PENGARUH MODEL PEMEBELAJARAN KOOPERATIF INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU
(Studi Eksperimen Terhadap Siswa Tunarungu Kelas V di SDN Mandiri I)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Luar Biasa
OLEH
ROFVINI.S
0800680
PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Di Sekolah Inklusi
Oleh
Rofvini.s
0800680
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Endang Rusyani, M.Pd Drs.H.Mamad Widya,
M.Pd
NIP. 195705101985031003 NIP.
195208231978031002
Ketua Jurusan
ABSTRAK
PENGARUHMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP PERILAKU SOSIAL
SISWA TUNARUNGU DI SEKOLAH INKLUSI.
(Rofvini.S, Jurusan PLB FIP UPI, 2012)
Sebagai makhluk sosia, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Setiap anak memiliki dorongan untuk bergabung dan diterima masyarakat tidak terkecuali anak tunarungu. Kenyataan di lapangan ditemukan anak tunarungu mengalami hambatan dalam perilaku sosial atau perilaku adaptifnya sehingga kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Kekurangan kemampuan tersebut berupa keterampilan sosial, yaitu keterampilan bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Serta keterampilan saling bertukar pikiran dan pengalaman. Untuk meningkatkan aspek-aspek tersebut subjek membutuhkan intervensi untuk meningkatkan keterampilan sosial dengan pendekatan yang tepat. Maka dirumuskanlah permasalahan penelitian ini yaitu bagaimanakah keterampilan sosial dalam keterampilan aspek kerjasama, interaksi, komunikasi pada anak tunarungu kelas V SDN Inklusi setelah diberikan pembelajaran kooperatif investigasi kelompok?
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunarungu di sekolah Inklusi. Adapun target behavior dalam penelitian ini adalah keterampilan sosial anak tunarungu. Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah singel subjek research dengan desain A-B.
Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa subjek sesudah diberikan intervensi aspek keterampilan bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lain menjadi meningkat.
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C. Batasan Masalah ... 9
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
F. Manfaat Penelitian ... 10
Bab II Kajian Pustaka A. Konsep Dasar Keterampilan Sosial ... 12
B. Dimensi Dimensi Keterampilan Sosial ... 13
C. Faktor faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial ... 19
D. Keterampilan Sosial Tunarungu ... 24
1. Konsep dasar Tunarungu ... 24
2. Sosial Tunarungu ... 27
E. Metode pembelajaran Investigasi Kelompok ... 27
1. Konsep dasar pembelajaran kooperatif investigasi ... 27
2. Langkah langkah pembelajaran kooperatif ... 30
3. Prinsip- prinsip Metode Investigasi ... 32
F. Kerangka Pemikiran ... 35
Bab III Metode Penelitian A. Metode Penelitian ... 38
B. Desain Penelitian ... 39
C. Subjek Penelitian ... 41
D. Persiapan dan prosedur ... 42
1. Persiapan Penelitian ... 42
2. Prosedur Penelitian ... 43
E. Tekhnik pengumpulan data ... 44
1. Pengolahan dan Analisis Data ... 44
F. Pengolahan Instrumen ... 45
1. Validitas Instrumen ... 45
2. Reliabilitas Instrumen ... 46
G. Instrumen penelitian ... 47
Bab IV Hasil Penelitian
A. Hasil Penelitian ... 54
1. Identitas Subjek ... 54
2. Deskripsi Data ... 55
3. Analisis Data ... 56
B. Analisis Antar Kondisi ... 66
C. Pembahasan ... 71
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan ... 77
B. Rekomendasi ... 78
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rousseau (martini, 2004: 28) menyatakan bahwa “ dalam diri manusia
terdapat kapasistas bagi timbulnya keterampilan anti sosial (anti-sosial behaviour)
dan keterampilan (prososial behaviour)”. Selanjutnya, Raven dan Rubin
(Maertini, 2004: 29) menyatakan bahwa “ keterampilan prososial sering juga
disebut keterampilan sosial yang positif, sedangkan keterampilan anti sosial
disebut juga keterampilan yang negative”. Apabila seseorang dapat menampilkan
keterampilan sosial yang positif, maka ia akan dapat menyesuaikan diri dan
diterima di lingkungan sosialnya. Sebaliknya, apabila seseorang menampilkan
keterampilan sosial yang negatif, maka kemungkinan besar akan ditolak
dilingkungan sosialnya. Dengan demikian, untuk dapat diterima pada suatu
lingkungan sosial, setiap individu harus mampu menampilkan keterampilan sosial
yang positif sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungan sosial tersebut
Seperti halnya individu lain, siswa tunarungu memiliki potensi yang sama
dalam berbagai aspek kehidupan sebagai bekal yang dibawa sejak lahir, termasuk
dalam aspek sosial. Oleh karena itu, siswa tunarungu memiliki kecenderungan
untuk berkembang dan mencapai kematangan dalam membentuk keterampilan
sosialnya. Namun, siswa tunarungu yang merupakan salah satu siswa
menghambat perkembangan bahasa dan bicaranya. Hal tersebut mengakibatkan
kesulitan dalam berkomunikasi sehingga siswa tunarungu sulit memahami
informasi yang berasal dari luar dirinya, begitupun sebaliknya lingkungan sosial
sulit memahami apa yang diungkapkan oleh siswa tunarungu. Seperti telah
dikemukakan oleh hernawati (2000: 12) bahwa :
Dampak dari ketunarunguan adalah terhambatnya kemampuan berkomunikasi. Sedangkan komunikasi merupakan dasar bagi terjadinya interaksi sosial. Keterampilan sosial berkembang melalui interaksi dengan lingkungan sosial.
