• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TUTURAN BAHASA INGGRIS DAN EFEK KONTEKS DALAM INFERENSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TUTURAN BAHASA INGGRIS DAN EFEK KONTEKS DALAM INFERENSI."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

i DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ………..…… ii

ABSTRAK ……….….……… iii

KATA PENGANTAR …………... iv

DAFTAR ISI ……... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ……... 1

1.2Identifikasi Masalah ………... 5

1.3Rumusan Masalah ……... 6

1.4Tujuan Penelitian ………... 7

1.5Manfaat Penelitian ………... 7

1.6Pembatasan Masalah …….……… 7

1.7Metode Penelitian ………..…... 8

1.8Definisi Operasional ………... 9

1.9 Lokasi dan Sampel Penelitian ………..………. 11

BAB II ANALISIS BENTUK KESALAHAN PADA TUTURAN PEMBELAJAR BAHASA INGGRIS DAN EFEK KONTEKS DALAM INFERENSI ……..…... 12

2.1 Pemerolehan Bahasa Kedua..………. 12

2.2 Perbedaan antara Kesalahan (Error) dan Kekeliruan (Mistake) .. 14

2.3 Deskripsi Ill-Formed dan Kategori Ill-Formed ………….……… 15

2.4 Analisis Kesalahan ………..……… 16

2.4.1 Deskripsi Taksonomi Kesalahan ……….…... 21

(2)

ii

2.5. Peranan Bahasa Pertama bagi Pembelajar pada Proses

Pembelajaran, Penggunaan dan Pemahaman Bahasa Target ….. 31

2.6 Sintaksis, Tata Bahasa dan Kategori Struktur Ill-Formed …… 33

2.6.1 Penyebab Terjadinya Ill-Formed ……….. 33

2.7 Pengertian Pragmatik ………... 37

2.7.1 Tindak Tutur Langsung dan Tidak Langsung ………. 39

2.7.2 Ekspresi-ekspresi Deiksis ………... 42

2.7.3 Konteks ………….………... 43

2.4.4 Efek Konteks, Teori Relevansi Sperber & Wilson …….…..… 45

2.7.5 Inferensi ………... 48

2.7.6 Implikatur Percakapan... 50

2.8 Pengertian Makna ... 52

2.8.1 Makna Kata …... 52

2.8.2 Makna Tuturan …... 53

2.7.3 Makna Konteks …... 54

2.9 Pemahaman Wacana... 55

BAB III METODE PENELITIAN……... 59

3.1 Metode Penelitian ……... 59

3.2 Sumber Data ………... 60

3.3 Situasi Sosial ………... 60

3.4 Teknik Pengumpulan Data …... 60

3.5 Instrumen Penelitian …... 61

3.6 Teknik Analisis Data…... 61

3.7 Prosedur Penelitian …... 62

(3)

iii

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN…... 64

4.1 Deskripsi dan Analisis Data ……... 64

4.2 Analisis Data ……… ..……….... 64

4.3 Temuan dan Pembahasan ……….……... 119

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 126

5.1 Simpulan ...…… 126

5.2 Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 128

DAFTAR LAMPIRAN .…... 134

(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pengajaran tata bahasa penting diberikan kepada pembelajar, baik tata bahasa pertama maupun kedua, terutama bagi pembelajar Bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Tanpa mempelajari tata bahasa dengan baik maka akan sulit bagi mereka untuk berbicara bahasa Inggris (Wang, 2010).

Menurut Wang (2010) bahasa Cina berbasis Inggris sering muncul dalam bentuk tulisan maupun lisan. Pembelajar sekolah menengah mengatakan “He is study hard”. Kalimat tersebut termasuk kalimat ill-formed menunjukkan bahwa pembelajar itu tidak memahami struktur kalimat. Kelemahan tata bahasa mereka di tahap dasar mempengaruhi nilai mereka hingga mereka menempuh pendidikan tinggi, khususnya dalam hal penggunaan bahasa yang berbeda sehingga terjadi kesalahan penerjemahan.

Kalimat ill-formed yang banyak ditemui pada tuturan pembelajar Bahasa Inggris merupakan kesalahan dan wajar karena kalimat pembelajar bahasa mengandung kesalahan (Ellis, 1991: 9), dan kesalahan dalam pembelajaran bahasa merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari (Corder, 1984: 25) dalam Pringgawidagda (2002: 169). Namun, ternyata masih ada maksud yang terkomunikasikan di dalam struktur tuturan yang melanggar aturan tersebut karena penggunaan bahasa tidak semata-mata didasarkan atas prinsip well-formed dalam sintaksis, melainkan atas dasar kepentingan agar komunikasi tetap dapat berjalan (Subuki, 2006).

(6)

Akibatnya tanggapan yang diterima penutur akan berbeda (tidak koheren) dengan tanggapan yang diharapkan penutur. Untuk itu penutur diharapkan mengantisipasi ketidak-koherenan percakapan dengan melakukan koreksi sebagai satu strategi agar percakapan kembali ke jalur semula.

Perbedaan bahasa juga dapat menyumbangkan kesulitan tersendiri. Kesulitan berbahasa ini sering dihadapi pembelajar bahasa. Mereka masih dipengaruhi oleh bahasa ibu mereka, baik dalam pengucapannya maupun aturan sintaksisnya sehingga performa bahasa asing mereka menyimpang. Pembelajar bahasa Inggris dari Indonesia, misalnya, masih menggunakan kerangka berpikir dalam struktur bahasa Indonesia, baik pada saat berbicara maupun menulis bahasa Inggris (Ritonga, 1999). Hal serupa juga dikemukakan Dulay (1982:96) yang mengatakan bahwa “…the first language has long been considered the villain in second language learning, the major cause of leaner’s problems with the new language.”

Salah pengertian juga terjadi bila ada perbedaan antara kesimpulan yang dibuat oleh pendengar dan praanggapan yang dibuat oleh penutur. Sebagai contoh (1), seorang mahasiswa diperintah untuk mengambil hasil fotokopi handout di tempat fotokopi disalahartikan sebagai perintah untuk mengopi handout.

(1) Penulis : Can you get the handout from the copy center downstairs?

(7)

kata-kata handout dan copy center. Padahal ia hanya diminta untuk mengambilkan hasil foto kopi handout di tempat foto kopi. Kemungkinan lain, pada saat itu dia tidak mengaktifkan skemata

yang sesuai (baik skemata lama maupun skemata baru) agar dia dapat memahami instruksi penulis sehingga terjadilah salah paham.

Penulis pernah bertanya kepada salah seorang mahasiswa apakah kuliahnya penuh di hari Rabu. Dia menjawab seperti berikut: ‘We there is a class until 15.50.’ Dengan mengaktifkan skemata yang diperlukan maka tidaklah sulit bagi penulis untuk memahami kalimat tersebut. Penulis masih dapat menginferensi bahwa penulis pada hari Rabu tidak dapat mengajar di kelasnya.

Untuk menginterpretasi atau menyimpulkan suatu tuturan, konteks dapat dimanfaatkan. Salah satu konteks adalah konteks linguistic, yang terdiri dari kalimat-kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi. Berikut adalah contoh pendengar (pembelajar) yang tidak dapat menginterpretasi tuturan penutur (orang asing) dengan memanfaatkan konteks linguistik dalam peristiwa komunikasi:

(2) Pembelajar : What’s your name ?

Orang asing : My name is Franco. Franco Montessino. I am from Argentina. Republic of Argentina. South America.

Pembelajar : OK, Mr. Franco. Where do you come from? Orang asing : (tertawa)…Where… saya come from?

Seandainya si pembelajar tidak terlalu fokus pada rencana pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukannya, tentu ia akan memperhatikan konteks tuturan orang asing itu sehingga pertanyaan keduanya bukan tentang negara asal orang asing itu lagi.

(8)

informasi dari pengetahuan yang dia miliki tentang dunia (knowledge of the world). Jadi, pendengar berusaha memahami teks dengan cara membuat inferensi. Dengan kata lain, pendengar membuat inferensi dengan bergantung pada informasi kontekstual.

Penelitian Taguchi (2002) menunjukkan hasil bahwa pembelajar mampu mencari relevansi yang ada pada makna yang terimplikasikan dengan berbasis konteks. Taguchi menganalisis kemampuan pembelajar B2 menginferensi untuk memahami implikatur percakapan. Di dalam risetnya Taguchi mengadakan wawancara bersifat interogasi setelah dia mengadakan tes listening terhadap respondennya. Interview dilakukan karena pembelajar melanggar maksim

relevansi Grice sehingga peneliti ingin mengetahui proses berpikir pembelajar dan strategi apa yang digunakan selama pemahaman (comprehension). Bagi pembelajar dengan kemampuan yang kurang, mereka menginferensi dengan mengandalkan kata kunci dan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Sedangkan bagi pembelajar dengan kemampuan lebih tinggi, mereka menangkap maksud penutur melalui implikatur.

Penelitian Foster-Cohen (2004) hampir serupa dengan penelitian tesis ini, yakni penggunaan interaksi antara native dan non-native speaker. Di dalam penelitian mereka, Teori Relevansi Sperber-Wilson lebih bagus menangkap interaksi antara kedua penutur dibandingkan dengan pendekatan Action Theory sosiokognitif Herbert Clark. Di dalam tesis ini, penulis juga mengambil sebagian sampel dari percakapan pembelajar Bahasa Inggris bersama orang asing. Yang membedakan adalah penulis menganalisis keterpahaman makna tuturan (utterance meaning) pembelajar yang mengandung kesalahan struktur atau tata bahasa (ill-formed) dengan

(9)

Penelitian dengan kalimat ill-formed sebagai objeknya telah dilakukan sebelumnya oleh Weischedel, Ralph., et.al, (1983). Mereka mengajukan meta-rules dan struktur kendali yang digunakan untuk memproses input yang ill-formed secara sintaktis, semantis, leksikal ataupun pragmatis. Namun pembahasan mereka berkisar pemrosesan input ill-formed dengan sistem komputerisasi. Sedangkan penelitian kalimat ill-formed yang sedang diteliti oleh penulis menekankan pada kemampuan pendengar untuk menginferensi dalam upaya pemahaman tuturan ill-formed bahasa Inggris pembelajar Indonesia dalam bahasa Inggris. Oleh karena itulah penulis

mengangkat topik tersebut sebagai permasalahan tesis ini.

1.2Identifikasi Masalah

Bahasa pembelajar bahasa mengandung kesalahan. Di dalam penelitian tesis ini, ada beragam kesalahan (error) berbahasa yang ditemukan, terutama kesalahan tata bahasa yang dibuat oleh pembelajar. Kesalahan struktur karena tidak mengikuti kaidah tata bahasa Inggris tersebut adalah berbentuk penghilangan (omission), penambahan (addition), kesalahan bentuk (misformation), dan kesalahan urutan (misordering). Kesalahan yang ditemukan dalam data lapangan adalah kesalahan verba kopula, kesalahan penggunaan kata kerja bantu, kesalahan tenses, dan kesalahan kesesuaian antara subjek da verba (subject-verb agreement).

(10)

utterances.". Apabila penganalisisan kalimat secara sintaktis tidak berhasil, maka penganalisisan

kalimat dapat langsung secara semantis, seperti yang dikatakan oleh Marcus (1982), bahwa “Semantics can directly analyze substrings of syntactic fragments or individual words when full

syntactic analysis fails”. Di dalam penelitian ini, penulis juga mendapati konteks sebagai alat

bantu untuk menginferensi tuturan ber-ill formed. Konteks diharapkan membantu mencari relevansi yang tepat untuk memahami tuturan semacam itu. Untuk pemahaman tuturan ill-formed tersebut, pengetahuan maupun pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya ditambah dengan informasi baru turut berperan di dalam upaya pemahamannya karena shared knowledge, dan knowledge of context diperlukan sebagai bantuan untuk menarik suatu inferensi (Gabrielatos,

1999). Dengan demikian tuturan ill-formed masih dapat diupayakan pemahamannya.

Dari penelitian sebelumnya, belum ada penelitian tentang upaya pemahaman tuturan ill-formed bahasa Inggris melalui inferensi dengan efek konteks karena itu penulis mengambil

permasalahan yang terjadi antara tuturan ill-formed dan pemahaman dibantu konteks ini sebagai materi penelitian tesis ini.

1.3Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada sub bab sebelumnya, penulis merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Bentuk ill-formed apakah yang terjadi pada tuturan mahasiswa Sebuah politeknik swasta Bandung pada saat mereka berkomunikasi dalam bahasa Inggris?

2) Apa yang menjadi penyebab terjadinya ill-formed?

(11)

Tujuan penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui ill-formed yang terdapat pada tuturan mahasiswa sebuah politeknik di Bandung pada saat mereka berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

2) Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab ill-formed.

3) Untuk mengetahui konteks apa yang membantu petutur di dalam menginferensi ill-formed?

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian tesis ini merupakan tahap awal bagi penelitian tuturan ill-formed yang selanjutnya akan dilakukan oleh penulis. Diharapkan hasil penelitian tesis ini bermanfaat bagi pengajar Bahasa Inggris, terutama bagi pengajar yang menghadapi tipe pembelajar yang sulit untuk dikoreksi kesalahan tuturannya dengan mengupayakan jalan lain untuk memahami tuturannya melalui efek konteks.

1.6Pembatasan Masalah

Agar cakupan kajian dan pembahasan tuturan mengandung ill-formed ini tidak meluas, maka kategori kesalahan yang dibahas dan dikaji di dalam tesis ini meliputi:

a. ketidaklengkapan struktur (Incomplete Structure) b. kesalahan dalam penggunaan verba kopula c. kesalahan kala (tenses) Bahasa Inggris

(12)

Kategori-kategori kesalahan di atas tercakup pada bentuk kesalahan penghilangan (omission), penambahan (addition), kesalahan bentuk (misformation), dan kesalahan urutan (misordering).

