• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI ERA GENERASI MILENIAL 4.0

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI ERA GENERASI MILENIAL 4.0"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

NUANSA : Jurnal Ilmiah Pendidikan

STKIP Al Amin Dompu

http://www.stkip-al-amin-dompu.ac.id/ojs/index.php/nuansa

p-ISSN: 2252-4975 e-ISSN: 2622-7665 pp. 6-12

6

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI ERA GENERASI MILENIAL 4.0

1Miskan, 2Sofyan Syamratulangi

1

Jurusan Pendidikan Agama Islam, STAI Al Amin, Dompu. Jl. Wawanduru No 2a Dompu, Indonesia,

miskandompu99@gmail.com

2

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STKIP Al Amin, Dompu. Jl. Wawanduru No 2a Dompu, Indonesia,

syamratulangisofia@gmail.com

Abstrak

Artikel ini mendeskripsikan tentang Penguatan Pendidikan Karakter bagi Generasi Millenial.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat memberikan berbagai manfaat positif dan juga dampak negatif bagi kehidupan terutama bagi generasi muda saat ini atau yang sering disebut generasi millenial.

Generasi millenial merupakan generasi yang dalam kehidupannya tidak terlepas dari yang namanya teknologi. Gereasi millenial menjadikan teknologi informasi sebagai gaya hidup atau lifestyle. Generasi millenial rentan sekali terhadap permasalahan yang terjadi di sosial media karena pada generasi ini sebagian besar waktunya dihabiskan dengan berselancar di dunia maya. Maka dari itu seiring perkembangan teknologi di era digital perlu adanya pengendali yang kuat agar mampu memilih nilai-nilai dan kebudayaan asing yang masuk ke indonesia, salah satunya melalui pendidikan. Pentingnya pendidikan berbasis karater bangsa untuk generasi millenial saat ini agar dapat membekali individu untuk bersaing di era millenial. Karakter atau kepribadian akan menjadi pengendali untuk individu menggunakan teknologi dan informasi yang baik sesuai dengan manfaatnya. Sehingga banyaknya budaya dan informasi dari luar yang masuk ke indonesia akan tersaring dengan baik tanpa membuat dampak negatif yang berlebihan bagi generasi millenial.

Kata kunci: Generasi Millenial, Pendidikan Karakter Abstract

This article describes the Strengthening of Character Education for Millennials. The rapid development of technology provides a variety of positive benefits and also negative impacts on life, especially for the younger generation today or often called the millennial generation. Millennial generation is a generation that in their life can not be separated from the name of technology. Millennials make information technology a lifestyle or lifestyle. Millennials are very vulnerable to problems that occur in social media because in this generation most of their time is spent surfing the internet. Therefore, as the development of technology in the digital era requires a strong controller to be able to choose foreign values and cultures that enter Indonesia, one of them is through education. The importance of national character-based education for the current millennium generation in order to equip individuals to compete in the millennial era. Character or personality will be the controller for individuals using good technology and information in accordance with its benefits. So that a lot of culture and information from outside who enter Indonesia will be filtered well without making excessive negative impacts for the millennial generation.

Keywords: Millennial Generation, Character Education

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi pada saat ini berkembang begitu pesat dan semakin canggih

sehingga sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Pada saat ini dampak arus

globalisasi sudah tidak bisa dibendung lagi. Hal tersebut dimulai dengan mudahnya

masyarakat mendapat informasi dari belahan dunia manapun. Salah satu fenomena penting

dalam arus globalisasi ialah telah melahirkan generasi gadget atau yang menandai munculnya

generasi millenial. Generasi millenial ialah generasi yang dalam kehidupannya tidak terlepas

dari yang namanya teknologi. Gereasi millenial menjadikan teknologi informasi sebagai gaya

hidup atau lifestyle(Wahana, 2015).

(2)

7 Seiring dengan kemajuan teknologi pada era sekarang, banyak memunculkan dampak positif dan juga dampak negatif bagai kehidupan seseorang. Dampak tersebut berupa perubahan perilaku, sikap dan pola pikir manusia. Mudahnya seseorang mencari informasi dari luar tanpa adanya penyaringan informasi, akan membuat banyaknya dampak dari luar yang akan mempengaruhi pola pikir maupun perilaku seseorang. Terutama pada generasi millenial yang tidak lepas dari teknologi, pengaruh arus globalisasi sangat mereka rasakan(Lalo, 2018).