Berdasarkan pernyataan tersebut, hambatan komunikasi yang dialami
siswa tunarungu akan menyebabkan mereka sulit mengembangkan keterampilan
sosialnya melalui interaksi sosial.
Bagi siswa tunarungu yang berada dalam komunitasnya seperti
dilingkungan sekolah luar biasa bagian tunarungu, melakukan interaksi sosial
bukanlah masalah karena lingkungan sosial tersebut menggunakan system bahasa
yang sama, yaitu bahasa isyarat. Oleh karena itu, mereka dapat berinteraksi dan
saling memahami antara satu dengan yang lainnya. Untuk memberikan penegasan
terhadaphal tersebut, penulis telah melakukan pengamatan terhadap keterampilan
sosial siswa tunarungu selama melaksanakan Program Latihan Profesi di SLB
B-C Sumbersari Antapani. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa siswa
tunarungu mampu menampilkan keterampilan sosial dengan baik, seperti dalam
keterampilan bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu
dengan yang lain. Serta keterampilan saling bertukar fikiran dan pengalaman.
Seiring dengan paradigma baru dalam layanan pendidikan bagi siswa
berada ditengah tengah komunitasnya dalam mengenyam pendidikan. Hal ini
memberikan kesempatan kepada siswa tunarungu tidak lagi harus berada ditengah
tengah komunitasnya dalam mengenyam pendidikan. Hal ini pula dapat
memberikan kesempatan kepada siswa tunarungu untuk dapat belajar bersama
sama siswa siswa lain pada umumnya, bersosialisasi dengan teman, guru, dan
lingkungan sekolah. Dalam hal ini, siswa tunarungu harus berhadapan dengan
siswa lain yang memiliki sistem bahasa dan pola komunikasi yang berbeda.
Dalam hal ini guru sangat berperan penting untuk dapat membuat anak tunarungu
dapat mengikuti pelajaran secara maksimal.
Selain itu perlu difikirkan mengenai kesiapan anak tunarungu untuk berada
ditengah tengah siswa pada umumnya, salah satunya dalam hal perkembangan
keterampilan sosial. Seperti dikemukakan Meadow yang dikutip Kirk (Hernawati,
2000: 55-56) mengemukakan bahwa :
... siswa tunarungu mempunyai lebih banyak masalah penyesuaian diri dari pada siswa mendengar. Siswa tunarungu pada umumnya cenderung bersosialisai dengan orang yang memiliki kecacatan sama. akan tetapi apakah siswa tunarungu akan mengembangkan keterampilan sosialnya, tergantung pula dengan bagaimana lingkungan menerima ketidak mampuannya...
Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa siswa tunarungu memiliki
beban yang berat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang bukan
komunitasnya sehingga perlu mendapatkan situasi yang kondusif dari lingkungan
dan tentunya dengan metode pembelajaran yang mendukung agar keterampilan
keterampilan sosial merupakan salah satu aspek yang mendukung dan
menunjang proses interaksi. keterampilan sosial merupakan pendukung yang
berkaitan dengan hubungan atau interaksi individu dengan yang lainnya. Menurut
Sumaatmadja (1984:86): „keterampilan sosial merupakan keterampilan yang erat
hubungannya dengan kehidupan masyarakat‟. keterampilan sosial melibatkan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah sosial atau antar pribadi secara adaptif
dan kemampuan untuk terlibat secara aktif dalam lingkungan sosial, baik
lingkungan teman sebaya atau orang dewasa. Kedua dimensi kemampuan tersebut
pada akhirnya mengarah pada penerimaan sosial terhadap individu-individu yang
memiliki kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan antar pribadi cenderung
memiliki keterampilan sosial yang rendah. Perubahan keterampilan sosial yang
diharapkan sebagai pencapaian hasil belajar anak tunarungu di sekolah inklusi
sering tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dikarenakan siswa
tunarungu yang menampilkan keterampilan sosial menarik diri. Sedangkan
pembelajaran pada umumnya merupakan upaya untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki oleh anak secara optimal. Hasil belajar berupa nilai akademik,
perilaku dan perubahan keterampilan anak terkadang tidak sesuai. Di satu sisi
anak tunarungu dapat mencapai nilai akademik cukup tinggi, tetapi di sisi lain
perubahan perilaku yang diharapkan kurang optimal. Dalam kaitannya dengan
proses belajar mengajar di sekolah inklusi, anak tunarungu seringkali sulit
memahami pembicaraan guru sehingga timbul kekecewaan karena sulitnya
memahami dan tidak dapat menyampaikan perasaan, pertanyaan, keinginan secara
Hambatan-hambatan yang terjadi pada siswa tunarungu dalam proses belajar
mengajar menjadi permasalahan yang dirasakan cukup menyulitkan guru. Proses
belajar mengajar pada dasarnya adalah proses mengkoordinasikan sejumlah
komponen pengajaran agar satu sama lain saling berhubungan dan saling
berpengaruh, sehingga menumbuhkan atau meningkatkan kegiatan belajar pada
siswa seoptimal mungkin.
Salah satu alasan terpenting mengapa pembelajaran kooperatif
dikembangkan adalah bahwa para pendidik dan ilmuwan sosial telah lama
mengetahui tentang pengaruh yang merusak dari persaingan yang sering
digunakan di dalam kelas ( Slavin : 2008:5 ). bukannya ingin mengatakan bahwa
persaingan itu selalu salah, jika diatur dengan baik, persaingan diantara para
pesaing yang sesuai dapat menjadi sarana yang efektif dan tidak berbahaya untuk
memotivasi orang melakukan yang terbaik. Namun bentuk bentuk persaingan
yang biasa digunakan di dalam kelas jarang sekali bersifat efektif dan sehat.
Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama sesama siswa yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (
cooperative learning) adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, menyayangi, dan tenggang
rasa antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan metode pengajaran langsung. Di
samping pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar
akademik, pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan
dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit. Para pengembang
metode ini telah menunjukkan bahwa struktur penghargaan kooperatif telah dapat
meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda
sebenarnya tidak menyukai siswa siswa yang ingin menonjol secara akademis
(Robert Slavin:2008) . Metode pembelajaran ini sangat berguna untuk membantu
siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis dan kemampuan
membantu teman. Pembelajaran ini akan menciptakan siswa untuk berpartisipasi
aktif dan ikut serta secara aktif serta turut serta bekerja sama sehingga antara
siswa akan berfikir bersama, berdiskusi bersama, melakukan penyelidikan
bersama dan berbuat ke arah yang sama.
Strategi pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh yang positif terhadap
perkembangan belajar anak tunarungu karena dengan strategi ini dapat membantu
siswa untuk bekerjasama dan bersosialisasi. Hal ini sejalan dengan apa yang di
kemukakan oleh Amin (1995: 188) mengemukakan bahwa „Strategi pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan prestasi, merangsang peningkatan daya ingat,
menumbuhkan motivasi belajar dan dapat meningkatkan keterampilan hidup
bergotong-royong„. Berdasarkan hal tersebut strategi pembelajaran kooperatif
dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar terhadap siswa tunarungu dalam
merubah keterampilan sosialnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh
Johnson & Johnson dalam Abdurahman (1997:7)
Salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif adalah investigasi
kelompok. Investigasi kelompok merupakan salah satu bentuk metode
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa
untuk mencari materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui
bahan-bahan yang tersedia, dan guru bertindak sebagai narasumber pembantu dan
fasilitator. Siswa dilibatkan dalam perencanaan baik pada topik yang akan
dipelajari dan cara-cara untuk memulai investigasi mereka. Keterlibatan siswa
secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran . Hal ini memerlukan norma-norma dan struktur kelas yang lebih
canggih bila dibandingkan dengan penggunaan metode lain. Pada pembelajaran
kooperatif investigasi kelompok siswa tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi
siswa juga diajarkan keterampilan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama
dengan kelompoknya. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Killen ( Laila
2010:39 ) bahwa “Metode ini juga menuntut siswa diajarkan keterampilan dalam
komunikasi, keterampilan-keterampilan proses kelompok dan menumbuhkan
kemampuan berfikir mandiri”.
Metode ini diajukan sebagai salah satu cara untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran sosial di mana para siswa bekerja bersama-sama untuk menjalankan
tugas pembelajaran yang dilakukan oleh mereka sendiri. Atas dasar tersebut maka
penulis akan mencoba mengadakan penelitian tentang “ Pengaruh Pembelajaran
Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap keterampilan Sosial Siswa
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Keterampilan sosial anak tunarungu disekolah inklusi, berdampak pada
keseluruhan prilaku dan pribadinya, termasuk dalam pencapaian
prestasinya.
2. Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan bersosialisasi
dengan anak-anak yang bukan penyandang tunarungu, maka diperlukan
upaya untuk mengembangkan keterampilan sosial sebagai bekal bila
mereka bergaul sehari-hari danhidup di masyarakat atau lingkungan
sepermainannya.
3. Akibat dari sulitnya berkomunikasi dengan anak anak yang bukan
tunarungu, maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat
menciptakan siswa untuk berpartisipasi aktif dan turut serta bekerja sama
sehingga keterampilan sosial anak dapat dikembangkan.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah yang diungkap dalam penelitian ini adalah mengenai
pengaruh pembelajaran kooperatif investigasi terhadap pengembangan
keterampilan sosial siswa tunarungu disekolah inklusi, yaitu keterampilan
bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang
lainnya, serta keterampilan saling bertukar pikiran dan pengalaman dengan anak
D. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dimaksud agar penelitian yang dilakukan memiliki
arah yang tepat dan jelas. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah
pembelajaran kooperatif investigasi kelompok berpengaruh terhadap
pengembangan keterampilan sosial siswa tunarungu di SDN Mandiri 1 cimahi.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan
masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh pembelajaran investigasi kelompok terhadap pengembangan
keterampilan sosial siswa tunarungu dengan anak anak pada umumnya.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mendiskripsikan pengaruh pembelajaran kooperatif investigasi kelompok terhadap
pengembangan keterampilan sosial, yaitu keterampilan untuk bekerjasama,
keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, serta
saling bertukar pikiran dan pengalaman siswa tunarungu dengan siswa siswa
selain tunarungu, memperoleh data keterampilan sosial siswa sebelum diberi
perlakuan danuntuk memperoleh data keterampilan sosial siswa setelah diberi
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
a. Manfaat secara teoritis.
Manfaat secara teoritis bahwa hasil penelitian yang dilakukan ini
merupakan dasar selanjutnnya demi kesempurnaan dan tercapainya hasil
penelitian yang lebih berkualitas, akurat dan bermanfaat mengenai pentingnya
pembelajaran kooperatif investigasi kelompok bagi siswa tunarungu dalam
mengembangkan keterampilan sosialnya.
b. Manfaat secara praktis
1) Bagi siswa
Membiasakan diri berketerampilan sosial yang sesuai, sehingga
dikemudian hari menjadi anak yang memiliki budi pekerti yang luhur, sikap
kerjasama dan rasa tanggung jawab yang tinggi kepada lingkungannya.
2) Bagi Guru.
Memberikan sumbangan pemikiran dalam merencanakan model
pembelajaran bagi siswa sesuai dengan kebutuhannya.
3) Bagi Sekolah.
Berkembangnya keterampilan sosial siswa maka proses pendidikan dan
pembelajaran akan dapat berlangsung dengan lancar dan pada akhirnya
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
eksperimen. Menurut sugiono (2007:107), “metode penelitian eksperimen adalah
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Metode eksperimen dalam
penelitian ini, bertjuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat
hasil atau akibat dari suatu perlakuan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif
terhadap perilaku sosial anak tunarungu di sekolah inklusi.
Metode eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah singel
subject research (SSR). SSR merupakan metode menganalisis setiap subjek
secara tunggal terhadap perilaku tertentu. Tawney dan gats (1984:10)
mengemukakan bahwa:
Single subject research design is an integral part of behavior analytic tradition. The term refers to a research strategy developed to document changes in the behavior of individual subject. Throught the accurate selection an utilization of the family design, it is possible to demonstrate a functional between intervention an a change.
