PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NILAI ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI)
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 STUDI DILAKUKAN DI PUSKESMAS II DENPASAR BARAT
Wirawan N., E., (1) Ns. I Wayan Sukawana, S.Kep., M.Pd., (2) Ns. I Gusti Ayu Pramitaresthi, S.Kep. Program Studi Ilmu Keperawatan,
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar
Abstract. Diabetes mellitus (DM) is a collection of symptoms that occur in a person's body due to impaired control of blood sugar levels. One of the complications of type 2 diabetes is peripheral arterial disease. Peripheral artery disease is a microvascular damage. Diabetes Mellitus patients have increased incidence and prevalence of carotid noisy, intermitent claudication or arterial insufficiency to the tissue and the absence pedis pulse. Diabetic foot exercises is done by the patient's lower during morning and evening for 10 days every 30 minutes. This study aimed to determine the effect of diabetic foot exercises of the ankle brachial index in patients with type 2 diabetes mellitus.This study is a quasy-experimental with nonequivalent time sample design. Samples consisted of 28 people elected by purposive sampling. The data was collected by measuring blood pressure at the brachial and ankle regions using a sphygmomanometer. The results of 28 samples which contained influences of diabetic foot exercises of the ankle brachial index in patients with type 2 Diabetes mellitus intervention group. Based on data analysis using paired t-test (α ≤ 0.05) was statistically significant results with values asymp sig (2-tailed) = 0.000, but the difference in results ABI control and intervention groups using the Independent t-Test values obtained asymp sig (2 -tailed) = 0.129 means that there is no influence of the diabetic foot exercises of the ankle brachial index in patients with type 2 diabetes mellitus. Keywords: diabetic foot exercises, ankle brachial index (abi), type 2 of diabetes
mellitus PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM)
merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat tubuh
mengalami gangguan dalam
mengontrol kadar gula darah (Anani
dkk, 2012). Berdasarkan tipenya DM
di bagi menjadi dua, yaitu DM tipe 1 yang disebabkan ketiadaan insulin yang absolut akan timbulnya proses autoimun, dan DM tipe 2 timbul
akibat adanya kelainan dalam
resistensi insulin (Corwin, 2008). Manifestasi klinis DM dilihat berdasarkan derajat hiperglikemia pasien dan manifestasi klasik dari semua
jenis DM adalah poliuria (sering kencing), polidipsia (sering haus), dan
polifagia (sering makan). Gejala lain
yang timbul pada pasien DM terdiri dari penurunan berat badan, kelelahan, kelemahan, perubahan penglihatan yang tiba-tiba, kulit kering, luka pada kulit atau luka yang lambat sembuh, dan infeksi yang berulang-ulang (Price & Wilson, 2006:1263). Hiperglikemia yang kronik pada DM Tipe 2 akan mengarah kepada terjadinya proses
glycosylation yang merupakan salah satu
penyebab perubahan vaskular, dan
mikroangiopati. Sehingga pada
mikroangiopati ini akan terjadi
gangguan pada pembuluh darah
peningkatan ketebalan membran basement sehingga menyebabkan terjadinya gangguan tekanan darah pada ekstremitas bawah (Slevin, 2011:248).
Penyakit arteri perifer
merupakan kerusakan mikrovaskuler.
Penyakit arteri perifer juga dikenal dengan nama kaki diabetes karena
sekumpulan tanda dan gejala
umumnya menyerang kaki. Kaki
diabetes merupakan kelainan pada tungkai bawah yang merupakan
komplikasi kronik DM (Sudoyo,
2006:1911).
Ankle Brachial Index (ABI) merupakan pemeriksaan non invasif pembuluh darah yang berfungsi untuk mendeteksi tanda dan gejala klinis dari iskhemia, penurunan
perfusi perifer yang dapat
mengakibatkan angiopati dan
neuropati diabetik (Amstrong & Lavery, 1998 dalam Mulyati, 2009).
