(Survei pada Konsumen The Face Shop Paris van Java Bandung)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Magister Manajemen
Magister Manajemen Bisnis
Oleh:
Maria Ulfah Catur Afriasih 1009694
SEKOLAH PASCA SARJANA
ii
Maria Ulfah C.A., 2013ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KATA PENGANTAR
Disertai dengan harapan akan ridho Allah Swt, dan rasa syukur atas
nikmat-Nya yang tidak terhingga, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan
Tesis yang berjudul Analisis Personality dan Lifestyle Terhadap Socially
Responsible Consumption (Survei pada konsumen The Face Shop di PVJ
Bandung) tepat pada waktunya, walaupun dalam bentuk yang sangat
sederhana.
Tesis ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat
menempuh ujian poposal program Magister Manajemen pada Program Studi
Magister Manajemen Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia. Penulis
menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penulis nantikan.
Atas segala perhatian dan partisipasinya penulis ucapakan terima kasih.
Bandung, Januari 2013
Maria Ulfah Catur Afriasih (1009694) Magister Manajemen Bisnis 2013,
“Analisis Personality dan Lifestyle terhadap Socially Responsible Consumption
(Survey Pada Konsumen The Face Shop, Paris van Java-Bandung)” di bawah
bimbingan Dr. Hj. Ratih Hurriyati, M.Si dan Dr. Vanessa Gaffar, SE. Ak, MBA
Pertumbuhan industri kosmetik saat ini menunjukkan peningkatan. hal tersebut secara umum dapat dilihat dengan beragamnya jenis kosmetik yang menawarkan produk yang sejenis. Dominasi produk asing untuk produk yang
green atau ramah lingkungan di Indonesia masih sangat terlihat dari besarnya pangsa pasar yang mencapai 80% sedangkan produk lokal hanya menguasai pangsa pasar sebesar 20%. Hal ini menimbulkan kecenderungan faktor emosional yaitu gaya hidup pada pola konsumsi masyarakat sehingga bukan hanya kandungan dan harga produk yang memengaruhi perilaku pembelian konsumen. Karakter kepribadian konsumen juga sangat mempengaruhi terhadap apa yang dibeli oleh konsumen yang nantinya akan menimbulkan rasa tanggung jawab sosial konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk. Penelitian ini dilakukan untuk mengangkat empat permasalahan penting, yaitu bagaimana
gambaran personality konsumen The Face Shop mall PVJ-Bandung, bagaimana
gambaran lifestyle konsumen The Face Shop mall PVJ-Bandung, bagaimana
gambaran socially responsible consumption konsumen The Face Shop mall
PVJ-Bandung, dan adakah Pengaruh personality dan lifestyle terhadap socially
responsible consumption The Face Shop PVJ-Bandung. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian deskriptif atau survey deskriptif. Sampel
yang diambil sebanyak 100 orang konsumen dari populasi konsumen The Face
Shop pada periode satu bulan. Teknik sampel yang digunakan yaitu deskriptif
survey dan explanatory survey. Teknik analisis data dilakukan dan menggunakan
path analysis (analisis jalur). Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh cukup tinggi antara
personality dan lifestyle terhadap socially responsible consumption The Face Shop PVJ-Bandung dengan kontribusi sebesar 70.5% yang berarti ketiga variabel tersebut mempunyai korelasi dalam kategori kuat, sedangkan 29,5%
perubahan socially responsible consumption dipengaruhi oleh faktor lain. Oleh
karena itu perusahaan harus memberikan sosialisasi dan edukasi terhadap
masyarakat tentang pentingnya produk-produk green cosmetic yang memiliki
manfaat lebih dibandingkan dengan produk non green. Hal tersebut penting
karena harga yang ditawarkan oleh produk green cosmetic biasanya lebih tinggi,
sehingga apabila produknya tidak memberikan manfaat yang maksimal maka konsumen tidak akan melakukan pembelian yang berkelanjutan
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMAKASIH... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Rumusan Masalah ... 8
1.4 Tujuan Penilitian ... 9
1.5 Kegunaan Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 11
2.1.1 Konsep Perilaku Konsumen ... 11
2.1.2 Konsep Personality... 20
2.1.1.1 Kepribadian Menurut Ahli Psikologi ... 21
2.1.1.2 Pendekatan Dalam Psikologi ... 23
2.1.1.3 Penilaian Kepribadian ... 30
2.1.1.4 Karakteristik Personality ... 32
2.1.3 Konsep Lifestyle ... 35
2.1.2.1 Lifestyle Konsumen Indonesia ... 40
2.1.2.2 Shopping Lifestyle ... 44
2.1 4 Socially Responsible Consumption (SRC) ... 45
2.1.4.1 Konsumsi ... 46
2.1.4.2 Dimensi SRC ... 50
2.2 Kerangka Pemikiran ... 52
2.3 Hipotesis ... 58
BAB III OBJEK DAN METODE PENEITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 60
3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 68
3.2.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 69
3.2.4.1 Populasi ... 69
3.2.4.2 Sampel ... 70
3.2.4.3 Teknik Penarikan Sampel ... 72
3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 74
3.2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 75
3.2.6.1 Uji Validitas ... 75
3.2.6.2 Uji Reliabilitas ... 80
3.2.6.3 Hasil Pngujian Validitas dan Reliabilitas ... 80
3.2.7 Teknik Analisa Data ... 82
3.2.7.1 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian ... 83
3.2.7.2 Analisis Verifikatif Menggunakan Path Analysis ... 84
3.2.8 Rancangan Uji Hipotesis ... 94
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 97
4.1.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan The Face Shop ... 97
4.1.2 Profil Perusahaan The Faceshop ... 98
4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 99
4.1.4 Karakteristik dan Pengalaman Responden ... 101
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 108
4.2.1 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Personality ... 108
4.2.1.1 Tanggapan responden terhadap dimensi Openesstoexperience ... 109
4.2.1.2 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Consciousness ... 111
4.2.1.3 Tanggapan Responden terhadap dimensi Extraversion ... 113
4.2.1.4 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Agreeableness ... 115
4.2.1.5 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Neuroticm ... 116
4.2.2 Tanggapan Responden Terhadap Variabel Lifestyle ... 120
4.2.2.1 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Activities ... 121
4.2.2.2 Tanggapan Respoden Terhadap Dimensi Interest ... 122
4.2.2.3 Tanggapan Respoden Terhadap Dimensi opinion ... 123
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.3 Analisis Personality dan Lifestyle terhadap
Socialy Responsible Consumption ... 131 4.4 Implikasi Hasil Penelitian ... 142
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan ... 145 5.2 Rekomendasi ... 146
DAFTAR PUSTAKA ... 149
DAFTAR TABEL
1.1 Market Size Industri 2011 ... 2
1.2 Pertumbuhan Dan Nilai Eksport-Import Industry Kosmetik Tahun 2009-2011 Dalam US$ ... 2
1.3 Survey Kepedulian Masyarakat Indonesia Terhadap Lingkungan (dalam %) ... 3
1.4 Perusahan-Perusahan Industri Kosmetik di Indonesia ... 4
2.1 Definisi Perilaku Konsumen Menurut Ahli ... 11
2.2 Definisi Gaya hidup menurut Para Ahli ... 35
2.3 Dimensi gaya Hidup ... 39
3.1 Operasionalisasi Variabel ... 64
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 69
3.3 Koefisien Korelasi ... 78
3.4 Hasil Pengujian Validitas ... 78
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 82
3.6 SKor Alternatif Jawaban ... 83
4.1 Sejarah Perkembangan The Faceshop ... 97
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 101
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan ... 102
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 103
4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 104
4.7 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi OpenessToExperience ... 110
4.8 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Consciousness ... 112
4.9 Tanggapan Responden terhadap dimensi Extraversion ... 113
4.10 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Agreeableness ... 115
4.11 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Neuroticm ... 117
4.12 Rekap Variabel Personality ... 118
4.13 Tanggapan Responden Terhadap Dimensi Activities ... 121
4.14 Tanggapan Respoden Terhadap Dimensi Interest ... 123
4.15 Tanggapan Respoden Terhadap Dimensi Opinion ... 124
viii Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.17 Tanggapan Responden Terhadap Socially Responsible Consumption ... 128
4.18 Rekap Variabel SRC ... 129
4.19 Matriks Korelasi Antar Sub Variabel Personality Dengan SRC ... 133
4.20 Matriks Korelasi Antar Sub Variabel Lifestyle Dengan SRC ... 135
4.21 Matriks Korelasi Antara Kepribadian Dan Gaya Hidup Terhadap ... 135
4.22 Hasil Pengujian Koefisien Jalur ... 138
2.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen ... 13
2.2 Model Perilaku Konsumen Menurut Assael ... 18
2.3 Proses pembentuk gaya hidup ... 38
3.1 Struktur Kausal Antara X1, X2 Dan Y ... 84
3.2 Diagram Jalur Hipotesis I ... 84
3.3 Diagram Jalur Sub Hipotesis I ... 85
3.4 Diagram Jalur Hipotesis II ... 88
3.5 Diagram Jalur Sub Hipotesis II ... 89
3.6 Diagram Jalur Hipotesis III ... 92
3.7 Diagram Jalur Sub Hipotesis III ... 92
4.1 Diagram Jalur Hipotesis ... 133
4.2 Diagram Jalur Hipotesis ... 135
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kondisi perekonomian Indonesia saat ini semakin meningkat, hal ini
ditandai dengan tingkat Product Domestic Bruto (PDB) pada berita resmi Badan
Pusat Statistik (BPS) No.13/02/Th.2012 per kapita atas dasar harga berlaku
pada tahun 2011 mencapai Rp 30,8 juta (US$3.542,9), meningkat dibandingkan
pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp 27,1 juta (US$3.010,1). Dengan angka itu
Indonesia naik peringkat menjadi negara berpenghasilan menengah atau middle
income country.
Perubahan dasar dalam sistem perekonomian tersebut telah
memunculkan dinamika aktivitas perdagangan dan bisnis di Indonesia.
Perusahan-perusahaan yang bergerak dalam sektor industri tumbuh dengan
cepat, sehingga menyebabkan persaingan yang semakin tinggi diantara
perusahaan.
Salah satu sektor industri yang potensial adalah Industri kosmetik.
Industri kosmetik tahun 2010 dan 2011 mengalami pertumbuhan sebesar
10%-15%. Besarnya jumlah penduduk Indonesia usia 15-64 tahun menjadi potensi
pasar kosmetik di Indonesia. Jumlah penduduk wanita Indonesia usia 15-64
tahun pada 2010 mencapai 80,09 juta orang, tumbuh rata-rata 1,3%-1,4% per
tahun. Tahun 2011 jumlahnya mencapai 81,24 juta orang, dan akan mencapai
85,61 juta orang pada 2015. Hal tersebut dapat digambarkan melalui Tabel
market size industri sebagaimana tersaji dalam Tabel 1.1 di halaman
TABEL 1.1
MARKET SIZE INDUSTRI TAHUN 2011
No Industri Market size
1 Makanan dan Minuman 55
2 Gadget 42
3 Telekomunikasi 27
4 Toiletris 29
5 Motor 29
6 Produk Rumah Tangga 16
7 Kosmetik 16
8 Produk Anak 14
9 Farmasi 13
10 Keuangan 13
Sumber: Modifikasi dari Majalah Swa No 12/XXVI/19-12-2011
Berdasarkan market size Industri tahun 2011 tersebut industri kosmetik
menempati urutan ke-tujuh dari 10 besar industri yang mengalami pertumbuhan
tinggi di indonesia. Hal itu mengingat masyarakat Indonesia semakin menyadari
arti penting kosmetik dalam kesehariannya.
Pada tahun 2011 omset kosmetik nasional telah mencapai Rp 7 triliun
sedangkan omzet dari produk herbal nasional mencapai Rp 11 triliun.
Persaingan kosmetik di Indonesia berasal dari produk-produk impor, produk
asing yang diproduksi di Indonesia, serta produk-produk yang sifatnya ilegal.
Menurut data Perkosmi (Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia),
jumlah perusahaan kosmetika dan toiletries yang terdapat di Indonesia berjumlah
sekitar 744. Berikut ini merupakan data pertumbuhan pasar kosmetik di
Indonesia tahun 2007-2011 seperti yang tersaji dalam Tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2
Pertumbuhan Dan Nilai Eksport-Import Industry Kosmetik Tahun 2009-2011 Dalam US$
Tahun Eksport Import
2009 103.071.842 96.150.182
2010 129.502.956 124.537.235
2011 148.885.000 179.500.000
3
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data tersebut menunjukkan bahwa nilai eksport-import industri kosmetik
di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dikarenakan
kosmetik sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia terutama masyarakat
dengan kategori menengah keatas. Selain itu hadir sebuah tren baru mengenai
produk perawatan kulit yaitu mengenai peningkatan permintaan dan lebih
tingginya kesadaran konsumen akan produk spa yang berbasis bahan alami dan
herbal atau yang lebih banyak dikenal dengan green cosmetik.
Dalam situasi seperti itu akhirnya munculah apa yang disebut green
consumerism. Green consumerism adalah kelanjutan dari gerakan
konsumerisme global yang dimulai dengan adanya kesadaran konsumen akan
hak-haknya untuk mendapatkan produk yang layak, aman, dan produk yang
ramah lingkungan (environment friendly) yang semakin kuat. Hal tersebut dapat
terihat dari survey yang dilakukan oleh AC Nielsen seperti berikut ini:
Tabel 1.3
Survey Kepedulian Masyarakat Indonesia Terhadap Lingkungan (dalam %)
Pertanyaan / Keterangan Bagaiman tingkat kepedulian Anda soal lingkungan hidup ? Bagaimana tingkat kepedulian Anda terhadap tingkap kepedulia Air ?
Bagaiman tingkat kepeudlian Anda terhadap
polusi Air ?
Bagaiman tingkat kepedulian Anda terhadap pemanasan global ?
