• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Jika melihat mozaik perjalanan bangsa Indonesia, pemuda Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Jika melihat mozaik perjalanan bangsa Indonesia, pemuda Indonesia"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENGANTAR

1.1. Latar Belakang

Jika melihat mozaik perjalanan bangsa Indonesia, pemuda Indonesia senantiasa menjadi pelopor dan pemimpin bangsa dalam berbagai perjuangan. Sejarah telah menunjukkan bahwa generasi muda senantiasa menjadi tulang punggung dari segala gerakan yang menuju ke arah terciptanya negara Indonesia merdeka. Bahkan, salah satu Indonesianis terkemuka, Benedict Anderson (1991:26) pernah mengatakan bahwa sejarah Indonesia adalah sejarahnya para pemuda. Pernyatan yang dikemukakan oleh Anderson rasanya memang tepat, apalagi jika dikaitkan dengan sejarah panjang bangsa Indonesia di mana pemuda merupakan aktor utama setiap peristiwa penting yang terjadi di Indonesia.

Sejak zaman pergerakan nasional sampai saat ini, para pemuda selalu menjadi tonggak dan aktor yang senantiasa menggerakkan perubahan-perubahan yang terjadi. Sejarah mencatat bahwa rangkaian peristiwa-peristiwa penting yang tertoreh dalam pembentukan identitas nasional Indonesia merupakan aksi yang dilakukan oleh para pemuda. Pemuda menjadi pelopor gerakan reformasi di negeri ini sehingga goresan sejarah Indonesia tidak akan pernah luput dari lembaran sejarah kepemudaannya. Peranan pemuda cukup strategis di setiap gerak laju kemajuan bangsa. Peranan pemuda yang sangat menentukan ini tiada lain merupakan menifestasi dari pada semangat pemuda yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab terhadap segala tuntutan keadaan yang menyangkut perjuangan kepentingan bangsa.

(2)

Perjuangan pemuda masa lalu tentu berbeda dengan apa yang harus diperjuangkan oleh pemuda masa kini dan masa yang akan datang. Tantangan yang dihadapi setiap generasi tidaklah sama. Pada era penjajahan para pemuda dituntut untuk memegang senjata dan berperang mati-matian. Namun, pada saat ini, agenda terpenting bagi para pemuda bangsa adalah bagaimana cara efektif mengisi kemerdekaan dan mengatasi hambatan pembangunan bangsa. Walaupun tantangan yang dihadapi pergerakan pemuda pada kedua zaman tersebut berbeda, berdasarkan sifatnya, dapat ditarik satu benang merah yang sama yakni bahwa pemuda mempunyai peran strategis dalam perjuangan memperebutkan dan mengisi kemerdekaan negara kesatuan Republik Indonesia.

Saat ini, pemuda harus merumuskan kembali strategi perjuangannya. Gerakannya harus memiliki dampak yang lebih dasyat dalam perubahan sosial. Mengingat tantangannya setiap zaman berbeda, tentunya pendekatan serta strategi perjuangan masa lalu tidak lagi relevan dengan tantangan masa kini dan masa depan (Mustaqim, 2010:4). Tantangan yang dihadapi pemuda masa kini adalah bagaimana mengisi kemerdekaan dengan pembangunan di segala aspek kehidupan. Tentunya pembangunan yang bermuara pada konstutusi negara yang telah dirumuskan saat perjuangan memerdekakan negeri.

Salah satu tujuan pembangunan bangsa terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke 4 (empat) yakni mensejahterakan masyarakat. Selain bertujuan untuk mensejahterakan rakyat, pembangunan yang dilakukan harus berorientasi pada kelestarian dan keseimbangan alam. Hal ini dimaksudkan agar pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) demi mewujudkan

(3)

kesejahteraan masyarakat harus tetap berorientasi pada kelestarian dan keseimbangan alam sehingga dapat digunakan berkelanjutan. Keseriusan pemerintah dalam hal ini dibuktikan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Upaya ini dilakukan agar lingkungan dan Sumber Daya Alam (SDA) selalu terjaga untuk bisa dinikmati oleh generasi selanjutnya. Untuk itu, partisipasi pemuda sangat diharapkan dalam proses pembangunan yang bermuara pada pencapaian tujuan negara tersebut.

