• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X MIPA SMA NEGERI 10 MAROS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X MIPA SMA NEGERI 10 MAROS"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X MIPA

SMA NEGERI 10 MAROS

SKRIPSI

Oleh

FITRI RESKI ASTUTI NIM 10539138315

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H M A K A S S A R FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

(2)

i

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X MIPA

SMA NEGERI 10 MAROS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Serjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Fisika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

FITRI RESKI ASTUTI NIM 10539138315

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H M A K A S S A R FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

(3)

ii

(4)

iii

iii

(5)

iv

(6)

v

v

(7)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Hanya Allah-Lah Pelindungmu, dan Dia Penolong yang Terbaik”

(Q.S Ali-Imran : 150)

Ku olah kata, ku baca makna, ku ikat dalam alinea, ku bingkai dalam bab sejumlah lima, jadilah mahakarya yang ku sebut dia dengan skripsi.

Tiada do’a yang lebih indah selain do’a agar skripsi ini cepat selesai.

Jangan hina pribadi anda dengan kepalsuan Karena dialah mutiara diri anda yang tak ternilai.

Sesungguhnya hal tersulit dalam perdamaian adalah Berdamai dengan diri sendiri (F.R.A)

“People who never make mistakes are those who never try new things”

“Orang yang tidak pernah membuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah mencoba hal baru”

-Albert Einstain-

(8)

vii

vii

Skripsi ini saya persembahkan untuk

Kedua orang tua , Kakak dan Adikku, Sahabatku serta keluarga besar yang tak pernah berhenti berdoa, dan berusaha untuk masa depanku dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan.

Skripsi ini saya persembahkan juga untuk yang selalu bertanya

“Kapan skripsimu selesai ?”

Terlambat lulus atau lulus tidak tepat waktu bukan sebuah kejahatan, bukan pula sebuah aib. Bukankah sebaik-baik skripsi adalah yang selesai ? baik itu selesai tepat waktu maupun tidak tepat waktu.

Pepatah berkata “lebih baik terlambat, dari pada tidak sama sekali”

(9)

viii ABSTRAK

Fitri Reski Astuti. 2020. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X MIPA SMAN 10 Maros.

Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I: H. Abd. Samad dan pembimbing II: Abd. Haris

Penelitian ini merupakan penelitian Pre-Experimental Design dengan menggunakan desain One-Group Pretest-Posttest Design yang bertujuan untuk mengetahui: (1) besarnya hasil belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros sebelum diterapkan model pembelajaran discovery learning (2) besarnya hasil belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros setelah diterapkan model pembelajaran discovery learning (3) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros setelah diterapkan model pembelajaran discovery learning. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros yang berjumlah 66 peserta didik yang terbagi dalam 2 kelas, sampel penelitian diambil secara acak dengan teknik simple random sampling sebanyak 1 kelas yaitu X MIPA 2. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar fisika dalam bentuk pilihan ganda sebanyak 26 nomor yang memenuhi kriteria valid. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Hasil belajar fisika peserta didik sebelum diterapkan model pembelajaran discovery learning pada peserta didik kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros tahun ajaran 2019/2020 skor rata-rata yang diperoleh sebesar 10,57 dan standar deviasi sebesar 3,02; (2) Hasil belajar fisika peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran discovery learning pada peserta didik kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros tahun ajaran 2019/2020 skor rata-rata yang diperoleh sebesar 16,60 dan standar deviasi sebesar 4,42; (3) Terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran discovery learning pada peserta didik kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros tahun ajaran 2019/2020. Dengan indeks N-Gain 0,39 termasuk kategori (sedang).

Kata Kunci: Model pembelajaran discovery learning, Hasil Belajar Fisika peserta didik.

(10)

ix

ix

KATA PENGANTAR

مــــيحرلا نمـحرلا هـللا مــــــسب

AssalamuAlaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT sang penentu segalanya, atas limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya sederhana ini.

Salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi pelopor peradaban manusia yang hakiki, pembawa cahaya kehidupan dan teladan akhlak pencinta ilmu yang menjadi figur panutan dan inspirasi penulis hadir sebagai penyambung rantai kesinambungan ilmu pengetahuan melalui karya sederhana ini.

Skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan

akademik guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan Fisika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhahammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterimakasih kepada kedua orang tuaku tercinta. Ayahandaku Muh. Suroso dan Ibundaku Hatijah

atas segala jerih payah pengorbanan dalam mendidik, membimbing, dan mendo’akan penulis dalam setiap langkah menjalani hidup selama ini

hingga selesainya studi (S1) penulis. Terimakasih juga untuk kakakku Muh. Rahmat widjaya S. S.Kep,.Ns, adikku Nur Uswatun Khasanah dan kakak

iparku Nur Wahidah semangat dan dukungan, perhatian, kebersamaan dan do’anya untuk penulis. Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi

(11)

x

ini, penulis memperoleh banyak hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Olehnya itu, penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan dan setulusnya kepada Ayahanda Drs. H. Abd. Samad, M.Si., selaku pembimbing I dan Ayahanda Drs. Abd. Haris, M.Si selaku pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, memberikan ide, arahan, saran, dan bijaksana dalam menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, kesehatan, dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis selama ini.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan ucapan terimakasih juga kepada, Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, S.E., M.M., selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar, Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D.,selaku Dekan Fakultas Keguruaan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Ibu Dr. Nurlina, M.Pd., selaku Ketua beserta bapak Ma’aruf, S.Pd., M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruaan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Drs. Hambali,S.Pd., M.Hum selaku Pembimbing Akademik penulis, Bapak dan

Ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak berjasa, Bapak Drs. Mukhtar, M.M., selaku Kepala SMA Negeri 10 Maros yang telah memberikan izin untuk meneliti, Bapak Muh. Akbar, S.Pd.,M.Pd., selaku guru Fisika di SMA Negeri 10 Maros telah memberikan bantuan dan masukannya

(12)

xi

xi

selama penelitian dan Sahabat - sahabatku Fatima Resky, Nur Rahma Reviani, Ekawati, Dewi Sartika, Cynthia, Miptahul Jannah, Mirnawati, Isra Novianti, Asdar, Rahmat, Ahmad Fajri Rahman dan semua KINEMATIKA B yang telah menjadi sahabat yang baik yang selalu membantu dalam suka dan duka serta membuat keberadaanku menjadi lebih berarti dan jadi lebih bermakna, semoga semua kenangan yang ada akan menjadi cerita indah dalam lembar kehidupan kita serta keluarga besar Kinematika 2015 terimakasih atas kebersamaannya selama ini yang telah memberikan motivasi kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

Dengan ini penulis senantiasa, mengharapkan saran dan kritik sehingga penulis dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Dengan harapan dan do’a penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang Pendidikan Fisika.

Billahi Fii SabililHaq. Fastabiqul Khaerat.

WassalamuaAlaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Januari 2020

Penulis

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah... 3

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A.Teori - Teori Pendukung ... 6

1. Model Pembelajaran ... 6

2. Model Pembelajaran Discovery Learning ... 6

3. Belajar ... 11

4. Hasil Belajar ... 12

B.Kerangka Pikir ... 13

(14)

xiii

xiii

C.Hipotesis Penelitian ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 16

A.Rancangan Penelitian ... 16

B.Populasi dan Sampel ... 17

C.Definisi Operasional Variabel ... 17

D.Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 18

E.Instrumen Penelitian ... 19

F.Analisis Uji Coba Instrumen ... 22

G.Teknik Pengumpulan Data ... 23

H.Teknik Analisis Data ... 24

1.Analisis Deskriptif ... 24

2.Analisis Inferensial ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

A.Hasil Penelitian... 30

1.Hasil Analisis Deskriptif ... 30

2.Hasil Analisis Inferensial ... 32

B.Pembahasan ... 36

BAB V PENUTUP ... 39

A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 41 Lampiran

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

3.1 Tabel Tabulasi 2 x2 ... 20

3.2 Kriteria Reliabilitas ... 22

3.3 Hasil Uji Coba Instrumen... 23

3.4 Kategori Hasil Belajar Peserta Didik ... 25

3.5 Kategori Skor Hasil Belajar Peserta Didik... 25

4.1 Analisis Deskriptif Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik ... 30

4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategorisasi Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros pada saat Pre-test dan Post-test ... 31

4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik pada Pre- test dan Post-test ... 33

4.4 Hasil Uji Hipotesis Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik pada Pre-test dan Post-test ... 34

4.5 Kategori Uji N-Gain Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Setelah Perlakuan ... 35

(16)

xv

xv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman 2.1 Bagan Alur Kerangka Pikir ... 15 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategorisasi Hasil Belajar

Fisika Peserta Didik Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros pada saat

Pre-test dan Post-test ... 32

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

LAMPIRAN A : PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 43

LAMPIRAN A.1 : RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... 44

LAMPIRAN A.2 : BAHAN AJAR ... 68

LAMPIRAN A.3 : LKPD ... 88

LAMPIRAN B : INSTRUMEN PENELITIAN ... 98

LAMPIRAN B.1 : KISI-KISI INSTRUMEN HASIL BELAJAR FISIKA .. 99

LAMPIRAN B.2 : INSTRUMEN TES YANG VALID ... 118

LAMPIRAN C : ANALISIS VALIDITAS dan RELIABILITAS ... 126

LAMPIRAN C.1 : UJI GREGORY ... 127

LAMPIRAN C.2 : ANALISIS VALIDITAS ITEM ... 128

LAMPIRAN C.3 : ANALISIS RELIABILITAS INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR FISIKA ... 139

LAMPIRAN D : ANALISIS DATA ... 142

LAMPIRAN D.1 : ANALISIS DESKRIPTIF ... 143

LAMPIRAN D.2 : ANALISIS INFERENSIAL ... 151

LAMPIRAN D.3 : UJI N-GAIN ... 162

LAMPIRAN E : DAFTAR KEHADIRAN PESERTA DIDIK ... 164

LAMPIRAN F : DOKUMENTASI ... 167

LAMPIRAN G : DAFTAR TABEL STATISTIK ... 170

LAMPIRAN G.1 : TABEL r ... 171

LAMPIRAN G.2 : TABEL Z KURVA NORMAL ... 172

LAMPIRAN G.3 : TABEL CHI-KUADRAT ... 174

LAMPIRAN G.4 : TABEL t ... 175

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan sebuah proses kegiatan yang disengaja atas input peserta didik untuk menimbulkan suatu hasil yang diinginkan sesuai tujuan yang ditetapkan. Pendidikan yang dimaksud di sini bukan bersifat nonformal melainkan bersifat formal, meliputi proses pembelajaran yang melibatkan guru dan peserta didik. Peningkatan kualitas pendidikan peserta didik dapat dilihat dari instrumen prestasi belajarnya, sedangkan keberhasilan atau prestasi belajar bagus maka hasilnya akan maksimal tetapi sebaliknya jika dalam proses belajar peserta didik cenderung kurang bagus maka hasilnya tidak akan maksimal, oleh Muhammad (2016: 10).

Proses pembelajaran merupakan suatu proses timbal balik ataupun interaksi antara guru dan peserta didik. Guru merupakan salah satu faktor keberhasilan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran guru dapat mempengaruhi dan membina peserta didik untuk dapat meningkatkan kecerdasan serta keterampilan peserta didik. Pada kurikulum 2013, peserta didik didorong untuk menjadi lebih aktif yaitu dimulai dari mengamati, menemukan sendiri dan menyimpulkan sendiri dari suatu kegiatan ataupun pengalaman yang telah dilakukan. Oleh sebab itu pada kurikulum 2013, guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator, namun pada akhir pembelajaran guru menyempurnakan penjelasan dari kegiatan yang telah dilakukan oleh peserta didik.

Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, peserta didik akan dikenalkan tentang produk fisika berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip

(19)

dan hukum - hukum fisika. Peserta didik juga akan diajarkan untuk bereksperimen di dalam laboraturium atau di luar laboraturium sebagai proses ilmiah untuk memahami berbagai pokok bahasan fisika.

Proses pembelajaran fisika lebih menekankan pada pemberian langsung untuk meningkatkan kompetensi agar peserta didik mampu berpikir kritis dan sistematis dalam memahami konsep fisika, sehingga peserta didik memperoleh pemahaman yang benar akan pelajaran fisika yang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik, oleh Fitri dan Derlina (2015:

90).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 10 Maros, dapat diketahui melalui wawancara guru dan melihat hasil ulangan harian pembelajaran fisika peserta didik kelas X MIPA di bawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau hasil belajar fisika peserta didik rendah. Dari 66 jumlah peserta didik hanya 52,75 % yang dapat mencapai nilai di atas KKM, sedangkan 47,25 % peserta didik masih memperoleh nilai di bawah KKM.

Melihat dari pernyataan dan permasalahan tersebut, banyak faktor yang berpengaruh pada hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran fisika di sekolah. Faktor-faktor tersebut adalah kejenuhan peserta didik dalam pembelajaran fisika, hal ini terlihat dari respon peserta didik yang cenderung pasif dan pemahaman mereka mengenai materi yang kurang, saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya atau menjawab peserta didik hanya diam karena mereka bingung apa yang harus ditanyakan atau dijawab.

Teacher centered learning (pembelajaran masih berpusat pada guru), kurangnya kemampuan berpikir dan memecahkan masalah peserta didik dalam pembelajaran fisika, hal ini terlihat dari ketidaksiapan peserta didik dalam menerima materi, tidak tertarik dengan materi yang disampaikan serta

(20)

3 menganggap bahwa pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang sangat sulit dan rumit. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan suatu penelitian untuk mengatasi masalah di atas yakni dengan menerapkan model pembelajaran discovery lerning.

Berdasarkan penelitian yang dikemukakan oleh (Fitri dan Derlina, 2015: 91) model pembelajaran discovery learning merupakan sebuah model pengajaran yang dirancang dengan tujuan untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, yang menekankan pada pentingnya membantu peserta didik untuk memahami struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif peserta didik dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui penemuan pribadi. Oleh karena itu, dengan diterapkannya model pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan model pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(21)

1. Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik Kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros sebelum diajar dengan menggunakan model Pembelajaran discovery learning ?

2. Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik Kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros setelah diajar dengan menggunakan model Pembelajaran discovery learning?

3. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik Kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros setelah diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui besarnya hasil belajar fisika peserta didik Kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros sebelum diajar dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.

2. Untuk mengetahui besarnya hasil belajar fisika peserta didik Kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika peserta didik Kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros setelah diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning.

(22)

5 D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi peserta didik,

Diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar fisika dan meningkatkan kemampuan peserta didik melalui model pembelajaran discovery learning.

2. Bagi guru

Untuk memberikan gambaran tentang penerapan model pembelajaran discovery learning di SMA Negeri 10 Maros

3. Bagi sekolah

Untuk memberikan informasi tentang penerapan model Pembelajaran discovery learning, sebagai salah satu pembelajaran inovatif yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran secara umum.

4. Bagi peneliti

Memperoleh pengalaman langsung dalam mengeksplorasi ilmu dan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning pada mata pelajaran fisika.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori-teori Pendukung 1. Model Pembelajaran

Menurut Setiani dan Donni Juni Priansa (2015: 164) mengemukakan tentang model pembelajaran sebagai berikut :

Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dan terencana dalam mengorganisasikan proses pembelajaran peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

Menurut Rusman (2016: 133) menyatakan bahwa, model pembelajaran adalah suatu terencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.

2. Model Pembelajaran Discovery Learning

a. Definisi Model Pembelajaran Discovery Learning Menurut Widiasworo (2018: 145) menyatakan bahwa,

Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri. Dengan kata lain, Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang menekankan peserta didik untuk menemukan sendiri konsep pengetahuannya.

6

(24)

7

Selanjutnya menurut Setiani dan Donni Juni Priansa (2015:

213) menyatakan bahwa,

Pembelajaran Discovery (penemuan) mendorong peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran, baik itu mengenai konsep-konsep maupun prinsip-prinsip. Guru mendorong peserta didik agar terlibat dalam pembelajaran yang memberikan pengalaman sehingga peserta didik menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri.

Menurut Sap’ari, dkk (2015: 73) menyatakan bahwa, metode pembelajaran Discovery (penemuan) adalah suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan dan menuntut peserta didik terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan memberikan informasi singkat.

Sebagai strategi belajar discovery learning, lebih menekankan pada penemuan konsep pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui oleh peserta didik. Dalam discovery learning ini, peserta didik dihadapkan pada permasalahan yang dirancang khusus atau direkayasa sendiri oleh guru. Dalam pengaplikasiannya model discovery learning mengembangkan cara belajar peserta didik aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan, sedang posisi guru di kelas sebagai pembimbing dan mengarahkan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan.

(25)

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery Learning

Dalam penerapan model pembelajaran discovery learning terdapat enam langkah yang harus dilakukan, yaitu :

1. Stimulation (Stimulasi / pemberian rangsangan )

Pertama-tama pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang dapat menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri, dimana guru dalam tahap ini bertanya dengan menyajikan masalah atau meminta peserta didik untuk membaca materi dan mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang diharapkan dapat mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi materi pembelajaran yang sedang dipelajari.

2. Problem Statement (Pernyataan masalah)

Langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin catatan penting tentang masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis atau merupakan jawaban sementara atas pertanyaan masalah

(26)

9

3. Data Collection (Pengumpulan Data)

Pada tahap ini, peserta didik mendapat tugas untuk menjawab berbagai pertanyaan dan dapat membuktikan kebenaran hipotesis, dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk collection (mengumpulkan) sebagai informasi yang relevan, membaca buku sumber, mengamati objek, wawancara / berdiskusi dengan narasumber, serta melakukan uji coba.

4. Data Processing (Pemrosesan Data)

Pada tahap ini, peserta didik mengolah data dan informasi yang telah diperoleh, baik melalui wawancara / observasi, maupun cara- cara lainnya. Pemrosesan data disebut juga dengan proses kodifikasi / kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi, dengan generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban / penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

5. Verification (Verifikasi)

Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang mereka jumpai dalam kehidupannya sehari-hari sehingga kegiatan belajar mampu berjalan dengan baik dan kreatif.

(27)

6. Generalization (Generalisasi / Menarik Simpulan)

Pada tahap ini, peserta didik dapat menyimpulkan materi yang telah dibahas dan dapat menjadi prinsip secara umum untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan berpedoman pada hasil verifikasi.

c. Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning

Adapun kelebihan dari model pembelajaran discovery learning, menurut Widiasworo (2018: 147) adalah sebagai berikut :

1. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif

2. Menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa untuk menyelidiki dan berhasil

3. Membantu peserta didik dalam menghilangkan skeptisme (keragu- raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti

4. Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

5. Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik 6. Mengembangkan bakat dan kecakapan individu d. Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning

Adapun kelemahan dari model pembelajaran discovery learning, menurut Setiani dan Donni Juni Priansa (2015: 224) adalah sebagai berikut :

(28)

11

1. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalah fahaman antara guru dengan peserta didik

2. Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing peserta didik dalam belajar.

3. Menyita pekerjaan guru

4. Tidak semua peserta didik mampu melakukan penemuan 5. Tidak berlaku untuk semua topik

3. Belajar

Menurut Susanto (2016: 1) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Selanjutnya, menurut Purwanto (2016: 38) belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.

Menurut Widiasworo (2018: 15) menyatakan bahwa, Belajar merupakan keseluruhan aktivitas, baik fisik maupun mental (psikis), yang berlangsung dalam interaksi aktif pada suatu lingkungan yang menghasilkan perubahan, baik dalam taraf pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Selanjutnya, menurut Karwono dan Heni Mularsih (2017: 13) Belajar adalah menyangkut adanya perubahan perilaku yang relatif permanen pada pengetahuan atau perilaku seseorang karena pengalaman

(29)

Berdasarkan dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses untuk membuat perubahan dalam diri individu dengan berinteraksi dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan dalam dirinya baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap.

4. Hasil Belajar

Menurut Susanto (2016: 5) menyatakan bahwa, berdasarkan uraian tentang konsep belajar diatas, dapat dipahami tentang makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri peserta didik, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Menurut Rambega (2017: 279) menyatakan bahwa,

Hasil belajar adalah kemampuan untuk mencapai indikator yang telah disusun sebelumnya setelah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan.

Dengan kata lain, hasil belajar diartikan sebagai nilai yang diperoleh setelah mengikuti belajar mengajar melalui tes yang berkenaan dengan aspek kognitif meliputi unsur ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

Menurut Purwanto (2016: 44) menyatakan bahwa, hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan

“belajar”.pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional

(30)

13

Menurut Putri, dkk (2017: 175) menyatakan bahwa,

Hasil belajar adalah ukuran atau tingkatan keberhasilan yang dapat dicapai oleh seorang peserta didik berdasarkan pengalaman yang diperoleh setelah dilakukan evaluasi berupa tes dan biasanya diwujudkan dengan nilai atau angka-angka tertentu serta menyebabkan terjadinya perubahan kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Di antara ketiga aspek itu, peneliti hanya menilai dari segi ranah aspek kognitif saja. Karena aspek kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh guru karena berkaitan dalam menguasai isi bahan pengajaran. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu (C1) mengetahui, (C2) memahami, (C3) menerapkan, (C4) menganalisis, (C5) mengevaluasi, (C6) mencipta.

Namun, peneliti hanya menggunakan aspek (C1) mengetahui, (C2) memahami, (C3) menerapkan dan (C4) menganalisis.

Hasil belajar adalah hasil dari proses belajar yang dilakukan peserta didik dalam menguasai materi, memahami konsep, serta dapat memecahkan masalah. Dengan menunjukkan tingkat kepahaman terhadap suatu materi maka peserta didik dapat dikatakan berhasil dalam kegiatan belajar mengajar dengan melihat hasil belajar peserta didik.

B. Kerangka Pikir

Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, peserta didik akan dikenalkan tentang produk fisika berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip, dan hukum-

(31)

hukum fisika. Tetapi sangat disayangkan karena nilai prestasi mata pelajaran fisika selalu rendah. Berbagai faktor penyebab rendahnya prestasi mata pelajaran fisika adalah kurangnya motivasi dan minat belajar fisika peserta didik, karena mereka menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sangat sulit yang hanya membahas tentang persoalan rumus dan perhitungan yang sangat rumit, sikap dan pembawaan guru yang kurang menyenangkan, strategi, metode dan model pembelajaran yang digunakan masih kurang bervariasi, lingkungan belajar yang monoton karena mungkin hanya selalu didalam ruangan saja, serta minimnya penggunaan media pembelajaran. Oleh sebab itu, kurangnya motivasi dan minat peserta didik dalam pembelajaran fisika menyebabkan rendahnya pula hasil belajar fisika peserta didik, sehingga diperlukan model pembelajaran yang mampu mengatasi permasalahan tersebut.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran Discovery Learning adalah model pengajaran yang dirancang dengan tujuan untuk mengembangkan cara belajar peserta didik aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, dan belajar sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dalam ingatan.

Oleh karena itu, model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik.

(32)

15

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros setelah diajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning.

Gambar 2.1 Bagan Alur Kerangka Pikir Nilai yang diperoleh setelah ulangan harian peserta didik kelas X MIPA di bawah standar KKM (Kriteria

Ketuntasan Minimal)

2 Pernyataan

Masalah

3 Pengumpulan

Data

4 Pemrosesan

Data

5 Verifikasi

6 Generalisasi 1

Stimulasi

Terdapat Peningkatan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik

Rendahnya Hasil Belajar Fisika Peserta Didik

Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning

Langkah-langkah dalam proses pembelajaran

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini yaitu penelitian Pre-experimental design (pra eksperimen) yang bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran discovery learning terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian bertempat di SMA Negeri 10 Maros 3. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu one-Group Pretest-Posttest Design dengan pola sebagai berikut

O1 X O2

Sugiyono (2017: 110-111) dengan :

O1 = Nilai Pre-test sebelum diajar dengan Model Pembelajaran Discovery Learning

O2 = Nilai Post-test setelah diajar dengan Model Pembelajaran Discovery Learning

X = Perlakuan yang diberikan yakni Model Pembelajaran Discovery Learning

16

(34)

17

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik Kelas X MIPA SMA Negeri 10 Maros tahun ajaran 2019 / 2020 yang berjumlah 66 peserta didik dan terdiri dari 2 Kelas.

2. Sampel penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros sebanyak 33 peserta didik. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling atau sampel secara pengacakan kelas dengan asumsi populasi homogen yang akan ditentukan satu kelas.

C. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Variabel bebas adalah model pembelajaran Discovery Learning yaitu model yang menggunakan serangkaian tahap pembelajaran mulai dari mengamati hingga mengorganisasikan hasil penemuannya menjadi suatu konsep pengetahuan.

2. Variabel terikat adalah hasil belajar fisika peserta yaitu skor total yang diperoleh peserta didik secara keseluruhan pada materi pelajaran fisika setelah proses pembelajaran melalui tes hasil belajar fisika, dengan

(35)

mencakup mengetahui (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4)

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yakni: tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir.

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan persiapan sebagai berikut:

a) Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru bidang studi fisika SMA Negeri 10 Maros untuk meminta izin melaksanakan penelitian.

b) Melakukan observasi di SMA Negeri 10 Maros

c) Menentukan materi yang akan dijadikan sebagai materi penelitian.

d) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

e) Menyusun instrumen penelitian dalam bentuk pilihan ganda untuk tes awal sebelum diterapkannya model pembelajaran discovery learning.

2. Tahap pelaksanaan

a) Memilih satu kelas diantara kelas yang ada dengan menggunakan teknik simple random sampling sebagai sampel penelitian

b) Memberikan pre-test kepada peserta didik sebelum diberikan perlakuan c) Kelas yang dijadikan sampel penelitian diberikan perlakuan yaitu

penerapan model pembelajaran discovery learning

(36)

19

d) Memberikan post-test kepada peserta didik setelah penerapan model pembelajaran discovery learning

3. Tahap akhir

a) Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian b) Menyusun semua data yang telah dikumpulkan E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar fisika. Tes yang menekankan pada ranah kognitif yang meliputi yakni: mengetahui (C1), memahami (C2), menerapkan (C3) dan menganalisis (C4). Bentuk instrumen dalam penelitian ini adalah multiple choice test (pilihan ganda), yang digunakan untuk mengukur tingkat hasil belajar fisika

pada peserta didik. Jika benar mendapat skor 1 dan jika salah skor 0.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan yaitu:

1. Tahap Pertama

Penyusunan tes berdasarkan kisi-kisi tes sesuai dengan isi materi yang tertuang dalam konsep dan sub konsep sejumlah 40 item soal.

2. Tahap kedua

Semua item yang disusun kemudian divalidasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kualitas terhadap instrumen yang digunakan dalam penelitian ini.

(37)

Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validasi oleh 2 orang validator. Validasi ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa instrumen yang akan digunakan sudah mewakili aspek yang akan diukur dalam penelitian sehingga layak untuk digunakan. Pengujian validasi instrumen dalam hal ini rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja peserta didik dan instrumen diuji validitas isi ditentukan dengan menggunakan rumus validitas isi Gregory yang berupa koefisien validitas dihitung dengan menggunakan rumus:

Validitas isi =

Dengan bantuan tabel tabulasi silang 2×2 seperti dibawah ini Tabel 3.1 Tabel Tabulasi 2×2

Validator 1 Sangat relevan

skor 1-2

Sangat relevan skor 3-4

Validator 2

Sangat relevan

skor 1-2 A B

Sangat relevan

skor 3-4 C D

Jika r ≥ 0,75, maka instrumen layak untuk digunakan.

dengan:

r = Validitas isi

A = Sel yang menunjukkan n ketidaksetujuan kedua validator B = Validator I setuju, validator II tidak setuju

C = Validator II setuju, validator I tidak setuju D = Kedua validator setuju

Retnawati (2016: 97-98)

(38)

21

Setelah uji Gregory maka instrumen diuji cobakan pada kelas uji coba lalu instrumen dianalisis untuk menggunakan uji validitas dan reliabilitas.

Pengujian validitas setiap item tes dihitung menggunakan persamaan berikut:

̅̅̅ ̅̅̅

Ananda dan Muhammad Fadhli (2018: 114) dengan :

= Koefesien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan skor total

̅ = Rerata skor total responden yang menjawab benar pada butir soal i

̅̅̅ = Rerata skor total seluruh responden St = Standar deviasi dari skor total

= Proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i

= Proporsi peserta didik yang menjawab salah (1 –pi)

Valid tidaknya item ke-i ditunjukkan dengan membandingkan nilai dengan nilai pada taraf signifikan  = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:

- Jika nilai item dinyatakan valid - Jika nilai item dinyatakan invalid

Item yang memenuhi kriteria dan mempunyai validitas tes yang tinggi selanjutnya digunakan untuk tes hasil belajar fisika pada kelas eksperimen.

(39)

3. Tahap ketiga

Jumlah item yang valid selanjutnya dilakukan perhitungan reliabilitas tes dengan menggunakan rumus Kuder dan Richardson (KR- 20) sebagai berikut:

( ) ( ∑

)

dengan:

ri = Reliabilitas instrumen

k = Jumlah item dalam instrumen Vt = Varians total

pi = Proporsi banyaknya subjek yang mendapat skor 1 qi = 1-pi

Sugiyono ( 2017: 186)

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas

Reliabilitas (ri) Kriteria

˃ 0,80 Sangat Tinggi

0,70 ˂ ri ≤ 0,80 Tinggi

0,40 ˂ ri ≤ 0,70 Sedang

0,20 ˂ ri ≤ 0,40 Rendah

≤ 0,20 Sangat Rendah

Riduwan (2018: 41)

F. Analisis Uji Coba Instrumen

Analisis instrumen digunakan utuk mengetahui kualitas instrumen dalam penelitian. Uji coba instrumen untuk mengetahui instrumen yang akan digunakan telah memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai pengumpulan data. Sebelum

(40)

23

instrumen diuji coba maka terlebih dahulu divalidasi oleh dua validator yang dianalisis dengan uji Gregory dan diperoleh bahwa instrumen layak digunakan.

Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu valid dan reliabel.

Dari hasil uji coba tersebut maka dapat diketahui validitas, reliabilitas. Hasil uji coba instrumen dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Instrumen

Validitas Reliabilitas

Soal Valid Soal Drop Nilai Kriteria

26 14 0,89 Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel 3.3 terlihat bahwa dari 40 soal tes uji coba terdapat 26 item soal yang valid dan 14 item soal drop. Berdasarkan hasil tersebut, dengan demikian dari 40 soal uji coba hanya 26 soal yang dijadikan sebagai instrumen dalam penelitian. Untuk lebih rinci dapat dilihat di lampiran c halaman 128 – 139.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan tes hasil belajar fisika.

Tes hasil belajar ini adalah soal-soal pilihan ganda yang berjumlah 26 butir soal valid dari 40 soal dengan 5 pilihan jawaban yaitu A, B, C, D dan E.

Soal hasil belajar fisika ini disesuaikan dengan indikator yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam ranah kognitif. Tes ini diberikan

(41)

sebelum dan setelah penerapan model pembelajaran discovery learning pada peserta didik kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros sebagai sampel penelitian.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan analisis inferensial.

1. Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran umum data yang diperoleh yaitu hasil belajar peserta didik terhadap pembelajaran fisika dengan menggunakan metode eksperimen. Teknik analisis deskriptif yang digunakan adalah penyajian data berupa mean (rata-rata) dan standar deviasi.

a. Menentukan skor rata-rata peserta didik dengan menggunakan rumus:

( ̅) =

dengan:

̅ = Skor rata-rata

= Jumlah skor total peserta didik = Jumlah respon

Sudjana (2017: 109) b. Persamaan mencari standar deviasi

S =

̅

Winarni (2018: 110)

(42)

25

Tabel 3.4 Kategori Hasil Belajar Peserta Didik

Interval Nilai Keterangan

0 - 20 21 - 40 41 - 60 61 - 80 81 - 100

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Riduwan (2018: 41) Pengkategorian menggunakan skala lima berdasarkan skor ideal yakni sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi.

Tabel 3.5 Kategori Skor Hasil Belajar Peserta Didik

Interval Skor Keterangan

0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 - 19 20 - 24

Sangat Rendah Rendah Sedamg Tinggi Sangat Tinggi 2. Analisis Inferensial

Untuk melihat perbedaan sebelum dan setelah digunakan model pembelajaran maka digunakan analisis sebagai berikut:

a. Pengujian Normalitas

Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya dilakukan dengan tahapan uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari responden berdistribusi normal atau tidak setelah menerapkan model pembelajaran discovery

(43)

learning. Uji normalitas yang dilakukan menggunakan chi-kuadrat ( ), dengan rumus sebagai berikut:

dengan:

hitung = Chi-Kuadrat

= Banyaknya kelas interval Oi = Frekuensi yang diobservasi

= Frekuensi harapan

Sudjana (2005: 273) Kriteria untuk pengambilan keputusan adalah X2hitung X

2tabel

dengan dk = ( k – 3 ) pada taraf signifikan

= 0,05, maka data dikatakan berdistribusi normal. Dan sebaliknya jika X2hitung ˃ X

2tabel, maka data dikatakan berdistribusi tidak normal.

b. Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan antara data sebelum dan data setelah perlakuan dari satu kelompok sampel. Bila terjadi perbedaan maka selanjutnya dilakukan analisis peningkatan (uji N-Gain).

Adapun hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

(44)

27

Ho = Tidak terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik setelah diajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning

Ha = Terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik setelah diajar dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning

Hipotesis statistik:

dengan:

= Skor rata-rata populasi tes posttest = Skor rata-rata populasi tes pretest

Bila sampel berkorelasi / berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan setelah perlakuan, maka digunakan t-test sampel related dengan rumus sebagai berikut:

̅̅̅ ̅̅̅

√ (

) (

) dengan:

̅̅̅ = Skor rata-rata sampel sebelum perlakuan

̅̅̅ = Skor rata-rata sampel setelah perlakuan = Simpangan baku sebelum perlakuan = Simpangan baku setelah perlakuan

= Varians sebelum perlakuan

(45)

= Varians setelah perlakuan

= Jumlah sampel sebelum perlakuan = Jumlah sampel setelah perlakuan = Korelasi X1 dan X2

Untuk mencari nilai korelasi digunakan rumus:

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

dengan :

= Skor sampel pretest (sebelum perlakuan)

= Skor sampel posttest (setelah perlakuan) = Jumlah sampel

= Korelasi X1 dan X2

Sugiyono (2017: 197)

Dengan kriteria pengujiannya yaitu, apabila thitung > ttabel maka Ha

diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika thitung ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima dengan dk = (n-2) pada taraf signifikan

= 0,05.

c. Uji N-Gain (Uji Kategori Peningkatan)

Uji Gain digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika peserta didik setelah pembelajaran menggunakan model discovery learning. Adapun rumus Normalized Gain sebagai berikut:

Syamsuddin (2017: 310-311)

(46)

29

dengan:

g : Gain

Sposttest : Skor terakhir Spretest : Skor awal

Smax : Skor ideal dari tes awal dan akhir

Dengan kriteria interpertasi indeks gain yang dikemukakan oleh Syamsuddin (2017: 310-311), yaitu:

1) Jika g ≥ 0,70, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori tinggi.

2) Jika 0,70 ≥ g ≥ 0,30, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori sedang.

3) Jika g < 0,30, maka N-gain yang dihasilkan termasuk kategori rendah.

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan data tanpa bermaksud membuat kesimpulan tetapi hanya menjelaskan kelompok data. Berikut ini disajikan analisis deskriptif hasil belajar fisika peserta didik yang terlihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik

Statistik Skor Statistik

Pre-Test Post-Test

Jumlah peserta didik 33 33

Skor ideal 26 26

Skor tertinggi 16 24

Skor terendah 6 9

Skor rata – rata 10,57 16,60

Standar deviasi 3,02 4,42

Jumlah kelas interval 6 6

Rentang data 10 15

Panjang kelas interval 2 3

(Sumber: Data Hasil Pengolahan, 2019) Secara rinci hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada lampiran D.1 (Halaman 143 - 150). Jika skor pre-test dan post-test hasil belajar fisika peserta didik pada kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros dikategorikan kedalam skala lima yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat

30

(48)

31

tinggi, dengan adaptasi dari Riduwan, maka akan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.2 dibawah ini :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategorisasi Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros pada saat Pre-Test dan Post-Test

No Interval

Skor Kategori Pre-Test Post-Test

Frekuensi % Frekuensi % 1 0 – 4 Sangat Rendah 0 0 0 0

2 5 – 9 Rendah 13 39 3 9

3 10 – 14 Sedang 15 46 9 35

4 15 – 19 Tinggi 5 15 13 41

5 20 – 24 Sangat Tinggi 0 0 8 15

Jumlah 33 100 33 100

(Sumber: Data Hasil Pengolahan, 2019 : 148 - 150) Dari tabel 4.2 hasil belajar pre-test peserta didik diatas dapat dikatakan bahwa jumlah yang berada pada kategori rendah 13 orang, sedang 15 orang, tinggi 5 orang. Sedangkan, post-test peserta didik diatas dapat dikatakan bahwa jumlah yang berada pada kategoi rendah 3 orang, sedang 9 orang, tinggi 13 orang, dan sangat tinggi 8 orang dari 33 jumlah peserta didik kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini

(49)

Gambar 4.1 Diagram Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategorisasi Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros pada saat Pre-Test Dan Post-Test

2. Hasil Analisis Inferensial

a. Uji normalitas pada pre-test dan post-test

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi terdistribusi normal atau tidak. Normalitas suatu data penting karena dengan data yang terdistribusi normal maka data tersebut dianggap dapat mewakili suatu populasi. Dalam Microsoft Excel 2010, uji validitas yang serig digunakan adalah metode Chi Square secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3. Uji normalitas ini dilakukan pada data pre- test dan post-test meliputi tes hasil belajar fisika peserta didik sebelum dan setelah diberi perlakuan.

0 5 10 15

0

13

15

5

0

0 3

9

13

8

Frekuensi

sangat rendah rendah sedang tinggi sangat tinggi

kategori skor hasil belajar fisika

pre test posttest

(50)

33

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik pada Pre-Test dan Post-Test

Variabel X2hitung X2tabel α =0,05 Keterangan

Pretest 4,729 7,815 Normal

Postest 4,854 7,815 Normal

(Sumber: Data Hasil Pengolahan, 2019: 151 – 155) Dari tabel 4.3 dapat digambarkan hasil perhitungan uji normalitas pre-test maka diperoleh X2hitung = 4,729 untuk α = 0,05 dan dk = k – 3 = 6 – 3 = 3, maka diperoleh X2tabel = 7,815. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa X2hitung = 4,729 < X2tabel = 7,815, yang berarti hasil belajar pre-test fisika peserta didik SMA Negeri 10 Maros untuk pre-test berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Sedangkan hasil perhitungan uji normalitas post-test maka diperoleh X2hitung = 4,854 untuk α = 0,05 dan dk = k – 3 = 6 – 3 = 3, maka diperoleh X2tabel = 7,815. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa X2hitung = 4,854 < X2tabel = 7,815, yang berarti hasil belajar post- test fisika peserta didik kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros untuk post-test berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Hipotesis

Digunakan dalam penelitian analisis data teknik eksperimen kuantitaif diuji dengan menggunakan statistik uji t. Uji-t adalah jenis pengujian statistika untuk mengetahui perbedaan atau pengaruh dari hasil yang diperkirakan dengan hasil perhitungan statistika. Hasil

(51)

perhitungan skor rata-rata dari hasil pre-test dan post-test berdasarkan tabel 4.1, terlihat skor rata – rata pre-test 10,57 dan standar deviasi 3,02 dengan jumlah peserta didik sebanyak 33 orang. Sedangkan, skor rata – rata post-test 16,60 dan standar deviasi 4,42 dengan jumlah peserta didik sebanyak 33 orang.

Uji t dalam penelitian ini menggunakan uji t sampel berkorelasi (berpasangan) disebut sampel related t test. Uji t berpasangan umumnya menguji perbedaan antara dua pengematan. Uji seperti ini dilakukan pada subjek yang diuji untuk situasi setelah proses atau subjek yang berpasangan ataupun serupa (sejenis).

Dengan menggunakan analisis uji-t skor hasil belajar fisika peserta didik maka dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik pada Pre-Test dan Post-Test

Pot-test Pre-test thitung ttabel

= 33 = 33

0,05 6,5904 1,696 ̅t = 16,60 ̅2 = 10,57

S1 = 4,42 S2 = 3,02 r = 0,0386 r = 0,0386

(Sumber: Data Hasil Pengolahan, 2019) Secara rinci hasil analisis inferensial dapat dilihat pada lampiran D.2 (halaman 151 - 154). Berdasarkan tabel 4.4 di atas, diperoleh thitung

= 6,5904 sedangkan untuk nilai ttabel untuk taraf signifikan α = 0,05 dan dk = (n-2) = 33 – 2 = 31 adalah sebesar 1,696.

(52)

35

Hasil yang diperoleh menunjukkan –ttabel ttabel = -1,696 ini menunjukkan bahwa thitung ttabel maka Ha diterima dan H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika peserta didik setelah diajar dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning lebih tinggi dibanding sebelum diajar dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Dengan demikian diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros setelah diajar dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning.

Selanjutnya dilakukan analisis peningkatan (uji N-Gain).

c. Uji N-gain

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi sebelum dan setelah diberikan perlakuan, serta untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika peserta didik berada pada kategori rendah, sedang atau tinggi. Berikut adalah hasil analisis dari data yang telah diperoleh.

Tabel 4.5 Kategori Uji N-Gain Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Setelah Perlakuan

Criteria Indek Gain N-Gain Ternormalisasi (G) Tinggi g > 0,70

0,39 Sedang 0,70 ≥ g ≥ 0,30

Rendah g <0,30

(Sumber: Data Hasil Pengolahan, 2019)

(53)

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat digambarkan hasil perhitungan uji N-Gain rata-rata yang diperoleh adalah 0,39, maka peningkatan hasil belajar fisika peserta didik yang terjadi setelah menerapkan model pembelajaran Discovery Learning pada kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros termasuk kategori sedang. Secara rinci dapat dilihat pada lampiran D.3. (Halaman 162 - 163).

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, hasil belajar fisika peserta didik dapat diperoleh dengan melakukan pre-test dan post-test, dari hasil pre-test dan post-test kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis

deskriptif dan analisis inferensial untuk mengetahui hasil belajar fisika peserta didik sebelum dan setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning pada peserta didik kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros.

Dari hasil analisis deskriptif diperoleh skor rata-rata peserta didik sebelum diterapkan model pembelajaran Discovery Learning lebih rendah dibandingkan skor rata-rata peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning. Untuk kategori skor hasil belajar fisika peserta didik dari analisis

deskriptif yang diperoleh diketahui bahwa hasil belajar fisika peserta didik sebelum diterapkan model pembelajaran Discovery Learning berada pada kategori sedang dan hasil belajar fisika peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran Discovery Learning berada pada kategori tinggi.

(54)

37

Berdasarkan hasil analsis inferensial dalam hal ini uji t yang telah dilakukan diketahui bahwa hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung > ttabel

maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga dari uji t yang telah dilakukan terlihat bahwa hasil belajar fisika peserta didik kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros meningkat setelah diajar dengan menerapkan model pembelajaran Discovery Learning. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar fisika

peserta didik maka dilakukan uji N-Gain. Dari hasil analisis N-Gain diperoleh peningkatan hasil belajar fsika peserta didik sebesar 0,39 dan masuk dalam kategori sedang.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik. Peningkatan hasil belajar fisika peserta didik disebabkan karena model pembelajaran Discovery Learning dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dengan sesamanya agar bekerjasama dalam menyelesaikan masalah yang diperolehnya secara terstruktur mulai dari stimulasi, menyatakan masalah, mengumpulkan data, memproses data, memverifikasi kembali jawaban yang telah disusun atau diselesaikan dan kemudian menarik kesimpulan dari hasil jawaban yang telah diperoleh. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Firi dan Derlina, 2015: 91) yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Discovery Learning dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan mengembangkan

(55)

kemampuan dalam memecahkan masalah fisika peserta didik dalam hal ini juga berdampak pada peningkatan hasil belajar fisika peserta didik.

(56)

39

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil belajar fisika peserta didik kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros sebelum diajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning yang ditunjukkan dengan skor rata-rata yang diperoleh sebesar 10,57 dan standar deviasi sebesar 3,02.

2. Hasil belajar fisika peserta didik kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning yang ditunjukkan dengan skor rata-rata yang diperoleh sebesar 16,60 dan standar deviasi sebesar 4,42.

3. Terdapat peningkatan hasil belajar fisika peserta didik kelas X MIPA 2 SMA Negeri 10 Maros setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dengan nilai N-Gain sebesar 0,39 pada kriteria sedang.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran - saran yang dapat direkomendasikan baik untuk pendidikan maupun peneliti selanjutnya, yaitu:

39

(57)

1. Bagi pendidik, diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dalam proses pembelajarannya sebagai salah satu alternatif dalam mata pelajaran fisika untuk mencapai hasil belajar fisika.

2. Bagi sekolah, diharapkan mampu menerapkan berbagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam memperoleh pengetahuan.

3. Bagi peneliti selanjutnya, apabila ingin melakukan penelitian dengan judul yang sama diharapkan agar penelitian yang dilakukan lebih disempurnakan lagi.

(58)

41

DAFTAR PUSTAKA

Ananda, Rusydi & Muhammad Fadhli. 2018. Statistik Pendidikan (Teori dan praktik dalam pendidikan). Medan: CV. Widya Puspita

Fitri, Mariza & Derlina. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Suhu dan Kalor. Jurnal Inpafi, Vol.3, No. 2

Hanief, YulinggoNanda & Wasis Himawanto. 2017. Statistik Pensdidikan Sleman:

Deepublish

Karwono & Heni Mularsih. 2017. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar. Depok: PT. Rajagrafindo Persada

Muhammad, Nurdin. 2016. Pengaruh Metode Discovery Learning untuk Meningkatkan Representasi Matematis dan Percaya Diri Siswa. Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 09, No. 01

Purwanto. 2016. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Putri, Rizka Hartami, Albertus DjokoLesmono, Pramudya Dwi Aristya. 2017.

Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Fisika Siswa MAN Bondowoso. Jurnal Pembelajaran Fisika, Vol. 6, No. 2

Rambega, Ulfa Laela. 2017. Hubungan Antara Kemampuan Penalaran Formal dan Motivasi Belajar Fisika Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 19 Bulukumba Kabupaten Bulukumba. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 4, No. 3 Retnawati, H. 2016. Validitas Reliabilitas dan Karakter Butir. Yogyakarta: Nuha

Medika

Riduwan. 2018. Dasar-dasar Statistik. Bandung: Alfabeta

Rusman. 2016. Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: Rajawali Pers

Sap’ari, Suprapta, Rafiqah. 2015. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Discovery. Jurnal Pendidikan Fisika, vol. 4, No. 2

Setiani, Ani & Donni Juni Priansa. 2015. Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran: Cerdas, Kreatif, dan Inovatif. Bandung: Alfabeta

41

(59)

Sudjana, Nana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sudjana, Nana. 2017. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:

Prenadamedia Group

Syamsuddin. 2017. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Visual Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Campalagian. Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 5, No. 3

Widiasworo, Erwin. 2018. Strategi Pembelajaran Edutainment Berbasis Karakter.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Winarni, Endang Widi. 2018. Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara

Gambar

GAMBAR                                                                                                    Halaman  2.1 Bagan Alur Kerangka Pikir .......................................................................
Gambar 2.1 Bagan Alur Kerangka Pikir  Nilai yang diperoleh setelah ulangan harian peserta  didik kelas X MIPA di bawah standar KKM (Kriteria
Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas
Tabel 3.3 Hasil Uji Coba Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendapatkan suhu dan lama penyeduhan teh putih yang menghasilkan seduhan dengan polifenol total tinggi aktivitas antioksidan atau

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan

Interaksi antara gugus nonpolar dari adsorben dengan karotenoida yang nonpolar dan interaksi antara gugus polar dari adsorben yaitu logam Ca dengan ikatan rangkap dari

Isaac &amp; Michael (1985) mencontohkan bahwa variabel yang paling sering dipakai dalam penelitian sosial dengan level analisis individual adalah usia, jenis kelamin,

Selain diskusi kelompok kecil, berbagai aktivitas pembelajaran yang relevan dengan blok ini telah dirancang untuk menambah pengertian mahasiswa terhadap konsep

Penerapan pembelajaran matematika materi Program Linear dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada peserta didik Kelas XI MIPA 5 SMA Negeri 1

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit

Studi kelayakan ini menggunakan naive bayes classification sehingga diperoleh tingkat layak atau tidak layak untuk pembukaan cabang baru, serta variabel dominan yang berpengaruh pada