BAB V
KONSEP PERANCANGAN
A. Konsep Makro
Konsep ini merupakan dasar dari segala ide perancangan yang mendefinisikan arah rancangan yang akan diciptakan dalam pusat kuliner itu. Konsep makro yang dibuat adalah pusat wisata kuliner yang utama dan menjadi tujuan utama wisata daerah Danau Toba dengan berwawaskan ekowisata. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
1. Pusat Wisata Kuliner sebagai tempat kuliner utama daerah Danau Toba
Kuliner yang menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia yang selalu berkembang dan menjadi sisi potensial yang patu dikembangkan di kepariwisataan Sumatera Utara. Kuliner Sumatera Utara yang kaya dan beraneka ragam belum dikenalkan secara baik kepada para wisatawan yang datang ke berwisata ke Danau Toba, dimana Danau Toba adalah area potensial dan dikenal wisatawan dalam negeri dan mancanegara sebagai salah tujuan wisata utama.
2. Pusat Wisata Kuliner sebagai Tujuan Wisata utama daerah Danau Toba
Deretan wisata Danau Toba yang ada di kawasan pinggiran sepanjang Danau akan memberikan hal baru, hadirnya wisata kuliner yang berwawaskan lingkungan ini akan menjadi daya tarik utama kedatangan para wisatawan.
Keindahan wisata alam Danau Toba yang dibalut dalam kemasan wisata kuliner akan menjadikan daerah Silalahi di Danau Toba menjadi tujuan wisata utama.
B. Konsep Tata Ruang Luar ( sebagai jawaban atas masalah akses dan pencapaian)
Konsep Tata Ruang Luar mencakup pencapaian, sirkulasi ruang luar pada kawasan, orientasi dan tata massa bangunan, penataan area parkir, penataan area lansekap, serta zonasi fungsional kawasan. Kombinasi dari unsur-unsur ini akan 75
mempermudah untuk langkah perancangan di mikro nantinya. Berikut adalah penjelasan konsep tata ruang luar tersebut.
1. Pencapaian Menuju Bangunan sebagi jawaban masalah akses dan pencapaian.
Konsep pencapaian menuju bangunan yang digunakan adalah pencapaian secara langsung. Konsep ini diusung untuk memberikan pencapaian yang mudah secara langsung ke area bangunan untuk sirkulasi yang efisien. Dengan efisiensi, ini pengunjung mencapai bangunan tanpa harus manuver yang berlebih. Berbeda dengan pencapaian untuk pengelola, yaitu pencapaian tersamar untuk menghindari benturan antara sirkulasi dengan pengunjung. Begitu juga dengan area servis, pencapaian tersamar akan memaksimalkan fungsi yang lainnya, namun tetap dengan efisiensi yang baik.
Gambar 5.1 Tata Ruang Luar
Sumber google earth ; analisis
2. Orientasi dan Tata Massa sebagai jawaban masalah arsitektur dan bentuk.
Konsep orientasi dan tata massa bangunannya adalah pola radial. Dengan massa yang terbagai ke sepanjang site, dengan tujuan utama memaksimalkan view ke arah danau dan lebih dekat dan menyentuh danah danau. Massa ataupun ruang dibagi atas 3 jenis, yaitu restoran, pujasera, dan pedagang keliling. Selain ketiga massa utama, ruang sebagai fasilitas lainnya adalah boat dock, lakefront walk, dan ruang untuk taman.
76
Gambar 5.2 Orientasi dan Tata massa
Sumber google earth ; analisis
3. Tata Lansekap sebagai jawaban atas masalah lingkungan
Konsep tata Lansekap dengan pola radial. Tata lansekap ini digunakan memaksimalkan fungsi rekreasi dan wisata alam Danau, hal ini membantu sistem penghawaan dan sirkulasi serta penataan setiap elemen desainnya nantinya, pola radial ini bisa mewadahi seluruh sudut site. Melalui tata lansekap juga menjawab masalah hubungan dengan lingkungan eksisting sekitar Danau. Meminimalkan footprint dan mempertahankan dan melestarikan ekosistem yang ada.
Gambar 5.3 Tata Lansekap
Sumber google earth ; analisis
77
4. Tata Parkir sebagai jawaban atas masalah efisiensi dan sirkulasi.
Efisiensi dan efektivitas merupakan tuntutan sebuah tata parkir. Konsep penataan parkir menggunakan pola parkir lurus satu arah yang memberikan efektivitas lahan sebanding dengan kemudahan parkir. Hal ini memudahkan manuver sehingga cukup mudah untuk akses keluar dan masuk ke area parkir. Adanya manuver yang memutar ini juga memudahkan pengendara sehingga tidak perlu mengakses manuver putar untuk bisa mencapai drop-off. Konsep parkir ini juga memudahkan perancangan untuk akomodasi kendaraan yang berjumlah banyak.