Peradaban kehidupan yang semakin maju dan berkembangnya teknologi bisa menjadi salah satu faktor runtuhnya moral dan etika manusia. Melihat kenyataan yang ada saat ini, masih banyak generasi bangsa yang belum memiliki kepribadian (moral) yang baik. Melihat realitas yang ada, muncul berbagai permasalahan yang terjadi di sosial media seperti penyebaran berita hoax dan sebagainya.Berita atau informasi yang belum tentu benar seharusnya dicari tau dulu kebenarannya justru sudah disebar luaskan secara mentah dan membuat konflik berbagai pihak. Hal tersebut mencermikan pola perilaku yang menyimpang dari etika yang ada. Memasuki era millenial seperti sekarang, seseorang perlu pengendali yang kuat agar mampu memilih nilai-nilai dan kebudayaan asing yang masuk ke indonesia, salah satunya melalui pendidikan(Rafid, 2018).

Pendidikan merupakan jalan terbaik untuk membangun seseorang. Seperti yang tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003, yang secara sederhana pendidikan berfokus kepada tiga hal penting yaitu, pengetahuan, ketrampilan dan sikap (Kepribadian/karakter). Pendidikan karakter sekarang sedang intensif dilakukan di sekolah-sekolah karena selama ini pelaksanaan pendidikan karakter belum terealisasikan dengan baik dan masih sampai pada tingkatan pengenalan norma-norma dan belum pada tingkatan internalisasi pada kenyataan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti contoh kasus di atas mencerminkan rendahnya moral atau karakter seseorang(Fitriyani, 2018).

Pentingnya pendidikan berbasis karater bangsa untuk gerasi muda atau generasi millenial saat ini agar dengan pendidikan yang berbasis karakter dapat membekali individu untuk bersaing di era millenial. Karakter atau kepribadian akan menjadi pengendali untuk individu menggunakan teknologi dan informasi yang baik sesuai dengan manfaatnya. Sehingga banyaknya budaya dan informasi dari luar yang masuk ke indonesia akan tersaring dengan baik tanpa membuat dampak negatif yang berlebihan bagi individu. Maka pentingnya penanaman pendidikan berbasis karakter bangsa sejak awal untuk menyiapkan generasi millenial agar tidak mudah terpengaruh budaya dari luar dalam bersaing di era saat ini(Lalo, 2018)

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah model penelitian ini memggunakan model penelitian kualitatif dengan kajian literatur. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, atau kepercayaan orang yang diteliti;

kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Generai Millenial

Millenial berasal dari bahasa inggris millenium yang berarti masa seribu tahun. Millenial adalah sebutan untuk masa yang terjadi setelah globalisasi atau era modern. Sedangkan generasi millenial merupakan generasi atau individu yang lahir pada tahun 1981-2000.

Generasi millenial ialah generasi yang dalam kehidupannya tidak terlepas dari yang

namanya teknologi. Gereasi millenial menjadikan teknologi informasi sebagai gaya

hidup atau lifestyle.Generasi millenial itu ditandai dengan meningkatnya penggunaan alat

(3)

8 komunikasi, media dan teknologi informasi yang digunakan (internet, youtube, instagram, dan lain sebagainya). Generasi millenial bisa disebut sebagai inovator, karena mereka mencari, belajar, bekerja dalam inovasi yang sangat mengandalkan teknologi untuk melakukan perubahan di dalam berbagai aspek dalam kehidupannya (Nata, 2017;

Walidah, 2017).

Generasi millenial merupakan generasi modern yang aktif bekerja, penelitian, berpikir inovatif, terbuka, fleksibel, dll. Generasi millenial berbeda dengan generasi sebelumnya, dimana generasi ini mempunyai pendidikan tinggi dan mereka cukup terbiasa dengan perkembangan teknologi bahkan sebagian besar dari mereka adalah ahli teknologi.

Generasi millenial saat ini tercatat banyak berperan dalam berbagai bidang seperti ekonomi, sosial politik dan IPTEKS. Karakteristik yang terbentuk pada generasi millenial saat ini ialah percaya diri, harga diri tinggi, lebih terbuka terhadap perubahan dan generasi yang kecanduan internet(Panjaitan & Prasetya, 2017; Prasetyanti, 2017).

Generasi millenial (Digital Native) di Indonesia menempati jumlah populasi terbesar saat ini. Mereka bukan hanya pengguna sosial saja tetapi juga pembuat konten media yang dijadikan bentuk pesan interaksi di dunia maya. Pola pikir generasi millenial berbeda bila dibandingkan generasi sebelumnya. Transformasi cara berpikir yang multitasking membuat millenial dapat menyelesaikan tugas dengan cepat. Generasi millenial memiliki ketergantungan sangat tinggi terhadap fasilitas yang diberika oleh sosial media.

Kebutuhan hidup millenial sudah terintegrasi sepenuhnya dengan adanya internet.

Millenial menjadi bagian lingkungan digital yang akrab dengan internet sejak mereka kecil, sehingga kebutuhan primer, sekunder dan tertier terasa dapat terpenuhi seluruhnya melalui genggaman sebuah gawai (gadget) (Supratman, 2018).

Generasi millenial memiki beberapa karakteristik berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Boston Consulting Group (BCG) bersama University of Berkley tahun 2011 dengan tema American Millenials. Pertama, generasi millenial tidak percaya dengan informasi yang hanya satu arah. Artinya mereka lebih percaya informasi atau konten yang dibuat perorangan. Misalnya dalam pola konsumsi banyak dari mereka memutuskan membeli produk setelah melihat review yang dilakukan orang lain di sosial media. Kedua, generasi millenial lebih memilih smartphone dibanding televisi. Generasi millenial lebih suka mendapat informasi dari smartphonenya. Ketiga, millenial wajib mempunya sosial media. Sosial media merupakan hal wajib bagi generasi millenial sebagai tempat berkomunikasi dan berekspresi. Keempat, millenial lebih menyukai membaca buku online (ebook) dibanding buku konvensional. Kelima, millenial hampir menghabiskan waktunya 24/7 untuk online sosial media. Mulai dari berkomunikasi, berbelanja, dan lain sebagainya. Keenam, millenial tidak banyak melakukan transaksi secara cashless.

Semakin canggihnya teknologi generasi ini lebih suka tidak repot membawa uang tetapi lebih praktis dengan gesek atau tapping. Bahkan transportasipun mereka lebih mengandalkan teknologi (Syamratulangi, 2019).

b. Perkembangan Teknologi dan Dampaknya Bagi Generasi Millenial

Era millenial yang berbasis digital application dewasa ini sedang menjadi isu utama

dalam berbagai lini. Sebagai generasi di era millenial yaitu generasi millenial rentan

sekali terhadap social media harassment (pelecehan sosial media) hingga masalah

cybercrime yang memberi pengaruh negatif terhadap pola pikir generasi muda di

Indonesia.Ditambah mudahnya mendapatkan informasi dari dunia luar tanpa

penyaringan informasi yang tepat membuat adanya dampak dari luar yang dapat

mempengaruhi perilaku terutama bagi generasi millenial. Realitanya, penggunaan

(4)

9 internet dan sosial media saat ini banyak bertentangan dengan nilai etik dan moral. Di tengah banyaknya manfaat yang diberika dengan berkembangannya teknologi namun aspek etis selalu menjadi permasalahan. Di sisi lain perkembangan teknologi yang semakin pesat, terutama dalam penggunaan internet dan sosial media banyak memicu dan menyebabkan perpecahan sosial seperti penyabaran berita hoax. Berita yang belum tentu kebenarannya disebar luaskan secara mentah dan menjadi viral sehingga membuat konflik di berbagai pihak(Fahrimal, 2018; Prasetyanti, 2017).

Kepopuleran sosial media di era millenial seperti saat ini menyimpan berbagai potensi dan dampak negatif yang merugikan generasi muda. Kemudahan dalam segala perkerjaan dengan berbagai aplikasi dan teknologi justru menjadikan individu semakin lebih sedikit bergerak, cenderung malas, dan aktivitas fisik berkurang. Populernya sosial media di kalangan generasi milenial telah meningkatkan resistensi di dunia nyata. Sosial media digunakan generasi millenial untuk mengekspresikan eksistensi mereka di dunia maya. Dalam konstruksi pikiran mereka, sehari tidak menggunakan sosial media sama seperti tercabut dari peradaban dunia. Situs jejaring sosial sering disalahkan karena menyebabkan kecanduan bagi generasi muda dan mengisolasi mereka dari teman dan keluarga. Kecanduan sosial media pada generasi muda membawa konsekuensi pelanggaran etika dan moral di sosial media. Kondisi ketiadaan etika dan moral ini disebabkan euforia generasi muda dalam menyambut teknologi media baru ini. Dengan sosial media manusia dapat menjelajah secara bebas di dalam dunia fantasi, halusinasi, dan ilusinya tanpa perlu pengendali sosial, moral, spiritual, dan etika. Maka hal tersebut menjadi sangat lekat dengan pelanggaran etika, moral dan nilai-nilai spiritual yang bersifat universal (Fahrimal, 2018)(Setiawan, 2017).

Hasil penelitian Whittaker dan Kowalski (2015) mengatakan bahwa tren Cyberbullying sangat tinggi di sosial media. Riset ini juga menunjukkan generasi millenial sangat mudah melakukan pelanggaran etika yang sangat berbahaya bagi perkembangan mental baik individu maaupun sosial. Mereka memang lahir dan berkembangan dalam kemajuan teknologi, tetapi mileniall memiliki sisi lemah. Hal ini terlihat dari produk teknologi yang sering digunakan seperti internet dan sosial media, generasi millenial mempunyai sisi negatif yang kadang membuat mereka tidak lepas dari kritik tajam. Aspek yang sering disoroti dari millenial adalah etika dan moral yang mereka tampilkan di ruang publik. Norma kebebasan yang sering dibawa oleh millenial mereka seakan lupa dan mengabaikan etika dan moral dalam bermasyarakat. Permasalahan sosial muncul seperti ujaran kebencian, bullying, menyebar berita palsu dan lain sebagainya sering dilakukan saat mereka menggunakan sosial media (Fahrimal, 2018; Tapscot, 2009).

Melihat besarnya pengaruh perkembangan teknologi di era millenial terhadap kehidupan

generasi muda, baik pengaruh positif maupun negatif perlu adanya pencegahan yang

tepat. Kemerosotan moral di kalangan masyarakat khususnya generasi millenial menjadi

salah satu tantangan yang harus diselesaikan. Berbagai permasalahan yang sering

menghamipiri generasi muda di era millenial ini perlu adanya pencegahan salah satunya

dengan pendidikan yang sesuai dengan tantangan zaman. Perkembangan teknologi yang

membawa dampak negatif bagi generasi millenial perlu diimbangi dengan peningkatan

kualitas budi pekerti. Maka dalam bersosial media perlu adanya tata krama dan sopan

santun serta nilai-nilai etis lainnya perlu dijunjung tinggi. Memang perilaku etis dalam

bersosial media sulit dikendalikan tetapi setidaknya ada aturan atau etika yang menjadi

panduan bagi generasi millenial agar lebih literate internet (Fahrimal, 2018).

(5)

10

c. Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Generasi Millenial

Era digital harus disikapi dengan serius, penguasaan dan mengendalikan peran teknologi dengan baik agar dapat membawa manfaat yang positif bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini pendidikan harus menjadi pengendali utama untuk memahami, menguasai dan memperlakukan teknologi dengan benar. Dalam hal ini perlunya penanaman dan penguatan pendidikan berbasis karakter. Seorang indidvidu tidak cukup hanya jika dibekali dengan pembelajaran intelektual saja tetapi harus diimbangi dengan pendidikan dari segi moral dan spiritualnya. Dalam hal ini perlunya penguatan pendidikan karakter bagi generasi muda seiring dengan perkembangan intelektualnya. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasiona yang tertuang dalam UU RI No. 2003 tahun bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara(Lalo, 2018; Setiawan, 2017).

Pendidikan berbasis karakter merupakan sebuah pembelajaran yang sangat perlu dilakukan untuk memperbaiki kualitas moral generasi muda. Karakter merupakan jati diri seseorang yang menentukan sikap dan perilaku seseorang di masyarakat. Pendidikan berbasis karakter merupakan cara untuk membuat seseorang mengerti, memahami dan bertindak sesuai dengan etika dan norma yang berlaku. Pendidikan berbasis karakter telah menjadi agenda nasional saat ini. Sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan presiden tentang Penguatan Pendidikan Karakter yang tertuang dalam Perpres No. 87 Tahun 2017, bahwa arahan ini sebagai dasar dari revolusi mental yang menjadi salah satu tujuan pemerintah melalui sektor pendidikan (Nurlina, 2014; Rafid, 2018).

Penguatan Pendidikan Karakter merupakan gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). Gerakan PPK dilakukan dalam rangka mempersiapkan generasi emas Indonesia tahun 2045 dengan menjadikan manusia Indonesia yang bertakwa, nasionalis, tangguh, mandiri dan memiliki keunggulan bersaing global.

Gerakan PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) memiliki tujuan sebagai berikut:

Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan, Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21, Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olah rasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi), dan olah raga (kinestetik), Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru, siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi pendidikan karakter, Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumbersumber belajar di dalam dan di luar sekolah dan Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) (Effendy, 2017).

Harapannya bagi generasi millenial dengan pendidikan karakter diharapkan dapat

mengembangkan potensi kalbu atau nurani sebagai manusia dan warga negara yang

memiliki nilai-nilai budaya bangsa. Dapat mengembangkan kebiasaan dan perilaku yang

terpuji sejalan dengan tradisi dan budaya bangsa yang religius. Menanamkan tanggung

(6)

11 jawab sebagai generasi penerus bangsa ke depan. Mengembangkan kemampuan mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan, serta mengembangkan lingkungan baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah yang jujur, penuh kreativitas, persahabatan, saling menghargai sesama dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi. Pendidikan karakter di harapkan juga akan membantu untuk mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan perilaku yang membantu generasi millenial untuk hidup dan bekerjasama dengan orang lain.

Dengan kata lain mengajarkan untuk mampu berbaur dengan orang lain atau bangsa lain dengan tetap mempertahankan identitas dan budaya bangsa (Maunah, 2014; Octavia and Rube, 2017).

KESIMPULAN

Seiring dengan perkembangan teknologi di era digital, perlu adanya pengendali agar generasi muda mampu menggunakan teknologi sebagaimana mestinya yang dapat membawa manfaat positif bagi kehidupannya. Sebagai generasi di era millenial yaitu generasi millenial rentan sekali terhadap penyalahgunaan sosial media yang memberi pengaruh negatif terhadap pola pikir generasi muda di Indonesia. Pendidikan harus menjadi pengendali utama untuk memahami, menguasai dan memperlakukan teknologi dengan benar. Dalam hal ini perlunya penanaman dan penguatan pendidikan berbasis karakter. Seorang indidvidu tidak cukup hanya jika dibekali dengan pembelajaran intelektual saja tetapi harus diimbangi dengan pendidikan dari segi moral dan spiritualnya. Dalam hal ini perlunya penguatan pendidikan karakter bagi generasi muda seiring dengan perkembangan intelektualnya. Harapannya bagi generasi millenial dengan pendidikan karakter diharapkan dapat mengembangkan potensi kalbu atau nurani sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya bangsa. Serta dapat memanfaatkan kemajuan teknologi yang semakin pesat dengan benar dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan etika dan moral dalam menggunakan teknologi khususnya dalam bersosial media

DAFTAR PUSTAKA

Blitar, T. (2014). The implementation of character education in the formation of students’

holistic personality, 90–101.

Effendy, M. (2017). Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter.

Fahrimal, Y. (2018). Netiquette : Etika Jejaring Sosial Generasi Milenial Dalam Media Sosial Netiquette : The Ethics Of Millenial-Generation Social N Etiquette : The E Thics Of M Illenial-G Eneration Social Networks In S Ocial Media. Jurnal Penelitian Pers Dan Komunikasi Pembangunan, 22(1), 69–78.

Fitriyani, P. (2018). PENDIDIKAN KARAKTER BAGI GENERASI Z. In Prosiding Konferensi Nasional Ke- 7 Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah „Aisyiyah (APPPTMA) 307 (pp. 307–314).

Lalo, K. (2018). Menciptakan Generasi Milenial Berkarakter dengan Pendidikan Karakter guna Menyongsong Era Globalisasi. Jurnal Ilmu Kepolisisan, 12(2), 68–75.

Nata, A. (2017). Pendidikan Islam Di Era Milenial. Journal Of Islamic Education (JIE), II(1), 74–88.

Nurlina. (2014). Membangun Pendidikan Berkarakter. Jurnal Pencerahan, 8(2), 90–97.

Octavia, E., & Rube, M. A. (2017). Penguatan pendidikan karakter berbasis pancasila untuk membentuk mahasiswa prodi ppkn menjadi warga negara yang baik dan cerdas, 4(1), 111–124.

Panjaitan, P., & Prasetya, A. (2017). Pengaruh Social Media Terhadap Produktivitas Kerja Generasi Millenial ( Studi Pada Karyawan PT . Angkasa Pura I Cabang Bandara Internasional Juanda ). Jurnal Administrasi Bisnis, 48(1), 173–180.

Pendidikan, J. I. (2019). N u a n s a, 8.

Prasetyanti, R. (2017). Generasi Millennial Dan Inovasi Jejaring Demokrasi Teman Ahok.

(7)

12 Jurnal Polinter, 3(1), 44–52.

Rafid, R. (2018). Konsep Kepribadian Muslim Muhammad Iqbal Perspektif Pendidikan Islam Sebagai Upaya Pengembangan Dan Penguatan Karakter Generasi Milenial. Mitra Pendidikan, 2(7), 711–718.

Setiawan, W. (2017). Era Digital dan Tantangannya. In Seminar Nasional Pendidikan 2017 (pp. 1–9).

Supratman, L. P. (2018). Penggunaan Media Sosial oleh Digital Native. Jurnal Ilmu Komunikasi, 15(1), 47–60.

Symartulangi,S (2019) Manajemen Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik Pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Kota Bima

ManagementN U A N S A Jurnal Ilmiah Pendidikan Edisi Maret –Agustus 2019 (Volume 8 Nomor 1) IS

Tapscot, D. (2009). Grown up Digital: Yang Muda Yang Mengubah Dunia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Wahana, H. D. (2015). Pengaruh Nilai-Nilai Budaya Generasi Millennial Dan Budaya Sekolah Terhadap Ketahanan Individu ( Studi Di SMA Negeri 39 , Cijantung , Jakarta ).

Jurnal Ketahanan Nasional, 21(1), 14–22.

Walidah, I. Al. (2017). Tabayyun Di Era Generasi Millennial. Jurnal Living Hadis, 2(1),

317–344.

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan karakter yang dikelola dan dijalankan dengan kesungguhan akan mampu membawa generasi bangsa Indonesia tetap eksis di antara bangsa- bangsa lainnya di masa

Uraian diatas menggambarkan bahwa pendidikan merupakan agen perubahan yang signifikan dalam pembentukan karakter bangsa, dan pendidikan Islam menjadi bagian yang

Dalam pelaksanaannya peningkatan kompetensi literasi bagi peserta didik di SDN Wonosari Baru melalui penguatan pendidikan karakter berbasis kelas antara lain dilaksanakan

Kesimpulannya bahwa nilai karakter generasi muda sangat perlu dilakukan penguatan melalui pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat dengan menggunakan

Perguruan Tinggi berkewajiban untuk memberikan ruang dalam bentuk pendidikan karakter yang dirancang sesuai dengan karakter baik yang telah ada pada diri mahasiswa generasi

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkann bahwa penguatan pendidikan karakter berbasis kearifan lokal bagi peserta didik di sekolah dapat membentuk karakter peserta didik

pendidikan karakter dalam nilai pancasila yaitu memperkuat pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa, agar generasi muda dapat mengembangkan karakter manusia dalam

Dengan membantu generasi muda mengembangkan karakter yang kuat dan bijaksana dalam menggunakan teknologi, kita dapat membentuk individu yang tangguh dan siap menghadapi tantangan masa