• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN

SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

Oleh

Sumiyanti

1204694

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN

SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Oleh Sumiyanti

S.Pd Universitas Negeri Jakarta, 2003

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Sumiyanti 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA

TUNAGRAHITA RINGAN

(Sumiyanti, 1204694, Prodi PKKh, UPI, Bandung)

ABSTRAK

(5)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE USE OF KARAOKE MEDIA TO IMPROVE THE ABILITY OF MEMORIZING PRAYERS FOR SHALAT (ISLAMIC WORSHIP) AMONG

STUDENTS WITH MILD INTELLECTUAL DISABILITIES

(Sumiyanti, 1204694, Special Needs Education Program, Indonesia University of Education, Bandung)

ABSTRACT

(6)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Batasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Masalah ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A.Konsep Dasar ketunagrahitaan ... 8

B.Konsep Dasar menghafal ... 10

C.Konsep Dasar Media Karaoke sebagai Media Pembelajaran ... 12

D.Konsep Dasar Belajar ... 17

E. Penelitian Sebelumnya yang Relevan ... 21

F. Kerangka Pemikiran ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

(7)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B.Prosedur Penelitian ... 26

C.Lokasi dan Subyek Penelitian ... 28

D.Variabel Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 31

G.Pengujian Instrumen Penelitian ... 34

H.Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A.Hasil Penelitian ... 44

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 53

A.Kesimpulan ... 53

B.Rekomendasi ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(8)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Berdasarkan tuntunan rukun dan tatacara shalat yang diajarkan Nabi

Muhammad SAW, memiliki gerakan-gerakan dan tatacara yang harus dilakukan

sesuai urutannya. Tuntunan dan tatacara shalat tersebut diantaranya : bacaan

shalat yang dilafalkan dengan menggunakan bahasa Arab, bacaan tersebut berisi

do’a-do’a yang ditujukan hanya kepada Allah SWT, bacaan shalat yang dilafalkan

harus sesuai dengan gerakan shalat yang dilakukan, dan lain-lain. Agar shalat

yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan dan tatacara yang diajarkan Nabi

Muhammad SAW, maka setiap muslim harus hafal setiap bacaan shalat dalam

setiap gerakan shalat.

Menghafal bacaan shalat merupakan kegiatan yang berusaha meresapkan ke

dalam pikiran agar bacaan-bacaan shalat selalu diingat. Untuk itu dalam

menghafal bacaan shalat diperlukan daya ingat yang kuat. Di sisi lain siswa

tunagrahita ringan memiliki rentang cukup pendek dalam kemampuan mengingat.

Begitu pula kemampuan mereka dalam berbahasa seringkali dikatakan lemah,

baik dari struktur maupun pelafalan. Hal lain yang dapat memperburuk keadaan

terkait dengan bahasa yang dipelajari dalam bacaan shalat adalah bahasa Arab

yang mungkin memiliki struktur dan pelafalan yang sangat berbeda disamping

pemahaman terhadap bahasa Arab itu sendiri menjadi sangat abstrak. Namun

demikian bukan berarti siswa tunagrahita tidak memiliki potensi untuk dapat

mempelajari dan melafalkan bahasa Arab dengan baik, dalam hal ini bacaan

shalat.

Dari hasil studi pendahuluan di SLB Negeri Sungailiat, peneliti menemukan

bahwa dari semua siswa tunagrahita ringan yang duduk di kelas V SDLB tahun

pelajaran 2012/2013 yaitu sebanyak lima siwa, ketika diminta mempraktikkan

shalat dengan bacaannya secara nyaring, kelima siswa tersebut kurang mampu

(9)

2

melafalkan beberapa hafalan bacaan, seperti bacaan Surat Al Fatihah, bacaan

ketika ruku’, i’tidal , sujud, dan salam, bacaan yang lainnya meskipun masih

terbalik/tertukar urutan pelafalannya dan terkadang tidak sesuai dengan gerakan

shalat. Dua siswa mampu mengingat dan melafalkan hafalan berupa surat Al

Fatihah, bacaan takbir, dan salam, sedangkan dua siswa lainnya hanya mampu

mengingat dan mengucapkan bacaan takbir yaitu “Allahu akbar”. Kebanyakan dalam setiap gerakan shalat yang dilakukan mereka hanya bacaan takbir saja yang

sangat jelas dan benar dilafalkan, padahal sebelumnya materi menghafalkan

bacaan shalat telah dibelajarkan. Dari pengakuan kelima siswa tersebut terungkap

bahwa bahasa Arab sulit diucapkan seiring bacaan shalat, dan semua itu membuat

mereka malas belajar menghafalkan bacaan shalat.

Ketidakmampuan siswa melafalkan hafalan bacaan salat merupakan

masalah yang harus segera ditemukan pemecahannya, bila tidak siswa tidak dapat

berkembang potensinya secara optimal terutama dalam mata pelajaran PAI, selain

itu siswa juga tidak dapat menjadi seorang muslim yang dapat menunaikan

kewajibannya melaksanakan shalat sesuai syariat Islam dan rukun shalat yang

ditetapkan.

Dalam penelitian Aprillia, Somad, dan Ristian (2007) didapatkan

kesimpulan bahwa penerapan pendekatan multisensori dapat meningkatkan

kemampuan menghafal bacaan shalat pada siswa tunarungu. Penelitian lainnya

oleh Afdrikah (2010) membuktikan secara signifikan bahwa media audiovisual

dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi menghafal surat pendek Al Quran

dan meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa kelas II MI dalam pembelajaran.

Hasil penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa, media audiovisual dapat

digunakan untuk menyampaikan pesan mata pelajaran PAI yang sifatnya verbalis,

misalnya dalam bentuk kata-kata atau bahasa lisan seperti cara melafalkan bacaan

Al Quran yang harus dibaca saat melaksanakan shalat, selain itu melalui media ini

siswa mengggunakan indera penglihatannya untuk melihat langsung pesan

melalui gambar di proyektor, sehingga memungkinkan siswa secara tepat dan

benar dapat memahami pembelajaran secara efektif dan efisien. Selanjutnya

(10)

kemampuan menghafal huruf hijaiyah pada anak usia dini dapat ditingkatkan

secara signifikan melalui pemanfaatan media Flashcard Hijaiyah dengan

Pendekatan Beyond Centers and Circle Time. Dari ketiga hasil penelitian tersebut

peneliti terinspirasi untuk melakukan penelitian guna memecahkan masalah

ketidakmampuan siswa tunagrahita ringan dalam menghafalkan bacaan shalat.

Berpijak dari teori belajar sosial Albert Bandura dalam Novianti (2012)

bahwa perilaku siswa dapat dipengaruhi lingkungannya serta proses mengamati

dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan

belajar. Dalam penelitian ini peneliti ingin mempengaruhi siswa tunagrahita

ringan melalui media karaoke. Dengan media karaoke diharapkan siswa dapat

mengamati dan meniru gerakan dan bacaan salat secara benar, sehingga dapat

belajar menghafalkan bacaan shalat.

Media karaoke biasanya berisi video klip lagu yang disertai suara nyanyian

dan irama musik, dan dimunculkan bacaan lirik lagu yang ditebalkan sedikit demi

sedikit sesuai lirik lagu yang dinyanyikan, proses tersebut dapat digunakan untuk

belajar menyanyi sambil menghafalkan liriknya. Akan tetapi untuk keperluan

pembelajaran shalat, media karaoke dirancang peneliti berisi video animasi

gerakan shalat yang disertai suara orang yang melafalkan bacaan shalat sesuai

gerakan shalat, dan dimunculkan tulisan bacaan shalat yang menebal sedikit demi

sedikit sesuai bacaan shalat yang dilafalkan, sehingga dapat digunakan untuk

belajar melafalkan bacaan shalat dan menghafal bacaan shalat sesuai gerakan

shalat.

Media karaoke dirancang berteknologi audiovisual dan diproduksi

sedemikian rupa dengan melibatkan respon pemakai secara aktif untuk menonton

gambar bergerak sekaligus mendengar pemutaran suara, selain itu dengan

menggunakan sistem tertentu pemakai dapat menghilangkan pemutaran suara lalu

menggantinya dengan suara pemakai sendiri.

Media karaoke yang berteknologi audiovisual memiliki potensi tinggi dalam

penyampaian pesan maupun kemampuannya dalam menarik minat dan perhatian

siswa. Dikemukakan oleh Warsito (2008:30) bahwa media berteknologi

(11)

4

untuk menyampaikan informasi, hiburan, dan pembelajaran. Dengan demikian

salah satu media pembelajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan

pembelajaran adalah media karaoke.

Dari kelebihan yang dimiliki media karaoke, maka apabila siswa tunagrahita

ringan belajar melalui media karaoke, diduga mereka akan mengamati

program/acaranya dengan tenang, tertarik perhatiannya untuk mengamati

perubahan-perubahan gambar yang terjadi, terdorong minatnya untuk membaca

susunan kata-kata /teks bacaan shalat yang ada, serta akan termotivasi untuk aktif

menirukan bunyi bacaan shalat serta gerakannya seperti yang dicontohkan

model/gambar. Dengan seringnya siswa mengikuti panduan melafalkan teks

bacaan shalat, diharapkan siswa terbiasa melafalkan bacaan shalat dan mudah

mengingat hafalan bacaan shalat secara keseluruhan. Dengan demikian apabila

daya mengingat siswa tentang bacaan shalat meningkat, maka kemampuan

menghafal bacaan shalat juga meningkat. Siswa mampu melaksanakan shalat

dengan baik dan benar, sehingga kewajibannya sebagai umat muslim dapat

ditunaikannya.

Berpijak pada teori konstruktivisme Lev Semyonovich Vygotsky dalam

Anis (2012) bahwa seorang siswa akan mendapatkan pengetahuannya dengan cara

diberikan pengetahuan secara terbimbing (scaffolding). Pada tahap awal

pembelajaran misalnya menghafal bacaan shalat, siswa diberikan sejumlah besar

bantuan, yaitu siswa mendengarkan, mengamati, dan menonton sambil meniru

model yang ditayangkan melalui media karaoke, pada tahap selanjutnya bantuan

dikurangi, yaitu siswa hanya menonton sambil mengikuti tulisan bacaan yang

muncul dan menebal melalui media karaoke, dan akhirnya siswa diberikan

kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar, yaitu

mengerjakannya sendiri dengan cara siswa mempraktikkan shalat dengan

melafalkan bacaannya secara nyaring.

B.Identifikasi Masalah

(12)

Siswa tunagrahita ringan yang beragama Islam juga diwajibkan untuk

melaksanakan shalat seperti umat muslim lainnya. Akan tetapi karena dampak

ketunagrahitaan yang dialami siswa tunagrahita membuat daya ingatnya lemah,

sehingga kemampuan mengingat hafalan bacaan shalat sangat terbatas. Selain itu

bacaan shalat menggunakan bahasa Arab yang sulit dipahami artinya, sehingga

menjadi hal yang abstrak untuk dipelajari, padahal kenyataannya siswa

tunagrahita ringan memiliki keterbatasan dalam mempelajari hal-hal yang bersifat

abstrak.

Menghafal bacaan shalat tidak dapat dilakukan hanya dengan sekali

mendengar dan dihafalkan bacaannya sekaligus, akan tetapi harus dilakukan

dengan cara mendengar bacaannya berulang-ulang sambil membaca tulisannya

dan kemudian dihafalkan sedikit demi sedikit.

Belajar menghafal bacaan shalat harus di dalam lingkungan yang kondusif.

Lingkungan belajar yang kondusif akan membuat siswa tunagrahita ringan tenang

dan fokus dalam belajar serta termotivasi untuk belajar, sehingga memudahkan

siswa tunagrahita ringan menghafal bacaan shalat. Apabila lingkungan belajar

tidak kondusif, misalnya keadaan sekitar tempat belajar sangat ramai dan berisik,

akan mengakibatkan ternganggunya konsentrasi belajar dan proses rekaman

memori penghafalan siswa tunagrahita ringan.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan identifikasi di atas, penelitian

ini di batasi hanya pada permasalahan sebagai berikut :

1. Shalat yang sesuai dengan syariat Islam terdiri dari gerakan shalat yang

dilakukan secara runtun disertai bacaan shalat yang dilafalkan secara baik dan

benar. Dalam penelitian ini yang diamati dan diteliti adalah kemampuan siswa

dalam melafalkan hafalan bacaan shalat dengan benar, runtun, dan sesuai

dengan gerakan shalat.

2. Berbagai media dapat digunakan dalam pembelajaran menghafal bacaan shalat

diantaranya : kartu saku bacaan shalat, poster bergambar shalat yang disertai

(13)

6

ini dibatasi pada penggunaan media karaoke sebagai media pembelajaran

menghafal bacaan shalat yang berisi video animasi gerakan shalat yang diiringi

suara orang yang melafalkan bacaan shalat sesuai gerakan shalat, dan disertai

tulisan bacaan shalat yang muncul dan menebal sedikit demi sedikit sesuai

bacaan shalat yang dilafalkan.

3. Siswa tunagrahita dikelompokkan menjadi tunagrahita ringan, sedang, dan

berat. Dalam penelitian ini dibatasi hanya pada siswa tunagrahita ringan kelas

V SDLB yang beragama Islam dan sudah mampu membaca tulisan latin.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditentukan, maka dapat

diturunkan rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah : “Apakah penggunaan media karaoke sebagai media pembelajaran dapat

meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat siswa tunagrahita ringan kelas V SDLB?”

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut :

1. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media karaoke sebagai media

pembelajaran terhadap kemampuan menghafal bacaan shalat siswa tunagrahita

ringan kelas V SDLB.

2. Manfaat penelitian

a. Bagi siswa

Media karaoke diharapkan dapat membelajarkan siswa tunagrahita ringan,

baik secara individu maupun bersama dengan teman yang tidak hanya

terfokus kepada guru sebagai pengajar.

b. Bagi sekolah dan guru-guru SLB bagian tunagarahita ringan

1) Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam

(14)

menyenangkan di sekolah dengan berbasis media berteknologi

audiovisual.

2) Memberikan informasi tentang pengaruh media karaoke sebagai media

pembelajaran dalam mengajarkan materi pelajaran yang sifatnya abstrak.

c. Bagi Peneliti Lainnya

Media karaoke sebagai alternatif solusi dalam memecahkan masalah

(15)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan desain penelitian subyek tunggal (Single Subject Research), karena

penelitian ini dilakukan terhadap subyek tunggal. Yang dimaksud subyek tunggal

dalam penelitian adalah perilaku yang ingin diubah, yaitu kemampuan menghafal

bacaan shalat pada siswa tunagrahita ringan. Tawney dan Gast (1984:10)

mengemukakan bahwa :

Single subject research design is an integral part of the behavior analytic tradition. The term refers to a research strategy developed to document changes in behavior of individual subject.

Definisi di atas diartikan bahwa desain penelitian subyek tunggal adalah bagian

yang tak terpisahkan dari tradisi analisis perilaku. Istilah tersebut mengacu pada

sebuah strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan

perubahan-perubahan perilaku individu subyek. Definisi lainnya dikemukakan

oleh Horner. et al (2005) bahwa :

Single-subject research is a rigorous, scientific methodology used to define basic principles of behavior and establish evidence -based practices.

Definisi di atas diartikan bahwa penelitian subyek tunggal adalah metodologi

ilmiah yang penuh ketelitian yang digunakan untuk menetapkan prinsip-prinsip

perilaku dan membangun praktik-praktik berbasis bukti.

Berdasarkan kedua definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

penelitian subyek tunggal adalah metode penelitian yang dikembangkan secara

ilmiah dan teliti untuk mendokumentasikan perubahan perilaku individu yang

(16)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A.Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan desain A-B-A. Desain ini merupakan

desain penelitian subyek tunggal di bidang modifikasi perilaku yang menunjukkan

adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat dimana

perilaku sasaran subyek (target behavior) diukur terlebih dahulu secara

berulang-ulang pada kondisi baseline pertama (A1) dengan periode waktu tertentu,

misalnya perminggu, perhari, atau perjam, selanjutnya diukur pada kondisi

intervensi (B) dan kemudian diukur kembali pada kondisi baseline yang kedua

(A2) sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga keyakinan adanya

hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat lebih kuat.

(Sunanto, et al., 2006:44).

Periode waktu (sesi) yang digunakan penelitian ini adalah perhari. Secara

visual, desain A-B-A ini tampak pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1. Desain A-B-A

Keterangan :

= Observasi

= Perlakuan (intervensi)

A1 = Merupakan kondisi awal (baseline). Fase ini bertujuan untuk mengetahui

keadaan awal subyek sebelum diberi perlakuan (intervensi). Keadaan

awal dimaksud berkaitan dengan perilaku sasaran sekaligus sebagai

variabel terikat dalam penelitian.

B = Merupakan kondisi intervensi. Berdasarkan data yang diperoleh

(17)

26

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagaimana tergambar dalam fase baseline, maka dalam fase ini subyek

diberi perlakuan (intervensi). Setelah diberi perlakuan kemudian

dilakukan pengukuran.

A2 = Merupakan pengulangan kondisi awal atau baseline. Langkah yang

ditempuh pada fase ini sama seperti yang dilakukan pada fase A1, yang

membedakannya adalah pengukuran dilakukan setelah subyek memiliki

pengalaman sebagaimana fase B, sedangkan pada fase A1 subyek tidak

diberikan perlakuan. Tujuan pengulangan fase ini adalah untuk

meyakinkan ada atau tidaknya pengaruh intervensi yan dilakukan pada

fase B.

B.Prosedur Penelitian

Berdasarkan desain penelitian, maka prosedur yang dilakukan di dalam

penelitian ini berupa fase dan kegiatan berikut ini.

1. Baseline 1 (A1)

Baseline 1 (A1) merupakan suatu kondisi awal kemampuan subyek secara

alami tanpa intervensi. Pengukuran perilaku sasaran pada fase ini dilakukan

sebanyak lima sesi dengan kegiatan-kegiatan untuk setiap sesinya sebagai

berikut :

a. Subyek dimasukkan ke dalam ruangan penelitian satu. Ruangan penelitian

satu adalah ruangan yang digunakan selama penelitian berlangsung dengan

ukuran ruangan tidak terlalu besar dan tanpa adanya media karaoke.

b. Subyek dikondisikan dalam situasi shalat.

c. Subyek diminta mempraktikkan shalat sambil melafalkan bacaannya secara

nyaring.

d. Selama subyek mempraktikkan shalat dilakukan pengukuran dan pencatatan

selama ± 10 menit mengenai kemampuan menghafal bacaan shalat subyek

(18)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Intervensi (B)

Intervensi (B) merupakan suatu perlakuan yang diberikan kepada subyek

secara berulang-ulang untuk mecapai perilaku sasaran. Pengukuran perilaku

sasaran pada fase ini diberikan sebanyak 15 sesi dengan kegiatan-kegiatan

untuk setiap sesinya sebagai berikut :

a. Subyek dimasukkan ke dalam ruangan penelitian dua. Ruangan penelitian

dua adalah ruangan yang digunakan selama penelitian berlangsung dengan

ukuran tidak terlalu besar dan telah disiapkan media karaoke.

b. Subyek dikondisikan dalam situasi belajar.

c. Subyek diminta mengamati dan menyimak penjelasan mengenai materi

pembelajaran bacaan shalat dengan menggunakan media karaoke.

d. Subyek diminta mengikuti lafal bacaan shalat yang terdengar dari media

karaoke sambil melihat tulisan bacaan shalat yang muncul di layar telivisi

yang menebal sedikit demi sedikit.

e. Program suara model yang melafalkan bacaan shalat dari media karaoke

dinonaktifkan.

f. Subyek diminta mengisi kekosongan suara di media karaoke dengan

melafalkan bacaan shalat mengikuti tulisan bacaan yang muncul dan

menebal sedikit demi sedikit.

g. Subyek diminta berkaraoke bacaan shalat secara berulang-ulang. Kegiatan

ini dilakukan subyek selama ± 60 menit.

h. Subyek diberi waktu istirahat selama ± 10 menit.

e. Subyek dikondisikan dalam situasi shalat.

f. Subyek diminta mempraktikkan shalat sambil melafalkan bacaannya secara

nyaring.

i. Selama subyek mempraktikkan shalat dilakukan pengukuran dan pencatatan

selama ± 10 menit mengenai kemampuan menghafal bacaan shalat subyek

(19)

28

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Baseline 2 (A2)

Baseline 2 (A2) menunjukkan kondisi subyek setelah diberikan perlakuan.

Pengukuran perilaku sasaran pada fase ini dilakukan sebanyak lima sesi dengan

kegiatan-kegiatan untuk setiap sesinya sebagai berikut :

a. Subyek dimasukkan ke dalam ruangan penelitian satu.

b. Subyek dikondisikan dalam situasi shalat.

c. Subyek diminta mempraktikkan shalat sambil melafalkan bacaannya secara

nyaring.

d. Selama subyek mempraktikkan shalat dilakukan pengukuran dan pencatatan

selama ± 10 menit mengenai kemampuan menghafal bacaan shalat subyek

pada hari itu.

C.Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri Sungaliat yang berada di Jl.

Pemuda Kelurahan Parit Padang Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Berdasarkan studi pendahuluan di lokasi penelitian, siswa tunagrahita ringan

yang beragama Islam kelas V SDLB semester 1 tahun pelajaran 2013/2014

berjumlah lima orang, satu siswa diantaranya sudah 70% hafal bacaan shalat,

empat siswa lainnya belum hafal bacaan shalat, tetapi hanya dua siswa yang sudah

mampu membaca, sedangkan dua siswa lainnya belum mampu membaca,

sehingga untuk keperluan penelitian ini, peneliti memutuskan bahwa subyek

penelitian adalah dua orang siswa yang belum hafal bacaan shalat tetapi sudah

mampu membaca tulisan latin.

D.Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu variabel

bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas

(20)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perilaku sasaran (target behavior) dalam penelitian ini adalah kemampuan

menghafal bacaan shalat. Definisi konsep variabel penelitian diuraikan berikut ini.

1. Media Karaoke

Media karaoke termasuk dalam kelompok media berteknologi

audiovisual, dirancang sedemikian rupa dengan melibatkan respon pemakai

secara aktif untuk menonton gerakan-gerakan shalat sekaligus mendengar

pelafalan bacaan shalat dari setiap gerakan shalat.

Media karaoke yang digunakan untuk belajar menghafal bacaan shalat

selain dilengkapi dengan sistem program dimana pemakai dapat

menghilangkan suara pelafalan bacaan lalu menggantinya dengan suara

pemakai sendiri. Media karaoke terdiri dari perangkat : televisi, pemutar

Digital Versatile Disc (DVD) karaoke, mikrofon, dan kaset DVD karaoke yang

berisi gambar animasi anak sedang shalat, diiringi dengan tulisan bacaan shalat

yang muncul dan menebal sedikit demi sedikit beserta suara pelafalannya.

2. Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008:110,473&1208)

menghafal diartikan sebagai berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu

ingat. Shalat dalam KKBI ditulis dengan salat yang berarti do’a kepada Allah,

dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kemampuan menghafal bacaan shalat adalah kemampuan

mengingat do’a-do’a kepada Allah yang dibacakan pada saat melakukan shalat mulai dari takbir sampai salam.

Kemampuan menghafal bacaan shalat berkaitan dengan aspek mengingat

dan melafalkan, sehingga secara operasional variabel kemampuan menghafal

bacaan shalat pada penelitian ini terdiri atas indikator, yaitu :

a. melafalkan hafalan niat shalat;

b. melafalkan hafalan bacaan takbiratul ihram;

(21)

30

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. melafalkan hafalan surat Al Faatihah;

e. melafalkan hafalan surat pendek pilihan ( surat Al Ikhlas di rakaat

pertama dan surat Al Ashr di rakaat kedua);

f. melafalkan hafalan do’a ruku;

g. melafalkan hafalan do’a itidal;

h. melafalkan hafalan do’a sujud;

i. melafalkan hafalan do’a duduk di antara dua sujud;

j. melafalkan hafalan do’a tahiyyat awal (di rakaat pertama);

k. melafalkan hafalan do’a tahiyyat akhir (di rakaat terakhir); dan

l. melafalkan hafalan bacaan salam.

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tes.

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok. (Webster’s Collegiate dalam Soendari,

2011:13). Tes yang diberikan pada subyek penelitian berupa tes lisan yang

diarahkan untuk memperoleh data dan informasi terhadap kemampuan menghafal

bacaan shalat.

Dalam melakukan shalat, gerakan shalat yang dilakukan tidak terlepas dari

bacaan shalat, begitu juga sebaliknya bacaan shalat yang dilafalkan harus sesuai

dan sejalan dengan gerakan shalat yang dilakukan. Di sisi lain, gerakan shalat bagi

siswa tunagrahita ringan dapat menjadi tanda/isyarat dimulainya bacaan tertentu

dalam shalat, sehingga lebih memudahkan siswa untuk mengingat hafalannya.

Oleh karena itu, untuk keperluan penelitian ini, tes hafalan bacaan shalat tidak

terlepas dari gerakan shalat. Meskipun demikian, tes tetap diprioritaskan pada

bacaan shalatnya, sedangkan gerakan shalat hanya menjadi unsur pendukung

dalam mengukur hafalan bacaan shalat yang dapat dilafalkan siswa tunagrahita

ringan yang menjadi subyek penelitian.

(22)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Jika subyek tidak melafalkan bacaan shalat, sehingga hanya melakukan

gerakan shalat, maka subyek memperoleh skor nol perkata.

2. Jika subyek melafalkan bacaan shalat, tetapi bacaan tidak sesuai dengan

gerakan shalat, maka subyek memperoleh skor nol koma lima perkata.

3. Jika subyek melafalkan bacaan shalat sesuai dengan gerakan shalat, tetapi

pelafalannya kurang benar (salah mengucapkan huruf atau ada pengurangan/

penambahan suku kata dalam kata), maka subyek memperoleh skor satu

perkata.

4. Jika subyek melafalkan bacaan shalat sesuai dengan gerakan shalat, tetapi

pelafalannya kurang runtun (kata dalam bacaan tertukar urutannya dengan kata

sebelum/berikutnya), maka subyek memperoleh skor satu koma lima perkata.

5. Jika subyek melafalkan bacaan shalat dengan benar, runtun, dan bacaan sesuai

dengan gerakan shalat, maka subyek memperoleh skor dua perkata.

6. Skor maksimum adalah 806.

7. Persentase kemampuan menghafal bacaan shalat subyek dihitung dengan

membagi jumlah skor jawaban subyek dengan skor maksimum kemudian

dikalikan 100 %.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam rangka pengumpulan data

didasarkan atas kisi-kisi instrumen penelitian berikut ini.

Tabel 3.1.

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Persentase Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat

Jumlah Skor Jawaban

=

Skor Maksimum

(23)

32

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(24)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel

(25)

34

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Variabel

Penelitian Materi

Jenis

Tes

Aspek yang

Dinilai Indikator

Nomor

Soal Jumlah

bacaan

salam.

lisan hafalan

bacaan

salam.

hafalan

bacaan

(26)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G.Pengujian Instrumen Penelitian

Pengujian instrumen dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat

validitas dan reliabilitas intstrumen penelitian. Instrumen yang valid berarti

instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

(Sugiyono, 2008:121). Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila

digunakan dalam waktu yang berbeda terdapat kesamaan data. (Sugiyono,

2008:121). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam

pengumpulan data, maka diharapkan akan diperoleh data yang dapat dipercaya

kebenarannya.

1. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendapat

dari para ahli di bidangnya (judgement experts). Para ahli yang dimintai pendapat

mengenai media yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang, yaitu

dua orang dosen pendidikan khusus yang ahli di bidang ketunagrahitaan, dan satu

orang guru yang berpengalaman membuat media pembelajaran bagi siswa

tunagrahita ringan. Para ahli ini dimintai tanggapannya mengenai media yang

telah dibuat peneliti guna meningkatkan kualitas media dan kelayakan media

untuk digunakan dalam penelitian. Sedangkan para ahli yang dimintai pendapat

mengenai instrumen penelitian yang telah disusun sebanyak lima orang guru yang

berpengalaman dalam mendidik siswa tunagrahita ringan, yaitu dua orang guru

dari SLB Negeri Pangkalpinang Provinsi Kepualuan Bangka Belitung, dua orang

guru dari SLB C Purnama Asih Provinsi Jawa Barat, dan satu orang guru dari

SLB YPLAB Lembang Provinsi Jawa Barat. Hasil judgement instrumen

penelitian dihitung guna mengetahui kevalidan instrumen dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Jumlah ahli yang menyatakan bisa

Persentase = x 100%

(27)

36

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah persentase diketahui, selanjutnya dibuat kesimpulan berdasarkan

kriteria persentase, yaitu :

0% - 34% = Tidak valid

34% - 68% = Kurang valid

69% -100 % = Valid

Hasil uji validitas instrumen penelitian beserta perhitungannya dapat dlihat secara

rinci di lembar lampiran.

2. Uji Reliabilitas

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti diuji reabilitasnya dengan

menggunakan test-retest. Test-retest dilakukan dengan cara mencobakan

instrumen beberapa kali dengan waktu pelaksanaan yang berbeda kepada subyek

penelitian, kemudian hasil test-retest dihitung untuk mencari koefisien korelasi

antara percobaan pertama dengan percobaan berikutnya dengan menggunakan

rumus korelasi Product Moment skor asli yang dikemukakan oleh Pearson dalam

Susetyo (2010:180), yaitu :

Keterangan :

r : koefisien korelasi

x : hasil percobaan pertama

y : hasil percobaan kedua

 : jumlah

N : banyak subyek yang diujicoba

r = N −

(28)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah koefisien korelasi diketahui, selanjutnya dibuat kesimpulan

berdasarkan klasifikasi koefisien korelasi menurut Goilford dalam Susetyo

(2010:118), yaitu :

0,00 – 0,20 = Tidak ada korelasi

0,21 – 0,40 = Rendah atau kurang

0,41 – 0,70 = Cukup

0,71 – 0,90 = Tinggi

0,91 – 1,00 = Sangat tinggi (sempurna)

Hasil uji reabilitas instrumen penelitian beserta perhitungannya dapat dlihat secara

rinci di lembar lampiran.

H.Analisis Data

Analisis data merupakan tahap terakhir dalam penelitian ini sebelum

dilakukan penarikan kesimpulan. Sunanto, et al (2006:65) mengemukakan bahwa

:

Tujuan utama analisis data dalam penelitian di bidang modifikasi perilaku adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran yang ingin diubah. Metode analisis yang digunakan lazim disebut inspeksi visual dimana analisis dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap data yang telah ditampilkan dalam grafik.

Sesuai dengan tujuan tersebut di atas, maka metode analisis data penelitian

ini menggunakan inspeksi visual, dimana peneliti melakukan pengamatan secara

langsung terhadap data yang telah ditampilkan dalam grafik. Dalam rangka

membuat grafik, komponen-komponen yang akan dipenuhi peneliti mengacu

pada komponen yang diungkapkan Sunanto, et al., (2006:30), meliputi :

1. Absis

Komponen ini adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang

(29)

38

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Ordinat

Komponen ini adalah sumbu Y yang merupakan sumbu vertical yang

menunjukkan satuan untuk variable terikat atau perilaku sasaran, misalnya

persen, frekuensi, atau durasi.

3. Titik awal

Komponen ini merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai

titik awal skala.

4. Skala

Komponen ini merupakan garis-garis pada sumbu X dan sumbu Y yang

menunjukkan ukuran (misalnya 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%).

5. Label kondisi

Komponen ini merupakan keterangan ang menggambarkan kondisi penelitian,

misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis perubahan kondisi

Komponen ini adalah garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan

kondisi ke kondisi lainnya.

7. Judul grafik

Komponen ini yang mengarahkan pembaca agar segera mengetahui hubungan

(30)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara visual, bentuk dasar grafik tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.2 Bentuk Dasar Grafik

Dalam rangka melakukan analisis dengan metode inspeksi visual guna

mengetahui pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran yang ingin diubah,

maka komponen-komponen yang akan dipenuhi peneliti mengacu pada

komponen yang diungkapkan Sunanto, et al (2006:65-76), meliputi :

1. Analisis dalam kondisi

Analisis dalam kondisi merupakan analisis perubahan yang terjadi dalam

suatu kondisi, misalnya dalam kondisi baseline atau kondisi intervensi.

Komponen-komponennya berikut ini.

a. Panjang kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi. Banyaknya data

dalam kondisi menggambarkan banyaknya sesi (hari) yang dilakukan 0

20 40 60 80 100

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

O

rdina

t

(Y

)

Absis (X)

Judul

Baseline Intervensi

(31)

40

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada tiap kondisi. Data dalam kondisi baseline dan intervensi

dikumpulkan sampai diperoleh data yang stabil dan menunjukkan arah

yang jelas.

b. Kecenderungan arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua

data dalam suatu kondisi. Ada tiga kemungkinan arah garis dalam suatu

kondisi, yaitu mendatar, naik, dan turun. Arah garis akan mendatar

apabila dalam suatu kondisi tidak ada perubahan data yang jelas dari satu

sesi ke sesi berikutnya, misalnya pada kondisi baseline diperoleh

frekuensi data sebagai berikut : sesi pertama 25%, sesi kedua 25%, sesi

ketiga 25%, sesi keempat 25%, sesi kelima 25%, dan seterusnya. Dari

contoh data tersebut akan diperoleh arah garis yang mendatar. Arah garis

akan naik apabila data dalam suatu kondisi dari satu sesi ke sesi

berikutnya bertambah, misalnya sesi pertama 25%, sesi kedua 30%, sesi

ketiga 38%, sesi kelima 43%, sesi kelima 50%, dan seterusnya. Arah

garis akan turun apabila data dalam suatu kondisi dari satu sesi ke sesi

berikutnya berkurang, misalnya sesi pertama 25%, sesi kedua 20%, sesi

ketiga 17%, sesi keempat 10%, sesi kelima 8%, dan seterusnya.

c. Tingkat stabilitas (level stability)

Tingkat stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data yang terdapat

dalam suatu kondisi. Tingkat stabilitas ditentukan dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

1) Menentukan kecenderungan stabilitas, dalam hal ini menggunakan

kriteria stabilitas 15%. Perhitungannya seperti ini.

Skor tertinggi X Kriteria stabilitas = Rentang Stabilitas

(32)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Menghitung mean level dengan cara menjumlahkan semua data yang

ada kemudian dibagi dengan banyaknya data.

Contoh : data dalam baseline yaitu 19, 20, 17, 19, 15 maka mean

level yang diperoleh adalah

= 18

3) Menentukan batas atas dengan cara mean level ditambah dengan

setengah dari rentang stabilitas.

Contoh : mean level 18 dan rentang stabilitas 5,23 maka batas atas

yang diperoleh adalah 18 + 2,6 = 20,6

4) Menentukan batas bawah dengan cara mean level dikurang dengan

setengah dari rentang stabilitas.

Contoh : mean level 18 dan rentang stabilitas 7 maka batas bawah

yang diperoleh adalah 18 – 2,6 = 15,4

Sunanto, et al (2006:68) mengungkapkan bahwa “ Jika sebanyak 50%

atau lebih data berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean,

maka data tersebut dikatakan stabil”.

d. Tingkat perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan antara dua data.

Tingkat perubahan data ini dapat dihitung untuk data dalam suatu kondisi

maupun data antarkondisi. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi

merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir. Sedangkan

tingkat perubahan data antar kondisi ditunjukkan dengan selisih antara

data terakhir pada kondisi pertama dengan data pertama pada kondisi

berikutnya.

e. Jejak data (data path)

Jejak data merupakan perubahan data satu ke data lain dalam suatu

kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga

kemungkinan, yaitu ; menaik, menurun, dan mendatar. Jika diperhatikan

(33)

42

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

(34)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. Rentang

Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak

antara data pertama dengan data terakhir. Rentang ini memberikan

informasi sebagaimana yang diberikan pada analisis tentang tingkat

perubahan (level change).

2. Analisis antar kondisi

Analisis antar kondisi merupakan analisis perubahan yang terjadi antara dua

kondisi, misalnya antara kondisi baseline dengan kondisi intervensi.

Komponen-komponennya berikut ini.

a. Variabel yang diubah

Pada bagian ini analisis difokuskan pada ada tidaknya variabel yang

diubah dari satu kondisi ke kondisi berikutnya, misalnya dari kondisi

baseline ke kondisi intervensi.

b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Makna kecenderungan arah dalam anlisis antar kondisi, menunjukkan

perubahan perilaku sasaran (target behavior). Perubahan tersebut

merupakan akibat diberikannya intervensi. Kemungkinan perubahan

kecenderungan antar kondisi ini adalah :

1) Mendatar ke mendatar

2) Mendatar ke menaik

3) Mendatar ke menurun

4) Menaik ke menaik

5) Menaik ke mendatar

6) Menaik ke menurun

7) Menurun ke menaik

8) Menurun ke mendatar

9) Menurun ke menurun

Adapun pemaknaan terhadap perubahan tersebut akan sangat tergantung

(35)

44

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

(36)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data merupakan tingkat kestabilan perubahan sekelompok data.

Data dapat dikatakan stabil jika data tersebut menunjukkan arah yang

konsisten. Yang dimaksud konsisten dalam hal ini adalah menunjukkan

arah mendatar, menaik atau menurun secara meyakinkan.

d. Perubahan level data

Dalam analisis antar kondisi, perubahan level data ditunjukkan dengan

besarnya selisih antara data terakhir pada kondisi baseline dan data

pertama pada kondisi intervensi. Nilai selisih ini menunjukkan seberapa

besar pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku.

e. Data yang tumpang tindih (overlap)

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi misalnya kondisi baseline

dan kondisi intervensi adalah terdapat data yang sama pada kedua

kondisi tersebut. Jumlah persentase data yang tumpang tindih ini dapat

dijadikan indikator dalam menentukan ada tidaknya pengaruh intervensi.

Misalnya jika data lebih dari 90% tumpang tindih, maka hal ini

menunjukkan bahwa intervensi tidak memberikan pengaruh terhadap

(37)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan

Dampak ketunagrahitaan mengakibatkan lemahnya daya ingat, sehingga

siswa tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam menghafal bacaan shalat.

Menghafal bacaan shalat merupakan kegiatan meresapkan bacaan shalat ke dalam

pikiran agar selalu ingat. Upaya yang dilakukan untuk memudahkan siswa

tunagrahita ringan menghafal bacaan shalat adalah dengan menggunakan media

karaoke sebagai media pembelajaran dalam proses belajar menghafal bacaan

shalat.

Media karaoke dirancang berteknologi audiovisual dan dilengkapi dengan

program tertentu, dimana pengguna media karaoke dapat menghilangkan suara

pelafalan lalu menggantinya dengan suaranya sendiri, sehingga media ini dapat

digunakan oleh siswa tunagrahita ringan secara berulang-ulang untuk belajar

shalat dan menghafalkan bacaannya.

Penggunaan media karaoke memberikan pengaruh baik pada siswa

tunagrahita ringan. Isi tayangan yang berisi materi pelajaran shalat yang dikemas

secara apik dengan paduan komposisi warna dan animasi yang menarik, mampu

membuat siswa tunagrahita ringan semangat belajar dan memudahkannya

mengingat pesan yang disampaikan, sehingga rekaman memorinya berkembang

secara optimal. Dengan demikian, kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam

menghafal bacaan shalat juga berkembang, hal ini terbukti dengan adanya

peningkatan kemampuan dari subyek penelitian dalam melafalkan hafalan bacaan

shalat.

Peningkatan kemampuan menghafal bacaan shalat pada kedua subyek

ditunjukkan melalui naiknya mean level persentase hafalan bacaan shalat yang

mampu dilafalkan dari masing-masing subyek. Setelah diberikan intervensi mean

level subyek I (AA) lebih tinggi 55% dibandingkan dengan mean level sebelum

(38)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diberikan intervensi lebih tinggi 50% dibandingkan dengan mean level sebelum

diberikan intervensi. Dengan demikian masalah yang menjadi pertanyaan

penelitian ini yang ditulis dalam rumusan masalah dapat dijawab, yaitu:

penggunaan media karaoke dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan

shalat pada siswa tunagrahita ringan.

Namun perlu diingat bahwa hasil penelitian ini hanya berlaku pada siswa

tunagrahita ringan yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Siswa tunagrahita

ringan lainnya atau siswa dengan jenis kekhususan yang berbeda, apabila diteliti

dengan menggunakan metode penelitian yang sama dan media yang sama dengan

penelitian ini, ada kemungkinan hasil yang didapat akan berbeda dengan hasil

yang telah dicapai pada siswa tunagrahita ringan yang menjadi subyek penelitian

ini, sehingga data penelitian yang terkumpul juga akan berbeda, dengan begitu

kesimpulan dari penelitian pun akan menjadi berbeda.

B.Rekomendasi

Peneliti mengajukan rekomendasi sebagai berikut :

1. Kepada guru SLB yang menangani siswa tunagrahita ringan, hasil penelitian

ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran bagi siswa

tunagrahita ringan. Media karaoke tidak hanya dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam menghafal bacaan shalat, tetapi

kemungkinan besar juga dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan

lainnya pada diri siswa, seperti kemampuan melakukan gerakan shalat secara

tertib dan/atau kemampuan melafalkan bacaan shalat dengan tajwid yang tepat.

Di samping itu, media karaoke dapat memudahkan guru untuk mengaktifkan

semua siswa dalam proses pembelajaran secara klasikal, dimana dalam satu

ruangan jumlah siswa lebih dari satu, sehingga kondisi tersebut akan

mengefisiensikan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada setiap

siswa dalam satu ruangan dengan waktu yang bersamaan.

2. Kepada orang tua, hasil penelitian ini dapat dilakukan di rumah terhadap

anaknya yang mengalami masalah belajar yang sama seperti subyek penelitian

(39)

55

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam meningkatkan kemampuan anaknya. Dari segi metode, metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode yang

memiliki desain dan prosedur yang sederhana, sehingga mudah untuk dipahami

dan dilakukan orang tua, namun untuk menambah pehamaman tentunya orang

tua perlu membaca berbagai referensi lainnya mengenai metode yang dipakai

dalam penelitian ini. Sedangkan dari segi media karaoke, orang tua juga dapat

merancang sendiri media karaoke sesuai kebutuhan belajar anak, karena sistem

program yang terdapat di media karaoke sudah umum dikenal orang, dan juga

kemudahan dalam pengoperasiannya.

3. Kepada peneliti lainnya, semoga hasil penelitian ini menjadi inspirasi dan

motivasi untuk memodifikasi media karaoke dengan rancangan yang berbeda

dan dengan kreativitas yang lebih tinggi, sehingga media karaoke memiliki

banyak manfaat, tidak hanya untuk belajar menyanyi atau belajar menghafal

bacaan shalat, tetapi juga dapat digunakan untuk belajar hal lainnya, misalnya

belajar mengucapkan dialog sebagai pengisi suara dalam sebuah drama/cerita,

belajar berpidato dengan menggunakan bahasa asing, dan sebagainya.

Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan dengan hasil

penelitian lainnya. Metode eksperimen dengan pendekatan subyek tunggal

sangat tepat digunakan dalam penelitian yang mengujicobakan suatu media,

strategi, pendekatan, atau program pembelajaran pada siswa dengan kebutuhan

khusus, karena metode penelitian ini menganalisis secara individu. Kondisi dan

kemampuan yang ada pada siswa berkebutuhan khusus dapat lebih fokus

teramati dan tergali, sehingga hal ini sangat sejalan dengan program

(40)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Afdrikah, B. (2010). “Peningkatan Motivasi Menghafal Surat Pendek Pelajaran

Al- Qur’an Hadist dengan Media Audio Visual pada Kelas II MI Al-Hikmah

Buduran Sidoarjo”. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam. 01, (01), 66-76.

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud.

Amiruddin, A. (2009). Sudah Benarkah Shalatku ? : Panduan Gerakan dan Bacaan Shalat. Bandung: Khazanah Intelektual.

Anis, R. (2012). Teori Pembelajaran Vygotsky. [Online]. Tersedia : http://penembushayalan.wordpress.com/2012/05/26/teori-pembelajaran-vygotsky/ [18 Maret 2013].

Aprillia, I.D., Somad, P., dan Ristian, P. (2007). “Penerapan Pendekatan Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Bacaan Salat pada Siswa Tunarungu”. JASSI_ anakku. 6, (2), 12-22.

Astati. (2010). Bina Diri untuk Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Catur Karya Mandiri.

Astati., dan Mulyati, L. (2011). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Amanah Offset.

Dimyati., dan Mudjiono. (1999). Definisi atau Pengertian Hasil Belajar Menurut

Para Ahli. [Online]. Tersedia:

http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/definisipengertian-hasil-belajar.html [13 Desember 2012].

Hamalik. (2002). Definisi Hasil Belajar. [Online]. Tersedia: http://ahli-definisi.blogspot.com/2011/02/definisi-hasil-belajar.html [13 Desember 2012].

Harjanto. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Horner, R., et al. (2005). “The Use of Single-Subject Research to Identify Evidence-Based Practice in Special Education”. Council for Exceptional Children. 71, (2), 165-179.

(41)

57

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kusumawati, Y. (2006). Kontribusi Media Video Terhadap Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Pada Siswa Tunagrahita Ringan. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.

Lestari, P.R., (2008). Penerapan Pendekatan Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat Pada Anak Tunarungu. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.

Novianti, I. (2012). Makalah Teori Pembelajaran Sosial. [Online]. Tersedia :

http://ceritapgz.blogspot.com/2012/10/makalah-teori-pembelajaran-sosial.html [18 Maret 2013].

Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ramayulis. (2005). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sadiman, AS. (2009). Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soendari, T. (2011). Asesmen dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Amanah Offset.

Somantri, S.( 2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sunanto, J., et al (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT. Refika Aditama.

Susilana, R. dan Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran : Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.

(42)

Sumiyati, 2014

PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Syarifudin, S. (2012). Mengapa Kita Harus Menghafal Al-Qur’an?. [Online]. Tersedia : http://ltqalhuda.blogspot.com/2012/01/mengapa-kita-harus-menghafal-al-quran.html [8 Desember 2013].

Taufiqurrahman, M. (2012). Penerapan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Pemahaman Warna Primer. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.

Tawney, J.W., dan Gast, D.L. (1984). Single Subject Research in Special Education. Columbus, Ohio: Charles E. Publishing Company dan A Bell & Howell Company.

Waluyandari, Y.W. dan Arthana, I.K.P. (2011). “Pemanfaatan Media Flashcard Hijaiyah dengan Pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT) untuk Meningkatkan Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah pada Kelompok Bermain (Playgroup) di PAUD Aisyiyah Trenggalek”. Jurnal Mahasiswa

Teknologi Pendidikan (JMTP). 1, (1). [Online]. Tersedia :

http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/jmtp/artikel/1573/pemanfaatan-media- flashcard-hijaiyah-dengan-pendekatan-beyond-centers-and-circle-time-bcct- untuk-meningkatkan-kemampuan-menghafal-huruf-hijaiyah-pada-kelompok-bermain-play-group-di-paud-aisyiyah-trenggalek [15 Maret 2013].

Warsito, B. (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Gambar

Gambar 3.1. Desain A-B-A
Tabel 3.1.
Gambar 3.2 Bentuk Dasar Grafik

Referensi

Dokumen terkait

Wajib Pajak Badan adalah badan usaha yang merupakan sebjek pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak di KPP sesuai dengan ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang

Pengembangan daya tarik kawasan wisata bunga cihideung, kecamatan parongpong, Kabupaten bandung barat.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

F 0XV\DURNDK PLVDOQ\D3DN8VPDQDGDODKVHRUDQJSHQJXVDKD\DQJ DNDQ PHODNVDQDNDQ VXDWX SUR\HN XVDKD WHUVHEXW PHPEXWXKNDQ PRGDO VHMXPODK 5S WHUQ\DWD VHWHODK GLKLWXQJ

X.1 Memasang 1 Buah Kloset Duduk Porselen Bahan

Setelah melihat hasil penelitian yang telah dibahas mengenai pengaruh tabungan mudharabah , pembiayaan mudharabah-musyarakah dan pendapatan operasional lainnya terhada laba

Berdasar pada Berita Acara Pembuktian kualifikasi nomor Berita Acara Pembuktian kualifikasi Nomor : 171/ULP-Pokja-JK/2011 tanggal 06 Mei 2011 Pekerjaan Study

Pelayanan teknologi informasi Listrik Prabayar (LPB) dan Kerelasian Pelanggan yang sudah dan sedang dilaksanakan oleh PLN diteliti dalam penelitian ini apakah

This paper presents an optimum sizing assessment for stand-alone hybrid distributed energy system feeding a sub-village sized household community in the rural areas, affected