• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPATIBILITAS TANAMAN TOMAT DAN CABAI DENGAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN HAYATI Kompatibilitas Tanaman Tomat Dan Cabai Dengan Kombinasi Pupuk Organik Dan Hayati (Cendawan Mikoriza Arbuskula).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMPATIBILITAS TANAMAN TOMAT DAN CABAI DENGAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN HAYATI Kompatibilitas Tanaman Tomat Dan Cabai Dengan Kombinasi Pupuk Organik Dan Hayati (Cendawan Mikoriza Arbuskula)."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPATIBILITAS TANAMAN TOMAT DAN CABAI DENGAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN HAYATI

(CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

SULISTIYOWATI

A 420 090 161

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

KOMPATIBILITAS TANAMAN TOMAT DAN CABAI DENGAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN HAYATI

(CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULA)

Sulistiyowati1, Dr. Siti Chalimah, M. Pd2. 1

Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP UMS, sulist_chocho@ymail.com 2

Staf Pengajar UMS Surakarta Chalimah_tuban@yahoo.co.id

ABSTRAK

Permasalahan yang terjadi saat ini adalah semakin menurunnya kualitas lahan pertanian dan ketersediaan pupuk anorganik sehingga dapat mengancam ketersediaan bahan pangan. Aplikasi pupuk anorganik yang lebih untuk meningkatkan produksi pertanian berpotensi merusak struktur tanah. Kondisi tersebut diperparah dengan menurunnya populasi mikroba dan bahan organik. Solusi yang dapat digunakan untuk memperbaiki keadaan tersebut dengan pemakaian pupuk hayati (CMA) dan organik. Lebih dari 97% jenis tanaman yang ada dialam dapat berasosiasi dengan mikoriza. Simbiosis antara mikoriza dan tanaman dapat memberikan pengaruh yang berlainan tergantung dari sinergisitas metabolisme para simbion dalam penyerapan nutrisi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kompatibilitas akar tanaman tomat dan cabai dengan kombinasi pupuk hayati dan organik. Parameter yang diamati adalah persentase kolonisasi CMA dan sporulasi dalam akar tanaman. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2 faktor dengan 3 kali ulangan, faktor pertama yaitu tanpa CMA dan pupuk organik (P0), pemberian CMA tanpa pupuk organik (P1), pemberian CMA dan pupuk organik (P2), dan faktor kedua yaitu tanaman tomat (T1) dan cabai (T2). Hasil penelitian menunjukkan bahwa akar tanaman tomat dan cabai kompatibel dengan kombinasi pupuk hayati dan organik. Kompatibilitas tertinggi terjadi pada akar cabai dengan rerata 63,66% pada perlakuan T2P1, sedangkan tomat sebesar 11% pada perlakuan T1P1. Tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan pemberian CMA tanpa pupuk organik (P1) dengan perlakuan CMA dan pupuk organik (P2).

(4)

A. Pendahuluan

Pemupukan merupakan upaya penambahan nutrisi yang dapat

mendukung kelangsungan hidup tanaman dan memperbaiki sifat fisik

tanah. Pupuk merupakan bahan yang mengandung nutrisi untuk

meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi dan

kualitasnya. Selama ini petani lebih memilih pupuk kimia (anorganik)

untuk asupan nutrisi tanaman dengan harapan mendapatkan hasil yang

optimal. Pupuk kimia dianggap sebagai cara terbaik untuk meningkatkan

hasil produksi petanian. Hal tersebut dapat terjadi karena pupuk kimia

praktis dalam penggunaanya, dan memiliki kandungan hara makro (NPK)

yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar.

Hal yang harus diwaspadai bahwa aplikasi pupuk kimia yang lebih

untuk meningkatkan produksi pertanian justru berpotensi merusak lahan

pertanian. Kondisi tersebut diperparah dengan defisitnya bahan organik

tanah yang terjadi dihampir semua lahan pertanian.

Salah satu usaha yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan

tersebut yaitu pemakaian pupuk organik yang dikombinasikan dengan

pupuk hayati. Tanaman tidak hanya mendapatkan bahan-bahan organik

saja, namun juga mendapat tambahan nutrisi dan air dari pupuk hayati.

Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) merupakan pupuk hayati yang

mampu meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman. Cendawan

mikoriza merupakan satu kelompok jamur tanah biotrof obligat yang tidak

dapat berkembang biak tanpa tanaman inang. CMA mampu bersimbiosis

dengan lebih dari 97% jenis tanaman yang ada di alam (Mosse, 1981).

Struktur cendawan ini terdiri atas hifa eksternal, hifa internal, arbuskula

dan atau vesikula.

CMA memiliki kemampuan untuk menyerap unsur hara baik

makro maupun mikro, sehingga tanaman tahan terhadap kekeringan.

Namun, simbiosis antara CMA dengan tanaman inang memberikan

pengaruh yang bervariasi tergantung sinergisitas metabolisme para

(5)

tanaman oleh mikoriza ditentukan oleh kompatibilitas antara CMA dan

tanaman. Dalam hal ini, kompatibilitas merupakan suatu kesesuaian

fungsional dalam aktifitas fisiologi antara para simbion.

Berdasarkan penelitian Nurhayati (2012), derajad infeksi CMA

dan serapan phospat tanaman dipengaruhi oleh perlakuan berbagai jenis

tanaman inang (kudzu, jagung dan kedelai) dan jenis sumber inokulum

mempengaruhi. Hal ini sesuai dengan Sieverding (1991), bahwa jenis

tanaman yang berbeda akan menunjukkan reaksi yang berbeda pula

terhadap infeksi mikoriza dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap

perkembangan kolonisasi mikoriza. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui kompatibilitas akar tanaman tomat dan cabai dengan

kombinasi pupuk organik dan hayati.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dirumah kaca dan laboratorium

Fakultas Pendidikan Biologi UMS. Pupuk organik yang digunakan dalam

bentuk granul, terdiri dari pupuk dasar (campuran eceng gondok dan

kotoran ayam). CMA diperoleh dari hasil eksplor daerah kapur yang

diperbanyak dengan tanaman sorgum dan Pueraria paseoloedes

(Chalimah, 2007), dan dari Litbang Kehutanan serta Bioteknologi Taman

Kencana Bogor.

Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dua faktorial

dengan 3 ulangan. Faktor pertama pemberian pupuk dengan 3 taraf yaitu

tanpa CMA dan pupuk organik (P0), dengan CMA tanpa pupuk organik (P1), dan dengan CMA dan pupuk organik (P2). Faktor kedua jenis tanaman yaitu tomat (T1) dan cabai (T2). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan anava satu jalur dan uji lanjutan menggunakan Duncans

Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf nyata 5%.

Penelitian dilaksanakan pada Desember-Juni 2013. Tahapan

pelaksanaan meliputi penyemaian benih tanaman tomat dan cabai,

(6)

dilakukan dilakukan diakhir penelitian dengan cara mengambil contoh

akar untuk pembuatan preparat histologis akar. Analisis kompatibilitas

CMA dilakukan dengan menghitung persentase kolonisasi yang meliputi

hifa eksternal, hifa internal, vesikula, arbuskula dan sporulasi dalam akar.

Persentase kolonisasi dihitung menggunakan rumus (Koske dan Gemma

1989).

Persentase kolonisasi ═ akar yang terinfeksi

akar yang diamati � 100%

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian

Tabel 1. Persentase rerata kolonisasi CMA pada akar tomat dan cabai dengan kombinasi pupuk organik dan hayati

T1P1 : tomat dengan penambahan CMA tanpa pupuk organik T1P2 : tomat dengan penambahan CMA dan pupuk organik T2P0 : cabai tanpa CMA dan pupuk organik

T2P1 : cabai dengan penambahan CMA tanpa pupuk organik T2P2 : cabai dengan penambahan CMA dan pupuk organik

Berikut hasil perhitungan Duncans (DMRT) pada persentase kolonisasi akar tomat dan cabai:

Tabel 2. Hasil uji Duncans pada persentase kolonisasi akar tomat dan cabai

(7)

Keterangan: P0 : tanpa CMA dan pupuk organik P1 : dengan CMA tanpa pupuk organik P2 : dengan CMA dan pupuk organik

Dari hasil analisis anava persentase kolonisasi pada akar tomat

yaitu F hitung (30,203) > F tabel (5,143) sehingga H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara masing-masing perlakuan

terhadap persentase kolonisasi. Setelah dilakukan uji lanjut menggunakan

Duncans diketahui perlakuan P0 berbeda nyata terhadap P1 dan P2, namun perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan P2.

Pada akar cabai diketahui bahwa F hitung (20,807) > F tabel

(5,143) sehingga H0 ditolak. Berdasarkan uji lanjut diketahui bahwa perlakuan P0 berbeda nyata terhadap P1 dan P2, namun untuk perlakuan P1 tidak berbeda nyata terhadap P2.

Tabel 3. Rerata sporulasi pada akar tanaman tomat dan cabai dengan kombinasi pupuk organik dan hayati

Perlakuan Jumlah Spora Rerata

T1P0 0 0

T1P1 : tomat dengan penambahan CMA tanpa pupuk organik T1P2 : tomat dengan penambahan CMA dan pupuk organik T2P0 : cabai tanpa CMA dan pupuk organik

T2P1 : cabai dengan penambahan CMA tanpa pupuk organik T2P2 : cabai dengan penambahan CMA dan pupuk organik

Berdasarkan tabel tersebut masing-masing perlakuan menunjukkan

hasil yang berbeda-beda. Untuk perlakuan yang tidak diinokulasi CMA

tidak menunjukkan adanya spora. Pada perlakuan T1P1 menunjukkan adanya pertambahan spora rata-rata sebanyak 1 spora, sedangkan pada

(8)

pertambahan spora yang lebih tinggi yaitu sebanyak 9 spora. Sedangkan

pada perlakuan T2P2 memiliki rerata sebanyak 6 spora.

Modifikasi organ-organ CMA yang terjadi pada akar tomat da

cabai dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 1. Arsitektur modifikasi organ CMA pada akar tanaman, (1). akar yang tidak terdapat kolonisasi, (2). Akar yang terdapat kolonisasi CMA, (3). Hifa eksternal, (4). Hifa internal, (5). Vesikula, (6). arbuskula

Sporulasi yang terdapat pada akar tanaman tomat dan cabai sebagai

berikut:

Gambar 2. sporulasi yang ditemukan pada akar tanaman (1). tomat, (2). cabai

2. Pembahasan

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tanaman inang yaitu tomat

dan cabai dapat bersimbiosis dengan CMA yang ditandai dengan adanya

kolonisasi pada masing-masing akar, berupa hifa eksternal, hifa internal,

vesikula, arbuskula (gambar 1) dan pembentukan spora dalam akar

(gambar 2). Hasil penelitian Widiastuti (2004) menyatakan bahwa,

(9)

perubahan akar tingkat sel dengan ditemukannya modifikasi CMA

berupa hifa eksternal, internal, vesikula dan arbuskula.

Hasil pengamatan dan analisa diketahui bahwa akar tanaman

tomat dan cabai mempunyai tingkat kolonisasi dan sporulasi yang

bervariasi. Dari pengamatan diketahui bahwa cabai memiliki

kompatibilitas yang lebih baik daripada tomat. Ini diketahui dari

persentase kolonisasi dan sporulasi dalam akar tanaman. Berdasarkan

data rerata persentase kolonisasi akar cabai dikategorikan mempunyai

kompatibilitas yang tinggi yaitu T1P1 (63,66%) dan T1P2 (52,33%). Sedangkan akar tomat pada T2P1 (11%) dan T2P2 (10,33%). Pada akar tomat dan cabai persentase kolonisasi CMA tertinggi terjadi pada

perlakuan tanpa penambahan pupuk organik (P1). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jenis tanaman inang, jenis spesies CMA dan

lingkungan.

Setiap tanaman akan memberikan respon yang tidak sama terhadap

infeksi CMA dan secara tak langsung akan mempengaruhi

perkembangan dan kolonisasi mikoriza. Perbedaan reaksi tersebut sangat

dipengaruhi oleh aras kepekaan tanaman terhadap infeksi dan sifat

ketergantungan tanaman pada mikoriza dalam serapan hara. Kedua sifat

tersebut ada kaitannya denga tipe perakaran dan keadaan fisiologi

tanaman. Jenis tanaman berpengaruh dalam hal perbedaan tingkat

ketergantungan pada mikoriza karena terdapat beberapa tanaman tertentu

yang sangat membutuhkan keberadaan mikoriza, seperti ubi kayu dan

ada yang tidak membutuhkan seperti lobak (Sieverding, 1991). Selain itu,

pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor

lingkungan karena setiap tanaman mempunyai kemampuan yang berbeda

untuk beradaptasi dengan lingkungan tempat tumbuh sesuai ukurannya

masing-masing (Suraya, 2002).

Keadaan lingkungan yang mempengaruhi kompatibilitas CMA

antara lain pH tanah, suhu, kelembapan tanah, intensitas cahaya dan P

(10)

menyebabkan aktivitas akar dan permeabilitas membran sel akar

meningkat sehingga akar lebih mudah terinfeksi oleh CMA. Pada

penelitian ini kompatibilitas pada akar tomat, cabai dan jahe yang terbaik

terdapat pada perlakuan (P1) yaitu CMA tanpa pupuk organik. Tidak adanya bahan organik dalam media dapat merangsang CMA untuk lebih

aktif dalam penyerapan hara sehingga terbentuk kolonisasi yang lebih

baik dibandingkan perlakuan dengan pupuk organik. Selain itu, akar

tanaman akan lebih bergantung terhadap CMA dalam penyerapan unsur

hara jika dalam keadaan yang sedikit unsur hara dan sedikit air. Pendapat

yang sama disampaikan oleh Sieverding (1991) ketersediaan unsur hara

yang cukup didalam tanah memberikan pengaruh yang negatif pada

perkembangan CMA karena perkembangan hifa cendawan akan

terhambat pada keadaan tanah yang subur.

