• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUHMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA TUNARUNGU DI SEKOLAH INKLUSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUHMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP PERILAKU SOSIAL SISWA TUNARUNGU DI SEKOLAH INKLUSI."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMEBELAJARAN KOOPERATIF INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA TUNARUNGU

(Studi Eksperimen Terhadap Siswa Tunarungu Kelas V di SDN Mandiri I)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Biasa

OLEH

ROFVINI.S

0800680

PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu Di Sekolah Inklusi

Oleh

Rofvini.s

0800680

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Endang Rusyani, M.Pd Drs.H.Mamad Widya,

M.Pd

NIP. 195705101985031003 NIP.

195208231978031002

Ketua Jurusan

(3)

ABSTRAK

PENGARUHMODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

INVESTIGASI KELOMPOK TERHADAP PERILAKU SOSIAL

SISWA TUNARUNGU DI SEKOLAH INKLUSI.

(Rofvini.S, Jurusan PLB FIP UPI, 2012)

Sebagai makhluk sosia, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Setiap anak memiliki dorongan untuk bergabung dan diterima masyarakat tidak terkecuali anak tunarungu. Kenyataan di lapangan ditemukan anak tunarungu mengalami hambatan dalam perilaku sosial atau perilaku adaptifnya sehingga kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Kekurangan kemampuan tersebut berupa keterampilan sosial, yaitu keterampilan bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Serta keterampilan saling bertukar pikiran dan pengalaman. Untuk meningkatkan aspek-aspek tersebut subjek membutuhkan intervensi untuk meningkatkan keterampilan sosial dengan pendekatan yang tepat. Maka dirumuskanlah permasalahan penelitian ini yaitu bagaimanakah keterampilan sosial dalam keterampilan aspek kerjasama, interaksi, komunikasi pada anak tunarungu kelas V SDN Inklusi setelah diberikan pembelajaran kooperatif investigasi kelompok?

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunarungu di sekolah Inklusi. Adapun target behavior dalam penelitian ini adalah keterampilan sosial anak tunarungu. Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah singel subjek research dengan desain A-B.

Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan bahwa subjek sesudah diberikan intervensi aspek keterampilan bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lain menjadi meningkat.

(4)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

Bab II Kajian Pustaka A. Konsep Dasar Keterampilan Sosial ... 12

B. Dimensi Dimensi Keterampilan Sosial ... 13

C. Faktor faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial ... 19

D. Keterampilan Sosial Tunarungu ... 24

1. Konsep dasar Tunarungu ... 24

2. Sosial Tunarungu ... 27

E. Metode pembelajaran Investigasi Kelompok ... 27

1. Konsep dasar pembelajaran kooperatif investigasi ... 27

2. Langkah langkah pembelajaran kooperatif ... 30

3. Prinsip- prinsip Metode Investigasi ... 32

F. Kerangka Pemikiran ... 35

Bab III Metode Penelitian A. Metode Penelitian ... 38

B. Desain Penelitian ... 39

C. Subjek Penelitian ... 41

D. Persiapan dan prosedur ... 42

1. Persiapan Penelitian ... 42

2. Prosedur Penelitian ... 43

E. Tekhnik pengumpulan data ... 44

1. Pengolahan dan Analisis Data ... 44

F. Pengolahan Instrumen ... 45

1. Validitas Instrumen ... 45

2. Reliabilitas Instrumen ... 46

G. Instrumen penelitian ... 47

(5)

Bab IV Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian ... 54

1. Identitas Subjek ... 54

2. Deskripsi Data ... 55

3. Analisis Data ... 56

B. Analisis Antar Kondisi ... 66

C. Pembahasan ... 71

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi A. Kesimpulan ... 77

B. Rekomendasi ... 78

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rousseau (martini, 2004: 28) menyatakan bahwa “ dalam diri manusia

terdapat kapasistas bagi timbulnya keterampilan anti sosial (anti-sosial behaviour)

dan keterampilan (prososial behaviour)”. Selanjutnya, Raven dan Rubin

(Maertini, 2004: 29) menyatakan bahwa “ keterampilan prososial sering juga

disebut keterampilan sosial yang positif, sedangkan keterampilan anti sosial

disebut juga keterampilan yang negative”. Apabila seseorang dapat menampilkan

keterampilan sosial yang positif, maka ia akan dapat menyesuaikan diri dan

diterima di lingkungan sosialnya. Sebaliknya, apabila seseorang menampilkan

keterampilan sosial yang negatif, maka kemungkinan besar akan ditolak

dilingkungan sosialnya. Dengan demikian, untuk dapat diterima pada suatu

lingkungan sosial, setiap individu harus mampu menampilkan keterampilan sosial

yang positif sesuai dengan norma yang berlaku di lingkungan sosial tersebut

Seperti halnya individu lain, siswa tunarungu memiliki potensi yang sama

dalam berbagai aspek kehidupan sebagai bekal yang dibawa sejak lahir, termasuk

dalam aspek sosial. Oleh karena itu, siswa tunarungu memiliki kecenderungan

untuk berkembang dan mencapai kematangan dalam membentuk keterampilan

sosialnya. Namun, siswa tunarungu yang merupakan salah satu siswa

(7)

menghambat perkembangan bahasa dan bicaranya. Hal tersebut mengakibatkan

kesulitan dalam berkomunikasi sehingga siswa tunarungu sulit memahami

informasi yang berasal dari luar dirinya, begitupun sebaliknya lingkungan sosial

sulit memahami apa yang diungkapkan oleh siswa tunarungu. Seperti telah

dikemukakan oleh hernawati (2000: 12) bahwa :

Dampak dari ketunarunguan adalah terhambatnya kemampuan berkomunikasi. Sedangkan komunikasi merupakan dasar bagi terjadinya interaksi sosial. Keterampilan sosial berkembang melalui interaksi dengan lingkungan sosial.

Berdasarkan pernyataan tersebut, hambatan komunikasi yang dialami

siswa tunarungu akan menyebabkan mereka sulit mengembangkan keterampilan

sosialnya melalui interaksi sosial.

Bagi siswa tunarungu yang berada dalam komunitasnya seperti

dilingkungan sekolah luar biasa bagian tunarungu, melakukan interaksi sosial

bukanlah masalah karena lingkungan sosial tersebut menggunakan system bahasa

yang sama, yaitu bahasa isyarat. Oleh karena itu, mereka dapat berinteraksi dan

saling memahami antara satu dengan yang lainnya. Untuk memberikan penegasan

terhadaphal tersebut, penulis telah melakukan pengamatan terhadap keterampilan

sosial siswa tunarungu selama melaksanakan Program Latihan Profesi di SLB

B-C Sumbersari Antapani. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa siswa

tunarungu mampu menampilkan keterampilan sosial dengan baik, seperti dalam

keterampilan bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu

dengan yang lain. Serta keterampilan saling bertukar fikiran dan pengalaman.

Seiring dengan paradigma baru dalam layanan pendidikan bagi siswa

(8)

berada ditengah tengah komunitasnya dalam mengenyam pendidikan. Hal ini

memberikan kesempatan kepada siswa tunarungu tidak lagi harus berada ditengah

tengah komunitasnya dalam mengenyam pendidikan. Hal ini pula dapat

memberikan kesempatan kepada siswa tunarungu untuk dapat belajar bersama

sama siswa siswa lain pada umumnya, bersosialisasi dengan teman, guru, dan

lingkungan sekolah. Dalam hal ini, siswa tunarungu harus berhadapan dengan

siswa lain yang memiliki sistem bahasa dan pola komunikasi yang berbeda.

Dalam hal ini guru sangat berperan penting untuk dapat membuat anak tunarungu

dapat mengikuti pelajaran secara maksimal.

Selain itu perlu difikirkan mengenai kesiapan anak tunarungu untuk berada

ditengah tengah siswa pada umumnya, salah satunya dalam hal perkembangan

keterampilan sosial. Seperti dikemukakan Meadow yang dikutip Kirk (Hernawati,

2000: 55-56) mengemukakan bahwa :

... siswa tunarungu mempunyai lebih banyak masalah penyesuaian diri dari pada siswa mendengar. Siswa tunarungu pada umumnya cenderung bersosialisai dengan orang yang memiliki kecacatan sama. akan tetapi apakah siswa tunarungu akan mengembangkan keterampilan sosialnya, tergantung pula dengan bagaimana lingkungan menerima ketidak mampuannya...

Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa siswa tunarungu memiliki

beban yang berat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang bukan

komunitasnya sehingga perlu mendapatkan situasi yang kondusif dari lingkungan

dan tentunya dengan metode pembelajaran yang mendukung agar keterampilan

(9)

keterampilan sosial merupakan salah satu aspek yang mendukung dan

menunjang proses interaksi. keterampilan sosial merupakan pendukung yang

berkaitan dengan hubungan atau interaksi individu dengan yang lainnya. Menurut

Sumaatmadja (1984:86): „keterampilan sosial merupakan keterampilan yang erat

hubungannya dengan kehidupan masyarakat‟. keterampilan sosial melibatkan

kemampuan untuk menyelesaikan masalah sosial atau antar pribadi secara adaptif

dan kemampuan untuk terlibat secara aktif dalam lingkungan sosial, baik

lingkungan teman sebaya atau orang dewasa. Kedua dimensi kemampuan tersebut

pada akhirnya mengarah pada penerimaan sosial terhadap individu-individu yang

memiliki kesulitan untuk menyelesaikan permasalahan antar pribadi cenderung

memiliki keterampilan sosial yang rendah. Perubahan keterampilan sosial yang

diharapkan sebagai pencapaian hasil belajar anak tunarungu di sekolah inklusi

sering tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini dikarenakan siswa

tunarungu yang menampilkan keterampilan sosial menarik diri. Sedangkan

pembelajaran pada umumnya merupakan upaya untuk mengembangkan potensi

yang dimiliki oleh anak secara optimal. Hasil belajar berupa nilai akademik,

perilaku dan perubahan keterampilan anak terkadang tidak sesuai. Di satu sisi

anak tunarungu dapat mencapai nilai akademik cukup tinggi, tetapi di sisi lain

perubahan perilaku yang diharapkan kurang optimal. Dalam kaitannya dengan

proses belajar mengajar di sekolah inklusi, anak tunarungu seringkali sulit

memahami pembicaraan guru sehingga timbul kekecewaan karena sulitnya

memahami dan tidak dapat menyampaikan perasaan, pertanyaan, keinginan secara

(10)

Hambatan-hambatan yang terjadi pada siswa tunarungu dalam proses belajar

mengajar menjadi permasalahan yang dirasakan cukup menyulitkan guru. Proses

belajar mengajar pada dasarnya adalah proses mengkoordinasikan sejumlah

komponen pengajaran agar satu sama lain saling berhubungan dan saling

berpengaruh, sehingga menumbuhkan atau meningkatkan kegiatan belajar pada

siswa seoptimal mungkin.

Salah satu alasan terpenting mengapa pembelajaran kooperatif

dikembangkan adalah bahwa para pendidik dan ilmuwan sosial telah lama

mengetahui tentang pengaruh yang merusak dari persaingan yang sering

digunakan di dalam kelas ( Slavin : 2008:5 ). bukannya ingin mengatakan bahwa

persaingan itu selalu salah, jika diatur dengan baik, persaingan diantara para

pesaing yang sesuai dapat menjadi sarana yang efektif dan tidak berbahaya untuk

memotivasi orang melakukan yang terbaik. Namun bentuk bentuk persaingan

yang biasa digunakan di dalam kelas jarang sekali bersifat efektif dan sehat.

Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja

sama sesama siswa yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif (

cooperative learning) adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis

mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, menyayangi, dan tenggang

rasa antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata.

Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan metode pengajaran langsung. Di

samping pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar

akademik, pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan

(11)

dalam membantu siswa memahami konsep – konsep yang sulit. Para pengembang

metode ini telah menunjukkan bahwa struktur penghargaan kooperatif telah dapat

meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang

berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda

sebenarnya tidak menyukai siswa siswa yang ingin menonjol secara akademis

(Robert Slavin:2008) . Metode pembelajaran ini sangat berguna untuk membantu

siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kritis dan kemampuan

membantu teman. Pembelajaran ini akan menciptakan siswa untuk berpartisipasi

aktif dan ikut serta secara aktif serta turut serta bekerja sama sehingga antara

siswa akan berfikir bersama, berdiskusi bersama, melakukan penyelidikan

bersama dan berbuat ke arah yang sama.

Strategi pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh yang positif terhadap

perkembangan belajar anak tunarungu karena dengan strategi ini dapat membantu

siswa untuk bekerjasama dan bersosialisasi. Hal ini sejalan dengan apa yang di

kemukakan oleh Amin (1995: 188) mengemukakan bahwa „Strategi pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan prestasi, merangsang peningkatan daya ingat,

menumbuhkan motivasi belajar dan dapat meningkatkan keterampilan hidup

bergotong-royong„. Berdasarkan hal tersebut strategi pembelajaran kooperatif

dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar terhadap siswa tunarungu dalam

merubah keterampilan sosialnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh

Johnson & Johnson dalam Abdurahman (1997:7)

(12)

Salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif adalah investigasi

kelompok. Investigasi kelompok merupakan salah satu bentuk metode

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa

untuk mencari materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui

bahan-bahan yang tersedia, dan guru bertindak sebagai narasumber pembantu dan

fasilitator. Siswa dilibatkan dalam perencanaan baik pada topik yang akan

dipelajari dan cara-cara untuk memulai investigasi mereka. Keterlibatan siswa

secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir

pembelajaran . Hal ini memerlukan norma-norma dan struktur kelas yang lebih

canggih bila dibandingkan dengan penggunaan metode lain. Pada pembelajaran

kooperatif investigasi kelompok siswa tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi

siswa juga diajarkan keterampilan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama

dengan kelompoknya. Pernyataan ini sejalan dengan pendapat Killen ( Laila

2010:39 ) bahwa “Metode ini juga menuntut siswa diajarkan keterampilan dalam

komunikasi, keterampilan-keterampilan proses kelompok dan menumbuhkan

kemampuan berfikir mandiri”.

