• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 4 No. 2 Januari-Juni 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 4 No. 2 Januari-Juni 2018"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN. 2355-8911 www.jurnalsagacious.net 11 PENINGKATAN PARTISIPASI SISWA MELAKSANAKAN BUDAYA BERSIH MELALUI

PEMBINAAN TERPROGRAM OLEH KEPALA SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI BANUA ASAM DI KECAMATAN PANDAWAN

Raina Iriyani

Sekolah Dasar Negeri Banua Asam Pandawan Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan

ABSTRAK

Tujuan pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 di antaranya mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur.

Tujuan tersebut dapat ditempuh melalui penanaman budaya bersih di kalangan peserta didik. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam melaksanakan budaya bersih melalui pembinaan terprogram kepala sekolah dan mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam melaksanakan budaya bersih. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (PTS) dan berlangsung selama dua siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data penelitian berupa data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara, penilaian, dan observasi terhadap pelaksanaan budaya bersih dianalisis secara deskriptif berdasarkan nilai persen (%) yang tercapai. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV dan V SD Negeri Banua Asam Kecamatan Pandawan berjumlah 30 orang. Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan, bahwa partisipasi siswa dalam melaksanakan budaya bersih dapat ditingkatkan dari 64% (kategori cukup) pada siklus 1 menjadi 97% (kategori sangat baik) pada siklus 2. Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan partisipasi siswa dalam melaksanakan budaya bersih seperti adanya kesadaran siswa, semakin tersedianya alat dan sarana pendukung kebersihan, keteladanan, dan binaan serta bimbingan dari kepala sekolah, guru, dan wali kelas.

Kata Kunci: Budaya bersih, pembinaan terprogram, partisipasi PENDAHULUAN

Kemampuan membaca gambar ditentukan oleh perkembangan bahasa. Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi anak untuk mengungkapkan berbagai kebutuhannya, dan untuk cerdas anak harus meningkatkan pengetahuannya dan membaca gambar adalah salah satunya.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rokhani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan pendidikan seperti dinyatakan dalam undang- undang tersebut meliputi aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sikap peserta didik dapat kembangkan melalui berbagai

kegiatan seperti pembiasaan dan pembinaan secara terprogram sehingga dihasilkan budaya sekolah yang positif.

Budaya sekolah merupakan sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Setidaknya ada 3 budaya sekolah yang harus dibangun, yaitu budaya bersih, budaya saling menghargai dan menghormati, serta budaya keilmuan. Berkenaan dengan budaya bersih, agama Islam telah menegaskan bahwa kebersihan sebagian daripada iman dan ada pepatah bahwa bersih itu sehat. Lingkungan sekolah yang bersih memungkinkan segala kegiatan pembelajaran dan pendidikan dapat berlangsung secara nyaman dan kondusif sehingga dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.

Tingkat kebersihan di lingkungan sekolah yang masih kurang bisa berdampak kurang baik

(2)

12 www.jurnalsagacious.net ISSN. 2355-8911 terhadap pembentukan kultur sekolah terutama

pada budaya bersih di kalangan siswa. Hal demikian menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam melaksanakan budaya bersih masih kurang, sebagaimana yang terjadi di SD Negeri Banua Asam Kecamatan Pandawan. Keadaan tersebut bisa disebabkan karena kurangnya pembinaan terprogram kepala sekolah terdahulu, kurangnya sarana dan prasarana kebersihan, dan kurangnya keteladanan pihak terkait di sekolah.

Keteladanan adalah perilaku dan sikap kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Jika kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya menghendaki peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai itu. Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, dan menjaga kebersihan (Kemdiknas, 2011:16).

Peningkatan partisipasi siswa dalam melaksanakan budaya bersih di lingkungan sekolah dapat ditempuh melalui berbagai cara.

Pembinaan secara terprogram kepada siswa merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan kepala sekolah. Pembinaan dapat diartikan sebagai to build yaitu dengan membentuk secara bertahap, menciptakan struktur, membangun, mengembangkan, meningkatkan, menumbuhkan, serta membudayakan.

