• Tidak ada hasil yang ditemukan

INOVASI KURIKULUM PEMBELAJARAN YANG TEPAT DI ERA PANDEMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INOVASI KURIKULUM PEMBELAJARAN YANG TEPAT DI ERA PANDEMI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

89

INOVASI KURIKULUM PEMBELAJARAN YANG TEPAT DI ERA PANDEMI

Helmi Irfan

Mahasiswa BK-FKIP UKSW Salatiga

ABSTRAK

Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh belahan dunia termasuk di dalamnya Indonesia, telah berdampak pada berbagai sektor fundamental kehidupan negara. Salah satu sektor yang cukup terdampak adalah pendidikan, yang mana didalamnya mencakup kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan hal ini, pemerintah telah menetapkan kebijakan baru berupa dilangsungkannya pendidikan secara online dari rumah masing-masing guna mengantisipasi melonjaknya angka positif COVID-19. Pembelajaran online ini tentunya membutuhkan adanya inovasi atau perubahan kurikulum dan kompetensi di dalamnya. Pada pelaksanaanya, kurikulum yang berlaku di masa pandemi masih memiliki banyak kekurangan yang cukup merugikan peserta didik maupun pihak terkait lainnya. Kurikulum yang dipakai adalah Kurikulum 2013 yang menekankan banyak penilaian pada aspek sikap dan perilaku yang terbentuk, serta banyak menggunakan bahan ajar di dalamnya. Hal tersebut tentu tidak tepat, karena ketercapaian tujuan yang menjadi sasaran utama dalam kurikulum tidak terlaksana. Oleh karena itu, diperlukan inovasi dalam penyusunan kurikulum di era pandemi. Literatur konseptual ini bertujuan untuk membahas inovasi terkait kurikulum pendidikan yang tepat di era pandemi saat ini.

Kata kunci: kurikulum pembelajaran, pandemi

PENDAHULUAN

Dunia termasuk Indonesia saat ini tengah dihadapkan dengan adanya bencana non- alam berupa pandemi COVID-19 (Corona Virus Disease 2019). Terhitung sejak Maret 2020, pandemi ini ditetapkan sebagai bencana nasional bahkan internasional. Adanya penetapan pandemi sebagai bencana massal ini mengharuskan pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 yang semakin melonjak kala itu. Inovasi kebijakan baru tersebut juga ditujukan pemerintah guna menanggulangi dampak-dampak akibat pandemi COVID-19 pada berbagai sektor fundamental, salah satunya yakni sektor pendidikan.

Salah satu kebijakan baru yang ditetapkan adalah pelaksanaan pembelajaran daring atau online. Pada pertengahan bulan Maret, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim menerbitkan Surat Edaran No.4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan pembelajaran pada masa darurat pandemi COVID-19 yang didalamnya juga terdapat pokok penting tentang adanya keputusan pembatalan UN tahun 2020, penghapusan ujian praktik siswa dan lain sebagainya. Dengan adanya keputusan tersebut, proses belajar dan mengajar dan proses pendidikan dilakukan di rumah melalui bimbingan orang tua dan dikoordinasikan dengan tenaga pengajar di Sekolah melalui daring.

Pemberlangsungan proses pendidikan secara daring ini tidak serta merta berjalan baik. Dalam pelaksanaannya, hingga sekarang pun masih ditemui banyak masalah baik bagi orang tua, guru dan juga bahkan siswa sendiri. Permasalahan-permasalahan ini umumnya terletak pada faktor teknis berupa kurang terbiasa belajar jarak jauh, pembelajaran daring

(2)

90

kurang interaktif, kehadiran siswa yang tidak terkontrol, kendala jaringan internet, dan lain- lain. Permasalahan lain yang timbul adalah terkait kurikulum yang berlaku pada masa darurat pandemi COVID-19 sekarang ini.

Terkait dengan perihal di atas, baik guru, orang tua ataupun pihak-pihak terkait dituntut untuk dapat berperan kreatif dan inovatif, serta dapat menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang tengah berubah saat ini. Hal lain yang perlu dibehani adalah pemberlakuan kurikulum yang masih menitikberatkan pada proses pendidikan secara offline.

Kurikulum sendiri merupakan sebuah pedoman dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar yang ada di suatu instansi pendidikan. Sebagaimana halnya menurut Soedijarto (Umbu Tagela, 2020) kurikulum yakni “segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”. Dalam tautan makna yang serupa, Marlina (2013) mendefinisikan kurikulum sebagai “rangkaian proses pembelajaran guna membentuk peserta didik memiliki integritas dan sikap mandiri dalam menghadapi masa depan”.

Kurikulum yang berlaku saat ini memang sudah tersusun secara struktural dan sistematis, serta telah ditetapkan sejak awal. Akan tetapi, hendaknya kurikulum yang diberlakukan saat ini juga harus segera diinovasi dan disesuaikan dengan kondisi keterbatasan interaksi yang ada. Kegiatan belajar mengajar harus tetap berjalan guna mencapai tujuan pendidikan yang semestinya, meskipun di tengah kondisi yang kurang mendukung dan dengan segala keterbatasan yang ada. Oleh karenanya, hendaknya permasalahan yang ditemui termasuk penerapan kurikulum dalam pendidikan yang berlaku sekarang ini harus segera diatasi. Sehingga pembelajaran online yang masih berlangsung sekarang ini dapat berjalan maksimal dan optimal.

PROBLEMA PENERAPAN KURIKULUM DI ERA PANDEMI

Di era pandemi ini, sesuai dengan kebijakan baru yang ditetapkan oleh pemerintah, kurikulum yang berlaku masih Kurtilas atau Kurikulum 2013. Meskipun baru-baru ini pemerintah telah mengeluarkan kurikulum darurat dan juga kebijakan untuk tiap jenjang pendidikan melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri. Akan tetapi, pada pelaksanaanya masih sering ditemui permasalahan terkait penerapan kurikulum yang berlaku, baik Kurikulum 2013, kurikulum darurat ataupun kebijakan penyederhanaan kurikulum secara mandiri. Hal tersebut dikarenakan Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan banyak yang tidak melaksanakan perubahan kurikulum disesuaikan dengan kondisi yang ada dan tetap mengacu pada penggunaan Kurikulum 2013 secara utuh.

Menurut Masruroh (2020) permasalahan terkait penggunaan dan penerapan Kurikulum 2013, khususnya pada kondisi pandemi selayaknya yang terjadi sekarang ini antara lain adalah; (1) ketidaksiapan guru dalam menerapkan kurikulum di masa pandemi termasuk dalam penyusunan RPP; (2) sarana prasarana yang kurang memadai serta guru kesulitan memantau kondisi peserta didik; dan juga guru kesulitan dalam melakukan penilaian dan evaluasi hasil belajar peserta didik. Masalah atau problema lain sebagaimana yang dituliskan di atas yakni tetap diterapkannya kompetensi-kompetensi yang ada dalam Kurikulum 2013 tanpa ada perubahan atau penyesuaian pada kondisi lingkungan yang ada sekarang ini.

Kurikulum 2013 yang saat ini dipakai dalam sistem pendidikan Indonesia memiliki tiga aspek atau kriteria penilaian. Ketiga aspek penilaian tersebut yakni aspek pengetahuan,

(3)

91

aspek keterampilan dan aspek sikap atau perilaku. Dengan adanya situasi pandemi seperti sekarang ini, tentunya permasalahan yang timbul adalah ketidakmampuan tenaga pengajar dalam menerapkan ketiga aspek penilaian kurikulum tersebut di atas. Karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya pembelajaran tatap muka, maka aspek penilaian seperti sikap dan perilaku tidak mungkin dapat terpenuhi.

Selain daripada hal tersebut, pada pelaksanaan Kurikulum 2013 juga memakan banyak waktu untuk dapat memenuhi kompetensi-kompetensi yang ada, padahal pada situasi pandemi seperti sekarang ini jam pembelajaran berkurang cukup signifikan. Oleh karenanya, banyak aspek penilaian dan kompetensi kurikulum yang tidak dapat terpenuhi.

Merujuk pada hal tersebut, tentunya diperlukan inovasi kurikulum berupa pengurangan kompetensi, termasuk pengurangan mata pelajaran-mata pelajaran tertentu yang sekiranya kurang mendukung untuk dihilangkan selama sistem pembelajaran daring ini, serta proses pembelajaran dan evaluasi kurikulum yang telah ada agar tidak membebani peserta didik.

Sejalan dengan pendapat Novianti (2020) yang menyatakan bahwa siswa seharusnya tidak merasa terbebani dengan tugas yang diberikan Sekolah hanya sekadar untuk menuntaskan kurikulum.

INOVASI KURIKULUM DI ERA PANDEMI

Inovasi atau terobosan secara umum menurut Kristiawan, dkk (2018) diartikan sebagai suatu ide, barang, kejadian atau metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu berupa hasil penemuan yang telah ada maupun penemuan yang benar-benar baru. Sedangkan menurut Rogers (Nurdyansyah & Andiek, 2015), inovasi diartikan sebagai ide, praktik atau objek yang dianggap baru oleh tiap-tiap individu atau organisasi terhadap sebuah penyesuaian.

Sehingga dapat dikatakan bahwa inovasi secara garis besar adalah perubahan, yang dalam literatur ini perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan akibat adanya situasi pandemi COVID-19. Perubahan yang terjadi kaitannya dengan kurikulum dalam bidang pendidikan dimana pembelajaran dilakukan secara online.

Adanya pembelajaran online atau pembelajaran jarak jauh dari rumah tersebut mengakibatkan terjadinya pergeseran atau perubahan kurikulum beserta kompetensi dan praktiknya. Tanner & Tanner (Setiadi, 2016) menyatakan pendapat bahwa kurikulum merupakan bimbingan pengalaman belajar yang direncanakan secara matang dan hasil belajar yang diharapkan diformulasikan melalui penyatuan kembali pengetahuan dan pengalaman sistematis di bawah bimbingan Sekolah guna menunjang pertumbuhan dan kemampuan personal akademik dan non-akademik tiap-tiap peserta didik. Kurikulum dengan pelaksanannya sangat bergantung pada dinamika lingkungan sekitar yang terus menerus berubah.

Inovasi kurikulum, terutama dalam kondisi pandemi seperti saat ini tentunya akan sangat berperan signifikan terhadap keberlangsungan pelaksanaan pendidikan, utamanya pada sisi peserta didik. Inovasi kurikulum merupakan suatu bentuk perubahan yang dilakukan oleh pengembang, yang dalam hal ini adalah pemerintah melalui Kementrian Pendidikan ataupun pihak-pihak terkait lainnya, guna beradaptasi menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan penunjang. Menurut Retnawati, dkk (Setiadi, 2016), “perubahan kurikulum membuahkan suatu tantangan bagi pemerintah”. Perubahan-perubahan tersebut

(4)

92

pada awalnya tentu akan menyebabkan adanya masa peralihan yang ditandai dengan ketidaklancaran implementasi berbagai lini kurikulum seperti tujuan, isi dan bahan pelajaran.

Fatimah (2021) dalam penelitiannya mengatakan bahwa “inovasi kurikulum harus berupa hasil pemikiran orisinil, kreatif dan tidak konvensional. Artinya, inovasi adalah alternatif pemecahan masalah”. Merujuk pendapat tersebut, inovasi yang dilakukan pada kurikulum harus menjadi mampu menjadi solusi permasalahan kurikulum yang ada sekarang, bukan sebagai biang permasalahan baru yang timbul dan semakin memperparah kurikulum yang sudah ada. Inovasi kurikulum tersebut dapat dilakukan di setiap lini kurikulum. Tidak hanya isi, tetapi juga dari awal hingga akhir kompetensi kurikulum.

Nasution & Flores (2020) perubahan komponen kurikulum dapat dilakukan pada beberapa bagian, yakni; (1) Tujuan; (2) Isi Materi; (3) Proses pembelajaran; dan (4) Penilaian atau evaluasi. Komponen kurikulum merupakan satu kesatuan dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Oleh karenanya, apabila ingin dilakukan inovasi kurikulum yang tepat sesuai dengan kondisi pandemi saat ini, yakni dengan mengubah atau menginovasi keseluruhan komponen atau bagian kurikulum itu sendiri.

KOMPONEN KURIKULUM YANG PERLU DIINOVASI

Merujuk paparan pendapat di atas, (Sudrajat dkk., 2020) menyatakan bahwa terdapat 4 (empat) bagian atau komponen kurikulum yang kiranya perlu dibenahi dan diinovasi sesuai dengan kondisi Indonesia yang terdampak pandemi COVID-19 sekarang ini.

Empat bagian tersebut antara lain adalah:

Tujuan

Komponen pertama dan utama adalah tujuan kurikulum. Tujuan kurikulum ini sangat strategis perannya. Karena dengan tujuan kurikulum yang jelas, komponen lain akan menjadi terarah. Dengan adanya tujuan kurikulum juga dapat membantu memperhitungkan atau memprediksi adanya kemungkinan kegagalan proses pembelajaran dan penerapan kurikulum. Sehingga penting adanya penetapan tujuan kurikulum yang jelas dan mengedepankan pencapaian tujuan pendidikan guna menyusun tujuan kurikulum. Tujuan penting kurikulum menurut Lewy (Fajri, 2019) diantaranya meliputi nilai dan kompetensi yang harus dipunyai peserta didik seusai mengikuti pembelajaran. Hal tersebut yang menjadi salah satu pokok permasalahan kurikulum di era pandemi.

Dalam konteks kurikulum di era pandemi, komponen tujuan kurikulum juga hendaknya mengalami perubahan atau inovasi sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada di lingkungan sekitar. Adanya COVID-19 telah mempengaruhi dan mengubah situasi pembelajaran beserta tujuan pembelajaran itu sendiri. Meskipun tidak seluruhnya berubah, hampir sebagian besar tujuan pembelajaran mengalami penambahan atau juga pengurangan di dalamnya. Untuk itu diperlukan peruabahan pada tatanan tujuan kurikulum itu sendiri.

Inovasi kurikulum dalam komponen tujuan di era pandemi ini hendaknya dilandaskan pada asas pengembangan kurikulum seperti asas sosiologis dan teknologis.

Asas sosiologis adalah dimana kurikulum tidak jauh terlepas dari kondisi lingkungan masyarakat, contohnya seperti sekarang ini dengan adanya pandemi COVID-19. Inovasi tujuan dengan memperhatikan asas sosiologis harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat, sehingga penerapannya efektif. Sedangkan melalui asas teknologis artinya

(5)

93

inovasi tujuan kurikulum hendaknya memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam kondisi pandemi, dengan dijalankannya pembelajaran daring memanfaatkan teknologi dan informatika, tentunya asas teknologis ini sangat penting perannya.

Melalui perumusan tujuan yang tepat, Sanjaya (2007) berpendapat hal tersebut akan membantu mengarahkan siswa kepada sasaran yang jelas, membantu inovator kurikulum untuk mendesain kurikulum dan komponen di dalamnya, serta menentukan kontrol pembelajaran yang pas. Inovasi tujuan kurikulum tersebut hanya akan berdampak pada tujuan kurikuler dan instruksional, tanpa mengubah tujuan pendidikan nasional dan tujuan institusional itu sendiri. Serta juga perubahan tujuan kurikulum tersebut akan memudahkan tenaga pengajar dalam proses pembelajaran dengan mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik dalam situasi serba keterbatasan sekarang ini.

Isi atau Materi

Perubahan tujuan kurikulum tidak akan ada maknya apabila tidak diiringi dengan inovasi yang sama pada bahan ajar. Merujuk pada Kurikulum 2013 yang memanfaatkan bahan ajar yang begitu banyak yang berasal dari berbagai macam sumber referensi, tentunya apabila diterapkan dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini. Adanya pengurangan jam juga akan mempengaruhi penyampaian materi pembelajaran apabila tetap mengacu pada kurikulum pada sistem pembelajaran manual. Inovasi isi kurikulum ini juga termasuk pada pengurangan mata pelajaran yang dirasa tidak menunjang akademis peserta didik, yang seharusnya bisa dikurangi tetapi tidak dilakukan.

Guna menginovasi isi kurikulum untuk mempermudah penentuan bahan ajar tentunya diperlukan berbagai cara. Salah satunya dengan memperhatikan aspek filosofis pengembangan kurikulum. Asas filosofis ini berkaitan dengan nilai sosio-kultur yang berlangsung di dalam kehidupan bermasyarakat dan menjadi acuan dalam berperilaku serta bersikap. Inovasi isi kurikulum di tengah pandemi ini hendaknya juga beracuan pada asas filosofis tersebut. Artinya, meski memanfaatkan penggunaan teknologi dan melaksanakan pembelajaran dari rumah masing-masing, peserta didik harus tetap dapat menghormati nilai-nilai yang ada di masyarakat. Untuk itu, diperlukan penerapan asas filosofis dalam inovasi isi kurikulum guna mempersiapkan peserta didik untuk tetap hidup bermasyarakat dan memperhatikan nilai sosio-kultur yang ada meskipun dalam kondisi terbatas.

Asas lain yang juga perlu diperhatikan dalam inovasi isi kurikulum adalah asas psikologis yang berkaitan dengan kondisi psikis dan mental peserta didik. Dengan adanya kondisi pandemi seperti sekarang ini, tentunya kondisi dalam diri peserta didik juga terganggu akibat tidak lancarnya interaksi sosial, terancamnya kesehatan dan lain sebagainya. Isi kurikulum juga hendaknya memperhatikan hal tersebut, agar peserta didik merasa tenang dan tidak stres ketika belajar di tengah kondisi pandemi sekarang ini. Selain itu, asas yang tidak kalah penting adalah asas teknologis. Pembelajaran online tentu memerlukan kemampuan IT yang cakap, baik itu peserta didik sendiri ataupun orang tua sebagai pengajar sementara. Tidak semua peserta didik dan orang tua memahami teknologi dengan baik. Untuk itu, inovasi isi kurikulum juga harus memperhatikan kondisi tersebut.

Selain isi kurikulum, inovasi juga harus dilakukan pada materi atau bahan ajar yang akan diberikan kepada peserta didik. Sanjaya (Sudrajat dkk., 2020) menyarankan penyeleksian materi ajar kurikulum harus memperhatikan; (1) identifikasi kebutuhan; (2)

(6)

94

bahan atau isi kurikulum; (3) analisis isi kurikulum; dan (4) memutuskan pilihan materi.

Kiranya, mengidentifikasi kebutuhan peserta didik dalam hal ini sangat penting. Karena pada kondisi pandemi sekarang ini, kebutuhan peserta didik dalam berbagai aspek sangat banyak.

Materi kurikulum atau bahan ajar tentunya harus mencakup apa-apa saja yang peserta didik butuhkan dan perlukan dalam menghadapi pandemi COVID-19 ini.

Proses Pembelajaran

Demi ketercapaian tujuan kurikulum, tentu diperlukan adanya proses pembelajaran yang baik dan terstrategi. Strategi pembelajaran yang baik akan membuat penyampaian bahan ajar menjadi efektif dan efisien. Strategi pembelajaran menurut Anitah (2007) adalah pola kegiatan pembelajaran yang telah ditentukan dan dipakai oleh tenaga pengajar secara kontekstual, sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, kondisi lingkungan sekitar, serta tujuan khusus pembelajaran yang telah dirumuskan. Dalam kondisi pandemi yang tengah bergejolak, strategi penyampaian bahan ajar sangat penting agar tidak membebani peserta didik.

Selama masa pandemi COVID-19 sekarang ini, pemerintah menerapkan proses belajar mengajar secara daring atau pembelajaran jarak jauh dari rumah masing-masing dengan memanfaatkan teknologi audio, video atau keduanya. Dengan adanya penerapan pembelajaran daring tentu tidak akan semaksimal seperti ketika proses pembelajaran dilakukan secara tatap muka. Senada dengan pendapat Pratama & Mulyati (Zahrawati &

Indah, 2021) bahwa pembelajaran konvensional akan lebih efektif dan sesuai dengan isi Kurikulum 2013 daripada kelas online. Oleh karenanya, skenario proses pembelajaran perlu dirancang secara matang, agar peserta didik tetap aktif terlibat pada proses belajarnya. Hal tersebut yang masih kurang diperhatikan tenaga pengajar dalam menghadapi kelas online yang diterapkan selama pandemi ini.

Inovasi proses pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada kreativitas tenaga pengajar itu sendiri. Untuk itu, tenaga pengajar entah itu guru di Sekolah atau orang tua di rumah dituntut untuk dapat kreatif dalam membangun suasana dan semangat belajar melalui proses pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran tersebut dapat dilakukan melalui berbagai macam aplikasi dan teknologi, seperti media berbasis text (web-based learning, google classroom, grup WA, dll.) dan juga media audio video (zoom, google meet, WA group call, dll.), atau aplikasi gabungan media text dan audio video seperti aplikasi Lark.

Guru atau pihak Sekolah tentunya bebas dalam menentukan aplikasi pembelajaran daring apa yang akan digunakan. Akan tetapi juga diperlukan penyesuaian terhadap kompetensi dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Kemampuan guru juga peserta didik dalam mengakses dan menggunakan aplikasi juga patut diperhitungkan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kebutuhan internet untuk mengakses aplikasi pembelajaran online tersebut. Sedangkan, pemerataan internet di Indonesia masih terbilang rendah, banyak guru dan peserta didik yang masih belum mampu membayar internet atau mengakses internet itu sendiri. Sehingga, hal tersebut perlu menjadi pertimbangan utama guna melaksanakan proses belajar mengajar secara tatap maya.

(7)

95 Penilaian atau Evaluasi

Komponen penilaian atau evaluasi juga penting untuk diinovasi di tengah kondisi pembelajaran online akibat pandemi. Dalam sistem pendidikan, komponen evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang mesti ditempuh tenaga pengajar untuk mengetahui keaktifan proses belajar mengajar (Arifin, 2012). Evaluasi sendiri menurut Worthen (Sudrajat dkk., 2020) adalah “the determination of thing” atau penentuan nilai suatu hal. Dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan kurikulum atau tujuan pembelajaran, evaluasi memiliki fungsi strategis guna memastikan tercapainya seluruh rencana yang telah ditetapkan sejak awal. Dengan adanya evaluasi, baik guru, kepala Sekolah atau pihak terkait dapat mengantisipasi dan mengidentifikasi kesalahan, permasalahan atau kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran dari awal hingga akhir.

Evaluasi pembelajaran baik ketercapaian tujuan, penyerapan isi dan proses pembelajaran selama masa pandemi ini dapat dilakukan dengan banyak cara. Dapat dilakukan melalui private chat WA, mengisi google form, melalui aplikasi text dan dikirim e- mail atau juga melalui web. Evaluasi secara online juga dapat dilakukan dengan cara lisan, melalui aplikasi audio video online. Hal ini tentu memerlukan kebijakan yang tepat, karena tiap-tiap aplikasi untuk evaluasi pastinya memiliki kekurangan tersendiri. Penilaian yang dilakukan guru dengan memanfaatkan media text atau tertulis misalnya. Kekurangan media evaluasi atau penilaian ini adalah adanya kemungkinan peserta tidak jujur dalam mengerjakan tes. Evaluasi secara lisan menggunakan media audio video juga memiliki kendalanya tersendiri, seperti membutuhkan jaringan internet yang kuat, apabila direkam ukuran file cukup besar, dan juga terkadang banyak gawai yang tidak men-support media ini.

Oleh karenanya, evaluasi pembelajaran dalam sistem pendidikan online ini perlu diperhatikan dengan saksama. Perlu inovasi kreatif dari berbagai pihak guna melakukan evaluasi pembelajaran secara objektif di tengah pandemi. Dalam hal ini, feedback peserta didik akan keseluruhan pelaksanaan kurikulum sangat diperlukan. Karena tidak mungkin apabila evaluasi tersebut dilakukan dengan cara manual atau offline. Pada sisi lainnya, bukan hal yang mustahil apabila evaluasi dilakukan dengan membuka forum aspirasi virtual dengan orang tua menggunakan aplikasi audio video atau sekadar melalui private chat WA.

Hal ini ditujukan guna mendapatkan hasil evaluasi atau penilaian yang lebih objektif, komprehensif dan signifikan.

PENUTUP

Merujuk uraian-uraian di atas, kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa perlu adanya inovasi, perubahan atau pengembangan Kurikulum 2013 yang digunakan dalam sistem pendidikan online selama masa pandemi ini. Hal tersebut dikarenakan masih terdapat banyak kendala terkait penerapan kurikulum sekarang ini. Apabila kendala-kendala tersebut dapat diatasi dan kurikulum yang ada dibenahi dan diinovasi sesuai situasi terkini, tentu proses pendidikan online dan tujuan pendidikan akan tetap terlaksana secara maksimal.

Merujuk pendapat Tafsir (2004) bahwa inovasi kurikulum tidak dapat dilakukan sembarangan, dan harus didasarkan pada pertimbangan matang agar dapat menjadi pijakan proses pendidikan, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai optimal. Pemerintah dalam hal ini juga telah memberikan solusi berupa dikeluarkannya keputusan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terkait kurikulum darurat dan kebijakan pengurangan

(8)

96

kompetensi kurikulum secara mandiri di tiap-tiap jenjang pendidikan selama masa pandemi dan pembelajaran online berlangsung.

REFERENSI

Anitah, S. 2007. Strategi pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

Arifin, Z. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementrian Agama.

Fajri, K. N. 2019. Proses Pengembangan Kurikulum. Islamika, 1(2), 35-48.

https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/islamika/article/view/193/162 diakses pada 27 September 2021

Fatimah, I. F. 2021. Strategi Inovasi Kurikulum. EduTeach: Jurnal Edukasi dan Teknologi

Pembelajaran, 2(1), 16-30.

https://ejurnal.umri.ac.id/index.php/eduteach/article/view/2412/1380 diakses pada 28 September 2021

Kristiawan, M., dkk. 2018. Inovasi Pendidikan. Ponorogo: WADE Group.

Marlina, M. E. 2013. Kurikulum 2013 yang berkarakter. JUPIIS, 5(2), 27-38.

https://scholar.archive.org/work/lf5xh5hegnesrlf7mz54kissbm/access/wayback/http:

//jurnal.unimed.ac.id:80/2012/index.php/jupiis/article/download/1112/871 diakses pada 28 September 2021

Masruroh, S. 2020. Analisis Permasalahan Standar Proses Kurikulum 2013 Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Simki Pedagogia, 3(6), 33-41.

https://jiped.org/index.php/JSP/article/view/84 diakses pada 25 September 2021 Nasution, A.H. & Flores, T. 2020. Kurikulum dan Pembelajaran Sejarah. Medan: Yayasan Kita

Menulis.

Novianti, D. E. 2020. Kurikulum dan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid 19 Apa dan Bagaimana?. Prosiding Nasional Pendidikan: LPPM IKIP PGRI Bojonegoro, 1(1).

https://prosiding.ikippgribojonegoro.ac.id/index.php/Prosiding/article/view/1014 diakses pada 28 September 2021

Nurdyansyah & Andiek, W. 2015. Inovasi Teknologi Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Sanjaya, W. 2007. Kajian Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Setiadi, H. 2016. Pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian dan Evaluasi

Pendidikan, 20(2), 166-178.

https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/7173/8446 diakses pada 26 September 2021

Sudrajat, T., Komarudin, O., & Zaqiah, Q. Y. 2020. Inovasi Kurikulum dan Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 6(3), 339-347.

http://jurnal.peneliti.net/index.php/JIWP/article/view/346 diakses pada 25 September 2021

Tafsir, A. 2004. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(9)

97

Tagela, U. 2020. Kurikulum dan Pembelajaran. Salatiga: Widya Sari Press.

Zahrawati, F., & Indah, I. 2021. Penerapan Pembelajaran Daring dengan Kurikulum 2013 pada Masa Pandemik COVID-19 di SMA Negeri 1 Nunukan. Jurnal Ilmiah Iqra', 15(1), 48-58. http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/JII/article/view/1409 diakses pada 28 September 2021

https://kumparan.com/shofi-nur-azizah/permasalahan-kurikulum-2013-di-masa-pandemi- covid-19-1vb6vlxzEHH/1 diakses pada 27 September 2021

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/mendikbud-terbitkan-se-tentang-

pelaksanaan-pendidikan-dalam-masa-darurat-covid19 diakses pada 27 September 2021

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/08/kemendikbud-terbitkan-kurikulum-

darurat-pada-satuan-pendidikan-dalam-kondisi-khusus diakses pada 27 September 2021

(10)

98

Referensi

Dokumen terkait

Merujuk pada pembahasan diatas Abidin, Z (2020) Permasalahan yang timbul dari pembelajaran jarak jauh cukup meresahkan baik bagi guru, siswa, maupun orang

Namun kondisi pandemi Covid-19 berdampak pada pendidikan Indonesia sehingg pembelajaran dilakukan secara Belajar Dari Rumah (BDR). Perubahan kurikulum pun di buat

Peluang usaha startup di era digital seperti sekarang ini sangatlah besar apalagi dengan kondisi pandemi yang sangatlah membatasi ruang gerak hampir seluruh

Skripsi yang berjudul : Pendekatan Dakwah Dalam Aktivitas Pendampingan Lansia Pada Yayasan Uma Kandung Kota Banjarmasin, Nama Aulia Anggiliani Istiqomah,

(Daryanto, 2014: 81) Dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran maka didalamnya terdapat beberapa kegiatan yang harus ditempuh bagi guru maupun siswa dalam kegiatan belajar

perencanaan selama pandemi covid-19 di LKP Lubuk Akal yakni menyesuaikan kurikulum sebelum masa pandemi dengan menyesuaikan selama masa pandemi yang berupa pertemuan

Pada hasil deteksi tepi dengan metode Prewitt pada citra terfilter tersebut (Gambar 2.9(b)), nampak bahwa sebagian derau yang terdeteksi sebagai tepi berkurang..

Untuk menghitung produksi dum truck dapat dihitung dengan persamaan berikut: Produktivitas Dumptruck = Keterangan : C Eff = 11,36 Bcm = 0,8 (data perusahaan) CT = 5,11 (lampiran