Oleh :
Desi Ismawati (3510 100 027) Dosen Pembimbing :
1.Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS 2.Ir. Ipranta, Msc
Pemetaan Geologi Skala 1:50000 dengan
Menggunakan Citra Radarsat 2 dan Landsat 8
(Studi Kasus : Nangapinoh Provinsi Kalimantan Barat)
Kebutuhan Informasi
Geologi
• Kebutuhan meningkat seiring pertumbuhan sektor industri nasional dan pengembangan daerah di wilayah Indonesia.
• Diperlukan peta geologi skala yang lebih rinci (1:50000) dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut, sedangkan peta
geologi yang ada sekarang adalah skala 1:250000. (Badan Geologi, 2013)
Pemetaan Geologi
• Pemetaan Geologi menggunakan metode konvensional untuk seluruh wilayah Indonesia skala 1:50000 akan membutuhkan waktu yang lama dan sumber daya manusia yang mencukupi untuk melaksanakan survei dan pemetaan geologi lapangan (Badan Geologi, 2013).
Teknologi Penginderaan
Jauh
• Memiliki liputan yang luas dan berulang-ulang, tingkat ketelitian yang tinggi dan biaya yang relatif murah, serta memberikan kemungkinan untuk meningkatkan keakurasian dan efisiensi dalam penyediaan data dan informasi geologi.
• Untuk mempermudah dan mempercepat pemetaan geologi di daerah Kalimantan yang tutupan lahannya berupa hutan, dapat dilakukan dengan bantuan teknologi penginderaan jauh.
LATAR BELAKANG
PERUMUSAN MASALAH
• Bagaimana pengaplikasian teknologi penginderaan jauh dalam memetakan kondisi geologi di wilayah studi lembar Nangapinoh (1515-51), Kalimantan Barat.
• Bagaimana cara mengolah dan menganalisa citra Radarsat-2 yang dipadukan dengan citra Landsat-8 sehingga dapat digunakan dalam pemetaan geologi yang akurat dan sesuai dengan keperluan di lembar Nangapinoh (1515-51), Kalimantan Barat.
• Bagaimana mengetahui informasi geologi mengenai pola sebaran batuan, kelurusan batuan, formasi batuan, serta batas litologi yang terdapat di lembar Nangapinoh
(1515-51), Kalimantan Barat.
BATASAN MASALAH
• Citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra radarsat-2 tahun 2010 yang berupa DSM (Digital Surface Model) dan ORRI (Ortho Rectified Radar Image) Dari Pusat Survei Geologi
Bandung dan citra Landsat-8 tahun 2013.
• Wilayah studi terbatas pada lembar Nangapinoh ( 1515-51), Provinsi Kalimantan Barat.
• Selain citra Radarsat-2 dan Landsat-8, data yang digunakan adalah peta vektor rupa bumi
Indonesia lembar Nangapinoh (1515-51), skala 1:50.000 terbitan BAKOSURTANAL, softcopy peta geologi regional lembar Nangapinoh (1515) skala 1:250.000, dan laporan data geologi lembar Nangapinoh 1:250.000 Kalimantan Barat dari Pusat Survei Geologi Bandung.
• Analisa yang dilakukan adalah meliputi penafsiran sebaran batuan berdasarkan ciri-ciri fisik
obyek yang terdapat pada citra penginderaan jauh dan identifikasi kelurusan batuan berdasarkan kenampakan morfologinya.
• Hasil dari penelitian ini adalah peta geologi hasil penginderaan jauh lembar Nangapinoh (1515- 51) Provinsi Kalimantan Barat skala 1:50.000.
• Informasi yang disajikan dalam peta geologi ini diantaranya adalah batas litologi dan kelurusan
batuan.
TUJUAN
• Membuat peta geologi skala 1:50000 lembar Nangapinoh (1515-51), Provinsi Kalimantan Barat menggunakan data citra Radarsat-2 dan citra Landsat-8 serta dibantu dengan data pendukung lainnya untuk menyajikan informasi geologi.
• Mendapatkan informasi geologi mengenai pola sebaran batuan, formasi
batuan, batas litologi, serta kelurusan batuan yang terdapat di lembar
Nangapinoh (1515-51), Provinsi Kalimantan Barat.
MANFAAT
• Dapat mengetahui gambaran kondisi geologi daerah Nangapinoh.
• Hasil dari penelitian diharapkan mampu menjadi sumber informasi bagi penelitian yang lain.
• Diharapkan mampu memberikan informasi mengenai bentang alam yang
dapat dimanfaatkan dalam pengambilan kebijakan mengenai berbagai aspek
kehidupan bangsa terutama dari bidang geologi.
LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di daerah Nangapinoh Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat yang secara geografis dibatasi oleh 0˚15’0”LS - 0˚30’0” LS dan 111˚45’0”BT - 112˚0’0” BT.
Merupakan lembar 1515-51 dalam peta rupa bumi Indonesia terbitan BAKOSURTANAL.
Gambar 1. Lokasi Penelitian (Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1993).
Diagram Alir Pengolahan
Data
Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data
Data Digital Surface Model
(DSM)
Data Ortho Rectified Radar
Image (ORRI)
Citra Landsat 8 Tahun 2013 Citra Radarsat 2
Terkoreksi Tahun 2010
Shadded Relief
DSM hasil Shadded Relief
Colour Composit (Band 567) Cropping Area
Koreksi Geometrik
RMSE ≤ 1 dan SoF ≈ 0
Citra Landsat 8 Terkoreksi
Ya
Image Fusion
tidak
Overlay
Transparansi Citra
Interpretasi Citra (7 Kunci Interpretasi, Morfologi, Pola Aliran dan
Komposisi Batuan) Sesuai
Batas Litologi Ya
Kartografi Digital tidak
Peta Geologi Hasil Inderaan Jauh Lembar Nangapinoh Skala
1:50000
1. Peta Geologi Regional skala 1:250000
2. Data Pengamatan Lapangan 3. Data Analisa Laboratorium 4. Dokumentasi Lapangan Peta Vektor Hasil
Digitasi Peta RBI 1: 50000
Citra Hasil HSI Merge (Image Fusion)
PENGOLAHAN DATA
KOREKSI GEOMETRIK CITRA LANDSAT 8
Tabel 1. RMS Error pada 15 Titik Ground Control Point (GCP)
Cell X Cell Y Easting Northing
1 626.711 133.577 573503.428 9969334.746 0.365 2 101.027 97.236 557724.221 9970459.458 0.196 3 621.441 634.955 573335.794 9954325.450 0.350 4 81.034 551.066 557114.123 9956839.083 0.386 5 245.025 405.702 562055.540 9961197.078 0.236 6 898.005 327.009 581640.478 9963565.143 0.258 7 381.159 247.039 566132.765 9965954.712 0.283 8 35.702 928.819 555745.950 9945528.122 0.225 9 950.186 608.715 583207.199 9955129.956 0.260 10 884.784 913.52 581258.697 9945972.470 0.237 11 561.28 342.061 571537.550 9963111.580 0.355 12 720.422 565.154 576314.070 9956428.677 0.326 13 352.638 914.673 565306.722 9945958.655 0.212 14 932.868 187.187 582673.738 9967756.588 0.278 15 525.005 665.832 570452.593 9953402.820 0.197
Koordinat UTM RMS Error No Koordinat Citra
Nilai
RMS Error rata-rata sebesar 0.277 dan
total RMS Error nya sebesar 4.162.
PENGOLAHAN DATA
PERHITUNGAN SRENGHT OF FIGURE (SOF) PADA CITRA LANDSAT 8
Gambar 3. Desain Jaring Titik Ground Control Point (GCP) Landsat 8 Tahun 2013.
Perhitungan Srenght of Figure (SoF) : Jumlah titik = 15
Jumlah Baseline = 34
N Ukuran = Jumlah Baseline x 3 = 102
N Parameter = Jumlah Titik x 3 = 45
U = N Ukuran - N Parameter = 57
Besar SoF =
Trace((uATA)1)= 0.073
PENGOLAHAN DATA
Gambar 4. Data DSM (Digital Surface Model) Radarsat-2 Hasil Sun Shading 45° (Kiri) Data ORRI (Ortho Rectified Radar Image) Radarsat-2 Layer
Intensity (Kanan).
• Data DSM dilakukan sun shading (pembentukan relief) dengan sudut azimuth 45°
dan elevasi 45°.
• Data ORRI yang telah diubah
menjadi layer intensity
memiliki warna yang lebih
tajam.
PENGOLAHAN DATA
• Citra landsat 8 dilakukan
kombinasi band 567 yang untuk memudahkan dalam identifikasi vegetasi dan tutupan lahan.
• Citra Landsat 8 dan Citra ORRI dilakukan penggabungan data menggunakan teknik fusi data (image fusion) dengan metode IHS (intensity hue saturation).
Kemudian hasil fusi data
dioverlaykan dengan data DSM dan diatur transparansinya untuk interpretasi formasi dan satuan batuan serta morfologi.
Gambar 5. Citra Landsat 8 dengan Kombinasi Band 567 (Kiri) dan Hasil Overlay DSM, ORRI, dan Landsat 8 (Kanan)
GEOLOGI REGIONAL
• Daerah penelitian termasuk dalam peta geologi lembar Nangapinoh (1515) skala 1:250000 tahun 1993.
• Cekungan melawi di beberapa bagian sebelah utara yang terdiri dari Formasi Tebidah dan Terobosan Sintang. Formasi Tebidah di terobos oleh sub vulkanik Terobosan Sintang pada kala oligosen tua sampai miosen muda dimana selisih umur batuannya sangat dekat (Amiruddin dan Traill, 1989).
• Dibagian selatan terdapat dataran tinggi Schawaner tersusun atas Tonalit Sepauk,
Batuan Gunung Api Menunuk, dan Batuan Malihan Pinoh. Dimana deretan Tonalit
Sepauk berumur kapur tua, Batuan Gunung Api Menunuk, dan Batuan Malihan Pinoh
belum diketahui umur batuannya (Amiruddin dan Traill, 1989).
PETA GEOLOGI HASIL
INTERPRETASI PENGINDERAAN
JAUH.
FORMASI DAN SATUAN BATUAN
Ciri-ciri citra : berwarna gelap (dominan warna
coklat hingga coklat tua dan sedikit warna biru muda), berbentuk kerucut
memanjang, pola kurang
teratur, tekstur halus hingga kasar, morfologi merupakan perbukitan memanjang,
pola aliran sungai dendritik.
1. Batuan Malihan Pinoh (PzTRp)
Gambar 6. Kenampakan Batuan Malihan Pinoh (PzTRp) pada
Citra
Ciri-ciri citra : berwarna gelap (tersusun atas warna dominan coklat dan sedikit kombinasi coklat tua dan biru muda),
berbentuk kerucut memanjang, pola kurang teratur, tekstur
kasar, morfologi merupakan perbukitan kecil dan
memanjang, pola aliran sungai dendritik. Terdapat perlapisan yang mengarah ke timur dan barat.
FORMASI DAN SATUAN BATUAN
2. Batuan Gunung Api Menunuk (Klm)
Gambar 7. Kenampakan Batuan Gunung Api Menunuk
(Klm) pada Citra
3. Tonalit Sepauk (Kls)
Ciri-ciri citra : berwarna gelap
(warna coklat dengan sedikit warna biru muda dan coklat kemerahan), pola kurang teratur, berbentuk
bulatan kecil hingga sedang dengan tekstur agak kasar. Dilihat dari
morfologinya, satuan ini merupakan dataran bergelombang dengan pola aliran sungai dendritik..
FORMASI DAN SATUAN BATUAN
Gambar 8. Kenampakan Tonalit Sepauk (Kls) pada Citra
4. Gabbro Biwa (Kub)
Ciri-ciri citra : berwarna gelap (dominan coklat tua, kombinasi warna coklat, coklat kemerahan dan biru muda), pola kurang teratur dengan bentuk bulatan kecil hingga sedang. Morfologi
pada satuan batuan ini adalah berupa bukit yang terisolir dengan pola aliran sungai radial sentrifugal.
FORMASI DAN SATUAN BATUAN
Gambar 9. Kenampakan Gabbro Biwa (Kub) pada Citra
5. Batuan Malihan (PzTRm)
Ciri-ciri citra : berwarna agak cerah (warna biru muda,
coklat dan coklat kemerahan), pola tidak teratur, tekstur halus sampai kasar. Morfologinya
berupa perbukitan kecil dan memanjang dengan pola aliran sungai dendritik.
FORMASI DAN SATUAN BATUAN
Gambar 10. Kenampakan Batuan Malihan (PzTRm) pada Citra
6. Formasi Tebidah (Tot)
• Ciri-ciri citra : berwarna cerah
(coklat kemerahan, sedikit coklat tua, coklat muda dan biru muda),
berbentuk bulatan yang relatif kecil, tekstur halus dan pola cenderung kurang teratur. Morfologi berupa dataran yang relatif landai dan pola aliran sungai dendritik dengan
kerapatan bervariasi dari jarang hingga rapat.
FORMASI DAN SATUAN BATUAN
Gambar 11. Kenampakan Formasi Tebidah (Tot) pada Citra
7. Satuan Alluvium (Qa) • Ciri-ciri citra : berwarna cenderung cerah (warna biru, coklat kemerahan, coklat dan coklat tua), tekstur halus dengan morfologi berupa dataran landai, memiliki pola aliran sungai dendritik dengan kerapatan sedang
hingga jarang. Satuan ini sebagian besar berada di sekitar aliran sungai.
• Tutupan lahan berupa perkebunan, lahan kosong, hutan, serta pemukiman yang terkonsentrasi di dekat
percabangan sungai Melawi dan sungai Pinoh.
FORMASI DAN SATUAN BATUAN
Gambar 12. Kenampakan 7. Satuan Alluvium (Qa) pada Citra
Endapan Alluvium ini merupakan endapan yang belum kompak dan merupakan hasil erosi dari batuan yang lebih tua. Satuan alluvial merupakan endapan darat yang memiliki fragmen lepas
berukuran kerakal hingga lempung serta material hasil erosi batuan yang lebih tua yang dikontrol oleh sungai yang memiliki stadia dewasa (Kefi, 2011).
7. Satuan Alluvium (Qa) [Lanjutan]
FORMASI DAN SATUAN BATUAN
Ciri-ciri citra : berwarna relatif gelap, (warna dominan coklat dan coklat
kemerahan serta biru muda di
beberapa bagian), berbentuk kerucut baik bulat ataupun memanjang
dengan tekstur kasar dan pola yang tidak beraturan. Morfologinya berupa bukit atau gunung yang terisolir
dengan pola aliran radial sentrifugal.
Ukuran dari batuan ini cenderung kecil.
8. Terobosan Sintang (Toms)
FORMASI DAN SATUAN BATUAN
Gambar 13. Kenampakan Terobosan Sintang (Toms) pada Citra
• Ciri-ciri citra : berwarna cerah, (dominan biru muda, coklat muda dan coklat kemerahan), berbentuk bulat dengan tekstur halus dan pola yang tidak beraturan. Morfologi permukaannya berupa dataran dengan pola aliran sub dendritik.
• Dataran terbiku merupakan dataran dengan arah perlapisan yang tidak terlihat atau memiliki bentuk
topografi yang teratur untuk menunjukkan lapisan batuan (William, dkk 1986)
9. Alluvium Terbiku (Qat)
FORMASI DAN SATUAN BATUAN
Gambar 14. Kenampakan Alluvium Terbiku (Qat) pada Citra
• Kelurusan pada citra biasanya ditandai dengan adanya garis lurus diantara batuan yang
menyebabkan terputusnya pola litologi (Pusat Survei Geologi 2010).
• Kelurusan dapat dilihat dari adanya kesamaan rona dan pola pada citra (Syaifurrahman, dkk -).
• Kelurusan pada lokasi penelitian tersebar paling banyak di bagian selatan wilayah studi.
KELURUSAN
Gambar 15. Kenampakan Kelurusan pada Citra
Kelurusan
Tabel 2. Perbandingan Hasil Perhitungan Panjang Kelurusan pada Peta Geologi Regional dan Peta Geologi Hasil Interpretasi.
Didapatkan selisih panjang kelurusan pada peta geologi regional dan peta geologi hasil penginderaan jauh sebesar 43500.403 m atau 43,500 km.
Peta Geologi Regional Peta Geologi Penginderaan Jauh
Panjang 87377.953 130878.356
Panjang Kelurusan (m)
KELURUSAN [LANJUTAN]
Tabel 3. Perbandingan Hasil Perhitungan Luasan Masing- masing Litologi pada Peta Geologi Regional dan Peta Geologi Hasil Interpretasi
Pada lokasi penelitian ditemukan satuan batuan yang mendominasi adalah Formasi Tebidah (Tot) dengan luas area mencakup 233,586 km
2. Sedangkan sebaran satuan batuan yang paling sedikit adalah Alluvium Terbiku yang hanya memiliki luas sebesar 6,825 km
2.
SEBARAN BATUAN YANG DITEMUKAN DALAM PENELITIAN
Peta Geologi Regional Peta Geologi Inderaan Jauh
1 Batuan Malihan Pinoh PzTRp 57993248.812790 136544120.518449 78550871.706 2 Batuan GunungApi Menunuk Klm 97236922.221300 47432294.694900 -49804627.526
3 Tonalit Sepauk Kls 86609326.294000 9585330.764 -77023995.530
4 Gabro Biwa Kub 10700319.251500 15481483.401800 4781164.150
5 Batuan Malihan Pinoh PzTRm - 19397179.237560 19397179.238
6 Formasi Tebidah Tot 207484570.202730 233586379.546751 26101809.344
7 Satuan Aluvium Qa 137538901.301000 138080620.409600 541719.109
8 Terobosan Sintang Toms 15425745.806945 13512735.205335 -1913010.602
9 Aluvium Terbiku Qat 7638480.897770 6825410.105050 -813070.793
No Litologi Simbol Luas Area (m) Selisih (m)