Sporulasi yang terjadi pada tomat dan cabai tergolong rendah

sebab hanya terjadi sporulasi antara 1-9 spora dari 32 spora yang

diinokulasikan. Sporulasi merupakan proses pembentukan spora. Pada

pengamatan preparat histologis akar ditemukan lebih dari satu jenis spora

mikoriza, sebab CMA yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

konsorsium mikoriza.

Johnson et al (1982) sporulasi pada CMA terjadi sebagai respon terhadap fluktuasi pertumbuhan akar tanaman inang, namun produksi

spora mungkin meningkat setelah periode pertumbuhan akar yang

ekstensif atau penuaan tanaman inang. Selain itu perbedaan tanaman

inang dan kesuburan tanah juga dapat memberikan pengaruh yang

berbeda terhadap sporulasi pada setiap spesies.

D. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa akar

tanaman tomat dan cabai kompatibel dengan kombinasi pupuk hayati dan

organik. Kompatibilitas tertinggi terjadi pada akar cabai dengan rerata

(11)

perlakuan T1P1. Tidak ada perbedaan yang nyata antara perlakuan pemberian CMA tanpa pupuk organik (P1) dengan perlakuan CMA dan pupuk organik (P2).

E. Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih penulis sampaikan yang terhormat Ibu Dr. Siti

Chalimah M.Pd. atas nasehat, perhatian , bimbingan dan saran yang telah

diberikan selama penelitian ini berlangsung sampai selesai. Dan Bapak

Dodik Luthfianto, M.Si. atas bantuan dan dukungan selama penelitian dan

penyusunan skripsi.

Daftar Pustaka

Chalimah, S. 2007. Pemanfaatan Teknologi In Vitro Untuk Perkembangan Gigaspora margarita dan Acaulospora tuberculata. Disertasi. Sekolah pascasarjana IPB. Bogor. (unpublished)

Chalimah, dkk. 2012. Bioteknologi Mikoriza Dan Pupuk Organik Koheyambing-Gulma Air Bentuk Granul Menuju Infrastruktur Hijau Dan Pertanian Berkelanjutan. UMS

Oktasri, Dwiana. 2012. Perbanyakan Cedawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Pada Media Bahan Organik Dan Uji Kompatibilitas Pada Dua Varietas Rambutan (Nephelium sp.). Tesis. UNS.

Gianinazzi, S. dan V.Gianinazzi-Pearson. Progress And Headaches In Endomycorrizha Biotechnology. France: Balaban Publisher.

Hetrick BAD. 1984. Ecology Of Vesicular-Arbuscular Mycorrhiza Fungi. Florida: CRC Press. Inc.

Nurhayati. 2012. Pengaruh Berbagai Jenis Tanaman Inang Dan Beberapa Jenis Sumber Inokulum Terhadap Infektivitas Dan Efektivitas Mikoriza. Jurnal Agrista Vol.16 No.2

Rainiyati, dkk. 2009. Pengujian Efektivitas Beberapa Isolat Cendawan Mikoriza Arbuskula (CMA) Terhadap Bibit Pisang. Berk.penel. hayati: 15 (63 - 69). Santoso, B. 1994. Mikoriza Dan Hubungannya Dengan Kesuburan Tanah.

Yayasan pembina fakultas pertanian. Malang: UNIBRA.

Sieverding, E. 1991. Vesicular-arbuscular Mycorrhiza Management in Tropical Indegenous Glomales. Deutsche. Jerman.

Smith SE. and D.J. Read. 1997. Mycorrhizal Symbiosis, 2nd edition. Academic Press, London.

Gambar

Tabel 1.  Persentase rerata kolonisasi CMA pada akar tomat dan cabai dengan kombinasi pupuk organik dan hayati
Gambar 1. Arsitektur modifikasi organ CMA pada akar tanaman, (1). akar yang tidak terdapat kolonisasi, (2)

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan itu dapat dilakukan melalui peningkatan kesejahteraan pemegang saham dan pemilik. Dan

Pengawasan yang di lakukan ini di harapakan mampu mencegah dan meminimalkan terjadi bentuk kesalahan yang terjadi , serta usaha segera dapat disungguhan berbagai

Penelitian ini memberikan gambaran bagaimana hubungan ukuran ovarium dan diameter oosit terhadap kualitas morfologi oosit dari sapi Bali Timor yang dikoleksi secara

Perbedaan-perbedaan yang membentuk kesatuan baru ini tentu bersifat saling melengkapi dan tidak saling bertentangan, karena setiap peran yang terspesialisasi penampilannya

Mengenai metode eksperimen ini Sugiyono (2009:72) menjelaskan “Metode penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk.. mencari

Nilai koefisien korelasi yang positif, artinya motivasi bidan yang semakin baik maka dalam pelaksanaan penerapan standar asuhan persalinan normal akan semakin

Program Peningkatan Mutu Pelayanan

“Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warganya. Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai