• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pendidikan Untuk Semua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Pendidikan Untuk Semua"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 4 No 4

Hal 35- 46

Jurnal Pendidikan Untuk Semua

Tahun

2020

PERAN KOMUNITAS GERLIK DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB DAN DISIPLIN DI JAGIR WONOKROMO

Putri Widya Cahyani

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya [email protected]

I Ketut Atmaja JA

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

[email protected]

Info Artikel ________________

Sejarah Artikel:

Diterima 09/2020 Disetujui 09/2020 Dipublikasikan10/2020

________________

Kata kunci:

Peran Komunitas, tanggung jawab, disiplin ____________________

Keywords:

Community Role, responsibility, disciplin.

Abstrak

Artikel ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis peran komunitas gerlik dalam pembentukan karakter tanggung jawab dan disiplin . Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dengan pendekatan kualitatif berupa wawancara mendalam, observasi partisipan serta dokumentasi di jagir wonokromo surabaya. Metode analisis data di dalam penelitian ini menggunakan : reduksi data, display data serta kesimpulan dan verifikasi. Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan : uji kredibilitas, realibilitas, dan objektifitas. Subjek penelitian adalah ketua pengurus komunitas gerlik yang sekaligus berperan sebagai fasilitator dan pendidik, anggota komunitas gerlik yang ikut berperan sebagai fasilitator dan pendidik, masyarakat sekitar jagir wonokromo yang telah menerima dan mendukung adanya komunitas gerlik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) membentuk dan memberikan pembelajaran mengenai karakter tanggung jawab dan disiplin; (2) memberikan reward kepada peserta didik; (3) menerapkan sikap tanggung jawab dan disiplin yang baik; (4) penggalakan partisipasi, tingginya partisipasi masyarakat sekitar dan orang tua akan mempercepat dalam membentuk karakter tanggung jawab dan disiplin; (5) fasilitator dalam memfasilitasi kebutuhan warga belajar; (6) pendidik dalam meningkatkan pendidikan. Faktor pendukung meliputi a) pendekatan dan komunikasi yang baik antara komunitas dengan masyarakat Jagir Wonokromo terutama pada anak usia 5-6 tahun, b) adanya respon positif dari masyarakat, c) serta komitmen dan kerja sama yang tinggi dari pengurus komunitas. Faktor penghambat meliputi a) kurang kedisiplinan warga belajar, b) tempat belajar yang kurang mendukung yang mengakibatkan kurang maksimalnya proses pembelajaran.

Abstract

study aims to describe and analyze the role of the gerlik community in the formation of the character of responsibility and discipline in jagir wonokromo along with its supporting and inhibiting factors. This type of research is descriptive research. With a qualitative approach in the form of in-depth interviews, participant observation and documentation in jagir wonokromo surabaya. Data analysis methods in this study use: data reduction, data display and conclusions and verification. Test the validity of the data in this study using: the test of credibility, reliability, and objectivity. The subject of the research was the chairman of the Gerlik community committee who also played the role of facilitator and educator, the Gerlik community member who also played the role of facilitator and educator, The results showed that the roles of the gerlik community were (1) forming and providing learning about the character of responsibility and discipline; (2) giving rewards to students; (3) implementing a good attitude of responsibility and discipline; (4) promoting participation, high participation of the surrounding community and parents will accelerate in shaping the character of responsibility and discipline; (5) facilitators in facilitating the learning needs of citizens; (6) educators in improving education. Supporting factors include a) good approach and communication between the community and Jagir Wonokromo community, especially in children aged 5-6 years, b) positive responses from the community, c) and high commitment and cooperation from the community management.

Inhibiting factors include a) lack of discipline of learning citizens, b) a less supportive learning place due to the proximity of the railroad tracks which results in a less than optimal learning process.

Alamat Penyunting dan Tata Usaha:

Laboratorium Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Gedung O-1 Lantai 2 Jalan Lidah Wetan Sby Kode Pos 60213 Telp. 031-7532160 Fax. 031-7532112

E-mail: [email protected]

E- ISSN 2580-8060

(2)

Pendidikan merupakan dasar dari pembangunan sebuah bangsa. Tonggak pengembangan sumberdaya manusia berasal dari pendidikan. Tolok ukur keberhasilan sebuah negara juga tergantung dari seberapa maju dan bermutu kualitas pendidikannya. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga dalam kehidupan bangsa Indonesia. Dapat disimpulkan Pendidikan merupakan sebuah usaha untuk memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dilaksanakan secara sadar dan juga direncanakan.

Menurut Dariyo dalam (Yulianingsih, 2018) Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi orang yang berkepribadian baik, sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji. Orang tua sebagai pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak, dan harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya.

Pendidikan di indonesia memiliki sistem yang memusatkan pendidikan pada 3 ranah, yaitu pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal. Pada penelitian kali ini, peneliti akan memusatkan perhatian pada program pendidikan Nonformal yang akan menjadi sasaran dari penelitian ini. Dalam proses penyelenggaran pendidikan nonformal terdapat suatu sistem yang terlembagakan, yang di dalamnya terkandung makna bahwa setiap pengembangan pendidikan non formal perlu perencanaan program yang matang, melalui kurikulum, isi program, sarana, prasarana, sasaran didik, sumber belajar, serta faktor-faktor yang satu sama lain tak dapat dipisahkan dalam Pendidikan Non Formal. (Kamil, 2011:14).

Mutu pendidikan indonesia saat ini masih mengalami stagnansi bahkan penurunan akibat dari minimnya perhatian dan juga kurikulum yang acapkali memiliki masalah dalam penerapannya. Tentu saja, masih banyak lagi masalah – masalah yang lain, seperti pemerataan hingga kualitas guru. Tentu ini menjadi evaluasi berharga bagi bangsa Indonesia. Seluruh komponen baik pemerinta, masyarakat, dan swasta haruslah bahu membahu membangun pendidikan Indonesia. Dalam Undang- undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menjelaskan bahwa “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak usia 0-6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.

Pendidikan Nonformal hadir sebagai pelengkap penambah, dan juga pengganti bagi pendidikan formal yang selama ini belum mampu menjawab tantangan pendidikan di Indonesia. Pendidikan Nonformal sekarang juga sudah menjadi pilihan dan alternatif bagi mereka yang tidak sepakat dengan pendidikn formal. Pendidikan Nonformal menyediakan berbagai program dan satuan program yang turut serta membentuk keterampilan bukan hanya pengetahuan saja. Dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Non Formal adalah Pendidikan yang berada dalam jalur Sistem Pendidikan Nasional dan diselenggarakan di dalam masyarakat luas di luar jalur pendidikan formal yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan belajar peserta didik.

Yulianingsih, Wiwin menyatakan bahwa Program Pendidikan Non Formal adalah layanan pendidikan diluar sistem persekolahan yang sistematis, terorganisir untuk mencapai tujuan pembelajaraan dan meningkatkan kemampuan pengetahuan, keterampilan serta sikap para peserta didik. Program yang dimaksud adalah pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, pendidikan bagi perempuan, kelompok bermain dan penyuluhan keorangtuaan. Coomb dalam Sudjana (2004:22) mengemukakan bahwa setiap kegiatan belajar mengajar yang terstruktur dan terencana dan diselenggarakan diluar pendidikan Formal bisa disebut sebagai Pendidikan Nonformal atau Pendidikan Luar Sekolah. Warga belajar yang lebih beragam dan juga ketimpangan yang ada di masyarakat tentunya harus mampu dirangkul oleh Pendidikan Nonformal sebagai penyelenggara pendidikan atau program pembelajaran yang lebih humanis.

Bidang Pendidikan Non Formal kaitannya dengan kepentingan masyarakat yaitu adanya bentuk komunitas dan dapat dilihat dari proses pembelajaran yang dimana komunitas sebagai fasilitator yang dapat memfasilitasi, mendidik, berperan representasi dan berperan teknis terutama dalam kepentingan kehidupan sehari hari sehingga mampu menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang benar – benar sesuai dengan kebutuhannya. Karakter dan jiwa pembelajar dari masyarakat akan tumbuh dan berkembang pesat dengan semakin sesuainya program pendidikan Nonformal dengan kebutuhan masyarakat di era yang serba modern ini.

Karakter masyarakat akan semakin terbentuk seiring dengan masifnya gaya hidup yang baik dan ditambah dengan pengetahuan – pengetahuan tentang lingkungan sosial. Pendidikan karakter merupakan salah satu

(3)

program yang mampu mendorong pembentukan dan pembiasaan sifat atau pola hidup masyarakat. nilai dan norma – norma sosial juga bisa diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Saait ini Indonesia sedang gencar – gencarnya untuk menggalakkan pendidikan karakter, karena semakin berkembang zaman semakin banyak pula permasalahan – permasalahan yang muncul baik di kalangan anak muda ataupun masyarakat pada umumnya. Mulai dari kasus narkoba, pencurian, pemerkosaan, pembunuhan dan kejahatan – kejahatan lain yang mengahancurkan moral kehidupan berbangsa dan bernegara di masyarakat kita saat ini. Mulai merosotnya etos kerja, minimnya rasa tanggung jawab dan saling menghormati antar sesama juga menjadi pengaruh buruk bagi perkembangan bangsa Indonesia kedepan. Syamsul Kuniawan (2013) berpendapat bahwa pendidikan karakter sebaiknya seharusnya mulai diterapkan sejak dini kepada anak – anak generasi penerus bangsa. Ajaran – ajaran yang membentuk karakter baik kepada anak sejak dini akan dibawa hingga ia dewasa, sehingga lahirlah generasi – generasi penerus bangsa yang cemerlang.

Dalam pendidikan karakter terdapat nilai – nilai yang penting untuk ditanamkan kepada masyarakat. nilai – nilai tersebut seperti nilai jujur dan bertanggung jawab, dapat dipercaya, tegas, disiplin, ulet, religius, nasionalis, kritis, gemar menabung, hemat, rajin membaca, amanah, mampu bersosialisasi, peduli terhadap lingkungan, suka berkomunikasi, dan lain lain.

Yaumi (2014) menyatakan bahwa untuk membentuk anak muda yang bertanggung jawab tidaklah mudah.

Karena rasa tanggung jawab akan muncul apabila di latih terus menerus sehingga peka dengan kondisi lingkungan sekitar. Sikap tanggung jawab merupakan sikap dimana anak diajarkan untuksenantiasa menyelesaikan apapun yang menjadi tugas dan kewajibannya. Tidak melarikan diri atas apapun konsekuensi dari pilihan yang diambil.

Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan sikap bertanggung jawab sejak dini sehingga anak benar – benar terlatih untuk mampu bertanggung jawab baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar. Wiyani (2013:49) mengatakan bahwa “Tanggung jawab merupakan bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggungjawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin”. Berdasarkan pengertian karakter tanggung jawab diatas, dapat disimpulkan bahasannya seseorang dapat dikatakan mampu bertanggung jaab apabila telah menyelesaikan tugas dan

kewajibannya dengan semaksimal mungkin. Selain itu, karakter bertanggung jawab juga harus diimbangi dengan karakter disiplin.

Karakter disiplin penting untuk dimiliki oleh seseorang. Disiplin merupakan sikap yang tegas dan tepat waku. Menurut Zuriah (2011:8) mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang disiplin apabila suka menghargai waktu, tidak menyianyiakan waktu, taat pada nilai dan aturan yang berlaku. Salahudin (2013:111) mengatakan bahwa karakter disiplin ialah karakter yang senang dengan keteraturan. Menurut Rusdinal (2005:131) menyebutkan pentingnya karakter disiplin ditanamkan sejak dini kepada anak agar tumbuh dan terlatih dengan karakter yang menghargai waktu, rapih, teratur, dan giat mengerjakan target – target kehidupannya sesuai dengan aturan yang berlaku.

Dalam hal pendidikan karakter masalah yang sering terjadi di lembaga pendidikan adalah permasalahan karakter yang seharusnya sudah terlatih dilingkungan keluarga. Banyak peserta didik yang masih belum memiliki karakter disiplin seperti datang tidak tepat waktu, bolos, tidak mengerjakan tugas, dan sifat – sifat yang tidak disiplin lain. Bukan hanya murid saja, hal ini juga terjadi pada karakter guru yang seharusnya menjadi contoh nyata bagi para muridnya. Masih banyak sekali karakter – karakter disiplin dan tanggung jawab yang belum tuntas pada masyarakat kita. Perhatian dari berbagai komponen dan elemen baik masyarakat, sekolah,, maupun orangtua harus mampu menanamkan karakter – karakter yang positif bagi anak – anaknya.

Peran guru, ustadz, hingga orangtua juga diharapkan mampu menjadi contoh nyata bagi anak – anaknya di masyarakat.

Kertajaya Hermawan (2008) mengatakan bahwa komunitas merupakan sebuah wadah dimana terdapat sekumpulan orang yang memiliki kesamaan hobi, tujuan, atau nilai yang dipercaya sehingga terdapat hubungan antar individu dikarenakan memiliki kesamaan tersebut.

