• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Pandemi COVID-19 menimbulkan krisis ekonomi yang ditandai dengan jatuhnya tingkat konsumsi masyarakat, terhentinya sebagian aktivitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDAHULUAN Pandemi COVID-19 menimbulkan krisis ekonomi yang ditandai dengan jatuhnya tingkat konsumsi masyarakat, terhentinya sebagian aktivitas"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Pandemi COVID-19 menimbulkan krisis ekonomi yang ditandai dengan jatuhnya tingkat konsumsi masyarakat, terhentinya sebagian aktivitas produksi, dan jatuhnya bursa saham dan mengarah ketidakpastian di berbagai negara (https://www.detik.com/edu/detikpedia/d- 5545142/krisis-ekonomi-penyebab-dan-dampaknya-bagi-suatu-negara 27 April 2021).

Terjadinya penurunan tingkat output di beberapa negara bersamaan dengan pengeluaran konsumen yang berpotensi turun, hal tersebut mengancam perekonomian nasional Indonesia (Hidayat & Andarini, 2020). Indonesia didominasi oleh UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional kini merasakan dampak serius akibat adanya COVID-19. Tidak hanya aspek produksi dan nilai perdagangan yang terkena imbas COVID-19, melainkan juga pada tenaga kerja yang harus kehilangan pekerjaannya (Pakpahan, 2020).

Dampak pandemi COVID-19 terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ini sangat berpengaruh karena kontribusi UMKM terhadap perekonomian Indonesia sangat besar.

Pada tahun 2018 jumlah tenaga kerja yang diserap UMKM mencapai 116,9 juta dan kontribusi UMKM pada PDB Indonesia sebesar 8.573.895 milyar (Thaha, 2020). Data kementrian koperasi menunjukkan bahwa pelaku UMKM yang terdampak COVID-19 sebanyak 163.713 dan sektor yang paling terasa imbasnya yaitu makanan dan minuman, industri kreatif dan bahkan sektor pertanian. Pelaku UMKM sendiri merasakan adanya penurunan penjualan, kekurangan modal usaha, permasalahan pada distribusi barang, dan kesulitan dalam mendapatkan bahan baku mentah.

Pakpahan (2020) menyebutkan masalah-masalah yang dihadapi UMKM semakin meluas ketika dikaitkan dengan kebijakan yang diterapkan di sebagian wilayah Indonesia yakni Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) dengan merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan No.

9/2020 tentang Pedoman PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19. Pembatasan tersebut dilakukan dengan meliburkan sekolah, tempat kerja, kegiatan keagamaan, dan juga kegiatan di tempat umum. Dengan adanya pembatasan sosial ini semakin berdampak pada aktivitas ekonomi terutama dalam kegiatan produksi, distribusi, dan penjualan yang mengalami gangguan dan akan membuat kinerja UMKM lesu.

Situasi pandemi COVID-19 memberikan tantangan sekaligus peluang bagi pemerintah untuk menjaga eksistensi UMKM (Baker & Judge, 2020). Tantangannya adalah perlunya solusi jangka pendek supaya dapat membantu UMKM dalam menghadapi pandemi dan solusi jangka

(2)

panjang yang dikaitkan pada era industri 4.0 dengan menggandeng teknologi digital dalam upaya mendukung aktivitas ekonomi. Hardilawati (2020) menemukan meskipun pandemi memunculkan beberapa masalah bagi pelaku UMKM, namun terdapat kesempatan yang muncul di sisi yang lain.

Pelaku UMKM memanfaatkan teknologi digital dan perdagangan elektronik mencapai US$ 130 miliar pada 2020. Transaksi perdagangan elektronik jauh meningkat selama pandemi COVID-19 dengan dibarengi peningkatan penjualan produk di bidang kesehatan sebesar 90%, makanan 350%, makanan herbal 200%, dan produk penunjang hobi naik 70%.

COVID-19 membuat perilaku konsumen berubah, yang berdampak pada perusahaan.

PSBB membuat konsumen tidak dapat terlalu lama di luar rumah, sehingga pelaku usaha mengkondisikan dan menyesuaikan penjualan produk-produknya. Agar mampu bertahan, usaha harus menyesuaikan diri diantaranya dengan menerapkan penjualan online atau e-commerce dengan memanfaatkan elektronik dalam sistem pemasaran produknya. Hardilawati (2019);

Setyorini et al. (2019) menyebutkan bahwa e-commerce memiliki hubungan dengan peningkatan kinerja pemasaran dan pendapatan UMKM. Selain itu, pelaku usaha mikro dituntut dapat berkembang dengan mempromosikan produk secara intensif melalui digital marketing dengan memanfaatkan media sosial dalam menjangkau konsumen secara langsung supaya dapat menekan biaya promosi. Digital marketing membantu pelaku usaha mikro dalam memasarkan produknya dengan tujuan memperluas pasar baru yang sebelumnya tertutup maupun terdapat keterbatasan dalam waktu, jarak dan cara berkomunikasi. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Hendrawan et al. (2019) menunjukkan hubungan antara digital marketing dengan peningkatan penjualan UMKM.

Penelitian oleh Pakpahan (2020) membahas perihal analisa dampak COVID-19 terhadap UMKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi UMKM di Indonesia mengalami penurunan dalam kapasitas produksi maupun penghasilan pada waktu pandemi ini. Selanjutnya Thaha (2020) juga melakukan penelitian yang serupa dan hasilnya UMKM berada pada garis terdepan yang mendapatkan guncangan akibat pandemi. Hasil survei pada waktu itu memperlihatkan lebih dari 50% UMKM mengindikasikan dapat gulung tikar dalam beberapa bulan ke depan. UMKM terpilih guna mengembangkan keadaan perekonomian yang buruk karena memiliki ketahanan yang kuat dalam menjaga kondisi usahanya dibanding sektor lain (Amri, 2020). Keadaan UMKM yang mengalami penurunan permintaan dan pendapatan selama bertahan

(3)

hidup di masa pandemi ini menunjukan bahwa COVID-19 sangat mempengaruhi operasional Usaha Kecil dan Menengah (Korankye, 2020).

