MAJU,
p-ISSN: 2355-3782 Volume 8 No. 2, September 2021e-ISSN: 2579-4647 Page : 67-75
67
DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN RUANG SISI
DATAR
Rika Lestari1)*, Kiki Nia Sania Effendi2)
1) Mahasiswa Universitas Singaperbangsa Karawang – Jl. HS. Ronggo Waluyo Puseurjaya. Kec.Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kode Pos: 41361, Indonesia
2) Dosen Universitas Singaperbangsa Karawang – Jl. HS. Ronggo Waluyo Puseurjaya. Kec.Telukjambe Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kode Pos: 41361, Indonesia
Email: 1710631050142@student.unsika.ac.id
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis kemampuan
pemecahan masalah yang dilakukan siswa kelas VIII pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Datar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII F di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Cirebon. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data yang melalui proses data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan Conclusions drawing/verification (penarikan kesimpulan). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah yang dilakukan siswa, antara lain: 1) pada langkah memahami masalah masih banyak siswa yang tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan,2) Kesalahan menyusun rencana, pada langkah menyusun rencana masih banyak siswa yang kesulitan dalam menyusun langkah-langkah penyelesaian,3) Kesalahan melaksanakan rencana, pada langkah melaksanakan rencana siswa tidak menuliskan rumus, lupa atau salah menuliskan operasi dalam perhitungan, salah dalam menghitung, dan tidak menuliskan kesimpulan, dan 4) Kesalahan memeriksa kembali, pada langkah ini siswa tidak memeriksa kembali solusi yang diperoleh, dan kurang tepat memperoleh jawaban akhir.
Kata-kata kunci: Deskripsi; Kemampuan Pemecahan masalah Siswa; Bangun Ruang sisi Datar
PENDAHULUAN
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Brumbaugh, Moch, & Wilkinson (Mahadayani,2014) menyatakan bahwa matematika adalah cara untuk mengekspresikan ide, pendapat, dan konsep tertentu artinya
matematika bisa dapat dikatakan sebagai alat komunikasi, atau alat untuk mempermudah seseorang untuk menyampaikan ide, pendapat, dan konsep agar dapat dengan mudah dimengerti oleh orang lain. Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), salah satu tujuan pembelajaran matematika yaitu memecahkan masalah yang meliputi
68 kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Kemampuan pemecahan masalah ini dirasakan sangat penting sebab hampir di semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dijumpai (Bidasari, 2017).
Bidasari (2017) menyatakan bahwa Kemampuan pemecahan masalah merupakan bagian kurikulum dari matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Selain itu menurut Suherman (Mayasari,2019) menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kegiatan yang yang dilakukan dengan cara mengamati, menelaah, mencoba dan membuat hipotesis untuk menyelesaikan suatu masalah matematis yang dihadapi. Seperti yang dikemukakan oleh Juliana dkk, (2017) Siswa dikatakan memiliki kemampuan pemecahan masalah yaitu jika siswa mampu memenuhi indikator-indikator yang ada dalam pemecahan masalah seperti memahami masalah, merencanakan strategi dan prosedur pemecahan masalah, melakukan prosedur, serta memeriksa kembali kebenaran jawaban.
Charles dan O’Daffer (Harahap,2017) menyatakan tujuan diajarkannya pemecahan masalah dalam belajar matematika adalah untuk 1). Mengembangkan keterampilan berpikir siswa, 2). Mengembangkan kemampuan menyeleksi dan menggunakan strategi-strategi
penyelesaian masalah, 3). Mengembangkan sikap dan keyakinan dalam menyelesaikan masalah,4). Mengembangka kemampuan siswa menggunakan pengetahuan yang saling berhubungan, 5). Mengembangkan kemampuan untuk memonitor dalam mengevaluasi pemikirannya sendiri dan hasil pemikirannya sendiri dan hasil pekerjaannya selama menyelesaikan masalah, 6). Mengembangkan kemampuan siswa menyelesaikan masalah dalam suasana pembelajaran yang bersifat kooperatif, 7). Mengembangkan kemampuan siswa menemukan jawaban yang benar pada masalah-masalah yang bervariasi.
Menurut Tohir (2019), hasil survey yang dilakukan Trend in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program International Student Assessment (PISA) tentang kemampuan matematika siswa di Dunia: Peringkat PISA Indonesia tahun 2018 turun apabila dibandingkan dengan hasil PISA tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 7 dari bawah (73) dengan skor rata-rata 373.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Atika Pratiwi Tahun 2019 diperoleh kesimpulan bahwa tingkat pemecahan masalah matematis siswa SMP kelas VII dengan jumlah murid 32 orang siswa berdasarkan nilai yang diperoleh secara keseluruhan terdapat 8 orang siswa kategori tinggi dengan presentase 25%, 15 orang siswa kategori sedang dengan persentase 47%, dan terdapat 9 orang siswa kategori rendah dengan persentase 28%.
Penyelesaian suatu masalah merupakan sebuah tantangan yang akan menuntut siswa
69 untuk berpikir dan bekerja keras. Konsep atau
rumus matematika tidak akan dapat langsung diterapkan untuk menyelesaikan suatu masalah, karena terdapat kemungkinan masalah yang satu dan yang lainnya tidak sama dalam langkah penyelesaiannya. Siswa terlebih dahulu dituntut untuk mampu memahami maksud dari suatu masalah hingga pada akhirnya mampu menyelesaikan masalah tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru matematika kelas VIII salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Cirebon diperoleh keterangan bahwa beberapa siswa masih kurang mampu menyelesaikan soal yang disajikan dalam bentuk soal cerita hal ini dikarenakan untuk menyelesaikan soal cerita tidak sama dengan menyelesaikan soal biasa, karena membutuhkan pemahaman dan kemampuan yang baik dari siswa. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII pada materi bangun ruang sisi datar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam menyelesaikan soal tentang bangun ruang sisi datar.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Menurut Moeloeng (2017) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah dan bersifat penemuan Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP kelas VIII pada bangun ruang sisi datar tanpa diberikan perlakuan apapun sebelumnya.
Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII-F di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Cirebon, sehingga terpilihlah 3 siswa dengan kemampuan pemecahan masalah matematis tinggi, sedang dan rendah. Instrumen penelitian berupa lembar tes uraian. Materi yang diambil adalah mengenai bagun ruang sisi datar. tes tersebut diambil dari soal yang diadaptasi dari Herlambang (2013). Bentuk tes yang dipilih adalah uraian yang berjumlah 2 soal dengan berbagai bentuk penyelesaian yang beragam.
Metode pengumpulan data penelitian ini sebagai berikut. a) metode observasi, yaitu merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan langsung kepada subyek penelitian; b) metode wawancara, yaitu metode yang digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika; c) metode tes, yaitu merupakan pertanyaan yang dilakukan secara tertulis kepada subyek penelitian sesuai dengan indikator kemampuan pemecahan masalah matematika. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara dan tes. Keabsahan data dalam penelitian ini mengunakan triangulasi. Menurut Sugiyono (2013) triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
70 ada. Teknik analisis data yang dilakukan dalam
penelitian ini sebagaimana dikutip dalam Sugiyono (2013) yaitu analisis data yang melalui proses data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan Conclusions drawing/verification (penarikan kesimpulan).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini berisi pembahasan hasil penelitian berupa deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa (subjek tinggi dan subjek sedang) dalam menyelesaikan soal sistem persamaan linear dua variabel yang berpandu pada indikator pemecahan masalah.
Deskripsi kemampuan pemecahan masalah yang dimaksud adalah gambaran tentang kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan indikator pemecahan masalah selama menyelesaikan soal-soal sistem persamaan linear dua variabel. Adapun soal kemampuan pemecahan masalah materi bangun ruang sisi datar, yaitu:
1. Andi akan membuat akuarium berbentuk kubus tanpa tutup . Tinggi akuarium adalah 70 cm. jika harga kaca Rp. 72.000 per m², berapa biaya yang dikeluarkan Andi untuk membuat akuarium?
2. Diketahui Panjang sebuah balok dua kali Panjang kubus dan tinggi balok setengah kali lebar balok, jika volume sebuah kubus sama dengan volume balok yaitu 1.000 cm³. tentukan luas pemukaan balok tersebut!
Adapun pembahasan selengkapnya disajikan sebagai berikut.
1. Subjek Kelompok Tinggi
Gambar 1 Hasil jawaban subjek kelompok tinggi untuk soal nomor 1
Berdasarkan hasil pengerjaan tes, subjek tinggi menunjukkan respon yang baik selama mengerjakan soal. Ketika
melaksanakan indikator
mengidentifikasi data diketahui, data ditanyakan dan kecukupan data untuk pemecahan masalah, subjek dengan mudah memberikan jawaban yang benar.
Melalui wawancara, subjek menjelaskan
bahwa informasi-informasi penting
tersebut sudah tertera pada soal. Dalam
hal ini, subjek menempuh proses
berpikir yang diawali dengan
mencermati beberapa informasi dalam
soal, subjek menuliskan apa yang
diketahui dan ditanyakan kemudian
subjek mengaitkan antara satu informasi
dengan informasi lainnya serta
menjabarkan rumus yang diminta
dengan tepat. Kemampuan berpikir
subjek cukup luas yakni subjek membuat
keterkaitan antara satu informasi dengan
informasi lainnya. Subjek memberikan
jawaban yang benar dengan cara
mencermati serta mengolah informasi
penting dan berdasarkan informasi-
71
informasi yang telah dipadukan. Hal ini
menunjukkan bahwa subjek mampu memahami apa yang diinginkan dalam soal.
Pada indikator kedua yaitu mengidentifikasi strategi yang dapat ditempuh, subjek dapat dengan mudah menemukan strategi berdasarkan dari hubungan antara informasi yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek memiliki kemampuan yang baik dalam memikirkan strategi untuk memecahkan masalah dengan menggunakan pemahamannya secara baik serta mengolah informasi yang penting yang terdapat dalam soal. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Tarhadi (2015), mendefinisikan pemecahan masalah sebagai cara berpikir, menganalisis, serta menalar dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang terkait dengan masalah tersebut. Dengan demikian, pemecahan masalah matematika adalah usaha individu menggunakan konsep- konsep, sifat-sifat, prinsip-prinsip, teorema-teorema, dan dalil-dalil matematika untuk menemukan solusi dari masalah matematika.
Pada indikator ketiga yaitu menyelesaikan masalah dengan rumus yang tepat, subjek menyelesaikan soal dan mendapatkan jawaban yang benar.
Pada inidkator ini, penggunaan operasi
hitung dan kemampuan subjek dalam melakukan perhitungan matematika akan sangat membantu siswa dalam memecahkan masalah ini. Pada indikator ini, subjek menyelesaikan soal dan mendapatkan jawaban akhir sesuai dengan strategi yang telah ditentukan sebelumnya.
Pada indikator terakhir, subjek melakukan pengecekan ulang guna memastikan kebenaran jawaban yang diperoleh. Hal ini terlihat dari hasil pengerjaan tes yang dilakukan oleh subjek, setelah subjek menemukan hasil penyelesaian dari soal selanjutnya subjek memeriksa kebenaran jawabannya dengan cara mensubstitusi nilai yang diketahui kedalam rumus dan menghitung ulang nilai-nilai yang diketahui pada suatu masalah.
Subjek kelompok tinggi dapat dikategorikan sebagai siswa yang cerdas dimana subjek kelompok tinggi juga memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik karena siswa tersebut menyelesaikan semua soal dan memenuhi keempat indikator pemecahan masalah.
2.
Subjek Kelompok Sedang
72 Gambar 2 Hasil jawaban subjek kelompok
sedang untuk soal nomor 1 dan 2
Dalam menjawab tes pemecahan masalah, subjek kelompok sedang menunjukkan kemampuan pemecahan masalah yang relatif sama dengan subjek tinggi. Hal yang nampak berbeda adalah ketika subjek mengerjakan item/soal nomor 2. Pada soal nomor 2, berdasarkan hasil wawancara, subjek dapat mengidentifikasi data-data yang diketahui dan ditanyakan, namun tidak dapat menentukan bagaimana cara menyelesikan soal yang diminta. Dalam menyelesaikan soal nomor 2, pemahaman subjek terbatas pada informasi yang tertera pada soal. Meskipun subjek sedang dapat menyusun cara menyelesaikan permasalahan dari informasi pada soal yaitu dengan membuat perbandingan dari data- data yang diketahui namun subjek sedang tidak memahami bahwa informasi tersebut dapat dikaitkan sehingga menghasilkan unsur. Subjek sedang hanya dapat menyebutkan informasi yang tertera pada soal serta menyusunnya kedalam rumus namun belum dapat menemukan stategi dari hubungan antara informasi satu dengan informasi yang lain.
Subjek sedang tidak dapat menyelesaikan soal nomor 3, hal ini disebabkan karena subjek tidak memahami cara untuk mendapatkan kedua persamaan linear. Subjek tidak memahami keterkaitkan antara informasi satu dengan informasi lainnya, hal ini menyebabkan subjek tidak dapat menyelesaikan soal nomor 2.
Berdasarkan hasil wawancara, subjek dapat menyebutkan informasi dari soal, namun tidak dapat menemukan unsur-unsur yang belum ada nilainya. hal ini menunjukkan bahwa subjek sedang kesulitan dalam mengaitkan informasi satu dengan informasi lainnya. Menurut Zulfah (2018) gejala- gejala yang berkaitan dengan rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis diantaranya: 1) Sebagian besar siswa tidak bisa mengerjakan soal yang berbeda dari contoh soal yang diberikan guru, 2) Sebagian besar siswa tidak bisa memahami soal yang berbentuk soal cerita dengan baik, 3) Sebagian besar siswa tidak bisa menyelesaikan soal-soal aplikasi atau soal- soal pemecahan masalah, 4) Siswa menjawab soal tanpa menggunakan langkah-langkah umum pemecahan masalah.
Pada soal nomor 1 dan 2 subjek tidak melakukan langkah terakhir yaitu memeriksa kebenaran yang diperoleh. Hal ini disebabkan karena subjek sudah yakin bahwa jawabannya benar namun subjek tidak melakukan cara yang tepat untuk memastikan kebenaran dari solusi yang diperolehnya. Pada soal nomor 2, subjek tidak menemukan jawabannya, hal ini
73 disebabkan karena subjek tidak mengaitkan
beberapa informasi yang dapat menemukan unsur yang digunakan untuk menyelesikan masalah.
3. Subjek Kelompok Rendah
Gambar 3 Hasil jawaban subjek kelompok rendah untuk soal nomor 1 dan 2
Pada subjek kelompok rendah, terlihat bahwa siswa tidak mampu memahami masalah karena tidak menuliskan yang diketahui maupun yang ditanyakan, tidak menyusun rencana dan melaksanakan rencana serta belum mampu memeriksa kembali hasil pengerjaannya, bahkan pada soal nomor 1 dan 2 siswa hanya memberikan jawaban tanpa menguraikan dari mana nilai tersebut didapat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pada kategori rendah siswa tidak memenuhi satu pun tahapan kemampuan pemecahan masalah matematis dalam menyelesaikan soal bangun ruang sisi datar.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa belum memenuhi indikator pemecahan masalah matematika siswa yang masih rendah dalam menyelesaikan soal materi kubus dan balok. Dari tiap butir soal yang dijawab oleh siswa tidak ada yang memenuhi indikator pemecahan masalah
dengan tepat dan benar. Sejalan dengan penelitian (Hendriana dkk, 2018) berdasarkan analisis siswa perbutir soal, terbukti bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa terutama SMP masih rendah khususnya pada indikator memahami masalah dan memeriksa kembali. Dan sejalan juga dengan penelitian (Haharap dan Surya, 2017) dari hasil jawaban tertulis dan wawancara dapat dilihat bahwa hanya subjek kelompok tinggi yang memenuhi keempat kriteria kemampuan pemecahan masalah yang baik dan benar.
Sedangkan subjek kelompok sedang tidak memahami konsep yang digunakan, tidak merencanakan penyelesaian masalah sehingga tidak menyelesaikan masalah dengan baik. Walaupun begitu subjek kelompok sedang mampu mengidentifikasi masalah secara tepat. Subjek kelompok rendah tidak menguraikan jawaban dengan rinci, tidak merencanakan pemecahan masalah, tidak menyelesaiakan masalah secara tepat dan menafsirkan solusi yang salah.
KESIMPULAN
Pada analisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa cenderung melakukan beberapa kesalahan diantaranya:
1) Sebagian besar siswa tidak bisa mengerjakan soal yang berbeda dari contoh soal yang diberikan guru. 2) Sebagian besar siswa tidak bisa memahami soal yang berbentuk soal cerita dengan baik. 3) Sebagian besar siswa tidak bisa menyelesaikan soal-soal aplikasi atau soal- soal pemecahan masalah. 4) Siswa menjawab soal tanpa menggunakan
74 langkah-langkah umum pemecahan
masalah. 5) siswa masih kurang teliti dalam melakukan perhitungan padahal sudah memahami soal dengan baik
.
Dari data yang diperoleh terlihat bahwa kesalahan setiap indikator pemecahan masalah matematis siswa tergolong masih rendah. Data ini diperoleh sesuai soal yang dikerjakan oleh siswa.
kesalahan pada satu langkah pemecahan masalah saja dapat berdampak besar pada langkah pemecahan masalah berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bidasari, Febrina. (2017) Pengembangan Soal Matematika Model Pisa Pada Konten Quantity Untuk Mengukur Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Gantang Vol. Ii, No. 1,
Fitria, N. F. N,. Hidayani, N . Hendriana, H &
Amelia, R. (2018) Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP dengan Materi Segitiga dan Segiempat. Edumatica Volume 08 Nomor 01 A.
Harahap, E. R. & Surya, Edy. (2017) Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas Vii Dalam Menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel. Seminar Nasional Matematika:
Peran Alumni Matematika dalam Membangun Jejaring Kerja dan Peningkatan Kualitas Pendidikan, 6 Mei 2017, Fakultas Matematika Universitas Negeri Medan
Juliana,. Ekawati, Darma,. & Basir, Fahrul.
(2017) Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
Pedagogy Volume 2 Nomor 1.
Mahdayani, Risa. (2016) Analisis Kesulitan Siswa Smp Dalam Pemecahan Masalah Matematika Pada Materi Aritmetika, Aljabar, Statistika, Dan Geometri. Jurnal Pendas Mahakam.Vol.1 (1).86-98 Mayasari & Rosyana, T. (2019) Pengaruh
Kemandirian Belajar Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Smp Kota Bandung Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika Volume 3, No. 1.
Pratiwi, Atika & Effendi, K,. N,. S (2019) Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Sesiomadika 2019: prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika.
Diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Matematika, UNSIKA, 1 Oktober 2019 (hal. 304-314). Karawang:
Singaperbangsa University Press..
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi. (Bandung:Alfabeta).
Tohir, M. (2019). Hasil PISA Indonesia Tahun 2018 Turun Dibanding Tahun 2015.
Diakses:
https://matematohir.wordpres.com/2019/
12/03/hasil-pisa-indonesia-tahun-2018- turun-dibanding-tahun-2015/
75 Zulfah, Z. (2017). Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dengan Pendekatan Heuristik Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Mts Negeri Naumbai Kecamatan Kampar. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(2), 1-12.