Soerdjono Soekanto (2006:104) menyebutkan bahwa komunitas sosial adalah sekumpulan manusia yang memiliki hubungan tertentu dan hidup bersama dalam satu lingkungan sosial. Komunitas memiliki kekuatan yang berasal dari kesamaan dan keterikatan hubungan yang dibangun seiring dengan berjelannya komunitas tersebut. Adanya kepentingan bersama juga menjadi penyebab komunitas mampu bertahan.

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwasannya peran komunitas ialah sekelompok atau

(4)

sekumpulan orang-orang yang peduli akan anak-anak yang termarginalkan. Komunitas sosial di surabaya salah satunya yaitu Komunitas Gerlik.

Soerjono Soekamto (2002) menyebutkan bahwa peran dapat dilihat dari kedudukan yang ada pada seseorang sehingga memiliki peran tertentu sesuai dengan kedudukannya. Jim & Tesoriero (2008) disebutkan bahwa ada 4 peran yang harusnya dilakukan oleh komunitas sosial diantaranya ialah peran fasilitasi, mendidik, representasi, dan tekhnis. dapat disimpulkan Peran Komunitas merupakan sekelompok atau sekumpulan orang-orang yang peduli akan anak-anak yang termarginalkan. Peran Komunitas dalam penelitian ini yaitu Komunitas Gerlik sebagai peran memfasilitasi dan peran mendidik.

Komunitas Gerlik merupakan komunitas independen yang peduli pada anak-anak marjinal yang memiliki pengetahuan dan pendidikan kurang agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas. Komunitas gerlik juga memiliki jejaring yang punya tujuan dan mimpi yang sama, membantu generasi bangsa mengenai minimnya pendidikan. Dengan mimpi yang sama, namun manajemen berbeda.

Komunitas Gerakan Peduli Anak (GERLIK) Surabaya Memberikan pendidikan dan pengajaran gratis yang dijalankan oleh pengajar atau tutor dari mahasiswa pendidikan luar sekolah unesa surabaya. Kegiatan yang diajarkan mulai dari membaca, menulis, hitung, dan juga keterampilan. Dalam membentuk tempat belajar komunitas gerlik telah melakukan survei dan pendekatan kepada masyarakat atau warga sekitar sebelum akhirnya berjalan sebagai pusat belajar-mengajar. Komunitas gerlik juga mengajak adik-adik untuk edutrip atau refreshing yang dilaksanakan setiap dua bulan sekali sebagai motivasi dan bentuk reward untuk mereka yang masih memiliki semangat untuk belajar. Oleh karena itu, peran Komunitas Gerlik sanagat menarik untuk diteliti dan dianalisis sehingga mampu untuk membentuk karakter peserta didiknya.

Dari fenomena dan masalah yang telah penulis uraikan akan membahas tentang profil dari komunitas Gerlik Surabaya dalam membentuk karakter tanggung jawab dan disiplin, maka dari itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Peran Komunitas Gerlik Dalam Pembentukan Karakter Tanggung Jawab Dan Disiplin Di Jagir Wonokromo”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2005:4) metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan secara rinci peran komunitas gerlik dalam pembentukan karakter tanggung jawab dan disiplin di Jagir Wonokromo serta faktor pendukung dan penghambatnya.

Arikunto (2006) menyebutkan bahwa subjek penelitian merupakan sumber dimana seorang peneliti dapat memperoleh data yang dibutuhkan. Subjek penelitian terdiri dari ketua pengurus komunitas gerlik yang sekaligus berperan sebagai fasilitator dan pendidik.

Anggota komunitas gerlik yang ikut berperan sebagai fasilitator dan pendidik, masyarakat sekitar Jagir Wonokromo yang telah menerima dan mendukung adanya komunitas gerlik. yang akan menjadi subyek/informan penelitian ini berjumlah 7 orang relawan dan masyarakat sekitar, sebagai berikut:

1. Ketua Komunitas sekaligus fasilitator dan pendidik a. MR (mhs pls unesa)

2. Anggota pengurus komunitas gerlik sekaligus fasilitator dan pendidik

a. HN (mhs pls unesa) b. EL (mhs pls unesa) 3. Masyarakat Jagir Wonokromo

a. Ibu Ida

Melalui ibu ida saya mendapat informasi mengenai sikap dan perilaku anak-anak di jagir wonokromo dan data anak-anak yang masih sekolah dan putus sekolah.

b. Ibu Jum

Melalui ibu jum saya mendapatkan informasi mengenai latar belakang anak-anak yang putus sekolah dan informasi tentang pekerjaan dari orang tua anak-anak di jagir wonokromo.

c. Ibu lis

Melalui ibu lis saya mendapatkan informasi mengenai perkembangan anak-anak sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan komunitas gerlik

d. Pak min

Melalui pak min saya mendapatkan informasi mengenai pendapat atau respon masyarakat dengan adanya komunitas gerlik dan respon

(5)

anak-anak dalam mengikuti pembelajaran komunitas gerlik.

Sugiyono (2018) mengemukakan bahwa dalam mengumpulkan data atau teknik mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi, dan juga dokumentasi. Teknik pengumpulan data ini tentu sangatlah penting, karena dari sinilah data-data yang akan dijadikan sumber rujukan analisis penelitian di peroleh sehingga memunculkan penelitian yang benar-benar sesuai dengan kondisi yang muncul dan dialami langsung oleh objek penelitian.

1. Wawancara mendalam (in-depth Interview)

Wawancara secara lebih mendalam dilakukan oleh peneliti kepada ketua komunitas gerlik, pendidik, fasilitator, dan juga masyarakat Jagir Wonokromo.

Pelaksanaan wawancara ini dilakukan di tempat pembelajaran komunitas gerlik jagir wonokromo pada setelah pembelajaran selesai. Tema wawancara akan berfokus pada peran komunitas gerlik yang sekaligus menjadi fasilitator dan pendidik, peran pendidik dalam pembentukan karakter tanggung jawab dan disiplin, konsep kegiatan Komunitas Gerlik.

2. Observasi partisipan (Pengamatan)

Obeservasi partisipan merupakan sebuah pengamatan yang dilaksanakan oleh seorang peneliti dengan cara terlibat langsung dalam kegiatan dan menjadi bagian didalamnya sehingga pengamatan yang dilakukan oleh peneliti benar –benar optimal. Dengan demikian peneliti dapat mengamati setiap aktifitas anggota komunitas dan peserta didik serta terlibat langsung dalam kegiatan di Komunitas Gerlik.

3. Dokumentasi

Dokumen – dokumenn yang telah terkumpul kemudian dikaji lebih lanjut dengan studi dokumentasi.

Selain itu, dokumentasi digunakan untuk menggali informasi dalam kaitannya dengan laporan kegiatan Komunitas Gerlik Surabaya, kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik, pembelajaran yang diberikan untuk membentuk karakter anak , foto-foto kegiatan, fasilitas dan sarana. Teknik dokumentasi dilaksanakan untuk memperoleh data tambahan untuk mendukung hasil penelitian. Informasi yang bersifat dokumentatif sangat bermanfaat guna pemberian gambaran secara keseluruhan dalam mendapatkan informasi yang lebih mendalam.

Miles and Huberman dalam Sugiyono (2018) mengemukakan bahwa dalam menganalisa sebuah data

seorang peneliti harus melaksanakannya secara terus menerus dan berkelanjutan sehingga datanya mnjadi jennuh. Analisa juga harus selalu dilakukan saat peneliti selesai melakukan pertemuan dan wawancara dengan objek penelitian. Adapun beberapa hal yang dilakukan saat analisa data ialah pengumpulan data, reduksi data, dan verifikasi data.

1. Data Collection (Pengumpulan Data)

Pengumpulan data – data yang ada biasanya dengan cara melakukan wawancara, observasi, dan juga mencari dokumen-dokumen penting yang berhubungan dan menunjang kebutuhan penelitian. Kemudian data yang telah diperoleh diurutkan dan disusun berdasarkan kategori yang tentukan sehingga akan mempermudah dalam pencarian data berikutnya yang membuat data penelitian semakin rinci dan tajam.

2. Data Reduction (Reduksi Data)

Jumlah data yang begitu banyak di temukan oleh peneliti dengan semakin seringnya peneliti mencari sebuah data di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan ketelitiaan dan perincian data yang di perlukan dari yang paling penting, hingga data – data kecil yang tidak terlalu berpengaruh. Kecerdasan dan wawasan peneliti dibutuhkan dalam mereduksi data.

3. Data Display (Penyajian Data)

Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa berupa flowchart atau sejenisnya. Miles and Huberman (1984) mengemukakan bahwa teks narasi merupakan yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif.

Peneliti menyajikan data dalam bentuk apapun sehingga pembaca dapat memahami data yang ada dengan jelas.

4. Conclusion Drawing (Verifikasi/Simpulan)

Simpulan yang telah disusun oleh peneliti masih bersifaat sementara. Apabila dalam keberlanjutannya peneliti menemukan bukti – bukti baru atau data – data baru, maka peneliti akan melakukan verifikasi ulang sehingg simpulan yang diambil benar – benar valid dan konsisten kebenarannya. Tetapi apabila simpulan awal yang sudah ditentukan oleh peneliti ditunjang oleh bukti – bukti yang valid, maka simpulan tersebut bisa dikatkan kredibel.

Uji keabsahan data biasanya digunakan untuk mengetahui secara akurat apakah benar-benar tidak ada perbedaan antara apa yang dilaporkan oleh seorang peneliti dengan apa yang terjadi di lapangan. Sugiyono (2018) menyebutkan bahwa uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif terdiri dri uji kredibilitas, realibilitas, dan objektifitas.

(6)

1. Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas berfungsi sebagai pengujian bahwa data yang tersedia bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya, sehingga para pembaca dapat mempercayainya. Sugiyono (2018) menyebutkan bahwa untuk menguji kredibilitas sebuah data dapat dilakukan dengan cara pengamatan lebih dalam, triangulasi, member cek, ketekunan, dan analisis kasus. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan tiga cara, yakni:

a. Triangulasi

Wiliam dalam Sugiyono (2018) mengatakan bahwa dalam uji kredibilitas triangulasi merupakan mengecek data dari banyak sumber yang ada.

a) triangulasi sumber

Menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian ini sumber atau informannya yaitu pengurus komunitas gerlik dan masyarakat sekitar.

b) triangulasi teknik

Teknik yang digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data awal diperoleh dengan cara wawancara, kemudian dicek dengan observasi atau dokumentasi.

b. Memakai Bahan Referensi

Sugiyono (2018:192) mengatakan bahwa bahan referensi merupakan sesuatu hal yang mampu mendukung dan menjadi bukti – bukti atas kebenaran data yang ada, contohnya adalah alat perekam untuk wawancara bisa berupa handphone atau apapun yang bisa digunakan.

c. Member Check

Merupakan pengecekan terhadap sumberdata atas data – data yang telah didapatkan. Peneliti mengecek kembali apa saja hasil dari wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti. Kemudian peneliti mengulang kembali garis besar dari wawancara yang telah dilakukan untuk melakukan pengecekan kembali sehingga data yang di dapatkan benar – benar valid.

2. PengujianDepanability

Jejak lapangan dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh peneliti selama melakukan penelitian harus benar –

benar bisa dibuktikan, sehingga apabila peneliti tidak mampu untuk menunjukkan bukti – bukti aktivitas penelitian di lapangan maka dependabilitynya akan diraguakan kebenarannya. Aktivitas penelitian yang dimaksud ialah aktivitas dari awal penelitian hinga akhir penarikan kesimpulan penelitian.

3. PengujianConfirmability

Penelurusuran berbagai macam data, rekaman ataupun catatan dari penelitian yang digunakan untuk menguji Comfirmabilitynya sehingga hasil penelitian dan data yang diperoleh memiliki kesinambungan dengan apa yang benar – benar terjadi dilapangan.

Dalam hal ini, peneliti hrus menyiapkan berbagai berkas, rekaman, data, ataupun catatan yang diperoleh dari penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti memaparkan hasil dan juga analisis dari apasaja Peran Komunitas Gerlik Dalam Pembentukan Krakter Tanggung Jawab dan Disiplin Di Jagir Wonokromo.

Peneliti juga memapakarkan faktor penghambat dan juga pendukungnya. Peneliti menemukan adanya 2 peran komunitas gerlik yakni sebagai fasilitator dan pendidik.

Hasil dan pembahasan peneliti akan disajikan dan dianalisi menggunakan teori – teori yang ada.

1. Pembentukan Karakter

Pembentukan karakter adalah suatu bentuk atau gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai –nilai benar-salah, baik-buruk, baik dari dalam atau luar diri seseorang. Proses pembentukan karakter dimulai dari orang tua dan lingkungan keluarga, karena mereka dianggap sebagai pondasi utama terbentuknyakarakter.

Syamsul Kuniawan (2013) berpendapat bahwa pendidikan karakter sebaiknya diterapkan sejak anak usia kanak-kanak atau yang bisa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menetukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya dan pendidikan karakter hendaknya dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pemebentukan karakter.

(7)

Kementrian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan, mengemukakan ada 18 nilai-nilai karakter yang bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Namun dalam penelitian ini indikator dari pembentukan karakter yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini antara lain :

a. Karakter tanggung jawab b. Karakter disiplin.

Menurut Zainal Aqib (2011 : 30) mendefiniskan karakter sebagai aktualisasi potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai moral dari luar menjadi bagian dari kepribadiannya. Saptono, 2011: 23 menjelaskan bahwa Proses pendidikan karakter dipandang sebagai usaha sadar dan terencana, bukan usaha yang sifatnya terjadi secara kebetulan. Atas dasar ini, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun semua warga masyarakat secara keseluruhan.

Pendidikan karakter sangat perlu dikembangkan pada diri setiap individu. Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran, karena pikiran merupakan pelopor segalanya, di dalamnya terdapat seluruh perbuatan yang terbentuk dari pengalaman hidupnya. Hal tersebut dapat membentuk sistem kepercayaan yang dapat membentuk pola berpikir yang bisa mempengaruhi perilakunya. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tua untuk mempengaruhi karakter anak. Orang tua membantu membentuk karakter anak dengan memberikan keteladanan, cara berbicara atau menyampaikan sesuatu yang baik, toleransi, dan hal yang terkait lainnya.

Karakter tidak terbentuk begitu saja, tetapi terbentuk melalui beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu: faktor biologis dan faktor lingkungan.

a. Faktor biologis

Faktor biologis yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri. Faktor ini berasal dari keturunan atau bawaan yang dibawa sejak lahir dan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dai keduanya.

b. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang terdiri antara lain atas lingkungan hidup, pendidikan, kondisi dan situasi hidup dan kondisi masyarakat semuanya berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter. Di dalam faktor lingkungan terdapat

adat istiadat peraturan yang berlaku dan bahasa yang digerakkan, sejak anak dilahirkan sudah mulai bergaul dengan orang di sekitarnya.

Pertama-tama adalah dengan keluarga. Keluarga mempunyai posisi terdepan dalam memberikan pengaruh terhadap pembentukan karakter anak.

Keluarga adalah lingkungan pertama yang membina dan mengembangkan pribadi anak.

Pembinaan karakter dapat dilakukan dengan melalui pembiasaan dan contoh yang nyata.

Pembentukan karakter anak terutama pada anak usia 5-6 tahun melalui bidang kegiatan pendidikan dalam Komunitas Gerlik Surabaya, contohnya adalah pembentukan karakter tanggung jawab dan disiplin.

Masalah yang ada dalam komunitas Gerlik Surabaya yaitu tingkat tanggung jawab dan kedisiplinan peserta didik masih sangat rendah, misalnya peserta didik tidak akan belajar jika tidak ada yang mengajak mereka belajar, kemudian peserta didik saat sedang belajar masih belum bisa fokus dan suka bermain dalam proses pembelajaran, tidak mengakui kesalahan atau tindakan yang diperbuat, cara komunikasi dan sikap sopan santun peserta didik masih buruk. Dengan demikian, pengaruh seorang anak memiliki perilaku yang buruk dan negatif di sebabkan karena dua hal yaitu faktor keluarga dan faktor ekonomi.

Kaitannya dengan kedisiplinan perilaku, dalam program pembelajaran, anak-anak seringkali diberikan tugas-tugas sehingga melatihnya untuk lebih dapat bertanggungjawab terhadap tugas-tugasnya dan anak- anak juga menjadi terbiasa melakukan berbagai kegiatan, sehingga melatih sikap kepercayaan dirinya.

a. Karakter Tanggung Jawab

Karakter tanggung jawab sangat penting dibentuk sejak usia dini, sebab karakter tanggung jawab sangat bermanfaat untuk kehidupan masa depan anak. Tanggung jawab bagi anak usia dini bukanlah perkara yang mudah. Dibutuhkan lingkugan belajar yang nyaman dan aman bagi anak serta pembiasaan dan ketekunan dari orang tua dan pendidik.

Yaumi (2014) menyatakan bahwa untuk membentuk anak muda yang bertanggung jawab tidaklah mudah. Karena rasa tanggung jawab akan muncul apabila di latih terus menerus sehingga peka dengan kondisi lingkungan sekitar.

Sikap tanggung jawab merupakan sikap dimana anak diajarkan untuksenantiasa menyelesaikan

(8)

apapun yang menjadi tugas dan kewajibannya.

Tidak melarikan diri atas apapun konsekuensi dari pilihan yang diambil. Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan sikap bertanggung jawab sejak dini sehingga anak benar – benar terlatih untuk mampu bertanggung jawab baik untuk dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar.

Wiyani (2013:49) mengatakan bahwa

“Tanggung jawab merupakan bentuk karakter yang membuat seseorang bertanggungjawab, disiplin, dan selalu melakukan sesuatu dengan sebaik mungkin”. Berdasarkan pengertian karakter tanggung jawab diatas, dapat disimpulkan bahasannya seseorang dapat dikatakan mampu bertanggung jaab apabila telah menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan semaksimal mungkin. Selain itu, karakter bertanggung jawab juga harus diimbangi dengan karakter disiplin.

Kurniasih dan Sani (2014:69) memaparkan ada delapan indikator dari karakter tanggung jawab, yaitu:

1) Melaksanakan tugas individu dengan baik 2) Menerima resiko dan tindakan yang

dilakukan

3) Tidak menyalahkan atau menuduh orang lain tanpa bukti akurat

4) Mengembalikan barang yang dipinjam 5) Mengakui dan memninta maaf atas kesalahan

yang dilakukan 6) Menepati janji

7) Tidak menyalahkan orang lain untuk kesalahan tindakan sendiri

8) Melakukan sesuatu tanpa disuruh atau diminta.

Sedangkan Harmianto dan Muslim (2015:46) menyatakan bahwa ada tujuh indikator karakter tanggung jawab, yakni :

1) Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis 2) Melakukan tugas tanpa disuruh

3) Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat

4) Senang mencari dan menemukan masalah 5) Melaksanakan tugas secara teratur 6) Peran serta aktif dalam kegiatan

7) Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas.

Dari dua pendapat para ahli mengenai indikator karakter tanggung jawab dapat disimpulkan menurut peneliti indikator yang cocok dalam penelitian ini ada empat indikator yaitu menepati janji, melakukan tugas tanpa disuruh , mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan, dan tidak menyalahkan orang lain untuk tindakan sendiri.

Kaitannya dengan komunitas gerlik peneliti mengungkapkan bahwa masalah karakter tanggung jawab yaitu anak-anak masih sangat kurang dalam bersikap tanggung jawab contohnya saat melakukan kesalahan beberapa anak tidak mau untuk mengakui dan meminta maaf, keudian saat setelah selesai belajar anak-anak tidak memiliki tanggung jawab untuk merapikan meja dan buku kembali dan juga saat ada pr anak-anak kurang tanggung jawab dalam mengerjakannya.

b. Karakter Disiplin Anak

Karakter disiplin merupakan suatu sikap atau perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan dan kepatuhan terhadap suatu aturan dan tata tertib, sikap disiplin akan tumbuh dengan baik apabila atas kemauan diri sendiri, tetapi apabila disiplin didasarkan bukan atas kemauan diri sendiri maka yang terjadi disiplin tidak akan tumbuh dalam diri seseorang.

Menurut Salahudin (2013:111) disiplin adalah suatu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Karakter disiplin penting untuk dimiliki oleh seseorang. Disiplin merupakan sikap yang tegas dan tepat waku. Menurut Zuriah (2011:8) mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai orang yang disiplin apabila suka menghargai waktu, tidak menyianyiakan waktu, taat pada nilai dan aturan yang berlaku.

Rusdinal (2005:131) menyebutkan pentingnya karakter disiplin ditanamkan sejak dini kepada anak agar tumbuh dan terlatih dengan karakter yang menghargai waktu, rapih, teratur, dan giat mengerjakan target – target kehidupannya sesuai dengan aturan yang berlaku.

Indikator karakter disiplin. Menurut Sulhan(2011:38), disebutkan bahwa indikator disiplin yaitu :

a. Membiasakan tepat waktu, tidak terlambat dalam aktivitas

(9)

b. Menghentikan bermain untuk melaksanakan kewajiban

c. Mentaati peraturan yang berlaku

d. Menjalankan tugas sesuai jadwal yang ditentukan

e. Membiasakan untuk menata diri f. Menerapkan disiplin dalam segala hal g. Memiliki kesadaran tentang tugas dan

tanggung jawab

h. Berfikir, bekerja, dan bertindak dalam aturan.

Dari indikator karakter disiplin menurut para ahli diatas dapat disimpulkan menurut peneliti indikator yang cocok dalam penelitian ini ada lima, yakni menghentikan bermain untuk melaksanakan kewajiban, menaati peraturan yang berlaku, menjalankan tugas sesuai jadwal yang ditentukan, menerapkan disiplin dalam segala hal dan memiliki kesadaran tentang tugas dan tanggung jawab.

Kaitannya dengan komunitas gerlik peneliti mengungkapkan bahwa masalah disiplin yaitu anak-anak tidak memiliki niat belajar tanpa disuruh, kemudian saat proses belajar masih banyak anak yang jail dengan teman itu termasuk tindakan tidak disiplin dalam proses belajar, kemudian saat jadwal pembelajaran masih ada beberapa anak yang datang terlambat , dan juga banyak anak yang tidak disiplin dalam mengerjakan tugas atau pr.

2. Peran Komunitas Gerlik

komunitas merupakan sebuah wadah dimana terdapat sekumpulan orang yang memiliki kesamaan hobi, tujuan, atau nilai yang dipercaya sehingga terdapat hubungan antar individu dikarenakan memiliki kesamaan tersebut.

Soerdjono Soekanto (2006:104) menyebutkan bahwa komunitas sosial adalah sekumpulan manusia yang memiliki hubungan tertentu dan hidup bersama dalam satu lingkungan sosial.

Komunitas memiliki kekuatan yang berasal dari kesamaan dan keterikatan hubungan yang dibangun seiring dengan berjelannya komunitas tersebut.

Adanya kepentingan bersama juga menjadi penyebab komunitas mampu bertahan.

Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwasannya peran komunitas ialah sekelompok atau sekumpulan orang-orang yang peduli akan

anak-anak yang termarginalkan. Komunitas sosial di surabaya salah satunya yaitu Komunitas Gerlik.

Soerjono Soekamto (2002) menyebutkan bahwa peran dapat dilihat dari kedudukan yang ada pada seseorang sehingga memiliki peran tertentu sesuai dengan kedudukannya. Jim & Tesoriero (2008) disebutkan bahwa ada 4 peran yang harusnya dilakukan oleh komunitas sosial diantaranya ialah peran fasilitasi, mendidik, representasi, dan tekhnis.

dapat disimpulkan Peran Komunitas merupakan sekelompok atau sekumpulan orang-orang yang peduli akan anak-anak yang termarginalkan. Peran Komunitas dalam penelitian ini yaitu Komunitas Gerlik sebagai peran memfasilitasi dan peran mendidik.

Komunitas Gerlik merupakan komunitas independen yang peduli pada anak-anak marjinal yang memiliki pengetahuan dan pendidikan kurang agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas. Komunitas gerlik juga memiliki jejaring yang punya tujuan dan mimpi yang sama, membantu generasi bangsa mengenai minimnya pendidikan. Dengan mimpi yang sama, namun manajemen berbeda.

a. Peranan Memfasilitasi

Peranan memfasilitasi terkait dengan kemampuan Komunitas gerlik yakni memfasilitasi kebutuhan peserta didik Komunitas gerlik. Fasilitas yang dimaksudkan bisa berupa barang, tempat, bahan bacaan, ataupun beruopa program dan kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Gerlik. Sejauh ini, tempat dan alat tulis menulis sudah terpenuhi, begitupula dengan bahan bacaan. Komunitas Gerlik memberikan bahan bacaan dan perlengkapan lain yang dibutuhkan melalui para donatur dan iuran. Adanaya fasilitas yang memadai tentunya akan sangat berpengaruh terhadap bagaimana tutor dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik, sehingga karakter yang ingin dicapai dapat ditransformsikan dengan mudah dan tanpa terkendala apapun.

Terkait pemberian fasilitas dalam bentuk nonmateril, Komunitas gerlik mengimplementasikan dengan memberikan

(10)

program dan kegiatan yang berguna dalam penegembangan peserta didik baik dari sisi kognitif, afektif, dan juga psikomotorik.

Komunitas Gerlik memberikan program berupa pembelajaran, bermain, kunjungan, hingga bakti sosial yang mana dapat menumbuhkan karakter peserta didik dengan maksismal. Program – program kebersihan dan pelatihan yang berguna bagi kehidupan peserta didik sehari – hari yang notabennya masih tinggal di lingkungan yang kumuh.

Dalam memfasilitasi berbagai kebutuhan peserta didik, komunitas gerlik melakukan pengamatan dan juga wawancara mendalam kepada peserta dan para orang tua yang menjadi target sasaran program pembelajaran.

Kebutuhan yang belum didapatkan kemudian diupayakan dengan sebaik mungkin untuk dipenuhi dengan cara menggalang donasi hingga sukarelawan yang mau memberikan bantuan untuk pembelajaran peserta didik.

b. Peranan Mendidik

Peranan mendidik Komunitas gerlik ialah dimana komunitas Gerlik melaksanakan program – program pembelajaran untuk peserta didik. Program pembeljaran meliputi berbagai aspek yang dibutuhkan oleh peserta didik.

Pendekatan yang digunakan ialah dengan pendekatan kekeluargaaan sehingga peserta didik merasa nyaman dalam pelaksanaan pembelajaran. Peran mendidik tidak hanya meliputi pembelajaran saja, akan tetapi lebih kompleks dengan penanaman nilai – nilai dan pembentukan karakter yang baik pada peserta didik. Komunitas Gerlik melaksanakan berbagai program pembelajaran dan penanaman karakter disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Metode dan model yang dijalankan juga tidak kaku sehingga dapat disesuaikan apabila dalam perjalanan pembelajarannya terdapat kendala yang harus menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi.

Karakter yang lebih ditekankan pada peserta didik oleh Gerlik ialah karakter tanggung jawab dan disiplin karena, dari kedua karakter tersebutlah akan memunculkan karakter – karakter yang lain. Kedua karakter

tersebut juga relevan dan sangat dibutuhkan oleh peserta didik Gerlik sebagai generasi penerus yang harus memiliki kedisiplinan dan tanggung jaab agar kehidupan mereka menjadi lebih baik. Peningkatan karakter disiplin biasanya dilakukan dengan memberikan cerita – cerita dan juga reward punishment agar peserta didik mulai terbiasa dengan gaya hidup yang disiplin. Karakter tanggung jawab dilatih dengan memberikan contoh bahwa setiap selesai pembelajaran buku – buku dan peralatan yang lain harus dirapihkan dan diletakkan ditempat semula, sehingga rasa tanggung jawab akan terus terlatih pada peserta didik.

Komunitas Gerlik merupakan komunitas independen yang peduli pada anak-anak marjinal yang memiliki pengetahuan dan pendidikan kurang agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas. Komunitas gerlik juga memiliki jejaring yang punya tujuan dan mimpi yang sama, membantu generasi bangsa mengenai minimnya pendidikan.

Dengan mimpi yang sama, namun manajemen berbeda. Komunitas Gerakan Peduli Anak (Gerlik) Surabaya Memberikan pendidikan dan pengajaran gratis yang dijalankan oleh pengajar atau tutor dari mahasiswa pendidikan luar sekolah UNESA Surabaya. Kegiatan yang diajarkan mulai dari membaca, menulis, hitung, dan juga keterampilan. Dalam membentuk tempat belajar komunitas gerlik telah melakukan survei dan pendekatan kepada masyarakat atau warga sekitar sebelum akhirnya berjalan sebagai pusat belajar- mengajar. Komunitas gerlik juga mengajak adik-adik untuk edutrip atau refreshing yang dilaksanakan setiap dua bulan sekali sebagai motivasi dan bentuk reward untuk mereka karna masih memiliki semangat untuk belajar.

Dengan memanusiakan mereka kembali, harkat dan martabat anak jalanan baik yang bersekolah maupun tidak bersekolah.

Komunitas Gerlik adalah komunitas yang berbeda dengan komunitas lain yang ada di Surabaya, karena komunitas ini bergerak langsung action sehingga lebih dekat kepada anak jalanan. Maka dari itu, peran Komunitas Gerlik yaitu menjembatani dan memberikan

(11)

wawasan baru untuk anak-anak yang merasa kurang beruntung terutama bidang pendidikan karakter.

3. Faktor pendukung dan penghambat Peran Komunitas Gerlik Dalam Pembentukan Karakter Tanggung Jawab dan Disiplin

Bagian ini akan menjelaskan mengenai analisis terhadap hasil penelitian mengenai faktor pendukung serta faktor penghambat yang ada pada peran komunitas gerlik dalam pembentukan karakter tanggung jawab dan disiplin di Jagir Wonokromo berdasarkan kajian teoritik.

a. Faktor pendukung

Faktor pendukung komunitas gerlik dalam melaksanakan program kegiatan yang utama adalah adanya partisipasi yang tinggi dari masyarakat sekitar untuk mendorong anak-anak megikuti pembelajaran, contohnya jika saat jadwal pembelajaran komunitas gerlik berlangsung ada beberapa masyarakat yang mengingatkan anak-anak untuk belajar. Selain itu di pendukung lainnya adalah adanya support dan kerjasama dari sesama anggota komunitas gerlik berupa semangat,saling bertukar pendapat dan saling menghargai sehingga menjadikan komunitas gerlik kompak.

Dalam proses belajar komunitas gerlik menerapkkan konsep belajar sambil bermain dengan memperbarui media untuk belajar setiap jadwal pembelajaran agar anak-anak tidak merasa bosan dan tertarik untuk selalu belajar. Komunitas gerlik juga menerapkan satu pendidik atau fasilotator mengajari minimal 3 pesera didik dengan kategori atau umur yang sama saat proses belajar berlangsung agar proses pembelajaran lebih efektif dan kondusif.

Dari faktor pendukung yang sudah dijelaskan diatas mengenai peran komunitas gerlik dalam pembentukan karakter tanggung jawab dan disiplin di jagir wonokromo. Hasilnya ditandai dengan saat kegiatan pembelajaran komunitas gerlik berjalan adanya antusias peserta didik untuk belajar, adanya dukungan masyarakat sekitar terhadap setiap kegiatan gerlik.

b. Faktor penghambat

Faktor penghambat komunitas gerlik dalam melaksanakan program kegiatan yang utama adalah kepribadian dan sifat peserta didik yang berbeda-beda menjadikan pendidik kesulitan untuk berkomunikasi dan sulit menerapkan materi contohnya saat proses

belajar ada peserta didik yang mendengarkan dan ada pula yang tidak merespon bahkan lebih asik bermain.

Selain itu penghambat lainnya adalah lingkungan belajar yang tidak mendukung karena memang sangat berdekatan dengan rel kereta api yang mengakibatkan pembelajaran tidak maksimal.

Kemajuan teknologi dan maraknya penggunaan wifi juga menjadi penghambat komunitas gerlik karena hal tersebut mengakibatkan peserta didik fokus dengan handphone,wifi yang menghambat proses pembelajaran.

Dari faktor penghambat yang sudah dijelaskan diatas mengenai peran komunitas gerlik dalam pembentukan karakter tanggung jawab dan disiplin di jagir wonokromo. Hasilnya ditandai dengan adanya kesusahan komunikasi karena perbedaan latar belakang siswa atau anak saat kegiatan pembelajaran komunitas gerlik berlangsung.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai “peran komunitas gerlik dalam pembentukan karakter tanggung jawab dan disiplin di jagir wonokromo” dapat disimpulkan bahwa terdapat dua peranan yang dilakukan komunitas gerlik yaitu peranan fasilitatif dan peranan edukatif.