Pembinaan dapat diartikan sebagai supervisi.

Menurut McNeil (1978), tugas supervisi meliputi tugas perencanaan, tugas administrasi dan tugas partisipasi. Tugas perencanaan yaitu untuk menetapkan kebijaksanaan dan program.

Tugas administrasi itu merupakan pengambilan keputusan serta pengkoordinasian melalui konferensi dan konsultasi yang dilakukan dalam usaha mencari perbaikan kualitas pengajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas masalah utama penilitian ini adalah: “Apakah dengan pembinaan terprogram dari kepala sekolah bisa meningkatkan partisipasi siswa SDN Banua Asam Kecamatan Pandawan dalam melaksanakan budaya bersih? Tujuan penelitian adalah meningkatkan partisipasi siswa SDN Banua Asam Kecamatan Pandawan dalam melaksanakan budaya bersih melalui pembinaan

terprogram oleh kepala sekolah. Hasil penelitian bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam melaksanakan budaya bersih, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

TINJAUAN PUSTAKA

Budaya sekolah adalah suasana kehidupan sekolah tempat peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah.

Interaksi internal kelompok dan antar kelompok terikat oleh berbagai aturan, norma, moral serta etika bersama yang berlaku di suatu sekolah. Kepemimpinan, keteladanan, keramahan, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, dan tanggung jawab merupakan nilai-nilai yang dikembangkan dalam budaya sekolah. Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah (Kemdiknas, 2011:19).

Keteladanan adalah perilaku dan sikap kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam memberikan contoh terhadap tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik untuk mencontohnya. Di samping itu untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya, maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang diinginkan.

Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur (Kemdiknas, 2011:17).

Barnhat mengartikan pembinaan sama dengan to build yang searti dengan membentuk secara bertahap, menciptakan struktur, membangun, mengembangkan, meningkatkan, menumbuhkan dan membudayakan. Pembinaan juga diartikan sebagai supervisi yang oleh Daresh dimaknai sebagai suatu proses mengawasi kemampuan

(3)

ISSN. 2355-8911 www.rumahjurnal.net 13 seseorang untuk mencapai tujuan organisasi.

Wiles mengatikan supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar dan McNeil mengartikan tugas supervisi itu meliputi tugas perencanaan, tugas administrasi dan tugas partisipasi. Tugas perencanaan yaitu untuk menetapkan kebijaksanaan dan program. Tugas administrasi itu merupakan pengambilan keputusan serta pengkoordinasian melalui konferensi dan konsultasi yang dilakukan dalam usaha mencari perbaikan kualitas pengajaran (Suherman, 2011).

METODOLOGI

Metodologi yang baik hendak dapat membawa peneliti ke arah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian (Dalle, 2010a;

Dalle, 2010b; Dalle et al., 2017b). Penelitian mengambil lokasi di SDN Banua Asam Kecamatan Pandawan yang berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi Kalimantan Selatan. Penelitian dilakukan pada semester II tahun pelajaran 2017/2018, mulai dari kegiatan persiapan sampai pembuatan laporan dilaksanakan selama 3 bulan, dari bulan Januari sampai bulan Maret 2018.

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV dan V SD Negeri Banua Asam di Kecamatan Pandawan berjumlah 30 orang siswa.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan sekolah (PTS) yang bertujuan untuk melakukan suatu pendekatan terhadap proses pendidikan mulai dari rencana pengembangan sekolah, implementasi kebijakan pendidikan tingkat material, method and machine di tingkat satuan pendidikan (Mulyasa, 2009:5).

Prosedur penelitian didesain dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan evaluasi/refleksi.