Penataan yang sederhana juga membantu pengunjung untuk lebih cepat dan mudah langsung ke area kuliner.
Gambar 5.4 Tata parkir
Sumber analisis
5. Zona Fungsional
Pembagian zona fungsional ini didasarkan pada orientasi dan pembagian fungsi massa nantinya. Zona public dikhususkan untuk fungsi pengunjung menikmati fasilitas kuliner dan wisata alam. Zona semi privat menjadi zona yang memisah fungsi pengunjung dan pengelola. Zona privat dikhususkan untuk pengelola, dengan pencapaian yang tersamar menghindari benturan fungsi pengelolaan dan konsumen.
78
Gambar 5.5 Zona Fungsional
Sumber google earth ; analisis
6. Bentuk dan Citra Bangunan sebagai jawaban atas masalah arsitektural dan daya tarik.
Bentuk dan citra bangunan menjadi hal penting karena menjadi penilaian visual yang pertama oleh pengunjung. Konsep bentuk dan citra bangunan yang dibuat adalah bentuk yang dinamis, kesan mengalir dan sesuai dengan konteks lingkungan dan budaya daerah Silalahi, Danau Toba. Fisik bangunan menggunakan material beton, kayu, batuan alam dan material lokal lainnya, serta menggunakan warna yang tidak mencolok, sehingga menghadirkan bangunan yang kontekstual dengan lingkungan Danau Toba. Bangunan Arsitektur yang ada akan menjadi nilai-nilai yang diangkat dalam citra bangunan kuliner sehingga memaksimalkan kearifan lokal. Rumah Adat tradisional menjadi wujud yang paling menonjol, memberikan konsep-konsep arsitektur tradisional Danau Toba.
79
Gambar 5.6 Konsep bentuk dan citra bangunan
Sumber analisis
Selain bentuk dasar yang kontekstual dengan lingkungan, geometri bangunan Jabu Bolon pada Arsitektur Batak Toba menjadi nilai lokalitas yang dimasukkan ke dalam bentuk bangunan kuliner tersebut menjadi media perkenalan kekayaan Arsitektur Batak Toba. Nilai kearifan lokal ini menjadi ciri yang menjadi daya tarik wisatawan, setiap pengunjung mendapat nilai edukasi dari setiap massa bangunannya.
Segitiga
Segiempat
Area Pujasera
Area Entrance
Area Sirkulasi
Area Resto
Area Outdoor Area Bermain
Area Hiburan Area Bermain
80
Gambar 5.7 Analisis Konsep Arsitektur Jumah Bolon
Sumber slideshare.net ; analisis
Arsitektur Batak Toba menunjukkan konsep yang mengarah pada geometri segitiga dan segiempat, dengan tiang-tiang pondasi yang tinggi Hal ini mendukung konsep ekologis. Konsep ini dituangkan dalam massa bangunan dengan strategi yang mirip dan mendukung konsep ekologis pada bangunan, besaran ruang yang tercipta pada bagian segitiga mendukung proses insulasi udara, juga dibantu dengan model panggung pada bagian bawah/persegi. Selain itu, penggunaan material lokal memperkuat konsep ekologis, juga diperkaya dengan seni ornament Gorga.
---
Gambar 5.8 Geometri dasar massa
Gambar 5.9 Gorga Batak
Sumber komunitas-batak.com
4 persegi panjang dengan ukuran panjang 2 kali lebarnya
Tiang bentuknya bulat denga diameter 50-70 cm
Tinggi pondasi sampai puncak atap (ulu paung) 13 m
81
C. Konsep Tata Ruang Dalam ( pemecahan masalah sirkulasi, kualitas ruang, akses, hubungan dan kebutuhan ruang untuk kenyamanan )
Konsep tata ruang dalam merupakan konsep dasar yang mempengaruhi perancangan skala mikro, yaitu ruang yang mewadahi aktivitas pengunjung. Beberapa faktor yang mempengaruhi tata ruang dalam dan yang mempengaruhi fungsi ruangnya dan menjadikan konsep pengolahan ruang tersebut, yaitu zonasi ruang, hubungan antar ruang, dan sirkulasi di dalam bangunan.. Berikut ini adalah penjelasan konsep tata ruang dalam tersebut.
1. Kebutuhan Ruang a. Area Entrance
Tabel 5.1 Kebutuhan Ruang Area Entrance Jenis
Ruang
Letak Ruang
Kapasitas Standar m2
Luas (m2) Keterangan
Parkir Luar 50 mobil 100 motor
4 bus
10 1.5 58.5
500 150 234 Lobby Arah luar
ke dalam
1 36 36 entrance
Pos jaga Luar 1 4 4
Total 924
Sumber Analisis
b. Area Pujasera
Tabel 5.2 Kebutuhan Ruang Area Pujasera Jenis
Ruang
Letak Ruang
Kapasitas Standar m2
Luas (m2)
Keterangan
Stand + dapur
Dalam 1 16 400 25 stand x
16 m2= 400
Area makan Dalam 350 2,15 752.5
wastafel Dalam 10 4 40
82
Entrance Luar ke dalam
1 6 6
Kasir Dalam 1 4 4
Dapur Dalam 1 12 12
R.Penyewa Dalam 2 16 32 2 pria,2
wanita
R.Karyawan Dalam 1 16 16
Total 1262.5
Sumber Analisis
c. Area Restoran
Tabel 5.3 Kebutuhan Ruang Area Restoran Jenis
Ruang
Letak Ruang
Kapasitas Standar m2
Luas (m2)
Keterangan
Loby Luar ke dalam
1 25 25
Area makan Dalam 2 240 480 6m2 x 40
meja = 240
Wastafel Dalam 2 4 8
Lavatory Dalam 2 16 32 2 pria 2
wanita
Janitor Dalam 1 2 2
Dapur Dalam 1 30 30
R.Karyawan Dalam 1 16 16
Gudang Dalam 1 16 16
R.Teknik Dalam 1 16 16
Total 625
Sumber Analisis
83
d. Fasilitas Pengelola
Tabel 5.4 Kebutuhan Ruang Pengelola Jenis
Ruang
Letak Ruang
Kapasitas Standar m2
Luas (m2)
Keterangan
R.Direktur Dalam 1 12 12
R.Sekretaris Dalam 1 9 9
R.Manager staff
Dalam 5 25 125
R.Rapat Dalam 25 2 50
R.Tamu Dalam 4 2.5 10
Pantry Dalam 1 15 15
R.Ibadah Dalam 1 25 25
Wc Dalam 4 16 64
Gudang Dalam 1 9 9
Parkir Luar 5 mobil 20 motor
10 1.5
50 30 Total 399
Sumber Analisis
e. Fasilitas Penyewa
Tabel 5.5 Kebutuhan Ruang Penyewa Jenis
Ruang
Letak Ruang
Kapasitas Standar m2
Luas (m2)
Keterangan
Pantry Dalam 1 9 9
R.ganti Dalam 1 16 16
R.istirahat Dalam 1 25 25
Wc Dalam 2 16 32
Parkir Luar 5 mobil 40 Motor
10 1.5
50 60 Total 192
Sumber Analisis
84
f. Fasilitas Lainnya
Tabel 5.6 Kebutuhan Ruang Fasilitas lain Jenis
Ruang
Letak Ruang
Kapasitas Standar m2
Luas (m2)
Keterangan
Area Front Walk dan Boat Dock
Luar 3 9 27
Teknik, genset
Dalam 1 9 9
Cleaning service, operator
Dalam 1 9 9
Total 45
Sumber Analisis
Jadi, dalam kebutuhan ruang total keseluruhan area adalah 3447.5 m2.
2. Zonasi Ruang
Zonasi ruang ditentukan berdasarkan tingkat privasi keberadaan dan zona yang diwadahi. Zona yang bersifat publik diletakkan berdekatan dengan sisi jalan utama sehingga berfungsi sebagai area pintu masuk kawasan, dapat saling berkaitan dan paling mudah dicapai. Zona yang bersifat semi-privat diletakkan setelah yang bersifat public atau diletakkan di antara area publik dan privat sehingga dapat menjaga privasi sekaligus fungsi yang harus dicapai. Zona yang bersifat privat diletakkan di area yang paling tenggara yang tersamar dalam pencapaiannya dan cenderung lebih sulit diakses, hal ini agar fungsi tidak bercampur dan fasad tidak terganggu, dan memaksimalkan fungsi fasad menjadi daya tarik bangunan.
85
Gambar 5.10 Konsep Zonasi Ruang
Sumber Analisis
3. Hubungan Antar Ruang
Hubungan antar ruang dikembangkan berdasarkan konsep zonasi ruang. Zona publik harus dapat mengakses zona publik lainnya secara langsung dan mengakses zona semiprivate pada alurnya sesuai subjeknya. Zona privat tidak dapat mengakses langsung zona semiprivat bila tidak segaris dengan fungsinya, yang artinya zona semiprivat pengunjung dengan pengelola terpisah.
Gambar 5.11 Konsep Hubungan Antar Ruang
Sumber Analisis
86
4. Sirkulasi dalam Bangunan
Sirkulasi dalam Bangunan ditentukan berdasarkan hubungan antar ruang yaitu sirkulasi antar zona dan juga sirkulasi antar ruang. Pintu masuk berhubungan dengan zona publik parkir yang kemudian dapat diakses menuju zona publik pengunjung dan pengelola yang memfasilitasi berbagai kebutuhan utama secara langsung. Dari zona publik parkir juga bisa mengakses zonasemiprivat dengan akses yang tidak langsung namun berdekatan. Untuk sirkulasi masing masing di dalam zona menggunakan sirkulasi linier dan bebas yang berguna untuk mengarahkan pengunjung secara segaris yang ada dalam zona tersebut.
Gambar 5.12 Konsep Sirkulasi dalam Bangunan
Sumber Analisis
D. Konsep Ekowisata pada Bangunan ( sebagai jawaban atas masalah ekologis bangunan dan keterkaitan dengan lingkungan )
Tercapainya sebuah wisata kuliner yang berwawaskan ekologis merupakan konsep yang menjadi jawaban masalah lingkungan Danau Toba sebagai sebuah kawasan wisata yang ramah dan mengutamakan aspek konservasi alam. Wisata kuliner yang ekologis adalah wisata kuliner yang terjaga dan menjaga lingkungan dengan strategi ekodesain dan berkelanjutan. Wisata kuliner yang ekologis dicapai melalui rancangan strategi desain pada wujud bangunan kuliner yang memiliki sistem bangunan yang
87
berkaitan langsung dengan alam secara baik dan berkelanjutan. Adapun strategi yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Pencahayaan (Eco Lighthing Concept)
Mengumpulkan cahaya yang masuk dan meneruskan ke dalam bangunan dengan berbagai sumber dan meminimalkan penggunaan energy listrik.
a. Toplighthing, Sidelighthing, Light Shelves
Strategi ini memaksimalkan potensi sinar matahari langsung (skylight) dari bagian atas dan samping bangunan. Ini bisa diterapkan pada bangunan seperti ruang makan pada area pujasera, dengan desain ceiling yang dibelokkan dan dengan bukaan samping yang ditambah kanopi pada bagian dalam bangunan.
Biasanya menggunakan bahan kaca akrilik bening dan transparan. Cahaya masuk akan dipantulkan ke arah interior bangunan yang diinginkan.
Gambar 5.13 Konsep Toplighthing dan Sidelighthing
Sumber Analisis
b. Internal Reflectances
Strategi pencahayaan dengan memantulkan cahaya menggunkan bahan yang memiliki sifat refleksi yang baik. Bahan yang digunakan dalam bangunan nanti berupa aluminium, air, plaster putih, dan bahan concrete lainnya yang didesain pada sisi dinding, lantai, furniture, dan langit, langit.
88
c. Shading Devices
Pengumpulan cahaya dengan strategi desain pada shading bangunan.
Gambar 5.14 Shading Device
Sumber faculty.ivytech.edu
2. Penghawaan
Konsep penghawaan yang digunakan adalah croos ventilation, stack ventilatition dan Evaporative Cool Towers yang meminimalkan penggunaan AC pada bangunan dan site yang notabene adalah daerah danau dan perbukitan yang memiliki tingkat kecepatan angin yang lumayan tinggi.
a. Cross ventilation
Sistem ini didesain pada ventilasi yang memasukkan cahaya dengan alur menyilang. Konsep ini bisa diterapkan pada semua ruangan yang bersifat public, seperti area makan dan area yang berhubungan langsung dengan pengunjung.
Gambar 5.15 Cross ventilation
Sumber Analisis
89
b. Stack Ventilation
Strategi penghawaan yang pasif yang memberikan fungsi penghawaan dalam berbagai tingkat suhu. Stack ventilation ini bisa digunakan pada area pengelola dan kantor administrasi di bangunan nantinya.
Gambar 5.16 Stack Ventilation
Sumber Analisis
c. Evaporative Cool Towers
Daerah kawasan merupakan daerah pinggir danau sekaligus daerah perbukitan, hal ini mendukung untuk penggunaan evaporative cool tower pada bangunan. Ini merupakan strategi penghawaan yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan kondisi cuaca dan site.
Gambar 5.17 Evaporative cool tower
Sumber Analisis
90
3. Energi
Energi yang bisa diproduksi secara mandiri merupakan ciri bangunan yang ekologis dan berkelanjutan. Hal ini diterapkan pada bangunan nantinya. Strategi yang digunakan adalah dengan penggunaan Photovoltaics, Sistem recovery energy, dan microhydro turbines. Hal ini bertujuan untuk mengefisiensikan kebutuhan energy dan menggunakan energy yang terbarukan dari bangunan itu sendiri.
a. Photovoltaics
Memproduksi energy listrik melalui konversi langsung dari pancaran sinar matahari. Sebuah Photovoltaics menghasilkan direct current (DC) output.
Output DC ini bisa digunakan langsung ke sumber energi DC, atau disetor ke sistem energy baterai, atau dikonversi ke alternating current (AC) ke penampung energy AC atau ke alat elektrik.
Penggunaan Photovoltaics ini pada bangunan nantinya kan mereduksi penggunaan energy untuk seluruh altivitas kuliner. Photovoltaics bisa dipasang pada atap dan fasad bangunan kuliner itu sendiri.
Gambar 5.18 Penggunaan Photovoltaics pada fasad
Sumber epia.org
b. Energy Recovery System
Memaksimalkan penggunaan energy sehingga tidak ada energy yang terbuang, seperti limbah panas dari alat elektrik dikumpulkan dan digunakan kembali seperti memanaskan air, memanaskan atau mendinginkan ruangan.
Pada aktivitas memasak, akan banyak energy panas yang dibuang dari berbagai alat elektrik, panas ini bisa dikonversikan menjadi energy untuk digunakan kembali pada bangunan.
91
Gambar 5.19 Heat Recovery System
Sumber Kwok + Grondzik (2011 : 223)
c. Microhydro Turbines
Potensi air Danau bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik, dengan microhydro turbines pada site bangunan. Ini menambah sumber energy yang terbarukan pada kawasan ini nantinya.
4. Air dan Limbah
Air merupakan kebutuhan utama, namun air bisa menjadi berbahaya dan merusak lingkungan danau jika limbahnya tidak diperlakukan secara baik, adapaun strategi yang digunakan adalah sebagai berikut.
a. Water reuse/ Recycling
Greywater yang berasal dari lavatory, shower, mesin cuci, dan yang lainnya yang tidak termasuk limbah manusia bisa digunakan kembali untuk kebutuhan irigasi, sprinkler, plumbing sistem dan lainnya. Greywater ini mengandung lebih sedikit nitrogen dibanding blackwater sehingga lebih mudah diolah dengan filter pada sistem water treatment sistem. Tindakan penggunaan
92
kembali air ini merupakan konsep bangunan yang ekologis dan berkelanjutan, mendukung konsep konservasi alam.
Gambar 5.20 Contoh Penggunaan kembali greywater
Sumber builtsmartresources.com
b. Water Catchment Sistem dan Living Machines
Sistem ini merupakan cara pengumpulan air hujan dengan menggunakan sistem tangki pengumpul. Curah hujan yang tinggi pada site dan air yang melimpah mengharuskan bangunan mampu menampung dan mengumpulkan air yang masuk ke site dengan skema pengumpulan dan penyaringan untuk mendapatkan air yang layak pakai atau bahkan bisa digunakan pada ekosistem sekitar site seperti tanaman dan elemen landscaping lainnya.
Gambar 5.21 Skema Catchment sistem
Sumber builtsmartresources.com
c. Zero run-off Sistem dengan penyelesaian Previous Surfaces
Zero run-off berkaitan dengan water catchment sistem yaitu melalui pengumpulan air pada seluruh site bangunan. Zero run off diselesaikan dengan cara penggunakan material yang berpori pada seluruh permukaan site
93
kawasan (Previous Surfaces). Strategi ini bekerja sangat baik jika menggunakan material yang berpori pada landscape bangunan. Air yang dikumpulkan bisa digunakan kembali mengakomodasi kebutuhan air seluruh kawasan.
Selain konsep yang di atas, konsep yang lain yang mendukung ekologisnya bangunan adalah isnsulation material, strawbale construction, strucutural insulated panels, glazing, doubles envelopes, dan green roofs. Konsep ini melengkapi tercapainya sebuah wisata kuliner yang ramah lingkungan, dan menjaga kelesatarian lingkungan yang berkelanjutan.
94