Tuturan ill-formed bahasa Inggris yang akan dianalisis adalah tuturan mahasiswa sebuah politeknik di Bandung yang terlibat dalam penelitian ini.

1.7Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan berupa rekaman video di lapangan, transkrip percakapan dan catatan memo. Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah menggambarkan realita empirik di balik fenomena suatu tuturan ill-formed Bahasa Inggris secara mendalam, rinci, dan tuntas. Oleh karena itu, penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik tuturan ill-formed pada pembelajar Bahasa Inggris dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode deskriptif.

Dengan menggunakan metode kualitatif ini, peneliti mengumpulkan data berupa rekaman Bahasa Inggris responden (mahasiswa) dengan orang asing maupun dengan sesama mahasiswa Indonesia untuk kemudian dianalisis tuturan ill-formed itu di analisis secara deskriptif. Dari pengamatan maupun penganalisisan, diharapkan adanya temuan yang menjadi penyebab terjadinya keterpahaman atau kesalahpahaman.

(13)

2000); dan juga karena Teori Relevansi (TR) dapat menganalisis bagaimana suatu tuturan dapat dimengerti (Wolf, 1999).

1.8Definisi Operasional

Judul penelitian tesis ini adalah Analisis Bentuk Kesalahan pada Tuturan Pembelajar Bahasa Inggris dan Efek Konteks dalam Inferensi. Judul di atas berkaitan dengan masalah

konteks, inferensi, dan ill-formed. Dengan tujuan untuk tidak menimbulkan kesalahpahaman, maka perlu adanya penjabaran definisi sebagai berikut:

1) Efek konteks adalah implikasi kontekstual (Xiao-hui, 2010). Yang termasuk di dalamnya adalah efek informasi, efek interpersonal, efek humor, dan sebagainya. Efek konteks merupakan hasil interaksi informasi baru dan lama yang menurut Sperber dan Wilson (1986) disebut ‘kontekstualisasi’. Proses kontekstualisasi meliputi proses revisi, penambahan dan perbaikan konteks lama untuk menjadi basis tahap komunikasi berikutnya (efek konteks baru) dan penginferensian. Selain itu diperlukan paralanguage, yaitu sesuatu di luar kalimat. Yang termasuk paralanguage adalah suara (voice), wajah (face), dan tubuh (body). Dengan adanya suara, wajah dan gerak tubuh makna kalimatnya menjadi mantap.

Dengan demikian, yang dimaksud efek konteks di sini adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh peserta tutur, khususnya petutur, di dalam memahami tuturan Bahasa Inggris pada umumnya dan tuturan ill-formed Bahasa Inggris pada khususnya dan mengamati serta menganalisis efek konteks yang membantu pemahaman sehingga memudahkan inferensi. 2) Konteks adalah konstruk psikologis yang merupakan asumsi tentang dunia yang

(14)

pengetahuan yang sama-sama dimiliki pembicara dan pendengar sehingga pendengar paham akan apa yang dimaksud pembicara (Kridalaksana, 1993:120). Menurut Kridalaksana, konteks beragam jenisnya dan mencakup sisi linguistis, sintaktis, situasi dan budaya. Konteks, menurut Syafi’ie (1990: 126), yang disesuaikan dengan pemakaian bahasanya terdiri dari (1) konteks fisik, (2) konteks epistemis atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara maupun pendengar; (3) konteks linguistik (4) konteks sosial. Jadi, konteks merupakan aspek tambahan untuk membantu pemaknaan tuturan dengan cara melihat dan memperhatikan sisi-sisi aspek bahasa, budaya, dan latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh pembicara maupun pendengar.Syafi’ie, 1990:126).

3) Inferensi diartikan deduction (Blakemore, 1998:12) atau evidence-based guesses (http://dhp.com/~laflemm/reso/inference.htm). Inferensi merupakan simpulan yang ditarik (pembaca) tentang hal yang tidak dituturkan berdasarkan apa yang sebenarnya dituturkan. Inferensi dilakukan dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki pendengar, terutama pada tuturan atau teks yang secara implisit memberikan informasi kepada pendengarnya. Dengan demikian karena fokus utama adalah pada tuturan ill-formed, inferensi di dalam penelitian ini adalah inferensi atas makna dari suatu ujaran yang ill-formed termasuk strategi yang dilakukan pembelajar agar tidak terjadi kesalahan inferensi.

4) Ill-fomed adalah suatu input yang melanggar batasan normatif suatu sistem (Weischedel,

(15)

ill-formed adalah bentuk struktur kalimat dalam suatu bahasa yang melanggar aturan tata bahasa

tersebut.

1.9Lokasi dan Sampel Penelitian

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari objek penelitian.

Tujuan dari penelitian kualitatif tesis ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena suatu tuturan ill-formed bahasa Inggris secara mendalam, rinci, dan tuntas. Oleh karena itu, penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan antara realita empirik tuturan ill-formed pada pembelajar bahasa Inggris dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.

Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah penting seperti berikut:

1. Mengidentifikasi permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif. 2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.

3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.

4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.

5. Menentukan kerangka pikir, dan pertanyaan penelitian dan atau hipotesis penelitian.

(17)

3.2 Sumber Data

Data penelitian tesis ini bersumber dari rekaman percakapan pembelajar bahasa Inggris Sebuah politeknik swasta Bandung dengan tidak membedakan kompetensi bahasa Inggris yang dimiliki oleh mereka.

3.3 Situasi Sosial

Menurut Sugiono (2005:49) penelitian kualitatif menggunakan situasi sosial. Situasi sosial yang digunakan terdiri dari tiga elemen, yaitu elemen tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity). Situasi sosial ini dijadikan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui tentang apa yang terjadi di dalamnya. Penelitian berlangsung di Bandung dan Bogor dalam bentuk wawancara/percakapan antara mahasiswa Indonesia dengan penutur asing. Pelaku penelitian di dalam tesis ini adalah mahasiswa Sebuah politeknik swasta Bandung . Aktivitas penelitian yang dilakukan adalah menganalisis kesalahan tata bahasa yang terjadi pada tuturan bahasa Inggris dan menganalisis efek konteks terhadap pemahaman tuturan ber-ill-formed tersebut.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilihat dari sumbernya terdiri dari dua, yaitu Sumber Data Primer dan Sumber Data Sekunder. Sumber data primer adalah hasil rekaman percakapan partisipan dan data observasi, sedangkan sumber data sekunder adalah studi pustaka.

(18)

dengan orang asing. Setelah ditranskripsi, data yang dipilih hanyalah data tuturan ill-formed bahasa Inggris yang masih dapat diinterpretasi maksudnya.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah berupa transkrip percakapan pembelajar bahasa Inggris mahasiswa Sebuah politeknik swasta Bandung dengan orang asing yang diperoleh dari hasil rekaman berupa video dan audio. Penulis juga bertindak sebagai instrumen yang mengamati tuturan pembelajar,

3.6 Teknik Analisis Data

Data berupa rekaman video dan audio percakapan pembelajar bahasa Inggris dengan mitra tuturnya ditranskrip ke dalam bentuk tulisan. Dari hasil transkrip tersebut, penulis menganalisis tuturan yang mengandung kalimat ill-formed. Penulis juga mengamati secara tidak langsung tingkah laku, mimik wajah, dan situasi di mana tuturan terjadi untuk mengidentifikasi konteks di luar tuturan yang terjadi melalui hasil rekaman video atau audio.

(19)

pembaca atau pendengar, di samping mengamati respons petutur langsung tuturan para mahasiswa tersebut.

3.7 Prosedur Penelitian

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data. Adapun prosesnya dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Pada tahap persiapan, dilakukan pemilihan masalah di antara beberapa pilihan yang penulis siapkan. Masalah-masalah yang dipersiapkan adalah masalah yang dihadapi oleh pembelajar Bahasa Inggris. Setelah terpilih satu masalah yang akan diteliti, yaitu masalah tuturan ill-formed bahasa Inggris, penulis mengadakan studi pendahuluan dengan cara studi pustaka

dan mencoba menganalisis tuturan ill-formed tertulis. Penulis merumuskan masalah agar semakin spesifik yaitu fokus pada efek konteks. Setelah mengadakan studi pendahuluan dan perumusan masalah, penulis menarik suatu hipotesis bahwa tuturan ill-formed dapat dipahami dengan bantuan konteks. Penelitian dan penganalisisan kalimat ill-formed harus menggunakan suatu metode, maka dipilihlah pendekatan analisisnya dengan menggunakan Teori Relevansi Sperber – Wilson (1986) karena pendekatannya lebih kontekstual.

b. Pada tahap pelaksanaan, penulis berupaya mengumpulkan data percakapan dari pembelajar Bahasa Inggris untuk dipakai sebagai data penganalisisan. Penulis mendengarkan dan mengamati tuturan mereka yang sudah direkam dalam bentuk video CD.

(20)

ber-ill-formed sehingga didapat temuan-temuan penelitian dan pada tahap akhir ditarik

simpulannya.

3.8Penyusunan Laporan

(21)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa tuturan pembelajar yang mengandung kesalahan tidak selalu menyulitkan pemahaman mitra tuturnya. Pada umumnya mitra tutur dapat menginferensi tuturan ill-formed pembelajar, mengabaikan kesalahan struktur tata bahasa termasuk mengabaikan kesalahan penggunaan tenses dan verba kopula. Pada umumnya sepanjang tuturan ill-formed tersebut tidak mengandung kesalahan global tuturan tersebut dapat dipahami. Kesalahan global adalah tataran kesalahan bahasa yang menyebabkan seluruh tuturan atau isi yang dipesankan dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis, menjadi tidak dapat dipahami. Tuturan seperti itu tidak dapat diterjemahkan secara harfiah apalagi diketahui maksudnya. Pada saat mitra tutur mendengar tuturan, ia akan mencoba menerjemahkan kata-kata dalam tuturan secara harfiah sehingga ia tahu apa yang dikatakan. Selanjutnya ia akan mencoba memahami apa maksud penutur tersebut, kemudian ia menyimpulkannya. Karena itu, pemahaman tuturan tidak hanya dari segi makna (semantis) tetapi juga pragmatis karena pemahaman tuturan ill-formed khususnya selalu mengikutkan konteks.

(22)

dalam penelitian ini penulis menemukan mitra tutur lebih banyak mengacu pada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya untuk memahami tuturan ill-formed pada satu interaksi di antara pembelajar dan mitra tuturnya. Ini menunjukkan adanya konteks linguistik yang membantu pemahaman. Konteks situasi (fisik) juga membantu pemahaman, ditunjukkan dengan pemahaman mitra tutur untuk menjawab pertanyaan pembelajar karena mereka paham kondisi mereka saat itu sedang diwawancara.

B. SARAN

Pada bagian ini disajikan saran pengembangan terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

• Bentuk kesalahan yang dianalisis di dalam penelitian ini hanya terdiri dari empat bentuk,

yaitu misformation, misorderng, addition dan omission. Pengembangan dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan bentuk kesalahan dengan bentuk kesalahan substitution, dan bentuk kesalahan lainnya.

Penentuan inferensi mitra tutur terhadap tuturan ill-formed pembelajar di dalam

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Alagozlu, N., Buyukozturk, S. (1999). “Aural Pragmatic Comprehension”. Novitas-ROYAL , 3(2), 83-92.

Alwasilah, Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa

Asher, J. and R. Garcia. (1969). The Optimal Age to Learn a Foreign Language. Modern Language Journal, 53:334-41.

Barker, Larry L. (1984). Communication. Third Edition. Englewood Cliffs, N.J: Prentice-Hall. Beaumont, Digby. 1997. Elementary English Grammar. Bekasi. Kesainc Blanc.

Bevir, Mark. (2000). “The Role of Contexts in Understanding and Explanation.” Human Studies. (23), 395-411.

Blakemore, Diane. (1998). Understanding Utterances. Massachusetts: Blackwell Publishers Inc. Bongaerts T., Poulisse, N. (1989). Communication Strategies in L1 and L2: same different?

Applied Linguistics, 10, 253-268.

Brown, H.Douglas. (2008). Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Edisi Kelima. Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat. Diterjemahkan oleh Noor Cholis dan Yusi Avianto Pareanom dari Principles of Language Learning and Teaching. (2007). New York: Pearson Education, Inc.

Chaer, Abdul. (2010). Kesantunan Berbahasa. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Corder, S. (1967). “The Significance of Learner’s Errors.” International Review of Applied Linguistics, 5, 161-170.

Corder, S.P. (1981). Error Analysis and Interlanguage.Oxford: Oxford University Press.

Cummings, Louise. (2005). Pragmatics: a Mulidisciplinary Perspective. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. New Jersey.

Cyssco, Dhanny R. 2000. Practical English Grammar & Daily Conversations. Puspa Swara. Jakarta.

Dulay, Heidi, dkk. (1982). Language Two. Oxford: Oxford University Press.

(24)

Faerch, c., & Kasper, G. (ed.). Plans and Strategies in Foreign Language Communication. Dalam C. Faerch & G. Kasper (ed.), Strategies in Interlanguage Communication (h.20-60). London: Longman.

Foster, Susan H., Cohen. (2004). “Relevance Theory, Action Theory and Second Language Communication Strategies.” Second Language Research 20(3), 289–302.

Frank, Marcella. (1972). Modern English. A Practical Reference Guide. New Jersey: Prentice Hall.

Gabrielatos, Costas. (1999). “Inference: How it Works”. TESOL Greece Newsletter, (64).10-15. Gazdar, G. (1979). Pragmatics : Implicature, Presupposition and Logical Form. New York:

Academic Press.

Gunarwan, Asim. (2004). Dari Pragmatik ke Pengajaran Bahasa (Makalah Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah). IKIP Singaraja.

Hadley, Alice Omagio. (2000). Teaching Language in Context. Urbana: University of Illinois. Halliday, M.A.K. 1981. An Introduction to Functional Grammar. London: Edward Arnold

Publishers Limited.

Haryono, A. (1999). Tata Bahasa Inggris (Cara Menerjemahkan “apakah”). Jakarta: PT.Grasindo.

Hasyim, Sunardi. (2002). Error Analysis of the Teaching of English. Volume 4, Number 1, June 2002: 42 – 50

Hendrickson, James M. 1981a. “Error Correction in Foreign Language Teaching: Recent Research and Practice.” Dalam James M. Hendrickson. Error Analysis and Error Correction in Language Teachng. Hal. 1-24. Singapore: SEAMED Regional Language.

Hendrickson, James M. 1981b. “Error Correction in FL Teaching Recent Theory. Reserarch and Practice.” Dalam RELC JOURNAL: A Journal Language Teaching and Research in Southeast Asia. Hal. 153-173. Vol. 12. Singaporre. SEAMED Regional Language Centre.

Huang, Yan.(2007). Pragmatics. Oxford University Press.

Imber, Brenda & Larrry Klingler. 1976. A Communicative ESL Curriculum. Unpublished Manuscript. University of Michigan.

(25)

Joshi et.al dalam artikel Preventing False Inferences (http://acl.ldc.upenn.edu/P/P84/P84-1029.pdf)

Levinson, Stephen C.(1980). Pragmatics. Cambridge, London: Cambridge University Press. Li, W. (2000). Dimensions of bilingualism. In W. Li (ed.) The Bilingualism Reader (pp.3-25).

London: Routledge.

Lubis, A. Hamid Hasan. 1991. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Penerbit Angkasa.

Lubis, A. Hamid Hasan. 1991. Jenggala Bahasa Indonesia. Ambiguitan. Pragmatik dan Problematik. Medan FPBS IKIP.

Marcus M.: Building Non-Normative Systems: The

Lyons, John. 1981. Language and Linguistics:an Introduction. New York: Cambridge University Press.

Marcus M. Building Non-Normative Systems: TheSearch for Robustness: An Overview. Proc. 20th ACL, Toronto (1982), 152.

Mc.Gaan, Lee. The Six Kinds of Context. Department.monm.edu /CATA/saved_files/Handouts/CONTEXTS…) 19 September 2011, 9.30.

Mc.Roy, Susan W., Hirst, Graeme. (1995). The Repair of Speech Act Misunderstanding by Abductive Inference. Computational Misunderstandings. 21, (4)

Merawati, Joyce MV. (2003). Improving Reading Strategies & Skills Through Guessing Meaning From Context. UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Min, Kyongho., Wilson,William H. http://www.cse.unsw.edu.au/~billw/reprints/min-cogsci.pdf Mulyana, Deddy. (2002). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasanius, Yassir (Ed.). (2007). Pusat Kajian Bahasa dan Budaya. Jakarta: Unika Atma Jaya.

Ning Guo. (2005). The Role of the Native Language in Second Language Acquisition. Sino-US English Teaching.

Norish, John, Flavei, Roger H. (Ed.). 1979. Language Learners and Their Errors. Essential Language Teaching Series. London: Macmillan Press

Nurhadi, Roekhan. 1990. Dimensi-dimensi dalam Belajar Bahasa Kedua. Bandung: Sinar Baru. Oyama, S. (1976). A Sensitive period in the acquisition of a non-native phonological system”.

(26)

Patkowski, M. (1980). The Sensitive Period for the Acquisition of Syntax in a Second Language.” Language Learnng, 30:449-72.

Patkowski, M. (1990). Age and Accent in a Second Language: A Reply to Emil James Flege.” Applied Linguistics, 11:73-89.

Paulston, C. B., & Bruder, M. N. (1976). Teaching English as a second language: Techniques and procedures. Cambridge, Massachusetts: Winthrop Publishers

Pringgawidagda, Suwarna. (2002). Strategi Penguasaan Bahasa. Yogyakarta: Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation.

Radden, Gunter, Dirven, Rene. (2007). Cognitive English Grammar. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company.

Refnaldi, (2009). “Transfer Pragmatik dalam Respon terhadap Pujian dari Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris.” Linguistik Indonesia, 27, (2), 176-196.

Richard, Jack C (Ed). 1974. Error Analysis: Perspective on Second Language Acquisition. London: Longman

Ritonga, Abdul Kadir. (1999). Skemata Struktur Bahasa Indonesia terhadap Kecampingan Bahasa Inggris Pada Mahasiswa Akademi Pariwisata Medan, Kajian Morfosintaksis. Medan: Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara:tidak diterbitkan.

Skinner, D. 1985. Access to meaning: The anatomy of language learning connection. Journal of Multicultural Development 6 (2), 369-389.

Sondheimer, N. K., Weischedel,R. M. (1980). “A Rule-Based Approach to Ill- Formed Input," Proceedings of the Eighth International Conference of Computational Linguistics. Tokyo: 46-54.

Subuki, Makyun.(2006). Mengapa Pragmatik Perlu Dipelajari dalam Program Studi Linguistik?. Tersedia:http:www.scribd.com/doc/14548085/pragmatic.[13 Desember 2006]

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabet

Gass, Susan, Selinker, Lary. 2008. Second Language Acquisition. New York: Lawrence Erlbaum Associates, Inc

Swan, Michael. (1988). Practical English Usage. Hongkong: Oxford University Press.

Syafi’i, Imam. 1987. Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa Indonesia. Pada Drs. Antilan Purba, Kepragmatikan, FBPS, IKIP Medan.

(27)

International Review of Applied Linguistics in Language Teaching. Heidelberg: 40, (2), 151, 26 pgs

Tarigan, Henry Guntur.(1988) Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Jakarta: Dirjen Dikti. Tarigan, Henry Guntur. (2009). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Penerbit Angkasa.

Thomas, Jenny, (1995). Meaning in Interaction: An Introduction to Pragmatics, Lancaster: Longman.

Thomas, J. (1983). ”Cross-cultural Pragmatic Failure”. Applied Linguistics, 4(2), 91-112.

Thomson, A.J., Martinet, A.V. (1995). A Practical English Grammar. Hongkong: Oxford University Press.

Wang, Fengjuan. (2010). “The Necessity of Grammar Teaching.” English Language Teaching. 3, (2).

Weischedel, Ralph.M. et.al, (1983). Meta Rules as a Basic for Processing Ill-formed Input. American Journal of Computational LinguisticsAmerican Journal of Computational Linguistics, 9, (3-4).

Wilks, Y. 1976 Natural Language Understanding Systems Within1976 Natural Language Understanding Systems Within

Wilks, Y. (1976). “Natural Language Understanding Systems Within the AI Paradigm - A Survey and Some Comparisons”. American Journal of Computational Linguistics. Microfiche 40.

Wolf, Alain J.E. (1999). “Context and Relevance Theory in Language Teaching: An Exploration Approach”. International Review of Applied Linguistics in Language Teaching. 37, (2); ProQuest Education Journals, 95-108.

Xiao-hui, Xu. (2010). “Analysis of Teacher Talk on the Basis of Relevance Theory”. Canadian Social Science. 6, (3), 45-50.

Yan, Lidong. (2004). Implication for Second Language Learning and Language Pedagogy by Analizing Errors in College Students’ Writings. CELEA Journal.

Yih Su, Keh. (1988). Principles and Techniques of Natural Language Parsing: A Tutorial. ROC Computational Linguistics Workshops I, Hsinchu. 55-61.

Yoshioka, Maki. (2003). Japanese and English Learners’ Common Grammar Errors-Prepositions vs. Particles. www2.kumagaku.ac.jp

Yule, George. (1996). Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.

Zainurrahman. 2009. Kritik Pragmatik. http://zainurrahmans.wordpress.com/kritik

(28)

(http://dhp.com/~laflemm/reso/inference.htm. )(diunduh tanggal 12 Mei 2011)

http://www.latcomm.com/articles/comprehension.html

http://ramlannarie.blogspot.com/2010/06/anakes.html

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengelolaan

Hal ini diperkuat oleh pernyataan bahwa (1) 80,25% responden tidak setuju jika pengelolaan keuangan sesuai keinginan pimpinan; (2) 75,00% menyatakan tidak setuju juga

Syarat-syarat katoba dalam konstruksi kebudayaan masyarakat Muna Muna agar diterima oleh Allah swt diformulasikan sebagai berikut. 1) Tososo, yakni menyesali atas perbuatan

Peserta Workshop Pemetaan dan Penguatan Kurikulum Gender di

Dalam mencetuskan program budaya religius, kepala sekolah terlebih dahulu melakukan analisis terhadap berbagai permasalahan sosial kemasyarakatan yang terjadi di lingkungan

Indonesia ialah dasar kamu bodoh sehingga membuat L tidak jadi mengambil bahan kardus serta langsung terdiam di tempat duduk di kelas tersebut. Kemudian, DA melakukan kejailan

(Jokowi) to the next five years of his tenure after his victory in the presidential election 2014. This  goal  is  in  line  with  the  struggle  of 

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “SKRINING GOLONGAN