Definisi diatas dapat diartikan bahwa singel subject research (SSR)
merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku. SSR mengacu pada
strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan
pemanfaatan pola desain kelompok yang sama. Hal ini memungkinkan untuk
memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dari perubahan tingkah
laku .
Hal ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata ( silfia, 2008:23 ) yang
menjelaskan bahwa „pendekatan dasar dalam eksperimen subjek tunggal adalah
meneliti individu dalam kondisi tanpa perlakuan dan akibatnya terhadapa variabel
akibat dalam kedua kondisi tersebut”.
A. Desain Penelitian
Pola desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah A-B. Desain A-B
menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel
terikat. Target behavior diukur pada kondisi baseline (A) secara kontinue selama
periode waktu tertentu kemudian fase intervensi (B).
A adalah lambang dari data garis (baseline dasar). Baseline merupakan
suatu kondisi awal kemampuan subjek dalam keterampilan sosial yaitu perilaku
sosial (interpersonal behavior) sebelum diberi perlakuan atau intervensi.
Pengukuranpada fase inidilakukan sebanyak empat sesi, dengan durasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan (120 menit).
B (intervensi) adalah untuk data perlakuan atau intervensi, kondisi
kemampuan subjek dalam kemampuan berinteraksi dengan orang lain selama
intervensi. Pada tahap ini subejek diberi perlakuan dengan menggunakan model
intervensi setiap sesinya memakan waktu satu jam. Pada hakikatnya desain ini
terdiri dari dua tahapan kondisi yaitu :
Baseline A (pengamatan awal), yaitu pengamatan atau pengambilan data
subjek sebelum diberikan perlakuan atau treatmen. Subjek diamati dan diambil
datanya secara alami sehingga terlihat kemampuan/ perilaku awal yang dimiliki
oleh subjek tersebut dimana pengamatan atau pengambilan data yang dimiliki
oleh subjek tersebut dilakukan secara berulang ulang. Sementara itu menurut
Sunanto (2006:41)” baseline adalah kondisi di mana pengukuran perilaku sasarn
dilakukan pada keadaan natural sebelum diberikan intervensi apapun”. Intervensi
B “pemberian perlakuan atau (treatment) yaitu suatu kondisi ketika intervensi
telah diberikan dan perilaku sasaran diukur dibawah kondisi tertentu”
(Sunanto,2006:41). Gambar tampilan desain A-B dapat dilihat sebagia berikut
B. Subjek Penelitian
Penelitian menggunakan satu subjek yaitu seorang siswa tunarungu
dengan identitas sebagai berikut :
Nama : DR
Jenis kelamin : perempuan
Kelas : IV
Tempat tanggal lahir : Bandung 12 maret 2001
Agama : Islam
Alamat : Komp perumahan BTN Cimindi Raya Blok GG 2
Kebutuhan : Tunarungu
Pemilihan subjek dalam penelitian ini berdasarkan penelitian yang pernah
dilakukan oleh peneliti sendiri pada anak yang ditunjang dengan hasil pengamatan
penelitian selama observasi, karakteristik kemampuan perilaku sosial subjek yaitu
kurang mampu berinteraksi pada lingkungan dengan baik anak cenderung
pendiam dan menutup diri terhadap teman temannya di sekolah inklusi tempat
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di SDN MANDIRI I cimahi. Yang mana sekolah ini
adalah salah satu sekolah dimana terdapat beberapa anak dengan kebutuhan
khusus (Tunarungu).
D. Persiapan dan prosedur penelitian 1. persiapan
a. melakukan studi pendahuluan mengenai kondisi subjek di lapangan
b. menetapkan subjek penelitian yaitu siswa tunarungu kelas V SD
c. melakukan perizinan dengan mengurus surat penelitian dari jurusan
PLB, Fakultas, BAAK, dinas propinsi Jawa Barat sampai pada SDN I
Mandiri kota cimahi.
d. Menyusun kisi-kisi instrument penelitian
e. Melakukan uji coba istrumen penelitian untuk menguji kevalidan dan
reliabilitas instrument penelitian.
f. Menghubungi pendamping subjek
g. Melakukan eksperimen terhadap subjek
h. Mengolah data hasil penelitian dengan cara menghitung skor yang
diperoleh dimana setiap pernyataan yang dilakukan anak mendapat
nilai 1 dan pernyataan yang tidak dilakukan anak diberi skor nol.
