PEMANFAATAN JAMU AYAM SEBAGAI FEED SUPLEMENT TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI AYAM BURAS
DI DESA GARESSI, KECAMATAN TANETE RILAU, KABUPATEN BARRU
UTILIZATION OF HERBS AS CHICKEN FEED SUPPLEMENT TO INCREASING PRODUCTION OF LOCAL CHICKEN IN GARESSI VILLAGE,
DISTRICT OF TANETE RILAU, BARRU REGENCY
Hasbi dan Sudirman H.
Jurusan Peternakan, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa Jl. Malino km 7, Romanglompoa Kab. Gowa
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk meningkatkan produksi ayam buras melalui pemanfaatan jamu sebagai feed suplement. Penelitian dilaksanakan di Desa Garessi, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Maret sampai Mei 2010.
Penelitian dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu membandingkan antara pemberian air (P0) dengan pemberian jamu (P1) pada ayam buras, dengan dua ulangan, tiap ulangan terdiri dari 10 populasi ayam umur 6 minggu (fase grower), sehingga total populasi 20 ekor ayam. Pakan yang digunakan yaitu konsentrat BP 11-B. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jamu dengan dosis 30 cc L-1 air memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ayam, yaitu rata-rata 1.976 g, Pertambahan berat badan rata- rata yaitu 464,5 g, dan konversi pakan 4.3 kg untuk menghasilkan 1 kg bobot badan, se- dangkan hasil konsumsi pakan pada tanpa pemberian jamu rata-rata 1.878 g, pertambahan berat badan rata-rata hanya 362.5 g, konversi pakan mencapai 5.2 kg untuk menghasilkan 1 kg bobot badan.
Kata kunci: Jamu, feed suplement, produksi ayam buras
ABSTRACT
The research aims to increase of local chicken production through utilization of herbs as feed suplement. Research was carried out in the Garessi village, District of Tanete Rilau, Barru Regency, South Sulawesi Province in March to May 2010. The research was conducted by comparing between giving water teratment (P0) and giving herbs treatment (P1) on local chicken, were 2 times replication. Each replication have 10 chicken population 6 weeks old (grower phase), so that total population of 20 chickens. Feed using in the research is concentrate BP 11-B. The results showed that giving of herbs with a 30 cc L-1 water dosage have significant effect on consumption of chicken, which is an average of 1.976 g, the weight gain is an average of 464.5 g, and feed conversion 4.3 kg to produce 1 kg of body weight, while feed consumption on without giving herbs an average 1.878 grams, the body weight of an average of only 362.5 g, feed conversion 5.2 kg to produce 1 kg of body weight.
Keywords: Herbal, feed supplement, local chicken production
PENDAHULUAN
Sektor pertanian berperan vital dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Hal ini karena pertanian berfungsi sebagai ba- sis atau landasan pembangunan ekonomi mikro, yang diarahkan untuk meningkat- kan ketertinggalan masyarakat petani In- donesia dengan bangsa lain.
Dalam kondisi sekarang ini salah satu ke- giatan usaha yang sangat potensial me- nyumbang devisa dan memberikan keun- tungan yang berarti bagi usaha produktif yang bergerak di dalamnya serta mampu bertahan menjalankan peranan ekonomi- nya seperti peningkatan pendapatan dan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja, dan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat adalah ke- giatan ekonomi yang bergerak di agri- bisnis dengan motor penggerak agroin- dustri.
Peran sektor peternakan sendiri sebagai bagian dari pembangunan pertanian, me- miliki peranan strategis dalam mening- katkan status nilai gizi masyarakat serta mampu meningkatkan pendapatan dan sta- tus sosial masyarakat. Untuk itulah dalam pengembangan usaha peternakan perlu di- ikuti dengan adanya keseriusan, ketekun- an dan keikutsertaan semua pihak. Selain itu juga perlu didukung oleh ketersedian sarana dan prasarana yang optimal.
Seiring dengan meningkatnya pemba- ngunan di sektor peternakan khususnya unggas, berbagai permasalahan pun mun- cul, salah satunya yaitu adanya pening- katan harga bahan pakan ternak termasuk feed suplement dan ketersedian di pa- saran masih sangat terbatas.
Untuk itu ada sebagian pengusaha peter- nak meramu berbagai macam formula pa- kan dan feed suplement sebagai upaya untuk mengatasi masalah kelangkaan ba- han pakan dan menekan tingginya biaya produksi, terutama biaya untuk pembelian pakan tambahan (feed suplement) dan
obat-obatan untuk mengatasi masalah pe- nyakit pada ternak yang diusahakannya.
Salah satunya yakni dengan memanfaat- kan tanaman obat-obatan dalam bentuk jamu sebagai feed suplement. Jamu ayam yang dirancang dari tanaman obat-obatan ini mempunyai pengaruh positif pada ke- kebalan tubuh terhadap penyakit dan se- bagai pelengkap dari bahan pakan yang di berikan kepada ternak diharapkan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi peternak.
Kabupaten Barru sebagai salah satu ka- wasan agropolitan, memiliki potensi yang sangat ideal untuk pengembangan usaha di sektor pertanian, khususnya subsektor peternakan. Salah satunya yaitu dengan pengembangan usaha peternakan ayam buras.
Berdasarkan data yang diperoleh, Kabu- paten Barru memiliki jumlah populasi ayam buras 231.725 ekor, yang tersebar dalam 7 Kecamatan. Produksi daging ayam buras tahun 2005 mencapai 115,978 ton, sedangkan produksi telur pada tahun yang sama mencapai 2.780.700 butir. Dari total tersebut Kecamatan Tanete Rilau memiliki 38.212 ekor ayam buras. Se- dangkan Desa Garessi yang merupakan tempat diadakannya penelitian hanya me- miliki sekitar 4607 ekor ayam buras (BPS, 2009). Hal ini dirasakan belum sepenuh- nya optimal, mengingat masyarakat di desa ini belum sepenuhnya mengembang- kan usaha peternakan ayam buras sebagai salah satu mata pencaharian utama bagi masyarakat.
Dengan melihat data di atas, maka pene- litian tentang pemberian jamu sebagai feed suplement untuk peningkatan pro- duksi ayam buras untuk mendukung pe- ngembangan usaha peternakan ayam buras dan meningkatkan jumlah populasi ayam buras di desa tersebut perlu dilakukan.
Penelitian bertujuan untuk meningkatkan
produksi ayam buras melalui pemanfaatan jamu sebagai feed suplement.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Desa Garessi, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan Maret sampai Mei 2010.
Penelitian dilakukan dengan cara mem- bandingkan antara dua perlakuan, yaitu pemberian air (P0) dengan pemberian ja- mu (P1) dengan dosis 30 cc L-1 air pada
ayam buras. Perlakuan P0 ditempatkan pada kandang pertama, sedangkan per- lakuan P1 pada kandang kedua, masing perlakuan diulang sebanyak 2 kali, dan setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam umur 6 minggu (fase grower), jumlah ke- seluruhan populasi adalah 20 ekor. Pakan yang digunakan dalam kaji widya yaitu konsentrat BP 11-B adalah konsentrat je- nis butiran halus. Adapun kandungan nutrisi pakan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Komposisi Pakan BP 11-B
Nutrisi Pakan Kandungan (%)
Kadar Air Protein Lemak Serat Abu Calsium Phosphor
Minimal Minimal Maksimal Maksimal Minimal Minimal
13,0 21,0-23,0
5,0 5,0 7,0 0,90 0, 30/4 Sumber: PT Charoen Pokphan Indonesia, 2006
Parameter yang diamati adalah:
1) Konsumsi pakan, diamati setelah pem- berian pakan dengan interval satu minggu sekali. Pakan yang dihitung yaitu jumlah yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan yang diberikan se- lama satu minggu.
2) Pertambahan berat badan, diamati se- tiap seminggu sekali sesuai dengan ru- mus: PBB = BB Akhir – BB Awal.
3) Konversi pakan, diamati dengan mem- bandingkan pertambahan berat badan selama perlakuan dengan konsumsi pakan.
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji stasistik standar error untuk mengetahui perbedaan hasil antara kedua perlakuan.
Rumus standar error (Kerlinger, 2004) adalah sebagai berukut:
SE = n Sd
Dimana : SE = Standar Error SD = Standar defiasi n = Ulangan
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan
Dari pengamatan yang dilakukan maka di peroleh hasil konsumsi pakan dari ma- sing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa
rata-rata konsumsi P1 lebih tinggi di banding P0, yaitu P1 1976 g minggu-1 se- dangkan P0 1878 g minggu-1. Hasil ana-
lisis standar error menunjukan bahwa per- lakuan P1 berbeda nyata dengan Per- lakuan P0.
Gambar 1. Grafik konsumsi pakan rata-rata selama penelitian
Keterangan: P0: Tanpa pemberian jamu, P1: Perlakuan pemberian jamu
Perlakuan P1 (pemberian jamu) memberi- kan tingkat konsumsi pakan lebih tinggi menunjukan bahwa di dalam jamu ter- dapat beberapa kandungan dari tanaman obat-obatan yang bermanfaat untuk me- ningkatkan nafsu makan, mengurangi kan- dungan amonia dalam kotoran yang me- nimbulkan bau sehingga mengakibatkan ayam kurang nafsu makan dan perubahan cuaca yang tidak menentu sehingga me- nimbulkan penyakit serta mengurangi tingkat stres pada ayam. Di samping itu, pada jamu juga terdapat satu bahan yaitu Bio Plus yang berfungsi meningkatkan efesiensi pencernaan dan memberikan un- sur mikro berupa mineral dan vitamin yang bermanfaat untuk meningkatkan pro- duksi daging, mengurangi angka kemati- an, meningkatkan daya tahan tubuh ter- hindar dari kelumpuan dan menghilang- kan bau kurang sedap seperti amonia, H2S dan beberapa senyawa karbon serta gas-
gas yang berbahaya yang dihasilkan oleh mikroba yang merugikan. Hadjosworo dan Rukmiasih (2000) menyatakan bahwa konsumsi pakan yang diperlukan rata-rata 3.380 g dalam umur panen 12 minggu, hal ini sejalan dengan hasil yang didapatkan yaitu rata-rata 1680 g yang dimulai pada umur 6 minggu.
Pertambahan Berat Badan
Hasil penimbangan berat badan yang di- lakukan selama penelitian antara P0 (tan- pa perlakuan) dengan P1 (menggunakan jamu) dapat dilihat pada Gambar 2.
Pada Gambar 2 terlihat bahwa pertambah- an berat badan antara P0 dengan P1 berbeda nyata dimana P0 hanya mencapai rata-rata 362.5 g minggu-1 sedangkan P1 464.5 g minggu-1. Hasil ini menunjukan bahwa pemberian jamu dapat memberikan pertambahan berat badan. Wakradihardja
dan Erdavit (2003) menyatakan bahwa pemberian jamu yang mengandung ber- bagai zat aktif dari tanaman obat tradi- sional. Temulawak, kencur dan kunyit yang terkandung dalam jamu dapat me- ningkatkan nafsu makan dan meningkat- kan metabolisme tubuh ayam sehingga dapat mempengaruhi peningkatan dan pembentukan daging. Pemberian jamu dengan jumlah 0.04% kunyit di dalam pakan telah terbukti tidak menimbulkan dampak negatif terhadap ayam pedaging
dan bahkan dapat meningkatkan bobot badan serta menurunkan tingkat kematian.
Selain kunyit, rimpang temulawak dan kencur sering dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan jamu yang berkhasiat untuk memulihkan nafsu makan. Anonim (2002) telah mengkaji uji adaptasi teknologi pem- berian jamu pada ayam, menyatakan manfaat pemberian jamu dapat menghin- darkan ayam dari serangan penyakit, dan untuk meningkatkan dan mempertahankan suatu produksi.
Gambar 2. Grafik pertambahan berata badan selama penelitian
Keterangan: P0: Tanpa pemberian jamu, P1: Perlakuan pemberian jamu
Sudaryani dan Santosa (1995). Memper- kirakan berat badan ayam pada umur 12 minggu mencapai 750 g ekor-1 dengan konsumsi pakan 55 g ekor-1 hari-1. Se- dangkan Hadjosworo dan Rukmiasih (2000) menyatakan bobot hidup ayam kampung umur 12 minggu yaitu 720 g.
Konversi Pakan
Hasil pengamatan konsumsi dan pertam- bahan berat badan disajikan pada Gambar 3, menunjukan Rata-rata Konversi pakan
P1 lebih rendah konversi pakannya yaitu 4.3 dibandingkan P0 yaitu 5.2. Hasil analisis standar error menunjukan bahwa perlakuan P1 berbeda nyata dengan per- lakuan P0.
Gambar 3 menunjukan tingkat konversi pakan P0 (5.2) lebih tinggi dibanding P1 (4.3) disebabkan karena konversi pakan pada ternak ayam kampung banyak diper- untukan untuk kebutuhan serat kasar se- dangkan untuk pakan yang dikonversi menjadi bobot badan sangat sedikit.
Gambar 3. Grafik konversi pakan selama penelitian
Keterangan: P0: Tanpa pemberian jamu, P1: Perlakuan pemberian jamu
Sedangkan konversi pakan P1 lebih ren- dah berarti konversi pakan banyak di per- untukan untuk bobot badan. Hal ini ter- lihat jelas dimana pemberian jamu dapat mengurangi konversi pakan, karena jamu ada terdapat bahan-bahan bermanfaat un- tuk menurunkan konversi pakan seperti jahe dan temulawak yang dapat menim- bulkan nafsu makan. Jahe dapat memper- baiki penggunaan ransum dan dapat me- macu pertumbuhan ternak. Hadjosworo (2000) menyatakan bahwa konversi pakan ayam kampung yaitu 4,6 kg untuk mem- butuhkan 1 kg bobot badan sedangkan hasil penelitian mendapatkan tanpa perla- kuan (P0) rata-rata 5.2 kg sedangkan per- lakuan jamu (P1) yaitu rata-rata 4.3 kg.
Hal ini menunjukan dari perbandingan pakan dengan bobot badan terlihat bahwa hasil kaji widya perlakuan jamu (P1) memperbaiki penggunaan pakan karena hanya membutuhkan 4.3 kg pakan untuk 1 kg bobot badan.
KESIMPULAN
Pemberian jamu dengan dosis 30 cc L-1 air berbeda nyata dengan tanpa pemberian jamu, dengan hasil konsumsi ayam yaitu rata-rata 1.976 g, pertambahan berat ba- dan rata-rata yaitu 464,5 g, dan konversi pakan lebih rendah yaitu 4.3 kg. Sedang- kan untuk P0, konsumsi rata-rata 1.878 g, pertambahan berat badan rata-rata hanya 362.5 g, konversi pakan mencapai 5.2 kg untuk menghasilkan 1 kg bobot badan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002. Infovet, Majalah Peternak- an dan Kesehatan Hewan. Asohi, Jakarta.
BPS, 2009. Barru dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Kab. Barru.
Hardjosworo, S.P. dan Rukmiasih, 2000.
Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Kerlinger, F.N., 2004. Asas-asas Pene- litian Behavioral (Terjemahan L.
R Simatupang). Gajah Mada University, Jogjakarta.
Sudaryani, T. dan Santosa. H., 2003. Pem- bibitan Ayam Buras. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wakradiharja, E. dan Erdavit, 2004.
Agribisnis Ayam Kampung atau Ayam Buras Akrab Dusun.
Penerbit Eka Jaya, Jakarta.