UMKM merupakan aktivitas bisnis yang menjadi perhatian pemerintah karena kemampuan yang besar dalam menggerakkan perekonomian masyarakat, sekaligus menjadi tumpuan pendapatan sebagaian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Arianty, 2017 dan Wibowo, 2020). Peran usaha rumah tangga sangat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan keluarga karena dapat membantu dan menambah pendapatan (Syahdan, 2019). Saat ini usaha mikro pada sektor produksi olahan makanan telah mengalami penurunan pendapatan dan menghadapi tantangan untuk tetap buka selama ada peraturan pemerintah untuk pembatasan kegiatan masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan perubahan pada operasi sehari-hari dan strategi manajemen mereka untuk bertahan di masa pembatasan kegiatan. Sementara beberapa usaha mikro dapat beroperasi dari jarak jauh, usaha mikro produksi olahan makanan tetap melayani dan beroperasi secara langsung. Oleh karena itu usaha ini menghadapi biaya operasional yang lebih tinggi untuk menyediakan pengemasan pengiriman, sanitasi, dan alat pelindung diri (Lai et al., 2020).

Berbeda dengan penelitian Fitri & Bundo (2021) dan Suryani (2021) yang hanya melihat dampak COVID-19 terhadap usaha rumah tangga, penelitian oleh Hardilawati (2020), membahas strategi yang diperlukan para pelaku usaha rumah tangga agar dapat mempertahankan usahanya di tengah pandemi. Strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk mempertahankan usaha rumah tangga merupakan salah satu upaya untuk menopang perekonomian Indonesia (Sarfiah et al., 2019). Namun, dalam menjalankan usaha rumah tangga harus sesuai dengan peraturan yang tertera pada Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Menurut penelitian Fatoni et al. (2020), dampak pandemi COVID-19 akan memperburuk ekonomi Indonesia, bahkan pertumbuhan ekonomi diprediksi bakal tumbuh hanya sebesar 2,5 persen bahkan bisa mencapai 0 persen pada tahun 2020. Penelitian ini akan memberi perhatian bagaimana dampak COVID-19 pada UMKM khususnya usaha rumah tangga. Lebih lanjut diteliti bagaimana dengan usaha rumah tangga bertahan. Penelitian ini ingin mengetahui dampak pandemi COVID-19 dan strategi yang dapat digunakan oleh pelaku usaha rumah tangga sektor makanan dan minuman untuk tetap bertahan di tengah pandemi COVID-19.

(4)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis dampak yang ditimbulkan oleh COVID-19 dan strategi yang digunakan para pelaku usaha rumah tangga pada sektor makanan dan minuman dalam upaya bertahan di tengah pandemi COVID-19 di Kota Salatiga.

Permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini, yaitu 1). Bagaimana dampak pandemi COVID-19 bagi para pelaku usaha rumah tangga sektor makanan dan minuman, 2). Bagaimana strategi yang digunakan pelaku usaha rumah tangga pada sektor makanan dan minuman untuk menghadapi dampak pandemi COVID-19.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjawab berbagai persoalan mengenai apa saja yang dapat dilakukan para pelaku usaha rumah tangga pada sektor makanan dan minuman, serta strategi yang dapat dilakukan sehingga usaha rumah tangga dapat bertahan di tengah pandemi COVID-19.

KAJIAN PUSTAKA Usaha Rumah Tangga

Menurut Mulyawan (2008), industri rumah tangga (IRT) adalah suatu unit usaha atau perusahaan dalam skala kecil yang bergerak dalam bidang industri tertentu. Industri rumah tangga merupakan industri rumahan dimana si pemilik usaha membuat barang dengan menggunakan bahan baku lokal dengan bantuan anggota keluarganya. Industri rumah tangga adalah sistem produksi yang menghasilkan nilai tambah yang dilakukan di lokasi rumah perorangan, dan bukan di suatu pabrik (ananda, 2015). Dari skala usaha, industri rumahan termasuk usaha mikro, karena bidangnya tidak selalu memproduksi, tetapi juga jasa, maka sering disebut sebagai usaha rumah tangga.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) dalam RIPIKM (2002-2004) mendefinisikan usaha rumah tangga sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi barang maupun jasa untuk diperdagangkan secara komersial, yang mempunyai nilai kekayaan bersih paling banyak 200 juta rupiah dan mempunyai nilai penjualan pertahun sebesar 1 milyar rupiah atau kurang.

Dampak Pandemi pada Usaha Rumah Tangga

Beberapa penelitian yang telah dilakukan di Indonesia menyebutkan bahwa wabah COVID-19 menyebabkan UMKM mengalami penurunan di penjualan dan permintaan yang turun drastis, terkhusus pada usaha mikro. Seperti pada penelitian di kota Padang yang penjualannya

(5)

mengalami penurunan, Fitri & Bundo (2021), membuktikan bahwa pandemi COVID-19 berdampak bagi ekonomi masyarakat, khususnya industri rumah tangga di Kota Padang. Dampak COVID-19 juga dapat dibuktikan dengan penelitian Amri (2020) terlihat dari turunnya penjualan produksi usaha rumah tangga. Terlebih yang bergerak pada bidang kebutuhan sehari-hari.

Kementrian Koperasi dan UMKM mengungkapkan apabila usaha yang bergerak pada bidang jasa dan produksi semua terdampak karena adanya pandemi(rosita, 2020). Hal ini dikarenakan turunnya penjualan, kekurangan modal dalam menjalankan usaha, serta adanya keterhambatan saat proses distribusi bahan produksi. Dalam situasi pandemi, menurut KemenkopUKM terdapat 37.000 UMKM yang menyatakan terdampak sangat serius yang diakibatkan oleh pandemi.

Pernyataan ini ditandai dengan adanya sekitar 56 persen laporan tentang penurunan penjualan, 22 persen laporan permasalahan aspek pembiayaan, 15 persen laporan mengenai permasalahan distribusi barang, dan 4 persen memberikan laporan mengenai kesulitan bahan baku mentah (Implikasi & Usaha, 2020). Sugiri (2020) menyebutkan saat ini UMKM berada dalam pusat krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19, dan bahkan kondisinya lebih parah jika dibandingkan dengan krisis keuangan 2008. Krisis akibat pandemi akan berpengaruh pada UMKM dengan risiko serius dimana lebih dari 50% pelaku usaha rumah tangga tidak mampu bertahan. Menurut Cooperative (2020), usaha rumah tangga yang bergerak di sektor makanan dan minuman paling rentan terdampak, dikarenakan hanya sekitar 30 persen dari usaha rumah tangga sektor makanan yang sudah tersambung dengan platform online, sementara 70 persen lainnya belum tersambung dengan platform online.

Strategi Usaha Rumah Tangga menghadapi Pandemi

Strategi merupakan cara pemimpin bisnis merealisasikan flosofinya yang berkaitan dalam keputusan besar organisasi untuk dapat menentukan kesuksesan atau kegagalan dalam menjalankan suatu bisnis (Alyas & Rakib 2017). Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu pendekatan secara menyeluruh yang berkaitan dalam pelaksanaan ide, perencanaan, dan pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu tertentu (budio, 2019). Strategi dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan jangka panjang dan rencana organisasi dalam menentukan keputusan yang diambil untuk mencapai tujuan dari organisasi (Mandasari et al., 2019). Strategi yang baik menuntut adanya kerjasama tim yang terkoordinasi, memiliki tema, mengidentifkasi faktor pendukung sesuai prinsip efsien dalam pendanaan, pelaksanaan gagasan rasional, dan memiliki taktik supaya dapat mencapai tujuan secara efektif (Sudaryanto et al., 2011). Kemampuan pelaku

(6)

usaha untuk dapat beradaptasi dan fleksibel dalam menyerap, serta menanggapi guncangan eksternal sangat penting dan berdampak positif pada ketahanan usaha (Doern, 2016).

Dalam menerapkan strategi merespon dampak krisis pada usaha dihadapkan pada permasalahan yaitu terbatasnya akses pasar dan jaringan usaha, munculnya hutang pada pelaku usaha, dan terbatasnya persediaan bahan baku, serta terhambatnya produksi dan distribusi (Fitriyani et al., 2020). Kendala yang dialami saat krisis lalu pun kesulitan dalam penentuan harga jual akibat harga bahan baku yang naik (Sitorus, 2015). Segala upaya dilakukan, banyak dari pelaku usaha rumah tangga beralih memproduksi alat pelindung diri (APD) mulai dari masker, baju hazmat, dan lainnya. Ada yang menjual produksinya secara online padahal sebelumnya hanya menjual secara konvensional. Adanya PSBB yang diterapkan pemerintah membuat pelaku usaha rumah tangga mengupayakan usahanya berjalan dengan baik dengan mengefektifkan social distancing.

Strategi adanya pandemi COVID-19 merupakan cara guna membuat keberadaan usaha yang lebih efisien dan efektif untuk pelaku usaha, agar mempunyai keahlian dan kapasitas yang baik guna memperbaiki usaha yang dijalankan (Narto & Basuki, 2020). Saat ini pelaku usaha rumah tangga berfokus untuk mendapatkan kepercayaan konsumen dengan cara mengedepankan usaha yang higienis dari segi apapun. Memberlakukan perlindungan diri seperti menggunakan masker, hand sanitizer, rajin mencuci tangan dan protokol kesehatan lainnya (Andriani, 2020).

Pelaku usaha juga intens dalam mempromosikan usahanya melalui berbagai platform dan membudayakan transaksi non fisik. Sejalan dengan yang ditulis oleh Pakpahan (2020), dengan kembalinya kegiatan perdagangan yang dilakukan oleh usaha yang dijalankan harus sesuai dengan protokol kesehatan dan kebijakan jangka pendek tentang memaksimalkan penggunaan media online untuk memasarkan produknya.

Ketahanan usaha dapat didukung oleh transformasi digital untuk mencapai tujuan usaha dan pengembangan produk usaha yang dijalankan atau layanan agar lebih kompetitif terutama di masa pandemi COVID-19 (Fitriasari, 2020). Usaha rumah tangga segera memahami perilaku pembelian pelanggan dan mengembangkan cara menjangkau pelanggan di rumah melalui penjualan dan layanan pemasaran online atau digital (Korankye, 2020). Usaha rumah tangga dapat memanfaatkan adopsi digital marketing sebagai saluran penjualan dan platform komunikasi agar usaha tetap dapat bertahan. Untuk meminimalisir kerugian yang terjadi pelaku usaha rumah tangga juga dapat mengubah menu makanan dan minuman pada usaha rumah tangga dengan

(7)

menampilkan item yang memiliki pemborosan minimal, hasil tinggi, dan margin kontribusi optimal. Item menu harus beradaptasi dengan kondisi pandemi untuk memanfaatkan bahan-bahan yang mudah didapat dengan masa simpan yang lama untuk mengontrol biaya. Banyak usaha yang menekankan pada pelayanan takeaway dan pengiriman pesanan (Lai et al., 2020)

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian dan Sumber Data

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dilakukan untukmengetahui persepsi dari para pelaku industri rumah tangga di bidang makanan dan minuman yang berada di Kota Salatiga.

Penelitian ini berupaya mengeksplorasi apa yang dialami oleh usaha mikro dalam operasional usahanya selama COVID-19. Objek penelitian adalah para pelaku usaha rumah tangga di bidang makanan dan minuman yang berada di Kota Salatiga. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini merupakan pelaku usaha rumah tangga di bidang makanan dan minuman yang berada di Kota Salatiga berjumlah 2,073 unit usaha, diambil dari website dataku.salatiga.go.id pada tahun 2021. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling. Teknik convenience sampling merupakan metode penentuan sampel dari orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau mudah diakses (Sugiyono, 2015). Metode pengambilan sampel ini dipilih untuk memudahkan pelaksaan riset dengan alasan responden yang digunakan yaitu pelaku usaha rumah tangga yang mengalami dampak Covid-19 dan menggunakan strategi bertahan seperti apa. Sampel yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 50 pelaku usaha rumah tangga, karena akses ke tempat cukup mudah dan pemilik usaha mau memberikan informasi yang diinginkan.

