PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN
SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
Oleh
Sumiyanti
1204694
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN
SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Oleh Sumiyanti
S.Pd Universitas Negeri Jakarta, 2003
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada
Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus
© Sumiyanti 2014
Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA
TUNAGRAHITA RINGAN
(Sumiyanti, 1204694, Prodi PKKh, UPI, Bandung)
ABSTRAK
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
THE USE OF KARAOKE MEDIA TO IMPROVE THE ABILITY OF MEMORIZING PRAYERS FOR SHALAT (ISLAMIC WORSHIP) AMONG
STUDENTS WITH MILD INTELLECTUAL DISABILITIES
(Sumiyanti, 1204694, Special Needs Education Program, Indonesia University of Education, Bandung)
ABSTRACT
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR GRAFIK ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 4
C.Batasan Masalah ... 5
D.Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan dan Manfaat Masalah ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A.Konsep Dasar ketunagrahitaan ... 8
B.Konsep Dasar menghafal ... 10
C.Konsep Dasar Media Karaoke sebagai Media Pembelajaran ... 12
D.Konsep Dasar Belajar ... 17
E. Penelitian Sebelumnya yang Relevan ... 21
F. Kerangka Pemikiran ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 24
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B.Prosedur Penelitian ... 26
C.Lokasi dan Subyek Penelitian ... 28
D.Variabel Penelitian ... 28
E. Teknik Pengumpulan Data ... 30
F. Instrumen Penelitian ... 31
G.Pengujian Instrumen Penelitian ... 34
H.Analisis Data ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A.Hasil Penelitian ... 44
B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 50
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 53
A.Kesimpulan ... 53
B.Rekomendasi ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 56
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Berdasarkan tuntunan rukun dan tatacara shalat yang diajarkan Nabi
Muhammad SAW, memiliki gerakan-gerakan dan tatacara yang harus dilakukan
sesuai urutannya. Tuntunan dan tatacara shalat tersebut diantaranya : bacaan
shalat yang dilafalkan dengan menggunakan bahasa Arab, bacaan tersebut berisi
do’a-do’a yang ditujukan hanya kepada Allah SWT, bacaan shalat yang dilafalkan
harus sesuai dengan gerakan shalat yang dilakukan, dan lain-lain. Agar shalat
yang dilaksanakan sesuai dengan tuntunan dan tatacara yang diajarkan Nabi
Muhammad SAW, maka setiap muslim harus hafal setiap bacaan shalat dalam
setiap gerakan shalat.
Menghafal bacaan shalat merupakan kegiatan yang berusaha meresapkan ke
dalam pikiran agar bacaan-bacaan shalat selalu diingat. Untuk itu dalam
menghafal bacaan shalat diperlukan daya ingat yang kuat. Di sisi lain siswa
tunagrahita ringan memiliki rentang cukup pendek dalam kemampuan mengingat.
Begitu pula kemampuan mereka dalam berbahasa seringkali dikatakan lemah,
baik dari struktur maupun pelafalan. Hal lain yang dapat memperburuk keadaan
terkait dengan bahasa yang dipelajari dalam bacaan shalat adalah bahasa Arab
yang mungkin memiliki struktur dan pelafalan yang sangat berbeda disamping
pemahaman terhadap bahasa Arab itu sendiri menjadi sangat abstrak. Namun
demikian bukan berarti siswa tunagrahita tidak memiliki potensi untuk dapat
mempelajari dan melafalkan bahasa Arab dengan baik, dalam hal ini bacaan
shalat.
Dari hasil studi pendahuluan di SLB Negeri Sungailiat, peneliti menemukan
bahwa dari semua siswa tunagrahita ringan yang duduk di kelas V SDLB tahun
pelajaran 2012/2013 yaitu sebanyak lima siwa, ketika diminta mempraktikkan
shalat dengan bacaannya secara nyaring, kelima siswa tersebut kurang mampu
2
melafalkan beberapa hafalan bacaan, seperti bacaan Surat Al Fatihah, bacaan
ketika ruku’, i’tidal , sujud, dan salam, bacaan yang lainnya meskipun masih
terbalik/tertukar urutan pelafalannya dan terkadang tidak sesuai dengan gerakan
shalat. Dua siswa mampu mengingat dan melafalkan hafalan berupa surat Al
Fatihah, bacaan takbir, dan salam, sedangkan dua siswa lainnya hanya mampu
mengingat dan mengucapkan bacaan takbir yaitu “Allahu akbar”. Kebanyakan dalam setiap gerakan shalat yang dilakukan mereka hanya bacaan takbir saja yang
sangat jelas dan benar dilafalkan, padahal sebelumnya materi menghafalkan
bacaan shalat telah dibelajarkan. Dari pengakuan kelima siswa tersebut terungkap
bahwa bahasa Arab sulit diucapkan seiring bacaan shalat, dan semua itu membuat
mereka malas belajar menghafalkan bacaan shalat.
Ketidakmampuan siswa melafalkan hafalan bacaan salat merupakan
masalah yang harus segera ditemukan pemecahannya, bila tidak siswa tidak dapat
berkembang potensinya secara optimal terutama dalam mata pelajaran PAI, selain
itu siswa juga tidak dapat menjadi seorang muslim yang dapat menunaikan
kewajibannya melaksanakan shalat sesuai syariat Islam dan rukun shalat yang
ditetapkan.
Dalam penelitian Aprillia, Somad, dan Ristian (2007) didapatkan
kesimpulan bahwa penerapan pendekatan multisensori dapat meningkatkan
kemampuan menghafal bacaan shalat pada siswa tunarungu. Penelitian lainnya
oleh Afdrikah (2010) membuktikan secara signifikan bahwa media audiovisual
dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi menghafal surat pendek Al Quran
dan meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa kelas II MI dalam pembelajaran.
Hasil penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa, media audiovisual dapat
digunakan untuk menyampaikan pesan mata pelajaran PAI yang sifatnya verbalis,
misalnya dalam bentuk kata-kata atau bahasa lisan seperti cara melafalkan bacaan
Al Quran yang harus dibaca saat melaksanakan shalat, selain itu melalui media ini
siswa mengggunakan indera penglihatannya untuk melihat langsung pesan
melalui gambar di proyektor, sehingga memungkinkan siswa secara tepat dan
benar dapat memahami pembelajaran secara efektif dan efisien. Selanjutnya
kemampuan menghafal huruf hijaiyah pada anak usia dini dapat ditingkatkan
secara signifikan melalui pemanfaatan media Flashcard Hijaiyah dengan
Pendekatan Beyond Centers and Circle Time. Dari ketiga hasil penelitian tersebut
peneliti terinspirasi untuk melakukan penelitian guna memecahkan masalah
ketidakmampuan siswa tunagrahita ringan dalam menghafalkan bacaan shalat.
Berpijak dari teori belajar sosial Albert Bandura dalam Novianti (2012)
bahwa perilaku siswa dapat dipengaruhi lingkungannya serta proses mengamati
dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan
belajar. Dalam penelitian ini peneliti ingin mempengaruhi siswa tunagrahita
ringan melalui media karaoke. Dengan media karaoke diharapkan siswa dapat
mengamati dan meniru gerakan dan bacaan salat secara benar, sehingga dapat
belajar menghafalkan bacaan shalat.
Media karaoke biasanya berisi video klip lagu yang disertai suara nyanyian
dan irama musik, dan dimunculkan bacaan lirik lagu yang ditebalkan sedikit demi
sedikit sesuai lirik lagu yang dinyanyikan, proses tersebut dapat digunakan untuk
belajar menyanyi sambil menghafalkan liriknya. Akan tetapi untuk keperluan
pembelajaran shalat, media karaoke dirancang peneliti berisi video animasi
gerakan shalat yang disertai suara orang yang melafalkan bacaan shalat sesuai
gerakan shalat, dan dimunculkan tulisan bacaan shalat yang menebal sedikit demi
sedikit sesuai bacaan shalat yang dilafalkan, sehingga dapat digunakan untuk
belajar melafalkan bacaan shalat dan menghafal bacaan shalat sesuai gerakan
shalat.
Media karaoke dirancang berteknologi audiovisual dan diproduksi
sedemikian rupa dengan melibatkan respon pemakai secara aktif untuk menonton
gambar bergerak sekaligus mendengar pemutaran suara, selain itu dengan
menggunakan sistem tertentu pemakai dapat menghilangkan pemutaran suara lalu
menggantinya dengan suara pemakai sendiri.
Media karaoke yang berteknologi audiovisual memiliki potensi tinggi dalam
penyampaian pesan maupun kemampuannya dalam menarik minat dan perhatian
siswa. Dikemukakan oleh Warsito (2008:30) bahwa media berteknologi
4
untuk menyampaikan informasi, hiburan, dan pembelajaran. Dengan demikian
salah satu media pembelajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan
pembelajaran adalah media karaoke.
Dari kelebihan yang dimiliki media karaoke, maka apabila siswa tunagrahita
ringan belajar melalui media karaoke, diduga mereka akan mengamati
program/acaranya dengan tenang, tertarik perhatiannya untuk mengamati
perubahan-perubahan gambar yang terjadi, terdorong minatnya untuk membaca
susunan kata-kata /teks bacaan shalat yang ada, serta akan termotivasi untuk aktif
menirukan bunyi bacaan shalat serta gerakannya seperti yang dicontohkan
model/gambar. Dengan seringnya siswa mengikuti panduan melafalkan teks
bacaan shalat, diharapkan siswa terbiasa melafalkan bacaan shalat dan mudah
mengingat hafalan bacaan shalat secara keseluruhan. Dengan demikian apabila
daya mengingat siswa tentang bacaan shalat meningkat, maka kemampuan
menghafal bacaan shalat juga meningkat. Siswa mampu melaksanakan shalat
dengan baik dan benar, sehingga kewajibannya sebagai umat muslim dapat
ditunaikannya.
Berpijak pada teori konstruktivisme Lev Semyonovich Vygotsky dalam
Anis (2012) bahwa seorang siswa akan mendapatkan pengetahuannya dengan cara
diberikan pengetahuan secara terbimbing (scaffolding). Pada tahap awal
pembelajaran misalnya menghafal bacaan shalat, siswa diberikan sejumlah besar
bantuan, yaitu siswa mendengarkan, mengamati, dan menonton sambil meniru
model yang ditayangkan melalui media karaoke, pada tahap selanjutnya bantuan
dikurangi, yaitu siswa hanya menonton sambil mengikuti tulisan bacaan yang
muncul dan menebal melalui media karaoke, dan akhirnya siswa diberikan
kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar, yaitu
mengerjakannya sendiri dengan cara siswa mempraktikkan shalat dengan
melafalkan bacaannya secara nyaring.
B.Identifikasi Masalah
Siswa tunagrahita ringan yang beragama Islam juga diwajibkan untuk
melaksanakan shalat seperti umat muslim lainnya. Akan tetapi karena dampak
ketunagrahitaan yang dialami siswa tunagrahita membuat daya ingatnya lemah,
sehingga kemampuan mengingat hafalan bacaan shalat sangat terbatas. Selain itu
bacaan shalat menggunakan bahasa Arab yang sulit dipahami artinya, sehingga
menjadi hal yang abstrak untuk dipelajari, padahal kenyataannya siswa
tunagrahita ringan memiliki keterbatasan dalam mempelajari hal-hal yang bersifat
abstrak.
Menghafal bacaan shalat tidak dapat dilakukan hanya dengan sekali
mendengar dan dihafalkan bacaannya sekaligus, akan tetapi harus dilakukan
dengan cara mendengar bacaannya berulang-ulang sambil membaca tulisannya
dan kemudian dihafalkan sedikit demi sedikit.
Belajar menghafal bacaan shalat harus di dalam lingkungan yang kondusif.
Lingkungan belajar yang kondusif akan membuat siswa tunagrahita ringan tenang
dan fokus dalam belajar serta termotivasi untuk belajar, sehingga memudahkan
siswa tunagrahita ringan menghafal bacaan shalat. Apabila lingkungan belajar
tidak kondusif, misalnya keadaan sekitar tempat belajar sangat ramai dan berisik,
akan mengakibatkan ternganggunya konsentrasi belajar dan proses rekaman
memori penghafalan siswa tunagrahita ringan.
C.Batasan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan identifikasi di atas, penelitian
ini di batasi hanya pada permasalahan sebagai berikut :
1. Shalat yang sesuai dengan syariat Islam terdiri dari gerakan shalat yang
dilakukan secara runtun disertai bacaan shalat yang dilafalkan secara baik dan
benar. Dalam penelitian ini yang diamati dan diteliti adalah kemampuan siswa
dalam melafalkan hafalan bacaan shalat dengan benar, runtun, dan sesuai
dengan gerakan shalat.
2. Berbagai media dapat digunakan dalam pembelajaran menghafal bacaan shalat
diantaranya : kartu saku bacaan shalat, poster bergambar shalat yang disertai
6
ini dibatasi pada penggunaan media karaoke sebagai media pembelajaran
menghafal bacaan shalat yang berisi video animasi gerakan shalat yang diiringi
suara orang yang melafalkan bacaan shalat sesuai gerakan shalat, dan disertai
tulisan bacaan shalat yang muncul dan menebal sedikit demi sedikit sesuai
bacaan shalat yang dilafalkan.
3. Siswa tunagrahita dikelompokkan menjadi tunagrahita ringan, sedang, dan
berat. Dalam penelitian ini dibatasi hanya pada siswa tunagrahita ringan kelas
V SDLB yang beragama Islam dan sudah mampu membaca tulisan latin.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditentukan, maka dapat
diturunkan rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : “Apakah penggunaan media karaoke sebagai media pembelajaran dapat
meningkatkan kemampuan menghafal bacaan shalat siswa tunagrahita ringan kelas V SDLB?”
E.Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut :
1. Tujuan penelitian
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media karaoke sebagai media
pembelajaran terhadap kemampuan menghafal bacaan shalat siswa tunagrahita
ringan kelas V SDLB.
2. Manfaat penelitian
a. Bagi siswa
Media karaoke diharapkan dapat membelajarkan siswa tunagrahita ringan,
baik secara individu maupun bersama dengan teman yang tidak hanya
terfokus kepada guru sebagai pengajar.
b. Bagi sekolah dan guru-guru SLB bagian tunagarahita ringan
1) Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam
menyenangkan di sekolah dengan berbasis media berteknologi
audiovisual.
2) Memberikan informasi tentang pengaruh media karaoke sebagai media
pembelajaran dalam mengajarkan materi pelajaran yang sifatnya abstrak.
c. Bagi Peneliti Lainnya
Media karaoke sebagai alternatif solusi dalam memecahkan masalah
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan desain penelitian subyek tunggal (Single Subject Research), karena
penelitian ini dilakukan terhadap subyek tunggal. Yang dimaksud subyek tunggal
dalam penelitian adalah perilaku yang ingin diubah, yaitu kemampuan menghafal
bacaan shalat pada siswa tunagrahita ringan. Tawney dan Gast (1984:10)
mengemukakan bahwa :
Single subject research design is an integral part of the behavior analytic tradition. The term refers to a research strategy developed to document changes in behavior of individual subject.
Definisi di atas diartikan bahwa desain penelitian subyek tunggal adalah bagian
yang tak terpisahkan dari tradisi analisis perilaku. Istilah tersebut mengacu pada
sebuah strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan
perubahan-perubahan perilaku individu subyek. Definisi lainnya dikemukakan
oleh Horner. et al (2005) bahwa :
Single-subject research is a rigorous, scientific methodology used to define basic principles of behavior and establish evidence -based practices.
Definisi di atas diartikan bahwa penelitian subyek tunggal adalah metodologi
ilmiah yang penuh ketelitian yang digunakan untuk menetapkan prinsip-prinsip
perilaku dan membangun praktik-praktik berbasis bukti.
Berdasarkan kedua definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
penelitian subyek tunggal adalah metode penelitian yang dikembangkan secara
ilmiah dan teliti untuk mendokumentasikan perubahan perilaku individu yang
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A.Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan desain A-B-A. Desain ini merupakan
desain penelitian subyek tunggal di bidang modifikasi perilaku yang menunjukkan
adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat dimana
perilaku sasaran subyek (target behavior) diukur terlebih dahulu secara
berulang-ulang pada kondisi baseline pertama (A1) dengan periode waktu tertentu,
misalnya perminggu, perhari, atau perjam, selanjutnya diukur pada kondisi
intervensi (B) dan kemudian diukur kembali pada kondisi baseline yang kedua
(A2) sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga keyakinan adanya
hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat lebih kuat.
(Sunanto, et al., 2006:44).
Periode waktu (sesi) yang digunakan penelitian ini adalah perhari. Secara
visual, desain A-B-A ini tampak pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.1. Desain A-B-A
Keterangan :
= Observasi
= Perlakuan (intervensi)
A1 = Merupakan kondisi awal (baseline). Fase ini bertujuan untuk mengetahui
keadaan awal subyek sebelum diberi perlakuan (intervensi). Keadaan
awal dimaksud berkaitan dengan perilaku sasaran sekaligus sebagai
variabel terikat dalam penelitian.
B = Merupakan kondisi intervensi. Berdasarkan data yang diperoleh
26
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagaimana tergambar dalam fase baseline, maka dalam fase ini subyek
diberi perlakuan (intervensi). Setelah diberi perlakuan kemudian
dilakukan pengukuran.
A2 = Merupakan pengulangan kondisi awal atau baseline. Langkah yang
ditempuh pada fase ini sama seperti yang dilakukan pada fase A1, yang
membedakannya adalah pengukuran dilakukan setelah subyek memiliki
pengalaman sebagaimana fase B, sedangkan pada fase A1 subyek tidak
diberikan perlakuan. Tujuan pengulangan fase ini adalah untuk
meyakinkan ada atau tidaknya pengaruh intervensi yan dilakukan pada
fase B.
B.Prosedur Penelitian
Berdasarkan desain penelitian, maka prosedur yang dilakukan di dalam
penelitian ini berupa fase dan kegiatan berikut ini.
1. Baseline 1 (A1)
Baseline 1 (A1) merupakan suatu kondisi awal kemampuan subyek secara
alami tanpa intervensi. Pengukuran perilaku sasaran pada fase ini dilakukan
sebanyak lima sesi dengan kegiatan-kegiatan untuk setiap sesinya sebagai
berikut :
a. Subyek dimasukkan ke dalam ruangan penelitian satu. Ruangan penelitian
satu adalah ruangan yang digunakan selama penelitian berlangsung dengan
ukuran ruangan tidak terlalu besar dan tanpa adanya media karaoke.
b. Subyek dikondisikan dalam situasi shalat.
c. Subyek diminta mempraktikkan shalat sambil melafalkan bacaannya secara
nyaring.
d. Selama subyek mempraktikkan shalat dilakukan pengukuran dan pencatatan
selama ± 10 menit mengenai kemampuan menghafal bacaan shalat subyek
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Intervensi (B)
Intervensi (B) merupakan suatu perlakuan yang diberikan kepada subyek
secara berulang-ulang untuk mecapai perilaku sasaran. Pengukuran perilaku
sasaran pada fase ini diberikan sebanyak 15 sesi dengan kegiatan-kegiatan
untuk setiap sesinya sebagai berikut :
a. Subyek dimasukkan ke dalam ruangan penelitian dua. Ruangan penelitian
dua adalah ruangan yang digunakan selama penelitian berlangsung dengan
ukuran tidak terlalu besar dan telah disiapkan media karaoke.
b. Subyek dikondisikan dalam situasi belajar.
c. Subyek diminta mengamati dan menyimak penjelasan mengenai materi
pembelajaran bacaan shalat dengan menggunakan media karaoke.
d. Subyek diminta mengikuti lafal bacaan shalat yang terdengar dari media
karaoke sambil melihat tulisan bacaan shalat yang muncul di layar telivisi
yang menebal sedikit demi sedikit.
e. Program suara model yang melafalkan bacaan shalat dari media karaoke
dinonaktifkan.
f. Subyek diminta mengisi kekosongan suara di media karaoke dengan
melafalkan bacaan shalat mengikuti tulisan bacaan yang muncul dan
menebal sedikit demi sedikit.
g. Subyek diminta berkaraoke bacaan shalat secara berulang-ulang. Kegiatan
ini dilakukan subyek selama ± 60 menit.
h. Subyek diberi waktu istirahat selama ± 10 menit.
e. Subyek dikondisikan dalam situasi shalat.
f. Subyek diminta mempraktikkan shalat sambil melafalkan bacaannya secara
nyaring.
i. Selama subyek mempraktikkan shalat dilakukan pengukuran dan pencatatan
selama ± 10 menit mengenai kemampuan menghafal bacaan shalat subyek
28
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Baseline 2 (A2)
Baseline 2 (A2) menunjukkan kondisi subyek setelah diberikan perlakuan.
Pengukuran perilaku sasaran pada fase ini dilakukan sebanyak lima sesi dengan
kegiatan-kegiatan untuk setiap sesinya sebagai berikut :
a. Subyek dimasukkan ke dalam ruangan penelitian satu.
b. Subyek dikondisikan dalam situasi shalat.
c. Subyek diminta mempraktikkan shalat sambil melafalkan bacaannya secara
nyaring.
d. Selama subyek mempraktikkan shalat dilakukan pengukuran dan pencatatan
selama ± 10 menit mengenai kemampuan menghafal bacaan shalat subyek
pada hari itu.
C.Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri Sungaliat yang berada di Jl.
Pemuda Kelurahan Parit Padang Kecamatan Sungailiat Kabupaten Bangka
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Berdasarkan studi pendahuluan di lokasi penelitian, siswa tunagrahita ringan
yang beragama Islam kelas V SDLB semester 1 tahun pelajaran 2013/2014
berjumlah lima orang, satu siswa diantaranya sudah 70% hafal bacaan shalat,
empat siswa lainnya belum hafal bacaan shalat, tetapi hanya dua siswa yang sudah
mampu membaca, sedangkan dua siswa lainnya belum mampu membaca,
sehingga untuk keperluan penelitian ini, peneliti memutuskan bahwa subyek
penelitian adalah dua orang siswa yang belum hafal bacaan shalat tetapi sudah
mampu membaca tulisan latin.
D.Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua bagian yaitu variabel
bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perilaku sasaran (target behavior) dalam penelitian ini adalah kemampuan
menghafal bacaan shalat. Definisi konsep variabel penelitian diuraikan berikut ini.
1. Media Karaoke
Media karaoke termasuk dalam kelompok media berteknologi
audiovisual, dirancang sedemikian rupa dengan melibatkan respon pemakai
secara aktif untuk menonton gerakan-gerakan shalat sekaligus mendengar
pelafalan bacaan shalat dari setiap gerakan shalat.
Media karaoke yang digunakan untuk belajar menghafal bacaan shalat
selain dilengkapi dengan sistem program dimana pemakai dapat
menghilangkan suara pelafalan bacaan lalu menggantinya dengan suara
pemakai sendiri. Media karaoke terdiri dari perangkat : televisi, pemutar
Digital Versatile Disc (DVD) karaoke, mikrofon, dan kaset DVD karaoke yang
berisi gambar animasi anak sedang shalat, diiringi dengan tulisan bacaan shalat
yang muncul dan menebal sedikit demi sedikit beserta suara pelafalannya.
2. Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008:110,473&1208)
menghafal diartikan sebagai berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu
ingat. Shalat dalam KKBI ditulis dengan salat yang berarti do’a kepada Allah,
dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kemampuan menghafal bacaan shalat adalah kemampuan
mengingat do’a-do’a kepada Allah yang dibacakan pada saat melakukan shalat mulai dari takbir sampai salam.
Kemampuan menghafal bacaan shalat berkaitan dengan aspek mengingat
dan melafalkan, sehingga secara operasional variabel kemampuan menghafal
bacaan shalat pada penelitian ini terdiri atas indikator, yaitu :
a. melafalkan hafalan niat shalat;
b. melafalkan hafalan bacaan takbiratul ihram;
30
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. melafalkan hafalan surat Al Faatihah;
e. melafalkan hafalan surat pendek pilihan ( surat Al Ikhlas di rakaat
pertama dan surat Al Ashr di rakaat kedua);
f. melafalkan hafalan do’a ruku;
g. melafalkan hafalan do’a itidal;
h. melafalkan hafalan do’a sujud;
i. melafalkan hafalan do’a duduk di antara dua sujud;
j. melafalkan hafalan do’a tahiyyat awal (di rakaat pertama);
k. melafalkan hafalan do’a tahiyyat akhir (di rakaat terakhir); dan
l. melafalkan hafalan bacaan salam.
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan tes.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. (Webster’s Collegiate dalam Soendari,
2011:13). Tes yang diberikan pada subyek penelitian berupa tes lisan yang
diarahkan untuk memperoleh data dan informasi terhadap kemampuan menghafal
bacaan shalat.
Dalam melakukan shalat, gerakan shalat yang dilakukan tidak terlepas dari
bacaan shalat, begitu juga sebaliknya bacaan shalat yang dilafalkan harus sesuai
dan sejalan dengan gerakan shalat yang dilakukan. Di sisi lain, gerakan shalat bagi
siswa tunagrahita ringan dapat menjadi tanda/isyarat dimulainya bacaan tertentu
dalam shalat, sehingga lebih memudahkan siswa untuk mengingat hafalannya.
Oleh karena itu, untuk keperluan penelitian ini, tes hafalan bacaan shalat tidak
terlepas dari gerakan shalat. Meskipun demikian, tes tetap diprioritaskan pada
bacaan shalatnya, sedangkan gerakan shalat hanya menjadi unsur pendukung
dalam mengukur hafalan bacaan shalat yang dapat dilafalkan siswa tunagrahita
ringan yang menjadi subyek penelitian.
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Jika subyek tidak melafalkan bacaan shalat, sehingga hanya melakukan
gerakan shalat, maka subyek memperoleh skor nol perkata.
2. Jika subyek melafalkan bacaan shalat, tetapi bacaan tidak sesuai dengan
gerakan shalat, maka subyek memperoleh skor nol koma lima perkata.
3. Jika subyek melafalkan bacaan shalat sesuai dengan gerakan shalat, tetapi
pelafalannya kurang benar (salah mengucapkan huruf atau ada pengurangan/
penambahan suku kata dalam kata), maka subyek memperoleh skor satu
perkata.
4. Jika subyek melafalkan bacaan shalat sesuai dengan gerakan shalat, tetapi
pelafalannya kurang runtun (kata dalam bacaan tertukar urutannya dengan kata
sebelum/berikutnya), maka subyek memperoleh skor satu koma lima perkata.
5. Jika subyek melafalkan bacaan shalat dengan benar, runtun, dan bacaan sesuai
dengan gerakan shalat, maka subyek memperoleh skor dua perkata.
6. Skor maksimum adalah 806.
7. Persentase kemampuan menghafal bacaan shalat subyek dihitung dengan
membagi jumlah skor jawaban subyek dengan skor maksimum kemudian
dikalikan 100 %.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam rangka pengumpulan data
didasarkan atas kisi-kisi instrumen penelitian berikut ini.
Tabel 3.1.
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Persentase Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat
Jumlah Skor Jawaban
=
Skor Maksimum
32
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel
34
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel
Penelitian Materi
Jenis
Tes
Aspek yang
Dinilai Indikator
Nomor
Soal Jumlah
bacaan
salam.
lisan hafalan
bacaan
salam.
hafalan
bacaan
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G.Pengujian Instrumen Penelitian
Pengujian instrumen dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
validitas dan reliabilitas intstrumen penelitian. Instrumen yang valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
(Sugiyono, 2008:121). Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila
digunakan dalam waktu yang berbeda terdapat kesamaan data. (Sugiyono,
2008:121). Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam
pengumpulan data, maka diharapkan akan diperoleh data yang dapat dipercaya
kebenarannya.
1. Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendapat
dari para ahli di bidangnya (judgement experts). Para ahli yang dimintai pendapat
mengenai media yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang, yaitu
dua orang dosen pendidikan khusus yang ahli di bidang ketunagrahitaan, dan satu
orang guru yang berpengalaman membuat media pembelajaran bagi siswa
tunagrahita ringan. Para ahli ini dimintai tanggapannya mengenai media yang
telah dibuat peneliti guna meningkatkan kualitas media dan kelayakan media
untuk digunakan dalam penelitian. Sedangkan para ahli yang dimintai pendapat
mengenai instrumen penelitian yang telah disusun sebanyak lima orang guru yang
berpengalaman dalam mendidik siswa tunagrahita ringan, yaitu dua orang guru
dari SLB Negeri Pangkalpinang Provinsi Kepualuan Bangka Belitung, dua orang
guru dari SLB C Purnama Asih Provinsi Jawa Barat, dan satu orang guru dari
SLB YPLAB Lembang Provinsi Jawa Barat. Hasil judgement instrumen
penelitian dihitung guna mengetahui kevalidan instrumen dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Jumlah ahli yang menyatakan bisa
Persentase = x 100%
36
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah persentase diketahui, selanjutnya dibuat kesimpulan berdasarkan
kriteria persentase, yaitu :
0% - 34% = Tidak valid
34% - 68% = Kurang valid
69% -100 % = Valid
Hasil uji validitas instrumen penelitian beserta perhitungannya dapat dlihat secara
rinci di lembar lampiran.
2. Uji Reliabilitas
Instrumen penelitian yang digunakan peneliti diuji reabilitasnya dengan
menggunakan test-retest. Test-retest dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen beberapa kali dengan waktu pelaksanaan yang berbeda kepada subyek
penelitian, kemudian hasil test-retest dihitung untuk mencari koefisien korelasi
antara percobaan pertama dengan percobaan berikutnya dengan menggunakan
rumus korelasi Product Moment skor asli yang dikemukakan oleh Pearson dalam
Susetyo (2010:180), yaitu :
Keterangan :
r : koefisien korelasi
x : hasil percobaan pertama
y : hasil percobaan kedua
: jumlah
N : banyak subyek yang diujicoba
r = N −
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah koefisien korelasi diketahui, selanjutnya dibuat kesimpulan
berdasarkan klasifikasi koefisien korelasi menurut Goilford dalam Susetyo
(2010:118), yaitu :
0,00 – 0,20 = Tidak ada korelasi
0,21 – 0,40 = Rendah atau kurang
0,41 – 0,70 = Cukup
0,71 – 0,90 = Tinggi
0,91 – 1,00 = Sangat tinggi (sempurna)
Hasil uji reabilitas instrumen penelitian beserta perhitungannya dapat dlihat secara
rinci di lembar lampiran.
H.Analisis Data
Analisis data merupakan tahap terakhir dalam penelitian ini sebelum
dilakukan penarikan kesimpulan. Sunanto, et al (2006:65) mengemukakan bahwa
:
Tujuan utama analisis data dalam penelitian di bidang modifikasi perilaku adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran yang ingin diubah. Metode analisis yang digunakan lazim disebut inspeksi visual dimana analisis dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap data yang telah ditampilkan dalam grafik.
Sesuai dengan tujuan tersebut di atas, maka metode analisis data penelitian
ini menggunakan inspeksi visual, dimana peneliti melakukan pengamatan secara
langsung terhadap data yang telah ditampilkan dalam grafik. Dalam rangka
membuat grafik, komponen-komponen yang akan dipenuhi peneliti mengacu
pada komponen yang diungkapkan Sunanto, et al., (2006:30), meliputi :
1. Absis
Komponen ini adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang
38
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Ordinat
Komponen ini adalah sumbu Y yang merupakan sumbu vertical yang
menunjukkan satuan untuk variable terikat atau perilaku sasaran, misalnya
persen, frekuensi, atau durasi.
3. Titik awal
Komponen ini merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai
titik awal skala.
4. Skala
Komponen ini merupakan garis-garis pada sumbu X dan sumbu Y yang
menunjukkan ukuran (misalnya 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%).
5. Label kondisi
Komponen ini merupakan keterangan ang menggambarkan kondisi penelitian,
misalnya baseline atau intervensi.
6. Garis perubahan kondisi
Komponen ini adalah garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan
kondisi ke kondisi lainnya.
7. Judul grafik
Komponen ini yang mengarahkan pembaca agar segera mengetahui hubungan
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara visual, bentuk dasar grafik tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 3.2 Bentuk Dasar Grafik
Dalam rangka melakukan analisis dengan metode inspeksi visual guna
mengetahui pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran yang ingin diubah,
maka komponen-komponen yang akan dipenuhi peneliti mengacu pada
komponen yang diungkapkan Sunanto, et al (2006:65-76), meliputi :
1. Analisis dalam kondisi
Analisis dalam kondisi merupakan analisis perubahan yang terjadi dalam
suatu kondisi, misalnya dalam kondisi baseline atau kondisi intervensi.
Komponen-komponennya berikut ini.
a. Panjang kondisi
Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi. Banyaknya data
dalam kondisi menggambarkan banyaknya sesi (hari) yang dilakukan 0
20 40 60 80 100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
O
rdina
t
(Y
)
Absis (X)
Judul
Baseline Intervensi
40
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pada tiap kondisi. Data dalam kondisi baseline dan intervensi
dikumpulkan sampai diperoleh data yang stabil dan menunjukkan arah
yang jelas.
b. Kecenderungan arah
Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua
data dalam suatu kondisi. Ada tiga kemungkinan arah garis dalam suatu
kondisi, yaitu mendatar, naik, dan turun. Arah garis akan mendatar
apabila dalam suatu kondisi tidak ada perubahan data yang jelas dari satu
sesi ke sesi berikutnya, misalnya pada kondisi baseline diperoleh
frekuensi data sebagai berikut : sesi pertama 25%, sesi kedua 25%, sesi
ketiga 25%, sesi keempat 25%, sesi kelima 25%, dan seterusnya. Dari
contoh data tersebut akan diperoleh arah garis yang mendatar. Arah garis
akan naik apabila data dalam suatu kondisi dari satu sesi ke sesi
berikutnya bertambah, misalnya sesi pertama 25%, sesi kedua 30%, sesi
ketiga 38%, sesi kelima 43%, sesi kelima 50%, dan seterusnya. Arah
garis akan turun apabila data dalam suatu kondisi dari satu sesi ke sesi
berikutnya berkurang, misalnya sesi pertama 25%, sesi kedua 20%, sesi
ketiga 17%, sesi keempat 10%, sesi kelima 8%, dan seterusnya.
c. Tingkat stabilitas (level stability)
Tingkat stabilitas menunjukkan tingkat homogenitas data yang terdapat
dalam suatu kondisi. Tingkat stabilitas ditentukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
1) Menentukan kecenderungan stabilitas, dalam hal ini menggunakan
kriteria stabilitas 15%. Perhitungannya seperti ini.
Skor tertinggi X Kriteria stabilitas = Rentang Stabilitas
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Menghitung mean level dengan cara menjumlahkan semua data yang
ada kemudian dibagi dengan banyaknya data.
Contoh : data dalam baseline yaitu 19, 20, 17, 19, 15 maka mean
level yang diperoleh adalah
= 18
3) Menentukan batas atas dengan cara mean level ditambah dengan
setengah dari rentang stabilitas.
Contoh : mean level 18 dan rentang stabilitas 5,23 maka batas atas
yang diperoleh adalah 18 + 2,6 = 20,6
4) Menentukan batas bawah dengan cara mean level dikurang dengan
setengah dari rentang stabilitas.
Contoh : mean level 18 dan rentang stabilitas 7 maka batas bawah
yang diperoleh adalah 18 – 2,6 = 15,4
Sunanto, et al (2006:68) mengungkapkan bahwa “ Jika sebanyak 50%
atau lebih data berada dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean,
maka data tersebut dikatakan stabil”.
d. Tingkat perubahan (level change)
Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan antara dua data.
Tingkat perubahan data ini dapat dihitung untuk data dalam suatu kondisi
maupun data antarkondisi. Tingkat perubahan data dalam suatu kondisi
merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir. Sedangkan
tingkat perubahan data antar kondisi ditunjukkan dengan selisih antara
data terakhir pada kondisi pertama dengan data pertama pada kondisi
berikutnya.
e. Jejak data (data path)
Jejak data merupakan perubahan data satu ke data lain dalam suatu
kondisi. Perubahan satu data ke data berikutnya dapat terjadi tiga
kemungkinan, yaitu ; menaik, menurun, dan mendatar. Jika diperhatikan
42
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
f. Rentang
Rentang dalam sekelompok data pada suatu kondisi merupakan jarak
antara data pertama dengan data terakhir. Rentang ini memberikan
informasi sebagaimana yang diberikan pada analisis tentang tingkat
perubahan (level change).
2. Analisis antar kondisi
Analisis antar kondisi merupakan analisis perubahan yang terjadi antara dua
kondisi, misalnya antara kondisi baseline dengan kondisi intervensi.
Komponen-komponennya berikut ini.
a. Variabel yang diubah
Pada bagian ini analisis difokuskan pada ada tidaknya variabel yang
diubah dari satu kondisi ke kondisi berikutnya, misalnya dari kondisi
baseline ke kondisi intervensi.
b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya
Makna kecenderungan arah dalam anlisis antar kondisi, menunjukkan
perubahan perilaku sasaran (target behavior). Perubahan tersebut
merupakan akibat diberikannya intervensi. Kemungkinan perubahan
kecenderungan antar kondisi ini adalah :
1) Mendatar ke mendatar
2) Mendatar ke menaik
3) Mendatar ke menurun
4) Menaik ke menaik
5) Menaik ke mendatar
6) Menaik ke menurun
7) Menurun ke menaik
8) Menurun ke mendatar
9) Menurun ke menurun
Adapun pemaknaan terhadap perubahan tersebut akan sangat tergantung
44
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Perubahan stabilitas dan efeknya
Stabilitas data merupakan tingkat kestabilan perubahan sekelompok data.
Data dapat dikatakan stabil jika data tersebut menunjukkan arah yang
konsisten. Yang dimaksud konsisten dalam hal ini adalah menunjukkan
arah mendatar, menaik atau menurun secara meyakinkan.
d. Perubahan level data
Dalam analisis antar kondisi, perubahan level data ditunjukkan dengan
besarnya selisih antara data terakhir pada kondisi baseline dan data
pertama pada kondisi intervensi. Nilai selisih ini menunjukkan seberapa
besar pengaruh intervensi terhadap perubahan perilaku.
e. Data yang tumpang tindih (overlap)
Data yang tumpang tindih antara dua kondisi misalnya kondisi baseline
dan kondisi intervensi adalah terdapat data yang sama pada kedua
kondisi tersebut. Jumlah persentase data yang tumpang tindih ini dapat
dijadikan indikator dalam menentukan ada tidaknya pengaruh intervensi.
Misalnya jika data lebih dari 90% tumpang tindih, maka hal ini
menunjukkan bahwa intervensi tidak memberikan pengaruh terhadap
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Dampak ketunagrahitaan mengakibatkan lemahnya daya ingat, sehingga
siswa tunagrahita ringan mengalami kesulitan dalam menghafal bacaan shalat.
Menghafal bacaan shalat merupakan kegiatan meresapkan bacaan shalat ke dalam
pikiran agar selalu ingat. Upaya yang dilakukan untuk memudahkan siswa
tunagrahita ringan menghafal bacaan shalat adalah dengan menggunakan media
karaoke sebagai media pembelajaran dalam proses belajar menghafal bacaan
shalat.
Media karaoke dirancang berteknologi audiovisual dan dilengkapi dengan
program tertentu, dimana pengguna media karaoke dapat menghilangkan suara
pelafalan lalu menggantinya dengan suaranya sendiri, sehingga media ini dapat
digunakan oleh siswa tunagrahita ringan secara berulang-ulang untuk belajar
shalat dan menghafalkan bacaannya.
Penggunaan media karaoke memberikan pengaruh baik pada siswa
tunagrahita ringan. Isi tayangan yang berisi materi pelajaran shalat yang dikemas
secara apik dengan paduan komposisi warna dan animasi yang menarik, mampu
membuat siswa tunagrahita ringan semangat belajar dan memudahkannya
mengingat pesan yang disampaikan, sehingga rekaman memorinya berkembang
secara optimal. Dengan demikian, kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam
menghafal bacaan shalat juga berkembang, hal ini terbukti dengan adanya
peningkatan kemampuan dari subyek penelitian dalam melafalkan hafalan bacaan
shalat.
Peningkatan kemampuan menghafal bacaan shalat pada kedua subyek
ditunjukkan melalui naiknya mean level persentase hafalan bacaan shalat yang
mampu dilafalkan dari masing-masing subyek. Setelah diberikan intervensi mean
level subyek I (AA) lebih tinggi 55% dibandingkan dengan mean level sebelum
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diberikan intervensi lebih tinggi 50% dibandingkan dengan mean level sebelum
diberikan intervensi. Dengan demikian masalah yang menjadi pertanyaan
penelitian ini yang ditulis dalam rumusan masalah dapat dijawab, yaitu:
penggunaan media karaoke dapat meningkatkan kemampuan menghafal bacaan
shalat pada siswa tunagrahita ringan.
Namun perlu diingat bahwa hasil penelitian ini hanya berlaku pada siswa
tunagrahita ringan yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Siswa tunagrahita
ringan lainnya atau siswa dengan jenis kekhususan yang berbeda, apabila diteliti
dengan menggunakan metode penelitian yang sama dan media yang sama dengan
penelitian ini, ada kemungkinan hasil yang didapat akan berbeda dengan hasil
yang telah dicapai pada siswa tunagrahita ringan yang menjadi subyek penelitian
ini, sehingga data penelitian yang terkumpul juga akan berbeda, dengan begitu
kesimpulan dari penelitian pun akan menjadi berbeda.
B.Rekomendasi
Peneliti mengajukan rekomendasi sebagai berikut :
1. Kepada guru SLB yang menangani siswa tunagrahita ringan, hasil penelitian
ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam proses pembelajaran bagi siswa
tunagrahita ringan. Media karaoke tidak hanya dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menghafal bacaan shalat, tetapi
kemungkinan besar juga dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan
lainnya pada diri siswa, seperti kemampuan melakukan gerakan shalat secara
tertib dan/atau kemampuan melafalkan bacaan shalat dengan tajwid yang tepat.
Di samping itu, media karaoke dapat memudahkan guru untuk mengaktifkan
semua siswa dalam proses pembelajaran secara klasikal, dimana dalam satu
ruangan jumlah siswa lebih dari satu, sehingga kondisi tersebut akan
mengefisiensikan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada setiap
siswa dalam satu ruangan dengan waktu yang bersamaan.
2. Kepada orang tua, hasil penelitian ini dapat dilakukan di rumah terhadap
anaknya yang mengalami masalah belajar yang sama seperti subyek penelitian
55
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam meningkatkan kemampuan anaknya. Dari segi metode, metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode yang
memiliki desain dan prosedur yang sederhana, sehingga mudah untuk dipahami
dan dilakukan orang tua, namun untuk menambah pehamaman tentunya orang
tua perlu membaca berbagai referensi lainnya mengenai metode yang dipakai
dalam penelitian ini. Sedangkan dari segi media karaoke, orang tua juga dapat
merancang sendiri media karaoke sesuai kebutuhan belajar anak, karena sistem
program yang terdapat di media karaoke sudah umum dikenal orang, dan juga
kemudahan dalam pengoperasiannya.
3. Kepada peneliti lainnya, semoga hasil penelitian ini menjadi inspirasi dan
motivasi untuk memodifikasi media karaoke dengan rancangan yang berbeda
dan dengan kreativitas yang lebih tinggi, sehingga media karaoke memiliki
banyak manfaat, tidak hanya untuk belajar menyanyi atau belajar menghafal
bacaan shalat, tetapi juga dapat digunakan untuk belajar hal lainnya, misalnya
belajar mengucapkan dialog sebagai pengisi suara dalam sebuah drama/cerita,
belajar berpidato dengan menggunakan bahasa asing, dan sebagainya.
Selain itu, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan perbandingan dengan hasil
penelitian lainnya. Metode eksperimen dengan pendekatan subyek tunggal
sangat tepat digunakan dalam penelitian yang mengujicobakan suatu media,
strategi, pendekatan, atau program pembelajaran pada siswa dengan kebutuhan
khusus, karena metode penelitian ini menganalisis secara individu. Kondisi dan
kemampuan yang ada pada siswa berkebutuhan khusus dapat lebih fokus
teramati dan tergali, sehingga hal ini sangat sejalan dengan program
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Afdrikah, B. (2010). “Peningkatan Motivasi Menghafal Surat Pendek Pelajaran
Al- Qur’an Hadist dengan Media Audio Visual pada Kelas II MI Al-Hikmah
Buduran Sidoarjo”. Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Agama Islam. 01, (01), 66-76.
Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud.
Amiruddin, A. (2009). Sudah Benarkah Shalatku ? : Panduan Gerakan dan Bacaan Shalat. Bandung: Khazanah Intelektual.
Anis, R. (2012). Teori Pembelajaran Vygotsky. [Online]. Tersedia : http://penembushayalan.wordpress.com/2012/05/26/teori-pembelajaran-vygotsky/ [18 Maret 2013].
Aprillia, I.D., Somad, P., dan Ristian, P. (2007). “Penerapan Pendekatan Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Bacaan Salat pada Siswa Tunarungu”. JASSI_ anakku. 6, (2), 12-22.
Astati. (2010). Bina Diri untuk Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Catur Karya Mandiri.
Astati., dan Mulyati, L. (2011). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Amanah Offset.
Dimyati., dan Mudjiono. (1999). Definisi atau Pengertian Hasil Belajar Menurut
Para Ahli. [Online]. Tersedia:
http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/definisipengertian-hasil-belajar.html [13 Desember 2012].
Hamalik. (2002). Definisi Hasil Belajar. [Online]. Tersedia: http://ahli-definisi.blogspot.com/2011/02/definisi-hasil-belajar.html [13 Desember 2012].
Harjanto. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Horner, R., et al. (2005). “The Use of Single-Subject Research to Identify Evidence-Based Practice in Special Education”. Council for Exceptional Children. 71, (2), 165-179.
57
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kusumawati, Y. (2006). Kontribusi Media Video Terhadap Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Pada Siswa Tunagrahita Ringan. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.
Lestari, P.R., (2008). Penerapan Pendekatan Multisensori dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Bacaan Shalat Pada Anak Tunarungu. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.
Novianti, I. (2012). Makalah Teori Pembelajaran Sosial. [Online]. Tersedia :
http://ceritapgz.blogspot.com/2012/10/makalah-teori-pembelajaran-sosial.html [18 Maret 2013].
Pusat Bahasa. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ramayulis. (2005). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Sadiman, AS. (2009). Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soendari, T. (2011). Asesmen dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Amanah Offset.
Somantri, S.( 2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.
Sunanto, J., et al (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press.
Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT. Refika Aditama.
Susilana, R. dan Riyana, C. (2008). Media Pembelajaran : Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: Jurusan Kurtekpend FIP UPI.
Sumiyati, 2014
PENGGUNAAN MEDIA KARAOKE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL BACAAN SHALAT PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Syarifudin, S. (2012). Mengapa Kita Harus Menghafal Al-Qur’an?. [Online]. Tersedia : http://ltqalhuda.blogspot.com/2012/01/mengapa-kita-harus-menghafal-al-quran.html [8 Desember 2013].
Taufiqurrahman, M. (2012). Penerapan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Pemahaman Warna Primer. Skripsi pada FIP UPI: tidak diterbitkan.
Tawney, J.W., dan Gast, D.L. (1984). Single Subject Research in Special Education. Columbus, Ohio: Charles E. Publishing Company dan A Bell & Howell Company.
Waluyandari, Y.W. dan Arthana, I.K.P. (2011). “Pemanfaatan Media Flashcard Hijaiyah dengan Pendekatan Beyond Centers and Circle Time (BCCT) untuk Meningkatkan Kemampuan Menghafal Huruf Hijaiyah pada Kelompok Bermain (Playgroup) di PAUD Aisyiyah Trenggalek”. Jurnal Mahasiswa
Teknologi Pendidikan (JMTP). 1, (1). [Online]. Tersedia :
http://ejournal.unesa.ac.id/jurnal/jmtp/artikel/1573/pemanfaatan-media- flashcard-hijaiyah-dengan-pendekatan-beyond-centers-and-circle-time-bcct- untuk-meningkatkan-kemampuan-menghafal-huruf-hijaiyah-pada-kelompok-bermain-play-group-di-paud-aisyiyah-trenggalek [15 Maret 2013].
Warsito, B. (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta.