• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Discovery Learning

a. Definisi Pembelajaran Discovery Learning

Pengertian model pembelajaran discovery learning atau penemuan adalah cara belajar memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan menurut Budiningsih (2005:43). Dalam mengaplikasikan discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005: 145). Kondisi belajar ini akan mengubah kegiatan belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher oriented) menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Dalam pembelajaran menggunakan pendekatan discovery learning bahan ajar yang disajikan tidak dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun

informasi, membandingkan, mengkategorikan,menganalisis,

mengintregasikan, mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran discovery learning adalah konsep belajar yang materi atau bahan pelajaran tidak disampaikan dalam bentuk final dan fokus pada kegiatan ini adalah siswa didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan mencari informasi sendiri kemudian membentuk (konstruktif) yang mereka ketahui dikemas dalam kesimpulan.

b. Karakteristik Pembelajaran Discovery Learning 1) Peran guru sebagai pembimbing.

(2)

10

3) Bahan ajar dijadikan dalam bentuk informasi dan peserta didik melakukan kegiatan menghimpun, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, serta membuat kesimpulan.

c. Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning.

1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

3) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

4) Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

5) Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkannya dan motivasi sendiri.

d. Prosedur Model Pembelajaran Discovery Learning.

Prosedur dalam mengaplikasikan metode discovery learning dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, menurut Syah (2004:244) sebagai berikut :

1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan).

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktifitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. 2) Problem Statement (Pernyataan/ Indentifikasi Masalah).

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin

(3)

11

agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) menurut Syah (2004:244), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yaitu pernyataan (statement), sebagai jawaban sementara yang diajukan. Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.

3) Data Collection (Pengumpulan Data).

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis menurut Syah (2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Maka anak diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa dituntut untuk aktif menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi.

4) Data Processing (Pengolahan Data).

Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya lalu ditafsirkan, menurut Syah (2004:244). Pengolahan data akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban atau penyelesaian yang perlu mendapatkan pembuktian secara logis.

5) Verification (Pembuktian).

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing, menurut Syah (2004:244). Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran yang ada,

(4)

12

pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah sudah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. 6) Generalization (Menarik Kesimpulan/ Generalisasi).

Tahap generalisasi/menarik kesimpulan dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi, menurut Syah (2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya pwnguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

2. Komik

1) Definisi Pembelajaran Komik

Menurut Scout McCloud (dalam Waluyanto, 2005:51) memberikan pendapat bahwa komik dapat memiliki arti gambar-gambar serta lambang lain dalam urutan tertentu, untuk menyampaikan informasi dan mencapai tanggapan estetis dari pembacanya. Komik merupakan bentuk media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk menyampaikan informasi dan mudah dimengerti. Karena komik dirangkai dalam alur cerita gambar yang didalamnya terdapat tokoh dan informasi mengenai materi yang akan disampaiakan. Menurut Waluyanto (2005:51) komik sebagai media pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Dalam konteks ini pembelajaran menunjuk pada proses komunikasi antara siswa dan sumber pembelajaran (komik). Komunikasi belajar yang baik akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan penyampaian materi akan jelas dan dapat diterima siswa dengan baik. Berdasarkan definisi di atas komik pembelajaran dapat digunakan sebagai media untuk memudahkan menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa, agar proses pembelajaran dapat menarik dan suasana belajar tidak membosankan. Karena komik disajikan dalam bentuk yang menarik dan

(5)

13

terdapat tokoh serta gambar yang akan menarik minat siswa untuk membacanya.

b. Keuntungan Komik Pembelajaran

Menurut Gene (dalam Wurianto,2009) komik memiliki lima kelebihan dalam pembelajaran yaitu :

1) Komik dapat memotivasi siswa selama proses belajar.

2) Komik terdiri dari gambar-gambar yang merupakan media yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

3) Komik bersifat permanen.

4) Komik bisa membangkitkan minat mebaca dan mengarahkan siswa untuk disiplin membaca khususnya mereka yang tidak suka membaca.

5) Komik adalah bagian dari budaya popular.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komik pembelajaran mempunyai kelebihan yang dapat memotivasi siswa dalam proses belajar. Salah satunya yaitu membangkitkan minat baca siswa dari yang tidak suka membaca, melalui komik yang disajikan dengan tampilan yang menarik. c. Kriteria Komik yang Baik

Kriteriakomik yang akandigunakansebagai media

pembelajaranadalahkomik yang medidik, menarikminatbacasiswa, dankomik yang sesuaidenganduniaanak. Menurut Rothlein, terdapatbeberapakriteria yang harusdiperhatikandalammemilihkomik yang

akandigunakandalamkegiatanpembelajaranyaitu : 1) Apakah gambar mendukung teks.

2) Apakah gambar jelas dan mudah dibedakan.

3) Apakah ilustrasi memperjelas latar, rangkaian cerita, penjiwaan dan karakter.

4) Apakah anak mampu mendefinisikan karakter dan tindakan. 5) Apakah gaya dan ketepatan bahasa cocok untuk anak-anak. 6) Apakah menghadirkan klise.

(6)

14

8) Apakah ada ketepatan konsep dan tema untuk anak-anak.

9) Apakah variasi buku yang telah dipilih merefleksikan keragaman budaya. 10) Apakah buku yang dipilih merefleksikan berbagai gaya.

d. Langkah Pembuatan Komik

1) Perumusan ide cerita dan pembentukkan karakter.

2) Sketching (pembuatan sketsa), yaitu menuangkan ide cerita dalam media gambar secara kasar.

3) Inking (penintaan), yaitu penintaan pada goresan pensil sketsa.

4) Coloring (pewarnaan), yaitu pemberian warna komik yang dilakukan baik black and white maupun full color.

5) Latterin, yaitu pembuatan teks pada komik e. Aplikasi Komik Pembelajaran

Nilai edukatif dalam proses belajar mengajar tidak diragukan lagi. Komik yang memperkenalkan dengan lingkungan dan alam sekitar bermanfaat bagi anak-anak. Komik yang disajikan bisa berisi materi pembelajaran yang ketika membaca anak tidak mengetahui bahwa sebenarnya ia sedang belajar. Komik yang dikembangkan disusun berdasarkan tujuan materi yang akan diajarkan. Gambar yang disajikan dalam komik IPA yang berbentuk kartun, akan digemari oleh siswa. Fungsi gambar tersebut sebagai ilustrasi dari cerita yang akan disajikan dan sesuai dengan materi. Sedangkan materi IPA disajikan melalui percakapan tokoh-tokoh cerita dalam komik. Cerita dalam komik IPA tidak disajikan secara utuh, melainkan sub bab yaitu terdiri dari satu Kompetensi Dasar yang memuat Kompetensi Dasar, Indikator, dan tujuan dalam pembelajaran.

f. Komik sebagai Media Pembelajaran.

Begitu maraknya komik di masyarakat dan begitu tingginya kesukaan terhadap komik, hal tersebut mengilhami untuk dijadikannya komik sebagai media pembelajaran, (Daryanto, dalam Media pembelajaran 2013:128). Komik sebagai media pembelajaran bertujuan untuk mengemas materi dalam

(7)

15

bentuk komik. Dalam media komik berisi tokoh cerita yang berkaitan degan materi. Komik ini akan mempermudah anak dalam memahami materi ajar. 2. Karakteristik Materi Pilihan

a. Definisi IPA

Ilmu Pengetahuan Alam secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam. James Conant (Holton dan Roller, 1958) mendefinisikan IPA atau sains (dalam arti sempit) sebagai “suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan ada yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut”.

b. Hakekat Pembelajaran IPA

a) IPA sebagai Produk Istilah produk yang diterapkan pada prinsip, hukum dan teori di dalam IPA menyatakan bahwa pengetahuan, prinsip, hukum atau teori itu adalah hasil rekaan atau buatan manusia dalam rangka memahami dan menjelaskan alam dengan berbagai fenomena yang terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa IPA adalah suatu sistem yang dikembangkan oleh manusia untuk mengetahui keadaan diri dan lingkungannya. IPA sebagai suatu produk keilmuan mencakup konsep, hukum dan teori yang dikembangkan sebagai pemenuhan rasa ingin tahu manusia dan untuk keperluan praktisnya. Dalam pengajaran IPA, aspek produk tampil dalam bentuk pokok bahasan yang seringkali disajikansebagai suatu pengetahuan atau teori yang sudah jadi tanpa penjelasan bagaimana teori atau hukum itu diperoleh.

b) IPA sebagai Proses Aspek kedua IPA adalah aspek proses, yaitu metode memperoleh pengetahuan. Metode ini dikenal sebagai metode keilmuan yang saat ini merupakan hasil perkembangan

sebelumnya. Metode keilmuan memiliki 10

KarakteristikPembelajaranIPASD, diakses 09 April 2011 15 kerangka dasar prosedur yang dapat dijarkan dalam enam

(8)

16

langkah : (1) sadar akan adanya masalah dan perumusan masalah, (2) pengamatan dan pengumpulan data yang relevan, (3) penyusunan atau klasifikasi data, (4) perumusan hipotesis, (5) deduksi dan hipotesis, (6) tes dan pengujian kebenaran hipotesis. Dalam pengajaran IPA aspek proses ini muncul dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar. Ada tidaknya aspek proses dalam pengajaran tergantung pada guru. Suatu teori yang tertulis dalam buku pelajaran dapat diajarkan begitu saja, namun dapat pula diajarkan dengan membawa persoalan secara konkret dengan melakukan berbagai aktivitas baik fisik maupun mental sampai akhirnya merumuskan kembali teori yang sudah tertulis.

c) IPA sebagai Pemupuk Sikap Pemupuk sikap adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan khususnya ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru diantaranya tanggung jawab, rasa ingin tahu, disiplin, tekun, jujur dan terbuka terhadap pendapat orang lain. Dawson (1995: 24-32) menyatakan sikap dapat diklasifikasi dalam dua kelompok yaitu seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan masalah dan seperangkat sikap yang menekankan sikap tertentu terhadap IPA sebagai suatu cara memandang dunia serta berguna bagi perkembangan karir di masa depan. Dalam pembelajaran IPA aspek pemupuk sikap merupakan hal yang penting, 16 guru secara sadar dan terus-menerus memperhatikan, mengarahkan, menegur dan menunjukkan sikap pada murid. Sikap-sikap yang positif dapat didukung perkembangannya misalnya rasa tanggung jawab, bekerja sama, tekun, toleran, jujur, tidak putus asa dan memiliki rasa percaya diri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa materi IPA berisi konsep ilmiah tentang alam semesta. Lingkup pembelajaran IPA di SD/MI mencakup matebeberapa materi, yaitu: Pertama materi tentang makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan,

(9)

17

tumbuhan dan interaksi dengan lingkungannya. Kedua benda dan materi, meliputi sifat-sifat dan kegunannya yaitu cair, padat, dan gas. Ketiga energi dan perubahannya meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, cahaya dan pesawat sederhana. Keempat bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda-benda langit lainnya.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan terkait dengan keberhasilan penelitian melalui pengembangan media pembelajaran komik pembelajaran merupakan refleksi dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

1. Penelitian dilakukan oleh Eka Arif Nugraha, Dwi Yulianti, dan Siti Khanafiyah pada tahun 2012 dengan judul Pembuatan Bahan Ajar Komik Sains Inkuiri Materi Benda Untuk Mengembangkan Karakter Siswa Kelas IV SD, dimuat dalam Unnes Physics Education Journal,bahwahasilpenelitianmenunjukkantingkatketerbacaandankelayak an komik sains sebesar 80% dan 91,2%, yang artinya komik sains dapat dipahami dan sangat layak digunakan sebagai bahan ajar. Hasil uji gain menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar kognitif siswa.

2. Penelitian dilakukan oleh F. Fatimah dan A. Widyatmoko, padatahun 2014 dengan judul Pengembangan Science Comic Berbasis Problem Based Learning Sebagai Media Pembelajaran Pada Tema Bunyi dan Pendengaran Untuk Siswa SMP. Menunjukkan bahwa media science comic berbasis PBL dapat meingkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dengan uji N-gain sebesar 0,62 termasuk criteria sedang, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari perhitungan t hitung > ttabel (22,4 > 1,68) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.

3. Penelitian dilakukan oleh Sri Hayati, AgusSetyo Budi, ErfanHandoko pada tahun 2015, dengan judul Pengembangan Media Pembelajaran Flipbook FisikaUntuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. Hasil

(10)

18

dari penelitian ini adalah uji kelayakan kepada ahli dan pengguna didapatkan rata-rata persentase secara keseluruhan adalah 95,87% dengan interpretasi sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa media Flipbook Fisika berbasis multimedia yang di buat layak digunakan dalam pembelajaran fisika. Hasil uji perbedaan didapatkan bahwa nilai thitung adalah 10,00 dan nilai ttabel adalah 2,03. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan nilai rata-rata antara tes awal dan tes akhir setelah menggunakan media Flipbook Fisika. Media Flipbook Fisika berbasis multimedia dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik, nilai rata-rata tes awal 36,11 pada kelas eksperimen sebagai kelas pengguna media meningkat menjadi 84,44 dengan kenaikan 57,23 %.

Berdasarkan penelitian masing-masing diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran menggunakan komik dapat disajikan untuk mata pelajaranIPA pada kelas IV SDN 1 Ngagrong tentang perubahan lingkungan fisikterhadapdaratan.Penelitian menggunakan komik pembelajaran diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi ajar dan menambah minat baca siswa terhadap materi ajar.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka pikir merupakan alur pemikiran peneliti terhadap apa yang dilakukan dalam penelitian dan bagaimana hasil penelitian tersebut.Berdasarkan latar belakang penelitian pengembangan media pembelajaran komik dalam materi perubahan lingkungan fisik masih kurang pada siswa kelas IVSD Negeri 1 Ngangrong. Dampaknya kemampuan memahami materi perubahan lingkungan fisik. Solusi yang dianjurkan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan media komik pembelajaran materi perubahan lingkungan fisik pada kelas IV. Dengan pengembangan media komik pembelajaran ini akan membantu

(11)

19

meningkatkan pemahaman tentang materi perubahan lingkungan fisik di kelas IV sekolah dasar.

(12)

20 Gambar 2.1

Bagan kerangka pikir Perlu pengembangan

mediapembelajaran yaitu komik pembelajaran.

Validasi Desain untuk mendapatmedia yang valid Pembuatan produk komik pembelajaran.

KONDISI SAAT INI

 Penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa.

 Model pembelajaran yang kurang sesuai.

 Siswa sulit memahami materi perubahan lingkungan fisik.

 Siswa tidak tertarik mengikuti materi perubahan lingkungan fisik.  Hasil belajar IPA siswa rendah.

Kajian pustaka dan hasil observasi

Produk komik pembelajaran yang valid dan praktis

Ujicoba Produk untuk menguji kepraktisan

(13)

21 D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari hasil penelitian. Hipotesis dalam penelitian pengembangan ini yaitu dihasilkan dari cerita bergambar yang disajikan dalam bentuk komik sebagai media pembelajaran materi perubahan lingkungan fisikuntuk meningkatkan hasil belajar kognitif pada siswa kelas IVSD Negeri 1 Ngagrong yang memenuhi kriteria valid dan praktis.

Gambar

Gambar  yang  disajikan  dalam  komik  IPA  yang  berbentuk  kartun,  akan  digemari oleh siswa

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis teori yang diajukan terbukti dengan nilai tsatistik sebesar 5.46 > t-table 1.96 yang artinya Ho ditolak sehingga dapat

Blok Kandawaru (Desa Waruduwur), Desa Kanci, Desa Kanci Kulon, Desa Astanamukti, dan Desa Pengarengan 3 (tiga) bulan sebelum kegiatan pengadaan lahan Tahap Pra Konstruksi

Mendeskripsikan atau memaparkan nilai rasa yang terdapat dalam diksi yang digunakan kaum waria dalam berkomunikasi dengan sesamanya di tengah masyarakat... 1.4

Dan pada analisis varian menunjukkan menunjukkan karakter biomasa jumlah cabang produktif, jumlah polong pertanaman, jumlah biji per tanaman, bobot biji, indeks

Bardasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor : 05 Tahun 2002 Tanggal 15 Nopember 2002 tentang perubahan Kampung Bandarjaya statusnya ditingkatkan menjadi Kelurahan

Selain pelayanan yang terjadi di dalam toko pada saat konsumen berkunjung, bentuk pelayanan lain yang lebih khusus dapat menjadi pilihan bagi pengelola toko

Setiap instrumen investasi tersebut tentu memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, misalnya melakukan investasi pada obligasi mungkin lebih tepat untuk dilakukan

Hasil penelitian di kabupaten Pemalang menunjukkan (1) perkembangan penerimaan retribusi pasar daerah di Kabupaten Pemalang sudah efektif, mencapai efisiensi dan mengalami