• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rightsizing Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rightsizing Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Rightsizing Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

Nama Inovasi

Rightsizing Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

Produk Inovasi

Pengembangan Tugas Pokok dan Fungsi Dalam Rangka Peningkatan Kinerja Pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

Penggagas

Arief Santosa, SE, M.Sc.

Kelompok Inovator Provinsi / Kabupaten / Kota

(2)

Deskripsi

(3)

Peningkatan kinerja pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat dilakukan dengan cara menelaah Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) khususnya tentang fungsi pelayanan berupa pelatihan teknis perkebunan. Selama ini kegiatan pelatihan teknis perkebunan yang terdapat pada kegiatan di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat dilaksanakan bekerjasama dengan instansi vertikal atau Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pertanian yang lokasinya tersebar di seluruh Indonesia. Kurun waktu lima tahun yang lalu (2008-2013), upaya peningkatan kualitas SDM perkebunan dipandang sebagai salah satu faktor terlemah dari upaya pencapaian keberhasilan pembangunan perkebunan di Jawa Barat secara keseluruhan.

Agar pelayanan dibidang pelatihan teknis bagi petani lebih mudah dan cepat serta pelaksanaan lebih efisien, diperlukan penyelenggaraan pelatihan teknis perkebunan bagi petani perkebunan rakyat di Jawa Barat secara mandiri oleh Dinas Perkebunan. Berdasarkan hasil evaluasi pencapaian sasaran kinerja Renstra Dinas Perkebunan Tahun 2008-2013, dari sebelas indikator sasaran stratejik tersebut hampir semuanya telah mencapai target sasaran diatas 100% (atau antara 100%-206,69%), kecuali satu indikator yang tidak mencapai target sasaran, yaitu indikator ke-9 tentang “Peningkatan Kualitas dan Kuantitas SDM perkebunan dan pelaku usaha perkebunan”, yang hanya mencapai 80,07% (dibawah 100%).

Peningkatan kualitas SDM perkebunan diantaranya dengan menerapkan GAP dan GMP yang dapat dilakukan melalui pembinaan, pelatihan dan bimbingan teknis secara intensif. Sehingga pelayanan dibidang pelatihan teknis bagi petani lebih mudah dan cepat serta pelaksanaan lebih efisien.

Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya pembenahan peningkatan kinerja pembangunan perkebunan perlu difokuskan pada upaya peningkatan kualitas SDM perkebunan. Upaya peningkatan kualitas SDM perkebunan diantaranya dengan menerapkan GAP (Good Agriculture Practices) dan GMP (Good Manufacturing Product), yang dapat dilakukan melalui pembinaan, pelatihan dan bimbingan teknis secara intensif sesuai kebutuhan lapangan. Namun demikian, ternyata sejauh ini upaya penerapan pembinaan SDM pelaku usaha perkebunan tersebut masih memiliki banyak kendala, antara lain adalah: a). Keterbatasan kewenangan dalam penanganan kegiatan pelatihan/ bimbingan teknis yang tercermin dalam uraian tugas pokok dan fungsi dari unit kerja yang menangani urusan pembinaan SDM Perkebunan; b) Keterbatasan Sarana-prasarana pelatihan/ bimbingan teknis yang memadai, akibatnya pelaksanaan kegiatan pelatihan/ bimbingan teknis menjadi kurang optimal dan kurang intensif. Pengembangan Tugas Pokok dan Fungsi Dalam Rangka Peningkatan Kinerja Pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan layanan dalam bidang pelatihan perkebunan bagi petani perkebunan. Secara umum manfaat yang diharapkan atas perubahan Tupoksi adalah meningkatnya kinerja Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, sedangkan secara khusus, antara lain 1) meningkatnya kinerja Dinas Perkebunan melalui optimalisasi fungsi fungsi pelayanan pelatihan teknis perkebunan; 2) Meningkatnya kualitas SDM perkebunan khususnya kompetensi dalam mengajar teknis perkebunan; 3) Meningkatnya pengetahuan dan wawasan petani perkebunan baik teknis (on farm) maupun non-teknis (off farm) di bidang perkebunan; 4) Meningkatnya mutu hasil produk perkebunan yang berdaya saing. Strategi yang dilakukan agar proses pengembangan tugas pokok dan fungsi dapat berjalan adalah 1) mendapatkan dukungan dari pimpinan derah dan DPRD terkait dengan perubahan nomenklatur organisasi; 2) perubahan orientasi tugas dari pejabat yang ditambahkan tugas fungsi yang baru; 3) perbaikan peraturan tentang uraian tugas pokok dan fungsi (Pergub No. 38 Tahun 2009 dan Pergub No. 54 Tahun 2010) untuk beberapa unit kerja terkait dalam penanganan SDM pelaku usaha perkebunan dengan merubah fungsi penyelenggaraan pelatihan teknis perkebunan dari Bidang SDM, Kelembagaan dan Permodalan ke UPTD BPTP; 4) mengevaluasi dan melakukan pemanfaatan sarana-prasarana pada unit kerja lingkup Dinas Perkebunan Jawa Barat yang dapat digunakan untuk pelaksanaan pelatihan/bimbingan teknis secara mandiri (oleh Dinas Perkebunan Jawa Barat sendiri).

Stakeholder yang terlibat untuk mewujudkan proses ini adalah Biro Organisasi Setda Provinsi Jawa Barat, Biro Hukum dan HAM

Provinsi Jawa Barat, Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat, Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Barat, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Asosiasi, Kelompok Tani, Gapoktan di Bidang Perkebunan, Badan Pengembangan SDM Kementerian Pertanian, Balai Pelatihan Pertanian Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Instansi Vertikal (Unit Pelaksana Teknis) Pusat.

Jenis Inovasi Struktur Organisasi

Nama Instansi Provinsi Jawa Barat

(4)

Unit Instansi

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat

Tahun Inisiasi 2014

Tahun Implementasi 2014

Faktor Pendorong

Faktor pendorong keberhasilan terwujudnya perubahan tugas fungsi organisasi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat adalah 1. Komitmen dari seluruh pegawai untuk perubahan dinas perkebunan provinsi Jawa Barat;

2. Terjalinnya komunikasi yang baik dalam ineternal Tim Efektif serta konsultasi dan koordinasi yang efektif dengan instansi terkait lainnya;

3. Keluaran (hasil) pada setiap tahapan kegiatan sesuai dengan target waktu yang ditetapkan; 4. Tersusunnya rancangan usulan perubahan Tupoksi Disbun yang telah ditelaah oleh Tim Efektif;

5. Terlaksananya simulasi pelatihan teknis perkebunan dengan peserta petani perkebunan rakyat di Jawa Barat.

Faktor Penghambat

Faktor penghambat proses perubahan tugas dan fungsi ini adalah

1. Ada sedikit penolakan (resisten) Instansi vertikal (Unit Pelaksana Teknis) Pusat karena merasakan zona nyaman (comfort

zone) yaitu sebagai penyedia layanan pelatihan teknis bidang perkebunan.

2. Dukungan dari anggota dewan yang sering berubah terkait sebelum dan sesudah penyetujuan usulan perubahan tugas dan fungsi dinas;

3. Sarana prasarana yang masih kurang termasuk jalan dan gedung pelatihan.

Namun setelah dilakukan komunikasi intensif akhirnya terdapat suatu pemahaman untuk menjalin kerjasama. Selain itu dilakukan pula penataan sarana dan prasarana pelatihan yang meliputi 1) Renovasi mess; 2) Renovasi ruang kelas; 3) Renovasi laboratorium; 4) Penyusunan detail engineering design (DED) untuk pembangunan guest house.

Tahapan Proses

Tahapan yang dilalui untuk perubahan tusi ini adalah

1. Persiapan dan perumusan masalah tentang tupoksi bidang dan balai di Dinas Perkebunan;

2. Menjalin dukungan pimpinan dan dewan serta staff dengan cara melakukan sosialisasi pada Gubernur Jawa Barat, Sekretaris Daerah, Sekretaris Badan Pengembangan SDM Pertanian Kementan, Forum OPD Rumpun Pertanian Provinsi Jawa Barat, Kepala Pusat Pelatihan Pertanian Kementan, Kepala Balai Besar Diklat Pertanian Kementan di Lembang;

3. Konsultasi ke Biro Organisasi dan Biro Hukum & HAM, Badan Diklat Daerah Prov. Jabar, Badan SDM Pertanian Kementan;

4. Benchmarking ke Best Practice Bapeltan Distan Jabar; 5. Observasi lapangan ke Kelompok Tani dan Gapoktan;

6. Penyusunan rancangan perubahan Tupoksi Dinas Perkebunan melalui pra-rancangan, diskusi, dan sosialisasi; 7. Melakukan ujicoba pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan dengan peserta 30 orang petani.

Manfaat

Pengembangan Tugas Pokok dan Fungsi ini ternyata membawa manfaat nyata/ dampak dari sisi masyarakat seperti

1. Biaya penyelenggaraan pelatihan/ bimbingan teknis menjadi lebih efisien, volume/ intensitas pelatihan/bimbingan teknis bisa bertambah, dan pelaku usaha perkebunan mendapat manfaat yang lebih besar;

2. Terfasilitasi secara optimal pelatihan teknis dan non-teknis perkebunan bagi petani perkebunan rakyat; 3. Memudahkan petani untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan tentang perkebunan;

(5)

4. Meningkatnya Kualitas Produksi Perkebunan; 5. Meningkatnya pendapatan Petani Bun (rakyat).

Capaian dan kemanfaatan yang dihasilkan melalui pengembangan tugas pokok dan fungsi dinas perkebunan Provinsi Jawa Barat adalah

1. Dihasilkannya peraturan gubernur terkait pengembangan tugas pokok dan fungsi pengganti Peraturan Gubernur 38/2009 (Tusi Dinas) dan Peraturan Gubernur 54/2010 (Tusi Balai);

2. Balai pelatihan pelatihan teknis perkebunan sudah difungsikan sehingga tidak perlu lagi dikerjasamakan pelaksanaannya kepada berbagai pihak (dilaksanakan secara mandiri oleh Dinas Perkebunan melalui UPTD BPTP);

3. Pelatihan teknis dan non-teknis perkebunan lebih optimal dan berguna bagi petani perkebunan rakyat; 4. Ujicoba pelatihan sudah dilaksanakan dan sarana prasarana balai pelatihan sudah tersedia.

Prasyarat Replikasi

Sangat memungkinkan untuk dilakukan replikasi dan implementasi di tempat lain dengan cara 1. Komitmen dari seluruh pegawai untuk perubahan organisasi;

2. Mempersiapkan perubahan struktur / SOTK (menambah/ mengurangi); 3. Melakukan perubahan pada SOP dan SP organisasi;

4. Melakukan perubahan pada Renstra;

5. Melakukan penambahan pada sarana fisik (jika perlu)

Kontak Person

Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Jl. Surapati No. 67 Bandung Telp: (022) 2504422

Sumber

Dokumen proyek perubahan Diklatpim & Observasi

Teknik Validasi Observasi Jumlah Dilihat 334 Kali Waktu Dibuat 2016-03-21 22:35:43 Terakhir Diubah 2016-03-21 22:38:09 Waktu Diunduh 2017-05-24 01:01:24

Referensi

Dokumen terkait

Selama semester ini berlangsung, ada 2 bentuk tugas yang harus dilakukan oleh pelajar. Pengaturan dari kedua tugas tersebut akan diatur dalam pertemuan kelas perdana di awal

Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kelor pada dosis 50 mg/Kg BB, 100 mg/Kg BB, dan 150 mg/Kg BB dapat menurunkan kadar

Persediaan milik SGI, Entitas Anak, masing-masing sebesar Rp 59.600 pada tanggal 31 Desember 2015 dan Rp 33.600 pada tanggal 31 Desember 2014 digunakan sebagai jaminan atas

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Abdullah, Mawarni dan Dawarnis (2013), dengan judul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum

 Siswa mengajukan suatu usulan untuk mencegah pencemaran perairan dan menanggulangi dampak pencemaran pada perairan dan mengevaluasi kegiatan praktikum yang telah

Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar, sehingga terjadilah persaingan antar

Tripathi Asok K Dept of Biochemistry, Univ College of Medical Sciences & GTB Hospital Delhi-110095 9811259019 aktripathiucms@hotmail.com Tripathi Deo Mani Address

Shalat memiliki berbagai manfaat bagi manusia, baik itu secara spiritual, fisik maupun psikis. Khusyu’ merupakan hakikat dan keistimewaan dalam shalat, kekhusyu’an