• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KERANGKA TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II. KERANGKA TEORITIS"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

5

BAB II. KERANGKA TEORITIS 2.1. Pendapatan Petani Tembakau

2.1.1. Pendapatan Usahatani

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode. Pendapatan dan biaya usahatani ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, jumlah tenaga kerja, luas lahan dan modal. Faktor eksternal berupa harga dan ketersedian sarana produksi. Ketersedian sarana produksi dan harga tidak dapat dikuasai oleh petani sebagai individu meskipun dana tersedia. Bila salah satu sarana produksi tidak tersedia maka petani akan mengurangi penggunaan faktor produksi tersebut, demikian juga dengan harga sarana produksi misalnya harga pupuk sangat tinggi bahkan tidak terjangkau akan mempengaruhi biaya dan pendapatan (Suratiyah,2006). Rahim dan Diah (2007) menyatakan bahwa pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.

Pendapatan petani tembakau merupakan salah satu bentuk pendapatan usahatani yang didapat dari kegiatan budidaya tanaman tembakau. Kegiatan budidaya tanaman ini dilakukan oleh petani sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan petani ditengah adanya kendala musim, terutama musim kemarau. Pada musim ini tidak banyak tanaman atau komoditas yang bisa ditanam oleh petani karena tidak semua tanaman cocok dan dapat tumbuh baik pada saat musim kemarau. Salah satu komoditas tanaman yang cocok dan tumbuh baik di saat musim kemarau adalah tanaman tembakau, tanaman ini dapat hidup pada kondisi musim kemarau kebutuhan air sangat kurang. Menurut Sukirno (2002), Pendapatan total usahatani (pendapatan bersih) adalah selisih penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dalam proses produksi, dimana semua input miliki keluarga diperhitungkan sebagai biaya produksi. Total Revenue (TR) adalah jumlah produksi yang dihasilkan, dikalikan dengan harga produksi dan

pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan total biaya. Secara sistematis dapat dijelaskan sebagai berikut: π = TR -TC

Keterangan: π = Pendapatan (Rp/musim tanam) TR = Total Penerimaan (Rp/musim tanam) TC = Total biaya (Rp/musim tanam)

(2)

2.1.2. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan beban yang harus dibayar atau dikeluarkan oleh produsen atau petani untuk menghasilkan barang dan jasa. Dalam budidaya tembakau biaya produksi sangat dibutuhkan karena memiliki pengaruh terhadap hasil atau output yang akan dihasilkan.

Besar kecil output atau daun tembakau yang ingin dihasilkan oleh petani tembakau sangat bergantung terhadap input atau biaya produksi yang dicurahkan oleh petani. Menurut Larsito (2005), biaya produksi dibedakan menjadi 2 macam yaitu biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan pada berbagai tingkat output yang dihasilkan. Contoh biaya tetap dalam usahatani tembakau yaitu nilai peralatan dan luas lahan yang digarap. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah menurut tinggi rendah tingkat outout yang dihasilkan. Contoh biaya variabel dalam usahatani tembakau yaitu upah tenaga kerja, pembelian bibit, pupuk, serta pestisida. Biaya produksi dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut:

TC = TVC + TFC

Keterangan: TC = Total biaya (total cost)

TVC = Total biaya variabel (total variabel cost) TFC = Total biaya tetap (total fixed cost) 2.1.3. Harga Tembakau

Harga tembakau mempunyai peranan penting dalam menentukan keberhasilan usahatani atau pendapatan dari petani tembakau. Harga tembakau pada musim tanam yang lampau serta ketersediaan tembakau digudang akan mempengaruhi petani dalam menentukan luas lahan yang akan digarap. Para petani tembakau kesulitan dalam menentukan harga tembakau, karena harga tembakau ditentukan oleh pembeli atau para pengusaha. Pembeli- pembeli tersebut adalah para pedagang pengumpul yang selanjutnya menjual tembakau kepada para konsumen atau perusahaan. Para petani sebagai produsen tembakau mengharapkan hasil produksinya mendapatkan harga yang wajar dan pantas, sehingga jerih payah dan pengorbanannya dalam memproduksi tembakau dapat memberikan nilai keuntungan yang akan dapat memperbaiki kehidupan petani. Akibatnya harga tembakau sering mengalami fluktuatif, menyebabkan petani tidak memiliki peluang dalam mengembangkan usahatani. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Semarang, pada bulan oktober harga tembakau berkisar Rp.60.000,- sedangkan pada bulan november yaitu sekitar Rp.30.000,- atau terjadi penurunan sekitar 50%.

(3)

2.2. Faktor- Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan Petani Tembakau 2.2.1. Pendapatan Petani Tembakau

Pendapatan petani tembakau adalah pendapatan bersih petani tembakau dari usahatani selama satu musim tanam pada periode satu tahun. Pendapatan bersih petani tembakau ini merupakan selisih dari pendapatan dari hasil penjualan tembakau baik itu penjualan secara basah maupun kering dikurangi dengan biaya produksi yang meliputi biaya bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja.

2.2.2. Pengaruh Luas Lahan Terhadap Pendapatan Petani Tembakau

Dalam proses produksi luas lahan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan pendapatan dari petani. Faktor produksi lahan mempunyai kedudukan paling penting, hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh lahan dibandingkan dengan faktor-faktor lain. Pendapatan masyarakat tani sangat dipengaruhi oleh pola penguasaan lahan pertanian sehingga faktor lahan dapat digunakan sebagai dasar menduga pendapatan petani (Mubyarto,1989). Oleh karena itu semakin luas lahan yang diusahakan akan semakin besar hasil produksi yang dihasilkan yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani. Sebaliknya semakin sempit penguasaan lahan, maka semakin kecil produksi yang akan dihasilkan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan petani.

Oleh karena itu salah satu keberhasilan pendapatan petani tidak terlepas kaitanya dengan luas penguasaan lahan (Winarno,2010). Sementara itu menurut Soekartawi (1994) menyatakan bahwa semakin besar luasan usahatani yang diusahakan maka akan semakin tinggi produksi lahan yang dihasilkan. Pertambahan luas lahan berarti terjadi pertambahan populasi tanaman dengan demikian produksi bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah tanaman, begitu pula dengan jumlah pendapatan yang akan diperoleh petani.

Menurut hasil penelitian Larsito (2005) di Kecamatan Gemuh, Kabupaten Kendal menyatakan bahwa luas lahan berpengaruh nyata terhadap keuntungan petani tembakau.

Artinya apabila terjadi penambahan luas lahan garapan dalam usahatani tembakau, maka akan meningkatkan penanaman tembakau sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi hasil produksi tembakau dan meningkatkan pendapatan petani tembakau.

(4)

2.2.3. Pengaruh Penggunaan Biaya Sarana Produksi Terhadap Pendapatan Petani Tembakau

Menurut Mubyarto (1989), aspek-aspek lain yang perlu diperhatikan adalah meliputi sarana-sarana produksi yang diperlukan petani seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan. Sarana produksi merupakan salah satu faktor yang akan menentukan besar kecilnya jumlah produksi.

Penggunaan sarana produksi yang efektif dan efisien akan dapat meningkatkan hasil, sebaliknya kalau penggunaan sarana produksi tidak efektif dan efisien justru akan menurunkan hasil produksi. Hal ini disebabkan dalam penggunaan bibit, pupuk dan obat- obatan yang berlebihan akan menyebabkan hasil produksi menjadi menurun.

Menurut Maria,dkk. (2011), menyatakan bahwa tembakau yang ditanam sedalam 15 cm, ditanam dengan jarak tanam 60 X 70 cm serta tiap lubang diberikan 1 bibit maka akan menghasilkan populasi tanaman tembakau sebanyak 14.000 pohon/ hektar.

Menurut Marsono,dkk (2005), pupuk sangat bermanfaat dalam menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia oleh tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Manfaat utama dari pupuk yang berkaitan dengan sifat fisik tanah yaitu memperbaiki struktur menjadi gembus. Pemupukan yang berimbang dan rasional merupakan kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas tembakau. Kadar unsur hara didalam tanah, jenis pupuk/hara yang sesuai dengan kondisi lingkungan fisik, merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam mencapai produktivitas optimal tanaman. Dalam praktek pemupukan, yang perlu diperhatikan adalah jenis pupuk dan takaran optimum pada jenis tanah dan lingkungan tertentu ( Akil dan Dahlan, 2007).

Menurut Fauziyah (2010), menyatakan bahwa terdapat 4 input yang berpengaruh secara positif terhadap produksi tembakau yaitu bibit, pupuk urea, pupuk TSP dan pupuk kandang. Menurut Maria,dkk. (2011), menyatakan bahwa dosis untuk pemupukan tembakau rakyat terdiri dari pupuk ZA sebanyak 600 Kg/Ha, TSP sebanyak 100 Kg/Ha, dan pupuk kandang sapi sebanyak 10 Ton/Ha.

Pestisida sangat penting dalam penanggulangan hama penyakit pada saat budidaya.

Jika jumlah pestisida yang digunakan pada saat budidaya sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman maka akan menyebabkan hasil atau pendapatan yang diperoleh menjadi semakin tinggi sedangkan jika jumlah pestisida yang digunakan pada saat budidaya kurang dari yang dibutuhkan, maka akan menyebabkan hasil yang diperoleh menjadi menurun serta pendapatan petani menjadi berkurang. Menurut Larsito (2005), petani kecil menggunakan

(5)

pestisida rata-rata 1,53 liter per hektar dan petani besar justru lebih kecil yaitu sebesar 1,47 liter per hektar.

2.2.4. Pengaruh Penggunaan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Petani Tembakau Dalam proses produksi, tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan. Tenaga kerja sangat penting dalam proses produksi dan dalam menentukan keberhasilan produksi. Menurut Soekartawi (2001), setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan memang masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja.

Usaha budidaya tembakau, sangat memerlukan tenaga kerja baik dalam proses pengolahan maupun dalam proses pemeliharaan dan pemanenan tembakau. Petani yang memiliki jumlah tenaga kerja yang banyak akan dengan mudah menyeleseikan masalah- masalah yang dihadapi sehingga jumlah produksi yang hasilkan akan tinggi. Sedangkan bagi petani yang tidak memiliki tenaga kerja akan kesulitan dalam mengatasi masalah yang terjadi sehingga jumlah produksi yang dihasilkan akan berkurang. Dalam usahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri. Tenaga kerja keluarga ini merupakan sumbangan pada proses produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak perlu dinilai dengan uang tetapi terkadang juga membutuhkan tenaga kerja tambahan misalnya dalam proses penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak maupun tenga kerja langsung sehingga besar kecil upah tenaga kerja ditentukan oleh jenis kelamin. Biaya produksi tembakau yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja berkisar Rp.3.925.000,- per hektar, (Achmadi,2002).

2.2.5. Pengaruh Umur Petani Terhadap Pendapatan Petani Tembakau

Umur merupakan salah satu faktor yang melekat pada seseorang. Usia seseorang sangat berpengaruh terhadap penampilan dalam proses mencari nafkah, karena dalam mencari nafkah diperlukan kekuatan, kecermatan, dan kecepatan. Menurut Helder dalam Wardoyo, (2007), umur berpengaruh pada cara berpikir dan kemampuan fisik, motivasi, agresifitas, dan kebutuhan melaksanakan pekerjaan yang mengandung risiko biasanya melemah pada seseorang yang lebih tua.

(6)

Dalam proses produksi tembakau sangat diperlukan fisik yang kuat, cepat, sehat dan semuanya itu sangat dipengaruhi oleh faktor umur seseorang. Semakin tua umur seseorang jumlah produk yang dihasilkan akan semakin berkurang. Dalam kehidupan para petani sehari hari, petani yang telah tua, biasanya beralih pekerjaan pada pekerjaan yang tidak membutuhkan tenaga atau fisik yang kuat. Selain itu para petani juga akan mengurangi jumlah lahan yang dikelola. Pohan dan Turnip dalam Wardoyo (2007) mengemukakan bahwa umur yang tergolong dalam kategori tua dan sudah menurun kekuatan fisiknya adalah seseorang diatas 50 tahun.

2.2.6. Pengaruh Pendidikan Terhadap Pendapatan Petani Tembakau

Pendidikan adalah salah satu modal utama dalam pembangunan. Melalui pendidikan manusia dapat berpikir secara lebih sistematis dan kritis dalam menghadapai masalah.

Pendidikan memiliki dua penekanan yaitu pendidikan dalam arti formal yang akivitasnya dilaksanakan disekolah, dan pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilaksanakan diluar sekolah (Ariawan dan Waljito) dalam (Astuti, 2006), menyebutkan bahwa tingkat pendidikan formal secara nyata dapat mempengaruhi tingkat intelejensi seseorang, yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memecahkan suatu masalah dan kepribadian seseorang akan dibentuk untuk bertahan dan menyesuaikan lingkungannya.

Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang tentu akan sangat berpengaruh akan kemampuan seseorang dalam melakukan proses produksi dan mengelolah informasi. Jika tejadi permasalahan dalam proses produksi, petani yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi cenderung dapat menyeleseikan masalah yang dihadapi dengan baik, sedangkan petani yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah akan sangat sulit dalam menyeleseikan masalah yang dihadapi. Dalam proses mengolah informasi khususnya informasi harga dipasar. Jika harga produk tinggi maka para petani yang memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi akan berusaha untuk memproduksi produk yang banyak. Hal ini dikarenakan para petani ingin memperoleh keuntungan yang besar atau tinggi. Menurut Wahono (1999), persentase tingkat pendidikan petani di Temanggung sekitar 58% merupakan tamatan SD.

Hal ini menunjukkan bahwa petani di Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

(7)

2.2.7. Pengaruh Cara Penjualan Tembakau Terhadap Pendapatan Petani Tembakau Harga merupakan indikator atau faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan usaha tani serta pendapatan petani. Semakin tinggi harga tembakau maka akan menyebabkan semakin tinggi jumlah pendapatan. Tataniaga tembakau memiliki sifat fancy product yang artinya mutu menentukan harga. Ini berarti sekalipun produktivitas meningkat,

namun mutu rendah tidak akan memberikan manfaat yang memadai (Santoso, 2001). Selain itu cara penjualan tembakau oleh petani sangat penting dalam menentukan harga tembakau dan pendapatan petani. Para petani tembakau di Desa Paponan menjual hasil produksinya dengan cara kiloan tembakau rajangan dan cara tebasan kepada pengumpul (Wahono, 1999).

2.3. Hipotesis

Dengan mengacu pada latar belakang, tujuan, signifikansi, model hipotetis dan tinjauan pustaka, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian sebagai berikut : Diduga luas lahan, biaya sarana produksi, dan tenaga kerja, serta umur petani, tingkat pendidikan, dan cara penjualan tembakau berpengaruh positif terhadap pendapatan petani tembakau.

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini mencoba menggali tentang persoalan masyarakat ideal dalam Al-Qur’an sehingga menjadi sebuah cita-cita bagi umat muslim untuk mewujudkannya dalam dataran

Jika diperhatikan cerita legenda yang dipercaya oleh masyarakat Kutai tersebut yang disampaikan melalui Erau Balik Delapan, hal itu mempunyai benang merah

Hubungan sikap orangtua murid kelas 2 SMP Negeri 16 Palembang terhadap kelainan refraksi pada anak... Hubungan perilaku orangtua murid kelas 2 SMP Negeri 16 Palembang

Göstermek istediğimiz, Allah’ın örnek verdiği ve birçok Kur’an ayetinde övdüğü kitaplar olan Tevrat ve İncil’de hikmetler aramayan din adamlarının, yığınla

Untuk memperoleh hasil yang baik di dalam tolak peluru,pada umumnya atlit tolak peluru adalah mereka yang mempunyai atau memiliki kekuatan yang besar,kecepatan,daya

5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dalam rangka menunjang perbaikan regulasi pengusahaan UCG diperlukan litbang UCG di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat

3. Walaupun dalam fiqih Islam tidak ditemukan secara tegas hukum penggunaan daging qurban untuk walimatul ‘urusy , akan tetapi berdasarkan hasil.. penelitian yang dilakukan