• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMASARAN UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PADA USAHA KOPI BUBUK RANTAU PUTERA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI PEMASARAN UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PADA USAHA KOPI BUBUK RANTAU PUTERA."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEMASARAN UNTUK MENINGKATKAN VOLUME

PENJUALAN PADA USAHA KOPI BUBUK RANTAU PUTERA

OLEH

IKHLASH 0810221043

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

STRATEGI PEMASARAN UNTUK MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PADA USAHA KOPI BUBUK RANTAU PUTERA

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012, bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penjualan kopi bubuk Rantau Putera dan merumuskan strategi pemasaran yang akan diterapkan oleh usaha kopi bubuk Rantau Putera untuk meningkatkan volume penjualannya.

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Sampel pedagang pengecer terdiri dari 3 orang di Kabupaten Padang Pariaman dan 1 orang di Kota Padang Panjang. Pengambilan sampel untuk konsumen akhir dilakukan secara Accidental Sampling yang terpilih sebanyak 15 orang di Kabupaten Padang Pariaman dan 15 orang di Kota Padang Panjang. Sampel pesaing diambil yang memasarkan kopi bubuk pada wilayah pemasaran yang sama dengan usaha kopi bubuk Rantau Putera sehingga terpilihlah 2 pesaing, yaitu usaha kopi bubuk Mak Aciak dan usaha kopi bubuk Jempol.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan kopi bubuk Rantau Putera terdiri dari faktor internal, yaitu 1) produk menggunakan bahan baku yang berkualitas, 2) tersedia kemasan sachet yang praktis, 3) kemasan sudah dilengkapi label halal dalam tulisan Arab, 4) adanya pemberian bonus untuk pembelian dalam jumlah tertentu, 5) promosi melalui media masih dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja, 6) usaha belum memiliki tenaga khusus bagian pemasaran, 7) peralatan produksi yang sering rusak, dan 8) kadar logam pada produk yang cukup tinggi. Faktor eksternal yang mempengaruhi, yaitu 1) masih terdapat lokasi distribusi yang dapat dimasuki, 2) bahan baku yang selalu tersedia, 3) adanya peningkatan penjualan pada saat libur dan lebaran, 4) harga produk salah satu pesaing lebih murah, 5) kemasan salah satu pesaing lebih menarik, dan 6) salah satu pesaing sudah memiliki tenaga khusus bagian pemasaran.

(3)

MARKETING STRATEGIES TO INCREASE SALES VOLUME OF COFFEE ON RANTAU PUTERA

MICRO ENTERPRISE

ABSTRACT

The purposes of study are to identify internal and external factors that influence the selling of coffee at Rantau Putera small enterprise and to formulate the marketing strategies that can be implemented by the small enterprise in order to increase its selling. The study was conducted from June to July by using case study method.

The finding shows that the internal factors that influence the sales of coffee at Rantau Putera small enterprise are : 1) the quality of raw materials, 2) the availability of practical sachet packaging, 3) the package labeled halal in Arabic script, 4) bonus for the certain amount of purchasing, 5) the promotion is not optimal, 6) the enterprise does not have marketing employees, 7) production equipment is easily damaged, and 8) the metal content in products is quite high. Meanwhile the external factors that influence the product are, 1) there are new distribution locations that can be entered, 2) raw materials are always available, 3) the selling increase during holidays and eid, 4) price of a competitor’s product is cheaper, 5 ) the packaging one of the competitors is more interesting, and 6) one of the competitors already have a marketing employee.

(4)

I.

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sektor pertanian adalah sektor penting dalam pembangunan, dikarenakan sektor

pertanian merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, penghasil bahan

makanan pokok dan ketahanan ekonomi maupun ketahanan nasional. Meskipun fungsi

pertanian semakin menurun, yaitu beralihnya sektor primer ke sektor sekunder, namun sektor

pertanian masih menempati posisi penting sebagai penyumbang devisa negara dan cukup lentur

dalam menghadapi gejolak moneter dan krisis ekonomi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Sumatera Barat, 2004).