Berbagai macam tindakan dilakukan untuk mencegah dan
mengontrol terjadinya neuropati
diabetik dan perbaikan sirkulasi
perifer yaitu edukasi, nutrisi,
intervensi farmakologis, alternatif maupun komplementari terapi dan latihan jasmani, satu jenis latihan jasmani yang cocok bagi pasien DM yaitu Senam Kaki Diabetik (Colberg et al, 2010). Senam Kaki Diabetik memberikan efek terhadap sistem integumen. Efek utama senam kaki
diabetik pada kulit adalah
menstimulasi reseptor sensori
(Ebnezar, 2003:18).
Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas II Denpasar Barat pada Bulan Januari tahun 2013, Pada tahun 2009 angka kunjungan pasien DM 102 kali kunjungan, semenjak
dilaksanakannya paguyuban DM
tersebut, pada tahun 2010 angka
kunjungan pasien DM 578 kali dan pada tahun 2011 angka pasien DM mencapai 624 kali kunjungan.
Berdasarkan latar belakang
diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Pengaruh Senam Kaki
Diabetik terhadap Nilai Ankle
Brachial Index (ABI) pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas II Denpasar
Barat” karena Puskesmas II
Denpasar Barat telah memiliki
paguyuban DM sehingga
mempermudah peneliti dalam proses penelitian.
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan
quasy-experimental dengan
rancangan nonequivalent time
sample design untuk mengetahui pengaruh active lower ROM terhadap ankle brachial index pada pasien DM Tipe 2 sebelum dan setelah diberikan perlakuan.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah semua pasien DM Tipe 2 yang rutin
mengikuti Paguyuban DM di
Puskesmas II Denpasar Barat selama periode waktu pengumpulan data.
Peneliti mengambil sampel
berjumlah 28 orang sesuai dengan
kriteria inklusi penelitian.
Pengambilan sampel disini dilakukan
dengan cara Non Probability
Sampling dengan teknik Purposive Sampling.
Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dilakukan
dengan pengukuran ABI
menggunakan spygmomanometer
raksa kemudian dilakukan
perhitungan perbandingan antara
brachial pada masing-masing sisi (Sacks dkk, 2002).
Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data
Dari seluruh sampel yang
terpilih, akan dilakukan wawancara (pre test) terhadap responden dengan mengukur tekanan darah sistolik pada ankle dan kemudian pada brachial. Langkah selanjutnya yaitu peneliti akan memberikan latihan
senam kaki diabetik kepada
responden di rumah mereka 10 menit setiap kali pertemuan selama 10 hari. Senam kaki diabetik ini diberikan kepada responden dengan gerakan-gerakan menguatkan sendi pada pergelangan kaki, menguatkan otot kaki, menguatkan otot kaki dan jari kaki, melenturkan otot paha dan melenturkan otot betis yang rata-rata setiap gerakan dilakukan sebanyak 5-10 kali dengan durasi maksimal 30 menit. Setelah responden diberikan senam kaki diabetik sebanyak 20 kali perlakuan, responden diukur kembali hasil tekanan darah sistolik ankle dan
brachial kemudian membagi
hasilnya setelah pemberian senam kaki diabetes berakhir (pos test).
Data hasil pengukuran nilai
ABI yang telah terkumpul selama
penelitian ditabulasi ke dalam
matriks pengumpulan data yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti dan kemudian dilakukan analisis data
menggunakan program
komputerisasi. Data tersebut
dianalisis dengan menggunakan uji Paired t-Test untuk mengetahui perbedaan nilai ABI sebelum dan
setelah diberikan senam kaki
diabetik dengan tingkat kepercayaan 95%, α ≤ 0,05.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin yaitu sebesar 64,29% berjenis kelamin laki-laki, karakteristik responden berdasarkan umur sebanyak 89,3% responden dalam rentang umur <70
tahun, karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan sebanyak
42,86% sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja dan karakteristik responden berdasarkan pendidikan paling banyak sebesar 35,17% tamat SMP. Pada nilai ABI pre test pada kelompok kontrol didapatkan hasil sebanyak 50% responden termasuk klasifikasi borderline (ABI 0,9– 1,0). Pada nilai ABI post test pada kelompok kontrol didapatkan hasil sebanyak 100% responden termasuk klasifikasi borderline (ABI 0,9– 1,0). Pada nilai ABI sebelum dilakukan senam kaki diabetik pada kelompok intervensi didapatkan hasil sebnayak
57,14% responden termasuk
klasifikasi borderline (ABI 0,9–1,0). Pada nilai ABI setelah dilakukan senam kaki diabetik pada kelompok intervensi didapatkan hasil sebnayak
92,86% responden termasuk
klasifikasi borderline (ABI 0,9–1,0). Pada analisis pengaruh ABI pre dan post test pada kelompok kontrol didapatkan hasil p value (0,062) > α
(0,05) yang berarti tidak ada
pengaruh signifikan pada nilai ABI pre test dan post test kelompok
kontrol. Analisis Pengaruh ABI
Sebelum dan Setelah Dilakukan
Senam Kaki Diabetik pada
Kelompok Intervensi didapatkan
hasil p value (0,000) < α (0,05) ) sehingga terdapat pengaruh yang signifikan terhadap nilai ABI pada responden kelompok intervensi.
Berdasarkan hasil uji beda
dua sampel berpasangan untuk
≤ 0,05 yang dilakukan untuk
mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh senam kaki diabetik
terhadap nilai ABI pada pasien DM Tipe 2 di Puskesmas II Denpasar Barat, maka diperoleh nilai asymp sig tailed) 0,000 (asymp sig (2-tailed) ≤ α). Hal ini artinya, ada
pengaruh senam kaki diabetik
terhadap nilai ABI pada pasien DM Tipe 2 di Puskesmas II Denpasar
Barat sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa Ha diterima.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengukuran
yang dilakukan pada responden pre test kelompok kontrol menunjukkan bahwa nilai ABI tertinggi pre test pada responden kelompok kontrol yaitu 1,1 sebanyak satu responden (7,14%) dan nilai ABI terendah yaitu
0,8 sebanyak satu responden.
Responden post test kelompok
kontrol menunjukkan bahwa nilai
ABI tertinggi post test pada
responden kelompok kontrol
tertinggi dengan nilai 1,0 sebanyak enam orang (42,9%) dan nilai ABI terendah pada kelompok kontrol yaitu 0,9 sebanyak satu orang (7,1%). Pada kelompok intervensi, sebelum dilakukan senam kaki diabetik didapatkan ABI tertinggi 1,00 pada dua responden (14,3%),
ABI terendah 0,8 pada satu
responden (7,1%) dan setelah
dilakukan senam kaki diabetik didapatkan ABI tertinggi 1,04 pada satu responden (7,1%), ABI terendah 0,92 pada satu responden (7,1%).
Menurut Kunitomo (2001)
senam kaki diabetik membantu memperbaiki kerusakan vaskularisasi dengan cara melancarkan aliran darah dan meningkatkan tekanan darah pada ankle sehingga bisa
digunakan dalam pencegahan
komplikasi kaki diabetes. gerakan yang diberikan senam kaki diabetik tubuh akan menghasilkan suatu
hormon yang disebut endogen
morphin yang disingkat dengan endorphine (Mulyati, 2009).
Analisis pengaruh ABI pre
test dan post test pada kelompok kontrol tanpa dilakukan senam kaki diabetik bahwa terdapat perubahan rata-rata ABI dari 0,9157 menjadi 0,9629 dengan nilai p (0,062). Dengan nilai p > α (0,05), maka tidak ada pengaruh signifikan ABI pre test dan post test pada kelompok kontrol. Hal ini disebabkan tidak diberikannya suatu perlakuan untuk
meningkatkan nilai ABI pada
kelompok kontrol maka nilai ABI yang terjadi pada kelompok kontrol tidak searah, selain itu nilai ABI ada yang meningkat, konstan, dan ada pula yang menurun. Nilai ABI juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, kadar lemak dalam
tubuh, dan riwayat hipertensi
(Gonzalez et al., 2006).