Peranan memfasilitasi terkait dengan kemampuan komunitas gerlik yakni memfasilitasi kebutuhan peserta didik komunitas gerlik. Fasilitas yang dimaksudkan bisa berupa barang, tempat, bahan bacaan, ataupun beruopa program dan kegiatan yang dilakukan oleh komunitas gerlik. Sejauh ini, tempat dan alat tulis menulis sudah terpenuhi, begitupula dengan bahan bacaan. Komunitas gerlik memberikan bahan bacaan dan perlengkapan lain yang dibutuhkan melalui para donatur dan iuran.

Adanaya fasilitas yang memadai tentunya akan sangat berpengaruh terhadap bagaimana tutor dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh peserta didik, sehingga karakter yang ingin dicapai dapat ditransformsikan dengan mudah dan tanpa terkendala apapun.

Komunitas gerlik ialah komunitas gerlik melaksanakan program – program pembelajaran untuk peserta didik. Program pembeljaran meliputi berbagai aspek yang dibutuhkan oleh peserta didik. Pendekatan yang digunakan ialah dengan pendekatan kekeluargaaan yang menjadikan peserta didik merasa

(12)

nyaman dalam pelaksanaan pembelajaran. Peran mendidik tidak hanya meliputi pembelajaran saja, akan tetapi lebih kompleks dengan penanaman nilai – nilai dan pembentukan karakter yang baik pada peserta didik.

Komunitas gerlik melaksanakan berbagai program pembelajaran dan penanaman karakter disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik. Metode dan model yang dijalankan juga tidak kaku sehingga dapat disesuaikan jika dalam perjalanan pembelajarannya terdapat kendala yang harus menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti memiliki beberapa saran untuk pengurus/relawan komunitas gerlik jagir wonokromo yakni sebagai berikut:

1. Fasilitator atau pendidik diharapkan masing- masing untuk lebih mendekatkan diri ke peserta didik agar lebih cepat membaur dan memahami karakter dari masing masing anak atau peserta didik

2. Fasilitator atau pendidik diharapkan untuk lebih menambah wawasan tentang media pembelajaran sehingga memiliki macam-macam ide atau media belajar yang digunakan agar peserta didik atau anak tidak merasa bosan dan tertarik untuk belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Anas salahudin,dkk. (2013). Pendidikan Karakter.

Bandung : Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta.

Aqib, Zainal,dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SD,SLB dan TK. Bandung: Yrama Widya.

Depdiknas .2003. Undang-undang RI no.20 tahun 2003.

tentang sistem pendidikan nasional.

Harnianto, Sri dan Muslim, Aji Heru. 2015. Seminar Nasional: Hasil-Hasil Penelitian Dan Pengabdian LPMM Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

ISBN: 987-602-14930-3-8.

Ife, Jim dan Frank Tesoriero. 2008. Community development : Alternatif Pengembangan Masyarakat Di Era Globalisasi, yogyakarta : pustaka pelajar.

Kurniawan samsul, pendidikan karater, yogyakarta:Arruz Media,2013.

Kurniasih,sani. 2014 “Strategi-Strategi Pembelajaran”

Alfabeta:Bandung:64.

Kertajaya, Hermawan. 2008. Arti Komunitas. Bandung : Gramedia Pustaka Indonesia.

Lickona,Thomas.Pendidikan Karakter. Bantul:Kreasi Wacana,2012.

Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong, Lexy J. 2009. Metode penelitian kualitatif.

Bandung: Remaja Rosdakary.

Najib Sulhan. 2011. Pengembangan Karakter Dan Budaya Bangsa. Surabaya : PT Temprina Media Grafika.

Riyanto, Yatim. 2007.Metodologi penelitian kualitatif dan kuantitatif. Surabaya : unesa University Press.

Saptono. 2011. Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter.

Salatiga: Erlangga.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif: Untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif, Enterpretif, Interaktif, dan konstruktif. Bandung: Alfabeta.

Soerdjono soekanto. 2006. Sosiologi Pengantar (Jakarta:

Raja Grapindo persada).

Wibowo, Agus dan Gunawan. 2015.Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah. Yogyakarta:

Pustaka pelajar.

Wiyani, Novan Andy. 2013. Konsep, Praktik,& Strategi Membumikan Pendidikan Karakter Di SD.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter Landasan, Pilar Dan Implementasi. (Jakarta:

Prenadamedia Group).

Yulianingsih, Wiwin. 2016. Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pendidikan Non Formal Sebagai Wujud Education For All Di Pkbm Az Zahra Balas Klumprik Wiyung -Surabaya. Journal Nonformal Education Departement, Universitas Negeri Surabaya.

(Http://Pauddikmasjatim.Kemdikbud.Go.Id/Eb ook/Jpnf/Jpnf_1_2016.Pdf), diakses 30 Mei 2020

Yulianingsih, Wiwin dan G.D. Lestari. 2017. Pendidikan Masyarakat. Surabaya: Unesa University Pess.

Zuriah, N. 2011. Pendidikan moral dan budi pekerti.

Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Pasien bernama Tn.H.P berusia 40th dengan keluhan nyeri pada pergelangan kaki kanan sisi luar, setelah dilakukan terapi sebanyak 3 kali dengan modalitas US (Ultrasound)

Sistem sewa menyewa tanah secara bergilir terhadap pemberdayaan masyarakat yaitu dengan meningkatnya semangat masyarakat dalam mengelola tanah yang disewa agar

Maka menurut penulis dalam hal ini berpendapat bahwa Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2007 mengatakan saksi nikah harus baligh, sekurang-kurangnya berumur 19 tahun,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi empati dan homofili yang dilakukan oleh Gus, seorang calon legislatif, mampu meraih suara dari sebuah komunitas yang

secara simultan (uji F) baik pada pos ROA maupun pos BOPO dapat diketahui bahwa risiko pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah tidak mempunyai pengaruh

Pemberian kromium (Cr) pada tingkat yang berbeda dalam pakan tambahan komersial selama fase bunting tua tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05), baik pada

Pada kolom (3) diisi dengan indikator kinerja utama dan indicator lain dari Pemerintah Daerah yang relevan dengan sasaran atau kondisi yang ingin diwujudkan;5. Pada kolom (4)

Memperkuat Potensi atau Daya yang dimiliki oleh Masyarakat (Empowering) Setelah adanya pengembangan potensi yang dilakukan, maka perlu adanya sesuatu yang memperkuat