Pada tahap perencanaan peneliti melakukan koordinasi dengan beberapa orang guru sebagai tim budaya bersih, menyusun skenario tindakan, dan menyiapkan semua instrumen penelitian yang diperlukan. Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti bersama tim melaksanakan skenario yang telah disusun seperti melakukan wawancara kepada siswa, memantau setiap kegiatan budaya bersih yang dilakukan siswa, serta memfasilitasi guru/wali kelas dalam membantu siswa melakukan budaya bersih. Bersamaan berlangsungnya

pelaksanaan tindakan, peneliti dan tim melakukan pengamatan dan penilaian dengan menggunakan lembar pengamatan/penilaian yang telah dipersiapkan. Selanjutnya pada tahap terakhir, dilakukan evaluasi atas pelaksanaan budaya bersih pada siklus 1.

Temuan-temuan yang diperoleh digunakan sebagai bahan perbaikan pada pelaksanaan siklus 2.

Data penelitian yang dikumpulkan adalah: 1) Data partisipasi siswa dalam kegiatan budaya bersih dengan menggunakan lembar pengamatan; 2) Data pelanggaran siswa dengan menggunakan lembar pengamatan; dan 3) Data kebersihan kelas dengan menggunakan lembar penilaian. Data kemudian dianalisis secara deskriptif berdasarkan nilai persen (%) yang ditafsirkan dengan kriteria 85%–100%: sangat baik; 70% – 84%: baik; 55%–69%: cukup; 40% – 54%: kurang;

dan 0% – 39%: sangat kurang (Hamalik, 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi awal terkait dengan keadaan dan penanganan kebersihan kelas dan lingkungan sekitar diperoleh melalui wawancara kepada siswa dengan hasil wawancara diketahui, meskipun di kelas terdapat jadwal petugas menyapu atau kebersihan namun 22 orang (73%) siswa merasa bahwa keadaan kelas dan lingkungan sekitar kelas mereka belum terlihat bersih.

Partisipasi siswa dalam kegiatan budaya bersih diamati, untuk setiap siklusnya berlangsung selama 2 minggu dengan hasil diketahui, partisipasi siswa dalam kegiatan budaya bersih pada siklus 1 sebesar 64%

dengan kategori cukup, kemudian pada siklus 2 dapat meningkat menjadi 94% dengan kategori sangat baik.

Diagram 1. Partisipasi siswa

Diagram 1 di atas memperlihatkan, partisipasi siswa dalam kegiatan budaya bersih

(4)

14 www.jurnalsagacious.net ISSN. 2355-8911 dapat meningkat dari 64% pada siklus 1

menjadi 94% pada siklus 2.

Berdasarkan Tabel 3 diketahui, kegiatan yang paling menonjol adalah ikut melaksanakan jumat bersih dengan tingkat partisipasi pada siklus 1 mencapai 93%

sehingga dapat dikategorikan sangat baik.

Kegiatan lain seperti mengambil dan membuang sampah sehabis upacara bendera setiap hari senin dan mengambil dan membuang sampah yang dijumpai atau sampah bekas bungkus makanan pada tempatnya berada pada kategori cukup.

Partisipasi siswa dalam kegiatan buadaya bersih pada siklus 1 rata-rata mencapai 64%

dengan kategori cukup. Hasil ini menggambarkan, bahwa 64% siswa telah ikut serta dalam kegiatan budaya bersih yang telah diprogramkan.

Pada siklus 2, partisipasi siswa dalam setiap kegiatan budaya bersih mengalami peningkatan, bahkan pada kegiatan Jumat bersih mencapai 100%. Peningkatan partisipasi siswa ini bisa terjadi karena berbagai faktor baik dari dalam diri siswa (internal) maupun faktor dari luar siswa (eksternal). Faktor internal bisa disebabkan karena siswa sudah mulai menyadari akan arti pentingnya kebersihan bagi kesehatan. Di samping itu kemungkinan siswa juga sudah menyadari bahwa dengan suasana lingkungan yang bersih maka kegiatan belajar mengajar menjadi semakin nyaman. Adapun faktor eksternal bisa disebabkan oleh semakin tersedianya alat dan sarana pendukung kegiatan kebersihan, keteladanan, dan binaan serta bimbingan dari kepala sekolah, guru, maupun wali kelas.

Apabila kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya menghendaki agar peserta didik berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa maka kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya adalah orang yang pertama dan utama memberikan contoh berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai- nilai itu. Misalnya, berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan, kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan (Kemdiknas, 2011:16). Di samping itu untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya

dan karakter bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu.

Sekolah harus mencerminkan kehidupan nilai- nilai budaya dan karakter bangsa yang diinginkan. Misalnya, toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur (Kemdiknas, 2011:17).

Pelanggaran yang dilakukan siswa selama berlangsungnya program kegiatan budaya bersih perlu diamati dan dicatat untuk keperluan tindak lanjut baik dengan hasil diketahui, jumlah pelanggaran yang dilakukan siswa pada siklus 1 mencapai 32 kali pelanggaran (27%), kemudian pada siklus 2 dapat menurun menjadi 5 kali pelanggaran (4%).

Diagram 2. Pelanggaran siswa

Pada Diagram 2 di atas, tingkat pelanggaran yang dilakukan siswa pada siklus 1 mencapai 27%. Pelanggaran paling banyak dilakukan adalah tidak turut serta mengambil sampah yang dijumpai sehabis upacara bendera hari Senin. Hal demikian bisa terjadi karena siswa belum terbiasa melakukan hal tersebut. Adapun alasan pelanggaran yang dilakukan siswa cukup beragam, sebagian merupakan alasan yang bisa diterima dan sebagian lagi merupakan alasan yang dibuat- buat, yang terakhir inilah yang perlu mendapatkan sanksi, untuk memberikan efek jera juga sebagai proses pendidikan bagi mereka.

Pada pelaksanaan siklus 2 tingkat pelanggaran yang dilakukan siswa dapat menurun menjadi 4%. Semakin berkurangnya jumlah siswa yang melakukan pelanggaran pada siklus 2 ini menunjukkan bahwa siswa semakin menyadari akan arti pentingnya budaya bersih. Hal demikian bisa terjadi karena selama berlangsungnya penelitian wali kelas bersama tim budaya bersih yang ada

(5)

ISSN. 2355-8911 www.rumahjurnal.net 15 selain melakukan penilaian juga melakukan

pembimbingan dan pembinaan serta keteladanan sehingga para siswa terkondisikan dengan budaya bersih.

Penilaian terhadap kebersihan kelas dimaksudkan untuk melihat sejauhmana penerapan budaya bersih oleh siswa di kelasnya dengan hasil diketahui, kebersihan kelas pada siklus 1 mencapai 61% dengan kategori cukup dan pada siklus 2 dapat meningkat menjadi 88% dengan kategori sangat baik.

Diagram 3. Tingkat kebersihan kelas

Pada Diagram 3 terlihat, tingkat kebersihan kelas pada siklus 1 sebesar 61%

dengan kategori cukup. Masih kurangnya kebersihan kelas ini karena beberapa alat atau sarana penunjang kebersihan belum mencukupi, seperti tata tertib kebersihan kelas, selogan-selogan yang berkaitan dengan budaya bersih, dan tempat cuci tangan. Hal yang juga perlu diperhatikan adalah kebersihan diding dan saluran air atau selokan di lingkungan sekitar kelas. Dua tempat ini masih tampak kurang bersih. Selanjutnya temuan-temuan yang diperoleh pada pelaksanaan siklus 1 ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

Pada siklus 2 nilai kebersihan kelas meningkat menjadi 88% dengan kategori sangat baik. Peningkatan ini dimungkinkan karena wali kelas bersama tim budaya bersih berhasil melakukan evaluasi dan refleksi atas pelaksanaan siklus 1 sehingga wali kelas bersama tim dapat melakukan bimbingan dan binaan kepada siswa untuk perbaikan pelaksanaan siklus 2. Dari data terlihat bahwa alat maupun sarana kebersihan yang pada siklus 1 belum tersedia, pada siklus 2 sudah ada di kelas dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat dipahami bahwa pembinaan secara terprogram dapat berpengaruh terhadap pembentukan kultur sekolah terutama pada budaya bersih di kalangan siswa. Barnhat mengartikan pembinaan sama dengan to build yang searti dengan membentuk secara bertahap, menciptakan struktur, membangun, mengembangkan, meningkatkan, menumbuhkan dan membudayakan.

Pembinaan juga diartikan sebagai supervisi yang oleh Daresh dimaknai sebagai suatu proses mengawasi kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan organisasi (Suherman, 2011).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan (1) Partisipasi siswa SD Negeri Banua Asam Kecanatan Pandawan dalam melaksanakan budaya bersih dapat ditingkatkan dari 64% (kategori cukup) pada siklus 1 menjadi 94% (kategori sangat baik) pada siklus 2; (2) Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan partisipasi siswa dalam melaksanakan budaya bersih ada dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, seperti adanya kesadaran dari siswa, semakin tersedianya alat dan sarana pendukung kebersihan, keteladanan, dan binaan serta bimbingan dari kepala sekolah, guru, dan wali kelas

DAFTAR RUJUKAN

Dalle, J. (2010a). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem pendaftaran siswa Indonesia.

Thesis PhD Universiti Utara Malaysia.Djamarah. S.B. (2002). Teori motivasi Edisi II. Jakarta: PT Bumi Aksara

Dalle, J. (2010b). The Relationship Between PU and PEOU Towards the Behavior Intention in New Student Placement (NSP) System of Senior High School in Banjarmasin, South Kalimantan.

International Conference on Arts, Social Sciences, and Technology, Gurney Hotel, Penang, Malaysia from 24th – 26th of February 2010, 1-13

Dalle, J., Hadi, S., Baharuddin., & Hayati, N.

(2017). The Development of Interactive

(6)

16 www.jurnalsagacious.net ISSN. 2355-8911 Multimedia Learning Pyramid and Prism

for Junior High School Using Macromedia Authorware. The Turkish Online Journal of Educational Technology, November. 714-721.

Kemdiknas. (2011). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta:

Balitbang Puskur.

Mulyasa, E. (2009). praktik penelitian tindakan kelas. Bandung: Rosdakarya.

Suherman, A. (2011). Pengertian Pembinaan.

(http://adesuherman.blogspot.com /2011/10/pembinaan-kepala-sekolah.

diakses tanggal 01 Pebruari 2013).

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Winduono, Y. (2002). Analisis keterampilan guru fisika SLTP dalam menggunakan alat praktikum listrik. tesis Magister Pendidikan, Bandung; Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

Diagram 1. Partisipasi siswa
Diagram 3. Tingkat kebersihan kelas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui obervasi aktivitas guru dan anak serta hasil perkembangan dapat dinyatakan bahwa pembelajaran aspek keaksaraan dalam mengenal

Hal ini didukung penelitian relavan yang dilakukan oleh karo karo (2014) Pembelajaran dengan model pengajaran langsung memiliki dampak positif dalam meningkatkan

Kemajuan dunia pendidikan khususnya peningkatan hasil belajar yang diupayakan lewat penelitian tindakan kelas ini.Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk meningkatkan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti melakukan penelitian dengan mengambil judul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Faktor dan Kelipatan

Agar dalam penelitian ini berhasil Kepala Sekolah menggunakan cara Pembinaan Kolaboratif, karena antara guru dan Kepala Sekolah memiliki kedaulatan yang seimbang dan

Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas dalam Melaksanakan Pembelajaran Menggunakan Media CD Flash Animation melalui

Endang Kurniati, M.Pd Morfologi Dasar Bahasa Jawa 02 P Dra... Bahasa Sansekerta 02 P

Beberapa faktor yang mempengaruhi Return on Asset (ROA) diantaranya adalah Capital Adequacy Ratio (CAR) yaitu rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung resiko