• Tidak ada hasil yang ditemukan

dr. Tuti Suparyati, M.Kes, Suparyati, M.Kes PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA JAMU PEGAL LINU DI PASAR KAJEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "dr. Tuti Suparyati, M.Kes, Suparyati, M.Kes PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA JAMU PEGAL LINU DI PASAR KAJEN."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

dr. Tuti Suparyati, M.Kes, Suparyati, M.Kes “ PERBANDINGAN KONTAMINASI JAMUR Aspergillus sp PADA JAMU PEGAL LINU DI PASAR KAJEN ”.

ABSTRAK

Jamu disebut juga obat tradisional. Jamu dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai tindakan preventif untuk menjaga kesehatan dan terkadang juga digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit.

Jamu merupakan ramuan dari rempah-rempah yang dihaluskan dengan air lalu diminum (untuk obat), atau dalam kata lain disebut dengan obat tradisional. Jamu tergolong dalam obat tradisional, yaitu ramuan dari tumbuh-tumbuhan. Jamu (Empirical based herbalmedicine) adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienes (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisiona.

Aspergilus Sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur, dan termasuk dalam mikroorganisme eukariotik. Jamur yang bersifat saprofit berbentuk bludru dengan ukuran 3-30 um, bersifat asam, mempunyai pH 4-5.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada atau tidaknya kontaminasi jamur Aspergillus Sp pada jamu pegel linu yang dikemas dengan plastik dan kertas.

Penelitian di lakukan di Laboratorium Akademi Analis Kesehatan Pekalongan menggunakan media Sabouraud Glukosa Agar (SGA).

Berdasarkan penelitian dilakukan pada jamu pegal linu di jual di Pasar Kajen

Kabupaten pekalongan yang dikemas pada plastik didapatkan. Hasil positif 6 (40 %) dan yang negatif 9 (60 %), positif 10 (66,6 %) dan yang negatif 5 (33,4 %).

Untuk distributor diharapkan kepada pihak distributor agar lebih memperhatikan dan menjaga kualitas higien dan sanitasi kesehatan. Untuk peneliti lain diharapkan melakukan penelitian dengan sampel jamu jenis lain.

Kata kunci : Jamu Pegal Linu, Mikroskopis, Aspergillus sp

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Penggunaan jamu sebagai sarana pengobatan didasarkan pada pengalaman secara turun-temurun yang diperoleh seseorang dari leluhur mereka yang telah mewarisi cara pembuatan jamu. Jamu disebut juga obat tradisional. Jamu dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai tindakan preventif untuk menjaga kesehatan dan terkadang juga digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit.1

Pengolahan jamu tradisional sangat sederhana. Keterlibatan manusia dalam pengolahan suatu produk industri akan membawa dampak yang tidak diinginkan misalnya timbulnya mikroba misalnya bakteri, jamur, dan mikroorganisme lainnya.

Mikotoksin merupakan metabolit yang dihasilkan oleh jamur yang dapat menyebabkan mikotoksikosis. Makan jamur beracun dapat menyebabkan kerusakan yang hebat pada hati dan ginjal. Kerusakan menahun dapat ditimbulkan pada manusia setelah makan sedikit toksin dalam makanan yang terkontaminasi mikotoksin.

Aspergillus Sp paling sering menimbulkan infeksi paru. Jamur ini merupakan jamur rumahan yang sporanya sangat banyak bertebaran di udara dan di dalam rongga pernapasan manusia yang sehat. Pada saat kekebalan tubuh rendah, pertumbuhan jamur akan merajalela dan Aspergillus mampu

(3)

menginvasi arteri dan vena, sehingga lokasinya bisa menyebar hingga ke seluruh tubuh. 2

Kemasan jamu yang sering kali dijual bebas dipasaran akan memudahkan mikroba dalam mengkontaminasi produk jamu. Oleh sebab itu kewaspadaan terhadap produk jamu perlu dijaga. Tempat yang tidak tertutup akan menyebabkan suatu mikroba tumbuh di dalamnya, mikroba tersebut terkadang membawa penyakit. Suatu makanan atau minuman yang di dalamnya terdapat mikroba melebihi standart yang telah ditetapkan maka produk tersebut tidak layak untuk di konsumsi.3

Salah satu contoh kasus yang terjadi pada seorang laki-laki umur 45 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri ulu hati, muntah dan berak berwarna hitam seperti petis. Pada orang ini didapatkan riwayat mengkonsumsi jamu pegel linu seminggu sekali. Indikasi medis orang tersebut menderita penyakit luka pada lambung atau gastritis erosif. Tanda dan gejala yang didapat adalah nyeri ulu hati, rasa terbakar di dada, mual dan muntah.

Terkadang disertai perdarahan saluran cerna bagian atas seperti muntah darah (hematemesis) dan berak seperti petis (melena).3

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ perbandingan kontaminasi jamur Aspergillus Sp pada jamu pegal linu yang dikemas dengan plastik dan kertas di Pekalongan”.

(4)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka timbul perumusan masalah perbandingan kontaminasi jamur Aspergillus Sp pada jamu pegel linu yang dikemas dengan plastik dan kertas di Pekalongan.

C. Tujuan Penelitian

1. Umum : Untuk mengetahui ada atau tidaknya kontaminasi jamur

Aspergillus Sp pada jamu pegel linu yang dikemas dengan plastik dan kertas.

2. Khusus : Untuk mengetahui perbandingan kontaminasi jamur Aspergillus Sp pada jamu pegel linu yang dikemas dengan plastik dan kertas.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi tim peneliti, peneltian ini dapat dijadikan kajian untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi pembaca atau masyarakat, karya tulis ini dapat menambah pengetahuan perihal bahaya kontaminasi jamur pada jamu.

3. Bagi Akademi penelitian ini dapat menambah lietaratur kepustakaan.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jamu

1. Pengertian jamu

Jamu adalah ramuan dari rempah-rempah yang dihaluskan dengan air lalu dminum ( untuk obat ), dalam kata lain disebut juga dengan obat tradisional. Belakangan populer dengan sebutan herba atau herbal.

Jamu dibuat dari bahan-bahan alami, berupa bagian dari tumbuhan seperti rimpang (akar-akaran), daun-daunan dan kulit batang, buah. Ada juga menggunakan bahan dari tubuh hewan, seperti empedu kambing atau tangkur buaya.4

Jamu ( Empirical based herbal medicine ) adalah obat yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, hgienes ( bebas Cemaran ) serta digunakan secara tradisional.4

2. Jamu Pegel linu

Istilah jawa yang sering digunakan terhadap kondisi badan yang mengalami kelelahan, kecapaian, tenaga terkuras akibat bekerja keras yaitu pegel linu (awak kroso pegel-pegel lan linu). Dari kalimat panjang yang terdapat dalam tanda kurung, disebut dengan singkat Pegel Linu, yang dalam bahasa indonesia dikenal dengan istilah. Pegal Linu. Begitulah

(6)

kiranya sejarah singkat istilah yang banyak digunakan untuk Jamu yang mempunyai fungsi menghilangkan kelelahan. Jamu yang mempunyai manfaat untuk menghilangkan kecapaian, akhirnya biasa disebut sebagai jamu pegel.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kontaminasi jamur

a. Kurang memperhatikan kebersihan alat dan bahan pembuat jamu b. Kurang memperhatikan kebersihan dalam proses pengolahan jamu c. Penyimpanan hasil pengolahan yang kurang bersih

d. Kemasan hasil pengolahan

e. Penyimpanan bahan dan hasil olahan yang lama.5 4. Ciri – ciri jamu yang terkontaminasi jamur

a. merubah warna, bau maupun rasanya.

b. bercak-bercak pada permukaan c. akan mengeluarkan lendir.5

B. Aspergillus Sp 1. Klasifikasi

Divisio : Eumycetes Class : Deuteramycetes Ordo : Moniliase Family : Moniliaceae Genus : Aspergillus Spesies : Aspergillus sp

(7)

Apergillus fumigatus Aspergillus niger Aspergillus flavus.6

2. Morfologi

Gambar 2.1 jamur Aspergillus sp

Aspergilus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur, dan termasuk dalam mikroorganisme eukariotik. Jamur yang bersifat saprofit berbentuk bludru dengan ukuran 3-30 um, bersifat asam, mempunyai pH 4-5.

Ciri-ciri sepesifik Aspergillus sp adalah sebagai berikut:

a. Hifa bersekat dengan inti yang banyak

b. Koloni kompak, artinya pertumbuhan jamur yang ada didalam plet koloninya berwarna sama sesuai dengan ciri dari masing-masing jamur Aspergillus sp.

c. Konidiofora septat atau non septet

d. Sterigmata atau fialidabiasanya sederhana, berwarna atau tidak berwarna.

e. Beberapa spesies tumbuh baik pada suhu kamar.6

(8)

3. Biakan Aspergillus sp

a. Gambaran Makroskopis Aspergillus sp

Pada media SGA + antibiotic,espergillus sp dapat tumbuh cepat pada suhu ruang membentuk koloni yang granular, berserabut dengan beberapa warna sebagai salah satu ciri identifikasi. Aspergillus fumigatus koloni berwarna hijau, aspergillus neger berwarna hitam dan aspergillus flavus koloni berwarna putih atau kuning.

b. Gambaran mikroskopis

Aspergillus sp merupakan hifa bersekat dan bercabang , pada bagian ujung hifa terutama pada bagian yang tegak membesar merupakan konidiofornya. konidiofora pada bagian ujungnya membulat menjadi visikel. Pada visikel terdapat batang pendek yang disebut stregmate, stregmate atau sialida berwarna atau tidak berwarna dan tumbuh konidia yang membentuk rantai yang berwara hijau,coklat dan hitam.

Untuk membedakan sepesies berdasarkan perbedaan warna dari Seiring berkembangnya ilmu obat-obatan, tak ketinggalan jamu semakin bervariasi. Dalam jamu ditambah berbagai macam racikan konida.6

4. Faktor yang mendukung dan menghambat pertumbuhan Jamur a. Faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan jamur adalah :

i. Kebutuhan Air

Kebanyakan jamur membutuhkan air minimal untuk pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan khamir dan bakteri

(9)

ii. Suhu Pertumbuhan

Kebanyakan jamur bersifar mesofilik, yaitu tumbuh baik pada suhu kamar. Suhu optimum pertumbuhan untuk kebanyakan jamur adalah sekitar 250C-300C, tetapi beberapa dapat tumbuh pada suhu 350C-370C atau lebih tinggi, misalnya Aspergillus.

Beberapa jamur bersifat psikotropik yaitu dapat tumbuh baik pada suhu lemari es dan beberapa biakan masih dapat tumbuh lambat pada suhu dibawah suhu pembekuan, misalnya pada suhu -50C sampai – 100C. Beberapa jamur yang bersifat termofilik yaitu dapat tumbuh pada suhu tinggi.

iii. Kebutuhan Oksigen dan pH

Semua jamur bersifat aerobik yaitu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada kisaran pH yang luas yaitu pH 2-8,5 tetapi biasanya pertumbuhannya akan lebih baik pada kondisi asam atau pH rendah.

iv. Substrat atau Media

Pada umumnya jamur dapat menggunakan berbagai komponen makanan dari yang sederhana sampai kompleks. Kebanyakan jamur memproduksi enzim hidrolitik misalnya amylase, pektinase, proteinase, dan lipase.7

b. Faktor-faktor Penghambat pertumbuhan jamur 1. Faktor-faktor Fisik

a) Pengaruh temperatur

(10)

Temperatur merupakan salah satu faktor yang penting di dalam kehidupan. Beberapa jenis mikroba dapat hidup di daerah temperatur yang luas sedang jenis lainnya pada daerah yang terbatas.

b) Kelembaban dan Pangaruh Kebasahan serta Kekeringan

Mikroba mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi di atas 85%, sedangkan untuk jamur di perlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%.

c) Pengaruh perubahan nilai osmotik

Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma.

2. Faktor – Faktor kimia

a) Fenol Dan Senyawa-Senyawa Lain Yang Sejenis

Larutan fenol 2 sampai 4% berguna bagi desinfektan.

Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol;

lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah lain untuk fenol. Seringkali orang

(11)

encampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik.

b) Formaldehida (CH2O)

Suatu larutan formaldehida 40% biasa disebut formalin. Desinfektan ini banyak sekali digunakan untuk membunuh virus, dan jamur. Formalin tidak biasa digunakan untuk jaringan tubuh manusia, akan tetapi banyak digunakan untuk merendam bahan-bahan laboratorium, alat-alat seperti gunting, sisir dan lain-lainnya pada ahli kecantikan.

c) Alkohol

Etanol murni itu kurang daya bunuhnya terhadap jamur. Jika dicampur dengan air murni, efeknya lebih baik.

Alkohol 50 sampai 70% banyak digunakan sebagai desinfektan.

d) Yodium

Yodium-tinktur, yaitu yodium yang dilarutkan dalam alcohol, banyak digunakan orang untuk mendesinfeksikan luka- luka kecil.

e) Klor Dan Senyawa Klor

Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum.

Persenyawaan klor dengan kapur atau natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum.

(12)

f) Zat Warna

Beberapa macam zat warna dapat menghambat pertumbuhan jamur.8

5. Patogenitas Aspergillus sp

Spesies dari Aspergillus sp diketahui terdapat dimana-mana dan hampir tumbuh pada semua subtrat beberapa jenis sepesies ini termasuk jamur patgen, misalnya yang disebabkan Aspergillus sp disebut Aspergillolis. Beberapa diantaranya bersifat saprofit sebagai mana banyak ditemukan pada bahan pangan.7

Aspergillus sp bersifat pathogen karena aflatoxin Beberapa diantaranya bersifat saprofit sebagai mana banyak ditemukan pada bahan pangan. Yang dihasilkan menimbulkan karsinogen di dalam makanan Aspergillus sp tumbuh cepat pada media SGA (Sabauraud Glukosa Agar) diinkubasi pada suhu ruang, tumbuh koloni berwarna hijau kelabu

Toxsin yang dihasilkan oleh Aspergillus sp berupa mikotoksin . Mikotoksin adalah senyawa hasil sekunder metablisme jamur. Mikotoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus sp yang lebih dikenal dengan aflatoksin, dapat menyerang system saraf pusat, beberapa diantaranya bersifat karsinogenik menyebabkan kanker pada hati, ginjal dan perut. 9

Kemampuan jamur untuk membentuk aflatoxin tergantung pada faktor dan keadaan lingkungan secara makrokopis (subtract, kelembaban, suhu, pH) dan lamanya kontak antara jamur dan subtract. Subtrat dengan kadar karbohidrat tinggi akan menguntungkan pembentukan aflatoxin dengan kadar glukosa 30%. 3

(13)

C. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

D. Kerangka Konsep

.

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Aspergillus sp Pada Jamu Pegal Linu Identifikasi

Pemeriksaan Laboratorium Aspergillus sp

pada Jamu Pegal Linu

Identifikasi Aspergillus sp

Positif

Identifikasi Apergillus sp

Negatif Kelembaban

Air Suhu Kebutuhan Oksigen dan

pH Substrat

Kebersihan alat

Penyimpanan hasil kemasan Lama penyimpanan

Identifikasi Aspergillus sp Jamu Pegal Linu

Kemasan Plastik Kemasan Kertas

Pemeriksaan Laboratorium

Variabel Bebas Variabel Terikat

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

B. Tempat Penelitian dan Waktu a. Tempat penelitian

Pemeriksaan sampel di Laboratorium Parasitologi Akademi Analis Kesehatan Pekalongan Jl. Ade Irma Suryani No.6 Pekalongan.

b. Waktu penelitian

Waktu penelitian adalah Bulan Januari – Maret 2015

C. Objek Penelitian

Objek penelitian ini yang digunakan adalah jamu pegal linu yang dikemas plastik dan kertas di Pasar Kajen Kabupaten Pekalongan.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah jamu pegal linu yang di kemas plastik dan kertas di Pasar Kajen Kabupaten Pekalongan.

(15)

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan, dengan teknik total ramdom sampling (survai) yaitu mengambil semua jamu pegal linu di Pasar Kajen Kabupaten Pekalongan.

E. Definisi Operasional

1. Jamu adalah ramuan dari rempah-rempah yang dihaluskan dengan air lalu diminum (untuk obat), atau dalam kata lain disebut dengan obat tradisional.jamu tergolong dalam obat tradisional, yaitu ramuan dari tumbuh-tumbuhan. Jamu (Empirical based herbalmedicine) adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienes (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional.

2. Kemasan Plastik adalah bahan yang mempunyai derajat kekristalan lebih rendah dari pada serat dan dapat dilunakkan atau dicetak pada suhu tinggi (suhu peralihan kacanya diatas suhu ruang), jika tidak banyak bersambung silang. Plastik merupakan polimer bercabang atau linier yang dapat dilelehkan diatas panas penggunaannya. Plastik dapat dicetak (dan dicetak ulang) sesuai dengan bentuk yang diinginkan dan yang dibutuhkan dengan menggunakan proses injection molding dan ekstrusi.

3. Kemasan Kertas adalah bahan yang mempunyai derajat kekristalan lebih tinggi dari pada serat.

(16)

4. Aspergilus Sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur, dan termasuk dalam mikroorganisme eukariotik. Identifikasi jamur Aspergillus sp dilakukan secara mikroskopis.

F. Alat Dan Bahan

1. Alat + Pembuatan Media SGA (Sabouraud Gukose Agar) a. Objek Glass. a. Timbangan

b. Deck Glass. b. Becker glass c. Beaker Glass. c. Erlemeyer d. Mikroskop. d. Autoclave

e. Lidi. e. Cawan Petri Steril 2. Bahan

a. LPCB 10 %. a. Pepton 10 gram b. Alkohol 70 %. b. Glukosa 40 gram c. Xylol. c. Agar 15 gram

d. Aquadest 100 ml

3. Sampel

a. Jamu Pegal Linu Kemasan Plastik (30).

b. Jamu Pegal Linu Kemasan kertas (30)

(17)

G. Prosedur Pemeriksaan 1. Cara Kerja

a. Persiapan

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Mensterilkan alat-alat yang akan digunakan mensterilkan beaker glass mensterilkan Objek Glass, Deck Glass.

3. Kemudiaan mensterilkan tempat yang akan digunakan pemeriksaan sampel.

b. Pemeriksaan sampel jamu.

1. Di Siapkan alat dan bahan.

2. Di Teteskan 1 – 2 tetes larutan LPCB 10 % di atas Objek Glass.

3. Sampel jamu diambil, masukan Objek Glass, dan tutup dengan Cover Glass.

4. Mengamati jamur,dilakukan dengan menggunakan perbesaran 10 -40 x.

H. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Media SGA (Sabouraud Gukose Agar).

a. Cara Pembuatan

i. Semua bahan (Pepton, glukosa, agar-agar,aquadest) dimasukan ke erlemeyer kemudian dicampur dan dihomogenkan.

ii. Kemudian disterilisasi dengan Autoclave pada suhu 121 C pada tekanan 2 atm selama 15 menit.

iii. Setelah itu dituang dicawan Petri dibiarkan sampai media padat.

(18)

2. Cara pembuatan

Asam laktat dilarutkan dengan aquadest didalam labu erlemeyer hingga homogen kemudian ditambahkan kristal phenol diatas penangas air lalu dicampur hingga larut dan ditambahkan gliserol.Setelah larut ditambahkan bubuk cotton blue atau tinta parker 2 – 3 tetes sampai sesuai dengan warna yang diinginkan.

I. Metode Pemeriksaan

1. Sterilisasi Alat dan Media

Alat yang digunakan dalam penelitian ini di cuci dengan air bersih terlebih dahulu. Setelah itu dikeringkan, untuk pipet, tabung reaksi dan cawan petri dibungkus dengan kertas kemudian utuk alat berupa beaker glass dimasukan ke oven pada suhu 180 C selama 1 jam.

Untuk sterilisasi media mengunakan autoclave pada suhu 121 C selama 15 menit. Bila tekana sampai tanda 0 pada autoclave maka media harus segera diturunkan dan didinginkan.

2. Pengambilan Sampel

Masing – masing sampel jamu pegal linu ditimbang sebanyak 1 gram masukan ke dalam erlemeyer. Tambahkan Nacl fisiologis steril sebanyak 10 ml, kemudian inkubasi selama 10 menit.

(19)

3. Penanaman Pada Media Sabouraud Glukosa Agar (SGA

a. Ambil jamu yang sudah diencerkan dengan menggunakan lidi kapas steril.

b. Kemudian ditanam di media SGA dengan menggunakan spread plate c. Diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C

d. Diamati pertumbuhan koloni setiap 24 jam sekali selama 4-5 hari.

4. Cara Membuat Sediaan dari media Sabouraud Glukosa Agar (SGA) a. Diambil koloni dari media SGA, kemudian diletakkan pada objek glass.

b. Teteskan 1 tetes Lectpenol Caton Blue atau 10 %, kemudian ditutup dengan deck glass.

c. Kemudian dilihat dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x10 untuk menandai benda (jamur) kemudian perbesaran 45 x 10 untuk mengidentifikasi adanya jamur Aspergillus sp.

d. Jika terdapat adanya jamur Aspergillus sp dengan warna sepora sama dengan warna koloni yang diambilmaka dapat diketahui spesies Aspergillus sp yaitu bila kloni berwarna putih/kream menunjukkan Aspergillus flavus, bila koloni berwarna hijau menunjukkan.

Aspergillus fumigatus , dan bila koloni berwarna hitam menunjukkan Aspergillus niger .

J. Analisa Data

Data hasil penelitian selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan selanjutnya di analisis.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

1. Prayitno, Joko. 2010, Materi Kuliah Farmasi Kologi Pengolahan Obat dan Alat Kesehata.(http//www.google.com//journal kesehatan) diakses bulan April 2013

2. Bahri, S. dan Maryam, R., Mikotoksin berbahaya dan Pengaruhnya tehadap Kesehatan Hewan dan Manusia, Jurnal Mikologi Kedokteran Indonesia, vol. 5, no. 1, 2004

3. Anonim /Sumber daya web.id/2012/bahaya aspergilla us diakses bulan Maret 2013

4. Anonim /Jamu Pegal linu. Diakses bulan April 2013

5. Anonim /2010/01/06/jamu-pegal-linu-dan-luka-pada-lambung/ diakses bulan April 2013

6. Depkes 2005. Waspadai Tradisional Ilegal.Jakarta 7. http://socio.viva.co.id/commerce/read/ aspergillus sp

8. Srikandi, F. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

9. Sangat-Roemantyo. H. 1992. Tradisi pasangan tumbuhan alami dalam budaya Jawa. Jakarta. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobontl 19-20

10. Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Gambar

Gambar 2.1 jamur Aspergillus sp
Gambar 2.2 Kerangka Teori

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Gaya belajar siswa berprestasi mata pelajaran fisika di kelas XI MIA 1, 2 dan 3 SMA Al-Azhaar Palu lebih

Pelayanan yang dapat dilayani di kamar jenazah R" "inar Kasih T#raja menurut asal  jenazah adalah pelayanan jenazah yang berasal dari dalam atau jenazah purna pasien

Metode ini dipilih karena pada tahap ini akan dilakukan uji coba model pencitraan korporasi dan pangsa pasar dalam persepektif corporate social responsibility, customer

dasar – dasar pelayanan yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang bakal dihadapinya, termasuk kemampuannya menguasai pengetahuan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

(Pada table record yang berwarna kuning adalah milik poligon pada peta yang dikelilingi oleh kotak hitam). Begitu juga sebaliknya, bila kita mengklik pada gambar maka record

Papa’s retained earnings of P120,000 will

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: bahwa kepala madrasah menjalankan perannya sebagai supervisor dengan,membuat prencanaan program supervisi, melaksanakan program

Penelitian ini juga akan mengikuti prinsip yang mirip dengan penelitian yang dilakukan Agusta (2014) di mana diskursus akan dicari dan dianalisis hingga batas kritis