• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 – 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 – 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI

DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 – 12 BULAN

DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN

KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi

Disusun oleh:

PURHARTATI

J 310 050 033

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa bayi sering dinyatakan sebagai masa kritis dalam rangka

mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada periode

2 tahun pertama merupakan masa emas untuk pertumbuhan dan

perkembangan otak yang optimal. Keadaan gizi bayi diawali dengan cukup

banyaknya bayi dengan berat lahir rendah di bawah 2500 gram. Setiap

tahun, diperkirakan ada 350.000 bayi dengan berat lahir rendah (BBLR),

sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kematian pada bayi.

Tahun 2003 prevalensi gizi kurang pada bayi sebesar 27,5%, kondisi ini jauh

lebih baik dibandingkan dengan tahun 1989 yaitu sebesar 37,5% atau terjadi

penurunan sebesar 10% (Susenas 2002). Tahun 2000 penurunan gizi kurang

cukup berarti, akan tetapi setelah tahun 2000 gizi kurang meningkat kembali.

Gambaran yang terjadi pada gizi buruk yaitu dari tahun 1989 sampai tahun

1995 meningkat tajam, lalu cenderung fluktuatif sampai dengan tahun 2003

(Azwar, 2007).

Umur pertama , khususnya enam bulan pertama, adalah masa yang

sangat kritis dalam kehidupan balita. Bukan hanya pertumbuhan fisik yang

berlangsung dengan cepat, tetapi juga pembentukan psikomoto dan

akulturasi terjadi dengan cepat ( Muchtadi,2002 ). Gangguan gizi yang kronis

yang terjadi pada masa anak-anak akan tampak akibatnya terhadap

pertumbuhan pada usia berikutnya apabila tidak ada upaya-upaya untuk

menanggulanginya ( Jahari,1988 ). Untuk itu, status gizi pada masa balita

(3)

perlu diperhatikan agar nantinya dapat menjadi generasi muda bangsa yang

dapat dibanggakan.

Sejak lahir, makanan yang terbaik bagi bayi adalah ASI (Air Susu

Ibu). ASI merupakan makanan paling lengkap, karena mengandung zat pati,

protein, lemak, vitamin dan mineral. Selain itu, ASI juga mengandung zat

kekebalan tubuh. Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit infeksi

dibanding bayi yang minum susu sapi (Nadesul, 2005).

Menurut Nadesul (2005), bayi sampai usia 6 bulan tetap tumbuh

normal dan sehat dengan diberi ASI. Setelah bayi berumur 6 bulan, makanan

tambahan harus diberikan karena kebutuhan gizi bayi semakin meningkat

dan tidak dapat dipenuhi hanya dengan ASI.

Menurut Suhardjo (1990), status gizi dipengaruhi oleh pola konsumsi

dan infeksi. Keadaan konsumsi pangan dapat digunakan sebagai indikator

pola pangan yang baik atau kurang baik dan bukan merupakan ukuran

keadaan gizi yang ditentukan secara langsung. Dalam tubuh manusia

terdapat interaksi sinergis antara gizi dan infeksi, antara lain konsumsi

pangan karena tidak nafsu makan, menurunnya penyerapan gizi, diare,

muntah-muntah dan meningkatkan kebutuhan karena status fisiologis.

Komposisi dan konsistensi makanan tambahan disesuaikan dengan

perkembangan dan psikomotor sesuai umur, selain itu faktor budaya, sosial

ekonomi dan kebiasaan ikut berperan. Hasil penelitian Suharjo (1990)

tersebut menunjukkan bahwa dukungan pelayanan kesehatan sangat besar

pengaruhnya terhadap keberhasilan pemberian MP ASI, yang ditinjau dari

aspek kebijakan, struktur dan metoda pelayanan, serta penyuluhan oleh

(4)

dimulai sejak ibu hamil berpengaruh secara bermakna terhadap pemberian

MP ASI.

Berdasarkan rekomendasi WHO, makanan pendamping ASI

sebaiknya diberikan pada waktunya, yaitu setelah bayi usia 6 bulan. Masih

banyak ditemukan pemberian makanan pendamping ASI ( MP ASI ) sebelum

6 bulan. Pada wanita bekerja, pemberian ASI eksklusif kecil kemungkinan

berhasil dijalani dengan baik dengan alasan waktu. Keadaan ini

menggambarkan bahwa bayi usia kurang dari 6 bulan telah diberikan

makanan lain selain ASI ( MP ASI ) serta jenis dan pola makan bayi sudah

tidak dipertimbangkan lagi. Menurut Irawati, 2002 Laporan dari beberapa

negara menunjukkan bahwa penyebab gangguan pertumbuhan adalah

mendapat makanan tambahan sebelum 6 bulan, disapih pada usia 1-2 bulan

dan pemberian susu formula pada bulan pertama ( Suradi, 2008 ). Di

Indonesia sendiri praktek pemberian ASI Eksklusif masih sangat rendah ,

kebanyakan ibu memberikan MP ASI terutama makanan padat pada bayinya

ketika usia bayi dibawah 4 bulan.

Survei pendahuluan yang dilakukan bulan Juli 2009 terhadap 30

orang ibu yang mempunyai bayi di desa Jatimulyo diketahui sebanyak 22

bayi sudah diberi MP ASI sebelum usia 6 – 12 bulan sebesar 73% di desa

Jatimulyo. Berdasarkan data UPGK laporan bulan Juni 2009 masih ada

kasus gizi kurang sebesar 1,69% dan gizi buruk 2,22%.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas,

maka perlu diadakan penelitian tentang ”Hubungan Antara Umur Pertama

Pemberian MP ASI dengan Status Gizi Bayi Usia 6 – 12 Bulan Di Desa

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis ingin

mengetahui apakah ada hubungan antara umur pertama pemberian MP ASI

dengan status gizi bayi usia 6 – 12 bulan Di Desa Jatimulyo Kecamatan

Pedan Kabupaten Klaten.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara umur pertama pemberian MP ASI

dengan status gizi bayi usia 6 – 12 bulan didesa Jatimulyo, kecamatan

Pedan, kabupaten Klaten.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan umur pertama pemberian MP ASI oleh ibu.

b. Mengukur status gizi bayi usia 6 – 12 bulan.

c. Menganalisis hubungan antara umur pertama pemberian MP ASI

dengan status gizi bayi usia 6 – 12 bulan.

D. Manfaat Penelitian

Bagi Puskesmas

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan atau informasi tentang

perbaikan gizi terutama berkaitan dengan penyuluhan pentingnya

pemberian MP ASI sesuai kaidah gizi seimbang pada bayi.

b. Sebagai masukan untuk menyusun program yang akan datang serta

sebagai dasar perencanaan dalam rangka pelayanan dan usaha

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini dilakukan perancangan alat bantu pada proses mengangkat beban yang mampu meminimasi gaya tekan pada lempeng tulang belakang bagian

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “ Perbedan Pengaruh

− Tanggal terakhir penyelesaian transaksi saham dengan Nilai 15 Juli 2010 Nominal Lama di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi. − Tanggal Penentuan Rekening Efek yang Berhak

Penelitian terdahulu menggunakan 7 variabel bebas dan 1 variabel terikat, variabel yang digunakan adalah kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan, kepercayaan,

untuk memperoleh air sehingga diharapkan penggunaan mulsa daun pandan dapat. menunjang keberhasilan tanaman sukun sebagai tanaman

apakah ekstrak etanol kulit batang sikkam mempunyai efek antidiare dan berapa dosis optimal yang sesuai bila dibandingkan dengan loperamid HCl.. Universitas

 Perubahan waktu sinyal tersebut ternyata membawa dampak perubahan waktu siklus menjadi lebih panjang dari 62 detik menjadi 71 detik, kapasitas meningkat pada fase

komunikasi interpersonal anak remaja pasca perceraian orang tuanya..