• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN METODE SCIENTIFIC TERHADAP LITERASI SAINS SISWA SMP PADA TOPIK POLUSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN METODE SCIENTIFIC TERHADAP LITERASI SAINS SISWA SMP PADA TOPIK POLUSI."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN METODE SCIENTIFIC

TERHADAP LITERASI SAINS SISWA SMP PADA TOPIK POLUSI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Fisika

Oleh RAMLI YANA

1005355

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH PENERAPAN METODE

SCIENTIFIC

TERHADAP LITERASI SAINS

SISWA SMP PADA TOPIK POLUSI

Oleh Ramli Yana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

© Ramli Yana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN METODE SCIENTIFIC

TERHADAP LITERASI SAINS SISWA SMP PADA TOPIK POLUSI

Oleh Ramli Yana NIM. 1005355

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Asep Sutiadi, S.Pd., M.Si. NIP. 1970090819970210001

Pembimbing II,

Ridwan Efendi, S.Pd., M.Pd. NIP. 197701102008011011

Mengetahui, Ketua Jurusan

Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

(4)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI H. Struktur Organisasi Skripsi ……… 1 BAB II LITERASI SAINS DAN METODE PEMBELAJARAN SCIENTIFIC … 7 A. Literasi Sains …………..………. 1. Domain Literasi Sains ……… 2. Pengukuran Literasi Sains ………. B. Metode Pembelajaran Scientific ……….. 1. Kegiatan Pembelajaran pada Metode Scientific……….. 2. Intervensi dalam Metode Scientific ……… 7

A. Metode dan Desain Penelitian ………

B. Populasi dan Sampel Penelitian ……….

(5)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Teknik Analisis Instrumen ……….

G. Teknik Pengumpulan Data ……….

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ………...

21 23 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 25

A. Hasil Penelitian ………..……….

1. Profil Literasi Sains Siswa Setelah Diterapkan Metode Scientific…. 2. Respon Siswa terhadap Proses Pembelajaran yang Telah Dilakukan

………

B. Pembahasan ………

1. Profil Literasi Sains Siswa Setelah Diterapkan Metode Scientific…. 2. Respon Siswa terhadap Proses Pembelajaran yang Telah Dilakukan

(6)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGARUH PENERAPAN METODE SCIENTIFIC

TERHADAP LITERASI SAINS SISWA SMP PADA TOPIK POLUSI

Ramli Yana, NIM. 1005355 Pembimbing I: Asep Sutiadi, S.Pd., M.Si. Pembimbing II: Ridwan Efendi, S.Pd., M.Pd. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Tahun 2014

ABSTRAK

Penelitian dengan metode Pre-Experimental Designs menggunakan desain one-shot case study terhadap 29 siswa SMP ini bertujuan untuk mengetahui cara melatihkan literasi sains pada siswa, memperoleh gambaran capaian literasi sains siswa pada topik polusi setelah dilakukan pembelajaran, dan memperoleh gambaran tentang respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Keterlaksanaan proses pembelajaran diukur berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer. Capaian literasi sains siswa diukur berdasarkan hasil tes literasi sains yang mengacu pada pengukuran literasi sains PISA 2006. Respon siswa terhadap pelaksanaan proses pembelajaran diukur berdasarkan skala likert yang diisi oleh siswa. Hasil penelitian menunjukkan keterlaksanaan proses pembelajaran dengan persentase keterlaksanaan sebesar 100%. Capaian literasi sains siswa berada dalam kategori tinggi dengan rerata skor 6,83, dan rerata persetujuan siswa terhadap pembelajaran yang diterapkan 76,89%. Hal ini menunjukkan bahwa cara-cara yang dikembangkan dalam metode scientific mampu melatihkan literasi sains siswa pada topik polusi dengan baik.

(7)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Pre-Experimental Designs research through the study of one-shot case study of 29 junior high school students aims to determine how to building student’s scientific literacy, obtain student’s scientific literacy achievement on the topic of pollution, and obtain student’s response to the learning.Enforceability of the learning process is measured based on the observations made by the observer. Student’s scientific literacy achievement is measured based on the students' scientific literacy test results which refers to the measurement of PISA scientific literacy 2006. Students' response to the implementation of the learning process is measured based on the Likert scale were filled out by the student.The results showed that learning process implementation percentage is 100%. Student’s scientific literacy achievement are in the high category with a mean score is 6.83 and the student’s applied learning mean consent percentage is 76.89%. This show that the ways in develop the scientific method is able to building student’s scientific literacy on the topic of pollution as well.

(8)

1

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sains berperan sangat penting dalam segala aspek kehidupan manusia, karena hal tersebut sangat diperlukan oleh semua insan Indonesia dalam membentuk masyarakat yang melek sains. Melek sains dikenal dengan literasi sains. Pembelajaran sains bertanggungjawab atas literasi sains peserta didik, karena itu kualitas pembelajaran sains perlu ditingkatkan agar segera mencapai taraf pengembangan berkelanjutan (Liliasari, 2011). Membangun literasi sains siswa dalam proses pembelajaran sangat penting karena hal tersebut dapat membekalkan kemampuan pengambilan keputusan dan pola berpikir yang baik agar nantinya siswa mampu menggunakan literasi sains yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi, kemampuan penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan mendapatkan esensi pembelajaran yang bermakna (Holbrook & Rannikmae, 2009). Hal tersebut sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai Kurikulum 2013, yaitu

“Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia” (Kemendikbud, 2013).

Selanjutnya jika ditinjau lebih luas lagi, membangun literasi sains dalam proses pembelajaran sangat penting karena akan memberikan manfaat yang besar. Dalam tinjauan makro, pentingnya membangun literasi sains dapat memberikan manfaat bagi ekonomi nasional. Literasi sains dihubungkan dengan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Bersaing dengan sukses di pasar internasional dapat meningkatkan kekayaan nasional yang bergantung pada program-program penelitian dan pengembangan nasional yang baik untuk memimpin kompetisi dalam ranah teknologi. Sedangkan dalam tinjauan mikro, membangun literasi sains dapat meningkatkan pengetahuan sains dan teknologi masyarakat dalam mengahadapi jaman modern. Masyarakat

(9)

2

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dituntut melek sains agar mampu memanfaatkan peluang kerja dan memanfaatkan perkembangan teknologi di tempat kerja mereka (Thomas & Durant, 1987).

Organisations for Economic Cooperation and Development (OECD) melalui

Programme for International Student Assessment (PISA) mendefinisikan literasi sains

sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam (OECD, 2006).

Hasil studi penilaian yang dilakukan oleh PISA tentang literasi sains siswa di Indonesia tergolong rendah. Pada tahun 2006, Indonesia berada di peringkat ke-53 dari 57 negara peserta PISA dengan rerata skor 393 (OECD, 2007). Selanjutnya pada tahun 2009, Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 65 negara peserta PISA dengan rerata skor 383 (OECD, 2010). Kemudian pada tahun 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara peserta PISA dengan rerata skor 382 (OECD, 2013).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Firman berdasarkan hasil analisisnya terhadap hasil PISA 2006, yang menyebutkan bahwa

“Dalam praktik pembelajaran IPA di banyak SMP di Indonesia cenderung memberikan materi sebagai hafalan. Hampir dipastikan tidak terjadi

pembelajaran yang bernuansa „proses‟, yang di dalamnya peserta didik dilatih

untuk memformulasikan pertanyaan ilmiah untuk penyelidikan, menggunakan pengetahuan yang diajarkan untuk menerangkan fenomena alam, serta menarik kesimpulan berbasis fakta-fakta yang diamati. Sangat wajar apabila mereka tidak mampu memecahkan masalah yang diberikan pada PISA yang di dalamnya sarat penggunaan proses IPA” (Firman, 2007).

(10)

3

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap guru IPA di SMP tempat melakukan studi pendahuluan pada tanggal 4 Februari 2014, Ranowati menjelaskan bahwa pembelajaran IPA yang dilakukan di sekolah tersebut lebih diorientasikan pada hafalan. Siswa sangat jarang dihadapkan dengan hal-hal yang melatih pengorganisasian kemampuan berpikir ilmiah, terutama literasi sains. Ketika dihadapkan pada fenomena sains pada konteks yang berbeda, siswa tidak mampu mengembangkan kemampuan bernalarnya dan menggunakan pengetahuan yang sudah dipelajari untuk memahami fenomena sains dan perubahannya karena kebanyakan

pembelajaran yang diterapkan lebih berorientasi pada hafalan. Hal ini berimplikasi terhadap capaian literasi sains seperti yang sudah disebutkan di atas.

Berdasarkan fakta-fakta yang telah dipaparkan di atas, terlihat adanya kesenjangan antara pembelajaran yang selama ini dilakukan terhadap literasi sains siswa. Pelaksanaan pembelajaran IPA yang seharusnya mampu membekalkan literasi sains pada siswa justru belum mampu membekalkan literasi sains pada siswa dengan baik. Menurut Rustaman (2003), pembelajaran IPA hendaknya memberikan pengalaman belajar yang mengembangkan kemampuan bernalar, merencanakan dan melakukan penyelidikan ilmiah, menggunakan pengetahuan yang sudah dipelajari untuk memahami gejala alam dan perubahan alam yang terjadi di sekitarnya. Sehingga

perlu dilakukan revitalisasi pengembangan „science process skills‟ bagi siswa dan guru

sebagai misi utama kegiatan pembelajaran sains di sekolah untuk mengembangkan kemampuan menginterpretasi data dan informasi dalam bentuk narasi, gambar, bagan, tabel serta kemampuan menarik kesimpulan.

Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, maka harus dilakukan proses pembelajaran yang mampu membangun literasi sains siswa agar misi utama kegiatan pembelajaran sains mampu tercapai dengan baik. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan proses pembelajaran menggunakan metode

scientific. Menurut McLelland (2006), metode scientific dalam pembelajaran IPA

(11)

4

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dipelajari untuk memahami fenomena sains dan perubahannya. Metode scientific mencakup kegiatan mengamati, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi, menganalisis, dan mengomunikasikan kesimpulan. Hal tersebut diharapkan berimplikasi terhadap pengembangan kemampuan bernalar, menganalisis, berkomunikasi, penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan mendapatkan esensi pembelajaran yang bermakna.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah

utama yang dapat diidentifikasi adalah bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA yang seyogianya mampu memberikan pengalaman belajar yang mengembangkan kemampuan bernalar, merencanakan dan melakukan penyelidikan ilmiah, menggunakan pengetahuan yang sudah dipelajari untuk memahami fenomena alam dan perubahan alam yang terjadi di sekitarnya pada kenyataannya belum mampu terlaksana dengan baik. Pengembangan pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan metode scientific menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan kemampuan bernalar, merencanakan dan melakukan penyelidikan ilmiah, menggunakan pengetahuan yang sudah dipelajari untuk memahami fenomena alam dan perubahan alam yang terjadi di sekitarnya. Selain itu, pengembangan pembelajaran menggunakan metode scientific juga mampu membekalkan kemampuan menginterpretasi data dan informasi dalam bentuk narasi, gambar, bagan, tabel serta kemampuan menarik kesimpulan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana literasi sains siswa SMP pada topik „Polusi‟ setelah dilakukan pembelajaran menggunakan metode scientific?”. Rumusan masalah tersebut kemudian dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut.

(12)

5

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan bukti ilmiah pada topik polusi sebagai pengaruh penerapan metode scientific?

2. Bagaimana respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan?

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih jelas dan fokus, maka permasalahan yang ada dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa hal, yaitu:

1. Literasi sains siswa SMP yang diukur meliputi kompetensi mengidentifikasi isu

ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. 2. Instrumen yang digunakan untuk mengkaji literasi sains siswa adalah soal-soal

yang diadopsi dari soal-soal PISA tahun 2000-2009 tentang literasi sains pada topik polusi.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh pembelajaran yang diterapkan terhadap profil literasi sains siswa SMP pada topik polusi.

2. Mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan setelah dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Dapat memperkaya hasil-hasil penelitian terkait tema literasi sains seperti yang

telah dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya.

2. Dapat digunakan berbagai pihak yang berkebutuhan dengan hasil penelitian

baik sebagai rujukan, pembanding, ataupun pendukung.

(13)

6

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun yang menjadi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah metode scientific dan literasi sains siswa.

H. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi ini terdiri dari lima bab. Masing-masing bab memiliki sub-bab. Bab 1 Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, variabel penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab 2 Literasi Sains dan Metode

(14)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Pre-Experimental Designs. Menurut Sugiyono (2011), Pre-Experimental Designs merupakan eksperimen yang dilakukan dimana terdapat variabel luar yang

ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen (hasil eksperimen). Variabel dependen bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel control dan sampel tidak dipilih secara acak.

Desain penelitian yang digunakan adalah One-Shot Case Study. Dalam desain ini, sampel penelitian diberikan treatment dan variabel independen selanjutnya diukur untuk mengetahui pengaruh dari treatment (Sugiyono, 2011). Dipilihnya desain ini karena tidak ada kelas lain di lokasi penelitian untuk digunakan sebagai kelas pembanding. Adapun kelemahan dari desain ini adalah capaian literasi sains siswa sebagai pengaruh dari penerapan metode scientific adalah bahwa gambaran data yang diperoleh tidak berlaku umum atau generalisasi. Desain One-Shot Case Study

digambarkan pada Gambar 3.1.

X O

Gambar 3.1. Desain One-Shot Case Study Keterangan:

X = treatment dengan menggunakan metode scientific O = hasil tes literasi sains siswa

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri di Kota Bandung, sedangkan sampelnya adalah 29 orang siswa kelas VII salah satu SMP

(15)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel karena kemudahan akses antara sampel

penelitian dengan peneliti (Cohen et al, 2007). Pemilihan sampel penelitian di SMP tersebut karena pihak sekolah tempat melakukan penelitian hanya memberikan satu kelas untuk dilakukan penelitian, sehingga dengan mempertimbangkan kemudahan akses ini peneliti hanya mengambil satu kelas untuk dijadikan sampel penelitian.

C. Definisi Operasional

1. Literasi sains didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan

ilmiah dalam mengidentifikasi isu-isu ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah dalam konteks kehidupan sehari-hari agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang konsep sains dan interaksi manusia dengan lingkungan. Pengukuran literasi sains meliputi kompetensi mengidentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah dengan menggunakan soal-soal yang diadopsi dan diadaptasi dari soal-soal literasi sains PISA.

2. Metode scientific merupakan metode pembelajaran yang dapat membekalkan kemampuan bagaimana cara berpikir ilmiah pada siswa sehingga mampu membekalkan literasi sains pada siswa. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode scientific terdiri dari mengamati, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan informasi, menganalisis, dan mengomunikasikan kesimpulan. Untuk mengetahui keterlaksanaan metode scientific, maka digunakanlah lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

D. Prosedur Penelitian

Secara garis besar, penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Penjelasan lebih rinci mengenai

tahap-tahap tersebut dijabarkan sebagai berikut. 1. Tahap Perencanaan

(16)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

observasi ke lapangan, dan wawancara dengan beberapa guru. Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada kegiatan pembelajaran. Setelah itu peneliti mengidentifikasi dan merumuskan masalah penelitian. Untuk lebih memantapkan masalah yang terjadi di lapangan, peneliti melakukan wawancara dengan pakar evaluasi literasi sains. Kemudian dilanjutkan dengan telaah kurikulum IPA SMP dan menentukan materi yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Materi yang dipilih peneliti adalah materi pada topik polusi. Setelah itu peneliti menentukan sekolah yang akan

dijadikan tempat penelitian. Selanjutnya peneliti mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan dan menyusun perangkat pembelajaran beserta instrumen penelitian. Setelah perangkat pembelajaran dan instrumen disusun, kemudian peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing dan melakukan judgement kepada dosen ahli untuk penilaian kualitas instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, peneliti menentuan sampel penelitian yang terdiri dari satu kelas. Kemudian pada kelas ini, peneliti memberikan treatment berupa kegiatan pembelajaran menggunakan metode scientific dalam tiga pertemuan. Setelah dilakukan pembelajaran, dilaksanaan tes literasi sains untuk mengetahui profil literasi sains siswa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan metode scientific dan diberikan angket untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

3. Tahap Akhir

Pada tahap ini, sebelum mengolah data penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan pelaksana tes literasi sains di Indonesia dari Puspendik untuk menambah informasi yang lebih rinci mengenai pengolahan data. Kemudian

(17)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahapan prosedur penelitian ini selanjutnya diinterpretasikan ke dalam bagan yang diperlihatkan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2. Bagan Prosedur Penelitian

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan nontes. Tes yang diberikan berupa soal-soal yang diadopsi dari soal-soal literasi sains PISA. Nontes yang diberikan berupa lembar observasi dan skala likert.

1. Tes

Tes ialah alat yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan aturan-aturan yang sudah ditetapkan (Arikunto, 2011). Tes ini diujikan untuk mengetahui profil literasi sains siswa setelah dilakukan pembelajaran menggunakan metode scientific. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal yang diadopsi dari soal-soal literasi sains PISA.

(18)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam menyusun tes yang digunakan dalam penelitian, ditempuh beberapa tahapan. Tahapan awal yang dilakukan adalah menentukan konten atau materi. Materi yang digunakan dalam tes ini adalah materi yang berhubungan dengan topik polusi. Setelah materi ditentukan, kemudian peneliti mengadopsi soal-soal yang dirilis PISA yang berhubungan dengan materi terkait ke dalam Bahasa Indonesia. Dari hasil adopsi yang telah dilakukan, maka dipilihlah tiga wacana sains yang berisi tujuh soal. Wacana sains yang dipilih adalah ACID RAIN yang terdiri dari tiga soal, GREENHOUSE yang terdiri dari tiga soal, dan CLIMATE CHANGE yang

terdiri dari satu soal.

2. Observasi

Observasi yang dilaksanakan berupa observasi terstruktur, yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya (Sugiyono, 2011). Observasi dilakukan untuk mengamati keterlaksanaan pembelajaran dengan metode scientific.

Penyusunan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran ini didasarkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Peneliti menggunakan bantuan observer pada saat kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Selain mengamati keterlaksanaan pembelajaran di kelas secara keseluruhan, observer juga mengobservasi kegiatan pembelajaran siswa yang dipandu dengan

lembar kegiatan siswa (LKS). Dalam hal ini observer mengamati kegiatan diskusi siswa dalam kelompoknya masing dan menuliskan hasil pengamatannya pada catatan yang telah disediakan peneliti di lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

3. Skala Sikap

Skala sikap diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan menggunakan metode

scientific. Dalam proses analisis skala sikap ini digunakanlah skala likert. Skala

(19)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membuat kisi-kisi mengenai aspek yang ditanyakan pada siswa, kemudian disusunlah 16 pernyataan dari aspek yang ditanyakan.

F. Teknik Analisis Instrumen

Setelah dibuat instrumen tes, maka dilakukan analisis instrumen. Analisis instrumen tes yang dilakukan melalui validitas, reliabilitas, dan kualitas instrumen tes.

1. Validitas Tes

Validitas adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes (Munaf, 2001).

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat (Sugiyono, 2011). Berdasarkan diskusi tanggal 18 Maret 2014, Rustaman menegaskan bahwa instrumen yang digunakan tidak usah dilakukan uji validitas karena instrumen tersebut sudah merupakan soal-soal yang telah terstandar internasional yang sebelumnya telah distandardisasi oleh PISA, sehingga soal-soal tersebut sudah layak diujikan dalam penelitian yang dilaksanakan.

2. Reliabilitas Tes

Realibilitas adalah ketepatan atau keajegan instrumen dalam mengukur apa yang diukurnya. Artinya kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama (Arikunto, 2011). Berdasarkan diskusi tanggal 18 Maret 2014, Rustaman menegaskan bahwa tidak diberitahukan nilai reliabilitas setiap soal PISA yang dirilis, sehingga untuk tidak harus diketahui nilai reliabilitas soal-soal tersebut jika akan diujikan dalam penelitian yang dilaksanakan. Soal-soal-soal tersebut dapat dikatakan reliabel karena telah diujikan beberapa kali pada tes literasi sains PISA secara Internasional.

3. Kualitas Tes

Berdasarkan diskusi pada tanggal 20 Juni 2014, Rahmawati menegaskan

(20)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

setelah itu peneliti dapat mengujikan soal-soal tersebut pada pelaksanaan kegiatan penelitian.

Berdasarkan penilaian kualitas yang telah dilakukan, maka didapatkanlah hasil penilaian kualitas instrumen dari empat orang ahli yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Hasil Penilaian Kualitas Instrumen Tes dari Ahli

Aspek

Keterangan: penjelasan secara detail tentang penilaian kualitas tes disajikan pada halaman 74.

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa setiap aspek yang dilakukan penilaian kualitasnya berada dalam kategori tinggi, sehingga instrumen dapat dikatakan bagus. Atas dasar penilaian kualitas yang telah dilakukan, maka instrumen tes yang telah diadopsi dapat langsung digunakan pada kegiatan penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

(21)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran yang diterapkan. Pengumpulan data dilakukan dengan tes literasi sians yang diberikan kepada 29 siswa, observasi keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh observer, dan pengisian respon terhadap pembelajaran yang diterapkan yang diberikan kepada 29 siswa.

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah mendapatkan data melalui instrumen yang telah diberikan, kemudian dilakukan pengolahan dan analisis data menggunakan statistik deskriptif. Menurut

Sugiyono (2011), statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.

Pengolahan dan analisis data menjelaskan bagaimana profil literasi sains siswa pada setiap kompetensi, pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode scientific yang membekalkan literasi sains, dan respon siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam mengiterpretasikan capaian literasi sains siswa, digunakanlah acuan PISA (2006) yaitu bahwa klasifikasi literasi sains berdasarkan masing-masing kompetensi dapat digambarkan dalam rentang rendah sampai tinggi.

Berdasarkan klasifikasi tingkatan yang digunakan PISA (2006), maka peneliti mengadopsi klasifikasi tersebut dalam mengklasifikasikan deskripsi kategori capaian literasi sains siswa dalam penelitian yang dilaksanakan. Deskripsi kategori capaian literasi sains yang dimaksud diperlihatkan pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kategori Capaian Literasi Sains Siswa

Skor Kategori Deskripsi

6,67 < X < 10,00 Tinggi

Siswa mampu menggunakan model konseptual untuk membuat prediksi atau memberikan penjelasan; menganalisis rincian data dalam penyelidikan ilmiah; membandingkan informasi yang relevan dari berbagai data dalam

mengomunikasikan kesimpulan secara rinci dan teliti.

(22)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penjelasan; mengidentifikasi rincian data dalam penyelidikan ilmiah; dan memilih informasi yang relevan dari berbagai data dalam

mengomunikasikan kesimpulan.

0,00 < X< 3,33 Rendah

Siswa mampu mengingat pengetahuan ilmiah yang faktual secara sederhana; tidak menganalisis atau mengidentifikasi rincian data dalam penyelidikan ilmiah; dan memilih informasi dalam

mengomunikasikan kesimpulan.

(23)

Ramli Yana, 2014

Pengaruh Penerapan Metode Scientific Terhadap Literasi Sains Siswa Smp Pada Topik Polusi

Gambar

Gambar 3.2. Bagan Prosedur Penelitian
Tabel 3.1.
Tabel 3.2. Kategori Capaian Literasi Sains Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu metoda ekstraksi informasi yang berkembang adalah metoda yang menggunakan Sequence Matching (SM) dan Simple Tree Matching (STM) atau gabungan dari keduanya (hybrid)

Dari hasil analisis deskriptif yang telah di didapatkan dalam penelitian ini terlihat indikator yang mendapatkan tanggapan paling rendah didalam variabel usability,

Bab empat merupakan hasil analisis dan pembahasan yang mengkaji gaya bahasa metafora dalam Novel Pasir Pun Enggan Berbisik karya Taufiqurrahman Al- Azizy pada bagian ini

Penghаrgааn аtаu gаnjаrаn yаng diberikаn kepаdа kаryаwаn seperti insentif dаpаt memicu semаngаt kerjа sehinggа menimbulkаn motivаsi yаng tinggi dаn

bahwa Pendidikan Kewarganegaraan berperan penting dalam pembentukan karakter generasi muda pacsa konflik sosial di Ambon. Hal tersebut dikarenakan: a) PKn yang

Demi terwujudnya penyelesaian dan penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah dengan ikhlas dalam

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. © Vinni Tsaniyah Muharromah 2013

Izglasavanjem navedenog akta započela je deregulacija bankovne industrije čime se pogodovalo nastanku buduće financijske krize, to je ujedno bio i prvi važniji