Pemuda dituntut untuk turut serta dalam pembangunan bangsa, baik bagi pemuda yang tinggal di wilayah perkotaan maupun pemuda yang tinggal di wilayah perdesaan. Tidak ada alasan yang bisa membenarkan pemuda untuk tidak peduli terhadap pembangunan bangsa di tengah hedonisme dan arus modernitas yang semakin hari semakin menguat. Pembangunan yang adil dan merata dari kota hingga pelosok desa menjadi tujuan dari bangsa ini. Oleh karenanya, pemuda di seluruh pelosok negeri harus bersinergi dan berpartisipasi dalam pembangunan. Aksi nyata ini bisa dimulai dengan berpartisipasi dalam pembangunan di daerah tempat pemuda bermukim.

Fakta yang ada menunjukkan bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan belum mampu menunjukkan keseimbangan dan keserasian antara pembangunan perkotaan dan perdesaan. Masih terjadi ketimpangan pembangunan di perdesaan dibandingkan dengan laju pembangunan yang dilakukan di perkotaan. Ketimpangan pembangunan ini mengakibatkan perbedaan kesejahteraan yang cukup signifikan antara masyarakat perkotaan dengan

(4)

masyarakat perdesaan. Padahal, sejak lama Schumacher (1979:162) telah mengingatkan bahwa persoalan pokok yang dihadapi negara-negara berkembang terletak pada dua juta desa yang miskin dan terbelakang. Schumacher berpendapat bahwa “selama beban hidup di perdesaan tidak dapat diringankan, masalah kemiskinan di dunia ini tidak dapat diselesaikan dan mau tidak mau pasti akan lebih memburuk”. Tesis Schumacher masih berlaku hingga saat ini. Tesis ini diperkuat dengan penelitian Lincolin Arsyad dkk (2011:7) yang mengemukakan bahwa

“Hingga saat ini, daerah miskin perdesaan dan penduduk perdesaan berada pada situasi marginal dimana mereka bukan merupakan bagian dari suatu sistem secara keseluruhan. Masyarakat jarang berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan pembangunan. Akibatnya, banyak masyarakat perdesaan bersikap apatis terhadap program-program pembangunan yang dilakukan pemerintah”.

Mengingat sedemikian besarnya jumlah SDA dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berada di desa, serta dilihat dari strategi pertahanan dan ketahanan wilayah, maka sesungguhnya basis pembangunan nasional adalah di perdesaan. Namun sampai saat ini, pembangunan yang dilakukan di perdesaan relatif lambat, bahkan di sana sini terjadi kemandegan. Desa yang memiliki kekayaan yang melimpah dan SDA yang tidak dapat terhitung justru mengalami ketertinggalan. Padahal, desa memiliki lahan yang luas, wilayah strategis dan kondisi yang memungkinkan untuk berkarya dan mencipta.

Pada saat pelaksanaan proses pembangunan, masyarakat desa seringkali hanya menunggu uluran tangan dari luar desa, bukan hasil inisiatif yang datang dari dalam diri masyarakat itu sendiri. Situasi inilah yang membuat masyarakat di desa semakin tergantung pada pihak di luar desa. Kondisi yang lebih memilukan,

(5)

jika diperhatikan, semakin lama desa semakin banyak ditinggalkan para penduduk aslinya. Bahkan, desa mulai banyak ditinggalkan para pemudanya. Padahal, desa membutuhkan kontribusi pemuda sebagai kader desa. Ironis, ketika pemuda lebih memilih untuk hijrah ke kota dibandingkan dengan tetap menetap di desa dan berpartisipasi aktif membangun desa yang menjadi kampung halamannya.

Generasi muda seharusnya merupakan motor penggerak yang sangat tepat untuk membangun daerahnya, terutama di desa. Namun, banyak pemuda yang telah mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi dan memiliki potensi untuk mengembangkan desanya, menjadi lupa dengan jati diri dan tugas mulia untuk kembali membangun desa. Kebanyakan pemuda lebih bangga berdasi walaupun menjadi buruh korporasi, bahkan tidak sedikit yang meninggalkan negeri dan memilih bekerja di luar negeri. Tidak sedikit pula pemuda yang masih bertahan di luar desa walaupun belum mendapat pekerjaan, sehingga menambah panjang deret pengangguran terdidik di negeri ini.

Suatu kondisi menarik terjadi di Desa Nglanggeran, khususnya di kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran. Meskipun memiliki keterbatasan, pemuda yang bermukim di sekitar kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran sedang berupaya mengembangkan kawasan tersebut menjadi kawasan ekowisata. Pemilihan konsep ekowisata sebagai basis pengembangan kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran dikarenakan konsep ekowisata mempunyai karakteristik. Karakteristik tersebut menurut Nugroho (2011:3) karena ekowisata mengedepankan konservasi lingkungan, pendidikan lingkungan, kesejahteraan penduduk lokal dan menghargai budaya lokal.

(6)

Terdapat banyak keuntungan dimana pemuda mengembangkan ekowisata sebagai daya tarik pariwisata perdesaan. Salah satu keuntungannya bahwa pengembangan kawasan dengan pendekatan ekowisata tidak akan melakukan eksploitasi alam, tetapi hanya menggunakan jasa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan fisik dan psikologis wisatawan. Ekowisata bukan menjual destinasi tetapi menjual filosofi sehingga ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar (Fandeli, 2000:8). Dengan demikian, ekowisata dianggap tepat dikembangkan karena apresiasinya terhadap lingkungan, baik itu lingkungan alam maupun sosial budayanya.

Berdirinya kawasan ekowisata Gunung Api Purba ini merupakan ketetapan hati masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai luhur dan tradisi desa yang dimiliki serta memperkuat nilai-nilai tersebut dengan mengajak wisatawan untuk mengapresiasi dan mengeksplorasi warisan sejarah, budaya, dan alam yang dimiliki. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan berkelanjutan yang dapat memenuhi tujuan didirikannya kawasan ekowisata Guunung Api Purba Nglanggeran.

Sebelum ditetapkan sebagai kawasan ekowisata dan dikelola oleh pemuda daerah setempat, kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran belum banyak dilirik oleh para wisatawan. Namun bukan berarti dalam pengembangannya tidak ada masalah, tingkat partisipasi pemuda yang masih minim menimbulkan kendala tersendiri. Adanya berbagai faktor yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi pemuda menjadi kajian menarik untuk diteliti. Berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya menyimpulkan bahwa tingkat partisipasi

(7)

masyarakat yang tinggi akan berkolerasi dengan kemajuan pembangunan di suatu daerah sehingga akan menjadi basis ketahanan wilayah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, untuk membatasi penelitian agar menjadi tidak menjadi bias, maka rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana partisipasi pemuda dalam mengembangkan kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran?

2. Kendala apa yang dihadapi pemuda dalam mengembangkan kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran?

3. Bagaimana upaya pemuda dalam mengembangkan kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran dan implikasinya terhadap ketahanan masyarakat desa?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk partisipasi pemuda dalam mengembangkan kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran.

2. Untuk menganalisis kendala yang dihadapi pemuda dalam mengembangkan kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran.

3. Untuk mengidentifikasi upaya pemuda dalam mengembangkan kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran dan implikasinya terhadap ketahanan masyarakat desa.

(8)

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan pada berbagai pihak. Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Manfaat secara teoritis akademis

a. Manfaat bagi Program Studi Ketahanan Nasional

Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan referensi bagi keilmuan ketahanan nasional, khususnya bagi ketahanan wilayah.

b. Manfaat bagi pengembangan keilmuan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan dalam pengembangan ilmu, khususnya mengenai pengembangan partisipasi pemuda dalam pembangunan ketahanan wilayah melalui studi yang di analisis pada penelitian ini.

2. Manfaat secara praktis a. Manfaat bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada penentu kebijakan mengenai perkembangan pengembangan kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran. Penelitian ini djuga iharapkan menjadi masukan kepada penentu kebijakan dalam rangka pengembangan kawasan ekowisata di masa yang akan datang.

b. Manfaat bagi pemuda di Desa Nglanggeran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para pemuda dalam rangka pengembangan kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran.

(9)

1.5. Keaslian Penelitian

Pada hakikatnya, terdapat tiga pilar utama yang secara struktural merupakan satu kesatuan integral dalam melihat keaslian sebuah penelitian. Tiga pilar utama yang dimaksud adalah :

1. Locus atau lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Fokus penelitian ini adalah partisipasi pemuda dalam mengembangkan kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran dan hasil pengembangan tersebut.

3. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pemaparan deskriptif melalui pendekatan studi pada wilayah yang dijadikan obyek dalam penelitian ini.

Memperhatikan penelitian-penelitian sebelumnya, maka berdasarkan relevansi keilmuan dan lokasi penelitian yang berbeda, peneliti akan tetap melanjutkan penelitian ini. Penelitian mengenai partisipasi pemuda mengembangkan kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran dalam rangka membangun ketahanan masyarakat desa ditinjau dari keilmuan Ketahanan Nasional, peneliti buat sebagai karya ilmiah dalam rangka menyelesaikan tesis pada Program Studi Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada.

(10)

Tabel 1.1.

Penelitian yang pernah dilakukan terkait pengembangan desa wisata maupun partisipasi pemuda :

N o

Kompetensi Peneliti

Judul Penelitian Lokasi

Penelitian

Fokus Penelitian Metode

Penelitian Perbedaan Penelitian 1 Peneliti : Vidyana Arsanti. Pascasarjana UGM. Penelitian selesai dilakukan pada Tahun 2012. Penelitian ditinjau dari keilmuan Geografi.

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Dusun Sambi Desa

Pakembinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.

Dusun Sambi desa Pakembinan gun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman.

Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam kegiatan di Dusun Sambi yang merupakan kawasan perdesaan yaitu :

1. Mengetahui peran atau keterlibatan masyarakat dalam kegiatan Desa Wisata sambi dengan dukungan adanya stakeholder;

2. Mengetahui tingkat partisipasi, jenis kegiatan dan bentuk kontribusi masyarakat menurut faktor pendidikan dan pekerjaan;

3. Memberikan arahan atau rekomendasi untuk pertisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata di Dusun Sambi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deduktif. Lokasi penelitian berbeda, peneliti mengambil lokasi di kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran.

Fokus penelitian berbeda, peneliti akan

lebih memfokuskan pada partisipasi pemuda. 2 Peneliti : Amar Benni Nugroho. Pascasarjana UGM. Penelitian ini selesai dilakukan pada Tahun 2009.

Partisipasi pemuda dalam Musrenbang : Studi Partisipasi pemuda Kelurahan Semanggi dalam Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Kelurahan Semanggi di Kota Surakarta.

Kelurahan Semanggi di Kota Surakarta

Tujuan penelitian tersebut :

1. Untuk menggambarkan kondisi dan derajat

partisipasi pemuda dalam musyawarah perencanaan pembangunan kelurahan;

2. Menemukan dan memahami nilai dan motif partisipasi pemuda dalam musyawarah perencanaan pembangunan kelurahan. Metode penelitian perspektif kritis dengan menggunakan pendekatan partisipatoris Lokasi penelitian berbeda. Metode penelitian berbeda, peneliti menggunakan kualitatif – desktiptif analisis. 3 Peneliti : Nunuk Maryati. Pascasarjana UGM. Penelitian selesai dilakukan pada Tahun 2005. Penelitian ini ditinjau dari keilmuan Sosiologi.

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata: Penelitian Di Padukuan Bobung Desa Putat Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul.

Desa Putat Kecamatan Patuk Kabupaten Gunung Kidul.

Tujuan penelitian tersebut :

1. Mengetahui sikap masyarakat terhadap program desa wisata;

2. Mengetahui peranan tokoh masyarakat dalam membentuk sikap dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata;

3. Mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengembangan desa wisata;

4. Mengetahui pengembangan desa wisata yang diharapkan oleh masyarakat

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan deskriptif analisis. Lokasi penelitian berbeda, peneliti mengambil lokasi di kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran. Fokus

penelitian berbeda,

peneliti akan lebih memfokuskan pada partisipasi pemuda.

(11)

N o

Kompetensi Peneliti

Judul Penelitian Lokasi

Penelitian

Fokus Penelitian Metode

Penelitian Perbedaan Penelitian 4 Peneliti : Rifdan, Pascasarjana UGM Penelitian ini selesai dilakukan pada Tahun 1997. Penelitian ini ditinjau dari keilmuan Ketahanan Nasional. Pengembangan Pariwisata di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta : Strategi dan Implikasi Kebijakan dalam Mewujudkan Ketahanan Sosial Budaya

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Tujuan penelitian tersebut :

1. Untuk mengetahui sejarah pengembangan dan pendayagunaan potensi pariwisata di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

2. Untuk mengetahui prospek pengembangan dan pendayagunaan potensi pariwisata terutama aksessibilitas produk wisata dan paket wisata DIY dalam menghadapi persaingan pariwisata yang semakin kompetitif di masa depan

3. Mengevaluasi hasil pengembangan dan pendayagunaan potensi pariwisata maupun pengelolaan obyek dan daya tarik wisata maupun produk dan paket wisata di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif Lokasi penelitian berbeda, peneliti mengambil lokasi di kawasan ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran.

Fokus penelitian berbeda, peneliti akan

lebih memfokuskan pada partisipasi pemuda.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah Mempelajari pengaruh temperatur dan kecepatan pengadukan terhadap pengurangan konsentrasi kalsium hidroksida pada sintesis

Manfaat dari sistem pengukuran kinerja supply chain yang efektif adalah: memberikan dasar untuk memahami sistem, mempengaruhi perilaku seluruh sistem dan untuk

Nilai pencapaian setiap KPI yang telah didapat sebelumnya diolah dengan bobot dari masing-masing proses inti, atribut kinerja, dan KPI untuk mendapatkan indeks

PARTISIPASI PEMUDA DALAM BERKEMBANGNYA DESA WISATA GUNA MENINGKATKAN KETAHANAN SOSIAL BUDAYA.. MASYARAKAT DESA (Studi di Desa Wisata Batubulan, Sukawati, Gianyar,

Analisis Performansi Kontroler JST online Pada pelatihan online ini dilakukan dengan meng- gabungkan hasil pelatihan sebelumnya yaitu pelatihan JST plant dan JST kontroller

Umur berbunga, umur panen polong muda, umur panen polong kering, jumlah tangkai bunga per tanaman, jumlah polong kering per tanaman, rata-rata panjang polong per tanaman,

Dalam tampilan ini user dapat melihat input field, komentar yang berada dalam episode podcast, dan jika user tersebut merupakan yang sedang login akan muncul icon tempat sampah

Manfaat penelitian ini diharapkan akan menjadi sumbangan positif baik bagi siswa, guru, sekolah orang tua, maupun pihak-pihak lain yang terkait dan