• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDUGAAN BOBOT BADAN MELALUI UKURAN TUBUH PADA KAMBING KACANG DI MANOKWARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDUGAAN BOBOT BADAN MELALUI UKURAN TUBUH PADA KAMBING KACANG DI MANOKWARI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia”

97

PENDUGAAN BOBOT BADAN MELALUI UKURAN TUBUH PADA KAMBING KACANG DI MANOKWARI

Nani Zurahmah

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Manokwari Korespondensi Penulis: Nani Zurahmah, muinunipa@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan menduga bobot badan kambing kacang dewasa di Manokwari menggunakan empat formula. Keempat formula tersebut adalah: (1) model regresi terbaik hasil analisis data bobot badan (kg) dengan data lingkar dada (cm), panjang badan (cm), dan tinggi badan (cm); (2) formula-1 dari Khan et al. (2004): [W = (G + L)2/X], dimana W = bobot badan (lbs), G = lingkar dada (inch), L

= panjang badan (inch), X = lingkar dada, bernilai 17 bila lingkar dada berukuran 15 – 19 inch, bernilai 13,5 bila lingkar dada berukuran 20 – 25 inch, dan bernilai 12 bila lingkar dada

berukuran 25 inch ke atas; (3) formula-2 dari Khan et al. (2004): [bobot badan (lbs) = {(lingkar dada)2 x panjang badan}/300]; dan (4) formula-3 dari Ardjodarmoko (1975): [bobot badan = [(lingkar dada)2 x panjang badan] /104]. Penelitian menggunakan kambing kacang dewasa jantan dan betina masing- masing 30 ekor. Kambing penelitian tersebut diambil dari tiga distrik (Manokwari Barat, Prafi, dan Masni), masing-masing distrik diambil secara acak 10 ekor jantan dan 10 ekor betina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) bobot badan kambing kacang jantan dewasa di Manokwari dapat diduga menggunakan model regresi: bobot badan = - 24.3 + 0.467 lingkar dada + 0.317 panjang badan (R2=61%) dan dapat pula menggunakan formula Ardjodarmoko (1975); (2) bobot badan kambing kacang betina dewasa di Manokwari dapat diduga menggunakan model regresi: bobot badan = - 29 + 0.643 lingkar dada + 0.170 tinggi badan (R2=76,4%) dan dapat pula menggunakan formula Ardjodarmoko (1975); (3) formula-1 dan formula-2 dari Khan et al. (2004) tidak dapat digunakan untuk menduga bobot badan kambing kacang dewasa jantan maupun betina di Manokwari karena kedua formula tersebut memiliki akurasi yang rendah.

Kata kunci: ukuran tubuh, bobot badan, kambing kacang, Manokwari.

1. Pendahuluan

Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia. Bangsa kambing ini menduduki urutan terbanyak dari populasi kambing di Manokwari, sedangkan bangsa kambing lainnya adalah kambing Peranakan Etawa (PE) yang baru diintroduksikan di Manokwari sekitar 6 tahun terakhir ini (Dinas Peternakan, Dati II Manokwari, 2016). Kambing Kacang dipelihara peternak untuk dimanfaatkan dagingnya. Pada umumnya bangsa kambing ini dipelihara secara ekstensif di Manokwari. Hingga kini, usaha peternakan kambing Kacang ini memberi kontribusi cukup berarti dalam mensejahterakan peternak, terutama menjelang Hari Raya Kurban, dimana transaksi jual-beli ternak kambing meningkat pesat. Faktor penentu nilai jual seekor kambing adalah bobot badannya, karena bobot badan berkorelasi erat dengan bobot karkas. Bobot karkas kambing Kacang berkisar 45 –55% dari bobot badannya (Sumoprastowo, 1980). Oleh sebab itu, penentuan bobot badan kambing Kacang merupakan hal penting dalam kegiatan perdagangan jenis ternak ini.

Bobot badan seekor ternak hanya dapat diketahui secara tepat melalui penimbangan.

Namun dalam situasi dan kondisi tertentu, terutama pada kondisi peternakan rakyat, jarang

tersedia alat timbangan ternak. Oleh sebab itu dibutuhkan cara lain yang dianggap praktis

untuk menduga bobot badan seekor ternak. Beberapa peneliti melaporkan bahwa terdapat

(2)

“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia”

98 korelasi antara bagian-bagian tubuh tertentu pada kambing dengan bobot badannya (Tandon, 1966; Mittal dan Pandey, 1975; Singh et al., 1987; Murwanto, 1985; Davendra dan Burns, 1994). Berdasarkan informasi ini maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan menemukan formula pendugaan bobot badan kambing kacang jantan dan betina dewasa pada kondisi pemeliharaan di Manokwari menggunakan ukuran tubuhnya, dan membandingkan akurasinya dengan formula pendugaan bobot badan kambing yang ditemukan oleh Khan et al. (2004) dan Ardjodarmoko (1975). Hasil penelitian ini akan menemukan formula untuk menduga bobot badan kambing kacang dewasa di Manokwari yang memiliki akurasi tinggi sehingga formula tersebut dapat dimanfaatkan para peternak setempat dalam menaksir bobot badan maupun nilai jual kambing Kacang dewasa yang layak di Manokwari.

2. Tinjuan Pustaka

Hasil survey Martojo dkk. (1984) menginformasikan bahwa ukuran kambing Kacang relatif sama dengan kambing-kambing asli di Negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Pengamatan di Rumah Potong Hewan Semarang ditemukan rata-rata bobot badan, lingkar dada dan panjang badan kambing Kacang berturut-turut 22,78 kg, 64,12 cm, dan 61,54 cm untuk jantan, dan 18,81 kg, 65,18 cm, dan 60,46 cm untuk betina (Fapet UGM, 1977). Tilman (1981) melaporkan bahwa bobot badan kambing Kacang jantan dewasa adalah 35 kg dan pada betina adalah 30 kg. Astuti (1984) melaporkan bahwa rata-rata bobot badan kambing Kacang dewasa di dataran tinggi Tretep, Temanggung adalah 42,75 kg untuk jantan dan 29,74 kg untuk betina. Sementara Murwanto (1985) melaporkan bobot badan rata-rata kambing Kacang dewasa di dataran tinggi di Manokwari sebesar 26,43 kg untuk jantan dan 24,10 kg untuk betina. Tabel 1 menyajikan beberapa ukuran tubuh kambing Kacang dewasa (umur ≥ 1 tahun) di beberapa wilayah di Indonesia.

Beberapa peneliti melaporkan bahwa beberapa ukuran bagian tubuh pada kambing

berkorelasi dengan bobot badannya. Galeon (1951) mengkaji berbagai hubungan bentuk luar

tubuh pada anak kambing lokal Filipina dan melaporkan adanya korelasi positif yang nyata

antara bobot badan dengan lingkar dada, antara bobot badan dengan panjang badan, dan

antara panjang badan dengan lingkar dada, namun tidak ada korelasi antara bobot badan

dengan tinggi pundak.

(3)

“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia”

99 Tabel 1. Beberapa ukuran bagian-bagian tubuh kambing Kacang dewasa (umur ≥ 1 tahun) di

beberapa wilayah di Indonesia

Seks Karakteristik Lokasi

Kiaralawang1 Ciangsa1 Padang1 Sowi2 Kebar2

Jantan

Tinggi pundak - 56,0 52,8 - -

Tinggi pinggul - 56,0 47,0 - -

Panjang badan - 58,4 54,4 53,8 57,6

Dalam dada - 26,2 23,0 - -

Lebar dada - 14,4 13,0 - -

Lebar pinggul - 9,0 10,7 - -

Panjang pantat - 18,4 15,9 - -

Panjang kepala - 21,0 20,0 - -

Lebar kepala - 11,6 10,4 - -

Lingkar dada - 69,5 57,0 65,0 71,7

Panjang telinga - 18,0 11,0 - -

Betina

Tinggi pundak 55,4 52,5 49,6 - -

Tinggi pinggul 55,2 54,8 53,6 - -

Panjang badan 53,2 55,5 53,3 56,0 57,1

Dalam dada 23,6 24,2 23,5 - -

Lebar dada 12,5 14,0 11,9 - -

Lebar pinggul 12,0 11,6 10,6 - -

Panjang pantat 16,3 16,8 15,7 - -

Panjang kepala 19,1 19,5 18,8 - -

Lebar kepala 10,4 10,2 10,3 - -

Lingkar dada 61,0 62,8 62,8 69,4 70,4

Panjang telinga 15,3 15,2 12,1 - -

1

Katsumata et al. (1981)

2

Murwanto (1985).

Tandon (1966) melaporkan adanya korelasi yang sangat nyata antara log bobot badan dengan log panjang badan (0,63 – 0,85), dan antara log bobot badan dengan log lingkar dada (0,59 – 0,87) untuk induk kambing Beetal. Mittal dan Pandey (1975) melaporkan bahwa pada kambing Barbari dan Jamnapari, panjang tulang kanon berkorelasi dengan panjang badan (0,52 – 0,99) dan dengan bobot badan (0,63 – 0,91). Selanjutnya Sing dkk. (1979) mengkaji berbagai ukuran tubuh dari 193 kambing Benggala Hitam pada berbagai umur, dan mendapatkan adanya korelasi sangat nyata antara bobot badan dengan panjang badan (0,64), dengan tinggi badan (0,57), dengan lingkar dada (0,74), dan dengan lingkar perut (0,74).

Singh (1987) juga melaporkan bahwa untuk anak kambing silangan Angora x Gaddi, lingkar dada dapat digunakan sebagai indikator dalam mengestimasi bobot badan pada jantan (r = 0,34 – 0,80) dan pada yang betina (r = 0,26 – 0,80) pada umur 12 bulan. Murwanto (1985) melaporkan adanya hubungan yang sangat nyata antara bobot badan dengan lingkar dada dan panjang badan pada kambing Kacang betina saat menyusui.

Beberapa peneliti telah mengembangkan formula pendugaan bobot badan kambing

melalui ukuran tubuhnya. Khan et al. (2004) telah menemukan dua formula untuk menduga

bobot badan kambing, sedangkan di Indonesia telah pula ditemukan formula oleh

Ardjodarmoko (1975). Dalam penelitian ini ketiga formula tersebut akan dibandingkan

akurasinya dengan formula yang ditemukan dalam penelitian ini dalam hal menduga bobot

badan kambing kacang di Manokwari.

(4)

“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia”

100

3. Metodologi

Metode penelitian yang digunakan adalah survey dan pengamatan/ pengukuran langsung di lapang. Jumlah sampel kambing Kacang dewasa yang akan diambil sebanyak 60 ekor (30 jantan dan 30 betina). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive

sampling, yaitu sampel yang diambil telah ditetapkan berdasarkan kriteria tertentu:

(1) kambing Kacang jantan maupun betina (tidak bunting) berumur ≥ 1 tahun (berdasarkan gigi geligi); (2) dipelihara secara tradisional di wilayah penelitian di kabupaten Manokwari, yaitu distrik Manokwari Barat, Prafi, dan Masni. Ketiga distrik ini dipilih sebagai wilayah penelitian karena memiliki populasi kambing tergolong tinggi di Kabupaten Manokwari (Dinas Peternakan, Dati II Manokwari, 2016). Masing-masing distrik akan diambil sampel kambing Kacang dewasa sebanyak 20 ekor (10 jantan dan 10 betina).

Data yang diambil adalah bobot badan, panjang badan, lingkar dada dan tinggi badan dari masing-masing kambing Kacang terpilih. Adapun metode pengumpulan data yang dimaksud, sebagai berikut (Davendra and Burns, 1994):

1. Bobot badan (kg), diukur dengan menimbang kambing sampel menggunakan timbangan berkapasitas 120 kg, dengan ketelitian 0,5 kg.

2. Panjang badan (cm), yaitu jarak dari sendi bahu sampai ke tepi belakang tulang pelvis, diukur menggunakan tongkat ukur.

3. Lingkar dada (cm), diukur dengan melingkarkan pita ukur mengikuti lingkar dada atau tubuh dibelakang bahu.

4. Tinggi badan/pundak (cm), diukur dengan tongkat ukur dari bagian pundak ke permukaan tanah mengikuti garis tegak lurus.

Data yang diperoleh dianalisis dengan cara, sebagai berikut:

1. Data bobot badan dan ukuran tubuh (panjang badan, lingkar dada dan tinggi badan) kambing Kacang dewasa (jantan dan betina) yang diperoleh dari lapangan dilakukan analisis deskriptif.

2. Pendugaan bobot badan kambing Kacang dewasa (baik yang jantan maupun betina) dilakukan menggunakan formula, sebagai berikut:

a. Formula regresi terbaik (Stepwise Regression) yang ditemukan dari penelitian ini.

b. Formula-1. (Khan et al., 2004) W = (G + L)

2

/X

dimana;

W = bobot badan kambing (lbs) G = lingkar dada (inch)

L = Panjang badan (inch)

X = 17 bila lingkar dada berkisar dari 15 – 19 inch X = 13,5 bila lingkar dada berkiswar dari 20 – 25 inch X = 12 bila lingkar dada sebesar 25 inch ke atas.

c. Formula-2. (Khan et al., 2004)

Bobot badan (lbs) = [(Lingkar dada)

2

x Panjang badan] / 300 d. Formula-3. (Ardjodarmoko, 1975)

Bobot badan = [ (Lingkar dada)

2

x (Panjang badan) ] / 10

4

3. Membandingkan akurasi dari keempat formula berdasarkan uji t data berpasangan antara

bobot badan sesungguhnya dengan bobot badan dugaan. Bila hasil uji t tersebut signifikan

(5)

“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia”

101 berarti data bobot badan dugaan berbeda dengan data bobot badan sesungguhnya. Formula yang menghasilkan data bobot badan dugaan tersebut dinyatakan sebagai formula yang tidak akurat. Semakin tinggi tingkat signifikansinya berarti semakin tidak akurat formula tersebut. Berdasarkan uji t berpasangan ini maka dapat diketahui formula pendugaan bobot badan kambing kacang yang akurat untuk diaplikasikan di Manokwari.

4. Hasil dan Pembahasan

Performans Kambing Kacang Penelitian

Deskripsi hasil pengukuran panjang badan (cm), lingkar dada (cm), tinggi badan (cm) dan hasil penimbangan bobot badan dari 30 ekor kambing jantan dewasa dan 30 ekor kambing betina dewasa (umur ≥ 1 tahun) disajikan dalam Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa bobot badan memiliki keragaman yang relatif lebih tinggi dibandingkan variabel-variabel lain yang diamati. Jenis kelamin kambing dalam penelitian ini tidak memberi perbedaan terhadap bobot badan, panjang badan, lingkar dada maupun tinggi badannya. Hal ini tidak sejalan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa perbedaan jenis kelamin mempengaruhi bobot badan dan ukuran-ukuran permukaan tubuh pada kambing (Tilman, 1981; Astuti, 1984; Murwanto, 1985; Katsumata et

al., 1981). Perbedaan ini diduga akibat jumlah pengamatan dalam penelitian yang berbeda,

dan diduga juga karena perbedaan lingkungan pemeliharaan.

Tabel 2. Hasil analisis deskripsi data bobot badan (kg), panjang badan (cm), lingkar dada (cm) dan tinggi badan (cm) pada kambing kacang penelitian.

Jenis kelamin Variabel Pengamatan N Rataan Salah baku KK (%)

Jantan

Bobot badan (kg) 30 20,97 5,33 25,42

Panjang Badan (cm) 30 51,35 6,19 12,05

Lingkar dada (cm) 30 62,02 5,51 8,88

Tinggi badan (cm) 30 54,55 4,86 8,91

Betina

Bobot badan (kg) 30 20,70 4,83 23,33

Panjang Badan (cm) 30 51,90 4,15 8,00

Lingkar dada (cm) 30 62,83 5,92 9,42

Tinggi badan (cm) 30 54,58 4,53 8,30

Model Regresi Terbaik dan Aplikasinya

Hasil analisis regresi menggunakan stepwise regression ditemukan model regresi terbaik untuk menduga bobot badan melalui beberapa ukuran permukaan tubuhnya, baik untuk menduga bobot badan kambing jantan dewasa maupun betina dewasa (umur ≥ 1 tahun).

Adapun kedua model regresi yang diperoleh tersebut, sebagai berikut:

a. Model regresi terbaik untuk menduga bobot badan kambing kacang jantan dewasa di Manokwari adalah: bobot badan = - 24.3 + 0.467 lingkar dada + 0.317 panjang badan.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa model regresi tersebut sangat signifikan (P<0,01) dengan koefisien determinansi (R

2

) yang ditemukan sebesar 61%.

b. Model regresi terbaik untuk menduga bobot badan kambing kacang betina dewasa di

Manokwari adalah: bobot badan = - 29 + 0.643 lingkar dada + 0.170 tinggi badan. Hasil

analisis ragam menunjukkan bahwa model regresi tersebut sangat signifikan (P<0,01)

dengan koefisien determinansi (R

2

) yang ditemukan sebesar 76,4%.

(6)

“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia”

102 Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Galeon (1951) yang meneliti kambing lokal di Filipina dan melaporkan ada korelasi positif yang nyata antara bobot badan dengan lingkar dada, antara bobot badan dengan panjang badan, dan antara panjang badan dengan lingkar dada, namun tidak ada korelasi antara bobot badan dengan tinggi pundak. Pernyataan Galeon (1951) ini sesuai dengan model regresi terbaik yang ditemukan dalam penelitian ini untuk menduga bobot badan kambing kacang jantan dewasa di Manokwari, yaitu menggunakan lingkar dada dan panjang badan, sedangkan tinggi badan (tinggi pundak) tidak masuk dalam model regresi terbaik yang ditemukan dalam penelitian ini. Namun, khusus model regresi terbaik yang ditemukan dalam penelitian ini untuk menduga bobot badan kambing kacang betina dewasa di Manokwari, tidak sesuai dengan pernyataan Gaelon (1951), karena tinggi badan (tinggi pundak) kambing kacang betina dewasa masuk dalam model regresi terbaik yang ditemukan dalam penelitian ini, disamping variabel bebas lainnya (lingkar dada). Perbedaan ini diduga akibat perbedaan lingkungan pemeliharaan dan juga akibat jumlah sampel yang diamati berbeda.

Penelitian ini juga sesuai dengan temuan Tandon (1966) yang menyatakan adanya korelasi yang sangat nyata antara log bobot badan dengan log panjang badan (0,63 – 0,85), dan antara log bobot badan dengan log lingkar dada (0,59 – 0,87) untuk induk kambing Beetal. Disamping itu, penelitian ini sejalan dengan temuan Sing dkk. (1979) yang meyatakan bahwa pada kambing Benggala Hitam pada berbagai umur ditemukan adanya korelasi sangat nyata antara bobot badan dengan panjang badan (0,64), dengan tinggi badan (0,57), dengan lingkar dada (0,74), dan dengan lingkar perut (0,74). Singh (1987) juga melaporkan bahwa untuk anak kambing silangan Angora x Gaddi, lingkar dada dapat digunakan sebagai indikator dalam mengestimasi bobot badan pada jantan (r = 0,34 – 0,80) dan pada yang betina (r = 0,26 – 0,80) pada umur 12 bulan.

Uji t berpasangan antara data badan sesungguhnya dengan bobot badan dugaan pada kambing kacang jantan dewasa menggunakan model regresi terbaik (bobot badan = - 24.3 + 0.467 lingkar dada + 0.317 panjang badan) memberi hasil tidak signifikan (P>0,05 atau tepatnya P=0,870). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aplikasi model regresi terbaik untuk menduga bobot badan kambing kacang jantan dewasa yang ditemukan dalam penelitian ini memiliki akurasi tinggi untuk diaplikasikan di lapangan.

Hal yang sama ditemukan pula pada hasil uji t berpasangan antara bobot badan sesungguhnya dengan bobot badan dugaan kambing kacang betina dewasa menggunakan model regresi terbaik (bobot badan = - 29 + 0.643 lingkar dada + 0.170 tinggi badan) memberi hasil tidak signifikan (P>0,05 atau tepatnya P=0,938). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aplikasi model regresi terbaik untuk menduga bobot badan kambing kacang betina dewasa yang ditemukan dalam penelitian ini memiliki akurasi tinggi untuk diaplikasikan di lapangan.

Formula-1 dan Aplikasinya

Formula-1 yang ditemukan oleh Khan et al. (2004) untuk menduga bobot badan

kambing adalah: W = (G + L)

2

/X, dimana W adalah bobot badan kambing (lbs), G adalah

lingkar dada (inch), L adalah panjang badan (inch), X adalah lingkar dada dengan ketentuan

nilainya adalah 17 bila lingkar dada berada pada kisaran 15 – 19 inch, X nilainya 13,5 bila

lingkar dada berkisar dari 20 – 25 inch, dan X nilainya 12 bila lingkar dada berukuran 25 inch

(7)

“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia”

103 ke atas. Untuk menggunakan formula-1, maka satuan lingkar dada dan panjang badan yang sesungguhnya dikonversi dulu ke dalam bentuk inch. Demikian pula, bobot badan dugaan yang diperoleh dalam satuan lbs akan dikonversi kedalam bentuk kg dulu sebelum dibandingkan dengan bobot badan kambing sesungguhnya (dalam satuan kg).

Untuk menguji apakah formula-1 dapat diaplikasikan untuk menduga bobot badan kambing kacang yang terdapat di Manokwari, maka dilakukan uji t data berpasangan antara bobot badan sesungguhnya dengan bobot badan dugaan pada kambing kacang jantan dewasa yang dihitung menggunakan formula-1. Hasil uji t data berpasangan memberi hasil sangat signifikan (P<0,01 atau tepatnya P=0,001). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aplikasi formula-1 untuk menduga bobot badan kambing kacang jantan dewasa yang dipelihara dalam lingkungan di Manokwari memiliki akurasi sangat rendah untuk diaplikasikan di lapangan.

Hal yang sama ditemukan pula pada hasil uji t berpasangan antara bobot badan sesungguhnya dengan bobot badan dugaan kambing kacang betina dewasa menggunakan formula-1 memberi hasil signifikan (P<0,05 atau tepatnya P=0,026). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aplikasi formula-1 memiliki akurasi rendah untuk diaplikasikan di lapangan (di Manokwari).

Formula-2 dan Aplikasinya

Formula-2 juga ditemukan oleh Khan et al. (2004) untuk menduga bobot badan kambing. Formula-2 tersebut adalah: bobot badan (lbs) = [(lingkar dada)

2

x panjang badan] / 300. Satuan lingkar dada dan panjang badan dalam bentuk inch. Oleh karena itu untuk menduga bobot badan kambing menggunakan formula-2, maka satuan lingkar dada dan panjang badan yang sesungguhnya dikonversi dulu kedalam bentuk inch. Demikian pula, bobot badan hasil dugaan yang diperoleh dalam satuan lbs dikonversi dahulu kedalam satuan kg sebelum dibandingkan dengan bobot badan sesungguhnya (dalam satuan kg).

Untuk menguji apakah formula-2 dapat digunakan untuk menduga bobot badan kambing kacang yang terdapat di Manokwari, maka dilakukan uji t data berpasangan antara bobot badan sesungguhnya dengan bobot badan dugaan pada kambing kacang jantan dewasa menggunakan formula-2. Uji t data berpasangan memberi hasil sangat signifikan (P<0,01 atau tepatnya P=0,003). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aplikasi formula-2 memiliki akurasi sangat rendah untuk digunakan menduga bobot badan kambing kacang jantan dewasa yang dipelihara dalam lingkungan di Manokwari.

Hal yang sama ditemukan pula pada hasil uji t berpasangan antara bobot badan sesungguhnya dengan bobot badan dugaan menggunakan formula-2 pada kambing kacang betina dewasa yang memberi memberi hasil sangat signifikan (P<0,01 atau tepatnya P=0,006). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan formula-2 untuk menduga bobot badan kambing kacang di Manokwari memiliki akurasi yang rendah.

Formula-3 dan Aplikasinya

Formula-3 ditemukan oleh Ardjodarmoko (1975) untuk menduga bobot badan kambing

hampir sama dengan formula-2 yang ditemukan oleh Khan et al. (2004). Perbedaannya adalah

pada pembaginya, dimana formula-2 pembaginya adalah angka 300, sedangkan formula-3

pembaginya adalah angka 10

4

. Jadi, formula-3 tersebut adalah: bobot badan = [(lingkar dada)

2

(8)

“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia”

104 x panjang badan] /10

4

. Pada formula-3, lingkar dada dan panjang badan dalam satuan cm, dan bobot badan dalam satuan kg, sehingga tidak perlu dikonversi lagi seperti pada formula-2.

Untuk menguji apakah formula-3 dapat diaplikasikan untuk menduga bobot badan kambing kacang jantan yang terdapat di Manokwari, maka dilakukan uji t data berpasangan antara bobot badan sesungguhnya dengan bobot badan dugaan pada kambing kacang jantan dewasa menggunakan formula-3. Uji t data berpasangan tersebut memberi hasil tidak signifikan (P>0,05 atau tepatnya P=0,314). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa formula-3 ini dapat digunakan untuk menduga bobot badan kambing kacang jantan dewasa yang dipelihara dalam lingkungan di Manokwari karena memiliki akurasi yang tinggi.

Hal yang sama ditemukan pula bahwa uji t berpasangan antara bobot badan sesungguhnya dengan bobot badan dugaan dengan formula-3 pada kambing kacang betina dewasa memberi hasil tidak signifikan (P>0,05 atau tepatnya P=0,719). Hal ini berarti formula-3 dapat digunakan untuk menduga bobot badan kambing kacang betina dewasa yang dipelihara dalam lingkungan di Manokwari karena memiliki akurasi yang tinggi.

5.. Kesimpulan

1. Bobot badan kambing kacang jantan dewasa di Manokwari dapat diduga menggunakan model regresi terbaik, yaitu: bobot badan= - 24.3 + 0.467 lingkar dada + 0.317 panjang badan, dengan R

2

=61%, dan dapat pula menggunakan formula yang ditemukan Ardjodarmoko (1975), yaitu: bobot badan = [(lingkar dada)

2

x panjang badan] /10

4

.

2. Bobot badan kambing kacang betina dewasa di Manokwari dapat diduga menggunakan model regresi terbaik, yaitu: bobot badan = - 29 + 0.643 lingkar dada + 0.170 tinggi badan, dengan R

2

=76,4%), dan dapat pula menggunakan formula yang ditemukan Ardjodarmoko (1975), yaitu: bobot badan = [(lingkar dada)

2

x panjang badan] /10

4

.

3. Formula-1 [W = (G + L)

2

/X] dan formula-2 [bobot badan (lbs) = {(lingkar dada)

2

x panjang badan}/300] yang ditemukan oleh Khan et al. (2004) tidak dapat digunakan untuk menduga bobot badan kambing kacang dewasa jantan maupun betina di Manokwari, karena kedua formula tersebut memiliki akurasi yang rendah.

Daftar Pustaka

Astuti, J.M., 1984, Parameter Produksi Kambing dan Domba di Daerah Dataran Tinggi, Kecamatan Tretep, Kabupaten Temanggung. Proceeding, Pertemuan Ilmiah Penelitian

Ruminansia (22-23 Nopember 1983). P3T, Badan Litbang Pertanian, Departemen

Pertanian, Jakarta.

Davendra, C. dan M. Burns, 1994, Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB Bandung dan Universitas Udaya, Denpasar.

Fapet UGM, 1977, Case Study Ternak Potong. Dirjen Peternakan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Katsumata, M., T. Amano, S. Suzuki, K. Nozawa, H. martojo, I.K. Abdulgani, dan H. Najib,

1981, Morphological Caharacter and Blood Protein Gene Constitution of Indonesia

Goats. The Origin and Phylogeny of Indonesia native Livestock. Part II (Report by

Grant-in-Aid for Overseas Scientific Survey, Tokyo, Japan.

(9)

“Penyiapan Generasi Muda Pertanian Perdesaan Menuju Indonesia Sebagai Lumbung Pangan Dunia”

105 Khan B.B., A. Iqbal, M.Riaz, M. Yaqoob, and M. Younas. 2004, Livestock Management

Manual I, Departement of Livestock Management, Uni. Agri., Faisalabad, Pakistan.

Mittal, J.P. dan M.. Pandey, 1975, Growth Rate Barbari and Jamnapari Kids from Birth to 4 Months of Age. Agra University Journal of Research, Science 23(1): 67-70.

Murwanto, A.G., 1985, Perbandingan Produktivitas Kambing Kacang pada Dataran Tinggi Kebar dan Dataran Rendah Sowi Rendani di Kabupaten Manokwari. Skripsi Sarjana

Peternakan, Faperta UNCEN, Manokwari.

Singh, N.H., S.C. Mohanty, and M. Mishra. 1987, Prediction of body weight from body measurement in Black Bengal goats: a note Indian J. Anim. Prod. and Management.

3(1):46-49.

Dinas Peternakan, Dati II Manokwari, 2016. Laporan Tahunan.

Sumoprastowo, S.D.A., 1980, Beternak Kambing yang Berhasil. Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Tandon, H.S., 1966, Relationship of Body Weight with Cody Measurement in Beetal Goats.

Indian Journal of Dairy Science 19: 187

– 190.

Tilman, A.D., 1981, Animal Agricultural in Indonesia. Winrock International, USA.

Arkansas.

Gambar

Tabel 2. Hasil analisis deskripsi data bobot badan (kg), panjang badan (cm), lingkar dada  (cm) dan tinggi badan (cm) pada kambing kacang penelitian

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Aplikasi Kehadiran dan Penggajian Karyawan Berbasis Web dan SMS Gateway (Studi Kasus pada Lembaga Pendidikan Al-Imarat Bandung), pada aplikasi ini dapat menghitung seluruh

Data plotting disimpan Alur Eksepsi Aksi Stakeholder Respon Sistem Hasil Bagian Keuangan tidak mengisi nama jabatan dan nama tunjangan lalu menekan tombol “Simpan”

Berdasarkan hasil analisis berdasarkan pemahaman guru terhadap Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016, pemahaman guru Standar Kompetensi Kelulusan Pendidikan Dasar dan

Akan tetapi penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu: kedua penelitian tersebut lebih terfokus kepada kebijakan pemerintah

Pengembangan model pendidikan antikorupsi untuk mendukung karakter kejujuran siswa di sekolah melalui PKn (studi di SMA negeri 8 Bandung).. Universitas Pendidikan Indonesia

“Studi Komparasi Penyelesaian Capacitated Vehicle Routing Problem (CVRP) dengan Metode Saving Matrix dan Generalized Assignment ”.. Malang :

Peta Rute Usulan.