Pengaruh nilai ABI sebelum
dan setelah dilakukan senam kaki diabetik pada kelompok intervensi terdapat peningkatan rata-rata ABI dari 0,8929 menjadi 0,9843 dengan
nilai p = (0,000). Hal ini
mengindikasikan bahwa terjadi
peningkatan nilai rata-rata ABI pada
kelompok intervensi setelah
dilakukan senam kaki diabetik. Sebuah jurnal American Podiatric
Medical Association (2002)
menjelaskan penelitian serupa
mengenai efektivitas senam kaki diabetes pada penderita DM dengan judul The Effect of Diabetic Foot Exercises Therapy on the Plantar Pressures of Patient With Diabetes Mellitus yang mana hasilnya bahwa efek senam kaki tanpa pengawasan
secara signifikan mengurangi tekanan plantar pada pasien diabetes dalam waktu relatif singkat. Senam kaki ini dapat mungkin dijadikan program latihan rumah yang simpel bagi pasien diabetes dimana hasilnya dapat menurunkan terjadinya ulkus dari tekanan plantar pada kaki pasien.
Analisis Pengaruh Nilai ABI
Setelah Dilakukan Senam Kaki Diabetik Pada Kelompok Intervensi
Dengan Perubahan ABI pada
Kelompok Kontrol, didapatkan hasil
bahwa tidak terdapat pengaruh
perubahan ABI yang signifikan setelah dilakukan senam kaki diabetik pada kelompok intervensi
dengan perubahan ABI pada
kelompok kontrol dengan p = 0,129, dimana p (0,129) > α (0,05). Hasil
tersebut menjawab hipotesis
penelitian ini bahwa Ho diterima yang berarti tidak terdapat pengaruh senam kaki diabetik terhadap ankle brachial index (ABI) pada pasien DM tipe 2. Menurut Waryasz & Mc Dermott (2010) tentang Exercise Prescription And The Patient With
Type 2 Diabetes: A Clinical
Approach To Optimizing Patient, mengatakan bahwa efek fisiologis
senam kaki diabetik akan
menimbulkan flesibilitas yang akan mencegah terjadinya cedera, selain itu ROM pada sendi pergelangan kaki akan menunjukkan penurunan terhadap risiko jatuh dan perubahan gaya berjalan yang berkaitan dengan usia pada pasien DM tipe 2. Hal ini tejadi karena setelah diberikan senam kaki akan terjadi peningkatan aliran darah ke kaki akan menyebabkan peningkatan tekanan darah kaki sehingga terjadi peningkatan nilai ABI.
KESIMPULAN DAN SARAN
Ada pengaruh pemberian
senam kaki diabetik terhadap anklw brachial index pada pasien DM Tipe 2 di Puskesmas II Denpasar Barat (asymp sig (2-tailed) = 0,000; α ≤ 0,05). Gerakan-gerakan pada senam kaki diabetik ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata ABI setelah diberikan senam
kaki diabetik pada kelompok
intervensi dan terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil sebelum dan setelah diberikan intervensi.
Senam kaki diabetik dapat
digunakan sebagai salah satu terapi
alternative untuk mengatasi
terjadinya penyakit kaki diabetes. Selain itu, disarankan kepada pasien
DM Tipe 2 agar mengikuti
pemberian senam kaki diabetik secara teratur gerakan pada senam ini sangat mudah diaplikasikan dan sangat bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Colberg, S.R. et al. 2010. Exercise
and Type 2 Diabetes.
Diabetes Care, (Online)
Volume 33, Number 12. (www.care.diabetesjournals.o rg, diakses 27 Januari 2013). Corwin, E.J. 2008. Buku Saku
Patofisiologi Edisi Ketiga. Jakarta: EGC
Ebnezar, J. 2003. Essentials of
Orthopaedics for
Physiotherapist. India: Jaypee Brothers Publishers
Mulyati, L. 2009. Pengaruh Masase
Kaki Secara Manual
Terhadap Sensasi Proteksi, Nyeri Dan Ankle Brachial Index (ABI) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Rumah Sakit Umum Daerah
Curup Bengkulu. Skripsi
tidak diterbitan. Depok
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Price, S.A. dan Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jilid Pertama. Edisi Ketiga. Jakarta: EGC.
Sacks, D. et al. 2002. Position Statement On The Use Of The Ankle Brachial Index In The Evaluation Of Patients
With Peripheral Vascular
Disease. Journal of Vascular Interventional Radiology, 13, 353.
Slevin, M. 2011. Therapeutic of Angiogenesis for Vascular Diseases. New York: Spinger Sudoyo, A.W., dkk. 2006. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta: Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit