~~
Pikiran
Rakyat
o
Sabtu12 13
27 28
OSep OOkt
o Minggu
14 15 16
29 30 31
ONov
ODIs
Kebangkrutan
-
-
~-
-=:-- __
--
.. _ '"'""
Dunia U saba
"'"--'---
_ '- _ ~
""--o;.~""'-"-_
_
"-
--o
Senin0
Selasa.
Rabu C') Kamis0
Jumat
1 2 3
G)
5 6 7 -- 8 9 1,\ 1117 18 19 20 21 22 23 24 25 26
---.---o
Jan--. -~0
",.--Peb.
Mar0
Apr0
MeiC
Jun
() Jul C Ags
Oleh SUDARYAT
M
EMBURUKNYA
perekonomian dooia menyebabkan banyak perusahaan (korporasi) di dunia dan di Indonesia diambang ke-bangkrutan. Krisisglobal sangat memengaruhi kinerja perusa-haan-perusahaan di Indonesia.
Betapa tidak, fmidamental
ekonomi yang masih lemah seiring dengan belum mem-baiknya perekonomian akibat krisis ekonomi jilid pertama yang telah berlangsoog sejak November 1997, ditambah lagi dengan begitu besarnya total
utang negara ke lembaga
keuangan intemasional, turut andil memperburuk perekono-mian Indonesia.
World Economic Forum pada pertemuannya sepakat menya-takan bahwa munculnya krisis ekonomi global sekarang ini bUkan musibah yang terjadi be-gitu saja, melainkan akibat dari
keputusan bisnis yang keliru
khususnya keputusan bisnis di sektor lembaga keuangan seper-ti bank dan asuransi. Bahkan,
penasihat ekonomi Gedung
Putih, Laura Tyson
mene-gaskan, lembaga perbankan
dunia tidak mengindahkan
rambu-rambu bisnis yang sehat
Rambu-rambu bisnis yang
sehat tiada lain adalah tata kelo-la perusahaan yang baik yang sering dikenal dengan singkatan GCG (good corporate
nance). Good corporate gover-nance adalah sistem dan
struk-tur untuk mengelola perusa-
-
---haan dengan tujuan
meningkatkan nilai pemegang
saham (stakeholders' value)
serta mengalokasikan berbagai pihak yang berkepentingan den-gan perusahaan (stakeholder) seperti kreditor, supplier, asosi-asi usaha, konsumen, pekerja, pemerintah, dan masyarakat lu-as. Organization f()r Economic Cooperation and Development (OECD) mendefinisikan
corpo-rate governance sebagai sekumpulan hubungan antara manajemen perusahaan, board, dan pemegang saham, dan pi-hak lain yang mempunyai ke-pentingan dengan perusahaan.
Good governance dapat dibedakan ke dalam dua kelom-pok, good government
gover-nance dan good corporate gov-ernance. Good government
governance berkaitan dengan
penerapan good governance
(tata kelola pemerintahan yang baik) di birokrasi pemerintahan,
sedangkan GCG merupakan
penerapan good governance di sektor swasta. Good corporate
governance hanya dapat
diter-apkan pada lingkungan di mana pemerintah telah menerapkan
good government governance.
Tiga hal penting yang urgen 00-tuk menciptakan clean
govern-ment adalah pemberantasan
KKN(korupsi, kolusi, dan nepo-tisme), disiplin anggaran, dan penghapusan dana nonbujeter, serta peningkatan fungsi pen-gawasan.
Prinsip-prinsip GCG adalah
Kliping
Humos
Unpod
~009
tanggungjawab (responsibility), akuntabilitas (accountability),
keadilan (fairness), dan
transparansi (transparancy).
Inti dari prinsip tanggungjawab adalah bahwa selain bertang-gungjawab ootuk menjalankan perusahaan kepada pemegang saham, direksi, dan komisaris,
sertajajarannya,juga
bertang-gungjawab kepada pemangku kepentingan (stakeholder) lain-nya, termasuk karyawan dan masyarakat.
Inti dari prinsip akuntabilitas adalah bahwa terciptanya sis-tern pengendalian yang efektif berdasarkan atas distribusi clan keseimbangan kekuasaan di an-tara anggota direksi, pemegang
saham, komisaris, dan
pen-gawas. Para komisaris, direksi,
danjajarannya wajib memiliki
kemampuan dan integrita$.un-tuk menjalankan usaha sesuai
aturan dan ketentuan yang
berlaku. Sebagai contoh, kewe-nangan board of commisioners dan board of directions diatur
dalam anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga perusa-haan yang dilaksanakan secara
konsekuen. Inti dari prinsip
keadilan adalah bahwa setiap keputusan yang diambil senan-tiasa memperhatikan kepentin-gan pemekepentin-gang saham mayori-tas. Atau dengan kata lain,
memberikan perlindungan
kepada pemegang saham
mi-noritas dan pemangku
ke-pentingan lainnya dari rekayasa dan transaksi yang
bertentan-gan denbertentan-gan peraturan yang
berlaku.
adalah meningkatkan keter-bukaan dari kinelja perusahaan secara teratur dan tepat waktu serta benar. Dalam pengambi-Ian keputusan, direksi dan de-wan komisaris senantiasa
beru-paya mengetengabkan
keter-bukaan kepada pemangku ke-pentingan.
Yang patut diingat bahwa GCG bukanlah merupakan su-atu norma sehingga tidak ada kewajiban bagi perusahaan Un-tuk menerapkan GCG. Namun demikian, tidak ada salahnya bahkan baik apabila setiap
pe-rusahaan dapat menerapkan
GCG. Lagi pula, prinsip-prinsip
GCG sudah banyak
diako-modasi dalam peraturan
perun-dang-undangan, sebut saja
dalam Undang-Undang No.8
Tahun 1995 tentang Pasar
Modal yang telah memasukkan
GCG ke dalam kewajiban
emiten baik sebelum maupun sesudah go public melakukan
full disclosure atau prinsip keterbukaan penuh. Prinsip ini merupakan inti dari dari prinsip
transparansi yang terdapat
dalam GCG. Oleh karena prin-sip GCG ini telah masuk ke dalam suatu norma maka keku-atannya dapat dipaksakan dan sifatnya wajib sesuai dengan isi peraturan itu sendiri.
Tidak diterapkannya prinsip
kehati-hatian dalam
men-jalankan usaha telah
mengaki-batkan perusahaan masuk
dalam kondisi karut-marut
se-hingga profesionalisme
dia-baikan.Kreditdariperoankan dikucurkan kepada pos yang kurang tepat. Contohnya,
kred-. - --~"'."'" '.
it disalurkan ke bisnis properti yang notabene untuk saat ini tidak terlalu baik. Maka,
pelu-ang terbesar yang akan
di-hadapi bank tersebut yaitu ter-jadinya la'edit macet. Padahal, sebagai bank harusnya konsis-ten dalam menerapkan prinsip
kehati-hatian (prudent
bank-ing) yang mengacu kepada 5 C
Credit yaitu character, capital,
capacity, collateral, and condi-tion of economi. Salah satu saja
dari 5 C tersebut tidak terlalu
diperhitungkan maka hampir
dapat dipastikan penyaluran
kreditnya kepada pihak yang salah.
Begitu juga dengan bisnis
asuransi, munculnya produk
unitlink yang ditawarkan
kepa-da masyarakat yang merupakan gabungan produk antarasuran-si dan investaantarasuran-si. Bahkan, tidak jarang masuk dalam transaksi derivatif yang tingkat risikonya cukup tinggi. Akibatnya, ketika teIjadi klaim perusahaan men-galami kesulitan likuiditas
se-hingga hak intidari nasabah
asuransi tidak didapatkan se-cara optimal. Binsis asuransi adalah bisnis pengalihan risiko, ketika bisnis ini diubah dan konsepnya menjadi investasi maka risiko spekulatifnya begi-tu besar, padahal perusahaan asuransi tidak diperkenankan memproteksi risiko yang
speku-latif melainkan hanya risiko
murni.
Dari dua contoh tadi telah terlihat bahwa tidak diterapkan
prinsip pengelolaan
perusa-haan yang baik akan berimp-likasi pada kerugian bahkan
krisis ekonomi yang bersifat
global yang awalnyateIjadi di
Amerika Serikat kemudian
berimbas ke negara-negara di
Uni Eropa dan Jepang.
In-donesiabaru benar-benarakan
merasakan
dampak
krisis
ekonomiglobalini tahun 2010.
Namun, sebelum itu, banyak
perusahaan di Indonesia yang
mengalamikebangkrutan.***
Penulis, pengajar Hukum Perusahaan Fakultas HUkum