i. Melakukan analisis data
2. Prosedur Penelitian a. Baseline
b. Intervensi
E. Tekhnik pengumpulan data
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui observasi. Observasi sebagi suatu aktiva yang sempit, yakni
memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian
psikologik, “observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indra” (Arikuntoro, 2002:113). Tekhnik ini digunakan untuk mengamati dan
mencatat secara cermat perilaku responden. Sudjana dan ibrahim (1989: 109)
mengemukakan keuntungan penggunaan tekhnik observasi sebagai berikut:
Melalui observasi atau pengamatan dapat diketahui sikap dan perilaku
individu, kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, tingkat kerjasama dalam suatu
kegiatan, proses interaksi yang dilakukannya, kemampuan komunikasi, bahkan
hasil yang diperoleh dari kegiatannya.
Peneliti mengobservasi kemampuan perilaku sosial mulai dari baseline A,
untuk mengetahui kemampuan awal subjek dan intervensi (B), untuk mengetahui
keterampilan selama mendapatkan perlakuan.
Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data instrumen diujicobakan
terlebih dahulu validitasnya. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada beberapa cara
pengujian validitas, salah satunya adalah validitas isi, uji validitas ini dengan cara
menggunakan pendapat dari ahli (judgement eksperts). Dalam hal ini setelah
instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (
Sugiono, 2011:173-176).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan judgement eksperts kepada tiga orang
ahli, satu orang pendidikan luar biasa, dan dua orang guru di sekolah. Skor hasil
validitas tersebut kemudian diolah menggunakan rumus:
P= F X 100%
N
Keterangan :
F = jumlah cocok
N = jumlah penguji
P = persentase
Berdasarkan hasil judgement eksperts diperoleh hasil bahwa instrumen
dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data (hasil perhitungan dapat dilihat
dilampiran)
b. Reliabilitas Instrumen
Suatu tes haruslah dapat dipercaya untuk mendapat nilai yang diinginkan.
Realibilitas menunjukkan satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya
untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga. Apabila datanya memang sesuai dengan kenyataan, maka
beberapa kalipun diambil, tetap akan sama (Arikuntoro, 2001:154).
Pengujian realibilitasdalam penelitian ini menggunakan pengujian
reliabilitas dengan internal consistency , dilakukan dengan cara mencobakan
instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan rumus Alfa Cronbach. Pengujian realiabilitas dengan tekhnik Alfa
Cronbach dilakukan untuk jenis data interval (Sugiono, 2008:359=365).
Adapun rumus Alfa Cronbach adalah sebagai berikut:
ri = k S2t = varians skor total
Klasifikasi analisis reliabilitas tes ( Arikunto, 2002)
Nilai r Interpretasi
0,000 – 0,199 Sangat rendah
0,400 – 0,599 Cukup
0,600 – 0,799 Tinggi
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
Setelah hasil uji reliabilitas diinterpretasikan, diperoleh hasil sangat tinggi,
sehingga instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen
penelitian (hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat di lampiran).
G. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh atau mengumpulkan
data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Alat pengumpul data atau instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan/ observasi dengan daftar
cocok (checklist) seperti yang dikemukakan oleh Arikunto, S (2005) daftar cocok
dapat digunakan dalam berbagai metode, karena nama daftar cocok lebih
menunjuk pada cara mengerjakan tampilan instrumen dibandingkan dengan jenis
instrumen sendiri.
KISI – KISI INSTRUMEN Keterampilan sosial anak tunarungu
Perilaku
Aspek
Indikator
Keterampilan sosial Keterampilan bekerjasama
Anak dapat mengerjakan tugas kelompok
Anak dapat menjaga ketertiban sekolah
Anak dapat menjaga interaksi dengan orang lain
H. Kriteria penilaian
Kriteria penilaian untuk masing-masing pernyataan yang diberikan yaitu
diberikan nilai dengan skala 1-0, apabila menjawab Ya diberikan nilai satu, dan
untuk jawaban Tidak nilainya nol.
pernyataan ya tdk
1. Anak ikut mengerjakan tugas kelompok
bersama teman
1 0
I. Pengolahan dan Analisis data
Dalam penelitian ini, tekhnik analisis data yang digunakan adalah tekhnik
analisis statistik deskriptif yaitu tekhnik analisis yang menganalisa data dengan
cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah digunakan pada
penelitian eksperimen subjek tunggal adalah dengan statistik deskriptif sederhana
dimana data dari hasil penelitian dijabarkan secara detail dalam bentuk grafik atau
diagram. Sehingga akan terlihat dengan jelas apakah ada pengaruh positif atau
Penelitian ini pengambilan data dilakukan sebanyak 12 sesi di mana untuk
baseline (A) dilakukan sebanyak empat (4) sesi dan intervensinya dilakukan
sebanyak delapan sesi. Adapun langkah langkah dalam menganalisis data adalah,
sebagai berikut:
1. Membuat tabel data baseline dan intervensi. Tabel ini berisi skor skor
yang diperoleh subjek pada setiap sesinya.
2. Menentukan rentang stabilitas pada fase baseline, intervensi dan setelah
intervensi dengan rumus :
Rentang stabil = nilai tertinggi x kriteriastabilitas
2
3. Menghitung mean level (rata-rata), batas bawah pada fase baseline dan
intervensi dengan rumus :
Mean level = ∑ skor : interval
Batas atas = Mean level + rentang stabilitas
Batas bawah = Mean level – rentang stabilitas
4. Menentukan variabel yang diubah variabel terikat atau perilaku sasaran
difokuskan pada satu perilaku, atau bisa dikatakan analisis ditekankan
pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran
5. Menentukan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan
intervensi menunjukkan makna perubahan perilaku (target behavior) yang
disebabkan oleh intervensi
6. Menentukan kecenderungan stabilitas pada fase baseline dan intervensi.
(menaik, menurun atau mendatar) secara konsisten. Atau jika sebanyak
50% atau lebih data dalam berada dalam rentang 50% diatas dan dibawah
mean.
7. Menentukan perubahan level data, perubahan level data menunjukkan
seberapa besar data berubah. Dengan cara menghitung selisih antara data
terakhir pada base baseline dan data pertama pada kondisi intervensi.
Nilai selisih dapat menggambarkan seberapa besar terjadinya perubahan
perilaku sebagai akibat dari pengaruh intervensi.
8. Menentukan data yang tumpang tindih
J. Pelaksanaan penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 1 september sampai dengan 20
september 2012, di SDN I Mandiri Kota Cimahi. Adapun langkah langkahnya
sebagai berikut :
a. Memilih subjek penelitian
b. Mengadakan pendekatan kepada subjek
c. Mengamati tingkah laku subjek selama pembelajaran di dalam kelas
maupun diluar kelas
d. Melaksanakan tes awal ( baseline 1-4 ) untuk mengetahui keterampilan
sosial siswa tunarungu sebelum dierikan perlakuan dengan memberikan
intervensi. Instrumen diberikan kepada guru kelas V
e. Merumuskan tujuan pembelajaran yang perlu dirumuskan, yaitu tujuan
hubungan kerjasama berkomunikasi, memimpin, mempercayai orang lain
dan berinteraksi sosial.
f. Menentukan besarnya kelompok besarnya kelompok belajar biasanya dua
sampai lima siswa dalam satu kelompok, dengan mempertimbangkan
kemampuan anak, ketersediaan bahan, dan ketersediian waktu.
g. Menentukan tempat duduk siswa
h. Merancang bahan untuk saling ketergantungan Untuk meningkatkan
i. Melaksanakan tes akhir (intervensi 1-8)
j. Menentukan peran siswa
k. Mengkomunikasikan tujuan dan keharusan bekerjasama menjalin
kerjasama dengan anggota kelompok mendapatkan tugas yang sesuai.
l. Menyusun akuntabilitas agar seluruh anggota kelompok belajar
mengetahui adanya anggota kelompok yang memerlukan bantuan.
m. Menyusun kerjasama antar kelompok kelompok yang telah selesai
mengerjakan tugas dapat membantu anggota kelompok yang lain yang
memerlukan bantuan.
n. Memantau perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung, guru
hendaknya menggunakan waktunya untuk memantau kegiatan siswa.
o. Mengevaluasi fungsinya kelompok belajar evaluasi dilakukan
untukmengetahui tentang apa yang masih perlu ditingkatkan dalam proses
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Merujuk pada hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,
diperoleh kesimpulan bahwa Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok
Memberikan Pengaruh Signifikan Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu
kelas V SDN 1 Mandiri Kota Cimahi, khususnya dalam aspek saling bekerjasama,
saling berinteraksi dan bertukar pikiran dan pengalaman. Hal ini dapat diketahui dari
adanya peningkatan grafik pada sesi intervensi. Sehingga pernyataan hipotesis bahwa
Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Memberikan Pengaruh Signifikan
Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu kelas V SDN 1 Mandiri Kota
Cimahi dapat diterima. Investigasi kelompok merupakan salah satu bentuk metode
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk
mencari materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang
tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat bertanya kepada guru karena
disini guru juga berperan sebagai narasumber dan fasilitator. Dalam pembelajaran
kooperatif investigasi kelompok ini siswa dituntut untuk saling bekerjasama,
berinteraksi dan saling bertukar pikiran dan pengalaman, hal ini terkadang terabaikan
oleh guru ketika mengajar dikelas tetapi dengan menggunakan investigasi kelompok
keterampilan sosial anak dapat berkembang sehingga anak dapat bekerjasama dengan
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh bahwa
pembelajaran kooperatif investigasi kelompok dapat mengembangkan keterampilan
sosial siswa tunarungu, maka penulis mencoba mengajukan beberapa rekomendasi
sebagai berikut:
1. Guru
Pembelajaran kooperatif investigasi kelompok berpengaruh terhadap
pengembangan keterampilan sosial siswa tunarungu. Oleh karena itu diharapkan guru
dapat mengimplementasikan pembelajaran tersebut dikelas pada materi yang sesuai.
2. Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah penelitian ini hendaknya
mengembangkan instrumen yang digunakan pada subyek dan kajian yang berbeda,
serta dengan permasalahan yang lebih variatif. Sehingga dapat dipakai sebagai bahan
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. (1992). Psikologi Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bineka Cipta.
Cahyono, C. P. (1984). Psikologi Kepemimpinan. Surabaya: Usaha Nasional.
Chaplin, C. P. (1993). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Drever, J. (1988). Kamus Psikologi. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Hartini dan Kaetasapoetra, G. (1992). Kamus Sosiologi dan Kependudukan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hernawati, T. (2000). Program Layanan Dasar Bimbingan dalam Mengembangkan Perilaku
Sosial Anak Tunarungu Jenjang SLTPLB di SLB Bagian b Lembaga Pendidikan Anak Tuli Bisu Bandung. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Lestari,Sri (2008 ) Materi Kelas .Tersedia dalam http/srilestari student.fkip.uns.ac.id/materi-kelas (26 oktober 2011 )
Lie, Anita (2002). Cooperatif Learning, Mengidentifikasi Cooperatif Learning Di Ruang-ruang
Kelas. Jakarta : Grafindo
Martini, O. (2004). Pengembangan Program Bimbingan Perkembangan Perilaku Sosial Anak
Usia Dini di Kelompok Bermain (Studi Kasus di Kelompok Bermain Aryandini III Kecamatan Margacinta Bandung). Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Maryana, E. (2006). Perilaku Sosial Siswa Sekolah dasar. Skripsi pada PPB UPI Bandung: tidak diterbitkan
Maryani,Enok. (2009 ). Development of IPS Study Progran to Improve Social Skill Competences. Makalah Seminar Internasional Th 2009. PIPS.Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung. Program Studi Pendidikan IPS UPI Bandung.
Samho, B. (2005). Internalisasi Sikap dan Perilaku Toleransi antar Peserta Didik Berbeda
Agama Berdasarkan Visi Pendidikan Umum. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak
Sasonglo, I. P. (2006). Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kebijakan Publik tentang
Penanggulangan Sampah (Studi Kasus di Kelurahan Leuwi Gajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi). Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Slavin, Robert. (2008 ). Cooperatif Learning Teori, Riset, dan Praktik, Jakarta : Nusamedia.
Soekanto, S. (1985). Kamus Sosiologi. Jakarta: CV . Rajawali.
Soemantri, S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud
Somad, P dan Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud Dikti.
Sudjana , N. (1989 ). Penilaian hasil proses belajar mengajar.Bandung : Rosdakarya.
Sugiyono. ( 2010 ). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta.
Sumaatmadja, N. (1984). Metodologi pengajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Bandung: Alumni
Surya, H. (2006). Kiat Membina Anak Agar Senang Bergaul. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Tim Dosen UPI. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Laporan Buku, Makalah, Skripsi,
Tesis, Disertasi. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan
Indonesia.
Trianto (2007 ) . Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontrukstivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka
Udin S. Winaputra. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. Ke-1.
Yuliani, Y. (2004). Faktor-faktor yang Mendorong Terbentuknya Relasi Persahabatan Antara
Siswa di Sekolah Dasar. Skripsi pada PPB UPI Bandung: tidak diterbitkan.