Jenis kegiatan ekonomi dari industri sangatlah beragam. Salah satunya yang

berhubungan dengan sektor pertanian yaitu agroindustri. Saragih (2001) menerangkan,

agroindustri merupakan salah satu bentuk industri hilir yang berbahan baku produk pertanian

dan menekankan pada produk olahan dalam suatu perusahaan atau industri. Disamping itu,

agroindustri merupakan tahapan pembangunan sebagai lanjutan pembangunan pertanian

sebelum mencapai pembangunan industri. Kegiatan dari industri kecil atau menengah sekarang

ini lebih diarahkan ke sektor agroindustri.

Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian dimana

lebih menekankan pada food processing management dalam suatu perusahaan produk olahan

yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian atau dapat diartikan sebagai suatu tahapan

pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan

pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri (Soekartawi, 2010).

Industri kecil merupakan bagian integral dunia usaha yang mempunyai kedudukan,

potensi dan peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

Program pembangunan industri di Sumatera Barat telah diarahkan untuk mendorong

pertumbuhan agroindustri berskala usaha kecil dan menengah dengan mengoptimalkan sumber

daya yang tersedia di daerah sampai kepedesaan sehingga dapat menyerap tenaga kerja

setempat atau berdampak positif terhadap pembangunan program industri padat modal dan

padat karya (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Barat, 2010).

Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga,

promosi dan distribusi barang dan jasa dalam rangka memuaskan tujuan individu dan

organisasi (Chandra, 2002). Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2001), pemasaran

(5)

yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan secara bebas

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Prawirosentono (2002), mengatakan bahwa untuk menguasai pasar dan dapat

memenangkan persaingan maka tiap perusahaan harus merencanakan, melaksanakan dan

mengontrol strategi pemasaran yang dibuatnya. Dengan itu perusahaan dapat bersaing di pasar

tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan volume penjualan sehingga nantinya akan

berpengaruh pada laba yang diperoleh perusahaan.

Strategi merupakan pedoman arah kebijakan yang sesuai dengan kondisi kekuatan dan

kelemahan usaha. Lebih realistik lagi strategi suatu usaha adalah rencana kegiatan untuk

mencapai tujuan dengan memperhatikan keterbatasan faktor-faktor produksinya, perubahan

lingkungan dan persaingan (Gitosudarmo, 2001).

Ada beberapa perkembangan situasi yang mungkin akan memacu suatu perusahaan

melakukan strategi pemasaran yang baru, yaitu : (1) penurunan penjualan, (2) pertumbuhan

yang lamban, (3) pola beli yang berubah-ubah, (4) peningkatan persaingan, dan (5)

meningkatnya pengeluaran untuk pemasaran (Kotler, 1994). Menurut Kotler dan Amstrong

(2001), dalam implementasinya perusahaan menggunakan serangkaian alat dalam bidang

pemasaran yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang dikenal dengan bauran

pemasaran. Bauran pemasaran sangat penting dan dapat digunakan dalam menganalisis

kasus-kasus pemasaran praktis guna mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran.

Kopi merupakan salah satu hasil perkebunan yang memegang peranan penting dalam

pengembangan agroindustri. Khusus di Sumatera Barat produksi kopi pada tahun 2009

mencapai 37.991 ton dan pada tahun 2010 mencapai 37.621,2 ton (Antara, 2011). Kopi adalah

salah satu komoditi perkebunan yang memberikan kontribusi yang besar bagi Sumatera Barat

khususnya di kota Padang Panjang, industri pengolahan kopi bubuk termasuk ke dalam industri

pangan yang mempunyai potensi yang cukup besar dalam perekonomian kota Padang Panjang

(Lampiran 1).

Semakin banyaknya industri pengolahan kopi yang berdiri di Sumatera Barat

khususnya kota Padang Panjang, membuat masing-masing industri memiliki cara tersendiri

untuk dapat bersaing dengan industri lainnya. Adanya pesaing, menurut Stanton (1991) dari

perusahaan lain yang sejenis, baik dalam pengelolaan produksi maupun pemasaran produk

akan mempengaruhi penerimaan laba yang akhirnya mempengaruhi perkembangan

perusahaan. Dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan bidang pemasaran produknya

(6)

Pemasaran merupakan fungsi perusahaan dalam menentukan pelanggan sasaran,

dengan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan secara kompetitif

dan menguntungkan. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang

secara terus menerus berkembang sesuai dengan konsekuensi sosial dari perusahaan yang ada.

Dalam pemasaran, perubahan lingkungan merupakan tantangan baru yang memerlukan

tanggapan dan cara penyelesaian yang baru pula, atau sebaliknya dapat berupa suatu peluang

atau kesempatan untuk mengembangkan usahanya (Swastha dan Soekotjo, 1999).

Semakin kuatnya persaingan tersebut, di pasar ditemukan beberapa pilihan merek untuk

satu jenis produk bubuk kopi. Sehingga konsumen memiliki banyak alternatif untuk membeli

produk yang diinginkannya. Maka dari itu penulis merasa penelitian ini penting dilakukan

untuk menetapkan strategi pemasaran yang tepat untuk usaha kopi bubuk Rantau Putera.

1.2Perumusan Masalah

Usaha kopi bubuk Rantau Putera merupakan salah satu UKM (Usaha Kecil Menengah)

(Lampiran 2) yang memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 4 orang (tiga orang laki-laki dan

satu orang perempuan), yang mengolah bahan baku hasil pertanian berupa biji kopi menjadi

kopi bubuk, berada di Kota Padang Panjang. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa dalam

memproduksi kopi bubuk, pihak usaha kopi bubuk Rantau Putera memproduksi dengan bahan

baku jenis kopi Robusta dan tidak menggunakan bahan campuran serta pengawet. Penjualan

yang dicapai oleh UKM Kopi Rantau Putra sekitar 400 kg kopi bubuk/bulan. Daerah

pemasaran yang dijangkau usaha kopi bubuk Rantau Putera meliputi Kota Padang Panjang dan

Kabupaten Padang Pariaman. Untuk pemasaran kopi bubuk menurut pemilik usaha kopi bubuk

Rantau Putera memasarkan sekitar 50 % produknya di Kota Padang Panjang dan 50 % di

Kabupaten Padang Pariaman (Lampiran 3) sejak tahun 2011.

Usaha ini dipimpin oleh Bapak Yusirwan sejak tahun 1995, dimana dalam menjalankan

usahanya, usaha ini mengalami penurunan penjualan (Lampiran 4) sejak tahun 2007 sebesar

10,9% hingga tahun 2009 mencapai 26,6%, sedangkan pada tahun 2010 kembali terjadi

peningkatan penjualan sebesar 19,32% namun pada tahun 2011 penjualannya kembali

menurun sebesar 10,66%. Pada tahun 2009 terjadi penurunan penjualan yang cukup besar

disebabkan oleh bencana gempa yang terjadi di Kabupaten Padang Pariaman, sehingga pada

waktu itu pemasaran kopi bubuk di Kabupaten Padang Pariaman sempat terhenti. Untuk

melihat penurunan penjualan di Kota Padang Panjang dan Kabupaten Padang Pariaman dapat

(7)

penurunan penjualan kopi bubuk di kedua daerah pemasaran tersebut. Penurunan tersebut

disebabkan adanya pesaing dari produk kopi bubuk lainnya.

Penurunan penjualan tersebut, bukan hanya dipengaruhi oleh manajemen, produksi,

dan operasi pihak usaha tapi juga dipengaruhi oleh pihak eksternal yaitu pesaing. Besarnya

jumlah pelanggan dipengaruhi produk yang dihasilkan oleh suatu usaha, apakah sesuai dengan

selera pelanggan tersebut, bagaimana spesifikasi dari produk tersebut atau sudut pandang para

pelanggan dan kemampuan pelanggan membeli produk tersebut.

Pada awalnya usaha kopi Rantau Putera memasarkan kopi bubuknya ke tiga daerah,

yaitu Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Solok. Namun sejak tahun

2006 pihak usaha tidak lagi memasarkan produknya di Kota Solok, karena keuntungan yang

diperoleh usaha tidak dapat menutupi biaya produksi, sehingga pihak usaha mengambil

keputusan untuk menghentikan distribusi kopi bubuk ke Kota Solok.

Pada saat ini usaha kopi bubuk Rantau Putera mengalami kesulitan dalam peralatan

produksi, seperti alat penggilingan yang sering rusak, sehingga pihak usaha harus menggiling

kopi ke tempat lain. Alat penyangraian yang masih terbuat dari bahan plat yang mengakibatkan

pihak usaha gagal mendapatkan SNI (Standar Nasional Indonesia) dan kompor minyak pompa

yang selama ini digunakan untuk menyangrai membutuhkan waktu yang lebih lama dalam

menyangrai serta biaya untuk bahan bakar (minyak tanah) yang dikeluarkan juga besar.

Harga jual kopi bubuk Rantau Putera sejak tahun 2008 belum pernah mengalami

penurunan, yaitu sebesar Rp.48.000/kg. Menurut keterangan pemilik usaha harga jual kopi

bubuk di Kota Padang Panjang adalah harga jual yang lebih tinggi dibandingkan daerah-daerah

lainnya. Peningkatan harga jual terjadi apabila adanya kenaikan harga BBM (Bahan Bakar

Minyak), seperti pada tahun 2008 sebelum terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak harga

jual kopi bubuk Rantau Putera adalah Rp.30.000/kg. Sedangkan kenaikan harga bahan baku

yang tidak terlalu signifikan (kurang lebih 5%) tidak mempengaruhi harga jual kopi bubuk

Rantau Putera.

Berdasarkan kondisi tersebut, pihak pemilik usaha harus memiliki strategi tersendiri

dalam dalam menghadapi hal tersebut untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam

menjalankan usahanya. Selain itu, untuk menarik minat pelanggan pihak pemilik usaha kopi

bubuk Rantau Putera juga harus memperhatikan bauran pemasaran yang terdiri dari harga,

produk, distribusi dan promosi untuk meningkatkan volume penjualan produknya. Pesaing

merupakan ancaman dari lingkungan eksternal yang juga mempengaruhi usaha dalam menarik

minat pelanggan. Dengan banyaknya cara yang dilakukan oleh pesaing untuk mendapatkan

(8)

mengkonsumsi kopi bubuk Rantau Putera. Untuk menghadapi masalah-masalah yang ada

dalam bidang pemasaran, usaha kopi bubuk Rantau Putera harus memiliki strategi pemasaran,

sehingga produk ini dapat lebih dikenal serta dapat bertahan dan mendapatkan posisi produk

di pasaran. Ke depannya kopi bubuk Rantau Putera mampu mengembangkan pasar atau

menjangkau pasar yang lebih luas untuk meningkatkan volume penjualannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba untuk menyusun perumusan

masalah sebagai berikut :

1. Faktor internal dan eksternal apa saja yang terdapat pada usaha kopi bubuk Rantau Putera?

2. Bagaimana rumusan strategi pemasaran yang sebaiknya dilakukan oleh usaha kopi bubuk

Rantau Putera dalam meningkatkan volume penjualannya?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penjualan kopi

bubuk Rantau Putera.

2. Merumuskan strategi pemasaran yang akan diterapkan oleh Usaha Kopi Bubuk Rantau

Putera untuk meningkatkan volume penjualan.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan yang baik dan

bermanfaat bagi Usaha Kopi Bubuk Rantau Putera, sebagai bahan dalam mengambil kebijakan

untuk menentukan strategi pemasaran yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan

keuntungan dan meningkatkan volume penjualan di masa yang akan datang. Penelitian ini juga

(9)

I.

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sektor pertanian adalah sektor penting dalam pembangunan, dikarenakan sektor

pertanian merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, penghasil bahan

makanan pokok dan ketahanan ekonomi maupun ketahanan nasional. Meskipun fungsi

pertanian semakin menurun, yaitu beralihnya sektor primer ke sektor sekunder, namun sektor

pertanian masih menempati posisi penting sebagai penyumbang devisa negara dan cukup lentur

dalam menghadapi gejolak moneter dan krisis ekonomi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura Sumatera Barat, 2004).

Jenis kegiatan ekonomi dari industri sangatlah beragam. Salah satunya yang

berhubungan dengan sektor pertanian yaitu agroindustri. Saragih (2001) menerangkan,

agroindustri merupakan salah satu bentuk industri hilir yang berbahan baku produk pertanian

dan menekankan pada produk olahan dalam suatu perusahaan atau industri. Disamping itu,

agroindustri merupakan tahapan pembangunan sebagai lanjutan pembangunan pertanian

sebelum mencapai pembangunan industri. Kegiatan dari industri kecil atau menengah sekarang

ini lebih diarahkan ke sektor agroindustri.

Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk pertanian dimana

lebih menekankan pada food processing management dalam suatu perusahaan produk olahan

yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian atau dapat diartikan sebagai suatu tahapan

pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan

pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri (Soekartawi, 2010).

Industri kecil merupakan bagian integral dunia usaha yang mempunyai kedudukan,

potensi dan peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

Program pembangunan industri di Sumatera Barat telah diarahkan untuk mendorong

pertumbuhan agroindustri berskala usaha kecil dan menengah dengan mengoptimalkan sumber

daya yang tersedia di daerah sampai kepedesaan sehingga dapat menyerap tenaga kerja

setempat atau berdampak positif terhadap pembangunan program industri padat modal dan

padat karya (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Barat, 2010).

Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga,

promosi dan distribusi barang dan jasa dalam rangka memuaskan tujuan individu dan

organisasi (Chandra, 2002). Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2001), pemasaran

(10)

yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan secara bebas

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Prawirosentono (2002), mengatakan bahwa untuk menguasai pasar dan dapat

memenangkan persaingan maka tiap perusahaan harus merencanakan, melaksanakan dan

mengontrol strategi pemasaran yang dibuatnya. Dengan itu perusahaan dapat bersaing di pasar

tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan volume penjualan sehingga nantinya akan

berpengaruh pada laba yang diperoleh perusahaan.

Strategi merupakan pedoman arah kebijakan yang sesuai dengan kondisi kekuatan dan

kelemahan usaha. Lebih realistik lagi strategi suatu usaha adalah rencana kegiatan untuk

mencapai tujuan dengan memperhatikan keterbatasan faktor-faktor produksinya, perubahan

lingkungan dan persaingan (Gitosudarmo, 2001).

Ada beberapa perkembangan situasi yang mungkin akan memacu suatu perusahaan

melakukan strategi pemasaran yang baru, yaitu : (1) penurunan penjualan, (2) pertumbuhan

yang lamban, (3) pola beli yang berubah-ubah, (4) peningkatan persaingan, dan (5)

meningkatnya pengeluaran untuk pemasaran (Kotler, 1994). Menurut Kotler dan Amstrong

(2001), dalam implementasinya perusahaan menggunakan serangkaian alat dalam bidang

pemasaran yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang dikenal dengan bauran

pemasaran. Bauran pemasaran sangat penting dan dapat digunakan dalam menganalisis

kasus-kasus pemasaran praktis guna mencapai tujuan pemasaran di pasar sasaran.

Kopi merupakan salah satu hasil perkebunan yang memegang peranan penting dalam

pengembangan agroindustri. Khusus di Sumatera Barat produksi kopi pada tahun 2009

mencapai 37.991 ton dan pada tahun 2010 mencapai 37.621,2 ton (Antara, 2011). Kopi adalah

salah satu komoditi perkebunan yang memberikan kontribusi yang besar bagi Sumatera Barat

khususnya di kota Padang Panjang, industri pengolahan kopi bubuk termasuk ke dalam industri

pangan yang mempunyai potensi yang cukup besar dalam perekonomian kota Padang Panjang

(Lampiran 1).

Semakin banyaknya industri pengolahan kopi yang berdiri di Sumatera Barat

khususnya kota Padang Panjang, membuat masing-masing industri memiliki cara tersendiri

untuk dapat bersaing dengan industri lainnya. Adanya pesaing, menurut Stanton (1991) dari

perusahaan lain yang sejenis, baik dalam pengelolaan produksi maupun pemasaran produk

akan mempengaruhi penerimaan laba yang akhirnya mempengaruhi perkembangan

perusahaan. Dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan bidang pemasaran produknya

(11)

Pemasaran merupakan fungsi perusahaan dalam menentukan pelanggan sasaran,

dengan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan secara kompetitif

dan menguntungkan. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang

secara terus menerus berkembang sesuai dengan konsekuensi sosial dari perusahaan yang ada.

Dalam pemasaran, perubahan lingkungan merupakan tantangan baru yang memerlukan

tanggapan dan cara penyelesaian yang baru pula, atau sebaliknya dapat berupa suatu peluang

atau kesempatan untuk mengembangkan usahanya (Swastha dan Soekotjo, 1999).

Semakin kuatnya persaingan tersebut, di pasar ditemukan beberapa pilihan merek untuk

satu jenis produk bubuk kopi. Sehingga konsumen memiliki banyak alternatif untuk membeli

produk yang diinginkannya. Maka dari itu penulis merasa penelitian ini penting dilakukan

untuk menetapkan strategi pemasaran yang tepat untuk usaha kopi bubuk Rantau Putera.

1.2Perumusan Masalah

Usaha kopi bubuk Rantau Putera merupakan salah satu UKM (Usaha Kecil Menengah)

(Lampiran 2) yang memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 4 orang (tiga orang laki-laki dan

satu orang perempuan), yang mengolah bahan baku hasil pertanian berupa biji kopi menjadi

kopi bubuk, berada di Kota Padang Panjang. Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa dalam

memproduksi kopi bubuk, pihak usaha kopi bubuk Rantau Putera memproduksi dengan bahan

baku jenis kopi Robusta dan tidak menggunakan bahan campuran serta pengawet. Penjualan

yang dicapai oleh UKM Kopi Rantau Putra sekitar 400 kg kopi bubuk/bulan. Daerah

pemasaran yang dijangkau usaha kopi bubuk Rantau Putera meliputi Kota Padang Panjang dan

Kabupaten Padang Pariaman. Untuk pemasaran kopi bubuk menurut pemilik usaha kopi bubuk

Rantau Putera memasarkan sekitar 50 % produknya di Kota Padang Panjang dan 50 % di

Kabupaten Padang Pariaman (Lampiran 3) sejak tahun 2011.

Usaha ini dipimpin oleh Bapak Yusirwan sejak tahun 1995, dimana dalam menjalankan

usahanya, usaha ini mengalami penurunan penjualan (Lampiran 4) sejak tahun 2007 sebesar

10,9% hingga tahun 2009 mencapai 26,6%, sedangkan pada tahun 2010 kembali terjadi

peningkatan penjualan sebesar 19,32% namun pada tahun 2011 penjualannya kembali

menurun sebesar 10,66%. Pada tahun 2009 terjadi penurunan penjualan yang cukup besar

disebabkan oleh bencana gempa yang terjadi di Kabupaten Padang Pariaman, sehingga pada

waktu itu pemasaran kopi bubuk di Kabupaten Padang Pariaman sempat terhenti. Untuk

melihat penurunan penjualan di Kota Padang Panjang dan Kabupaten Padang Pariaman dapat

(12)

penurunan penjualan kopi bubuk di kedua daerah pemasaran tersebut. Penurunan tersebut

disebabkan adanya pesaing dari produk kopi bubuk lainnya.

Penurunan penjualan tersebut, bukan hanya dipengaruhi oleh manajemen, produksi,

dan operasi pihak usaha tapi juga dipengaruhi oleh pihak eksternal yaitu pesaing. Besarnya

jumlah pelanggan dipengaruhi produk yang dihasilkan oleh suatu usaha, apakah sesuai dengan

selera pelanggan tersebut, bagaimana spesifikasi dari produk tersebut atau sudut pandang para

pelanggan dan kemampuan pelanggan membeli produk tersebut.

Pada awalnya usaha kopi Rantau Putera memasarkan kopi bubuknya ke tiga daerah,

yaitu Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Solok. Namun sejak tahun

2006 pihak usaha tidak lagi memasarkan produknya di Kota Solok, karena keuntungan yang

diperoleh usaha tidak dapat menutupi biaya produksi, sehingga pihak usaha mengambil

keputusan untuk menghentikan distribusi kopi bubuk ke Kota Solok.

Pada saat ini usaha kopi bubuk Rantau Putera mengalami kesulitan dalam peralatan

produksi, seperti alat penggilingan yang sering rusak, sehingga pihak usaha harus menggiling

kopi ke tempat lain. Alat penyangraian yang masih terbuat dari bahan plat yang mengakibatkan

pihak usaha gagal mendapatkan SNI (Standar Nasional Indonesia) dan kompor minyak pompa

yang selama ini digunakan untuk menyangrai membutuhkan waktu yang lebih lama dalam

menyangrai serta biaya untuk bahan bakar (minyak tanah) yang dikeluarkan juga besar.

Harga jual kopi bubuk Rantau Putera sejak tahun 2008 belum pernah mengalami

penurunan, yaitu sebesar Rp.48.000/kg. Menurut keterangan pemilik usaha harga jual kopi

bubuk di Kota Padang Panjang adalah harga jual yang lebih tinggi dibandingkan daerah-daerah

lainnya. Peningkatan harga jual terjadi apabila adanya kenaikan harga BBM (Bahan Bakar

Minyak), seperti pada tahun 2008 sebelum terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak harga

jual kopi bubuk Rantau Putera adalah Rp.30.000/kg. Sedangkan kenaikan harga bahan baku

yang tidak terlalu signifikan (kurang lebih 5%) tidak mempengaruhi harga jual kopi bubuk

Rantau Putera.

Berdasarkan kondisi tersebut, pihak pemilik usaha harus memiliki strategi tersendiri

dalam dalam menghadapi hal tersebut untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam

menjalankan usahanya. Selain itu, untuk menarik minat pelanggan pihak pemilik usaha kopi

bubuk Rantau Putera juga harus memperhatikan bauran pemasaran yang terdiri dari harga,

produk, distribusi dan promosi untuk meningkatkan volume penjualan produknya. Pesaing

merupakan ancaman dari lingkungan eksternal yang juga mempengaruhi usaha dalam menarik

minat pelanggan. Dengan banyaknya cara yang dilakukan oleh pesaing untuk mendapatkan

(13)

mengkonsumsi kopi bubuk Rantau Putera. Untuk menghadapi masalah-masalah yang ada

dalam bidang pemasaran, usaha kopi bubuk Rantau Putera harus memiliki strategi pemasaran,

sehingga produk ini dapat lebih dikenal serta dapat bertahan dan mendapatkan posisi produk

di pasaran. Ke depannya kopi bubuk Rantau Putera mampu mengembangkan pasar atau

menjangkau pasar yang lebih luas untuk meningkatkan volume penjualannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba untuk menyusun perumusan

masalah sebagai berikut :

1. Faktor internal dan eksternal apa saja yang terdapat pada usaha kopi bubuk Rantau Putera?

2. Bagaimana rumusan strategi pemasaran yang sebaiknya dilakukan oleh usaha kopi bubuk

Rantau Putera dalam meningkatkan volume penjualannya?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penjualan kopi

bubuk Rantau Putera.

2. Merumuskan strategi pemasaran yang akan diterapkan oleh Usaha Kopi Bubuk Rantau

Putera untuk meningkatkan volume penjualan.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan yang baik dan

bermanfaat bagi Usaha Kopi Bubuk Rantau Putera, sebagai bahan dalam mengambil kebijakan

untuk menentukan strategi pemasaran yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan

keuntungan dan meningkatkan volume penjualan di masa yang akan datang. Penelitian ini juga

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengetahui kondisi objektif faktor internal dan eksternal yang dimiliki oleh perusahaan batik “Putra Laweyan” tersebut, maka penulis bermaksud melakukan penelitian guna

Faktor Faktor internal apa saja yang mempengaruhi pengembangan Usaha Tani Kopi Gayo. Bagaimana strategi penngembangan usaha tani kopi gayo yang cocok

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pemasaran yang digunakan oleh Alfamart Cabang Losari untuk volume penjualan, untuk mengetahui volume

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi pemasaran yang diterapkan oleh Wedang Rempah MBAH KUNG dalam meningkatkan volume penjualan dan upaya

1. Faktor lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang mempengaruhi strategi pemasaran yaitu: untuk faktor internal perusahaan kekuatan utama

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk diterapkan pada usaha Kopi Bubuk Cap Nona Nantampuk Mas Sidikalang melalui pendekatan

Peranan Kemasan Untuk Meningkatkan Pemasaran Produk Kopi Bubuk Pada SMKN 1 Agribisnis Dangau Datuk Kota Bengkulu Sulisti Afriani 1; Tito Irwanto 2; Desti Rupita Sari 3

Tabel 1 Matrik SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Strengths S Tentukan beberapa faktor kekuatan Weakness W Tentukan beberapa faktor kelemahan Opportunities O Tentukan