Metode ini diajukan sebagai salah satu cara untuk menciptakan lingkungan

pembelajaran sosial di mana para siswa bekerja bersama-sama untuk menjalankan

tugas pembelajaran yang dilakukan oleh mereka sendiri. Atas dasar tersebut maka

penulis akan mencoba mengadakan penelitian tentang “ Pengaruh Pembelajaran

Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap keterampilan Sosial Siswa

(13)

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Keterampilan sosial anak tunarungu disekolah inklusi, berdampak pada

keseluruhan prilaku dan pribadinya, termasuk dalam pencapaian

prestasinya.

2. Anak tunarungu mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan bersosialisasi

dengan anak-anak yang bukan penyandang tunarungu, maka diperlukan

upaya untuk mengembangkan keterampilan sosial sebagai bekal bila

mereka bergaul sehari-hari danhidup di masyarakat atau lingkungan

sepermainannya.

3. Akibat dari sulitnya berkomunikasi dengan anak anak yang bukan

tunarungu, maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat

menciptakan siswa untuk berpartisipasi aktif dan turut serta bekerja sama

sehingga keterampilan sosial anak dapat dikembangkan.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah yang diungkap dalam penelitian ini adalah mengenai

pengaruh pembelajaran kooperatif investigasi terhadap pengembangan

keterampilan sosial siswa tunarungu disekolah inklusi, yaitu keterampilan

bekerjasama, keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang

lainnya, serta keterampilan saling bertukar pikiran dan pengalaman dengan anak

(14)

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dimaksud agar penelitian yang dilakukan memiliki

arah yang tepat dan jelas. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah

pembelajaran kooperatif investigasi kelompok berpengaruh terhadap

pengembangan keterampilan sosial siswa tunarungu di SDN Mandiri 1 cimahi.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan

masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh pembelajaran investigasi kelompok terhadap pengembangan

keterampilan sosial siswa tunarungu dengan anak anak pada umumnya.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

mendiskripsikan pengaruh pembelajaran kooperatif investigasi kelompok terhadap

pengembangan keterampilan sosial, yaitu keterampilan untuk bekerjasama,

keterampilan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, serta

saling bertukar pikiran dan pengalaman siswa tunarungu dengan siswa siswa

selain tunarungu, memperoleh data keterampilan sosial siswa sebelum diberi

perlakuan danuntuk memperoleh data keterampilan sosial siswa setelah diberi

(15)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Manfaat secara teoritis.

Manfaat secara teoritis bahwa hasil penelitian yang dilakukan ini

merupakan dasar selanjutnnya demi kesempurnaan dan tercapainya hasil

penelitian yang lebih berkualitas, akurat dan bermanfaat mengenai pentingnya

pembelajaran kooperatif investigasi kelompok bagi siswa tunarungu dalam

mengembangkan keterampilan sosialnya.

b. Manfaat secara praktis

1) Bagi siswa

Membiasakan diri berketerampilan sosial yang sesuai, sehingga

dikemudian hari menjadi anak yang memiliki budi pekerti yang luhur, sikap

kerjasama dan rasa tanggung jawab yang tinggi kepada lingkungannya.

2) Bagi Guru.

Memberikan sumbangan pemikiran dalam merencanakan model

pembelajaran bagi siswa sesuai dengan kebutuhannya.

3) Bagi Sekolah.

Berkembangnya keterampilan sosial siswa maka proses pendidikan dan

pembelajaran akan dapat berlangsung dengan lancar dan pada akhirnya

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

eksperimen. Menurut sugiono (2007:107), “metode penelitian eksperimen adalah

metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu

terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Metode eksperimen dalam

penelitian ini, bertjuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat

hasil atau akibat dari suatu perlakuan dalam penggunaan pembelajaran kooperatif

terhadap perilaku sosial anak tunarungu di sekolah inklusi.

Metode eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah singel

subject research (SSR). SSR merupakan metode menganalisis setiap subjek

secara tunggal terhadap perilaku tertentu. Tawney dan gats (1984:10)

mengemukakan bahwa:

Single subject research design is an integral part of behavior analytic tradition. The term refers to a research strategy developed to document changes in the behavior of individual subject. Throught the accurate selection an utilization of the family design, it is possible to demonstrate a functional between intervention an a change.

Definisi diatas dapat diartikan bahwa singel subject research (SSR)

merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku. SSR mengacu pada

strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan

(17)

pemanfaatan pola desain kelompok yang sama. Hal ini memungkinkan untuk

memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dari perubahan tingkah

laku .

Hal ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata ( silfia, 2008:23 ) yang

menjelaskan bahwa „pendekatan dasar dalam eksperimen subjek tunggal adalah

meneliti individu dalam kondisi tanpa perlakuan dan akibatnya terhadapa variabel

akibat dalam kedua kondisi tersebut”.

A. Desain Penelitian

Pola desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah A-B. Desain A-B

menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel

terikat. Target behavior diukur pada kondisi baseline (A) secara kontinue selama

periode waktu tertentu kemudian fase intervensi (B).

A adalah lambang dari data garis (baseline dasar). Baseline merupakan

suatu kondisi awal kemampuan subjek dalam keterampilan sosial yaitu perilaku

sosial (interpersonal behavior) sebelum diberi perlakuan atau intervensi.

Pengukuranpada fase inidilakukan sebanyak empat sesi, dengan durasi yang

disesuaikan dengan kebutuhan (120 menit).

B (intervensi) adalah untuk data perlakuan atau intervensi, kondisi

kemampuan subjek dalam kemampuan berinteraksi dengan orang lain selama

intervensi. Pada tahap ini subejek diberi perlakuan dengan menggunakan model

(18)

intervensi setiap sesinya memakan waktu satu jam. Pada hakikatnya desain ini

terdiri dari dua tahapan kondisi yaitu :

Baseline A (pengamatan awal), yaitu pengamatan atau pengambilan data

subjek sebelum diberikan perlakuan atau treatmen. Subjek diamati dan diambil

datanya secara alami sehingga terlihat kemampuan/ perilaku awal yang dimiliki

oleh subjek tersebut dimana pengamatan atau pengambilan data yang dimiliki

oleh subjek tersebut dilakukan secara berulang ulang. Sementara itu menurut

Sunanto (2006:41)” baseline adalah kondisi di mana pengukuran perilaku sasarn

dilakukan pada keadaan natural sebelum diberikan intervensi apapun”. Intervensi

B “pemberian perlakuan atau (treatment) yaitu suatu kondisi ketika intervensi

telah diberikan dan perilaku sasaran diukur dibawah kondisi tertentu”

(Sunanto,2006:41). Gambar tampilan desain A-B dapat dilihat sebagia berikut

(19)

B. Subjek Penelitian

Penelitian menggunakan satu subjek yaitu seorang siswa tunarungu

dengan identitas sebagai berikut :

Nama : DR

Jenis kelamin : perempuan

Kelas : IV

Tempat tanggal lahir : Bandung 12 maret 2001

Agama : Islam

Alamat : Komp perumahan BTN Cimindi Raya Blok GG 2

Kebutuhan : Tunarungu

Pemilihan subjek dalam penelitian ini berdasarkan penelitian yang pernah

dilakukan oleh peneliti sendiri pada anak yang ditunjang dengan hasil pengamatan

penelitian selama observasi, karakteristik kemampuan perilaku sosial subjek yaitu

kurang mampu berinteraksi pada lingkungan dengan baik anak cenderung

pendiam dan menutup diri terhadap teman temannya di sekolah inklusi tempat

(20)

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di SDN MANDIRI I cimahi. Yang mana sekolah ini

adalah salah satu sekolah dimana terdapat beberapa anak dengan kebutuhan

khusus (Tunarungu).

D. Persiapan dan prosedur penelitian 1. persiapan

a. melakukan studi pendahuluan mengenai kondisi subjek di lapangan

b. menetapkan subjek penelitian yaitu siswa tunarungu kelas V SD

c. melakukan perizinan dengan mengurus surat penelitian dari jurusan

PLB, Fakultas, BAAK, dinas propinsi Jawa Barat sampai pada SDN I

Mandiri kota cimahi.

d. Menyusun kisi-kisi instrument penelitian

e. Melakukan uji coba istrumen penelitian untuk menguji kevalidan dan

reliabilitas instrument penelitian.

f. Menghubungi pendamping subjek

g. Melakukan eksperimen terhadap subjek

h. Mengolah data hasil penelitian dengan cara menghitung skor yang

diperoleh dimana setiap pernyataan yang dilakukan anak mendapat

nilai 1 dan pernyataan yang tidak dilakukan anak diberi skor nol.

i. Melakukan analisis data

(21)

2. Prosedur Penelitian a. Baseline

b. Intervensi

E. Tekhnik pengumpulan data

Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui observasi. Observasi sebagi suatu aktiva yang sempit, yakni

memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian

psikologik, “observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi

kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh

alat indra” (Arikuntoro, 2002:113). Tekhnik ini digunakan untuk mengamati dan

mencatat secara cermat perilaku responden. Sudjana dan ibrahim (1989: 109)

mengemukakan keuntungan penggunaan tekhnik observasi sebagai berikut:

Melalui observasi atau pengamatan dapat diketahui sikap dan perilaku

individu, kegiatan-kegiatan yang dilakukannya, tingkat kerjasama dalam suatu

kegiatan, proses interaksi yang dilakukannya, kemampuan komunikasi, bahkan

hasil yang diperoleh dari kegiatannya.

Peneliti mengobservasi kemampuan perilaku sosial mulai dari baseline A,

untuk mengetahui kemampuan awal subjek dan intervensi (B), untuk mengetahui

keterampilan selama mendapatkan perlakuan.

(22)

Sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data instrumen diujicobakan

terlebih dahulu validitasnya. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat

digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada beberapa cara

pengujian validitas, salah satunya adalah validitas isi, uji validitas ini dengan cara

menggunakan pendapat dari ahli (judgement eksperts). Dalam hal ini setelah

instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan

berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli (

Sugiono, 2011:173-176).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan judgement eksperts kepada tiga orang

ahli, satu orang pendidikan luar biasa, dan dua orang guru di sekolah. Skor hasil

validitas tersebut kemudian diolah menggunakan rumus:

P= F X 100%

N

Keterangan :

F = jumlah cocok

N = jumlah penguji

P = persentase

Berdasarkan hasil judgement eksperts diperoleh hasil bahwa instrumen

(23)

dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data (hasil perhitungan dapat dilihat

dilampiran)

b. Reliabilitas Instrumen

Suatu tes haruslah dapat dipercaya untuk mendapat nilai yang diinginkan.

Realibilitas menunjukkan satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya

untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.

Instrumen yang sudah dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat

dipercaya juga. Apabila datanya memang sesuai dengan kenyataan, maka

beberapa kalipun diambil, tetap akan sama (Arikuntoro, 2001:154).

Pengujian realibilitasdalam penelitian ini menggunakan pengujian

reliabilitas dengan internal consistency , dilakukan dengan cara mencobakan

instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan

menggunakan rumus Alfa Cronbach. Pengujian realiabilitas dengan tekhnik Alfa

Cronbach dilakukan untuk jenis data interval (Sugiono, 2008:359=365).

Adapun rumus Alfa Cronbach adalah sebagai berikut:

ri = k S2t = varians skor total

Klasifikasi analisis reliabilitas tes ( Arikunto, 2002)

Nilai r Interpretasi

0,000 – 0,199 Sangat rendah

(24)

0,400 – 0,599 Cukup

0,600 – 0,799 Tinggi

0,800 – 1,000 Sangat tinggi

Setelah hasil uji reliabilitas diinterpretasikan, diperoleh hasil sangat tinggi,

sehingga instrumen tersebut reliabel dan dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian (hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat di lampiran).

G. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh atau mengumpulkan

data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Alat pengumpul data atau instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan/ observasi dengan daftar

cocok (checklist) seperti yang dikemukakan oleh Arikunto, S (2005) daftar cocok

dapat digunakan dalam berbagai metode, karena nama daftar cocok lebih

menunjuk pada cara mengerjakan tampilan instrumen dibandingkan dengan jenis

instrumen sendiri.

KISI – KISI INSTRUMEN Keterampilan sosial anak tunarungu

Perilaku

Aspek

Indikator

Keterampilan sosial Keterampilan bekerjasama

Anak dapat mengerjakan tugas kelompok

Anak dapat menjaga ketertiban sekolah

(25)

Anak dapat menjaga interaksi dengan orang lain

H. Kriteria penilaian

Kriteria penilaian untuk masing-masing pernyataan yang diberikan yaitu

diberikan nilai dengan skala 1-0, apabila menjawab Ya diberikan nilai satu, dan

untuk jawaban Tidak nilainya nol.

pernyataan ya tdk

1. Anak ikut mengerjakan tugas kelompok

bersama teman

1 0

I. Pengolahan dan Analisis data

Dalam penelitian ini, tekhnik analisis data yang digunakan adalah tekhnik

analisis statistik deskriptif yaitu tekhnik analisis yang menganalisa data dengan

cara mendeskriptifkan atau menggambarkan data yang telah digunakan pada

penelitian eksperimen subjek tunggal adalah dengan statistik deskriptif sederhana

dimana data dari hasil penelitian dijabarkan secara detail dalam bentuk grafik atau

diagram. Sehingga akan terlihat dengan jelas apakah ada pengaruh positif atau

(26)

Penelitian ini pengambilan data dilakukan sebanyak 12 sesi di mana untuk

baseline (A) dilakukan sebanyak empat (4) sesi dan intervensinya dilakukan

sebanyak delapan sesi. Adapun langkah langkah dalam menganalisis data adalah,

sebagai berikut:

1. Membuat tabel data baseline dan intervensi. Tabel ini berisi skor skor

yang diperoleh subjek pada setiap sesinya.

2. Menentukan rentang stabilitas pada fase baseline, intervensi dan setelah

intervensi dengan rumus :

Rentang stabil = nilai tertinggi x kriteriastabilitas

2

3. Menghitung mean level (rata-rata), batas bawah pada fase baseline dan

intervensi dengan rumus :

Mean level = ∑ skor : interval

Batas atas = Mean level + rentang stabilitas

Batas bawah = Mean level – rentang stabilitas

4. Menentukan variabel yang diubah variabel terikat atau perilaku sasaran

difokuskan pada satu perilaku, atau bisa dikatakan analisis ditekankan

pada efek atau pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran

5. Menentukan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan

intervensi menunjukkan makna perubahan perilaku (target behavior) yang

disebabkan oleh intervensi

6. Menentukan kecenderungan stabilitas pada fase baseline dan intervensi.

(27)

(menaik, menurun atau mendatar) secara konsisten. Atau jika sebanyak

50% atau lebih data dalam berada dalam rentang 50% diatas dan dibawah

mean.

7. Menentukan perubahan level data, perubahan level data menunjukkan

seberapa besar data berubah. Dengan cara menghitung selisih antara data

terakhir pada base baseline dan data pertama pada kondisi intervensi.

Nilai selisih dapat menggambarkan seberapa besar terjadinya perubahan

perilaku sebagai akibat dari pengaruh intervensi.

8. Menentukan data yang tumpang tindih

J. Pelaksanaan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 1 september sampai dengan 20

september 2012, di SDN I Mandiri Kota Cimahi. Adapun langkah langkahnya

sebagai berikut :

a. Memilih subjek penelitian

b. Mengadakan pendekatan kepada subjek

c. Mengamati tingkah laku subjek selama pembelajaran di dalam kelas

maupun diluar kelas

d. Melaksanakan tes awal ( baseline 1-4 ) untuk mengetahui keterampilan

sosial siswa tunarungu sebelum dierikan perlakuan dengan memberikan

intervensi. Instrumen diberikan kepada guru kelas V

e. Merumuskan tujuan pembelajaran yang perlu dirumuskan, yaitu tujuan

(28)

hubungan kerjasama berkomunikasi, memimpin, mempercayai orang lain

dan berinteraksi sosial.

f. Menentukan besarnya kelompok besarnya kelompok belajar biasanya dua

sampai lima siswa dalam satu kelompok, dengan mempertimbangkan

kemampuan anak, ketersediaan bahan, dan ketersediian waktu.

g. Menentukan tempat duduk siswa

h. Merancang bahan untuk saling ketergantungan Untuk meningkatkan

i. Melaksanakan tes akhir (intervensi 1-8)

j. Menentukan peran siswa

k. Mengkomunikasikan tujuan dan keharusan bekerjasama menjalin

kerjasama dengan anggota kelompok mendapatkan tugas yang sesuai.

l. Menyusun akuntabilitas agar seluruh anggota kelompok belajar

mengetahui adanya anggota kelompok yang memerlukan bantuan.

m. Menyusun kerjasama antar kelompok kelompok yang telah selesai

mengerjakan tugas dapat membantu anggota kelompok yang lain yang

memerlukan bantuan.

n. Memantau perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung, guru

hendaknya menggunakan waktunya untuk memantau kegiatan siswa.

o. Mengevaluasi fungsinya kelompok belajar evaluasi dilakukan

untukmengetahui tentang apa yang masih perlu ditingkatkan dalam proses

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Merujuk pada hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,

diperoleh kesimpulan bahwa Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok

Memberikan Pengaruh Signifikan Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu

kelas V SDN 1 Mandiri Kota Cimahi, khususnya dalam aspek saling bekerjasama,

saling berinteraksi dan bertukar pikiran dan pengalaman. Hal ini dapat diketahui dari

adanya peningkatan grafik pada sesi intervensi. Sehingga pernyataan hipotesis bahwa

Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Memberikan Pengaruh Signifikan

Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu kelas V SDN 1 Mandiri Kota

Cimahi dapat diterima. Investigasi kelompok merupakan salah satu bentuk metode

pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk

mencari materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang

tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat bertanya kepada guru karena

disini guru juga berperan sebagai narasumber dan fasilitator. Dalam pembelajaran

kooperatif investigasi kelompok ini siswa dituntut untuk saling bekerjasama,

berinteraksi dan saling bertukar pikiran dan pengalaman, hal ini terkadang terabaikan

oleh guru ketika mengajar dikelas tetapi dengan menggunakan investigasi kelompok

keterampilan sosial anak dapat berkembang sehingga anak dapat bekerjasama dengan

(30)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh bahwa

pembelajaran kooperatif investigasi kelompok dapat mengembangkan keterampilan

sosial siswa tunarungu, maka penulis mencoba mengajukan beberapa rekomendasi

sebagai berikut:

1. Guru

Pembelajaran kooperatif investigasi kelompok berpengaruh terhadap

pengembangan keterampilan sosial siswa tunarungu. Oleh karena itu diharapkan guru

dapat mengimplementasikan pembelajaran tersebut dikelas pada materi yang sesuai.

2. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah penelitian ini hendaknya

mengembangkan instrumen yang digunakan pada subyek dan kajian yang berbeda,

serta dengan permasalahan yang lebih variatif. Sehingga dapat dipakai sebagai bahan

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. (1992). Psikologi Kepemimpinan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bineka Cipta.

Cahyono, C. P. (1984). Psikologi Kepemimpinan. Surabaya: Usaha Nasional.

Chaplin, C. P. (1993). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Drever, J. (1988). Kamus Psikologi. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Hartini dan Kaetasapoetra, G. (1992). Kamus Sosiologi dan Kependudukan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hernawati, T. (2000). Program Layanan Dasar Bimbingan dalam Mengembangkan Perilaku

Sosial Anak Tunarungu Jenjang SLTPLB di SLB Bagian b Lembaga Pendidikan Anak Tuli Bisu Bandung. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Lestari,Sri (2008 ) Materi Kelas .Tersedia dalam http/srilestari student.fkip.uns.ac.id/materi-kelas (26 oktober 2011 )

Lie, Anita (2002). Cooperatif Learning, Mengidentifikasi Cooperatif Learning Di Ruang-ruang

Kelas. Jakarta : Grafindo

Martini, O. (2004). Pengembangan Program Bimbingan Perkembangan Perilaku Sosial Anak

Usia Dini di Kelompok Bermain (Studi Kasus di Kelompok Bermain Aryandini III Kecamatan Margacinta Bandung). Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Maryana, E. (2006). Perilaku Sosial Siswa Sekolah dasar. Skripsi pada PPB UPI Bandung: tidak diterbitkan

Maryani,Enok. (2009 ). Development of IPS Study Progran to Improve Social Skill Competences. Makalah Seminar Internasional Th 2009. PIPS.Sekolah Pasca Sarjana UPI Bandung. Program Studi Pendidikan IPS UPI Bandung.

Samho, B. (2005). Internalisasi Sikap dan Perilaku Toleransi antar Peserta Didik Berbeda

Agama Berdasarkan Visi Pendidikan Umum. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak

(32)

Sasonglo, I. P. (2006). Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kebijakan Publik tentang

Penanggulangan Sampah (Studi Kasus di Kelurahan Leuwi Gajah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi). Skripsi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Slavin, Robert. (2008 ). Cooperatif Learning Teori, Riset, dan Praktik, Jakarta : Nusamedia.

Soekanto, S. (1985). Kamus Sosiologi. Jakarta: CV . Rajawali.

Soemantri, S. (1996). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud

Somad, P dan Hernawati, T. (1996). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud Dikti.

Sudjana , N. (1989 ). Penilaian hasil proses belajar mengajar.Bandung : Rosdakarya.

Sugiyono. ( 2010 ). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta.

Sumaatmadja, N. (1984). Metodologi pengajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS). Bandung: Alumni

Surya, H. (2006). Kiat Membina Anak Agar Senang Bergaul. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Tim Dosen UPI. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Laporan Buku, Makalah, Skripsi,

Tesis, Disertasi. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan

Indonesia.

Trianto (2007 ) . Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontrukstivistik. Surabaya : Prestasi Pustaka

Udin S. Winaputra. 2001. Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. Ke-1.

Yuliani, Y. (2004). Faktor-faktor yang Mendorong Terbentuknya Relasi Persahabatan Antara

Siswa di Sekolah Dasar. Skripsi pada PPB UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan kausal faktor-faktor yang diasumsikan dapat mempengaruhi proses pelayanan di terminal kargo.. Model hubungan kausal

Telah dibuat sebuah aplikasi sistem pendukung keputusan untuk mencari jumlah produksi mangkok dan cangkir pada perusahaan tembikar dengan melihat batasan jam

Spesimen dengan variasi penambahan magnesium 0% mempunyai diameter butir sebesar 61,48  m, pada spesimen dengan variasi penambahan magnesium 2% mempunyai diameter butir

Berdoa dan hitung nadi 1 2 Persiapan Berdoa Hitung nadi Latihan satu Waktu tengadah Inspirasi dan saat Turun ekspirasi..

Uraian hasil evaluasi atau telaahan keterkaitan dan interaksi seluruh dampak penting hipotetik (DPH) dalam rangka penentuan karakteristik dampak rencana usaha atau

Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis FBS UNY melalui penggunaan metode task-based learning dalam

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa daya saing mahasiswa pendidikan geografi universitas hamzanwadi masih perlu ditingkatkan. Sementara itu

After you connect to a registered server in SQL Server Management Studio, you can view and manage its configuration properties by using the Server Properties dialog box.. To