Teknik Pengambilan Data

Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk pengumpulan data yang berisi pertanyaan mengenai identitas, dampak yang dirasakan oleh pengusaha, strategi merespon dampak pandemi COVID-19, dan kendala dalam penerapan strategi bertahan yang dialami oleh pelaku usaha rumah tangga. Kuesioner juga mencakup pertanyaan mengenai bentuk bantuan yang diperoleh dari Pemerintah Kota Salatiga kepada para pelaku usaha rumah tangga yang berada di wilayah Salatiga.

(8)

Kuesioner tersebut digunakan untuk mendeskripsikan dampak pandemi COVID-19 dan strategi bertahan pada usaha rumah tangga.

Teknik Analisis

Teknik analisis deskriptif bertujuan untuk mengungkapkan gambaran data secara deskriptif dengan menggunakan prosentasi dari setiap pilihan jawaban. Menurut Sugiyono (2018) statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Termasuk dalam statistik deskriptif adalah penyajian data melalui tabel, diagram lingkaran, grafik, perhitungan mean, median, modus, standar deviasi, perhitungan persentase.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini dibedakan menurut jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, dan tanggungan keluarga.

Tabel 1. Responden menurut gender

Gender Jumlah Persentase

Laki – laki 10 20%

Perempuan 40 80%

Total 50 100%

Sumber: Data Primer (2021)

Dari tabel di atas, sebagian besar pelaku usaha rumah tangga adalah perempuan dengan persentase mencapai 80%. Usaha rumah tangga banyak dilakukan oleh perempuan yaitu para ibu rumah tangga sebagai usaha untuk ikut menyumbang pada ekonomi rumah tangga.

Gambaran usaha menurut umur dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Responden menurut Umur

Kelompok Umur Jumlah Persentase

<30 Tahun 3 6%

30 Tahun - 40 Tahun 12 24%

40 Tahun - 50 Tahun 20 40%

50 Tahun - 60 Tahun 14 28%

>60 Tahun 1 2%

Total 50 100%

Sumber: Data Primer (2021)

(9)

Pelaku usaha makanan & minuman didominasi oleh umur 40 sampai 50 tahun dengan persentasi 40%. Namun, sebagian besar dari pelaku usaha rumah tangga berada di usia produktif (98%).

Tabel 3. Responden menurut Pendidikan Terakhir

Pendidikan Jumlah Persentase

SD 5 10%

SMP 7 14%

SMK 8 16%

SMA 29 58%

S1 1 2%

Total 50 100%

Sumber: Data Primer (2021)

Tabel di atas memperlihatkan sebagian besar responden (98%) memiliki pendidikan SMA ke bawah, yang memiliki pendidikan tinggi universitas hanya 1 orang. Ini sesuai dengan kondisi pendidikan di Indonesia secara umum (https://www.kompas.com/edu/read/2021/02/04/144307671/hasil-sensus-2020- hanya-85-persen-penduduk-indonesia-tamat-

kuliah?page=all#:~:text=KOMPAS.com%2D%20Jumlah%20penduduk%20Indonesia,Nasional%20(BK KBN)%20Hasto%20Wardoyo. 4/2 – diakses 8/6/2021).

Tabel 4. Responden menurut Jumlah Tanggungan Keluarga Tanggungan Keluarga Jumlah Persentase

0 1 2 %

1 - 2 5 10 %

3 - 4 22 44 %

5 > 22 44 %

Total 50 100 %

Sumber: Data Primer (2021)

Sebagian besar responden memiliki tanggungan keluarga 3-4 orang (44%), dan >5 orang sebanyak (44%). Tanggungan tersebut meliputi istri/ suami, anak, dan anggota keluarga lain.

Artinya, para pelaku usaha memiliki beban ekonomi yang cukup berat karena memiliki

(10)

tanggungan keluarga yang banyak. Dampak pandemi Covid semakin memberatkan para pelaku usaha karena juga menanggung tanggungan keluarga.

Profil Usaha

Pada bagian profil usaha akan digambarkan jenis usaha, lama usaha, jumlah tenaga kerja dan wilayah pemasaran. Jenis usaha sektor makanan dan minuman di Kota Salatiga yang diteliti dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 5. Responden Menurut produk yang dihasilkan

No Produk Jumlah Persentase

1 Aneka minuman (minuman soda, es campur, es degan, susu

sapi, es the, es jeruk, es coklat) 16 32%

2 Aneka Masakan (aneka mie, seblak, gecok, nasi campur, nasi rames, gado-gado, lotek, soto, bakso, mie ayam, aneka masakan ayam)

18 36%

3 Snack Ringan (rambak, slondok, enting-enting gepuk, kerupuk, makroni, pangsit, kripik tela, bakso goreng, keripik pare, keripik talas, keripik gembus)

6 12%

4 Snack Berat (donat, rolade, takoyaki, terang bulan, jajanan

ndeso, pudding) 10 20%

Total 50 100%

Sumber: Data Primer (2021)

Produk usaha rumah tangga di sektor makanan dan minuman dapat dikelompokkan dalam aneka minuman, aneka masakan, snack ringan dan snack berat. Berdasarkan data di atas, produk yang paling banyak ditekuni adalah aneka masakan, disusul aneka minuman. Ini dikarenakan permintaan atas produk tersebut cukup besar dan hampir terjadi setiap hari. Selain itu biaya produksi terbilang tidak terlalu besar.

Lama usaha

Gambaran tentang lama usaha dari responden sbb:

Tabel.6. Responden Menurut Lama Usaha Lama usaha Jumlah Presentase

<1 tahun 12 24%

1-2 tahun 18 36%

3-4 tahun 10 20%

<5 tahun 10 20%

(11)

Total 50 100%

Sumber: Data Primer (2021)

Sebagian besar responden sudah menjalani usahanya selama 1-2 tahun, sedangkan usaha yang sudah berjalan lebih dari 5 tahun ada 20% usaha. Yang menarik, cukup banyak usaha yang baru dimulai sejak masa pandemi Covid-19 sebesar 24%. Mungkin karena beberapa keluarga kehilangan mata pencarian utama sehingga harus mencari pengganti sumber pendapatan.

Kemungkinan lain mereka melihat ada peluang usaha dan merespon dengan memulai usaha tersebut.

Jumlah tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh usaha dapat digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel.7. Responden menurut jumlah tenaga kerja

Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Presentase

1-5 orang 20 40%

6-9 orang 17 34%

10 – 50 orang 3 6%

Total 50 100%

Sumber: Data Primer (2021)

Tabel di atas memperlihatkan sebagian besar responden memiliki tenaga kerja 1-5 orang (40%) , sedangkan yang memiliki tenaga kerja lebih dari 10 orang hanya ada 3 responden (6%).

Tabel. 8. Responden menurut Wilayah Pemasaran Wilayah Pemasaran Jumlah Presentase

Salatiga 43 86%

Luar kota dan luar pulau 7 14%

Total 50 100%

Sumber: Data Primer (2021)

Jangkauan wilayah pemasaran sebagian besar ada di kota salatiga (86%) , karena menjual makanan dan minuman yang tidak tahan lama. Namun ada yang menjual produknya ke luar kota

(12)

atau luar pulau ada (14%) dengan menjual produknya yang tahan 3-30 hari yaitu seperti snack ringan dan bubuk kopi.

Dampak COVID-19 pada usaha

Pada pelaku usaha yang masih menjalankan usaha selama masa pandemi mengalami dampak pada operasional usahanya seperti penjualan turun karena permintaan yang menurun, gangguan ketersediaan bahan baku, harga bahan baku, serta gangguan pada arus kas.

Tabel.9 Dampak Covid-19 pada Operasional Usaha

Jenis dampak Dampak Jumlah Persentase

Penjualan Usaha Naik 2 4%

Tetap 7 14%

Turun 41 82%

Total 50 100%

Ketersediaan Bahan Baku Tidak Terdampak 32 64%

Terdampak (Bahan Baku langka) 18 36%

Total 50 100%

Harga Bahan Baku Naik 15 30%

Tetap 35 70%

Total 50 100%

Arus Kas Terdampak 33 66%

Tidak Terdampak 17 34%

Total 50 100%

Sumber: Data Primer (2021)

Ternyata tidak hanya penjualan yang menurun tetapi ada yang naik dan tetap juga.

Penjualan tetap karena usaha tersebut sudah banyak dikenal oleh pelanggan dan para pelaku usaha juga sudah memanfaatkan untuk melakukan penjualan online. Banyak usaha yang penjualannya turun karena memang pasar mereka adalah mahasiswa yang memilih untuk pulang ke kampung halaman akibat belajar daring.

Tidak hanya jumlah konsumen yang berkurang hal lain yang dialami oleh para pemilik usaha adalah ketersediaan bahan baku. Berikut contoh jawaban pada saat wawancara

“…ketersediaan bahan baku masih tersedia, namun harga selalu naik…” (Gecok Galak). Pelaku usaha yang mengalami kelangkaan bahan baku di area salatiga sebesar 36 persen, dan hal tersebut dapat diatasi dengan membeli bahan baku yang sejenis di tempat lain. Dampak yang dirasakan usaha Gecok Galak dan usaha sejenis lainnya yaitu ketersediaan bahan baku dengan harga yang

(13)

naik mengakibatkan pengeluaran pada pembelian bahan baku meningkat, dan keuntungan menurun. Dengan berkurangnya konsumen maka pemasukan pun turut berkurang dan mengakibatkan arus kas dari usaha macet. “…pemasukan dan pengeluaran sehari-hari saya tidak seimbang karena lebih banyak di pengeluaran…” (Mie Ayam & Bakso Kridanggo)

Para pelaku usaha berpendapat bahwa pengeluaran lebih besar dari pemasukan (Usaha Mie Ayam & Bakso Kridanggo). Pengeluaran tersebut meliputi pembelian bahan baku, membayar pegawai dan biaya sewa tempat. Pemasukan usaha Mie Ayam & Bakso menurun, dikarenakan berkurangnya konsumen yang makan di tempat. Konsumen lebih memilih makan di rumah, untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga terdekat. Tidak hanya mie ayam & bakso tetapi beberapa usaha serupa juga mempunyai pendapat yang sama.

Seperti pada kasus Ramesan Kridanggo, Mie Ayam & Bakso Kridanggo, dan Geprek Budhe. Pemilik usaha Geprek Budhe mengatakan: “... penurunan omset penjualan sampai 75%

karena target penjualan adalah mahasiswa yang kebanyakan pulang ke rumahnya di luar kota atau luar jawa”. Hal serupa juga dirasakan oleh beberapa pelaku usaha lainnya seperti usaha nasi bakar milik Ibu Nurwiyani yang mengalami penurunan drastis, beliau mengatakan: “Selama pandemi ini orang-orang lebih senang berdiam di rumah dan tidak berkeinginan untuk membeli makanan di luar takut tertular virus…”

Dengan berkurangnya konsumen maka pemasukan pun juga turut berkurang dan mengakibatkan arus kas dari usaha macet. “…pemasukan dan pengeluaran sehari-hari saya tidak seimbang karena lebih banyak di pengeluaran…” (Mie Ayam & Bakso Kridanggo).

Jawaban yang serupa juga diberikan oleh pemilik usaha lainnya dimana selama masa pandemi ini memang orang-orang jarang keluar rumah dan membeli makanan. Terlebih karena adanya kebijakan pemerintah mengenai pembatasan sosial berskala besar yang turut memberikan dampak bagi para pemilik usaha karena dilarang untuk bergerombol di suatu tempat. Alhasil dari kebijakan tersebut banyak daerah-daerah padat usaha rumah tangga seperti tempat wisata sepi pengunjung atau bahkan ditutup seperti enting-enting gepuk “Usaha saya sepi karena tempat wisata sudah ditutup makanya wisatawan tidak datang…” (Enting-Enting Gepuk). Pengakuan dari pemilik usaha Enting-enting Gepuk, Bapak Arie Rasiyanto yang menceritakan bagaimana usahanya sangat terdampak, karena usahanya tergolong usaha oleh-oleh sehingga sangat bergantung dari para wisatawan yang datang.

(14)

Strategi pelaku usaha untuk bertahan Penjualan online.

Penurunan penjualan pelaku usaha melakukan berbagai cara untuk mempertahankan usahanya. Salah satu strategi yang dilakukan adalah dengan menerapkan pemasaran secara online (dilakukan oleh 62% usaha, lihat tabel 8).

Tabel.10. Usaha yang Telah Menerapkan Penjualan Online Strategi Penjualan Jumlah Persentase

Menerapkan Penjualan Online 31 62%

Belum Menerapkan 19 38%

Total 50 100%

Sumber: Data Primer (2021)

Pengusaha yang menerapkan penjualan secara online bekerjasama dengan jegboy/jeggirl, melalui Go food, Instagram, Facebook dan pemesanan dilakukan melalui pesan whatsapp sehingga bisa di antar oleh penjual sendiri. Dari hasil wawancara beberapa usaha belum menerapkan penjualan online dikarenakan adanya keterbatasan teknologi dan keterbatasan pengetahuan, yaitu beberapa pelaku usaha tidak mengerti cara menggunakan handphone.

Bantuan Pemerintah

Seperti diketahui, untuk menolong UMKM selama masa pandemi, pemerintah menawarkan bantuan secara khusus dalam bentuk “bantuan usaha”. Gambaran usaha yang telah mendapatkan bantuan pemerintah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 11. Usaha yang menerima Bantuan Pemerintah (BPUM) Menerima/ tidak menerima

Bantuan Pemerintah Jumlah Persentase

Menerima Bantuan 45 90%

Belum Menerima Bantuan 5 10%

Total 50 100%

Sumber: Data Primer (2021)

(15)

Dari tabel di atas nampak bahwa hampir semua (90%) usaha makanan dan minuman di Salatiga menerima bantuan pemerintah selama pandemi.

Pemberian bantuan sosial yang dilakukan pemerintah sebagai salah satu bentuk penyelamatan usaha rumah tangga pada masa pandemi COVID-19 diberikan melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah ditujukan langsung untuk pelaku usaha rumah tangga.

Bantuan tersebut adalah BPUM/BLT rumah tangga yang merupakan bantuan berupa uang tunai sejumlah Rp 2.400.000,00 yang disalurkan melalui salah satu bank milik pemerintah yaitu BRI.

Syarat untuk mendapatkan bantuan tersebut adalah memiliki status WNI dan NIK, memiliki usaha mikro dan SKU, bukan ASN/TNI/Polri/Pegawai BUMN/BUMD, dan tidak sedang menerima pembiayaan atau kredit dari perbankan maupun KUR. Adanya pemberian bantuan sosial tersebut diharapkan akan membantu usaha rumah tangga untuk tetap menjalankan usaha ditengah masa pandemi COVID-19. (https://www.suara.com/news/2021/06/29/142033/daftar-bpum-blt-umkm- 2021-tahap-3-syarat-cara-link-cek-penerima?page=all ) 28 juni 2021 . diakses 3 juli 2021

Sejak awal kasus Covid-19 muncul di Indonesia pemerintah juga meluncurkan program bantuan sosial tunai. Bantuan sosial tunai ini memberikan dana secara tunai sebesar Rp 600.000 kepada masyarakat selama 3 bulan, yakni April, Mei, dan Juni dan diperpanjang sampai Desember.

Namun, nilai uang tunai yang diterima berkurang jadi Rp 300.000. Bantuan ini diberikan bagi warga terdampak Covid-19 baik yang sudah atau belum masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) milik Kementerian Sosial (Kemensos). Bantuan disalurkan melalui transfer ke rekening masing-masing penerima atau lewat PT Pos Indonesia. Selanjutnya pemerintah mengucurkan bantuan para pelaku usaha mikro kecil berupa dana hibah atau bantuan langsung tunai (BLT). Bantuan ini merupakan kucuran bantuan modal usaha Rp 2.400.000 yang ditransfer lewat rekening. Program ini resmi diluncurkan Presiden Joko Widodo pada Senin, 24 Agustus 2020. Skema Pencairannya Anggaran yang dikucurkan pemerintah untuk program ini mencapai Rp 22 triliun. Para pelaku usaha mikro kecil diharapkan bisa aktif mendaftarkan diri ke dinas koperasi terdekat. Syaratnya, pelaku usaha tersebut belum pernah menerima bantuan pinjaman dari perbankan. (https://money.kompas.com/read/2020/08/16/143147026/skema-pencairan-blt-rp-24- juta-untuk-umkm-ditransfer-ke-rekening?page=all 16/06/2020 diakses 2 juni 2021

Selanjutnya kebijakan pemerintah yang dapat turut membantu permasalahan pembiayaan usaha rumah tangga adalah kelonggaran pembayaran cicilan hutang atau kredit bagi usaha rumah

(16)

tangga atau bahkan menunda proses pembayaran tersebut sampai enam bulan kedepan dengan mempertimbangkan likuiditas keuangan UMKM (Anggraeni et al., 2013). Termasuk juga menyederhanakan proses administrasi mendapatkan pinjaman di tengah situasi darurat ini. Hal ini dapat dilakukan agar supaya para pelaku usaha rumah tangga termasuk para pekerja tetap dapat menjaga tingkat konsumsi dan daya belinya sekaligus mendukung berjalannya roda perekonomian nasional. Selain itu, pemerintah juga dapat mendorong sektor perbankan baik bank milik pemerintah ataupun bank swasta untuk dapat memberikan pinjaman lunak kepada para pelaku usaha rumah tangga tentu dengan mekanisme ketat siapa saja yang berhak mendapatkan pinjaman dengan suku bunga lunak ini. Beberapa penelitian menemukan bahwa pemberian bantuan sosial, insentif pajak, perluasan modal kerja berpengaruh positif terhadap perkembangan usaha pada masa pandemi COVID-19 (Natasya dan Hardiningsih, 2021), (Sugiri, 2020). Penelitian Baso (2020) juga menemukan hal serupa bahwa secara ekonomi pemberian bantuan sosial memberikan dampak yang signifikan terhadap kelangsungan usaha yang dijalankan.

Kepedulian pemerintah juga dalam bentuk pemberian insentif pajak bagi usaha rumah tangga. Adanya insentif pajak diharapkan dapat menekan biaya operasional sehingga perekonomian dapat bertahan ditengah pandemi COVID-19. Masalah perluasan modal kerja juga dirancang oleh pemerintah bagi usaha rumah tangga yang terdampak COVID-19 yang sudah terhubung dengan lembaga pembiayaan atau perbankan pada usaha rumah tangga yang belum pernah mendapatkan pembiayaan dari lembaga keuangan.

Beberapa usaha rumah tangga yang telah diwawancara pun mengakui bahwa mereka mendapatkan bantuan pembiayaan dari pemerintah dan menggunakannya untuk modal tambahan pada usaha. “…Terpaksa meliburkan karyawan karena menurunnya pendapatan.” (Millenials Drink)

Bantuan yang diberikan oleh Pemerintah ke pemilik usaha makanan dan minuman di daerah Kota Salatiga menurut hasil wawancara digunakan dan dikelola oleh pemilik usaha untuk kegiatan usaha, dan disimpan sebagai cadangan.

Pengurangan Tenaga Keja

Pandemi COVID-19 di Indonesia menyebabkan pemerintah menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat di beberapa daerah. Kebijakan tersebut mengubah aktivitas sosial ekonomi masyarakat

(17)

seperti transportasi terbatas, pusat perbelanjaan, tempat rekreasi dan hiburan ditutup. Keadaan ini berdampak luas terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat termasuk keberlangsungan pekerjaan dan penurunan pendapatan pekerja. Para pelaku usaha mencoba menyelamatkan usahanya dengan memberhentikan karyawannya untuk sementara waktu dan ada yang memangkas gaji karyawannya karena minimnya pendapatan.

Dari beberapa usaha rumah tangga yang telah diwawancara pun mengakui bahwa mereka mengurangi jumlah karyawan “…Dapat bantuan uang tunai untuk membeli beras, gas, dan kebutuhan ayam geprek lainnya, sisanya disimpan.” (Gado-gado Bu Evi). “…Kami memotong gaji para karyawan untuk menyelamatkan usaha.” (Dapur Alya)

PEMBAHASAN

Selama masa krisis tahun 1998, UMKM telah membuktikan kemampuannya dalam bertahan menghadapi situasi ekonomi yang sulit. Meskipun telah diketahui ketahanannya dalam menghadapi perlambatan ekonomi, terkait dengan kondisi saat ini para pelaku usaha pada sektor makanan dan minuman di kota Salatiga mengalami penurunan penjualan, penyebabnya adalah penjualan produk ini mengandalkan tatap muka atau pertemuan antara penjual dan pembeli secara fisik namun karena pembatasan dari pemerintah. Ketersediaan bahan baku di masa pandemi juga mulai langka, hal tersebut menyebabkan harga bahan baku mengalami kenaikan dan berdampak pada pengeluaran pada pembelian bahan baku yang semakin meningkat. Dengan berkurangnya penjualan dan harga bahan baku yang terus meningkat dapat membuat arus kas dari para pelaku usaha menjadi macet, dan para pelaku usaha juga susah dalam memutarkan bisnisnya supaya tetap dapat bertahan di masa pandemi.

Himbauan dari Pemerintah mengenai kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat mulai tanggal 3 Juli 2021 wilayah Pulau Jawa dan Bali juga berdampak serius terhadap penyerapan produk UMKM. Maka dari itu, diperlukan perhatian lebih dari pemerintah kepada sektor UMKM sebagai penggerak utama perekonomian bangsa. Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Fitri & Bundo (2021) yang mengungkapkan bahwa pandemi COVID-19 berdampak bagi ekonomi masyarakat, khususnya industri rumah tangga di Kota Padang dengan menurunnya jumlah penjualan dan permintaan konsumen.

Berbagai strategi pemasaran telah dilakukan oleh para pemilik usaha guna mempertahan eksistensi bisnis di tengah pandemi (Kusumastuti, 2020). Banyak usaha rumah tangga telah merasakan efek penurunan omzet di tengah-tengah gejolak ekonomi akibat pandemi dan harus

(18)

menutup usahanya, namun nyatanya tidak semua usaha rumah tangga merasakan penurunan omset penjualan. Beberapa usaha rumah tangga yang ditemui di lapangan ada yang masih stabil dan mengalami peningkatan omset penjualannya karena mereka melakukan penyesuaian diri dalam hal produk dan melakukan beberapa strategi pemasaran untuk bertahan (Damarwulan et al., 2021).

Hardilawati (2020) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh usaha rumah tangga selaku pebisnis termasuk memilih membuka lini produk baru atau memperbaharui sistem pemasaran mereka, karena bisnis yang mampu bertahan adalah bisnis yang resposif terhadap perubahan lingkungan persaingan bisnis mereka.

Penelitian yang dilakukan oleh Knight (2000) menunjukkan bahwa pelaku usaha harus dapat menerapkan penggunaan teknologi yang tepat guna dan sesuai bagi usaha yang mereka jalankan sehingga mereka mampu bersaing secara efektif atau mengeluarkan produk baru mereka yang lebih memuaskan kebutuhan konsumen mereka dibandingkan dengan produk sejenis di pasar. Pada saat terjadi pandemi COVID-19, internet harus dimanfaatkan termasuk berbisnis, dan salah satu upaya untuk membuat produk yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha rumah tangga adalah dengan melakukan digital marketing. Dalam menerapkan penggunaan teknologi ini pelaku usaha rumah tangga dapat memanfaatkan berbagai macam platform penjualan digital.

Penelitian Hendrawan et al. (2019) menyatakan digital marketing berpengaruh positif dan signifikan dalam peningkatan kinerja penjualan UMKM. 70% Pengusaha kreatif mengatakan digital marketing akan menjadi platform komunikasi utama dalam pemasaran, dan offline store akan menjadi pelengkap, dikarenakan kemudahan dan kemampuan digital marketing dalam menjangkau lebih banyak konsumen. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwana et al., (2017) yang menyatakan bahwa pelaku usaha harus menumbuhkan keberanian dalam mencoba hal baru seperti digital pemasaran untuk dapat terus mengembangkan usahanya.

Pelaku usaha rumah tangga juga dapat memulai dengan membuat sosial media dan secara rutin melakukan promosi sehingga akan semakin percaya diri dan mengasah kreatifitas dalam pemasaran.

