BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Penalaran Induktif
Penalaran adalah benar atau sah (valid) berasal dari berbagai pertimbangan secara hati-hati, dan termasuk di dalamnya pengetahuan bagaimana menjustifikasi kesimpulan (Mulyana, 2008: 28). Sedangkan Suherman (2008: 2) berpendapat bahwa dalam penalaran ada unsur kompleksitas, yaitu proses lebih cermat, berbagai aspek ditinjau, serta dampak diperkirakan. Jadi, penalaran adalah suatu proses berpikir secara logis dalam menarik sebuah kesimpulan yang benar atau sah (valid).
Secara umum penalaran terbagi menjadi dua, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Permana dan Sumarmo (2007: 16-17) menjelaskan persamaan dan perbedaan dari kedua penalaran tersebut. Menurut mereka, persamaan penalaran induktif dan deduktif adalah keduanya merupakan argumen yang mempunyai struktur, terdiri dari beberapa premis dan satu kesimpulan. Sedangkan perbedaannya terdapat pada dasar penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan yang berdasarkan sejumlah kasus atau contoh terbatas disebut induksi, sementara penarikan kesimpulan berdasarkan aturan yang disepakati dinamakan deduksi.
Penalaran induktif merupakan proses menarik kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat khusus. Hal ini sejalan dengan proses
pembelajaran yang di sekolah, di mana siswa diberikan contoh-contoh khusus untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan yang bersifat umum.
Sumarmo (2010: 6) mengemukakan beberapa kegiatan yang termasuk dalam penalaran induktif di antaranya adalah:
a. Transduktif: menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat khusus yang satu diterapkan pada kasus khusus lainnya.
b. Analogi: penarikan kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau proses.
c. Generalisasi: penarikan kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang teramati.
d. Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada.
e. Menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan menyusun konjektur.
Dari uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa indikator kemampuan penalaran induktif adalah sebagai berikut:
a. Siswa dapat menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat khusus yang satu diterapkan pada kasus khusus lainnya.
b. Siswa dapat menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan data atau proses.
c. Siswa dapat menarik kesimpulan umum berdasarkan sejumlah data yang teramati.
d. Siswa dapat memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada.
e. Siswa dapat menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan menyusun konjektur.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan 4 dari 5 indikator yang tercantum pada uraian di atas. Adapun 4 indikator tersebut adalah analogi;
generalisasi; memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada; serta menggunakan pola hubungan untuk menganalisis situasi, dan menyusun konjektur. Indikator transduktif tidak digunakan peneliti dikarenakan indikator tersebut tidak ditemukan dalam materi yang akan dipilih.
B. Model Reciprocal Teaching
Konsep pembelajaran resiprokal pada awalnya dikembangkan oleh Palincsar pada tahun 1982. Pengembangan awal pembelajaran ini diterapkan pada sebuah pilot study (Brown & Palincsar, 1982), di mana siswa dan guru bergiliran memimpin perbincangan tentang bagian-bagian dari sebuah teks.
Selanjutnya, konsep ini diperhalus dan dioperasionalisasikan oleh Palincsar dan Brown pada tahun 1984. Awalnya, pembelajaran resiprokal digunakan dalam pelajaran bahasa Indonesia. Tetapi saat ini sudah banyak yang mengadopsi model pembelajaran resiprokal untuk pelajaran matematika yang berguna untuk mengganti suasana belajar agar tidak menjemukan.
Model Reciprocal Teaching adalah salah satu model pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri dan siswa mampu menjelaskan
Jadi, model Reciprocal Teaching adalah salah satu model pembelajaran yang memiliki kegiatan belajar mandiri dengan tujuan agar siswa lebih memahami konsep karena siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari.
Dalam pembelajaran menggunakan model Reciprocal Teaching ini yang lebih banyak berperan aktif adalah siswa sedangkan guru hanya menjadi fasilitator dan mediator. Sejalan dengan pendapat Paulina Pannen (Marleviandra, 2010):
Melalui model Reciprocal Teaching ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemauan belajar mandiri, siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri dan guru cukup berperan sebagai fasilitator, mediator dan manager dari proses pembelajaran.
Dari berbagai sumber yang peneliti baca, dapat disimpulkan empat strategi utama dalam model Reciprocal Teaching yang dijelaskan oleh Anne Palinscar dan Ann Brown adalah sebagai berikut:
1. Merangkum: Siswa mengidentifikasi intisari dan ide utama dari bahan ajar yang diberikan oleh guru. Diharapkan siswa dapat mengkonstruksi pemahaman secara mandiri serta membuat kesimpulan dan rangkuman.
2. Menyusun pertanyaan: Siswa menanyakan pada diri sendiri pertanyaan untuk membuat mereka yakin apakah mereka mengerti dengan bahan ajar yang mereka baca. Jika masih belum mengerti siswa dapat bertanya pada anggota kelompoknya.
3. Menjelaskan kembali: Siswa diharapkan dapat menjelaskan kembali kepada temannya atau orang lain tentang apa yang mereka pahami dari bahan ajatr yang mereka kerjakan.
4. Memprediksi: Siswa membuat prediksi dari masalah/materi yang sedang dibahas.
Dalam penelitian ini, model Reciprocal Teaching yang akan dilaksanakan adalah melalui tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Guru menyiapkan materi dan bahan ajar dalam bentuk Lembar Kerja Siswa (LKS) yang harus dipelajari siswa secara mandiri.
b. Tahap Pelaksanaan (Kegiatan Inti)
1) Guru memperagakan bagaimana peran siswa ke dalam kelompoknya untuk melakukan empat strategi utama model Reciprocal Teaching yaitu merangkum, menyusun pertanyaan, menjelaskan kembali, dan memprediksi.
2) Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang.
3) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada setiap kelompok.
4) Guru berkeliling melihat hasil pekerjaan siswa dan memberikan bantuan seperlunya agar diskusi kelompok berjalan dengan baik.
5) Guru memilih salah satu kelompok secara acak untuk
6) Guru memberikan kesimpulan dan penegasan tentang hasil pekerjaan salah satu kelompok yang mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas.
c. Penutup
1) Guru dan siswa melakukan refleksi untuk mengetahui pemahaman materi yang telah dipelajari.
2) Guru menyampaikan informasi untuk pertemuan selanjutnya.
C. Teori Belajar yang Mendukung Model Reciprocal Teaching
Teori belajar yang mendukung model Reciprocal Teaching adalah teori belajar konstruktivisme. “Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukan diri kita sendiri (Pribadi, 2009: 157)”.
Di mana berdasarkan teori konstruktivisme, “Belajar adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong”
(Baharuddin, dkk, 2008: 116). Siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip- prinsip, dan guru mendorong mereka untuk memiliki pengalaman dan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan sendiri.
Hal tersebut sejalan dengan model Reciprocal Teaching di mana siswa untuk belajar dan memahami materi serta menemukan konsep secara mandiri.
Guru hanya sebagai fasilitator dan pengawas saja, serta membantu jika mereka
menemukan kesulitan. Slavin (Baharuddin,dkk. 2008: 116) menyatakan bahwa
“Dalam proses belajar dan pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembejalaran di kelas”.
D. Hubungan Model Reciprocal Teaching dengan Kemampuan Penalaran Induktif Matematik
Indikator kemampuan penalaran induktif matematik yang telah diuraikan di atas secara teori dapat ditingkatkan melalui pembelajaran dengan menggunakan model Reciprocal Teaching. Hal ini dikarenakan salah satu strategi yang terdapat dalam model Reciprocal Teaching adalah merangkum.
Strategi merangkum ini siswa dituntuk untuk membuat rangkuman dan kesimpulan yang mereka pelajari dari bahan ajar yang diberikan oleh guru.
Selain itu, siswa dituntut untuk dapat menjelaskan kembali tentang fakta, hubungan atau pola yang ada pada permasalahan yang diberikan oleh guru dalam LKS. Startegi tersebut sesuai dengan yang terdapat dalam indikator penalaran induktif matematik.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan model Reciprocal Teaching berakibat pada peningkatan kemampuan penalaran induktif matematik siswa.
E. HIPOTESIS
Berdasarkan kajian pustaka, rumusan masalah dan studi literatur
“Peningkatan kemampuan penalaran induktif matematik siswa yang mendapat pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional”