• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMAHAMI MAKNA DOA NABI IBRAHIM AS (KOMPARASI QS. AL-BAQARAH 2:126 DAN QS. IBRAHIM 14:35)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MEMAHAMI MAKNA DOA NABI IBRAHIM AS (KOMPARASI QS. AL-BAQARAH 2:126 DAN QS. IBRAHIM 14:35)"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

(KOMPARASI QS. AL-BAQARAH 2:126 DAN QS.

IBRAHIM 14:35)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh :

TARMIZI KADIR DALIMUNTHE NIM :11150340000111

PROGRAM ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020 M/1442 H

(2)

i

(KOMPARASI QS. AL-BAQARAH 2:126 DAN QS.

IBRAHIM 14:35)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh:

Tarmizi Kadir Dalimunthe NIM: 11150340000111

Pembimbing

Drs. Ahmad RifqiMuchtar, M.A.

NIP. 19690822 199703 1002

PROGRAM ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2020 M/1442 H

(3)

ii Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Tarmizi Kadir Dalimunthe NIM : 1115034000111

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul MEMAHAMI MAKNA DOA NABI IBRAHIM AS (KOMPARASI QS. AL-BAQARAH 2: 126 DAN QS.

IBRAHIM 14: 35) adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiatdalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta,19 November 2020

Tarmizi Kadir Dalimunthe NIM. 1115034000111

(4)

dc

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul MEMAHAMI MAKNA DOA NABI IBRAHIM AS (KOMPARASI QS.AL-BAQARAH [2]:126 DAN QS.IBRAHIM [14]:35 telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 21 Desember 2020. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 25 Januari 2021 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag Fahrizal Mahdi, L,c.,MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Moh. Anwar Syarifuddin, M.A Syahrullah Iskandar, M.A NIP. 19720518 199803 1 003 NIP. 19780818 200901 1 016

Pembimbing,

Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A NIP. 19690822 199703 1 002

(5)

iv ABSTRACK

Tarmizi Kadir Dalimunthe

Memahami Makna Doa Nabi Ibrahim AS (Komparasi QS. Al Baqarah 2:126 dan QS. Ibrahim 14:35)

Penelitian ini dengan tentang doa Nabi Ibrahim AS dalam al-Qur’an yang memiliki kemiripan secara tempat, dan subtransi, namun doa ini terdapat pada surat yang berbeda dan diucapkan Nabi Ibrahim pada waktu yang berbeda pula.

Berdasarkan inilah penulis ingin mengkaji lebih dalam terkait kedua doa Nabi Ibrahim ini dalam beberapa batasan masalah, yaitu: Negeri yang Dimaksud dalam Kedua Doa, Penyebutan Nakirah dan Ma’rifah pada Kata Balad, Keterkaitan Penyebutan Aamin sebagai Sifat dan Hal pada kata ‘Negeri’, dan Keterkaitan Kelanjutan Isi Doa dengan Negeri yang Aman dalam Kedua Doa. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Negeri yang Dimaksud dalam Kedua Doa, untuk memahami penyebutan Nakirah dan Ma’rifah pada Kata Balad, untuk mengetahui Keterkaitan Penyebutan Aamin sebagai Sifat dan Hal pada kata ‘Negeri’, dan Keterkaitan Kelanjutan Isi Doa dengan Negeri yang Aman dalam Kedua Doa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif dengan jenis penelitian pustaka (library research), penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan dan mencatat semua temuan (dalam tafsir dan lai-lain) mengenai doa Nabi Ibrahim dalam al-Qur’an surat al Baqarah ayat 123 dan QS Ibrahim ayat 35. Kemudian dianalisis berdasarkan tujuan dari penelitian ini

Adapun hasil penelitian ini ialah: Negeri yang Dimaksud dalam Kedua Doa pada Doa, kedua doa Nabi Ibrahim ternyata merujuk pada satu tempat yaitu mekkah.

Namun kedua doa tersebut tidak diucapkan pada waktu bersamaan, melainkan pada waktu yang berbeda. Penyebutan Nakirah dan Ma’rifah pada Kata Balad, dalam surah al-Baqarah kata "balad" dengan bentuk (nakiroh), sedangkan dalam surah Ibrahim dengan bentuk (ma'rifah), dan rahasia dibalik keduanya ialah: dalam surat al-Baqarah Ibrahim berdoa dengan lafazh tersebut sebelum tempat ka'bah berdiri menjadi sebuah wilayah tersendiri, sementara dalam doa pada surat Ibrahim agar Mekah menjadi kota yang aman, tenang dan damai.. Keterkaitan Penyebutan Aamin sebagai Sifat dan Hal pada kata ‘Negeri’, Nabi Ibrahim berdoa semoga Allah menjadikan negeri Mekkah aman, terhindar dari tangan-tangan jahil yang ingin merusaknya, dan terjauh dari siksaan Allah sebagaimana terjadi di negeri-negeri lain berupa gempa bumi, bencana banjir besar dan sebagainya. Ternyata doa Nabi Ibrahim tersebut dikabulkan oleh Allah swt. sehingga negeri Mekkah lebih aman dan makmur dari negeri-negeri lain di dunia, dan Keterkaitan Kelanjutan Isi Doa dengan Negeri yang Aman dalam Kedua Doa, Doa Nabi Ibrahim pada surat al Baqarah ayat 126 dan surat Ibrahim ayat 35 memiliki keterkaitan yang berkelanjutan dengan ayat-ayat selanjutnya dan ayat-ayat lain. Keterkaitan itu tidak hanya berfungsi sebagai penyambung kisah dari doa Nabi Ibrahim, namun juga sebagai penjelas untuk memahami makna ayat yang ada di dalam al Qur an tersebut.

Kata Kunci: Nabi Ibrahim, Doa, Negeri, Aman

(6)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. Yang mana berkat hidayah dan ‘inayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penelitian ini. Selawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad Saw, keluarganya dan para sahabatnya serta semoga kita senantiasa mengikuti Sunnah sehingga mendapatkan syafa’ah beliau di akhirat kelak nanti. Aamin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan,dan kontribusi dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setingginya-tingginya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Amany Lubis, M.A. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Dr. Yusuf Rahman, M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Eva Nugraha, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Ilmu Al- Qur’an dan Tafsir yang begitu banyak jasanya pada penulis baik di bidang akademik maupun non akademik serta menjadi isnpirator penulis untuk menjadi mahasiswa yang senantiasa kreatif.

4. Bapak Fahrizal Mahdi Daulay, Lc., MIRKH. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir yang begitu banyak pula jasanya pada penulis menyemangati diri peribadi dalam akademik dan non akademik supaya tetap semangat kuliah walaupun dalam keadaan sesulit apapun.

5. Bapak Ahmad Rifqi Muchtar, M.A. selaku dosen pembimbing yang sudah banyak meluangkan waktunya untuk memberi ilmu, arahan

(7)

vi

dan masukan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat terlaksanakan dengan baik. Penulis memohon maaf jika selama masa bimbingan skripsi telah banyak merepotkan dan melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

6. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir atas segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan dan pengalaman yang mendorong penulis selama menempuh studi, terutama Bapak Dr. Mafri Amir, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik, serta seluruh staff Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta Syarif Hidayatullah.

7. Keluarga penulis, Bapak Imam Fakih Musa Dalimunthe dan Ibu Delisma Sari Siregar, serta adik-adik penulis, Tajuddin Dalimunthe, Kholil Abwan Dalimunthe dan Kholis Majid Dalimunthe yang tak bosan mendoakan dan menjadi penyemangat bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.

8. Para Pengurus Pesantren Luhur Sabilussalam dewan Asatidz wa Asatizdah khususnya Bapak Ustadz Dr. Dede Abdul Fatah, S.HI., M.Si. Beserta istri beliau Teh Nenden Inayatillah, S.E. yang selalu mengingatkan untuk menulis dan mengerjakan skripsi ini dan selalu memberi semangat untuk menulis.

9. Teman-teman IQTAF (Ilmu al-Qur’an dan Tafsir) angkatan 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya teman-teman kelas 1 C yang telah bersama-sama berjuang selama di bangku kuliah. Sukses selalu dimanapun anda berada.

10. Keluarga Mahasantri Pesantren Luhur Sabilussalam khususnya angkatan 2015 yang telah bersama-sama menemani dan berjuang selama tiga tahun untuk menuntut ilmu. Sukses selalu buat anda-anda dimanapun berada.

(8)

vii

Apriani, Nurul Fitri, Octavira Maretta, Sarah Balqis dan ibu Umi Zakiyah. Dan tidak lupa juga buat sahabat-sahabat KKN 186 Desa Batok yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu tapi tidak mengurangi rasa hormat terhadap kalian semua. Sukses selalu dan menjadi orang yang bermamfaat dimanapun anda berada.

12. Serta semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Skripsi ini adalah salah satu upaya penulis untuk lebih memahami ayat- ayat Al-Qur’an sehingga bisa diamalkan dalam kehidupan sehari- sehari. Dengan memohon ampuna kepada Allah Swt atas kesalahan- kesalahan yang ada serta berharap akan taufiq dan hidayah-Nya, penulis berharap semoga hasil penelitian ini bisa bermamfaat, khususnya bagi penulis pribadi dan pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ciputat, 23 November 2020

Tarmizi Kadir Dalimunthe

(9)

viii

1. Di dalam naskah skripsi ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term) yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin.

Pedoman transliterasi yang digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:

ARAB LATIN

Kons. Nama Kons. Nama

Alif Tidak dilambangkan

Ba B Be

Ta T Te

Tsa s Es (dengan titik di atas)

Jim J Je

Cha h Ha (dengan titik di bawah)

Kha Kh Ka dan ha

Dal D De

Dzal Dh De dan ha

Ra R Er

Za Z Zet

Sin S Es

Syin Sh Es dan ha

Shad s Es (dengan titik di bawah)

Dlat d De (dengan titik di bawah)

Tha t Te (dengan titik di bawah)

Dha z Zet (dengan titik di bawah)

„Ain Koma terbalik di atas

Ghain Gh Ge dan ha

Fa F Ef

Qaf Q Qi

Kaf K Ka

(10)

ix

Mim M Em

Nun N En

Wawu W We

Ha H Ha

Hamzah Apostrof

Ya Y Ye

2. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan gabungan huruf sebagai berikut:

a. Vokal rangkap ( ) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya: al-yawm.

b. Vokal rangkap ( ) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya: al-bayt.

3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan tanda macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( = -

atihah ), ( = al-‘ulum ) dan ( = qimah ).

4. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( = haddun ), ( =

saddun ), ( = tayyib ).

5. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah

(11)

x bayt), ( = al-sama’ ).

6. Ta’ marbutah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat sukun, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan ta’ marbutah yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( = ru’yah al-hilal atau ru’yatul hilal ).

7. Tanda apostrof (‟) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya ( = ru’yah ), (

= fuqaha’).

(12)

xi DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

PEDOMANTRANSLITERASI ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan dan Tujuan Penelitian ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II MAKNA DOA A. Pengertian Doa ... 15

B. Tujuan Berdoa ... 18

C. Etika dalam Berdoa ... 20

D. Doa Sebagai Bagian dari Ibadah ... 26

E. Doa dalam al Qur’an... 29

BAB III BIOGRAFI NABI IBRAHIM AS A. Keluarga Nabi Ibrahim AS ... 40

B. Garis Keturunan Nabi Ibrahim AS ... 46

C. Kisah-Kisah Nabi Ibrahim dalam Al-Qur’an ... 60

D. Ibrahim Sebagai Abul Anbiya’ ... 72

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Negeri yang Dimaksud dalam Kedua Doa pada Doa ... 77

(13)

xii

C. Keterkaitan Penyebutan Aamin sebagai Sifat dan Hal pada kata Negeri ... 84 D. Keterkaitan Kelanjutan Isi Doa dengan Negeri yang Aman

dalam Kedua Doa ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 96 B. Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain dalam menyelesaikan berbagai masalah karena manusia memang membutuhkan sandaran akan tetapi dari realita yang ada ketika seseorang hanya menyandarkan segalah masalahnya kepada orang lain dan tidak kembali kepada sang pencipta maka betapun kuat dan berkuasanya, sering kali tidak membuahkan hasil karena yang mampu memberi hasil hanyalah Allah swt. Maka oleh sebab itu seorang manusia tidak hanya memperbaiki hubungan secara horizontal (manusia terhadap manusia) akan tetapi juga harus memperbaiki hubungan vertikal (manusia terhadap Tuhan-Nya). Dalam al-Qur‟an dijelaskan sebagai habl min Allah wa habl min al-Nas.1

Allah membuka pintu yang seluas-luasnya bagi manusia untuk memohon kepada-Nya, bahkan Dia marah terhadap mereka yang enggan memohon dan berdoa kepada-Nya karena hal itu mengisyaratkan bahwa manusia tidak mengakui kelemahannya dan kebutuhannya kepada Allah swt.

Islam melalui syariat memberikan solusi terhadap masalah- masalah yang dihadapi itu dan mengajarkan setiap hambanya untuk memohon berdoa kepada-Nya. Akan tetapi, berdoa bukan suatu kuantitas ritual ibadah semata, apabila ketika berdoa tidak mengetahui apa yang dibaca dan apa yang dibutuhkan. Kualitas berdoa akan terlihat apabila ungkapan doa dan esensi dari

1 Abdullah ibn Muhammad ibn Abdurrahman ibn Ishaq, Tafsir Ibnu Katsir, terj.

M. „abdul Ghaffar (Surabaya: Bina Ilmu, 2003), h. 156 1

(15)

kebutuhan itu diketahui dan dipahami secara jelas. Melalui hirarki kebutuhan manusia berdoa diartikan sebagai sebuah manivestasi seorang hamba ketika merelasikan diri dengan Tuhannya, dan merupakan sebuah komunikasi seorang hamba terhadap penguasaan dirinya oleh sang pencipta yang menyediakan setiap yang dibutuhkannya secara bertahap atau bebas. Melalui ayat-ayat-Nya, berdoa merupakan salah satu bentuk aktualisasi dari eksistensi diri sebagai pelayan Tuhan yang tunduk atas pengetahuan-Nya, dengan kesediaan dan kemauan untuk merendah, menurut dan melaksankan perintah-Nya.

Doa merupakan sarana bagi seseorang hamba untuk memohon sesuatu terhadap Allah swt. Dengan harapan agar Allah mengabulkan permohonan itu.2 Para Nabi menjadikan doa sebagai salah satu ibadah mereka, itulah sebabnya di dalam al-Qur‟an banyak terdapat doa- doa para Nabi. Para Nabi merupakan uswah (contoh) bagi umat manusia dalam memohon kepada Allah swt.

Yang mana mereka memohon kepada Allah swt, dengan merendahkan diri kepada-Nya dan memenuhi perintah Allah swt.

Sehingga doa-doa mereka dikabulkan oleh Allah swt, walaupun ada beberapa doa para Nabi yang tidak dikabulkan Allah SWT. Karena disebabkan beberapa faktor.3

Menurut definisi oleh M. Quraish Shihab, penegertian doa adalah permohonan atau permintaan seorang hamba kepada Tuhannya dengan menggunakan lafal yang dikehendaki dan meminta sesuai dengan hajatnya, agar dapat memproleh anugerah

2 Rachmat Taufiq Hidayat, Khazanah Istilah al-Qur‟an, jilid 2, cet. III (Bandung:

Mizan, 1993), h. 41.

3 Abu Ahmadi dan Abdullah, Kamus Pintar Agama Islam (Solo: C.V Aneka, 1991), h. 68.

(16)

yang baik berupa pemeliharaan, kemuliaan, kemakmuran, dan pertolongan, baik buat dirinya atau buat pihak lain (yang didoakan).4

Secara garis besar seorang muslim pasti mengetahui bahwa berdoa adalah seabgai bentuk ibadah. Setiap muslim yang berdoa, ia akan mendapatkan pahala atas doanya.5 Allah swt menyuruh hamba-Nya dan menjanjikan kepada hamba-Nya jika memohon kepada-Nya, akan mengabulkan setiap permohonan (doa) hamba- Nya.6

Seorang muslim memang diperintahkan untuk berdoa kepada Allah swt pada setiap waktu dengan hati, lisan dan anggota badannya karena berdoa dapat mempengaruhi perilaku orang yang beriman dan membawa kepada ketentraman batin, menumbuh- kembangkan energi positif, meningkatkan produktivitas dan menambah kedekatan dengan Allah SWT.7

Ibn Qayyim menegaskan bahwa, “Doa memiliki kedudukan yang layaknya senjata. Kehebatan sebuah senjata tergantung kepada siapa yang memakainya, bukan dari ketajamannya semata. Jika senjata itu senjata yang sempurna, tidaka ada cacatnya, lengan penggunanya adalah lengan yang kuat, serta tidak ada suatu pengahalang, maka tentulah ia mampu dipakai untuk menghantam dan mengalahkan musuh. Namun jika hal itu hilang, maka efeknya

4 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an Tentang Zikir dan Doa (Jakarta:

Lentera Hati, 2008), h. 179.

5 Mustafa bin al-Adawi, Fiqih Doa (Jakarta: Darus Sunnah, 2015), h. 2.

6 Zakiah Darajat, Doa Menunjang Semangat Hidup (Jakarta: CV Ruhama, 1996), h.15.

7 Muhammad Syafi‟I Antonio, Sukses Besar dengan Intervensi Allah: The Power of Doa with Asma‟ul Husna for Business & Life (Jakarta:Tazkia, 2008), h. 5.

(17)

melemah dan berkurang.”8

Para Nabi pun meminta pertolongan kepada Allah swt dengan berdoa dan ikhtiar untuk dapat menghindari permasalahan atau ujian yang mereka dapat selama berdakwah.9 Maka manusia dapat mengambil pelajaran dari perjalanan hidup para Nabi dan berdoalah atau memohonlah kepada Allah SWT seperti doanya para Nabi- nabi. Dalam al-Qur‟an banyak sekali ayat-ayat tentang doa.10

Nabi Ibrahim as. Adalah salah satu diantara para Nabi yang doanya banyak terdapat dalam al-Qur‟an. Doa-doa Nabi Ibrahim as.

Dalam al-Qur‟an banyak dikabulkan oleh Allah swt. Walaupun terdapat beberapa doa Nabi Ibrahim as, yang tidak dikabulkan oleh Allah swt, disebabkan oleh beberapa faktor, seperti permohonan maafnya kepada Allah untuk ayah beliau, selain itu ada doa beliau juga terdapat di dalam QS.al-Baqarah :126.































































Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku

8Imam ibn Qayyim al-Jauziyyah, al-Dawa al-Dawa: Mengenal Berbagai Jenis Penyakit Hati yang berbahaya dan Resep Obatnya yang Mujarab, terj. Andi Kurniawan (Jakarta: PT. Imam Asy- Syai‟i, 2009), h. 33.

9 Muhammad al-Ghazali,Fann al-Dzikr wa al-Du‟a „Inda Khatim al-Anbiya‟

(t.t: al-Tab‟ah al- Tsaniyah, 1980), h. 105.

10 Abdul Khulaifat, Tafsir dan Makna Doa- Doa dalam al-Qur‟an (Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2016), h. 6.

(18)

paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".

Namun ada juga doa Nabi Ibrahim as yang sama dengan ayat diatas tapi beda redaksinya yang sama-sama lafadznya Rabbiz‟al hadza balada amina di dalam surah yang lain yaitu terdapat dalam QS. Ibrahim :35





























Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala- berhala.

Dari sini penulis akan mengurai doa Nabi Ibrahim as. Yang ada di didalam al-Qur‟an untuk melihat doa-doa yang mengacu kepada tafsir ayat yang penulis bahas dalam skripsi ini. Dari uraian tersebut pula, dapat dikemukakan sejumlah permasalahan berkaitan dengan judul yang berkenaan tentang doa yang ditujukan hanya kepada orang-orang mukmin dan membutuhkan penjelasan yang lebih lanjut.

B. Identifikasi masalah

Dari pembahasan yang penulis paparkan dalam latar belakang diatas. Penulisan akan fokus pada penelitian tentang tafsir doa Nabi Ibrahim as terhadap QS. al-Baqarah ayat 126 dan surah Ibrahim ayat 35. Jadi masalah pokok yang dapat ditarik dalam penulisan ini adalah:

1. Apa esensi doa Nabi Ibrahim AS?

2. Apakah semua orang dalam zaman generasi Nabi Ibrahim

(19)

menjadi penganut Tauhid dikarenakan doanya itu?

3. Bagaimana problem konteks sosial ketika ayat ini diturunkan?

4. Bagaimana munasabah antar dua ayat ini mana yang duluan diucapakan oleh Nabi Ibrahim?

5. Bagaimana kandungan makna doa Nabi Ibrahim as, dalam QS.al-Baqarah :126 dan dalam QS. Ibrahim :35?

6. Bagaimana implementasi dari doa Nabi Ibrahim as, dalam QS.al-Baqarah :126 dan dalam QS. Ibrahim :35 ?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelkang yang diuraikan di atas, maka penelitian ini dirumuskan pada meamahami makna doa Nabi Ibrahim AS (komparasi QS. al- Baqarah 2:126 dan QS.

Ibrahim 14:35) 2. Batasan Masalah

Agar pembahasan ini tidak mengambang dan terarah pada maksud yang ditujukan maka penulis membatasi pada beberapa batasan masalah, yaitu:

1. Apakah negeri yang dimaksud dalam kedua doa pada doa 2. Apa makna penyebutan nakirah dan ma‟rifah pada kata

balad

3. Bagaimana keterkaitan penyebutan aamin sebagai sifat dan hal pada kata „negeri‟

4. Bagaimana keterkaitan kelanjutan isi doa dengan negeri yang aman dalam kedua doa

(20)

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Dari uraian di atas, maka tujuan penelitian ini di arahkan pada beberapa tujuan, yaitu:

a. Untuk mengetahui negeri yang dimaksud dalam kedua doa pada doa

b. Untuk mengetahui penyebutan nakirah dan ma‟rifah pada kata balad

c. Untuk mengetahui keterkaitan penyebutan aamin sebagai sifat dan hal pada kata „negeri‟

d. Untuk mengetahui keterkaitan kelanjutan isi doa dengan negeri yang aman dalam kedua doa

2. Selanjutnya melalui penjelasan dan deskripsi di atas, diharapkan penelitian ini memberikan beberapa mamfaat diantaranya:

a. Mengkaji dan membahas hal-hal yang berkaitan dengan judul skripsi ini, sedikit banyaknya akan menambah wawasan dan khazanah ilmu pengetahuan dalam kajian tafsir dan bisa menjadi sumbangsi bagi insan akademika serta bisa menjadi sesuatu yang memajukan lembaga pendidikan khusunya Fakultas Ushuluddin Uin Syarif Hidayatullah Jakarta baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

b. Dari hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan informasi penting bagi pemerhati kajian Ilmu al- Qur‟an dan Tafsir sekaligus sebagai bahan bacaan atau referensi khususnya dalam kajian tentang doa dan sekaligus sebagai bahan pustaka di berbagai lembaga keilmuan.

(21)

E. Tinjaun Pustaka

Di dalam penyusunan skripsi ini penulis mempergunakan beberapa literature yang berhubungan, Semisal Stilistika al- Qur‟an makna di balik kisah Nabi Ibrahim di tulis oleh Syihabuddin Qalyubi. Buku ini berbeda dengan penelitian penulis karena buku ini, membahas seacara keseluruhan mengenai kisah Nabi Ibrahim as. Akan tetapi penulis hanya memfokuskan pada doa Nabi Ibrahim as yang terdapat atas QS.

al-Baqarah:126 dan QS. Ibrahim:35.

Hijrah dalam pandangan al-Qur‟an yang dikarang oleh Ahzami Samiun Jazuli. Dalam buku ini membahas mengenai hjrah Nabi-Nabi lainnya, seperti hijrah Nabi Luth, Nabi Musa, hujrah Ashabul Kahfi seta hujrah rasulullah saw. Akan tetapi penulis berbeda dengan penelitian ini karena di dalamnya membahas mengenai hijrah Nabi Ibrahim as.

Selanjutnya, yang ditulis oleh Prof. Dr. Zakiah Drajat yang berjudul Doa Menunjang Semangat Hidup, dia menulis bahwa ada doa sebagai pengobatan, doa sebagai pencegah terhadap gangguan kejiwaan, doa yang bersifat konstruktif, dan doa-doa yang ada di dalam al-Qur‟an. Doa sangat berperan bagi ketentraman batin. Dengan berdoa kita memupuk rasa optimis.

Lebih jauh lagi, doa mempunyai mamfaat bagi pembinaan dan peningkatan semangat hidup.

Selanjutnya, yang ditulis oleh Abdul Kadir Hadi yang berjudul Doa Paling Ampuh, dia menulis berkaitan dengan doa- doa keluarga Nabi Muhammad saw dan untuk berbagai kebutuhan, serta juga membahas tentang doa-doa dalam al- Qur‟an. Doa sangat penting dalam ajaran Islam. Sebab, di dalam

(22)

doa terkandung berbagai unsur keadaan: kepasrahan, ketundukan, harapan, keimanan, pada kebenaran janji Allah dan peneguhan kedudukan manusia sebagai hamba-Nya.

Selanjutnya, yang ditulis oleh Siti Ja‟ronah dalam skripsinya yang berjudul “Dakwah melalui pengobatan Dzikir dan doa: Studi kasus Kyai Zarqani di Gading Serpong Tangerang”. Dalam pemabahasannya disini adalah bahwasanya dzikir dan doa pada intinya sum-sumnya daripada Allah, karena dalam dzikir dan berdoa manusia selalu ingat Allah swt, dalam situasi apapun manusia harus mengingat kepada Allah. Jadi, dapat dikatakan bahwa dengan mengingat Allah.

Selanjutnya, yang ditulis oleh Lukmanul Hakim dalam skripsinya yang berjudul “menelisik makna-makna doa Nabi Sulaiman”, dalam pembahasannya bahwa doa merupakan ibadah paling mulia di sisi Allah, dengan memiliki fungsi preventif (penjegahan ) dan kuratif (pengobatan), misalnya doa dapat mencegah atau mengalihkan suatu musibah dan doa juga dapat digunakan untuk pengobatan, baik jasmani maupun rohani.

Karena itu, doa memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia. Para Nabi telah memberikan contoh ketika mereka dalam keadaan kesulitan mereka berdoa kepada Allah swt.

Selanjutnya, Moh. Anwar Syarifuddin dan Jauhar Azizy dalam penelitiannya yang berjudul “Hermeutika Doa Dalam Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Musa Mendialogkan Makna dan Signifikansi kekinian” diterbitkan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat UIN Syarif Hidayutullah Jakarta tahun 2013 mengulas tentang doa dalam kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Dalam penelitian ini berupaya menyajikan produk

(23)

baru tafsir atas ayat doa dalam kisah Nabi Ibrahim dan Musa dengan meminjam teori Hermeneutika E.D. Hirsch Jr. untuk menelusuri, merekontuksi makna, dan memadukannya dengan manifesto hermeneutika-nya Ricard Palmer untuk menghidupkan kembali makna doa-doa yang sedang dikaji.

Selanjutnya, ditulis oleh Amanda Fitri Nur dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Framing Film Doa yang mengancam”, dalam skripsinya membahas tentang media film dalam penyampaian tidaklah sekedar bercerita akan tetapi juga memberikan gambaran keihidupan sosial pada sebuah komunitas, film yang merupakan saluran komunikasi massa yang paling efektif dalam penyampaian pesan, karena film dapat memberi efek baik dari aspek edukatif, efektif maupun kognitif dengan mudah kepada penonton. Analisis framing film doa yang mengancam ini juga ditemukan pesan-pesan moral yang penulis dapatkan dari hasil analisisnya yaitu: berdoa semata-mata hanya kepada Allah swt dan harus selalu bersyukur atas yang kita miliki baik itu keluarga ataupun harta.

F. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif11 Sesuai dengan obyek kajian skripsi ini, maka jenis penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian kepustakaan (library research), yaitu, pertama, dengan mencatat semua temuan mengenai makna doa Nabi Ibrahim AS dalam al-Qur‟an berdasarkan tafsir al-Misbah karya M. Quraish Shihab, , kedua, memadukan segala temuan, baik teori atau temuan baru untuk

11 Nasution, Metode Penulisan Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), h. 18.

(24)

memberikan gambaran yang jelas tentang doa Nabi Ibrahim AS dalam al-Qur‟an.

Ketiga, menganalisis segala temuan dari berbagai bacaan, berkaitan dengan kekurangan tiap sumber, kelebihan atau hubungan masing-masing tentang wacana yang dibahas di dalamnya. Terakhir adalah mengkritisi, memberikan gagasan kritis dalam hasil penelitian terhadap wacana-wacana sebelumnya dengan menghadirkan temuan baru dalam mengkolaborasikan pemikiran-pemikiran yang berbeda.

Untuk mendapatkan segala kebutuhan tersebut di atas, bisa dihasilkan melalui perpustakaa, toko buku, maktabah syamilah, pusat penelitian dan jaringan internet dengan mengakses wacana dan info mengenai doa Nabi Ibrahim AS dalam al-Qur‟an. Dengan menggunakan data-data dari berbagai referensi baik primer maupun sekunder. Data-data tersebut dikumpulkan dengan teknik dokumentasi, yaitu dengan jalan membaca (text reading), mengkaji, mempelajari, dan mencatat literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas dalam tulisan ini.

1. Sumber Data

a. Sumber Primer, yaitu :

Buku tafsir al-Misbah karangan M. Quraish Shihab, serta buku-buku yang bersinggungan dengan doa Nabi Ibrahim AS dalam al-Qur‟an. Karena dalam buku-buku ini senantiasa memberikan kajian yang sistematis dan mendalam untuk dapat dijadikan sebagai patokan dalam menganalisis makna yang terkandung dalam doa Nabi Ibrahim AS dalam al-Qur‟an

(25)

b. Sumber Sekunder, antara lain :

Buku buku yang terkait dengan doa Nabi Ibrahim AS dalam al-Qur‟an yang dikarang oleh M.Quraish shihab, serta buku-buku yang terkait dengan doa Nabi Ibrahim AS dalam al- Qur‟an sebagai bahan perbandingan penulis dalam menginterpretasikan data

2. Teknik analisis dan pengolahan data

Penelitian ini berusaha mengkaji pemikiran para mufassirin terkait dengan makna doa nabi Ibrahim dalam al Quran surat al baqarah 2: 36 dan Ibrahim 14:35. Oleh karena itu, perlu adanya langkah-langkah dalam mengumpulkan dan mengolah data agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai secara optimal. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan ialah:

a. Mengumpulkan ayat-ayat al Quran yang terkait dengan doa nabi Ibrahim tentang Baladan Amina .

b. Mengungkap keterkaitan makna diantara ayat-ayat yang penulis temukan dalam al Quran, terutama pada QS al baqarah 2:126 dan QS Ibrahim 14:35

c. Memaparkan penafsiran para ulama mufassirin terait dengan makna doa nabi Ibrahim yang teradapat pada QS al baqarah 2:126 dan QS Ibrahim 14:35

d. Menyebutkan penafsiran-penafsiran yang dapat memberikan tambahan penjelasan pada makna QS al baqarah 2:126 dan QS Ibrahim 14:35, sehingga dapat memberikan keterangan yang lebih lengkap dari segi makna yang penulis teliti berdasarkan asbabun nuzul, kronologi, dan tinjauan sejarah kehidupan nabi Ibrahim AS.

e. Kemudian guna mengungkap pemaknaan yang sesungguhnya dari doa nabi Ibrahim QS al baqarah 2:126 dan QS Ibrahim 14:35, penulis juga menggunakan kitab-kitab yang memiliki

(26)

pemaknaan QS al baqarah 2:126 dan QS Ibrahim 14:35 guna untuk mendapatkan pemahaman secara komprehensif tentang makna doa nabi Ibrahim.

Setelah data terkumpul, ,maka langkah selanjutnya adalah analisis atas data-data tersebut. Dalam proses penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan deskriptif analisis, metode deskriptif anlaitis dalam penelitina ini dimaksudkan sebagai metode penelitian yang sumber-sumbernya didata, dikumpulkan, dianalisis dan kemudian diiterpresentasikan secara kritis sebelum dituangkan dan diimplementasikan dalam sebuah gagasan.12 Yaitu untuk mendapatkan gambaran pemahaman para mufassirin terhadapa makna doa nabi Ibrahim pada QS al baqarah 2:126 dan QS Ibrahim 14:35.

Setelah diperoleh gambaran yang jelas tentang pemaknaan para mufassiriin terhadap QS al baqarah 2:126 dan QS Ibrahim 14:35 dilanjutkan dengan mengidentifikasi data yang telah disampaikan sebelumnya.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mengarah alur pembahasan dalam tulisan ini secara sistematis dan mempermudah pembahasan, oleh karena itu penelitian ini dibagi dalam lima bab dan beberapa sub bab, perinciannya sebagai berikut:

Bab pertama, pendahuluan yang meliputi latar belakang untuk memberikan kenapa penelitian ini harus di lakukan dan apa yang melatarbelakangi penelitian ini. Kemudian rumusan masalah dimaksudkan untuk mempertegas pokok-pokok masalah

12 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiyah: Dasar, Metode, Teknik, Cet. Ke-7 (Bandung:Tarsito, 1982), h. 139

(27)

yang akan diteliti. Setelah itu, dilanjutkan dengan tujuan dan kegunaan penelitian untuk menjelaskan arti penting penelitian dan tujuan penelitian. Telaah pustaka diperuntukkan untuk memberi penjelasan posisi penulis dan tema yang akan diteliti belum pernah dikaji atau belum dikaji secara komprehensif.

Bab kedua, bagian point A nya berisikan pengertian doa dan gambaran umum tentang doa, hal ini diperuntukan untuk memberi batasan permasalahan yang akan dikaji dalam pengkajian. Hal-hal yang akan dipaparkan disini mengenai definisi doa, penggunaan kata doa dalam al-Qur‟an dan macam- macam doa Nabi Ibrahim. Sedangkan bagian point B nya berisikan biografi Nabi Ibrahim, gelar Nabi Ibrahim dan dakwah Nabi Ibrahim.

Bab ketiga, berisikan pemaparan isi doa Nabi Ibrahim secara umum mengenai makna doa Nabi Ibrahim dalam al- Qur‟an QS. al-Baqarah: 126 dan QS. Ibrahim :35.

Bab ke-empat, menguraikan (menganalisa) tekstual terhadap atas surah al- Baqarah :126 dan surah Ibrahim; 35.

Bab kelima, adalah penutupan yang berisi kesimpulan saran-saran untuk kajian selanjutnya

(28)

BAB II

KAJIAN TEORITIS TENTNANG DOA A. Pengertian Doa

Doa ialah ibadah yang agung dan amal shaleh yang utama.

Bahkan ia merupakan esensi ibadah dan subtansinya. Ibnu Katsir Menafsirkan, “Beribadah kepada-Ku”, yaitu berdoa kepada-Ku dan mentauhidkan-Ku. Kemudian, Allah mengancam mereka yang menyombongkan diri dari berdoa kepada-Nya. Bagi yang mentadaburi al-Qur‟ an kan mendapati bahwa Allah telah banyak memberikan motivasi kepada hamba-hamba-Nya untuk selalu berdoa kepada-Nya, merasa rendah diri, tunduk dan mengeluhkan segala kebutuhan kepada-Nya. Dengan demikian doa ialah perkara yang besar dan agung. Sebab, di dalamnya seseorang hamba menampakkan bahwa ia benar-benar fakir dan butuh kepada Allah. Ia tunduk bersimpuh dihadapan-Nya. 13 pada pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang konsep doa.

Kata doa berasal dari kata dasa yang berarti kecenderungan kepada sesuatu pada diri kita melalui suara dan kata- kata.14 Sementara Ibrahim Anis mengartikan sebagai “menuntut sesuatu atau mengharapkan kebaikan.” Dari kata ini terbentuklah menjadi kata jadian (masdâr), yaitu

yang mempunyai arti bermacam-macam. Bisa berarti doa dalam konteks permohonan, memanggil, mengundang, meminta, menamakan, mendatangkan, dan lain-lain.

13 Hasan Bin Ahmad Hammam, Terapi dengan Ibadah “Istighfar, Sedekah, Doa, Al-Qur‟an, Shalat, Puasa” (Solo: Aqwam, 2010), h. 75-76

14 Muhammad Zakariyah bin Fâris, Maqâyis al-Lughah, (Beirut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 356

(29)

Perubahan arti ini disebabkan karena penempatannya dalam sebuah kalimat. Bila kata itu dikaitkan dengan Allah bisa berarti dengan doa dan ibadah (hablum minallâh). Bila bersumber dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah, maka berarti perintah.

Sebaliknya bila dari yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi, maka itulah yang dinamakan harapan atau permohonan.15 Sedangkan mengajak orang kepada kebaikan dan kebajikan (hablum minan-nâs) disebut dakwah. Orang yang berdakwah dan berdoa disebut dâ‟i.

Sementara pengertian doa secara leksikal adalah menyeru kepada Allah dan memohon bantuan dan pertolongan kepadanya.

Sementara yang lainnya mendefenisikannya sebagai seruan, permintaan, permohonan, pertolongan dan ibadah kepada Allah swt.

agar terhindar dari mara bahaya dan mendapatkan manfaat. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa doa adalah permintaan atau permohonan kepada Allah melalui ucapan lidah atau getaran hati dengan menyebut asmâ Allah yang baik, sebagai ibadah atau usaha memperhambakan diri kepada-Nya.Dalam penggunaan sehari-hari, kata doa mempunyai beberapa makna, diantaranya adalah:

a. Raghib al-Ishafahani dalam kitabnya al-Mu‟jam li mufradat Alfadzh Alqur‟an al-karim (kamus kosa kata al-Qur‟an) antara lain mengatakan bahwa kata doa sama artinya dengan kata nida‟

yakni panggilan. Bedanya kata nida‟ terkadang menggunakan kata ya‟ tanpa menyembutkan nama orang yang dipanggilnya. Kata du‟a dan nida‟ terkadang digunakan untuk menujukan salah satu dari kedua arti tersebut.

b. Kata doa digunakan pula untuk arti memberi nama atau julukan.

15 Abû Hafash Umar bin „Ali bin Adil al-Dimsyq al-Hambali, alLubâb fî „Ulûm al-Kitâb, juz II, cet. I (Beirut: Dâr al-„Ilmiyah, 1998), h. 297

(30)

c. Kata doa juga berarti menyembah.

d. Kata doa juga berarti permintaan atau permohonan.

Secara istilah, doa adalah permohonan atau permintaan dari seseorang hamba kepada Tuhan dengan menggunakan lafal yang dikehendaki dan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan, atau meminta sesuatu sesuai dengan hajatnya atau memohon perlindungan kepada Allah Swt. Doa yang dimaksud di sini suatu aktivitas ruhaniah yang mengandung permohonan kepada Allah Swt.16 Melalui lisan atau hati, dengan menggunakan kalimat-kalimat atau pernyataan- pernyataan khusus sebagaimana yang tertulis pada al-Qur‟ an, as- Sunnah ataupun keteladanan para sahabat Rasulullah Saw, dan orang- orang yang saleh. Dengan penuh harapan agar doa-doa yang dimohonkan akan segera dikabulkan.

Pendefinisian tentang doa secara umum menunjukkan pada makna yang sama antara satu dengan yang lain, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Doa adalah pernyataan hajat atau keperluan. Dengan merealisasikan penghambaan dengan melahirkan kehinaan dan kerendahan diri dalam keadaan tidak berdaya dan tidak berkekuatan, kemudian mencurahkan segala isi hati yang paling rahasia kepada Allah swt.

2. Doa merupakan media komunikasi antara makhluk dengan Khaliknya. Dengan demikian, penggunaan lafaz harus sesuai serta dapat memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam berdoa

16 Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Prophetic Intelegence Kecerdasan Kenabian”

Menumbuhkan Potensi Hakiki Insani Melalui Pengembangan Kesehatan Ruhani (Yogyakarta: Islamika, 2004), h. 450-451.

(31)

3. Berdoa bukanlah hanya memohon, tetapi harus juga berikhtiar sesuai dengan jalan yang semestinya. Agar tercapai apa yang dimaksud melalui perantaraan, mengerjakan segala syarat yang menjadi sebab berhasilnya usaha tersebut. Doa juga merupakan takdir (ketetapan) Tuhan, dimana setiap manusia harus melakukannya

B. Tujuan Berdoa

Berdasarkan berbagai keutamaan doa di atas, menurut Syekh Sayyid Tantawi, tujuan doa bisa disimpulkan tiga poin utama sebagai berikut:

Pertama, doa bertujuan untuk menunjukkan keagunggan Allah Swt. Kepada hamba-hamba-Nya yang lemah. Seorang hamba yang berdoa pasti menyadari bahwa hanya Allah-lah yang bisa memberikan nikmat kepadanya, mewujudkan harapannya, dan menerima tobatnya.

Allah berfirman Q.S. An-Naml 27/ 62:



































Artinya:“Siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, yang menghilangkan kesusahan, dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah dibumi? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati-Nya.”

Kedua, agar manusia merasa malu kepada Allah Swt. Ketika seorang hamba mengetahui bahwa Allah Swt. Akan mengabulkan doa- doanya, tentu saja ia akan malu untuk menginginkan nikmat-nikmat- Nya. Bagi hamba Allah Swt, yang sudah berada dalam keimanan yang kuat, berdoa akan membuat ia lebih banyak lagi mensyukuri nikmat- Nya.

(32)

Ketiga, sebagai sarana pencarian ketenangan diri dan hati dari hiruk pikuk kehidupan dunia. Sebagaimana diketahui bersama, pada hakikatnya, doa adalah ikhtiar manusia untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Tuhannya. Jadi, hendaknya pada saat berdoa, seorang hamba haruslah bisa melepaskan segala hal yang bersifat duniawi untuk sementara dengan beralih menuju kekhidmantan dan kekusyukkan bermunajat ke hadirat sang pemilik Alam Semesta, Allah Azza wa jalla. Saat berdoa, pada hakikatnya, seorang hamba sedang berkomunikasi langsung kepada penciptanya sehingga ia bisa mengadukan segala hal kepada Allah Swt, agar hatinya bisa tenang dan tenteram.17

Keempat. Doa dapat mengurangi stres. Berdoa bukanlah perbuatan sia-sia. Segala keinginan yang kita mohonkan dalam doa akan dikabulkan oleh Allah Swt. Doa dapat mengurangi stress dan berbagai tekanan hidup. Mereka yang malas berdoa dapat di duga akan mudah mengalami stres. Kelima. Berdoa dapat meleyapkan rasa putus asa. Dengan berdoa seseorang akan termotivasi dalam menghadapi cobaan hidup dan bersikap positif menanggapi kegagalan, sebab Allah Swt yang jadi sandaran akan selalu membantunya bangkit.

Ke enam. Berdoa membuat kondisi psikologis seseorang terjamin stabil. Berdoa dapat meningkatkan daya tahan tubuh, menyembuhkan penyakit fisik maupun psikis. Ketekunan berdoa membuat seorang memiliki daya tahan tubuh yang baik karena dia selalu menatap kehidupan dengan pikiran jernih, dan tubuhnya tidak mudah lemah karena beban pikiran.

17Hariz Priyatna, Lisdy Rahayu. Amalan Pembuka Rezeki Mengungkap Amalan Dahsyat dan Kisah Para Pengamalnya, cet 1 (Yogyakarta: PT Bintang Pustaka, 2014), h.

63-65

(33)

Ke tujuah. Berdoa sang hamba untuk mengembangkan potensi- potensi yang diberikan Allah Swt untuk dirinya. Kedelapan. Doa dapat menghindarkan manusia dari kericuhan dan kekacauan hidup. Ke Sembilan. Doa dapat menolak bala. Kesepuluh. Doa dapat menyembuhkan suatu penyakit.18

C. Etika dalam Berdoa

Etika dalam berdoa diungkapkandalam al Quran, yaitu:

1. Merespon seruan Allah dan berkeyakinan





































Artinya: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar selalu berada dalam kebenaran” (QS.

AlBaqarah: 186).

Kata “dekat” dalam ayat di atas tidak dapat dipahami dalam arti dekat dari segi ukuran manusia (tempat dan waktu). Allah dekat dalam arti Maha Mengetahui, Maha Mendengar, Maha Memelihara, karena sebagaimana ditegaskann dalam Firman-Nya (QS. al-Hadid:

4).















































18 Hariz Priyatna, Lisdy Rahayu. Amalan Pembuka Rezeki Mengungkap Amalan Dahsyat dan Kisah Para Pengamalnya, cet 1 (Yogyakarta: PT Bintang Pustaka, 2014), h.

63-65

(34)





























Artinya: Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian dia bersemayam di atas ´arsy dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya dan dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

Allah itu adalah sangat dekat dengan manusia, hanya saja kedekatan Allah pada manusia boleh jadi ketika memohon kepadaNya tidak terkabulkan. Oleh karenanya, respon permohonan seseorang itu tergantung pra syarat yang harus dimiliki oleh pemohon. Syarat yang pertama adalah merespon seruan Allah dan meyakini akan diterimanya doa.

Betapa banyak orang berdoa akan tetapi doanya tidak terkabulkan, karena mereka tidak merespon seruan Allah atau tidak melaksanakan tugasnya sebagai hamba. Jadi harus ada perimbangan antara penuntutan hak dengan pelaksanaan kewajiban QS. Al- Fatihah/1: 5, karena tidak wajar seseorang lebih banyak menuntut haknya, akan tetapi kewajibannya terbengkalai, semestinya harus sejajar. Itulah sebabanya ketika menyebutkan dalam ayat 186 surat al-Baqarah, di sana disebutkan anak kalimat “orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku”. Kalimat ini memberi isyarat bahwa bisa jadi ada seseorang yang berdoa tetapi ia belum lagi dinilai berdoa oleh Allah. Yang dnilai-Nya berdoa, antara lain adalah yang tulus menghadapkan harapan hanya kepada-Nya, bukan kepada selain-Nya, bukas juga yang menghadapkan diri kepada-Nya

(35)

bersama dengan selai-Nya. Ini dipahami dari penggunaan kata

“kepada-Ku”.19

2. Merendahkan diri dengan suara lembut dan tidak berlebih-lebihan Di dalam firman Allah QS. `al-„Araf : 55:



















Artinya: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang- orang yang melampauhi batas”20

Ayat ini mencakup syarat dan adab berdoa kepada Allah, yaitu khusyu‟ dan ihklas bermohon kepada-Nya dengan suara yang tidak keras, sehingga tidak memekakkan telinga serta tidak perlu bertele-tele, sehingga terasa dibuat-buat. Menurut Muh. Sayyed Thantawi, seperti yang dikutip oleh Quraish Shihab, orang yang melakukan doa dengan sikap bertele-tele termasuk bentuk pelampauan batas.21 Berdoa dengan kerendahan hati, ungkapan doa dengan membayangkan bahwa kita benar-benar hina dan kecil dihadapan Allah dengan kesopanan, layaknya rintihan dan kesusahan serta keluh kesah disertai dengan suara yang lembut, karena Tuhan adalah sangat dekat dengan kita dan tidak tuli, tidak perlu dengan suara yang keras dan lantang.

Sejalan dengan itu disebutkan oleh Mustafa al-Maraghi bahwa mengapa Allah menyuruh manusia berdoa kepada Allah dengan suara yang lembut, karena jiwa manusia ingin sekali dipuji dan sangat rentang dihinggapi oleh rasa riya‟, boleh jadi ketika

19Ibid.

20Ibid.

21M. Quraish Shihab, Op.Cit., h. 118

(36)

berdoa bercampur dengan sifat riya‟.22Tidak jarang kita berdoa, baik dalam acara-acara keagamaan maupun dalam upacara resmi, permohonan kita tidak memenuhi syarat doa, karena permohonan yang dipanjatkan itu bagaikan laporan kepada Allah yang disampaikan dengan bangga dan panjang lebar. Kita bagaikan berpidato dihadapan-Nya. Dengan demikian, kita tidak perlu berteriak mengeraskan suara ketika berdoa, karena tidak mustahil dalam pengertian “melampaui batas kewajaran” adalah berkeras- kerasan dalam berzikir dan berdoa sehingga mengganggu orang lain yang masih ditoleransi oleh Allah QS. Al-„Arâf/7: 205.





































Artinya: Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.

3. Dilakukan dengan perasaan takut dan penuh harapan Firman Allah QS. Al-„Araf : 56.

































Artinya: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan”.23

22Mustafa al-Maraghi, Tafsîr al-Marâghî, Juz. III, (Cet. III, Beirut: Dâr al-Fikr, 1973 ), h. 176.

23 QS. Al-„Araf : 56

(37)

Ayat di atas menggambarkan bahwa ketika kita bermunajat kepada Allah harus disertai dengan rasa takut kepada Allah dan penuh harapan bahwa doa akan dikabulkan. Ayat ini ada yang memahami dalam arti takut jangan sampai doa tidak terkabulkan.

Pendapat ini menurut Quraish Shihab tidak sejalan dengan anjuran Nabi agar berdoa disertai dengan keyakinan dan harapan penuh kiranya Allah mengabulkannya.23 Artinya, bahwa doa yang dipanjatkan harus disertai dengan sikap optimis, bukan justru rasa pesimis, sehingga terkadang berdoa hanya sebagai suatu pemaksaan, yang muncul bukan atas dasar kebutuhan, melainkan ucapan ritual yang memang harus dijalankan. Ibadah seperti ini tidak akan mempunyai jiwa, tidak memiliki roh. Sehingga tidak akan muncul kenikmatan beribadah, bahkan cenderung membosankan hati orang yang melaksanakannya.

4. Berdoa dengan Nama-Nama Allah

Disebutkan dalam al-Qur‟an bahwa ketika seorang hamba berdoa dia harus menyebutkan asma Allah QS. Al-Isra‟ : 110,















































Artinya: “katakanlah (Muhammad), “serulah Allah atau serulah al- Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Diamempunyai nama-nama yang terbaik dan janganlah engkau mengeraskan suaramu dalam salat dan janganlah (pula) merendahkannya dan usahakan jalan

(38)

tengah di antara kedua itu”.24

Ayat ini turun berkenaan dengan tuduhan orang musyrik terhadap Nabi SAW yang berdoa kepada Allah dengan menganggap bahwa Tuhan itu dua. Menurut bebrapa riwayat bahwa ayat ini turunkan Nabi Muhammad SAW sujud sambil menyebut Yâ Rahmân, Yâ Rahîm, orang-orang musyrik berkata: “Dia percaya bahwa dia hanya menyembah satu Tuhan, sedang sekarang dia menyebut dua.”25

Riwayat lain mengatakan bahwa Abu Jahal berkata:

“Muhammad menyebut juga nama al-Rahmân sedang dia melarang kita menyembah dua tuhan, padahal dia sendiri sekarang menyebut dua tuhan.”26 Ada pula riwayat lain menyebutkan, ayat ini turun berkenaan dengan pertanyaan orang Yahudi kepada Nabi bahwa mengapa kata al-Rahmân sedikit sekali disebutkan padahal di dalam Taurat banyak yang Allah sebutkan

Ada dua riwayat yang berbeda tentang sebab turunnya ayat ini. Kalau hadis pertama merupakan sanggahan orang musyrikin kepada Nabi tentang penggunaan kedua kata itu (Allâh dan alRahmân) dalam berdoa. Dengan demikian, Allah menjelaskan kepada kaum musyrikin bahwa kedua lafaz itu walaupun berbeda nama tapi sama-sama mengungkapkan zat Allah. Hadis kedua memberikan penjelasan bahwa kedua kata ini sama-sama baik.

Mengapa orang Yahudi menggunakan kata itu lebih banyak di dalam kitab Taurat? Karena Nabi Musa as. termasuk orang keras

24 QS. Al-Isra‟ : 110

25 Imam Abu al-Fida‟ Ismail Ibn Katsir, Tafsîr Ibn Katsîr, Jilid III, (Beirut: Dar al-Fikr, 1986 M/1407 H), h. 79

26Wahbah al-Zuhaily, al-Tafsîr alMunîr, Juz XV, h. 190.

(39)

dan pemarah. Oleh karena itu, Allah banyak menyebutkan dengan rasa kasih sayang dan belaian. Sebagai Nabi, tentulah mencontoh sifat Allah.

D. Doa Sebagai Bagian dari Ibadah

Allah swt., berfirman dalam QS Yunus ayat 106.



































Artinya: Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu Termasuk orang-orang yang zalim.

Kata doa menunjukkan penyembahan atau ibadah27 . Secara esensi ia menunjukkan suatu pengetahuan tentang Tuhan ma‟rifatullah.

yakni ibadah yang mencakup setiap aspek eksistensi manusia dengan berbagai ritus dan ritual, ia merupakan amalan lahiriyah yang mengandung makna batiniyah dan memungkinkan sang hamba untuk menjadi seorang yang arif

Jika diperhatikan di dalam al-Qur‟an, paling tidak, ada dua hal yang mendorong manusia untuk mendekatkan diri atau beribadah kepada Allah: Pertama, sisi kebesaran dan keagungan Allah. Setiap agama meyakini Tuhan yang disembah itu mempunyai sifat-sifat kesempurnaan, seperti kesempurnaan kekuasaannya atas alam raya, termasuk manusia. Manusia yang meyakini Tuhannya pasti

27M. Majma‟ al-Lugah al-„Arabiyah, Mu‟jam Alfâz al-Qur‟ân al-Karîm (Kairo:

Dâr al-Syurûq, t.th.), h. 204

(40)

membutuhkanNya sehingga menggantungkan diri kepada-Nya. Kedua, sisi manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang memiliki naluri gembira dan sedih, senang dan susah, takut, cemas, dan mengharap, sehingga ia membutuhkan sandaran dan pegangan dalam hidupnya.

Kenyataan membuktikan bahwa bersandar kepada sesama makhluk seringkali tidak membuahkan hasil, karena itu mereka membutuhkan sandaran yang Maha kuat dan mutlak yang dapat memberikan bantuan dan bimbingan serta mampu menghilangkan rasa cemas, sehingga dapat memenuhi harapannya. Tidak ada yang mampu melakukan hal tersebut kecuali Allah swt. Allah menyatakan dalam QS. Fathir : 13-14

Doa dalam Perspektif Al-Qur‟an “Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu, dan sekiranya mereka mendengar, mereka juga tidak memperkenankan permintaanmu.”

Alexis Carrel, salah seorang ahli bedah Perancis (1873-1941) dan peraih hadiah Nobel dalam bidang kedokteran, dia memiliki pengalaman dalam mengobati pasiennya dan kemudian dia mengatakan bahwa “banyak di antara mereka memperoleh kesembuhan dengan jalan berdoa”. Menurutnya, doa adalah sesuatu gejala keagamaan yang paling agung bagi manusia, karena pada saat itu, jiwa manusia terbang menuju Tuhannya.28

Dengan demikian, manusia sebagai makhluk yang memiliki kelemahan dan kekurangan, tidak dapat menyelesaikan semua persoalan tanpa bantuan yang lain. Sebagai makhluk yang memiliki keyakinan bahwa ada yang lebih ampuh untuk dapat memberikan

28 M. Quraish Shihab, Wawasana al-Qur‟an tentang Zikir dan Doa, (Cet. I, Jakarta: Lentera Hati, 2006), h. 181

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari Laporan Akhir ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III (tiga) di Teknik Elektro Program Studi

Makmun (2003) mengemukakan bahwa motivasi individu dapat dieksplorasi dari beberapa indikator, yakni (1) durasi kegiatan seseorang melakukan suatu aktivitas ; (2) frekuensi

The questions are useful, but it is your answers that will help you reframe, re-focus, refresh, rejuvenate, and recuperate ˘ just like spring breaks used to do3. In other words,

Penelitian ini akan mengembangkan perangkat pembelajaran SETS, diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih dibandingkan dengan pembelajaran yang menerapkan

Hal-hal yang membuat persen- tase siswa memiliki kemampuan berpikir reflektif matematis lebih dari 60% jumlah siswa pada kelas yang mengikuti model guided discovery

Supervisi akademik adalah layanan yang diberikan kepada guru berupa bantuan dalam peningkatan kualitas pembelajaran yang merupakan tugas utama guru. Pada kontek ini

Pada gedung pertunjukan kebisingan dari luar bangunan menjadi faktor yang perlu diperhatikan sehingga nantinga bangunan Gedung pertunjukan berada pada bagian tengah bangunan

 Hubungan antara keduanya terletak pada usaha dalam mewujudkan suatu pengembangan secara berkala dan terorganisir demi mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin