• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM POLITIK INDONESIA SISTEM POLITIK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM POLITIK INDONESIA SISTEM POLITIK INDONESIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM POLITIK INDONESIA

Resume Buku

SISTEM POLITIK INDONESIA

KESTABILAN, PETA KEKUATAN POLITIK DAN PEMBANGUNAN

Karya: ARBI SANIT

ANASTASIA YUFIA

1701121716

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

BAB I

Kestabilan Politik dan Peta Politik

Kestabilan Politik

(3)

semua itu, pada situasi di mana perkembangan ekonomi yang tidak diimbangi partisipasi masyarakat secara politik, sulit juga diharapkan terpeliharanya kestabilan politik. Kestabilan politik dalam suasana partisipasi politik yang tinggi sekiranya diimbangi perkembangan pelembagaan politik. Maksudnya, masyarakat ingin ikut ambil bagian dalam proses politik melalui lembaga-lembaga politik sesuai kekuatan politik di masyarakat. Partisipasi yang tidak tersalurkan akan goncangan-goncangan terhadap kestabilan politik. Tanpa menghubungkan dengan pembangunan, kestabilan politik dapat juga dipelihara dengan mempertahankan tingkat pelembagaan politik yang rendah; asal diimbangi partisipasi politik yang rendah pula.Dalam penelaahan mengenai kestabilan politik Indonesia sejak merdeka, dapat dibedakan antara kestabilan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kestabilan politik jangka pendek lebih banyak ditentukan oleh kewibawaan pemerintah. Silih bergantinya pemerintahan masa Demorasi Konstitusional dalam waktu singkat sehingga kesempatan untuk melaksanakan programnya sulit menurunkan kepercayaan masyarakat. Penurunan kepercayaan tersebut mempengaruhi kestabilan politik. Selain itu, kepercayaan massa terhadap kepemimpinan kharismatik Soekarno di masa Demokrasi Terpimpin banyak juga berpengaruh terhadap kestabilan politik jangka pendek. Semakin lamanya Soekarno memerintah didorong juga masalah-masalah nasional yang tak terselesaikan, maka sentakan ketidakstabilan politik makin dirasakan. Dengan demikian, dalam jangka pendek ketidak stabilan politik di Indonesia lebih banyak tergantung pada faktor seni dan keahlian berpolitik dan memerintah. Kewibawaan pemerintah, kemampuan berkompromi, dan kemampuan memimpin birokrasi tampaknya lebih berperan bagi stabilitas dalam jarak 1 atau 2 masa pemilu.Stabilitas politik jangka panjang ditentukan oleh 3 faktor, yaitu perkembangan ekonomi, pelembagaan struktur dan proses politik, dan partisipasi politik. Dalam pergantian sistem politik Demokrasi Konstitusional ke Demokrasi terpimpin pelembagaan politik lemah. Lalu tercetus ketidak puasaan terhadap Demokrasi Terpimpin karena kemerosotan ekonomi dan makin banyak kekuatan politik yang tidak memperoleh peran. Beberapa fenomena tersebut terjadi dalam waktu yang singkat, namun dampaknya berlaku sampai beberapa tahun berikutnya dalam perkembangan politik di negeri ini

Peta Kekuatan Politik

(4)

banyaknya keterlibatan ABRI di dalam masalah-masalah politik. Beberapa golongan kekuatan politik yang ada di Indonesia, yakni ABRI, Partai Politik, Golongan Karya, dan kekuatan politik anomi seperti mahasiswa dan pemuda. Memang dalam realitasnya penggolongan itu tidak sesederhana seperti yang tersebut. Di antara golongan-golongan itu terdapat perbedaan, namun dalam menghadapi berbagai masalah ada jalur penghubung di antara mereka. Secara keseluruhan kekuatan-kekuatan politik masa Orde Baru dapat dikategorikan dalam golongan radikal, konservatif, dan moderat. Golongan radikal melarang kesempatan berkolaborasi dengan rezim Orde Lama. Golongan ini menghendaki bersihnya kehidupan politik Orde Baru dari pengaruh Orde Lama dan mereka lebih condong ke Barat dalam mengatur kehidupan politik dan ekonomi. Golongan konservatif yang lebih cenderung pada politik sipil juga menghendaki pembersihan terhadap sisa-sisa pengaruh Orde Lama. Tidak seperti golongan radikal, golongan ini menghendaki pembangunan ekonomi yang benar-benar didasarkan pada modal dalam negeridan mereka juga menghendaki pengambilan keputusan dengan musyawarah dan mufakat. Golongan moderat mengambil jalan tengah dengan mempertimbangkan antara tuntutan kedua golongan tadi.

Penggolongan Kekuatan-kekuatan Politik

(5)

BAB II

Partai Politik: Partisipasi Politik dan Legitimitas Sistem Politik

Sistem Politik

Masyarakat yang secara minimal mengenal berbagai sistem politik di dunia dan mencoba mempraktekkan salah satu atau kombinasi sistem politik yang dikenalnya. Demikian halnyadengan partai politik yang sebelum kemerdekaan sudah menghadapi berbagai masalah kehidupan partai. Para perintis kemerdekaan sudah memikirkan sistem kepartaian apa yangakan dikembangkan di Indonesia, namun mereka tidak berkesempatan mempraktekkan pemikiran-pemikiran mereka. Di samping itu, perkembangan ekonomi dan kemasyarakatan belum memberi kesempatan meletakkan dasar-dasar kehidupan partai politik yang diharapkan.

Namun demikia kemerdekaan menuntut kepada masyarakat untuk mengembangkan sistem kepartaian yang diharapkan mampu melayani tuntutan-tuntutan yang ada seperti pengembangan demokrasi, pengembangan politik dan sebagainya.

Aliran: Struktur Vertikal Masyarakat

(6)

Amerika. Dan yang kedua ialah mereka yang beranggapan bahwa pengembangan masyarakat Indonesia hendaklah dicapai dengan lembaga-lembaga tradisional.

Aliran dan Organisasi-organisasi Pergerakan Kemerdekaan

Berbagai golongan di atas mempengaruhi kehidupan organisasi sosial dan politik. Organisasi sosial seperti Budi Utomo, Syarikat Dagang Islam, Nahdathul Ulama (sebelummenjadi parpol), dan Muhammadiyah lebih memgutamakan tuntutan sosial golongan tertentudi masyarakat. Di samping itu, lahir pula kelompok yang didasari kepada suku kedaerahan,seperti Paguyuban Pasundan, Sarekat Sumatera, Sarekat Ambon, Rukun Minahasa, dan Kaum Betawi. Ketidakpuasan dari golongan menengah dan yang terdidik secara Barat menimbulkan arah pada pergerakan politik. Unsur utama perjuangan mereka dilandasi ketidakadilan dan kemerdekaan.

Pengorganisasian Partai Politik

(7)

harus setia dan patuh pada bapak dan sebaliknya bapak harus mengayomi anaknya. Sejalan dengan ini, Willner memakai istilah “bapakisme yang bukan otoriter” untuk mengungkapkan wibawa pemimpin terhadap masyarakat yang tidak sepenuhnya otoriter, tapi tidak memenuhi persamaan kedudukan dalam persyaratan demokrasi. Peninjauan ini yang menyebabkan Wertheim menyimpulkan bahwa kepemimpinan dalam masyarakat Indonesia lebih banyak sifat otoriter dari pada demokratis. Sifat kepemimpinan “bapakisme” ini mempersulit penggantian pemimpin partai, oleh karena pengikut sulit untuk menarik kesetiaannya pada pemimpin. Apalagi bila pemimpin memang memenuhi kewajiban pengayomannya. Pola kepemimpinan ini mengakibatkan ketertutupan lingkaran kehidupan politik yang mana dapat memicu kurangnya pemikiran- pemikiran baru yang masuk ke dalam kehidupan politik.

Lalu kepemimpinan “bapakisme” yang menuntut pengikut tanpa diimbangi pengawasan pada bapak pemimpin mendorong pemantapan sistem sentralisasi pengorganisasian partai politik.Sebenarnya sistem organisasi partai politik di Indonesia menggabungkan antara keanggotaan langsung dan keanggotaan tidak langsung. Pada sistem langsung, partai menggunakan ranting-ranting sebagai unit organisasi terkecil untuk memelihara hubungan anggota dengan partai. Pada sistem tidak langsung, adanya himpunan massa yang dikelompokkan dalam organisasi massa (ormas) dalam batas kepentingan tertentu. Dengan demikian, masyarakat sudah terkotak mengikuti organisasi vertikal, partai mulai dari ranting sampai cabang, dan melalui organisasi horizontal partai yaitu organisasi massa.

Pengelompokan Partai

(8)

BAB III

Angkatan Bersenjata: Pembangunan dan Pembaharuan Politik

ABRI dan Politik

Munculnya militer di bidang politik, sosial, dan ekonomi negara-negara berkembang, berpangkal pada lemahnya pihak sipil mengendalikan semua unsur kehidupan masyarakat. Politisi sipil relatif cepat dihadapkan pada masalah seperti penyusunan sistem politik yang relatif tergesa-gesa, masih coba-coba menentukan model untuk pelayanan tuntutan masyarakat. Selain itu, kurangnya efektivitas dan solidaritas elit besar sekali perannya sebagai faktor pendorong sipil kebelakang politik. Sekiranya pandangan tersebut memungkinkan tumbuh dan berkembangnya kemampuan militer mengelola kehidupan politik Indonesia. Keunggulan militer dalam hal organisasi diantaranya, mereka lebih terorganisir dari pada sipil, melalui sentralisasi komando, hirarki, disiplin, komunikasi intern yang lancar. Sifat-sifat inilah yang tidak dikembangkan pihak sipil secara sistematis dan utuh. Bergesernya ABRI ke bidang politik, sosial, dan ekonomi berjalan dalam waktu 20 tahun. Sejarah politik Indonesia penuh pengalaman yang menunjukkan belum dibinanya koordinasi sipil dan militer. Situasi tersebut terlihat dari ketidakpuasan militer terhadap kebijaksanaan politik yang diambil pemerintah dalam politisi sipil. Pada masa Demokrasi Konstitusional diwarnai usaha politisi sipil untuk mengontrol kepemimpinan dan organisasi militer. Munculnya Nasution dengan peristiwa 17 Oktober 1952 merupakan penolakan militer untuk dikontrol oleh sipil. Pada saat Demokrasi Terpimpin, keutuhan ABRI diperlukan kembali. Pertama, untuk menghindari pemisahan daerah-daerah dari NKRI. Kedua, untuk mengimbangi kekuatan politik PKI.

Abri dan Pembangunan

(9)

membandingkan masyarakat sendiri dengan masyarakat di negara-negara lain.Kedua, militer lebih terikat pada cara pikir rasional, efisien, dan pragmatis. Ketiga, militer agak memiliki jarak dengan masyarakat sipil.

Kepemimpinan dan Organisasi ABRI

Kepemimpinan politisi sipil lebih didasarkan pada unsur tradisional masyarakat, seperti kharisma dan kewibawaan Soekarno, ikatan primordial kepemimpinan Natsir, AliSastroamidjojo. Berbeda dengan itu, kepemimpinan militer Indonesia didasarkan pada lembaga masyarakat yang lebih modern. Melalui sistem komando ABRI lebih mampu beradadalam organisasi yang utuh.Lebih utuhnya kepemimpinan militer, disokong pula sistem hirarki yang disiplin. Hirarki dan disiplin amat membantu komandan mengendalikan tingkah laku anggotanya di seluruh daerah. Lalu rasa keterikatan anggota militer, seperti ABRI membantu juga efektivitas kepemimpinan militer. Sebagai kelompok yang memperoleh sosialisasi seragam, kecil kemungkinan tumbuh perbedaan pandangan dalam ABRI.Satu hal lagi yang menentukan suksesnya kepemimpinan ABRI ialah sistem komunikasi yang terpelihara. ABRI memiliki jaringan komunikasi yang terpisah dari yang dipakai masyarakat umum. Di samping itu, pertemuan baik tingkat nasional maupun daerah dilaksanakan dengan teratur.

ABRI dan Pembaharuan Politik: GOLKAR

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Bersedia menjadi pembimbing skripsi yang berjudul: “Pembuatan Aplikasi Mobile Kegiatan Pelatihan dan Jadwal Mengajar Di PPA-FEUI Pada Platform Android dengan

Daerah (DPRD) Kabupaten Tanah Laut dengan Nomor 170.3/156/Pimp.DPRD/Kabupaten Tanah Laut/2015 tanggal 24 Februari 2015 tentang Peninjauan Ulang Besaran Tunjangan Perumahan

siswa agar mau mencoba dan melakukan tugas gerak tanpa paksaan. 2) Guru: catatan proses pembelajaran dan data penelitian dari setiap perubahan. siklus pada setiap observasi

Sistem pertandingan pada hakekatnya merencanakan dan dilanjutkan dengan melaksanakan suatu kegiatan pertandingan berkaitan dengan jumlah peserta, waktu yang tersedia,

Ha = Penggunaan model Group Investigation (GI) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi Ciri-Ciri Makhluk Hidup di kelas VII

Analisis dan Pengolahan Data Melakukan pengukuran.. meskipun jawaban hanya berupa tidak tahu atau tidak mau menjawab. 2) Keterbacaan tulisan, tulisan yang tidak terbaca akan

menghindari hukuman (punishment), para ahli teori motivasi yang lain seperti Maslow, 1954, lebih menyukai konsep motivasi belajar untuk memenuhi kebutuhan. Beberapa kebutuhan

Untuk menjawab hipotesis ketiga maka dilakukan uji secara simultan (uji F). Dengan demikian hipotesis ketiga diterima. Hasil persamaan yang dilakukan secara manual dan