipahami oleh seorang pendidik ialah sebagai berikut :

1. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan pelajar yang unik

2. Individu yang sedang berkembang

3. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan kekuatan manusiawi 4. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiriBerdasarkan beberapa ciri-

ciri pelajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pelajar harus diketahui dan dipahami oleh seorang pendidik sehingga dengan begitu pendidik dapat mengatur kondisi dan strategi yang relevan dengan kebutuhan pelajar.

(29)

E. KOTA MEDAN

Kota Medan merupakan salah satu daerah otonom berstatus kota di Propinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peran Kota Medan strategis secara regional. Sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan pemerintah daerah.

Secara geografis Kota Medan terletak pada 30.27’-30 47’ Lintang Utara dan 980 35’-980 44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km2. Kota medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter diatas permukaan laut. Wilayah Kota Medan sebagian besar secara topografi cenderung miring keutara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Secara administratif Kota Medan terbagi menjadi 21 Kecamatan dengan jumlah penduduknya yang relative besar dimana tahun 2015 telah mencapai 2.210,624 jiwa (Badan Pusat Statistika, 2016).

Secara sosial ekonomi, Kondisi initer bagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor yang dapat menunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi kota Medan.

Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya (Badan Pusat Statistika, 2016).

(30)

F. IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

Setiap kota di Indonesia memiliki penanda sebagai ciri kota tersebut.

Proses pembentukan Identitas Nasional bangsa Indonesia cukup panjang, dimulai dari kesadaran adanya perasaan senasib sepenanggungan “bangsa Indonesia”

akibat penjajahan Belanda, kemudian memunculkan komitmen bangsa (tekad dan kemudian menjadi kesepakatan bersama). Dalam perkembangan selanjutnnya dirumuskan beberapa Identitas Nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 dalam pasal 35-36C, yaitu:

1) Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia 2) Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih

3) Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya 4) Lambang Negara yaitu Pancasila

5) Semboyan Negara yaitu Bhinnika Tunggal Ika 6) Dasar Falsafah Negara yaitu pancasila

7) Konstituti (Hukum Dasar) Negara yaitu UUD1945

8) Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat 9) Konsepsi Wawasan Nusantara

10) Kebudayaan daerah yang telah diteria Kebudayaan Nasional

G. PELAJAR DAN IDENTITAS NASIONAL DI KOTA MEDAN

Pelajar adalah individu yang ikut dalam kegiatan belajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan sama seperti pelajar di kota lainnya pelajar dikota Medan menempuh pendidikan dari mulai pendidikan sekolah dasar hingga ke

(31)

jenjang yang lebih tinggi. Pelajar adalah aset yang berharga bagi bangsa karena mereka yang akan menentukan akan seperti apa generasi dan perkembangan bangsa dalam jagka waktu panjang. Masa depan bangsa tergantung pada para pelajar yang sedang menempuh pendidikan yang akan melatih skill dan soft skill mereka untuk lebih baik dan dapat diandalkan. Pelajar dikota medan memiliki berbagai jenis karakteristik terlihat dari perbedaan sikap, sifat, perasaan, tingkah laku, minat dan sebagainya (Sitanggang, 2013).

Menanggapi perkembangan pesatnya dunia dengan adanya globalisasi dan perkembangan teknologi informasi akan mempengaruhi pola fikir dan sikap pada setiap masyarakat terutama pada pelajar dikota Medan. Perkembangan tersebut akan mempengaruhi gaya hidup dalam kehidupan sehari-hari dan hal itu akan berpengaruh pada masa depan bangsa.

Pelajar dikota Medan termasuk salah satu yang mengikuti perkembangan yang terjadi dikotanya salah satunya adalah alat komunikasi yang sudah sangat modern yang telah dimiliki oleh masing-masing pelajar dikota Medan. Tentu saja terdapat nilai positif dan negatif bagi pelajar tersebut, salah satu efek negatif yang terjadi adalah ketidakpedulian antar sesama karena mereka sudah sibuk dengan adanya alat komunikasi yang canggih, hal itu juga dapat menyebabkan hilangnya identitas nasional terlihat dengan tidak banyak siswa yang memaknai arti upacara bendera di sekolahnya. Banyak dari mereka yang melanggar aturan sekolah tetapi ada juga yang mematuhinya (Sitanggang, 2013).

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian yang mengangkat judul

“Gambaran Identitas Nasional dikalangan Pelajar SMA diKota Medan”

merupakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan bersifat deskriptif, tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Jenis penelitian ini mempersoalkan hubungan antar variabel dan tidak melakukan pengujian hipotesis. Hasil penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori di suatu variabel. Dalam pengolahan dan analisa data menggunakan pengolahan statistik yang bersifat deskriptif (Azwar, 2010).

A. IDENTIFIKASI VARIABEL

Variabel adalah suatu atribut yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Menurut Azwar (2003) variabel adalah suatu konsep mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif dan kualitatif. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Identitas

(33)

B. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional dari identitas nasional adalah suatu pengetahuan dan konsep diri individu sebagai bagian dari anggota kelompok yang memiliki kesamaan emosi dan nilai yang diukur berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Tajfel (1986) yaitu kategorisasi, identifikasi, dan perbandingan sosial. Semakin tinggi skor menunjukkan individu semakin merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu bangsa dan rasa memiliki bangsa. Sebaliknya, semakin rendah skor menunjukkan individu kurang merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu bangsa dan rasa memiliki bangsa.

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan dari sejumlah objek dengan karakteristik tertentu yang ingin diteliti sifatnya (Yusuf, 2014). Populasi dibatasi sebagai jumlah individu yang paling sedikit memilikisifat yang sama (Hadi, 2000). Suatu populasi harus memiliki karakteristik. Bersama yang membedakannya dengan populasi lain (Azwar, 2013). Karakteristik populisi dalam penelitian ini yaitu:

a. Tinggal di kota Medan

b. Anak yang memiliki dan masih menjalani pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA)

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang digunakan dalam penelitian dan dapat mewakili populasi tersebut (Yusuf, 2014). Sampel adalah

(34)

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah 300 pelajar SMA kota Medan. Dalam memilih sampel penelitian ini peneliti mendatangi sekolah yang terpilih sebagai sampel penelitian yaitu sekolah SMA Negeri 11 Medan, SMA Negeri 15 Medan, dan SMA Swasta Teladan Medan.

Sekolah tersebut yang mendapatkan akses mudah bagi peneliti untuk menjalankan penelitiannya dikarenakan dekat dan memiliki izin. Dalam pelaksanaan dimasing- masing sekolah peneliti awalnya mendatangi wakil kepala sekolah yang menaungi bagian kesiswaan, pihak sekolah kemudian memberikan tempat untuk peneliti melakukan penyebaran skala kepada pelajar SMA. Selanjutnya, pihak sekolah memilihkan siswa untuk dijadikan sampel dengan memilih siswa yang sedang tidak mengikuti kegiatan belajar atau sedang tidak berada didalam kelas.

SMA Negeri 11 Medan, SMA Negeri 15 Medan, dan SMA Swasta Teladan Medan merupakan sekolah yang memiliki siswa dengan beragam latar belakang dari segi kedudukan sosial, ras, etnik, agama, bahasa, kebiasaan, sistem nilai dan norma. Hal ini menandakan bahwa ketiga sekolah tersebut termasuk kedalam sekolah multikurtural.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik yang digunakan untuk mengambilsampel dengan menggunakan prosedur tertentu dalam jumlah yang sesuaidengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperolehsampel yang dapat benar-benar mewakili populasi (Poerwati, 1994).

(35)

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, maksudnya adalah siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yangkebetulan ditemui itu cocok dan memenuhi kriteria sebagai sumber data (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini subjek dipilih berdasarkan kebetulan.

D. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data pada penelitian ini hanya menggunakan satu skala yaitu skala Identitas Nasional yang diadaptasi berdasarkan skala yang dibuat oleh Suryani (2016) yang disajikan dalam bentuk Skala Likert. Skala Likert merupakan alat ukur yang merupakan suatu rentetan butir soal. Responden akan diminta untuk mengukur sikap dan menempatkan dirinya ke arah satu kontinuitas dalam butir soal yang disusun berdasarkan dimensi yang akan diukur dalam bentuk persetujuan atau ketidaksetujuan (Yusuf, 2014).

Tabel 3.1 Blue Print Skala Identitas Nasional Sebelum Uji Coba

No. Aspek Aitem Jumlah

Aitem Favorable Unfavorable

1. Kategorisari (categorization)

19, 20, 22, 23, 26, 28, 29, 30, 31

21, 24, 25, 27, 32

14 2. identifikasi

(identification)

1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 11, 12

7, 10 12

3. perbandingan sosial (social comparison).

13, 17 14, 15, 16, 18 6

Jumlah 32

(36)

Format skala pada penelitian ini akan menggunakan skala likert dimana nantinya aka nada sejumlah dimensi item-item yang akan diuraikan kedalam Nasionalisme bentuk favorable (mendukung) atau unfavorable (tidak mendukung). Penelitian ini juga memiliki lima kategori jawaban interval yang terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Nilai dari setiap pilihan akan bergerak dari angka 1 sampai 5, bobot penilaian untuk pernyataan favorable adalah SS: 5, S:4, N:3, TS:2, STS:1, sedangkan pada perrnyataan unfavorable bobot penilaiannya SS:1, S:2, N:3, TS:4, STS:5.

E. UJI COBA ALAT UKUR

Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat menentukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang dilakukan.

Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan partisipan atau individu yang dikenai suatu tes (Azwar, 2010).

1. Validitas Alat Ukur

Validitas mengacu pada aspek ketepatan dan kecermatan hasil pengukuran. Dalam penelitian ini, jenis validitas yang digunakan adalah content validity atau validitas isi yang dilihat melalui isi tes berdasarkan blue print melalui expert judgement yang dalam hal ini adalah dosen pembimbing.

(37)

2. Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil yang diperoleh dari suatupengukuran dapat dipercaya. Azwar (2012) menyatakan bahwa reliabilitas dicapai apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Cronbach’s Alpha Coeffecient menggunakan SPSS 21.0 for Windows. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya (Azwar, 2012).

3. Uji Daya Diskriminasi Aitem

Daya diskriminasi aitem merupakan sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem-total menggunakanbatasan >0.30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi >0.30 dianggap memiliki daya diskriminasi yang memuaskan. Aitem yang memiliki daya diskriminasi <0.30 diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah (Azwar, 2012).

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Dari 32 butir aitem pada skala identitas nasional yang diuji, didapatkan 29 aitem yang memiliki daya diskriminasi >0,30. 29 aitem inilah yang akan disajikan di dalam penelitian. Setelah melihat daya diskriminasi, selanjutnya dilihat

(38)

perhitungan reliabilitas aitemnya, dan didapatkan nilai koefisien sebesar (nilai reliabilitas skala setelah TO)

Tabel 3.2 Blue Print Skala Identitas Nasional Setelah Uji Coba

No Variabel Indikator Aitem

Favorable Unfavorable 1 Identitas

Nasional

1. Kategorisasi 19, 20, 22, 23, 26, 28, 29, 30, 31

21, 24, 25, 27, 32 2. Indentifikasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9,

11, 12

7, 10

3. Perbandingan Sosial 13, 17 14, 15, 16, 18

Jumlah 29

Keterangan: Tinta merah merupakan aitem yang memiliki koefisien korelasi dibawah 0.30.

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini akan melibatkan pencarian sekolah SMA yang dapat dijadikan sampel. Pencarian sekolah SMA akan dilakukan dengan bekerjasama dengan dinas terkait agar memudahkan peneliti dalam melakukan penyebaran skala. Oleh karena itu, sebelum melakukan pengambilan data maka diperlukan surat izin penelitian. Surat izin penelitian dalam hal ini akan dikeluarkan oleh Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

(39)

2. Uji Coba Alat Ukur

Pada tahap ini, peneliti melakukan uji coba alat ukur untuk melihat validitas dan reliabilitas, dan daya diskriminasi aitem pada alat ukur. Uji coba alat ukur ini diberikan kepada 200 siswa SMA di Kota Medan. Setelah pengujian validitas, reliabilitas, dan daya diskriminasi aitem dilakukan, peneliti merevisi dan menyusun kembali aitem-aitem untuk kemudian disebarkan kepada subjek penelitian.

3. Pelaksanaan Penelitian

Setelah alat ukur diuji coba dan direvisi, peneliti kemudian melakukan pengambilan data terhadap 300 orang siswa di kota Medan. Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan Januari 2019.

4. Pengolahan Data Penelitian

Setelah pengambilan data dilaksanakan dan data semua subjek telah terkumpul, maka data yang terkumpul akan di analisis dengan menggunakan program komputer SPSS 21.0 for windows.

H. METODE ANALISIS DATA

Pada penelitian ini, data akan di analisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Hadi (2000) menyatakan bahwa penelitian deskriptif menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Data yang akan diolah yaitu untuk menentukan skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi dari skala identitas nasional. Data tersebut akan mengkategorisasikan nilai

(40)

identitas nasional pada tingkat kecenderungan rendah, sedang dan tinggi.

Selanjutnya, data juga akan digunakan untuk mendeskripsikan Identitas Nasional pada pelajar SMA di Kota Medan.

(41)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan analisa hasil penelitian sesuai dengan pelaksanaan dan data yang didapat dari lapangan. Pembahasan akan dimulai dengan menjelasan Gambaran Identitas nasional secara umum, dan komponen-komponen yang mempengaruhi Identitas Nasional.

Hasil Penelitian

Hasil utama dalam penelitian ini akan menggambarkan Identitas Nasional secara umum pada pelajar SMA di kota Medan.

A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Suku

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Suku Bangsa

Suku Bangsa

Tinggi (presentase)

Sedang (Persentase)

Rendah

(Persentase) Total

Aceh 3 (33,3%) 6 (66.7 %) 0 (0 %) 9

Batak 42 (58.3%) 29 (40.3 %) 1 (1.4 %) 72

Jawa 50 (53.8%) 43 (46.2 %) 0 (0 %) 93

Mandailing 28 (58.3%) 20 (41.7 %) 0 (0 %) 48

Melayu 6 (33,3%) 12 (66.7 %) 0 (0 %) 18

Padang 19 (50%) 18 (47.4 %) 0 (0 %) 38

Lainnya 15 (60%) 9 (36 %) 1 (4 %) 25

Berdasarkan tabel diatas dikategorikan subjek penelitian berdasarkan suku bangsa. Dengan rincian pada suku Aceh terdapat 3 (33.3%) siswa pada kategorisasi tinggi, serta 6 (66.7%) siswa pada kategorisasi sedang. Pada suku Batak terdapat 42 (58.3%) siswa berada pada kategorisasi tinggi, 29 (40.3%)

(42)

siswa berada pada kategorisasi sedang, dan 1 (1.4%) siswa berada pada kategorisasi rendah. Pada suku Jawa terdapat rincian 50 (53.8%) siswa pada kategorisasi tinggi, dan 43 (46.2%) siswa padas kategorisasi sedang. Pada suku Mandailing 28 (58.3%) siswa pada kategorisasi tinggi, 20 (41.7%) siswa pada kategorisasi sedang. Pada suku Melayu terdapat 6 (33.3%) siswa pada kategorisasi tinggi, 12 (66.7%) siswa pada kategorisasi sedang. Pada suku Padang terdapat 19 (50%) siswa pada kategorisasi tinggi, 18 (47.4%) siswa pada kategorisasi sedang. Pada suku lainnya terdapat 15 (60%) siswa pada kategorisasi tinggi, 9 (30%) siswa pada kategorisasi sedang

2. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Ekstrakurikuler Tabel 4.2 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Ekstrakurikuler

Ekskul Tinggi (Persentase)

Sedang (Persentase)

Rendah

(Persentase) Total Basket

39 (53.4 %) 32 (43.8 %) 2 (2.7 %) 73 Futsal

Karate Silat

Dokter Remaja

10 (52.6 %) 9 (47.4 %) 0 (0 %) 19

PMR Musik

11 (68.8 %) 5 (31.3 %) 0 (0 %) 16

Tari

BKM 15 (78.9 %) 4 (21.1 %) 0 (0 %) 19

BSC 18 (58.1 %) 11 (35.5 %) 2 (6.5 %) 31

English 7 (58.3 %) 4 (33.3 %) 1 (8.3 %) 12

Paskibra 21 (43.8 %) 27 (56.3 %) 0 (0 %) 48

Pramuka 48 (52.2 %) 39 (42.4 %) 5 (5.4 %) 92

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat kategorisasi subjek penelitian berdasarkan ekstrakurikuler yang diikuti. Pada ektrakurikuler basket, futsal, karate, dan silat terdapat 39 (53.4%) siswa dengan kategorisasi tinggi, 32 (43.8%) siswa pada kategorisasi sedang, dan 2 (2.7%) siswa pada kategorisasi rendah.

(43)

Pada ektrakurikuler dokter remaja, dan PMR terdapat 10 (52.6%) siswa dengan kategorisasi tinggi, 9 (47.4) pada kategorisasi sedang, dan tidak terdapat pada kategorisasi rendah. Pada ektrakurikuler musik, dan tari terdapat 11 (68.8%) siswa pada kategorisasi tinggi, 5 (31.3%) siswa pada kategorisasi sedang dan tidak terdapat pada kategorisasi rendah. Pada ektrakurikuler BKM terdapat 15 (78.9%) siswa pada kategorisasi tinggi, 4 (21.1%) siswa pada kategorisasi sedang, dan tidak terdapat pada kategorisasi rendah. Pada ektrakurikuler BSC terdapat 18 (58.1%) siswa pada kategorisasi tinggi, 11 (35.5%) siswa pada kategori sedang, 2 (6.5%) pada kategorisasi rendah. Pada ektrakurikuler English terdapat 7 (58.3%) siswa pada kategorisasi tinggi, 4 (33.3%) pada kategori sedang, dan 1 (8.7%) pada kategori rendah. Pada ektrakurikuler paskibra terdapat 21 (43,8%) siswa pada kategori tinggi, 27 (56.3%) siswa pada kategori sedang, dan tidak terdapat siswa pada kategori rendah. Pada ektrakurikuler pramuka terdapat 48 (52.2%) siswa pada kategori tinggi, 39 (42.4%) siswa pada kategori sedang, 5 (5.4%) siswa pada kategori rendah.

B. HASIL UTAMA PENELITIAN

Hasil utama dalam penelitian ini akan menggambarkan identitas nasional secara umum, beserta komponen-komponen pada pelajar SMA dikota Medan.

tersebut adalah kategorisasi (categorization), identifikasi (identification), dan perbandingan sosial (social comperasion).

(44)

1. Gambaran Identitas Nasional Subjek Penelitian Secara Keseluruhan Gambaran Identitas Nasional pada pelajar SMA kota Medan secara umum dapat dilihat dari skor mean, standar deviasi, nilai minimum serta nilai maksimum dari skor skala identitas nasional. Berikut ini merupakan Tabel 4.3 yang menggambarkan nilai empirik dan nilai teoritik pada subjek penelitian.

Tabel 4.3 Skor Empirik dan Teoritik

Variabel Empirik Teoritik

Identitas nasional

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

65 132 106.72 11.12 29 145 87 19.33

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa skor minimum Identitas Nasional dari 300 subjek adalah sebesar 65 dan skor maksimum sebesar 132. Data pada tabel juga menggambarkan bahwa mean empirik dari Identitas Nasional sebesar 106.72 dengan standar deviasi sebesar 11.12, sedangkan mean teoritik sebesar 87 dengan standar deviasi sebesar 19.33.

Selanjutnya, subjek akan digolongkan ke dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Pengelompokan Identitas Nasional pada subjek penelitian dilakukan dengan pengkategorian sebagaimana yang tertera pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Kategorisasi Identitas Nasional Secara Keseluruhan Rentang skor Kategorisasi Frekuensi Presentase

X > 106,33 Tinggi 170 56.7 %

67,67 ≤ X ≤ 106,33 Sedang 128 42.7 %

X < 67,67 Rendah 2 .7 %

2. Gambaran Identitas Nasional Berdasarkan Komponen Identitas Nasional Gambaran identitas nasional pada siswa SMA dikota Medan berdasarkan komponen-komponen Identitas Nasional diuraikan sebagai berikut:

(45)

1. Komponen kategorisasi (categorization)

Komponen kategorisasi pada skala ini terdiri dari 14 aitem dengan rentang nilai 1-5. Hasil perhitungan mean empirik dan mean teoritik digambarkan dalam Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Komponen Katagorisasi

Variabel Empirik Teoritik

kategorisasi Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

28 66 51.18 5.725 14 70 42 9.33

Pengelompokan identitas nasional pada subjek berdasarkan komponen kategorisasi adalah sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Pengelompokan Berdasarkan Komponen Kategorisasi Rentang skor Kategorisasi Frekuensi Presentase

X > 51 Tinggi 183 61%

33 ≤ X ≤ 51 Sedang 115 38,3%

X < 33 Rendah 2 7%

2. Komponen identifikasi (identification)

Komponen kategorisasi pada skala ini terdiri dari 9 aitem dengan rentang nilai 1-5. Hasil perhitungan mean empirik dan mean teoritik digambarkan dalam Tabel 4.7 berikut:

Tabel 4.7 Komponen Identifikasi

Variabel Empirik Teoritik

Identifikasi Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

19 42 31.46 4.415 9 45 27 6

Pengelompokan Identitas Nasional pada subjek berdasarkan komponen identifikasi adalah sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel 4.8 berikut:

(46)

Tabel 4.8 Pengelompokan Berdasarkan Komponen Identifikasi Rentang skor Kategorisasi Frekuensi Presentase

X > 33 Tinggi 123 41%

21 ≤ X ≤ 33 Sedang 175 58,3%

X < 21 Rendah 2 7%

3. Komponen perbandingan sosial (identification)

Komponen kategorisasi pada skala ini terdiri dari 6 aitem dengan rentang nilai 1-5. Hasil perhitungan mean empirik dan mean teoritik digambarkan dalam Tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9 Komponen Perbandingan Sosial

Variabel Empirik Teoritik

Perbandingan sosial

Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD

12 30 24.08 3.026 6 30 13 4

Pengelompokan Identitas Nasional pada subjek berdasarkan komponen perbandingan sosial adalah sebagaimana yang ditampilkan pada Tabel 4.10 berikut:

Tabel 4.10 Pengelompokan Berdasarkan Komponen Perbandingan Sosial Rentang skor Kategorisasi Frekuensi Presentase

X > 17 Tinggi 295 98,3%

9 ≤ X ≤ 17 Sedang 5 1,7%

X < 9 Rendah 0 0%

Gambaran Identitas Nasional pada pelajar SMA di kota Medan berdasarkan komponen-komponen Identitas Nasional dapat dilihat pada grafik 4.1 berikut :

(47)

Grafik 4.1 Identitas Nasional Berdasarkan Komponen Identitas Nasional

0 100 200 300 400

Kategorisasi Identifikasi Perbandingan Sosial

Tinggi Sedang Rendah

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 300 pelajar SMA di kota Medan, diketahui bahwa sebanyak 170 orang (56.6%) memiliki identitas nasional pada kategori tinggi, 128 orang (42.6%) memiliki identitas nasional pada kategori sedang, dan 2 orang (0.66%) memiliki identitas nasional pada kategori rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek memiliki identitas yang tinggi.

Kemudian, berdasarkan hasil analisa data dari setiap komponen didapatkan bahwa dari 300 pelajar SMA di kota Medan pada komponen kategorisasi, 183 (61%) siswa termasuk dalam kategori tinggi , 115 (38,3%) siswa termasuk dalam kategori sedang, dan 183 sebanyak 2 (7%) siswa yang termasuk dalam kategori rendah. Hal ini menyatakan bahwa banyak siswa yang mampu menentukan sikapnya sesuai dengan kelompok-kelompok sosial sehingga memiliki identitas nasional yang tinggi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanurawan

(48)

kelompoknya dikarenakan adanya kesempatan untuk melakukan interaksi sosial secara intensif dengan kelompok dari berbagai latar belakang yang berbeda sehingga individu dapat memahami dan bersikap lebih positif terhadap kelompok lain.

Pada komponen identifikasi, terdapat 123 (41%) siswa dalam kategori tinggi, 175 (58,3%) siswa dalam kategori sedang, dan 2 (7%) siswa yang termasuk dalam kategori rendah. Hal ini menyatakan bahwa individu telah mampu mengkategorikan diri sebagai warga Indonesia. Individu juga telah menganut nilai-nilai bangsa Indonesia dan bertindak dengan cara yang diyakini sebagai warga negara indonesia. Individu tetap menjalani perannya sebagai warga Indonesia dengan segala norma yang berlaku seperti gaya hidup yang tetap berkiblat pada diri masyarakat Indonesia (Hartika, 2016). Hal ini juga dapat dilihat dari masih adanya ekstrakurikuler yang menginternalisasikan nilai-nilai rasa cinta tanah air di sekolah, seperti ekstrakurikuler Paskibra, Pramuka, OSIS, dan lain sebagainya.

Kemudian, pada komponen perbandingan sosial terdapat sebanyak 295 (98,3%) siswa dalam kategori tinggi, 5 (1,7%) siswa dalam kategori sedang, dan tidak terdapat siswa dalam kategori rendah,. Hal ini menunjukkan bahwa individu cenderung banyak melakukan perbandingan sosial dengan kelompok lain dikarenakan arus globalisasi sehingga individu cenderung mengikuti budaya barat dan melupakan budaya bangsanya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryono (2008), arus globalisasi begitu cepat merasuk kedalam masyarakat

(49)

terutama terhadap anak muda. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat sebagian anak muda meniru budaya barat dan melupakan budaya bangsanya.

Tingginya identitas nasional yang dimiliki subjek dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pada faktor suku bangsa sumatera utara memiliki suku asli dan suku pendatang. Sumatera utara terdiri dari 8 suku asli dan beberapa suku pendatang yang mendiami daerah sumatera utara. Suku melayu adalah salah satu suku penghuni asli dari sumatera utara yang merupakan suku yang memiliki keanekaragaman dan kebudayaan (Yusuf, 2016). Berdasarkan badan pusat statistik sensus penduduk tahun 2011 didapatkan bahwa komposisi suku di sumatera utara terdiri dari, suku melayu sekitar 5,47 juta jiwa atau sekitar 42%, suku batak keseluruhan (Toba, Mandailing, Simalungun, Nias, Angkola, Pakpak, dan Karo) sekitar 4,5 juta atau 35 %, suku jawa (Suku Jawa, Sunda/Banten, dan Madura) sekitar 2,15 juta jiwa atau 16,5%, dan suku lainnya yang terdiri dari suku Tionghoa, Minang, Aceh, dan lain-lain hampir 1 juta jiwa atau sekitar 6% (BPS, 2011).

Berdasarkan hasil analisa data , identitas nasional yang dimiliki suku asli di Sumatera Utara yaitu suku melayu dan suku batak dapat dilihat bahwa identitas nasional pada suku Melayu berada pada kategori sedang yaitu sebesar 66,7%, dan suku Batak berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 58,3%. Sedangkan identitas nasional pada suku pendatang yaitu suku Jawa berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 53,8%. Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Pitoyo &

Triwahyudi (2017) mengatakan bahwa terdapat indikasi dominasi suku Jawa di pulau Sumatera. Suku Jawa adalah suku yang cukup dominan di Sembilan

(50)

provinsi yang terdapat di pulau Sumatera dan merupakan suku pendatang yang paling dominan. Sebagai wilayah yang tingkat migrasi cukup besar, menjadikan sumatera utara sebagai tempat pencarian suaka bagi para imigran dari daerah- daerah lain hal ini berdampak pada semua aspek kehidupan yang ada di Sumatera Utara. Suku Melayu yang luput dari arus migrasi yang tinggi juga terkena dampaknya baik dari kebudayaan, sosial, adat, dan aspek kehidupan lain yang masuk melalui pencampuran atau alkulturasi dalam masyarakat (Yusuf, 2016).

Pada faktor lingkungan sekolah berdasarkan ekstrakurikuler yang diikuti siswa mendapatkan hasil nilai presentase yang dapat dikatakan tinggi. Identitas nasional siswa yang mengikuti ektrakurikuler disekolah seperti, basket, futsal, karate, silat, dokter remaja, pmr, musik, tari, bkm, bsc, english, paskibra, dan pramuka diharapkan sebagai wadah bagi pelajar untuk mengembangkan minat dan bakatnya menjadi suatu keterampilan yang mendukung kualitas kemampuan dirinya sebagai generasi muda yang baik sehingga kelak memiliki prestasi akademik yang tinggi dan didukung oleh potensi nonakademik yang salah satunya berupa life skills (kecakapan hidup) yang terlatih dengan baik (Budjang, 2013).

Berdasarkan penelitin yang dilakukan oleh Nuri, Pitoewas, Yanzi (2016) menyatakan bahwa ektrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, afektif dan psikomotor, serta mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif, dan dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Namun, ekstrakurikuler juga dapat menyebabkan menurunnya minat siswa untuk belajar, dikarenakan kegiatan

(51)

yang dilakukan di ektrakurikuler dipandang lebih menarikdibandingkan kegiatan didalam kelas. Melalui kegiatan ekstrakurikuler diharapkan sekolah mampu memberikan bekal yang akan peserta didik dapat bagi kehidupannya selanjutnya setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, memperhatikan perubahan yang timbul pada diri peserta didik setelah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler serta memperhatikan apakah kegiatan tersebut membuat life skills yang peserta didik miliki dapat berkembang dengan baik atau malah sebaliknya (Nuri, Pitoewas, Yanzi, 2016).

Pada penelitian ini subjek dipilihkan langsung oleh wakil kepala sekolah di masing-masing sekolah. Subjek penelitian ini secara keseluruhan adalah pelajar yang mengikuti ekstrakurikuler disekolahnya. Hasil peneiliatan yang didapatkan oleh peneliti mengenai gambaran identitas nasional pelajar pada siswa yang mengikuti esktrakurikuler mendapatkan hasil yang tinggi, hal ini didapat karena ektrakurikuler tersebut ternyata mampu memberikan manfaat bagi pelajar.

Kegiatan ekstreakurikuler merupakan wahana dalam mengembangkan bakat dan minat pelajar diluar jam pelajaran, dimana dalam kegiatan ekstrakurikuler pelajar dapat memilih sendiri peminatan yang sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimilikinya. Oleh sebab itu kegiatan ekstrakurikuler harus diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan dan membina keterampilan para pelajar yang tidak didapatkan melalui kegiatan pembelajaran dikelas. Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler tersebut diharapkan juga mampu membuat pelajar memiliki sikap sopan santun, patuh kepada hukum,

(52)

jujur, berpikir kritis, menghormati hak individu, patriotisme, serta bertoleransi (Lestari, 2016).

Jika dilihat secara keseluruhan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penelitian ini hanya bisa dilihat khusus pada pelajar yang aktif dan memiliki kegiatan ekstrakurikuler disekolahnya.

(53)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh. Pada bagian awal bab ini peneliti akan menguraikan kesimpulan dan pada bagian akhir akan disampaikan saran-saran yang diharapkan bermanfaat bagi penelitian yang akan datang.

A. KESIMPULAN

Mayoritas pelajar Kota Medan memiliki Identitas Nasional yang berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa identitas nasional pada pelajar di Kota Medan belum pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Pelajar mampu menentukan sikapnya sesuai dengan kelompok-kelompok sosial mereka.

pelajar tetap mengkategorikan diri sebagai warga Indonesia. pelajar juga telah menganut nilai-nilai bangsa Indonesia dan bertindak dengan cara yang diyakini dan sesuai norma yang berlaku bagi warga negara indonesia. Perbandingan sosial berada dalam kategori tinggi, hal ini dapat terjadi karena adanya arus globalisasi sehingga pelajar cenderung mengikuti budaya barat dan mulai melupakan budaya bangsanya.

B. SARAN

a. Saran Metodologis

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi untuk mengetahui komponen-komponen identitas nasional pada pelajar.

(54)

2. Selanjutnya yang ingin meneliti hal yang sama, disarankan agar menggunakan populasi yang beragam dan berasal dari kelompok-kelompok remaja seperti pada kelompok siswa SMP, dan pada kelompok siswa SMK/STM.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengukur faktor-faktor lain seperti suku khususnya pada suku melayu, serta memilih partisipan yang lebih berfariasi subjeknya sehingga dapat lebih menggambarkan.

b. Saran Praktis

1. Bagi para pelajar dihimbau untuk menghargai dan membiasakan diri melakukan kegitan yang berunsur identitas nasional dibandingkan membanggakan identitas nasional Negara lain, karena hanya kita yang dapat membangun dan mempertahankan identitas sosial.

2. Bagi sekolah diharapkan mampu memberikan edukasi pada pelajar untuk mempertahankan nilai-nilai kebangsaan, kualitas mental dan moral, akhlak dan budi pekerti pada pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, tesis ini mencoba untuk menem- patkan studi tentang Kejaksaan Indonesia dalam literatur yang lebih luas tentang jaksa penuntut umum dan Kejaksaan di

Untuk mendapatkan kapasitas yang sesuai dengan apa yang di harapkan harus dilakukan perhitungan ulang berdasarkan spesifikasi awal conveyor belt pengangkut

Berdasarkan uraian ditas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pelatihan manajemen bagi pendamping masyarakat dengan menggunakan model pembelajaran

Hubungan kerabat induk bako anak pisang yaitu hubungan antara seorang anak perempuan dengan anak-anak saudara laki-lakinya di satu pihak, atau hubungan antara seorang laki-laki

Nilai Adjustd R-Square sebesar 0.102875 yang berarti variabel dependen dalam model dapat menjelaskan variabel independen sebesar 10.28% bahwa variabel dependen yaitu Return

Perhitungan baiya bunga modal adalah dengan jalan mengalikan antara total biaya eksplisit yang dikeluarkan petani dengan besarnya bunga modal (tingkat suku bunga)

Penelitian ini dilakukan pemanfaatan ampas dari jenis kacang-kacangan untuk dibuat tempe gembus dengan konsentrasi ragi / laru tempe, sehingga dapat diterima oleh konsumen dan

Seminar tersebut terselenggara berkat kerjasama antara Universitas Negeri Padang dengan Universiti Kebangsaan Malaysia yang mengundang keynote speaker sebanyak 8 (delapan)