Hardilawati (2020) menyebutkan beberapa bentuk pemasaran digital yang bisa dilakukan oleh pelaku usaha untuk dapat melakukan pemasaran produk adalah sebagai berikut : (1) Publikasi video dan foto produk di akun sosial media secara intensif. Penggunaan sosial media juga disesuaikan dengan segmen produk yang kita miliki.(2) Memanfaatkan facebook ads, instagram ads, twitter ads, google disply network dll yang dapat dengan mudah diakses melalui sosial media

(19)

dan dapat menjangkau konsumen dengan kriteria yang sudah kita tentukan sebelmnya. (3) Membuat video produk pemasaran yang ditayangkan melalui sosial media atau melakukan live promosi produk. Strategi ini jika dilakukan dengan benar akan berpengaruh positif terhadap bisnis.

(4) Melibatkan konsumen didalam pemilihan produk, melakukan edukasi dan pengenalan terhadap kualitas produk secara intensif di akun media sosial dan menggunakan kata-kata kreatif dan menggunakan hastag (#) agar lebih mudah ditemukan konsumen. Dengan hal ini nantinya terbentuk kesadaran merek dan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Pandemi COVID-19 membuat segala sesuatunya menjadi tidak menentu. Situasi ekonomi hingga saat ini masih terbilang belum stabil, sehingga membuat beberapa pelaku usaha mengencangkan ikat pinggang demi bisa bertahan selama pandemi ini. Pada saat ini, pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan stimulus untuk mendorong optimalisasi fungsi intermediasi perbankan, menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Masyarakat yang terkena dampak finansial akibat pandemi COVID-19 diberikan kemudahan dan keringanan dalam pengajuan kredit. Jenis pinjaman yang cocok untuk membuka usaha adalah Kredit Modal Kerja, yang merupakan bagian dari Kredit Usaha, adalah fasilitas kredit yang diberikan ke pelaku usaha, baik perusahaan korporat maupun UMKM. Kredit Usaha merupakan penyediaan dana dari bank untuk mendukung tujuan usaha, dan kredit ini diberikan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman. Jadi, memang ditujukan untuk pembiayaan modal usaha. Para pelaku usaha juga melakukan beberapa cara untuk memangkas pengeluaran usahanya suapaya arus kas dapat terus terjaga dengan memberhentikan beberapa karyawannya untuk sementara waktu dan ada beberapa yang memangkas gaji karyawannya karena minimnya pendapatan dari usahanya.

KESIMPULAN

Saat ini Indonesia sedang dilanda pandemi covid-19 yang mengakibatkan terjadi kelesuan ekonomi yang berdampak pada sektor UMKM. Dampak yang dirasakan para pelaku usaha ini diantaranya disebabkan oleh adanya pembatasan akibat PSBB atau PPKM yang pada akhirnya mengakibatkan menurunya jumlah penjualan dan pada ahirnya omset para pelaku usaha menurun.

Hal ini mengakibatkan banyak pelaku usaha yang menutup usahanya karena sepi akan pembeli.

Kelangkaan bahan baku membuat para pelaku usaha semakin kesulitan dimasa pandemi dengan naiknya bahan baku dan ini semakin membuat arus kas usaha menjadi semakin lesu. Strategi yang dilakukan pelaku usaha rumah tangga yakni menerapan penjualan online dengan memanfaatkan

(20)

platform media sosial untuk menjangkau konsumen secara luas. Selanjutnya diterapkan dalam menghadapi pandemi yaitu mencari solusi pembiayaan untuk menopang aktivitas arus kas usaha usaha rumah tangga, yakni melalui bantuan sosial dari pemerintah. Beberapa pelaku usaha juga melakukan pemberhentian sementara pada karyawan dan ada yang memangkas gaji karyawannya supaya dapat terus melanjutkan usahanya.

SARAN

Strategi yang dilakukan pelaku usaha rumah tangga yakni menerapan penjualan online dengan memanfaatkan platform media sosial untuk menjangkau konsumen secara luas. UMKM mencari solusi pembiayaan untuk menopang aktivitas arus kas usaha usaha rumah tangga, yakni melalui bantuan sosial dari pemerintah. Beberapa pelaku usaha juga melakukan pemberhentian sementara pada karyawan dan ada yang memangkas gaji karyawannya supaya dapat terus melanjutkan usahanya.

Gambar

Tabel 1. Responden menurut gender
Tabel 3. Responden menurut Pendidikan Terakhir
Tabel 5. Responden Menurut produk yang dihasilkan
Tabel di atas memperlihatkan  sebagian besar responden memiliki tenaga kerja 1-5 orang (40%)  , sedangkan yang memiliki tenaga kerja  lebih dari 10 orang hanya ada 3 responden (6%).
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa hanya tumbuh 2,5% bahkan 0% jika durasi Covid-19 lebih dari 3 sampai 6 bulan terutama jika penanganan bencana Covid-19 dengan

Sehubungan dengan Penanganan Pandemi Corona Virus Disease – 19 (COVID-19), pengungkapan dan penyajian atas dampak dan penanganan pandemi Covid-19 berpedoman dengan Surat

Jika produk yang dipasarkan dalam digital marketing adalah produk dalam negeri maka pendapatan negara secara tidak langsung akan bertambah juga dan dapat membantu

Sumber: Press Conference LANGKAH PENGUATAN PERLINDUNGAN SOSIAL DAN STIMULUS EKONOMI MENGHADAPI DAMPAK COVID-19, Kementerian Keuangan RI Jakarta, 1 April 2020.. • Pandemi

Manfaat Tehnik Hypnobirthing bagi ibu antara lain yaitu mengurangi lamanya kala I dan kala II persalinan, mengurangi penggunaan obat-obatan, mengurangi pembedahan; manfaat

Tampaknya, perlambatan pertumbuhan aktivitas ekonomi tersebut apabila dilihat dari faktor eksternal tampaknya terkait dengan resesi dunia yang belum pulih akibat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak yang timbul dari Pandemi COVID- 19 terhadap aktivitas ekonomi masyarakat Desa Salumpaga setelah diberlakuknnya aturan

Pandemi COVID-19 menyebabkan dampak lintas sektoral, selain dampak kesehatan, adanya pembatasan aktivitas ekonomi dan sosial di daerah, yang menyebabkan tekanan pada