Sangat Peduli 66 72 80 69
Peduli 27 20 16 24
Biasa Saja 6 7 3 6
Tidak Peduli 1 1 - 1
Sangat Tidak Peduli
- 1 1 -
JUMLAH 100 100 100 100
Sumber : AC Nielsen ; 2010
Berdasarkan data diatas, sebenarnya konsumen Indonesia memiliki
perhatian yang cukup besar terhadap beberapa isu lingkungan hidup. Rata–rata
presentase konsumen Indonesia yang memiliki perhatian terhadap isu
oleh AC Nielsan merupakan para pengguna internet yang mayoritas sudah
teredukasi, namun hal ini merupakan titik awal bagaimana konsumen Indonesia
akan mulai berpikir soal lingkungan hidup. Walaupun kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan meningkat akan tetapi tidak berbanding lurus dengan
kesadaran konsumsi masyarakat akan produk-produk yang ramah lingkungan.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi yang diperoleh konsumen
dan harga yang cenderung lebih mahal.Namun demikian para para produsen
tetap berupaya untuk memberikan kesadaran terhadap masyarakat melalui
produk-produk yang diproduksi secara ramah lingkungan.
Kosmetik yang menggunakan bahan dasar alami semakin banyak
diproduksi. Selain menggunakan bahan alami, kosmetik ini juga tidak
menggunakan bahan pengawet araben, pewarna buatan, dan bahan kimia
berbahaya seperti merkuri. Ramah lingkungan juga berlaku pada proses
pembuatan kosmetik yang tidak membahayakan lingkungan. Beberapa
perusahaan kosmetik besar yang ada di Indonesia baik lokal maupun produk luar
dapat terlihat dalam Tabel 1.2 berikut:
TABEL 1.4
Perusahan-Perusahan Industri Kosmetik di Indonesia
Perusahaan Merek
PT Martina Bento Tbk Dewi Sri Spa, Biokos, PAC, Caring, Sariayu Marta Tilaar, Belia, Mirabela, Cempaka
PT Mustika ratu Tbk Mustika Ratu kosmetik, Biocel, Putri, Bask, Ratu Mas, Moor
PT Monika Hijau Lestari The Body Shop Indonesia
PT. Perdana Duta Persada The Face Shop Indonesia
PT Asia Bandar Alam L’Occitane Indonesia
PT. Interkos Jaya Bakti Estee Lauder
Sumber: Modifikasi dari berbagai Sumber (hermagz.com)
Tabel 1.2 menunjukkan berbagai macam produk kosmetik yang termasuk
5
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pasar kosmetik di Indonesia, dengan menjangkau segmen konsumen middle-up.
Sementara produksi kosmetik lokal hanya menguasai 20% pangsa pasar
domestik dengan mencakup produksi oleh produsen Indonesia, seperti PT
Mustika Ratu Tbk dan PT Martina Berto Tbk, dll. Hal ini disebabkan oleh
Kemudahan yang diberikan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)
untuk industri kosmetik, yakni produk asing tidak perlu lagi mengurus izin edar
tetapi cukup dengan notifikasi (pemberitahuan) secara online.
Dari 80% pangsa pasar kosmetik import yang ada di Indonesia The Face
Shop (TFS) menguasai 30% pangsa pasar. Angka tersebut meru[akan angka
yang cukup tinggi untuk kosmetik yang tergolong pendatang baru. The Face
Shop merupakan perusahaan kosmetik terbesar ke-3 di Korea yang memiliki
lebih dari 400 gerai di Korea dan lebih dari 100 gerai di dunia termasuk di
Indonesia. The Fase Shop masuk ke Indonesia pada tahun 2005 dengan pasar
sasarannya adalah remaja, perempuan dewasa, dan saat ini sudah terdapat
produk untuk pria. Budaya korea yang sedang menjadi tren remaja saat ini yang
dikenal dengan Korean wave sangat mempengaruhi perilaku pembelian terhadap
produk-produk The faceshop.
Dengan konsep ”natural story” The faceshop menyediakan produk-produk
berkualitas dari head to toe, baik untuk pria, wanita, usia bayi dan hingga dewasa
dengan harga yang terjangkau. Produk The Faceshop terdiri dari banyak pilihan,
dikemas dalam packaging yang menarik, dan telah diuji secara klinis. Produk
The Faceshop selalu terbuat dari bahan-bahan alami berkualitas dan selektif
untuk masing-masing jenis kulit, selain itu TFS merupakan merek kosmetik korea
pertama yang masuk ke Indonesia sehingga menjadi brand yang tertanam di
Membeli produk asing atau yang berasal dari luar negeri merupakan gaya
hidup masyarakat kelas menengah keatas, karena merasa lebih prestisius. Oleh
sebab itu penjualan produk kosmetik lokal meskipun bagus dan lebih murah
tetapi masih belum mendapatkan tempat di kalangan masyarakat menengah
keatas.
Nielsen Home panel melaporkan bahwa pengeluaran rumah tangga untuk
kategori kesehatan dan gaya hidup telah meningkat sejak tahun 2009.
Mengkonsumsi produk yang reguler tidak cukup lagi untuk konsumen kelas atas.
Mereka akan mencari produk yang memberi manfaat lebih dan memiliki nilai
tambah (value-concious). Pemilihan produk juga dipilih yang dapat menjawab
kebutuhan gaya hidup dan kesehatan.
Faktor lain yang mempengaruhi pola konsumsi masyarakat adalah
kepribadian. Mowen (Ratih Hurriyati, 2008:89) mengemukakan bahwa
kepribadian sebagai pola perilaku khusus termasuk pikiran dan emosi yang
mengkarakteristikkan setiap adaptasi individu terhadap situasi kehidupannya.
Gaya hidup adalah pola dimana orang hidup dan menggunakan uang dan
waktunya. Terdapat hubungan antara gaya hidup dengan kepribadian seseorang
yaitu kepribadian menggambarkan karakteristik internal sedangkan gaya hidup
menggambarkan perilaku seseorang (eksternal). Gaya hidup biasanya tidak
berlangsung lama dan cepat berubah, sehingga pada gaya hidup itu dapat
mempengaruhi seseorang dalam pola konsumsinya.
Adanya dinamika pasar serta perubahan orientasi dan perilaku konsumen
membuat para pemasar mencari cara-cara baru dalam memasarkan produk.
Klaim-klaim ramah lingkungan tidak lagi terbatas pada komposisi atau
7
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
produksinya dalam rangka pemenuhan bagi tekanan lingkungan, mendapatkan
keuntungan yang bersahabat dengan lingkungan, meningkatkan citra
perusahaan, mencari pasar dan kesempatan baru, serta meningkatkan nilai
produk.
Mengingat factor kepribadian (personality) dan gaya hidup (lifestyle)
mampu menimbulkan tanggung jawab konsumen akan nilai-nilai konsumsinya,
maka dirasa perlu untuk dilakukan penelitian dengan judul: Analisis
Kepribadian dan Gaya Hidup Terhadap Socially Responsible Consumption
pada konsumen The Face Shop di Paris Van Java Bandung.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya penulis
mengidentifikasi masalah sebagai berikut. Pertumbuhan industri kosmetik saat ini
menunjukkan peningkatan. hal tersebut secara umum dapat dilihat dengan
beragamnya jenis kosmetik yang menawarkan produk yang sama dengan
keunikannya tersendiri. Kosmetik saat ini sangat mudah diperoleh dan memiliki
jenis yang beragam juga menawarkan hal yang sama. The Body shop, The Face
Shop, Estee Lauder, Sariayu dan Mustika ratu merupakan beberapa produk
kosmetik yang berusaha menghadirkan produk yang ramah lingkungan dan
tanpa bahan-bahan yang berbahaya.
Dominasi produk asing untuk produk yang green atau ramah lingkungan
di Indonesia masih sangat terlihat dari besarnya pangsa pasar yang mencapai
80% sedangkan produk lokal hanya menguasai pangsa pasar sebesar 20%. Hal
ini menimbulkan kecenderungan faktor emosional yaitu gaya hidup pada pola
memengaruhi perilaku pembelian konsumen. Karakter kepribadian konsumen
juga sangat mempengaruhi terhadap apa yang dibeli oleh konsumen yang
nantinya akan menimbulkan rasa tanggung jawab sosial konsumen dalam
mengkonsumsi suatu produk.
Dengan melihat perilaku pembelian masyarakat Indonesia diharapkan
produsen Indonesia akan dapat meningkatkan pangsa asarnya melalui angka
penjualan yang tinggi. Secara garis besar identifikasi masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Perkembangan industri yang terjadi saat ini menuntut perusahaan untuk dapat melakukan perubahan, salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan meningkatkan aspek-aspek yang berhubungan dengan kepribadian dan gaya hidup konsumen. Perusahaan menciptakan produk-produk dengan ciri khas tersendiri dan menawarkannya pada konsumen sehingga pada akhirnya konsumen akan tertarik dan memutuskan
untuk melakukan pembelian. Green cosmetic merupakan suatu tren yang
sedang berkembang di masyarakat, akan tetapi masih belum memiliki
peminat yang begitu tinggi dibandingkan dengan produk non-green.
Sehingga masyarakat memerlukan edukasi yang lebih untuk dapat memiliki
pengetahuan tentang green cosmetic sehingga akan timbul rasa
tanggungjawab dalam berkonsumsi. Tanggungjawab konsumsi tersebut yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan dan pangsa pasar domestik.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
yang akan diteliti sebagai berikut:
1) Bagaimana gambaran kepribadia (personality) konsumen The Face Shop
di PVJ Bandung
2) Bagaimana gambaran gaya hidup (lifestyle) konsumen The Face Shop di
PVJ Bandung
3) Bagaimana gambaran Socially Responsible Consumption konsumen The
9
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Seberapa besar kepribadian dan gaya hidup mempengaruhi Socially
Responsible Consumption The Face Shop di PVJ Bandung.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil temuan
Tentang:
1. Untuk mengetahui Bagaimana kepribadian (personality) konsumen The
Face Shop di PVJ Bandung
2. Untuk mengetahui Bagaimana gambaran gaya hidup (lifestyle) konsumen
The Face Shop di PVJ Bandung
3. Bagaimana Socially Responsible Consumption The Face Shop di PVJ
Bandung
4. Seberapa besar kepribadian (personality) dan gaya hidup (lifestyle)
mempengaruhi Socially Responsible Consumption The Face Shop di PVJ
Bandung.
1.5 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara
teoritis maupun praktis sebagai berikut:
1) Aspek teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis
(keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu Manajemen khususnya pada Ilmu
Manajemen Pemasaran, melalui pendekatan serta metode-metode yang
dalam aspek strategi pemasaran yang menyangkut pengaruh pengaruh
kepribadian (personality) dan gaya hidup (lifestyle) serta Socially Responsible
Consumption, sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan
sumbangan bagi para akademisi dalam mengembangkan teori pemasaran.
2) Apek Praktis
Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan dalam aspek
praktis (guna laksana) yaitu untuk memberikan masukan bagi perusahaan
untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam mengembangkan strategi
pemasaran untuk menciptakan keputusan memiih green product di masa
yang akan datang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi atau
acuan dan sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian
selanjutnya mengenai kepribadian dan gaya hidup konsumen terhadap tanggung
jawab sosial konsumen dalam konsumsi mengingat masih banyak faktor-faktor
60
BAB IIIOBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menganalisis mengenai personality (kepribadian) dan
lifestyle (gaya hidup) konsumen terhadap socially responsible consumption.
Selanjutnya penelitian ini akan meneliti dua variabel inti yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas (independent variable) pertama yang diteliti yaitu
personality (kepribadian) terdiri dari openes to experience, consciousness,
extraversion, agreeableness, dan emotional stability. Variabel bebas
(independent variable) kedua yaitu lifestyle (gaya hidup) yang terdiri dari tiga sub
variabel yaitu aktifitas (activities), minat (interests), dan pandangan (opinions).
Variabel terikat (dependent variable/) yang diteliti adalah socially responsible
consumption yang meliputi: The firm behavior (perilaku perusahaan terhadap
lingkungan) Buying cause- related product (pembelian produk cause-related)
Taking account of the geographical origin of product (pertimbangan asal produk
berdasarkan lokasi) Reducing the volume of consumption(mengurangi jumlah
konsumsi).Objek penelitian yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah
konsumen The Face Shop di Mall PVJ Bandung.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1Jenis dan Metode yang Digunakan
Berdasarkan tingkat kejelasan dan kedalaman, penelitian ini
dikategorikan sebagai penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut William G.
characteristics of a population or phenomenon.” Artinya riset deskriptif adalah
riset yang dirancang untuk menguraikan karakteristik suatu populasi atau
peristiwa.
Pendapat lainnya diungkapkan oleh Aaker et. al. (2004:755) sebagai
berikut: “Descriptive research is research that usually is designed to provide a
summary of some aspects of the environment when the hypotheses are tentative
and speculative in nature.” Artinya: Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
pada umumnya dirancang untuk menyediakan suatu ringkasan dari beberapa
aspek lingkungan ketika hipotesis bersifat untung-untungan dan sementara
secara alami.
Menurut Travers (dalam Husain Umar 2007:21) menjelaskan bahwa,
Penelitian dengan metode deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai-nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
(independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan
variabel lain.
Pendapat yang lebih jelas disampaikan oleh Asep Hermawan (2006:82)
bahwa:
Penelitian deskriptif dilakukan untuk menjelaskan karakteristik berbagai variabel penelitian dalam situasi tertentu. Penelitian ini dapat pula disebut sebagai penelitian yang menjelaskan fenomena apa adanya. Tujuan dari penelitian ini adalah menyajikan suatu profil atau menjelaskan aspek-aspek relevan dengan suatu fenomena yang diteliti dari persfektif individual organisasi, industri, dan aspek lainnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk mendeskripsikan
karakteristik dari sebuah populasi atau fenomena apa adanya. Penelitian
62
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(kepribadian) dan lifestyle (gaya hidup) konsumen terhadap socially responsible
consumption.
Dalam penelitian ini akan diuji mengenai kebenaran hipotesis melalui
pengumpulan data di lapangan, dalam hal ini dilaksanakan melalui survei
terhadap pengunjung The Face Shop di Mall PVJ Bandung.
Berdasarkan jenis penelitiannya yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif
yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode descriptive survey dan metode
explanatory survey.
Menurut Ker Linger yang dikutip oleh Sugiyono (2008:7), bahwa yang
dimaksud dengan metode survei adalah:
metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.
Aaker et. al. (2004:755) berpendapat bahwa metode survey adalah “A
method of data collection, such as a telephone or personal interview, a mail
survey, or any combination there of”, Artinya: Metode pengumpulan data seperti
melalui telepon atau wawancara, survei melalui surat atau kombinasi di
antaranya. Menurut Zikmund (2003:123) metode survei adalah “Experience
survey is an explanatory research technique in which individuals who are
knowledgeable about particular research problem are questioned.” Artinya:
Survei pengalaman merupakan teknik yang bersifat menjelaskan dari setiap
individu yang mengetahui seputar permasalahan penelitian yang ditanyakan.
Descriptive survey merupakan metode penelitian survei yang memiliki
tertentu. Sedangkan explanatory survey adalah metode survei yang memiliki
tujuan menjelaskan hubungan antar variabel penelitian atau menjelaskan
sebab-sebab terjadinya suatu fenomena (Masri Singarimbun, 1991:4)
Penelitian yang menggunakan descriptive survey dan metode explanatory
survey dilakukan melalui kegiatan pengumpulan informasi dari sebagian populasi
secara langsung di tempat kejadian (empirik) melalui alat kuesioner dengan
tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi yang diteliti terhadap
permasalahan penelitian.
Penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun, maka
metode pengembangan yang dipergunakan adalah cross-sectional. Menurut
Uma Sekaran (2006: 315), “Penelitian cross-sectional adalah penelitian dimana
data dikumpulkan hanya sekali (yang dilakukan selama periode hari, minggu,
atau bulan) untuk menjawab pertanyaan penelitian.”
Sebagaimana dikemukakan oleh Ronny Kountur (2007:109) bahwa
”Cross sectional survey adalah metode pengumpulan data (yang juga merupakan
salah satu metode pengumpulan dari dari penelitian deskripsi) di mana informasi
yang dikumpulkan hanya pada saat tertentu”.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Penelitian ini meliputi dua variabel inti, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Menurut Sugiyono (2008:33), yang dimaksud dengan variabel bebas dan
variabel terikat yaitu:
Variabel bebas (independent variable/ predictor variable) merupakan
variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel terikat (dependent
64
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel bebas dan variabel terikat yang diteliti selanjutnya dijelaskan
sebagai berikut:
1. Variabel Kepribadian (X1) sebagai variabel bebas pertama yang meliputi:
yang terdiri dari yaitu oppenes to experience (x1.1), consciousness (x1.2),
extraversion, (x1.3), greeableness (x1.4), emotional stability (x1.5).
2. Variabel Gaya Hidup (X2) sebagai variabel bebas kedua yang meliputi:
Aktifitas (activities) (x2.1), Minat (interest) (x2.2), Pandangan (option) (x2.3).
3. Variabel Socially Responsible Consumption (SRC) yang meliputi disebut
sebagai variabel terikat (Y) yang meliputi: The firm behavior (perilaku
perusahaan) (y1), Buying-cause related product (alasan membeli yang
berkaitan dengan produk) (y2), Taking account of the geographical original
of product (mempertimbangkan asal geografis produk) (y3), Reducing the
volume of consumption(mengurangi jumlah konsumsi) (y4).
Keseluruhan variabel, baik variabel X dan Y dalam kuesioner ini
menggunakan skala ordinal. Penjabaran operasionalisasi dari variabel-variabel
yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini:
TABEL 3.1
OPERASIONALISASI VARIABEL
Variabel/sub variabel
Konsep Variabel/
Sub Variabel Indikator Ukuran skala
No. Item
Personality (X1)
Personality are define as enduring, cross situational consistencies in behavioral and response pattern
Kepribadian
didefinisikan sebagai sesuatu yang abadi, lintas konsistensi situasional dalam perilaku dan pola respon.
Variabel/sub variabel
Konsep Variabel/
Sub Variabel Indikator Ukuran skala
No. Item
Openess to experience
(X1.1)
Menilai usahanya secara proaktif dan penghargaannya terhadap pengalaman demi kepentingannya sendiri. Menilai bagaimana
ia menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa
Goldberg dalam Azoulay, (2003)
Imajinatif - Tingkat Imajinasi yang kuat
- Tingkat kreatifitas yang tinggi
Ordinal
Ordinal
Inovatif - Tingkat kepemilikan
ide untuk perubahan
- Tingkat kejelian dalam mengidentifikasi peluang Ordinal Ordinal Kemampuan dalam
beradaptasi
Tingkat
kemampuan untuk beradaptasi
- Tingkat kesiapan terhadap perubahan Ordinal Ordinal Concientious-ness
(X1.2)
Menilai kemampuan individu didalam organisasi, baik mengenai ketekunan dan motivasi dalam mencapai tujuan sebagai perilaku langsungnya. Goldberg dalam Azoulay, (2003)
Kompetensi - Tingkat ketepatan
dalam
menyelesaikan tugas/pekerjaan
- Tingkat keahlian dalam bidang yang ditekuni
Ordinal
Ordinal
Terorganisir - Tingkat
perencanaan yang matang
- Tingkat keteraturan dalam pelaksanaan kegiatan yang sudah terencana
Ordinal
Ordinal
Pencapaian target - Tingkat pencapaian target
Ordinal
Proaktif - Tingkat keaktifan
dalam
menyumbangkan ide-ide baru
Ordinal
Extraversion
(X1.3)
Menilai kuantitas dan intensitas
interaksi interpersonal, level aktivitasnya , kebutuhan untuk didukung, kemampuan untuk berbahagia Goldberg dalam Azoulay, (2003) Keramahan terhadap
orang lain
Tingkat keramahan terhadap orang lain
Ordinal
Kemampuan
bersosialisasi
Tingkat kemudahan dalam
bersosialisasi
Ordinal
Tegas/dominan - Tingkat dominasi diantara orang lain
Ordinal
Aktivitas - Tingkat kepadatan
aktifitas sehari-hari
- Tingkat
kesenangan dalam menjalankan aktifitas Ordinal Ordinal Agreeableness
(X1.4)
Menilai kualitas orientasi individu
Memiliki kepercayan terhadap orang lain
Tingkat kepercayaan
66
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel/sub variabel
Konsep Variabel/
Sub Variabel Indikator Ukuran skala
No. Item
dari lemah lembut sampai antagonis didalam berpikir, perasaan dan perilaku Goldberg dalam Azoulay, (2003)
Keterusterangan - Tingkat
keterbukaan untuk berbicara apa adanya terhadap orang lain
Ordinal
Perhatian - Tingkat kepedulian
terhadap orang lain
- Tingkat kemauan untuk
mendengarkan pendapat orang lain
Ordinal
Ordinal
Kesopanan - Tingkat keramahan
terhadap orang lain
Ordinal
Emotional stability/
Stabilitas emosi
(X1.5)
Trait ini menilai kestabilan dan ketidakstabilan emosi. Mengidentifikasi kecenderungan individu apakah mudah mengalami stres, mempunyai ide-ide yang tidak realistis,
mempunyai coping
response yang maladaptif
Goldberg dalam Azoulay, (2003)
Perasaan santai - Tingkat kemampuan mengatur emosi
Ordinal
Perasaan puas - Tingkat kepuasan terhadap
pencapaian pribadi
Ordinal
Percaya diri - Tingkat kepercayaan terhadap diri sendiri
Ordinal
Perasaan senang - Tingkat perasaan senang
Ordinal
Consumer Lifestyle (gaya hidup
konsumen) (X2)
Lifestyle is personal pattern living as expressed in activities, interest, and opinion.
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapat.
Kotler & Keller (2012:179)
Activities
(akrivitas) (X2.1)
Mengungkapkan apa yang dikerjakan respon berupa tindakan terhadap rangsangan, kegiatan yang dilakukan di waktu luang, dll
Kotler & Keller (2012:179)
- Menghabiskan aktifitas melalui kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan
- Kepedulian terhadap
lingkungan sekitar
- Tingkat keinginan untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang berhubungan dengan lingkungan
- Tingkat kepedulian terhadap
lingkungan
Ordinal
Interest (Minat) (X2.2)
Mengemukakan apa yang menjadi minat, keinginan, kesukaan, kegemaran, dan prioritas dalam hidup
- Kesadaran terhadap produk-produk yang ramah lingkungan
- Tingkat kesadaran produk-produk yang ramah lingkungan
Variabel/sub variabel
Konsep Variabel/
Sub Variabel Indikator Ukuran skala
No. Item
Kotler & Keller (2012:179)
- Ketertarikan terhadap produk yang ramah lingkungan
- Tingkat ketertarikan terhadap produk yang ramah lingkungan
Opinion
(Pendapat) (X2.3)
Pandangan dan perasaan yang menanggapi rangsangan ekternal
Kotler & Keller (2012:179))
- Kepercayaan terhadap konsep sadap lingkungan
- percaya terhadap orang lain tentang konsep sadar lingkungan
- percaya terhadap pendapat media tentang konsep sadar lingkungan
- Tingkat kepercayaan terhadap konsep sadar lingkungan
- Tingkat kepercayaan terhadap orang lain tentang konsep sadar lingkungan
- Tingkat kepercayaan terhadap pendapat media tentang sadar lingkungan Ordinal Ordinal Ordinal Socially Responsible Consumption (Y)
The purchase of products and service perceived as having a positive (or least bad) on the physical environment or on society and / or use of the purchashing power to express social or environmental concern
Pembelian produk dan jasa yang dirasa positif (atau paling tidak
buruk) dalam
lingkungan psikologis dan lingkungan social,
dan atau
mengggunakan kekuatan pembelian untuk
mengekspresikan kepedulain terhadap social atau lingkungan
(François-Lecompte and Valette-Florence (2005:44)
The firm behavior
(perilaku perusahaan terhadap lingkungan)
- Tingkat kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup Ordinal Buying cause- related product (pembelian produk cause-related)
68
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Variabel/sub variabel
Konsep Variabel/
Sub Variabel Indikator Ukuran skala
No. Item
Taking account of the geographical origin of product
(pertimbangan asal produk berdasarkan lokasi)
- Tingkat pertimbangan tentang asal produk
- Tingkat kemudahan untuk menjangkau lokasi penjualan produk
Ordinal
Ordinal
Reducing the volume of consumption
(mengurangi jumlah konsumsi)
- Tingkat kesadaran untuk mengurangi jumlah konsumsi
Ordinal
3.2.3 Jenis dan Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh (Suharsimi Arikunto,
2006:129). Berdasarkan jenis dan sumbernya data dibedakan menjadi dua yaitu
data primer dan data sekunder. Menurut Husain Umar (2002: 64) “Data primer
adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara empirik kepada
pelaku langsung atau yang terlibat langsung dengan menggunakan teknik
pengumpulan data tertentu” atau data primer diperoleh secara langsung. Menurut
Uma Sekaran (2006: 60), “Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh
dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat untuk
tujuan spesifik studi. Sedangkan data sekunder menurut Husain Umar (2002: 84)
adalah “data yang diperoleh dari pihak lain atau hasil penelitian pihak lain atau
data yang sudah tersedia sebelumnya diperoleh dari pihak lain yang berasal dari
buku-buku, literatur, artikel dan ilmiah-ilmiah”
Secara lebih jelasnya mengenai data dan sumber data yang digunakan
TABEL 3.2
JENIS DAN SUMBER DATA
No Data Jenis
Data Sumber Data
Digunakan untuk Tujuan Penelitian
T1 T2 T3
1 Market Size Industri Tahun 2011
Sekunder Modifikasi dari Majalah Swa No
12/XXVI/19-12-2011
-
2 Pertumbuhan dan nilai eksport import industry kosmetik tahun 2009-2011
Sekunder Data Spire research and consulting market
analysis -
3 Survei kepedulian masyarakat tentang lingkungan
Sekunder AC Nielsen 2010
4 Perusahan-Perusahan Industri
green Kosmetik di Indonesia
Sekunder Modifikasi dari berbagai
Sumber
Sumber: Berdasarkan hasil pengolahan data.
Keterangan:
T1= Mendeskripsikan karakter kepribadian konsumen the Face shop PVJ
Bandung.
T2= Mendeskripsikan Gaya Hidup pada konsumen The Face Shop di PVJ
bandung.
T3= Mendeskripsikan Socially responsible consumption kosmetik di PVJ
bandung
3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
3.2.4.1 Populasi
Menurut Rony Kountur (2007:145) “populasi adalah suatu kumpulan
menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti”. Menurut
Sugiyono (2008:72) bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakterisrik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Dalam mengumpulkan dan menganalisa suatu data menentukan populasi
merupakan langkah yang penting. Populasi bukan hanya sekedar orang, tetapi
juga benda, sistem dan prosedur, fenomena atau yang lainnya. Populasi juga
70
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki objek atau subjek itu” (Uma Sekaran,
2006:121).
Langkah awal, seorang peneliti harus menentukan secara jelas mengenai
populasi yang menjadi sasaran penelitiannya yang disebut dengan populasi
sasaran (target population) yaitu populasi yang nantinya akan menjadi cakupan
kesimpulan penelitian. Jadi apabila dalam sebuah hasil penelitian dikeluarkan
kesimpulan, maka menurut etika penelitian, kesimpulan tersebut hanya berlaku
untuk populasi sasaran yang telah ditentukan.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung The Face Shop di Mall
PVJ Bandung. Populasi ini dihitung berdasarkan rata-rata pengunjung harian
yang datang ke counter The Face Shop dengan rata-rata 50 pengunjung pada
hari senin-jumat dan 100 orang pada hari sabtu dan minggu, sehingga bila
dijumlahkan rata-rata perbulan adalah 450 orang.
3.2.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi. Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:73).
Menurut Suharsimi Arikunto (2009:109), “Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti”.
Asep Hermawan (2004:47) memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai
pengertian sampel.
Berdasarkan beberapa definisi sampel di atas dapat disimpulkan bahwa
sampel merupakan sub kelompok atau sebagian dari populasi. Dengan
mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan terhadap populasi penelitian. Dalam suatu penelitian tidak
mungkin semua populasi diteliti, dalam hal ini disebabkan beberapa faktor antara
lain faktor keterbatasan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia. Oleh karena itu
peneliti diperkenankan untuk mengambil sebagian saja dari objek populasi yang
ditentukan.
Berdasarkan beberapa definisi sampel di atas dapat disimpulkan bahwa
sampel merupakan sub kelompok atau sebagian dari populasi. Dengan
mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat
digeneralisasikan terhadap populasi penelitian. Dalam suatu penelitian tidak
mungkin semua populasi diteliti, dalam hal ini disebabkan beberapa faktor antara
lain faktor keterbatasan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia. Oleh karena itu
peneliti diperkenankan untuk mengambil sebagian saja dari objek populasi yang
ditentukan.
Menurut Suharsimi Arikunto (2002,102), yang dimaksud dengan sampel
adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sedangkan menurut Sugiyono
(2006:73), yang dimaksud dengan sampel adalah “bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu”
Husain Umar (2002: 59), mengemukakan bahwa ukuran sampel dari
suatu populasi dapat menggunakan bermacam-macam cara, salah satunya
adalah dengan menggunakan teknik Slovin. Berdasarkan teknik tersebut maka
jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak n orang,
72
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Di mana :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran populasi
e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang dapat
ditolerir
Berdasarkan rumus Slovin, maka ukuran sampel adalah sebagai berikut:
n = 2
)
1
,
0
(
450
1
450
n = 450/4.51
n = 99,78
99Jadi dalam penelitian ini ukuran sampel minimal yang digunakan adalah
99 orang. Untuk mempermudah perhitungan dan memperkecil taraf kesalahan
maka jumlah sampel ditambah 1, sehingga sampel yang akan diambil berjumlah
100 orang dari sebagian total populasi.
Berdasarkan perhitungan di atas, maka ukuran sampel minimal dalam
penelitian ini ditetapkan dengan α= 0.05 maka diperoleh ukuran sampel (n)
minimal sebesar 99. menurut Winarno Surakhmad (1998:100) bahwa ”untuk
jaminan ada baiknya sampel selalu ditambah sedikit lagi dari jumlah matematik”.
Kemudian agar sampel yang digunakan representatif, maka pada penelitian ini
ditentukan sampel yang berjumlah 100 orang.
3.2.4.3 Teknik Penarikan Sampel
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga dapat
2
1 Ne
N n
diperoleh nilai karakteristik perkiraan (estimate value). Sugiyono (2008:73)
mengemukakan bahwa: “Teknik sampling merupakan teknik pengambilan
sampel”. Menurut Suharsimi Arikunto (2009:111) teknik pengambilan sampel
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang
benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau menggambarkan keadaan
populasi yang sebenarnya. Menurut Asep Hermawan (2004:48) “Penarikan
sampel merupakan suatu proes pemilihan sejumlah elemen dari populasi
sehinggga dengan mempelajari sampel, suatu pemahaman karakteristik subyek
sampel akan memungkinkan untuk menggeneralisasikan karakteristik populasi”.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah systematic
random sampling. Menurut Uma Sekaran (2006:128), teknik pengambilan sampel
sistematis (systematic sampling) meliputi menarik tiap elemen ke–n dalam
populasi yang dimulai dengan elemen yang dipilih secara acak antara 1 dan n.
Sugiyono (2008:77) memberikan pengertian yang lebih jelas mengenai
teknik pengambilan sampel cara sistematik, “sampling sistematik adalah teknik
pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang diberi
nomor urut”.
Menurut Harun Al – Rasyid (1994:66) langkah-langkah yang dilakukan
dalam cara ini adalah:
1. Tentukan populasi sasaran. Dalam penelitian ini yang menjadi Pengunjung
The Face Shop di Mall PVJ Bandung.
2. Tentukan tempat tertentu sebagai checkpoint, dalam penelitian ini yang
menjadi tempat checkpoint adalah Counter The Face Shop di Mall PVJ
74
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Tentukan waktu yang akan digunakan untuk menentukan sampling. Dalam
penelitian ini waktu yang digunakan oleh peneliti adalah pukul 08.00 – 18.00
WIB hari Senin-Minggu.
4. Lakukan orientasi lapangan, terutama pada checkpoint. Orientasi ini akan
dijadikan dasar menentukan interval pemilihan pertama, atau dasar
kepadatan pembeli. Dengan menggunakan rumus:
I = N
n
I = 450 = 1.1875=2
99
Pada hari yang ditentukan pada checkpoint, konsumen ke 1 untuk
selanjutnya adalah konsumen yang memiliki nomor urut ganjil diberi
kuesioner untuk diisi hingga ukuran sampel terpenuhi.
5. Menghitung besarnya proporsi pada sampel yang terpilih.
3.2.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data mengacu pada cara yang dilakukan untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian. Kaitannya dalam hal
tersebut, serta dengan melihat konsep analitis dari penelitian ini, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan dapat dengan cara langsung maupun tidak
langsung.
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi literatur, yaitu suatu teknik untuk mendapatkan data teoritis dari para
ahli melalui sumber bacaan berupa buku-buku, jurnal ilmiah, artikel online dll,
dalam penelitian ini mengenai personality (kepribadian), lifestyle (gaya
hidup), dan SRC.
2. Wawancara, sebagai teknik komunikasi langsung dengan pihak manajemen
dan konsumen The Face Shop di Mall PVJ Bandung
3. Observasi, yaitu pengamatan dan peninjauan langsung terhadap objek yang
sedang diteliti yaitu Pengunjung The Face Shop di Mall PVJ Bandung yang
memasuki counter.
4. Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada konsumen
The Faceshop mall PVJ Bandung untuk dijawab. Angket berisi pertanyaan
mengenai karakteristik responden, pengalaman responden, serta tanggapan
responden terhadap personality (kepribadian), lifestyle (gaya hidup), dan
SRC.
3.2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Data mempunyai kedudukan paling tinggi dalam penelitian karena data
merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan fungsinya sebagai
pembentukan hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data sangat menentukan
mutu hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data tergantung dari baik
tidaknya instrumen pengumpulan data. Instrumen yang baik harus memenuhi
dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel.
3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas
Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan
76
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan alat ukur”. Menurut Suharsimi
Arikunto (2006:145), yang dimaksud dengan “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen”. Suatu instrumen
yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang berarti memiliki validitas rendah.
Masri Singarimbun (2006:124) mengemukakan bahwa, “Validitas
merupakan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin
diukur”. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa validitas merupakan kemampuan alat ukur untuk mengukur secara benar (bebas dari bias).
Instrumen yang sahih memiliki validitas yang tinggi. Untuk memperoleh instrumen yang valid harus diperhatikan langkah-langkah dalam menyusun instrumen, yaitu memecah variabel menjadi sub variabel dan indikator, setelah itu memasukannya ke dalam butir-butir pertanyaan. Apabila langkah tersebut dilakukan, maka dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut memiliki validitas yang logis. Dikatakan logis karena validitas ini diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki.
Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment.
Pada penghitungan validitas dengan menggunakan rumus Pearson
Product Moment, memiliki syarat bahwa data berskala interval. Penelitian ini menggunakan skala ordinal seperti yang telah dijelaskan dalam operasionalisasi variabel, maka semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu akan ditransformasi menjadi skala interval.
Mentransformasi data ordinal menjadi interval gunanya untuk memenuhi sebagain dari syarat analisis parametrik yang mana data setidak-tidaknya berskala interval. Teknik transformasi yang paling sederhana dengan
menggunakan MSI (Method of Successive Interval). Langkah-langkah
1. Pertama perhatikan setiap butir jawaban responden dari angket yang disebarkan;
2. Pada setiap butir ditentukan berapa orang yang mendapat skor 1,2,3,4 dan 5 yang disebut sebagai frekuensi
3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi;
4. Tentukan nilai kumulatif dengan cara menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor;
5. Gunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh;
6. Tentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan tabel Tinggi Densitas);
7. Tentukan nilai skala dengan menggunakan rumus:
8. Tentukan nilai transformasi dengan rumus: Y NS
1 NSmin
+Peneliti menggunakan bantuan program software SUCC’97 pada
Microsoft office excell untuk proses pengolahan data MSI tersebut.
Adapun cara untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus
Pearson Product Moment yaitu:
2 2
2
2
. .
. X X n Y Y
n Y X XY n rxy (Riduwan, 2008:217) keterangan: xy
r
= koefisien korelasin
= jumlah responden dalam uji coba instrumen
X = jumlah skor item
Y = jumlah skor total (seluruh item)Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus:
2 1 2 r n r thitung (Riduwan, 2008:217)
NS = (Dencity at Lower Limit) - (Dencity at Upper Limit)
78
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
t
= Nilai thitungr= Koefisien korelasi hasil rhitung
n
= Jumlah respondenDistribusi (Tabel t) untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) Kaidah keputusan: Jika thitung≥ ttabel berarti valid, sebaliknya
thitung < ttabel berarti tidak valid
Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks
[image:38.595.104.516.293.755.2]korelasinya (r) dengan menggunakan Tabel 3.5 berikut ini.
TABEL 3.5 KOEFISIEN KORELASI
Besarnya Nilai Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,000 Sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Cukup tinggi
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (tidak valid)
Sumber: Riduwan (2008:217)
Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel attribute brands
berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang dilakukan dengan
bantuan program SPSS 21 for windows. menunjukkan bahwa item-item
pertanyaan dalam kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar jika dibandingkan
dengan rtabel yang bernilai 0,374. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada Tabel 3.6
berikut ini.
TABEL 3.6
HASIL PENGUJIAN VALIDITAS
No Item Pernyataan rhitung rtabel Keterangan
Personality (kepribadian)
Oppeness to experience
1
Suasana outlet sangat imajinatif (membuat sayamemiliki impian tentang sesuatu hal) 0.694 0.374 Valid
2
Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang produk 0.544 0.374 Valid3
Menghasilkan ide-ide yang berbeda dari orang lain 0.634 0.374 Valid4
Memberikan solusi terhadap suatu permasalahan 0.624 0.374 Valid5
Mencoba cara-cara baru dalam melakukantugas/pekerjaan 0.401 0.374 Valid
[image:38.595.101.526.585.755.2]No Item Pernyataan rhitung rtabel Keterangan
7
Mudah menyesuaikan diri dengansituasi/lingkungan baru 0.586 0.374 Valid
Conciousness
8 Menyelaikan tugas-tugas/pekerjaan dengan tepat
waktu 0.552 0.374 Valid
9 Pekerjaan /kegiatan yang saya lakukan sudah
sesuai dengan latar belakang yang saya miliki 0.570 0.374 Valid
10 Melakukan kegiatan/pekerjaan yang sesuai dengan
keahlian dan latar belakang saya 0.582 0.374 Valid
11 Merencanakan segala hal yang akan dilakukan 0.694 0.374 Valid
12 Berusaha menjalankan semua kegiatan sesuai
rencana/agenda 0.716 0.374 Valid
13 Memastikan untuk mencapai target yang sudah
direncanakan 0.821 0.374 Valid
14 Berperan aktif dalam suatu organisasi atau
perkumpulan 0.578 0.374 Valid
Extraversion
15 Mudah bersosialisasi/bergaul dengan orang dengan
berbagai karakter 0.628 0.374 Valid
16 Perduli dengan kondisi orang lain 0.665 0.374 Valid
17 Saya ingin orang lain mengikuti apa yang saya
inginkan 0.540 0.374 Valid
18 Senang memberikan perintah kepada orang lain 0.685 0.374 Valid
19 Melakukan banyak aktifitas yang sesuai dengan
kesenangan/hobi 0.612 0.374 Valid
20 Memiliki banyak aktifitas/kesibukan 0.680 0.374 Valid Agreeableness
21 Mudah percaya terhadap orang lain 0.593 0.374 Valid
22 Menghabiskan waktu luang dengan pergi bersama
teman/keluarga 0.568 0.374 Valid
23 Berbicara terus terang/apa adanya 0.552 0.374 Valid
24 Mau mendengarkan pendapat/ide orang lain 0.683 0.374 Valid
25 Bersikap ramah dan sopan terhadap orang lain
bahkan yang baru dikenali 0.662 0.374 Valid
Emotional Stability
26 Bersikap tenang dalam menghadapi berbagai
persoalan 0.634 0.374 Valid
27 Tidak mudah terpengaruh oleh keadaan (factor
ekternal) 0.608 0.374 Valid
28 Melakukan segala sesuatu yang terbaik demi
mencapai kepuasan 0.659 0.374
V
alid29 Percaya terhadap kemampuan diri sendiri 0.628 0.374
V
alid30 Mengeluarkan joke/humor saat berkumpul dengan
teman/kerabat /keluarga 0.464 0.374
V
alidPersonality (kepribadian)
Lifestyle (gaya hidup)
Activity (aktifitas) Valid
31 Menghabiskan waktu luang dengan mengikuti
80
Maria Ulfah C.A., 2013
ANALISIS PERSONALITY DAN LIFESTYLE TERHADAP SOCIALLY RESPONSIBLE CONSUMPTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Item Pernyataan rhitung rtabel Keterangan
menjaga lingkungan (seperti greenpeace dll)
32 Saat berbelanja, berupaya mengurangi penggunaan
kantong plastik 0.442 0.374 Valid
33 Mematika lampu dan peratan elektronik saat akan
pergi keluar rumah 0.445 0.374 Valid
34 Menjaga kebersihan lingkungan sekitar (contohnya
tidak membuang sampah sembarangan dll) 0.649 0.374
Interest (minat)
35 Menyadari dampak penggunaan produk yang tidak
ramah lingkungan 0.663 0.374 Valid
36 Tertarik dengan produk yang ramah lingkungan
0.703 0.374 Valid
37 Memilih kandungan produk yang ramah lingkungan
0.659 0.374 Valid
Opinion (pendapat)
38 Percaya akan konsep produk ramah lingkungan
0.712 0.374 Valid
39 Orang lain mempengaruhi kesadaran akan produk
ramah lingkungan 0.555 0.374 Valid
40 Media mempengaruhi kesadaran akan konsep
produk ramah lingkungan 0.669 0.374 Valid
Socially Responsible Consumption 41 Tidak membeli produk dari perusahaan yang tidak
memperdulikan lingkungan hidup 0.537 0.374 Valid
42 Membeli produk dari perusahaan yang memiliki
reputasi baik 0.633 0.374 Valid
43 Ketika membeli produk, saya memperhatikan
apakah sebagian hasil penjualan disisihkan untuk amal
0.676
0.374 Valid
44 Memperhatikan lokasi asal pembuatan produk
0.699 0.374 Valid
45 Membeli produk yang ada di lokasi terdekat
0.659 0.374 Valid
46 Melakukan pembelian sesuai dengan kebutuhan
0.592 0.374 Valid
47 Berusaha untuk tidak membeli barang secara
ber