• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL 1 PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODUL 1 PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Gunadarma

MODUL 1

PELATIHAN SERTIFIKASI KOMPETENSI

S1 – ILMU KOMUNIKASI

Skema Sertifikasi :

SB-001/1/LSP-UG/II/2017

JASA PROFESIONAL, ILMIAH, DAN TEKNIS –

FOTOGRAFER MUDA

Unit Kompetensi : M.742010.001.01 Memilih Jenis Kamera

M.742010.002.01 Memeriksa Perangkat Kamera

M.742010.003.01

Menentukan Elemen Pencahayaan M.742010.004.01

Mengatur Ketajaman Gambar M.742010.005.01

Menentukan Sudut Pengambilan

(2)

2017

(3)

UNIVERSITAS GUNADARMA

Skema Sertifikasi : SB-001/1/LSP-UG/II/2017

JASA PROFESIONAL, ILMIAH, DAN TEKNIS – FOTOGRAFER MUDA

Unit Kompetensi :

M.742010.001.01Memilih Jenis Kamera

M.742010.002.01 Memeriksa Perangkat Kamera M.742010.003.01Menentukan Elemen Pencahayaan M.742010.004.01Mengatur Ketajaman Gambar M.742010.005.01Menentukan Sudut Pengambilan

Penyusun :

Dr. Edy Prihantoro, MMSI Sendy Eka Nanda, S.Ikom., MM

Ahmad Fathoni, S.Ikom., MM Fetty Arisandi, S.Ikom., MM Reza Pradityayudha, S.Sos., M.Ikom

Siti Masitoh, SE., M.Ikom Choirul Umam, S.Ikom., MM

Depok, 2017

MODUL 1

PELATIHANSERTIFIKASI KOMPETENSI

S1 – ILMU KOMUNIKASI

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadhirat Allah swt, atas berkat dan dan karunianya, Modul 1 Pelatihan Sertifikasi Kompetensi skema Fotografer Muda dapat kami selesaikan. Modul ini merupakan bagian dari seri modul pendukung untuk pelatihan sertifikasi kompetensi untuk skema Jasa Profesional, ilmiah, dan teknis yang bertujuan memberikan bekal keterampilan bagi mahasiswa khususnya di program studi Ilmu Komunikasi.

Modul ini terbagi menjadi 5 bab. Bab pertama berisi Memilih Jenis Kamera, Bab kedua berisi Memeriksa Perangkat Kamera, Bab ketiga berisi Menentukan Elemen Pencahayaan, Bab keempat berisi Mengatur Ketajaman Gambar, dan Bab kelima berisi Menentukan Sudut Pengambilan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada : Ketua Program Studi atas arahannya terkait agar modul ini sejalan dengan kurikulum yang diberikan di perkuliahan, Bapak/Ibu Dosen dan Staff yang membantu penyusunan modul ini. Saran dan kritik dari pembaca, penyusun harapkan untuk perbaikan modul ini di masa mendatang.

Depok, Desember 2017

Tim Penyusun

(5)

MENENTUKAN ELEMEN PENCAHAYAAN

Objektif

 Melakukan Pengoperasian Masing-Masing Komponen Pencahayaan Dalam Kamera

 Menetapkan Pengaturan Pencahayaan Yang Sesuai Dengan Kebutuhan

1.1 Exposure Meter

Exposure adalah hal yang terpenting dalam fotografi. Untuk mendapatkan foto yang menarik hrus mendapatkan exposure yang tepat, sehingga bisa memperoleh foto yang diinginkan.

exposure memiliki 3 elemen yang dikenal dengan Triangle Exposure atau segitiga pencahayaan yaitu ISO, Shutter Speed dan Aperture.

Exposure memiliki banyak definisi, tetapi definisi secara umum adalah cara kamera menangkap cahaya dengan menghitung cahaya yang masuk, waktu yang digunakan dan kepekaan sensor untuk merekam objek yang difoto.

3

TRIANGLE EXPOSURE APERTURE/DIAFRAGMA

SHUTTER SPEED ISO Gambar : Triangle Exposure

(6)

Eksposur meter yang mengarah ke -1, -2, -3 mengakibatkan kekurangan cahaya atau sering disebut underexposure, sehingga objek yang difoto menjadi lebih gelap. Terkadang underexposure dapat membuat foto terlihat lebih suram dan gelap. Sebaliknya, jika exposure meter mengarah ke +1, +2, +3, mengakibatkan kelebihan cahaya atau overexposure, sehingga objek yang difoto terlalu terang. Terkadang saat overexposure dapat membuat objek foto terlihat lebih mewah atau bersih. Exposure yang ideal adalah pada posisi “0”, meski hal ini bersifat tentatif atau bergantung dari mood foto.

1.2 ISO (Internasional Standardization Organization)

Pada fotografi, istilah ISO dipergunakan untuk mewakili tingkat kepekaan film atau sensor terhadap cahaya. Di era kamera analog, ISO dikenal dengan ASA. Dulu, ASA tergantung dari film yang akan dipasang di dalam kamera. Sekarang, ISO bisa diubah kapan pun sesuai kebutuhan.

ISO berhubungan erat dengan grain/noise yang muncul dan setiap kamera memiliki tingkat noise sendiri. Semakin rendah ISO, semakin kurang sensitif sensor terhadap cahaya. Sebaliknya, semakin tinggi ISO maka semakin sensitif sensor atau film tersebut. ISO dengan angka besar atau disebut dengan juga ISO tinggi akan menurunkan kualitas gambar karena munculnya bintik-bintik atau grain atau noise yang terihat seperti bintik-bintik pasir dan detail yang halus akan hilang.

Tetapi, untuk kondisi yang minim akan cahaya dalam ruangan, ISO tinggi seringkali diperlukan.

1.2.1 Pengaruh ISO Terhadap Tingkat Terang Foto

-2..-1..0..+1..+2

Gambar : Exposure Meter

Gambar : Exposure Meter Pada kamera Sumber: 7 Hari Belajar Fotografi

(7)

Pengaturan ISO, yang merupkan tingkat sensitivitas sendor, akan memengaruhi terang atau gelapnya gambar yang dihasilkan. Semakin rendah IO yang digunakan, maka gambar akan semakin gelap. Sebaliknya, semakin tinggi ISO yang digunakan, mak gambar akan semakin terang.

Pada contoh gambar diatas ditampilkan bebebrapa foto yang diambil dengan tingkat ISO yang berbeda-beda. Bukaan lensa dan shutter speed diatur pada kondisi tetap yaitu F/8 dan 1/8 detik, dengan menggunakan pencahayaan dari cahaya yang tersedia diruangan.

Sebagai catatan, acuan, ini bukanlah aturan baku, dan bisa mengubah sesuai dengan kebutuhan, maka dibuatlah tabel acuan mengenai pengaturan ISO sebagai berikut :

Tabel: Acuan Pengaturan ISO

ISO Kategori PENGGUNAAN

100-200 ISO Rendah Lokasi dan scenario dengan banyak cahaya (outdoor, slow speed 200-400 ISO Rendah Kondisi cukup terang

400-800 ISO Sedang Pencahayaan sedang (teras, teduhan)

800-1600 ISO Tinggi Lokaso indoor dengan tingkat cahaya sedang

1600-dst ISO Tinggi Kondisi cahaya kurang, foto objek yang bergerak dengan kecepatan tinggi

Sering kali fotografer akan dihadapkan dengan kondisi yang memerlukan pergantian pengaturan kamera secara cepat. Pengaturan ISO manual akan memakan waktu dan moment sudah terlanjur hilang. Untuk mengatasinya, fotografer bias memanfaatkan fitur auto ISO yang tersedia pada kamera. Jangan lupa untuk mengatur batasan ISO sesuai kebutuhan.

1.3 Aperture (Diafragma)

Aperture, F-stop atau sering diterjemahkan sebagai “bukaan lensa” atau “bukaan diafragma” adalah lebar bukaan lensa relative terhadap Focal Length. Penulisan dan ukuran yang digunakan adalah F per sekian, seperti F/4, yang berarti lensa akan terbuka dengan diameter sebesar ¼ dari focal length.

(8)

Aperture juga dapat digunakan untuk mengatur ruang tajam atau yang sering disebut dengan DOF (Depth of Field), DOF berarti kedalaman ruangan yakni jarak antara titik terdekat dan titik terjauj objek pada gambar yang masih tampak focus. Objek lain yang berada di luar DOF tersebut akan menjadi kabur, blur, atau dikenal dengan istilah Bokeh. Blur atau bokeh ini akan semakin dominan apabila DOF semakin tipis. DOF atau bokeh ditentukan oleh 4 faktor berikut:

1. Aperture. Bokeh semakin dominan pada Aperture besar atau dengan F number kecil.

2. Panjang lensa (Focal Length). Bokeh semakin dominan pada lensa Panjang. Focal length yang lebih Panjang sperti 200mm akan menghasilkan DOF yang lebih tipis disbanding Focal length yang pendek seperti 18mm.

3. Jarak objek. Bokeh semakin dominan saat objek lebih dekat dengan lensa. Seperti pada foto close up atau macro.

4. Ukuran fisik sensor kamera. Bokeh semakin dominan pada sensor dengan ukuran fisik besar.

Fungsi atau pengaturan disetiap tipe kamera berbeda posisi, tetapi kaidah ataurannya tetap sama yaitu semakin kecil angka aperture, misalnya F/1.4 maka bukaan lensa lebih lebar dibandingkan dengan F/22 yang memiliki bukaan kecil. Pengaturan aperture yang berbeda paa tiap tipe kamera seperti pada tipe kamera Fujifilm, pengaturannya dilakukan di lensa, sedangkan pada tipe Canon pengaturannya dilakukan di body kamera.

Gambar dibawah ini menunjukkan perbedaan penggunaan aperture dalam mengatur ruang tajam atau DOF dengan menggunakan F/2.8, F/5.6 dan F/11.

Gambar : Perbedaan Tingkat DOF Sumber: 7 Hari Belajar Fotografi

(9)

Pada gambar pertama diatas, menggunakan aperture F/2.8 bukaan besar memiliki DOF yang sempit. Ruang tajam hanya pada area yang diberi tanda garis merah, terlihat ruang tajam hanya pendek atau 1/3 di depan titik fokus dan 2/3 dibelakang titik fokus. Perlu diperhatikan jika menggunakan F stop besar karena memiliki DOF pendek dan dengan F stop yang besar tersebut hanya diperlukan cahaya yang sedikit untuk mengexpose objek atau hanya diperlukan cahaya/speed 1/1000 detik.

Pada gambar kedua diatas, menggunakan aperture F/5.6 bukaan sedang memiliki DOF lebih luas dibanding dengan F/2.8. Ruang tajam hanya pada area yang diberi garis orange, terlihat ruang tajam lebih lebar disbanding F/2.8. ruang tajam bertambah ± 1/3 dari titik fokus dan 2/3 di belakang titik fokus. Menggunakan F stop sedang cukup aman karena mendapatka ketajaman yang lumayan besar. Dengan menggunakan F stop seang diperlukan cahaya yang cukup saja, tidak perlu banyak yaitu 1/250 detik

Pada gambar ketiga diatas, menggunakan aperture F/11 bukaan kecil memiliki DOF lebih luas dibandingkan dengan F/5.6. ruang tajam terlihat lebih luas hampir seluruh sudut gambar. Coba bandingkan hedung diblakang yang terlihat lebih tajam meggunakan F/11 tetapi ruang tajam masih terlihat dari titik fokus 1/3 di depan dan 2.3 dibelakang titik fokus. Dengan F stop bukaan kecil, akan mendapatkan ruang tajam ebih banyak, terutama jika menggunakan F/22 atau F/32. Dengan menggunakan F stop kecil doperlukan cahaya yang banyak yaitu 1/60 detik.

Bandingkan dengan F/5.6 yang hanya menggunakan speed 1/250 detik ataupun F/2.8 yang membutuhkan cahaya yang sangat dikit yaitu dengan speed 1/1000 detik.

Gambar : Perbedaan Tingkat Aperture Terhadap Keterangan Cahaya Sumber: Dasar Fotgrafi Digital

(10)

1.3.1 Pengaruh Aperture Terhadap Tingkat Terang

Pengaturan aperture menentukan bukaan besar-kecilnya lensa yang dilalui oleh cahaya yang akan mencapai ke sensor kamera, dan pada akhirnya menentukan tingkat terang foto yang dihasilkan.

1.4 Shutter Speed

Shutter speed atau dikenal juga sebagai exposure time atau kecepatan ranaadalah lama waktu sensor kamera menerima cahaya atau citra dari objek. Satuan yang diguakan adalah detik atau lazim ditampilkan sepersekian detik.

Secara sederhana, langkah kamera menangkap gambar adalah shutter membuka, gambar direkam oleh sensor, shutter menutup. Lama waktu antara shutter mebuka hingga menutup itulan yang disebut dengan shutter speed.

Pengaturan shutter speed juga menentukan tertangkap atau tidaknya kesan pergerakan (motion) dari objek. Pada shutter speed lebih cepat, sebagai contoh 1/2000 detik, objek akan terlihat sedang tidak bergerak atau sering disebut dengan efek freezing atau membeku. Pada shutter speed lebih rendah, sebagai contoh 1/60, objek akan terlihat kabur atau berbayang atau umumnya disebut dengan efek motion blur.

Dengan mempertimbangkan efek freezing dan motion blur, maka dibuatlah suatu catatan, tetapi acuan, ini bukanlah aturan baku, dan bisa mengubah sesuai dengan kebutuhan, maka dibuatlah tabel acuan mengenai pengaturan shutter speed sebagai berikut:

Tabel: Acuan Penggunaan Shutter Speed SHUTTER SPEED

(DETIK)

PENGGUNAAN

1/4000 Objek berkecepatan tinggi, seperti balap mobil atau motor 1/2000 - 1/1000 Objek berkecepatan menengah, seperti pertandingan

sepak bola, bola volley dan sebagainya.

1/500 - 1/250 Foto orang dalam kondisi sehari-hari seperti berjalan, bekerja dan sebagainya

1/125 Subjek/objek tidak bergerak, seperti foto model. Juga untuk penggunaan flash.

(11)

1/60 – 1/30 Untuk Teknik panning atau menangkap motion blur ringan

1/15 – lebih lambat Untuk menangkap motion blur yang lebih lambat. Pada speed rendah seperti ini disarankan menggunakan tripod

Saat memotret dengan hanya dipegang tangan (handheld) tanpa penggunaan penyangga seperti tripod, disarankan untuk menjaga shutter speed lebih cepat dari satu per focal length (1/FL) yang dikalikan dengan crop factornya.

1. DSLR Full Frame, shutter speed minimal: 1/FL.

Contohnya pada focal length 85mm, maka speed minimal adalah 1/85 detik.

2. DSLR APSC, shutter speed minimal: 1/(1.5 x FL).

Contohnya pada focal length 50mm, maka speed minimal adalah 1.75 detik.

3. Micro Fpur Third, shutter speed minimal: 1/(2 X FL).

Contohnya pada focal length 42mm, maka speed minimal adalah 1/84 detik.

4. Kamera saku, shutter minimal: 1/(25 x zoom).

Contohnya pada zomm 5x, maka speed minimal adaah 1/125 detik.

1.4.2 Pengaruh Shutter Speed Terhadap Tingkat Terang Foto

Lamanya cahaya diterima sensor memengaruhi tingkat terang foto yang dihasilkan. Jadi semakin lama shutter membuka, semakin banyak cahaya yang masuk. Sedangkan semakin cepat shutter membuka dan menutup maka semakin sedikit pula cahaya yang masuk. Seperti contohnya menggunkan shutter speed 30” (tiga puluh detik) akan lebih lama/lambat dibandingkan dengan 1/30 (sepertigapuluh detik). Jadi pada shutter 30” (tiga puluh detik) sensor akan menerima cahaya selama 30 detik sehingga lebih banyak cahaya yang masuk.

Rangkuman

Menentukan elemen pencahayaan merupakan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja guna menghasilkan pencahayaan yang optimal pada kamera. Pilihan ISO, diafragma, kecepatan ditentukan sesuai dengan kondisi penyinaran. yang dibutuhkan. ISO dibutuhkan untuk

(12)

menentukan kualitas foto tersebut. Semakin rendah ISO semakin detail gambarnya. Aperture adalah luasnya ruang tajam dari objek yang difoto. Semakin kecil angka aperture maka sebakin besar bukaannya sehingga Depth of Field (DOF) akan semakin sempit. Shuttter Speed adalah kecepetan shutter. Jika shutter lebih cepat dibandingkan objeknya maka objek akan membeku atau freeze. Sebaliknya, jika lebih lambat dari objeknya maka objek akan blur. Pencahayaan diatur sesuai dengan kebutuhan dalam pemotretan.

1.5 Soal Latihan 1. Apa itu ISO ?

a. Jumlah cahaya yang masuk ke kamera

b. Ukuran tingkat sensifitas sensor kamera terhadap cahaya c. Ukuran cahaya dalam fotografi

d. Ukuran sensifitas bulb terhadap sensor kamera 2. Semakin tinggi setting ISO, maka…

a. Semakin sensitif sensor terhadap cahaya b. Semakin tidak sensitif terhadap cahaya c. Semakin sensitif cahaya

d. Semakin sedikit cahaya yang masuk

3. Apabila kita menggunakan ISO paling tinggi dalam kondisi ruangan yang cukup cahaya, maka gambar atau foto yang dihasilkam akan menjadi..

a. Bokeh b. Noise

c. Under Exposure d. Over Exposure

4. Semakin kecil bukaan diafragma, maka akan ..

a. Semakin banyak cahaya masuk b. Sedikit cahaya masuk

c. Semakin gelap

d. Semakin mencapai titik normal

5. Berikut merupakan fungsi dari diafragma, kecuali … a. Mengontrol cahaya yang masuk

(13)

b. Mengontrol kedalaman ruang sempit dan lebar c. Mengontrol efisiensi memori dalam foto d. Mempengaruhi kecepatan lensa

1.6.Studi Kasus

Jika kita akan membuat sebuah foto light gravity, Bagaimana persiapan peralatan dan pengaturan ISO, Aperture dan Shutter Speed ?

1.7 Praktikum :

Alat dan bahan yang dibutuhkan : 1. Kamera

2. Lensa 3. Tripod 4. Filter

Kegiatan praktikum :

1. ISO: Buatlah foto di siang hari menggunakan mode AV/A menggunakan ISO 100, 200, 800, 1600, 3200 dan 6400. Lihat perbedaan ISO terhadap kualitas gambar itu sendiri.

2. Shutter Speed: Buatlah foto objek yang berjalan seperti sepeda motor dan sebagainya.

Gunadakan mode TV/S dengan speed 1”, 1/15, 1/60. 1/250 dan 1/500.

3. Aperture: buatlah foto menggunakan F stop besar seperti F/1.4, F/2.8 dan menggunakan F stop kecil seperti F/11, F/16. Potretlah benda yang berbaris seperti pilar. Lihat perbedaan DOF-nya.

(14)

MENGATUR KETAJAMAN GAMBAR

Objektif

 Menentukan ketajaman gambar berdasarkan pada objek.

 Menentukan sistem titik fokus yang tepat.

1.1 Titik Fokus

Fokus adalah titik dimana objek foto mendapatkan perhatian utama. Pada pemotretan, focus sangatlah penting. Terkadang karena kita tidak menempatkan focus dengan benar, foto menjadi goyang atau tidak focus. Pada beberapa kamera, focus ini memiliki tampilan yang berbeda-beda. Ada yang memiliki 1 titik focus, sampai lebih dari 64 titik focus ataupun kamera yang medeteksi sendiri mana objek yang akan difokuskan seperti fitur smile detection ataupun 3D focusing.

4

Gambar : Perbedaan Focusing Screen Sumber: Buku 7 Hari Belajar Fotografi

(15)

Pada gambar diatas adalah beberapa focusing screen yang berbeda di setiap merek kamera, tetapi memiliki fungsi yang sama yaitu menentukan objek mana yang akan difokuskan.

Focusing dapat dipindah-pindah tergantung area mana yang ingin kita fokuskan. Baik itu di kiri atau di kanan, maupun di atas atau di bawah, dan lain sebagainya. Perhatikan contoh gambar dibawah ini:

Titik focus pada foto disamping ini adalah pada objek boneka yang ada didepan, dengan begitu objek yang berada dibelakang akan terlihat tidak fokus/blur

Gambar : Perpindahan Focusing Sumber: Buku 7 Hari Belajar Fotografi

Gambar : Focusing Pada latar depan Sumber: Buku 7 Hari Belajar Fotografi

(16)

Titik fokus pada foto disamping ini adalah pada objek boneka yang ada dibelakang, dengan begitu objek yang berada didepan akan terlihat tidak fokus/blur

Foto disamping ini titik fokus pada kedua objek tidak akan terpengaruh karena objek dalam kedudukan sejajar. Tetapi berpengaruh pada objek latar belakang (background) yang terlihat tidak fokus/blur.

Jadi dengan memilih titik fokus yang benar maka bisa menentukan area mana yang ingin difokuskan

1.2 Mode Fokus

Mode yang digunakan untuk fokus ada beberapa macam. Pada umumnya adalah Single Shoot ayau One Shoot, kemudian Continuous Shoot atau Servo/AI Servo/AF C, kemudian AI Fokus /AFA dan MF atau manual fokus.

Gambar : Focusing Pada latar belakang Sumber: Buku 7 Hari Belajar Fotografi

Gambar : Focusing Pada Kedua Objek yang sejajar Sumber: Buku 7 Hari Belajar Fotografi

(17)

a. One Shoot | AF-S

Mode fokus ini digunakan untuk memotret benda-benda atau objek yang tidak bergerak dan kecenderungan diam atau tidak ada gerakan. Dengan mode ini, kita akan mengunci fokus pada titik yang kita fokuskan. Biasanya mode ini yang paling sering digunakan karena biasanya kita lebih banyak memotret benda’objek diam dibandingkan dengan objek yang bergerak. Seperti memotret cangkir, buku, bangunan atau objek yang bergerak tetapi dalam kondisi diam seperti manusia yang sedang melakukan pose diam.

b. AI Fokus | AF-A

Mode fokus ini digunakan untuk memotret benda yang sebelumnya diam lalu tiba- tiba bergerak. Bisa juga disebut dengan mode fokus di tengah-tengah antara one shoot dan cotinuous. Pada fokus ini, sensor akan mencari objek yang akan difokuskan tetapi lebih lambat dibandingkan dengan AF-C. Dengan memilih fokus AI Focus kita tetap mendapatkan ketepatan fokus pada objek yang memiliki pergerakan tidak terlalu cepat atau bergerak melambat. Mode fokus ini lebih jarang dipakai dibandingkan dengan one shoot atau continous shoot.

c. AI Servo | AF-C

Mode fokus ini digunakan untuk memotret benda yang bergerak secara terus- menerus, seperti orang naik sepeda, mobil sedang bergerak, atau orang sedang berlari.

Fokus akan secara kontinyu mengikuti objek tersebut sampai fotografer melepaskan shutter. Fokus ini sangat berguna untuk objek bergerak. Maka dari itu mode ini lebih baik digunakan untuk benda yang bergerak dibanfingkan dengan memakai mode AF-A.

d. MF | Mode Manual

Mode fokus ini menggunakan fokus manual.artinya kita yang melakukan fokus sendiri dengan memutar lensa untuk mendapatkan fokus yang diinginkan. Pada fokus ini kecepatan dan ketepatan diperlukan. Jika tidak, maka foto akan kabur/blur karena ketidaktepatan fokus.

(18)

1.3 Mode Drive

Drive mode adalah bagaimana atau banyaknya foto yang diambil. Biasanya akan muncul di dalam menu dengan informasi “drive mode”, tetapi dibeberapa merek kamera dapat berupa mode mekanik, seperti pada kamera Fujifilm yang bisa menggantinya ada area mode kontrol.

Beberapa item pada mode drive antaralain adalah :

a. Drive Mode Single (S)

Untuk pemotretan sekali foto saja meskipun shutter terus ditekan, foto yang dihasilkan hanya satu. Mode ini sering digunakan untuk pemotretan atau objek yang diam dan tidak banyak gerakan.

b. Drive Mode Continuous Low (CL)

Untuk memotret objek beberapa kali secara lambat (tergantung fitur kamera), rata-rata 2-3 frame per second (detik) biasa dipakai untuk memotret gerakan yang tidak terlalu banyak.

c. Drive Mode Continuous HI (CH)

Untuk memotret objek beberapa kali secara cepat (tergantungfitur kamera), rata-rata 5-8 frame per second (detik). Biasa dipakai untuk memotret gerakan yang cepat dan membutuhkan lebih banyak frame.

d. Drive Mode Timer

L

H

Untuk memotret dengan jeda waktu 2 second (detik) sampai 10 second (detik) atau lebih dari itu jika menggunakan alat bantu lain. Biasanya timer dipakai untuk foto bersama (self timer).

(19)

RANGKUMAN

Mengatur ketajaman gambar dilakukan sehingga hasil pemotretan objeknya tajam dan fokus, baik untuk benda diam maupun benda bergerak. Fokus bisa dipilih dan memilih mode yang berbeda-beda bergantung pada apa yang akan difoto dan apa yang kita inginkan pada objek tersebut. Kesalahan dalam melakukan fokus akan mengakibatkan foto menjadi blur.

1.5. LATIHAN SOAL PILIHAN GANDA

1. Untuk memotret objek beberapa 5-8 frame per second menggunakan mode drive yang cocok adalah …

a. Drive Mode Single

b. Drive Mode Continuous Low c. Drive Mode Continuous High d. Drive Mode Timer

2. Mode fokus yang tepat digunakan untuk memotret mobil yang sedang bergerak adalah … a. One Shoot

b. AI Fokus c. AI Servo d. MF

3. Mode fokus yang tepat digunakan untuk memotret action figur adalah … a. One Shoot

b. AI Fokus c. AI Servo d. MF

4. Untuk memotret foto bersama dengan jeda waktu 2-10 second memakai mode drive … a. Drive Mode Single

(20)

b. Drive Mode Continuous Low c. Drive Mode Continuous High d. Drive Mode Timer

5. Bila fotografer inginmelakukan fokus sendiri dengan memutar lensa untuk mendapatkan fokus yang diinginkan, maka mode fokus yang digunakan adalah …

a. One Shoot b. AI Fokus c. AI Servo d. MF

1.6.LATIHAN SOAL ESSAI

1. Apa yang saudara ketahui tentang fokus?

2. Fokus yang seperti apa yang anda butuhkan untuk memotret obyek?

3. Jika anda memotret dua objek yang sejajar, bagaimana fokus latar belakang obyeknya?

4. One Shoot | AF-S digunakan untuk memotret obyek yang apa?

5. Untuk apakah Drive Mode Continuous Low?

1.7. STUDI KASUS

Jika kita akan membuat sebuah foto levitasi, Bagaimana persiapan peralatan dan pengaturan mode fokus dan mode drive ?

1.8. PRAKTIKUM

Alat dan bahan yang dibutuhkan : 1. Kamera

2. Lensa 3. Tripod

(21)

4. Filter

Kegiatan praktikum :

1. Potretlah dua objek yang berbeda, kemudia pindah-pindahkan fokusnya, gunakan mode AV/A. Gunakan F Stop paling kecil angkanya seperti F/2.8. Lihat perbedaannya.

2. Buatlah foto menggunakan single shooting / one shoot untuk memotret benda diam yang menarik tentunya.

3. Buatlah foto menggunakan mode fokus AF-C/Servo untuk memotret benda bergerak.

(22)

MENENTUKAN SUDUT PENGAMBILAN

Objektif

 Menentukan Sempitluasnya Bidang Pandang.

 Menentukan Posisi Kamera Terhadap Objek Pemotretan.

1.1 Perspektif dan Orientasi

Perspektif pada seni visual adalah cara menampilkan objek pada bidang dua dimensi sehingga kesan yang sesuai mengenai dimensi (panjang, lebar dan tinggi) dan posisinya jika dilihat dari titik tertentu. Begitu juga dalam fotografi, pengaturan perspektif mempengaruhi bagaimana pemirsa mengartikan pemandangan yang ditampilkan pada foto. Sebuah foto yang dihasilkan dari satu sudut akan berbeda dengan sudut lain. Begitu pula pada pengaturan focal length, foto akan memberikan perasaan atau kesan yang berbeda setiap focal length yang berbeda. Sebagai fotografer, perspektif adalah salah satu alat yang bisa digunakan dalam menyusun komposisi foto.

Foto dari objek yang sama belum tentu memberikan kesan yang serupa. Ada banyak cara yang bisa diterapkan untuk menampilkan impresi yang berbeda, dan salah satunya yang sangat berpengaruh adakah pengaturan sudut pandang kamera (camera angle). Cara pandang pemotretan ini pada akhirnya menjadi perpanjangan dari penglihatan pemirsa, sehingga perasaan yang muncul pun akan dipengaruhi oleh sudut pandang yang digunakan. Dalam fotografi ada setidaknya tiga perspektif sudut pandang pengambilan gambar.

5

(23)

1.1.1 Sudut Pandang Normal (Eye Level)

Sudut pandang umum adalah sudut pandang normal atau terkadang disebut dengan

“eye level”. Istilah ini digunakan untuk foto dengan sudut pandang kamera dari ketinggian yang sama dengan posisi mata normal. Sebagian besar foto yang kita lihat diambil dari sudut ini, dan foto yang dihasilkan memiliki tampilan yang kurang lebih sama dengan apa yang kita lihat sehari-hari. Sudut pandang normal sangat sesuai untuk memberikan kesan apa adanya pada foto yang diambil. Penggunaan paling umum adalah untuk dokumentasi, foto perjalanan, dan sebagainya.

1.1.2 Sudut Pandang Bawah (Low Angle)

Sudut pandang bawah ini sering juga disebut worm’s-eye view atau juga frog-view.

Pengambilan gambar dengan low angle dilakukan dengan kamera dari sudut rendah dan menghadap kearah yang lebih tinggi. Untuk mengambil gambar low angle, seringkali fotografer harus merapat ke tanah, atau bisa dengan memangaatkan layar flip pada kamera.

Sebagai perpanjangan dari pandangan pemirsa, penggunaan low angle seakan mewakili sudut pandang pemirsa yang melihat ke awah atas atau mendongak. Perasaan yang ditimbulkan dari melihat ke atas pada objek ataupu subjek ini adalah adanya kesan kuat, angkuh, tinggi dan megah.

1.1.3 Sudut Pandang Tinggi (High Angle)

High angle merupakan sudut kamera dengan posisi yang lebih tinggi dari objek.

Pengambilan gambar secara High Angle membutuhkan posisi atau pijakan tertentu, dan terkadang bisa dibantu dengan penggunaan layar flip. Penerapan high angle akan memberikan kesan bahwa objek menjadi terlihat lebih kecil, lemah, submisif atai inferior.

High angle pada posisi ekstrem disebut dengan Bird-Eye View atau Aerial View. Untuk sudut kamera ini seringkali digunakan posisi tertentu dari atas bukit, gedung atau bahkan pesawat.

1.2 Efek Focal Length: Distorsi vs Kompresi Suatu Objek

(24)

Pengaturan focal length pada lensa kamera bukan hanya berguna untuk mengatur zoom. Pengguna lensa zoom seringkali tidak memanfaakan efek focal length terhadap tampilan bentuk objek.

Pada gambar sebelah kiri merupakan contoh gambar yang diambil dengan focal length 18m (lensa Wide Angle). Muncul distorsi pada objek, bidang dan garis sejajar terlihat mengumpul, bagian yang dekat terlihat membesar. Sedangkan pada gambar sebelah kanan merupakan contoh gambar yang diambil dengan focal length 120mm (lensa panjang/tele).

Bagian-bagian objek terlihat lebih proporsional, bidang dan garis lurus terlihat lebih mendekati aslinya.

1.3 Distorsi vs Kompresi Pada Banyak Objek

Perspektif dari foto dengan beberapa elemen juga sangat erat kaitannya dengan sudut distorsi dan kompresi dari pengatuan focal length. Pada efek distorsi, ukuran dan jarak objek terlihat berubah dari sangat besar dan menyusut menjadi sangat kecil. Sedangkan pada efek kompresi objek tampil berulang dengan ukuran dan jarak yang mendekati.

Gambar: Contoh Gambar Distorsi (kiri) dan Gambar Kompresi (kanan)

Sumber: Dasar Fotografi Digital 2

(25)

Pada gambar sebelah kiri merupakan contoh gambar yang diambil dengan focal length 18m (lensa Wide Angle). Muncul distorsi pada objek, sehinggal memunculkan proporsi, jarak antar objek terlihat lebih renggang dan background terlihat lebih jauh. Sedangkan pada gambar sebelah kanan merupakan contoh gambar yang diambil dengan focal length 65mm (lensa panjang/tele), kompresi memunculkan penyusutan yang perlahan, jarak antar objek terlihat hampir seragam, background terlihat dekat.

1.4 Orientasi: Datar atau Tenggak

Kamera anda memang didesain dengan handling yang normalnya mendatar, akan tetapi bukan berarti bahwa foto harus selalu diambil mendatar/horizontal. Ada banyak objek yang lebih sesuai dipotret dengan arah tegak/vertikal. Untuk memaksimalkan kompsisi, sangat disarankan menyesuaikan orientasi kamera mengikuti objek.

Secara umum anda bisa langsung mengamati perbandingan antara lebar dan tegak objek:

a. Untuk subjek dengan lebar > tinggi, maka orientasi kamera secara datar/horizontal.

b. Untuk subjek dengan tinggi > lebar, maka orientasi kamera secara tegak/vertikal Ada juga beberapa jenis kondisi objek yang bisa ditampilkan dengan sisi dominan lebar atau tinggi, tergantung cara pandang yang digunakan. Jika objek sesuai dipotret dengan kedua orientasi, jangan ragu-ragu untuk menggunakan kedua orientasi, perhatikan kedua contoh foto dibawah ini:

1.5 Waspada Miring

Terkadang kita akan mendapati sebuah foto dengan tingkat terang yang sudah baik, detai; dan warna juga bagus tetapi ada yang kurang enak dilihat karena terlihat miring. Kesan yang muncul adalah bidang foto seakan-akan oleh dan objek serta elemen yang lain seperti meluncur “tumpah” ke salah satu sisi.

(26)

Foto yang disusun dengan pola diagonal memang akan memunculkan efek dinamis, tetapi bukan berarti foto bisa dibuat miring tanpa orientasi. Sebuah foto akan terlihat lebih alami jika salah satu elemen vertikan atau horizontal sejajar dengan salah satu bidag foto.

Sebagai salah satu contoh, untuk foto yang menampilkan kaki langit ataupun tiang lampu akan lebih alami jika kaki langit atau tiang lampu tetap mengikuti psosisi datar atau tegak.

Apabila foto yang diambil terlanjur miring, anda bisa menggunakan fungsi koreksi berupa rotate, transform, ataupun crop yang disediakan oleh software photo editor. Akan tetapi sebagai catatan, penggunaan post-correction ini akan menghilangkan sebagaian area karena terpotong untuk menyesuaikan dengan sudut yang baru.

1.6 Rangkuman

Menentukan sudut pengambilan gambar membutuhkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang khusus. Seorang photografer harus mahir dalam menyusun suatu komposisi foto. Perspektif dan orientasi yang digunakan akan memberikan impresi tertentu pada setiap gambar yang dihasilkan. Pengaturan sudut pandang kamera atau angle camera dan focal length yang digunakan merupakan cara untuk mengatur perspektif dan orientasi yang berbeda. Dalam fotografi ada setidaknya tiga perspektif sudut pandang pengambilan gambar yaitu Eye Level, Low Angle dan High Angle.

1.7 Latihan Soal Pilihan Ganda

1. Sudut pandang kamera yang memberikan kesan apa adanya pada foto yang diambil adalah

a. High angle b. Low angle c. Eye level d. Frog Eye

2. Untuk pemotretan dokumentasi, travelling maka sudut pandang kamera yang cocok digunakan adalah …

(27)

a. High angle b. Low angle c. Eye level d. Frog Eye

3. Sudut pandang kamera yang memberikan kesan megah dan kuat adalah … a. High angle

b. Low angle c. Eye level d. Frog Eye

4. Yang bukan merupakasn suatu kesan yang ditimbulkan dari penerapan high angle adalah a. Kecil

b. Submisif c. Inferior d. Angkuh

5. Dibawah ini nama lain dari sudut pandang bawah adalah … a. Low angle

b. Worm eye view c. Frog view d. Bird eye

1.8 Latihan Soal Essai

1. Sebutkan 3 perspektif sudut pengambilan gambar ?

2. Jelaskan impersi yang dihasilkan dari 3 jenis perspektif sudut pengambilan gambar ? 3. Jelaskan fungsi focal length selaini untuk mengatur zoom ?

4. Jelaskan impersi yang ditimbulakan jika menggunakan focal length lebar dan focal length panjang/tele ?

5. Jelaskan cara yang tepat dalam penggunaan orientasi tegak dan orientasi datar ?

(28)

1.9 Studi Kasus

Anda diminta untuk memotret suatu miniatur kendaraan, bagaimana cara anda memotret miniatur tersebut agar terlihat lebih nyata seperti aslinya dengan memanfaatkan penggunaan focal length ?

1.10 Praktikum

Perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan : 1. Kamera

2. Lensa 3. Tripod

Kegiatan Praktikum

1. Potretlah struktur yang berbentuk vertikal dengan menggunakan orientasi tegak, gunakan mode Aperture Priority atau mode Program.

2. Potretlah bangunan dengan menggunakan orientasi mendatar dengan memperhatikan garis horizontal agar tidak miring. Perhatikan kerataan garis horizontal pada bangunan yang dipotret dengan garis panduan pada viewfinder. Gunakan mode Aperture Priority atau mode Program

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Dharsito, Wahyu. Dasar Fotografi Digital I. . PT Alex Media Komputindo: Jakarta. 2014.

Hoddinott, Ross. Lenses for Digital SLRs. PT Alex Media Komputindo: Jakarta. 2013.

Paulus Nugrahajati &Eddie Targo. Buku Pintar Fotografi dengan Kamera DSLR.Tera : Jogjakarta.2011.

Tjiang, Herry. 7 Hari Belajar Fotografi – Dengan Langkah Mudah, Praktis dan Lengkap. PT Alex Media Komputindo: Jakarta. 2015.

Wijono, Itta. 1,2,3 Klik! Petunjuk Memotret Kreatif untuk Pemula. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 2003.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu dilihat dari segi syarat-syarat akid (orang yang melakukan transaksi), maka jual beli yang dilakukan di Showroom Anugrah Jaya Pakis, Pati dilakukan orang-orang

Berdasarkan penelitian sebelumnya, belum ada penelitian tentang kompres yang menggunakan kelompok kontrol, sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

Terdapat sebuah paribasan yang mengajarkan hal ini yaitu paribasan ”kacang mangsa ninggala lanjaran”. Paribasan Jawa ini hampir serupa dengan peribahasa Indonesia

Dampak keseriusan dalam menangani limbah yang berasal dari 3 (tiga) unit pabrik tersebut diputuskan untuk melakukan investasi dalam proyek pembangunan bangunan Incinerator

Bahan baku kulit jeruk yang akan dipakai pada industri minyak jeruk ini diperoleh dari pabrik makanan dan minuman yang menggunakan jeruk sebagai bahan bakunya dan

Tidak seperti pada ABO sistem dimana seseorang yang tidak mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi yang berlawanan dalam plasmanya, maka

Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan pada forensik bertujuan untuk  membantu identifikasi pemilik darah tersebut dengan cara memastikan apakah bercak  tersebut

bahwa sehubungan dengan perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, keadaan yang menyebabkan pergeseran