SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Oleh:
0512010217 / FE / EM Aulia Arnia
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh:
0512010217 / FE / EM Aulia Arnia
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
JAWA TIMUR
MENIKMATI OBYEK WISATA JATIM PARK
DI KOTA BATU MALANG
Disusun oleh:
0112010047 / FE / EM Andreas Dwilangga
telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur pada tanggal 25 September 2006.
Pembimbing Tim Penguji
Pembimbing Utama Ketua
DR.Dhani Ichsanudin Nur, MM
Sekretaris
DR.Dhani Ichsanudin Nur, MM
Anggota
Dra.Ec.Suhartutik, MM
Dra.Ec.Tri Kartika,.P, MSi Mengetahui
Oleh :
Aulia Arnia
Abstraksi
JAWA TIMUR Park adalah salah satu alternatif taman belajar dan rekreasi yang memadukan unsur pendidikan dan hiburan sehingga mampu memberikan informasi kepada masyarakat untuk dapat lebih mengenal budaya bangsa serta sekaligus menambah khasanah ilmu pengtahuan dan tekhnologi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang berkunjung di wahana JAWA TIMUR Park batu Malang. akhir-akhir ini wahana Jatim Park sendiri mengalami permasalahan, seperti adanya kemacetan dan kerusakan pada wahana flyingfox
Sampel yang diambil adalah sebesar 120 responden. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Structural Equation Modelling.
sebanyak 30 orang penumpang wahana Tornado di objek wisata "Jatim Park", Batu, Jawa Timur, terjebak di atas ketinggian 5-7 meter, Senin sore (26/1). kejadian seperti inillah yang menjadi penilaian konsumen ketika memutuskan berkunjung ke obyek wilayah tersebut.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan bahwa : 1). Faktor sikap berpengaruh positif terhadap Faktor keputusan berkunjung tidak dapat diterima. 2). Faktor norma subjektif berpengaruh positif terhadap Faktor keputusan berkunjung, dapat diterima.
1
Ada sebuah adagium esensial yang menyatakan bahwa di satu sisi tangan–
tangan manusia mengukir alam dan di sisi lain tangan – tangan alam memahat
manusia. Adagium tersebut berkonotasi inheren betapa dekat relasi kohesi antara
manusia dengan alam. Alam sebagai ibu asuh membentuk watak dan
menyediakan keperluan manusia demi kelangsungan hidupnya. Sedangkan
manusia merasa takut merusak atau kehilangan lingkungan alamiah dan berusaha
mengkonservasinya. Hubungan simbiotik tersebut telah memberikan lebih banyak
keuntungan, keindahan, kenyamanan dan kesehatan manusianya. Namun seiring
dengan perkembangan dan pembangunan pariwisata telah terjadi inklinasi yakni
dikotomi antara pariwisata dengan lingkungan alam, manusia sebagai pelaku
pariwisata secara proaktif melakukan kerusakan dan pengrusakan terhadap
lingkunan alam yang sejatinya menjadi tempat hidup, tumbuh, berkembang
,melahirkan budaya dan peradabannya. Lingkungan alam dieksploitasi secara
eksesif guna memperoleh keuntungan sebesar–besarnya tanpa memperhatikan
keberlangsungan kehidupan manusia lainnya. Keuntungan sesaat yang diperoleh
justru berdampak membawa bencana bagi manusia seperti kekeringan, kebakaran,
banjir, dan tanah longsor.adikampana, (2009).
Salah satu kunci sukses dari strategi pemasaran adalah pengembangan
produk dan promosi yang sesuai dengan kebutuhan target pasar. Dengan demikian
atribut dan tampilan yang memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk itu produsen
perlu mengetahui bagaimana konsumen memandang produk-produk dan progam
pemasarannya. Bagi perusahaan tanggapan konsumen terhadap produk yang
dihasilkannya adalah sangat penting, termasuk penilaian konsumen terhadap
atribut-atribut produk. Penilaian konsumen ini akan mempengaruhi niat
konsumen. Niat merupakan satu faktor internal (individual) yang mempengaruhi
perilaku konsumen, niat adalah suatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi
rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari
beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman dan
Kanuk, 2000: 206). Dalam proses pembelian, niat beli konsumen ini berkaitan erat
dengan motif yang dimilikinya untuk memakai ataupun membeli produk tertentu.
Motif pembelian ini berbeda-beda untuk setiap konsumen. Kemudian sikap
individu yang membedakan gaya hidup pembeli berdasarkan kesempatan belanja,
manfaat yang dicari, status pengguna, tingkat penggunaan, status kesetiaan,
tingkat kesetiaan, tingkat kesiapaan dan sikap terhadap produk.
Sikap ini dilakukan konsumen berdasarkan pandangannya terhadap produk
dan proses belajar baik dari pengalaman atau orang lain. Sikap konsumen bisa
merupakan sikap positif atau negatif terhadap obuek tetentu, dengan mempelajari
keadaan sekitar sika tersebut dapat memberikan suatu kputusan yang berupa minat
dalam melakukan suatu atau menggunakan sesuatu. Salim,(2005:202). Teori Of
Reasoned Action Mampu memprediksi perilaku akurat, tetapi hanya dalam
model tersebut, manfaat utamanya adalah ukuran minat berperilaku konsumen
sebab didalamnya terdapat suatu norma subyektif yang dirasakan oleh setiap
individu seerti pengalaman-pengalaman dan interaksi diantara individu.
Jawa Timur merupakan salah satu propinsi di pulau Jawa yang mempunyai
potensi sangat bagus sebagai tempat wisata. Banyak kota yang sangat potensial
dijadikan sebagai kota wisata di Jawa Timur. Tetapi kendala yang dihadapi oleh
Jawa Timur adalah kurangnya obyek wisata yang bukan hanya menarik tapi juga
meninggalkan kesan tersendiri. Akibatnya propinsi di Jawa yang digemari
masyarakat untuk berekreasi atau berlibur bukanlah Jawa Timur. Bahkan
masyarakat Jawa Timur memiliki kecenderungan untuk berlibur ke Jawa Tengah
ataupun ke Bali.
Berkaitan dengan fenomena tersebut maka didirikanlah JAWA TIMUR
Park: Taman Belajar dan Rekreasi di kotamadya Batu. JAWA TIMUR Park
adalah salah satu alternatif taman belajar dan rekreasi yang memadukan unsur
pendidikan dan hiburan sehingga mampu memberikan informasi kepada
masyarakat untuk dapat lebih mengenal budaya bangsa serta sekaligus menambah
khasanah ilmu pengtahuan dan tekhnologi. Beberapa fasilitas yang tersedia di
JAWA TIMUR Park dapat dinikmati pengunjung dengan sistem ticketing, yaitu
sistem pembelian tiket sebelum menikmatinya. Alasan pemilihan nama JAWA
TIMUR Park adalah untuk mendongkrak propinsi Jawa Timur, sedangkan sub
judul Taman Belajar dan Rekreasi digunakan untuk mencerminkan isi dari JAWA
Alasan pemilihan lahan di kotamadya Batu adalah karena kotamadya Batu
merupakan kota wisata dengan berbagai keunggulan dan fasilitas yang tersedia.
Lokasinya yang berada di pegunungan dan pebukitan menyajikan pemandangan
alam yang asri dengan udara yang jauh dari polusi. Dengan keunggulan ini JAWA
TIMUR Park akan mempunyai potensi ke depan yang cukup bagus. Selain
menjadi daya tarik tersendiri sebagai obyek wisata bagi pengunjung kotamadya
Batu, juga akan menjadi sumber penghasilan daerah. Di Jatim Park sebab masih
banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dan dibenahi Kab. Malang
khususnya dengan keluarnya Kotatif Batu untuk menjadi Kota Batu, tentunya hal
itu berpengaruh pada daya tarik obyek wisata yang ada kepada konsumen, karena
dilihat dari banyaknya potensi hotel dan restoran serta obyek-obyek wisata yang
ada di wilayah tersebut. "Hal inilah yang menarik perhatian kami, untuk
mengetahui kebijakan apa yang diambil oleh Kab. Malang dalam mengatasi
permasalahan tersebut. Mengingat di Kab. Pasuruan ada wacana kearah sana yaitu
pecahnya Kab. Pasuruan jadi dua wilayah, barat dan timur maka perlu adanya
antisipasi sedini mungkin.http://wap.malangkab.go.id/2009
Berikut adalah daftar jumlah pengunjung di Jatim Park Batu Malang
dalam tahun 2006-2008 adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisata
Tahun
Jumlah
Wisatawan Pertumbuhan
2006 450000 -
2007 390000 38,99%
2008 320000 31,99%
Sumber : Jatim Park Batu Malang, 2009
Dari data di atas menggambarkan bahwa memang pada saat-saat tertentu
pada waktu liburan mengalami lonjakan pengunjung, tetapi pada akhir-akhir ini
wahana Jatim Park sendiri mengalami permasalahan, seperti adanya kemacetan
dan kerusakan pada wahana flyingfox
1. Apakah sikap berpengaruh terhadap keputusan pengunjung dalam menikmati
obyek wisata Jatim Park di Kota Batu Malang?
sebanyak 30 orang penumpang wahana
Tornado di objek wisata "Jatim Park", Batu, Jawa Timur, terjebak di atas
ketinggian 5-7 meter, Senin sore (26/1). Di antara penumpang yang terjebak itu
ada yang pingsan karena takut dan panik saat wahana tersebut tiba-tiba macet total
di udara, demikian lapor wartawan Antara yang datang ke tempat
kejadian.Jawabannews,(2009).
Dengan harapan yang besar pada obyek wisata baru di kotamadya Batu
yaitu JAWA TIMUR Park tentu saja dibutuhkan suatu strategi yang baik sehingga
dapat menunjang keberhasilan JAWA TIMUR Park serta dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu dalam penelitian ini diangkatlah judul
dengan “Analisis Pengaruh Sikap Dan Norma Subyektiif Terhadap Keputusan Pengunjung Dalam Menikmati Obyek Wisata Jatim Park Di Kota Batu Malang”.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan berdasarkan pada latar belakang yang telah di uraikan
sebelumnya, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :
2. Apakah norma subyektif terhadap keputusan pengunjung dalam menikmati
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan,
secara garis besar penelitian bertujuan:
1. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap terhadap keputusan pengunjung
dalam menikmati obyek wisata Jatim Park di Kota Batu Malang.
2. Untuk mengetahui pengaruh norma subyektif pengaruh sikap terhadap
terhadap keputusan pengunjung dalam menikmati obyek wisata Jatim Park di
Kota Batu Malang.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Memberikan data, informasi dan gambaran serta masukan yang berguna
bagi perkembangan Jatim Park agar menjadi perusahaan yang lebih maju.
2. Bagi pihak lain yang membutuhkan
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak lain yang
membutuhkan informasi tentang masalah yang sejenis, sehingga bisa
membantu mengatasi masalah yang ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Sigit, Murwanto,(2006) dengan judul
penelitian ”Pengaruh sikap dan norma subyektif Terhadap niat beli mahasiswa
sebagai konsumen potensial Produk pasta gigi close up”. Permasalahan dalam
penelitian ini adalah 1).Sikap konsumen dan norma subyektif konsumen secara
bersamasama tidak berpengaruh terhadap niat beli.2).norma subyektif konsumen
secara parsial tidak berpengaruh terhadap niat beli.
Teknik analsis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linear berganda. Hasil penelitian ini adalah Pertama, sikap dan norma subyektif
dari mahasiswa UII secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap niat
membeli pasta gigi Close Up. Kedua, sikap dari mahasiswa UII secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap niat membeli pasta gigi Close Up. Ketiga, norma
subyektif dari mahasiswa UII secara parsial berpengaruh signifikan terhadap niat
membeli pasta gigi Close Up.
Penelitian selanjutnya adalah dilakukan oleh Widiawan, K (2004).Dengan
judul penelitian “Perbandingan tingkat Kepentingan Variabel Layanan Pada Jasa
Yang Bersifat Rekreatif Dan Non Rekreatif”. Permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini adalah variable layanan mana yang dipentingkan konsumen.
Teknik analisis yang digunakan adalah dengan uji perbedaan yaitu Uji
tidak ada beda tingkat kepentingan variable layanan, hal ini rumah sakit dan
pendidikan memiliki karakteristik yang berbeda.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Pemasaran
Menurut Kotler (1997:8) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain.
Menurut Stanton pada buku Swastha dan Irawan (1983 : 5) pemasaran
adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada
maupun pembeli potensial.
Menurut Pride dan Ferrel (1995 : 4) pemasaran adalah proses perencanaan
dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi dan distribusi
gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi
sasaran-sasaran individu dan organisasi.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran
merupakan seluruh kegiatan usaha yang dibuat untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dalam menciptakan
hubungan pertukaran yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan
2.2.1.1. Konsep Pemasaran
Menurut Kotler (1997: 17), konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci
untuk meraih tujuan organisasi adalah lebih efektif daripada para pesaing dalam
memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan
dan keinginan pasar sasaran.
Sebagai falsafah bisnis konsep pemasaran bertujuan memberikan keputusan
terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi kepada konsumen.
Definisi konsep pemasaran ini menurut Swastha dan Irawan (1983:10) adalah
sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa kebutuhan konsumen merupakan
syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Kotler
(1992:30), konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan
organisasi terdiri dari penelitian kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan
penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efisien dan lebih efektif
dibanding para pesaing.
Berdasarkan kedua pengertian konsep pemasaran di atas, dapat
disimpulkan bahwa konsep pemasaran suatu perusahaan yang harus dimulai
dengan usaha mengenali dan merumuskan keinginan dan kebutuhan konsumen.
Dasar pemikiran yang terkandung di dalam konsep pemasaran dapat digolongkan
menjadi tiga elemen pokok, yaitu :
a. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli.
Dalam upaya memasarkan hasil produksinya, produsen hendaknya
memperhatikan selera konsumen, karena produk yang dihasilkan akan lebih
penggunanya. Beberapa komponen yang harus ada untuk perusahaan yang
benar-benar ingin memperhatikan konsumen, anatar lain :
• Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang
akan dilayani dan dipenuhi.
• Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.
• Menentukan produk dan program permasalahannya.
• Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai
dan menafsirkan keinginan sikap serta tingkah laku mereka.
• Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitik
beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang
menarik.
b. Volume penjualan yang menguntungkan
Merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh
dengan melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini, perusahaan dapat
tumbuh berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat
memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat
rnemperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.
Dapat pula dikatakan bahwa sebenarnya laba itu sendiri merupakan
pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan
kepuasan pada konsumen.
c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.
Penyusunan kegiatan pemasaran berarti setiap orang dan setiap bagian dalam
perusahaan dapat terealisir, terkoordinir untuk memberikan kepuasan yang
menjadi keputusan.
Perbedaan konsep penjualan dan konsep pemasaran (Kotler, 1997:18)
adalah sebagai berikut:
a. Konsep pejualan
1. memusatkan perhatian pada kebutuhan penjualan.
2. Sibuk dengan kebutuhan penjual untuk mengubah produknya
menjadi uang tunai.
b. Konsep pemasaran
1. Memusatkan perhatian pada kebutuhan pembeli.
2. Sibuk dengan gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan
melalui produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penciptaan, pengiriman dan akhirnya pengkonsumsian produk
tersebut.
2.3. Sikap (attitudes) 2.3.1. Pengertian Sikap
Sikap memainkan peranan penting dalam pembentukan perilaku individu
dalam hal pembelian terhadap suatu produk atau merek. Dalam memutuskan
produk atau merek apa yang akan dibeli, atau toko mana yang akan dijadikan
langganan konsumen akan secara khas melakukan pemilihan terhadap suatu
merek atau produk yang dievaluasi secara menguntungkan. Sebagi akibatnya
Sikap adalah evaluasi kognitif seseorang yang berlangsung terus menerus,
perasaan emosionalnya, kecondongan bertindak kearah sasaran atau gagasan
tertentu (William J Stanton 1985; 161), sedangkan menurut Kotler (2002; 200)
sikap merupakan evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang
menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang
terhadap suatu obyek atau gagasan.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2000) dikutip dari buku Ristianti Prasetyo
dan John J.O.I Ihalauw (2005: 104) definisi sikap merupakan predisposisi yang
dipelajari dalam merespons secara konsisten suatu obyek, dalam bentuk suka atau
tidak suka.
Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sikap
mempengaruhi perasaan senang atau tidak senang terhadap obyek yang
dipertanyakan. Indikator-indikator yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah:
• Pengaruh Keluarga
Keluarga merupakan pengaruh yang sangat penting dalam
keputusan pembelian. Keluarga adalah lingkungan dimana
sebagian calon konsumen tinggal dan berinteraksi dengan
anggota-anggota keluarga lainnya yang akan saling mempengaruhi dalam
• Pengaruh Orang Lain
Pengaruh dari orang lain lebih memungkinkan mempengaruhi
sikap dan perilaku pembelian dari iklam (Kazt dan Lazarsfel
dikutip Assael 1992)
• Pengalaman
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam
bertingkah laku. Pengalaman dapat diperoleh dari semua
perbuatanya dimasa lalu atau dapat pula dipelajari, sebab dengan
belajar seseorang dapat memperoleh pengalaman. Penafsiran dan
proses belajar konsumen merupakan kunci untuk mengetahui
perilaku pembeliannya (Basu Swasta, 84)
2.3.1.1. Model Sikap
Menurut Setiadi (2003: 217) terdapat tiga indikator komponen sikap, yaitu
komponen kognitif dari sikap adalah kepercayaan merek, komponen afektif atau
perasaan, dan komponen konatif atau tindakan adalah maksud untuk membeli.
Hubungan antara kepercayaan terhadap merek, evaluasi, sikap berkeinginan akan
Gambar 2.2. Hubungan antar 3 komponen sikap
Menurut Schiffman dan Kanuk, (1994) dalam Sumarwan (2002 : 147 ),
secara rinci ketiga komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kognitif adalah pengetahuan dan persepsi konsumen, yang diperoleh
melalui pengalaman dengan suatu objek-sikap dan informasi dari
berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi ini biasanya berbentuk
kepercayaan (belief), yaitu konsumen mempercayai bahwa produk
memiliki sejumlah atribut. Kognitif ini ini sering juga disebut sebagai
pengetahuan dan kepercayaan konsumen.
2. Afektif menggambarkan emosi dan perasaan konsumen, Schiffman
dan Kanuk (1994) dalam Sumarwan (2002:147) menyebutnya sebagai
“ as primary evaluative in nature “, yaitu menunjukkan penilaian
langsung dan umum terhadap suatu produk, apakah produk itu disukai
atau tidak disukai; atau apakah produk itu baik atau buruk. Komponen Kognitif Kepercayaan
Terhadap Merek
Komponen afektif Evaluasi Merek
3. Konatif menunjukkan tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku
terhadap suatu objek, Engel, ( 1993 ) dalam Sumarwan ( 2002 : 147 ),
konatif berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan
oleh seorang konsumen terhadap pembelian dan sering juga disebut
intention.
Dari tiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah sikap
karena evaluasi merek merupakan ringkasan dari kecenderungan konsumen untuk
menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu. Evaluasi merek sesuai dengan
definisi dari sikap terhadap merek yaitu kecenderungan untuk mengevaluasi
merek baik disenangi atau tidak disenangi.
2.3.1.2. Fungsi Sikap
Menurut Kazt dalam Setiadi ( 2003 : 214 ) mengklasifikasikan empat
fungsi sikap yaitu :
1. Fungsi Utilitarian
Merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar
imbalan dan hukuman. Dalam hal ini konsumen mengembangkan
beberapa sikap terhadap produk atas dasar suatu produk memberikan
kepuasan atau kekecewaan.
2. Fungsi Ekspresi Nilai
Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk
bukan didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas
kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai-nilai yang ada
3. Fungsi Mempertahankan Ego
Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk
melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal,
sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.
4. Fungsi Pengetahuan
Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang
begitu banyak setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan
dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan
kebingungan dalam memilah informasi yang relevan dengan
kebutuhannya.
2.3.1.3. Faktor Sikap Konsumen
Menurut Sutisna (2003: 101), faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah:
a. Pengaruh keluarga, keluarga mempunyai pengaruh penting dalam dalam
keputusan pembelian.
b. Pengaruh kelompok kawan sebaya (peer group influence). Kawan/ sejawat
mampu mempengaruhi dalam perilaku pembelian. Peer group lebih cenderung
memungkinkan mempengaruhi sikap dan perilaku pembelian daripada iklan.
c. Pengalaman, pengalaman masa lalu mempengaruhi sikap terhadap merek.
Pengalaman menggunakan suatu merek produk pada masa lalu akan
memberikan evaluasi atas merek tersebut. bila pengalaman itu kurang
menyenangkan maka konsumen akan cenderung mempunyai sikap negatif
d. Kepribadian, sifat-sifat seperti suka menyerang, terbuka, kepatuhan
mempengaruhi sikap terhadap produk.
Adapun instrumen indikator dari sikap (atribut yang diyakini konsumen)
adalah sebagai berikut : salim,(2003:216).
1. Daya tarik obyek wisata, sesuatu hal yang menjadi idola, pesona dari obyek
wisata tersebut
2. Kondisi obyek wisata
3. Kebersihan obyek wisata
4. Pelyanan yang ramah sesuai dengan harapan pengunjung
5. Suasana tempat yang nyaman
6. Memiliki tempat parkir yang luas
7. Keamanan yang terjamin, merupakan jaminan bagi para pengunjung aman
dari tindak kriminal, serta sarana dan prasarana yg disediakan
8. Transportasi ke obyek wisata tersedia
9. Transportasi menyenangkan dan aman
10.Tersedianya kerajinan dan souvenir
11.Kerajinan dan souvenir sesuai dengan keinginan
12.Jenis souvenir sangat banyak
13.Pelayanan hotel yang memuaskan
2.4. Norma Subyektif
2.4.1. Pengertian Norma Subyektif
Norma subyektif adalah sebagai faktor sosial yang menunjukkan tekanan
seseorang dapat terpengaruh oleh pandangan orang lain atau tidak sama sekali.
Seorang individu mempelajari sikap melalui pengalaman dan interaksi dengan
orang lain. Meskipun sikap dapat dipelajari dan dapat diubah, tetapi umumnya
tetap stabil dan tidak berubah dari waktu ke waktu, pda setiap saat tidak semuanya
memiliki dampak yang setara dan beberapa suka lebih kuat dari sikap lainnya.
Salim, (2003:202).
Adapun instrumen dari norma subyektif adalah sebagai berikut:
1. Keyakinan normative bahwa orang lain melakukan tindakan tertentu
2. motivasi seseorang untuk mematuhi pikiran kelompok acuan yang
dianggap penting
3. Mengunjungi obyek wisata atas anjuran kerabat, teman dan orang lain.
2.5. Minat Konsumen 2.5.1. Pengertian Minat
Minat adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar pemilihan
sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan seseorang untuk lebih
menyukai produk dengan merek tertentu.
Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu
merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang
diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael,
2001).
Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu
merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang
2001). Mehta (1994: 66) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan
konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang
berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan
konsumen melakukan pembelian.
Pengertian minat beli menurut Howard (1994) ( Durianto dan Liana, 2004:
44) adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana
konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang
dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan
pernyataan mental dari dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian
sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para
pemesar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk, baik para
pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan variabel minat untuk memprediksi
perilaku konsumen dimasa yang akan datang. Sedangkan definisi minat beli
menurut Kinnear dan Taylor (1995) (Thamrin, 2003: 142) adalah merupakan
bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi,
kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli
benar-benar dilaksanakan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat konsumen Aspek
A.I.D.A secara jelas dapat dijabarkan sebagai berikut : Khasali, Rhenald (1995)
a. Perhatian
Kesadaran dengan stimulus trtentu atau memberikan perhatian atas suatu
b. Ketertarikan
Tidak ada suatu patokan tertentu dalam penggunaan perangkat kreatif ini guna
membuat orang tertarik pada suatu obyek. Hal itu mungkin berlaku secara
selektif dan membaca tertentu akan merasa tertarik pada suatu obyek tertentu,
misalnya, iklan kosmetik, makanan, pakaian, perumahan, kendaraan bermotor,
atau komputer, obyek wisata. Rasa tertarik mungkin dapat dimunculkan
dengan pewarnaan, gambar, atau teks iklan yang menarik, dan hal ini pada
gilirannya akan semakin diperkuat oleh keorisinilan penampilan dan
penyusunan kalimat dalam teks iklan
c. Keinginan
Konsumen harus dibuat lebih dari sekadar merasa tertarik dan terpikat,
mereka harus didorong untuk menginginkanproduk atau jasa yang tersebut.
d. Tindakan
Upaya terakhir untuk membujuk konsumen atau pengunjung agar segera
melakukan suatu tindakan atau bagian dari itu. Bujukan yang diajukan berupa
harapan agar konsumen melakukan sesuatu, melihat-lihat, suka timbul
inisiatif untuk membelinya atau mengunjunginya.
Adapun indikator dari minat konsumen adalah sebagai berikut:
Salim,(2005:217).
1. ingin melihat keindahan alam
2. ingin berkunjung kembali
3. mengunjungi obyek wisata dan rekreasi
2.6. Pengaruh Sikap Terhadap Minat Berkunjung
Salah satu hal dalam memahami perilaku konsumen atau wisatawan adalah
memahami proses dimana calon wisatawan melakukan pertimbangan sebelum
memutuskan untuk melakukan perjalanan wisata dan memilih tempat tujuan
perjalanan wisatanya.
Seseorang ingin pergi ke suatu tempat, baik itu untuk berlibur maupun
hanya sekedar berkunjung, biasanya dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya
adalah motivasi, promosi, dan image (Watson, 1993). Ketiga hal tersebut juga
merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang dalam travel decision
process, yakni proses dimana calon wisatawan melakukan pertimbangan sebelum
memutuskan untuk melakukan perjalanana wisatanya dan memilih tempat tujuan
perjalanan wisatanya.
Allport juga memandang sikap tersebut sebagai suatu perasaan atau
evaluasi umum (positif atau negative) tentang orang, obyek atau persoalan. Sikap
ini dilakukan konsumen berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses
belajar baik dari pengalaman atau orang lain. Sikap konsumen bisa merupakan
sikap positif atau negatif terhadap obyek tetentu, dengan mempelajari keadaan
sekitar, sikap tersebut dapat memberikan suatu keputusan yang berupa keputusan
dalam melakukan suatu kunjungan atau menggunakan sesuatu. Salim,(2005:202)
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap konsumen atau
pengunjung melandasi segala sesuatunya terutama dalam memberikan keputusan
apakah dia akan mengunjungi obyek-obyek wisata baik yang belum atau sudah
2.6.1. Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Keputusan Berkunjung
Fishbein (dalam Engel et al., 1990, p.137) mengatakan bahwa minat
dipandang sebagai sesuatu yang dengan segera mendahului tingkah laku yang
ditentukan oleh komponen sosial atau norma subyektif yang dipertimbangkan dan
digabungkan untuk mengevaluasi dan menyeleksi beberapa alternatif perilaku,
guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Kottler (2003:63) menjelaskan pengalaman
wisatawan dalam melakukan kunjungan akan berfungsi sebagai referensi untuk
berkunjung kembali atau tidak ke daerah tersebut. Sebagaimana suatu contoh,
seorang individu ingin berkunjung ke suatu obyek wisata a dikarena refernsi dari
atasan, tetapi dari pihak keluarga tidak menyetujui tetapi individu tersebut lebih
menyukai obyek wisata a, dari ilustrasi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap
indinidu tersebut tidaklah selalu sejalan dengan perilakunya tetapi, norma
subyektif seseorang lebih terdorong karena motivasi, kepercayaan, referensi dari
seseorang untuk melakukan sesuatu atau dengan kata lain melakukan suatu
kunjungan. Kanuk and Schiffman,(1994:249).
Teori Of Reasoned Action Mampu memprediksi perilaku akurat, tetapi
hanya dalam kondisi tertentu yang sangat spesifik. Dengan kata lain yang paling
signifikan dari model tersebut, manfaat utamanya adalah ukuran minat berperilaku
konsumen sebab didalamnya terdapat suatu norma subyektif yang dirasakan oleh
setiap individu seperti pengalaman-pengalaman dan interaksi diantara
individu.Sutisna,(2003:15)
Norma subyektif ini lebih mengarah pada jalinan anjuran yang diberikan
diberikan inilah yang menjadi dasar konsumen dalam menganjurkan konsumen
lainnya untuk mengunjungi obyek tersebut.
Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu,
maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut.
Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari
obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk
kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang
ditawarkan pemasaran atau tidak. Norma subyektif sebagai faktor sosial
menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak
melakukan tidakan atau perilaku seseorang yang dapat terpengaruh oleh
2.8. Hipotesis
1. Bahwa sikap berpengaruh positif terhadap minat konsumen dalam menikmati
obyek wisata Jatim Park di Kota Batu Malang.
2. Bahwa norma subyektif berpengaruh positif terhadap minat konsumen dalam
24
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang
pengoperasiaan atau pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi
variabel-varibel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukurannya.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Keputusan Berkunjung (Y) merupakan proses mengidentifikasikan masalah
atau kesempatan dan memilih di antara alternatifdari rangkaian tindakan..
Indikator : Wood (1998:532)
Y1. keindahan, merupakan Persepsi individu untuk melihat obyek wisata
alam di Jawa Timur Park.
Y2. Berkunjung kembali, merupakan keinginan atau hasrat bagi wisatawan
untuk berkunjung kembali
Y3. Mengunjungi obyek wisata, merupakan keinginan wisatawan untuk
mengetahui isi dari pada obyek wisata di Jawa Timur Park.
Y4. Menceritakan kepada orang lain, merupakan pengalaman setelah
mengunjungi obyek wisata dan akan menceritakannya kepada orang lain
2. Sikap (atribut yang diyakini konsumen) (X1), tanggapan terhadap rangsangan
lingkungan yang dapat menilai atau membimbing tingkah laku orang tersebut.
Indikatornya : Salim,(2005:216).
X11. Daya tarik, Sesuatu hal yang menjadi idola, pesona dari obyek wisata
X1.3 Keamanan, Aman dari tindak kriminal, serta sarana dan prasarana yang
disediakan merupakan jaminan bagi para pengunjung
X1.4 Pelayanan, pelayanan yang ramah sesuai dengan harapan pengunjung
X1.5 Cinderamata, tersedianya souvenir, adanya cinderamata yang dijual
berdekatan dengan obyek wisata
3. Norma Subyektif (X2) mencerminkan persepsi konsumen tentang apa yang
orang lain ingin lakukan atas dasar anjuran-anjuran. Indikator : Salim,
(2003:202).
X21. Keyakinan normatif, bahwa orang lain melakukan tindakan tertentu.
X2.2. Motivasi, keinginan seseorang untuk mematuhi pikiran kelompok acuan
yang dianggap penting.
X2.3
Sangat tidak setuju Sangat Setuju
Keterangan :
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Netral
4 = Setuju
Anjuran kerabat, mengunjungi obyek wisata karena anjuran kerabat.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan skala interval dengan pembobotan skala likert (likert scale). skala
likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi
tentang fenomena yang terjadi. Adalah sebagai berikut:
5 = Sangat setuju
3.2.Teknik Pengambilan Sampel
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang berkunjung dan
menikmati wahana di Jatim Park Batu Malang.
b. Sampel
Untuk penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non
Probability sampling yaitu dengan purposive Sampling yaitu penarikan
sampel berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh sampel.
Ciri-ciri sampel tersebut adalah: (1) Berusia minimal 18 tahun. (2) Pernah
berkunjung dan menikmati wahana Jatim Park Batu Malang dalam tiga bulan
terakhir atau minimal lebih dari dua kali.
- Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100 - 200
sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).
- Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10
kali jumlah parameter yang diestimasi
- Karena terdapat 12 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah (12X10 = 120) maka sampel yang digunakan adalah sebesar 120
responden.Ferdinand (2002:48).
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan
kuesioner kepada konsumen yang berkunjung dan menikmati wahana Jatim
Park Batu Malang
b. Data Sekunder
Adalah data pendukung yang diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan
dalam hal ini Jatim Park Batu Malang. Data ini antara lain berupa data
perusahaan dan gambaran umum.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil
langsung dari konsumen yang berkunjung dan menikmati wahana Jatim Park Batu
Malang dengan cara menyebarkan kuesioner.
3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa cara berikut:
a. Observasi
Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti -
bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.
b. Kuisioner
Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar
Park Batu Malang untuk diisi agar memperoleh jawaban langsung dari
konsumen.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Teknik Analisis
Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Merupakan teknik statistik yang
memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relative rumit. Model
pengukuran sikap, norma subyektif terhadap minat konsumen menggunakan
confirmatory factor analyses. Langkah-langkah dalam analisis SEM model
pengukuran dengan contoh factor variabel minat konsumen dilakukan sebagai
berikut :
Persamaan Dimensi variabel minat konsumen :
Y1 = λ1minat konsumen + er_1
Y2 = λ2 minat konsumen + er_2
Y3 = λ3 minat konsumen + er_3
Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk
diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model
pengukuran dengan contoh variabel minat konsumen akan nampak sebagai
berikut:
Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Minat Konsumen
Keterangan :
Y1.1 = pertanyaan tentang keinginan melihat keindahan alam
Y1.2 = pertanyaan tentang keinginan berkunjung kembali
Y1.3 = pertanyaan tentang keinginan mengunjungi obyek wisata dan berekreasi
Y1.4 = pertanyaan tentang keinginan akan menceritakan kepada orang lain
er_j = error term X1j
3.4.2. Outliers
Outlier adalah obsevasi yang muncul dengan nilai-nilai eksterim baik
secara univariat maupun multivariate yang muncul karena kombinasi karakteristik
unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi
lainya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui
munculnya outlier itu. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat
kategori.
• Pertama, outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam
memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya 8 diketik
80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam rentang jawaban
responden antara 1-10 jika hal semacam ini lolos maka akan menjadi sebuah
nilai ekstrim.
• Kedua, outlier dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang
memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain daripada tetapi peneliti
mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai ekstrim itu.
• Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak
dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai nilai
• Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila
dikombinasi dengan varibel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau
sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.
3.4.3. Evaluasi atas outliers
Menagamati atas z-score variabel: ketentuan diantara +_ 3,0 non outlier
Multivariate outlier diukur dengan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p <
0,001.Jarak diuji dengan Chi-Square (X2) pada df (degrees of Freedom) sebesar
jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis < dari nilai X2 adalah
multivariate outlier.
3.4.4. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi
sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah
tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan
derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini
dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan
dengan cara mengkorelasiakn antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini
koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of
significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai
Keterangan :
r = koefisien korelasi
X = tanggapan responden
Y = total tanggapan responden seluruh pertanyaan
n = jumlah responden
3.4.5. Uji Reliabilitas
Yang dimaksud dengan reabilitas ukuran mengenai konsistensi internal
dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana
masing-masing indicator itu menghasilakan sebuah konstruk/faktor laten yang
umum.
Construct-reliability dan Variance-extracted dihitung dengan rumus:
Construct-reliability =
• Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap-tiap
indikator (diambil dari computer, AMOS 4.01, dengan melihat nilai
estimasi setiap construct standardize regression weigths terhadap setiap
butir sebagai indikatornya. Sementara εj
j
ε
dapat dihitung dengan formula:
= 1- (Standardize Loading)2
Secara umum,nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,70
dan variance extracted≥ 0,5 ( Hair et. al., 1998 ).
Untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam
analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah
adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang
biasanya disajikan dalam statistik diskriptif dari hampir semua program statistik.
Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value yang dihasilkan
melalui rumus berikut ini :
=
−Score
NilaiZ
N Skewness
/ 6
dimana N adalah ukuran sampel.
Bila nilai –z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa
distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan
tingkat signifiukasi yag dikehendaki. Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih
besar dari ±2,58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari
distribusi pada tingkat 0,01 (1%). Nilai kritis lainnya yang umum digunakan
adalah nilai kritis sebesar ±1,96 yang berarti bahwa asumsi normalitas ditolak
pada tingkat signifikasi 0.05 (5%) Sumber ( Ferdinand Augusty 2002 : 95 )
3.4.7. Multicollinearity dan Singularity
Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan
singularitas dalam kombinasi-komninasi variabel, maka perlu mengamati
determinan dari variable kovarian sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil
mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak
dapat digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan. (Ferdinand Augusty 2002
3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,
dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p
[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar
daripada t table berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan.
3.4.9. Pengujian model dengan Two-Step Approach
Two-Step Approach to structural equation modelling [SEM] digunakan
untuk menguji model yang diajukan. Two-Step Approach digunakan untuk
mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir
instrumentasi yang digunakan [Hartline & Ferrell, 1996], dan keakuratan
reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini.
Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan two step approach adalah
sebagai berikut:
a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator
summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap
indikator tersebut distandardisasi [Z-scores] dengan mean = 0, deviasi standar
= 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala
yang berbeda-beda tersebut [Hair et.al.,1998].
b. Menetapkan error [ε] dan lambda [λ] terms, error terms dapat dihitung
dengan rumus 0,1 kali σ2 dan lamda terms dengan rumus 0,95 kali σ
[Anderson dan Gerbing,1988]. Perhitungan construct reliability [α] telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung
[λ] terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix
pada analisis model pengukuran SEM.
3.4.10. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan
prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan
pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis
menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang
diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut
mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model
“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam
penggunaan structural equation modelling.
Tabel 3.1: Goodness of Fit Indices
GOODNESS OF
FIT INDEX KETERANGAN CUT-OFF VALUE
X2 Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data]. - Chi-square
Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.
Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar. ≤ 0,08
GFI
Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi
[analog dengan R2 ≥
0,90 dalam regresi berganda].
AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model. ≥ 0,95
CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya
sample dan kerumitan model. ≥ 0,95 Sumber
1. X² CHI SQUARE STATISTIK
: Hair et.al., [1998]
Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood
digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik
chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan
dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil
nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan
dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data,
maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan. X² bersifat
sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil
maupun yang terlalu besar.
2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of APPROXIMATION
RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi
chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan
goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai
RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat
diterimanya degress of freedom.
3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS
GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini
akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians
sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI
adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor
fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini
menunjukkan sebuah “better fit”.
AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila
AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun
AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians
alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterprestasikan
sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai
antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).
5. CMIN/DF
Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model.
Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya
sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang
dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif
yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks
kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.
6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS
TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai
yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah
penerimaan ≥0,95 nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a verry good fit.
7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX
Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin
mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( a very good fit).
Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini
besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk
mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan
Jawa Timur Park (JTP) merupakan objek wisata yang memadukan secara
serasi konsep pendidikan (Education) dan konsep pariwisata (Tourism) dalam satu
ruang dan satu waktu terletak di Jalan Kartika 2 Batu, Jawa Timur, sehingga
mampu menjadi sarana penyebaran informasi tentang khasanah ilmu pengetahuan
dan teknologi (Biologi/ Kimia / Matematika / Fisika), Stadium Galeri Belajar
yang mampu menampung 300 siswa, lembar Panduan Belajar Siswa dan
kelengkapan alat peraga ilmu terapan (Indoor & Outdoor) yang diantaranya
didukung oleh PLN, Telkom, Rimba Raya dan sejumlah Universitas Terkemuka
(Negeri maupun Swasta) di Jawa Timur.
Serta dapat menjadi pemandu untuk memperdalam wawasan tentang
ragam budaya bangsa dengan keberadaan Galeri Etnik Nusantara dan Anjungan
Jawa Timur. Terletak di lereng timur gunung Panderman, dalam area ± 11 hektar
dan ketinggian 850m diatas permukaan laut, serta didukung hadirnya 3 wahana
baru setiap tahunnya yang lebih menghibur dan mengasyikan, pengunjung dapat
merasakan kesejukan, kenyamanan dan keindahan panorama pegunungan yang
menjadi background Jawa Timur park dan kota Batu.
Dengan suguhan (One Stop Service) Jawa Timur Park menyambut
kedatangan anda mulai 08.30 - 16.00 WIB setiap harinya. Selain itu tersedia pula
Pasar Sayur dan Galeri Bung. Serta fasilitas umum yang tak kalah pentingnya
yaitu Mushola, Klinik, Wartel, Nursery Room, Toilet dan Tempat Parkir yang
representatif. Jawa Timur Park juga dilengkapi dengan Club Bunga Butik Resort
& Pondok Penginapan Jatim Park yang akan membuat acara wisata anda terasa
nyaman, tenang, menyenangkan dan tidak terburu-buru karena lokasinya yang
relative dekat dengan Jawa Timur Park.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Penyebaran Kuisioner
Kuisioner disebarkan untuk mendapatkan sampel dengan menggunakan
teknik purposive Sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan ciri-ciri atau
karakteristik yang dimiliki oleh sampel, diolah dengan menggunakan structural
equation modelling.
4.2.2. Keadaan Responden
Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban
responden dari pertanyaan–pertanyaan yang diajukan didalam pertanyaan umum
kuisener yang telah diberikan. Dari jawaban–jawaban tersebut diketahui hal–hal
seperti dibawah ini.
a. Jenis Kelamin
Dari 120 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari 120 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat
diketahui usia para responden yakni pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2: Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
17 14.2 14.2 14.2
Berdasarkan data di atas bahwa mayoritas responden yang berkunjung di
wahana di Jatim Park Batu Malang adalah responden yang berusia 31-40 tahun,
usia tersebut menunjukkan bahwa responden suka berekreasi atau hanya sekedar
melepas lelah beraktivitas kegiatan sehari-hari..
4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis
4.3.1. Uji Outlier
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam
bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau
mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel)
outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila
sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi
dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua
variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick &
Fidel, 1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan
jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan
menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier
Sumber : Data Diolah
Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan menggunakan
kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu
dievaluasi dengan menggunakan χ2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel
yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis
lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi
32.909. Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 23.064 yang kurang dari χ2
Penguj ian Reliabilit y Consist ency I nt er nal
tersebut. Dengan demikian, tidak terjadi multivariate outliers.
4.3.2. Uji Reliabilitas
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s Alpha ini
digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi
indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki
ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan
memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002).
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4. Uji Reliabilitas
Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator
yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena nilai item to total
correlation indikator seluruhnya ada yang tidak ≥ 0,5. Indikator yang tereliminasi
tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's
dilakukan setelah proses eliminasi. Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal
Cronbach’s Alpha yang diperoleh seluruhnya memenuhi rules of thumb yang
disyaratkan yaitu ≥ 0,7 (Hair et.al.,1998; Sekaran,2003).
4.3.3. Uji Validitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator
dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya
diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent
variable atau construct akan diuji dengan melihat loading factor dari hubungan
antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada
tabel di bawah ini.
Tabel 4.5. Uji Validitas
Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor
loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct
sebagian besar ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut
4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted
Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu
juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua
pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang akan
memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator
individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002). Dan
variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50. Hasil perhitungan
construct reliability dan variance extracted dapat dilihat dalam tabel 4.7.
Tabel 4.6. Construct Reliability dan Variance Extracted Const r uct Reliabilit y & Var iance Ex t r at ed
Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan
variance extracted menunjukkan instrumen cukup reliabel, yang ditunjukkan
dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikia n
angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang
dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima
sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi.
4.3.5. Uji Normalitas
Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Skewness Value dari data yang
digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk
menguji normalitas itu disebut z-value. Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis
maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat
ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 (1%) yaitu sebesar ± 2,58.
Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariat diantara ± 2,58 dan itu berarti asumsi
normalitas terpenuhi dan data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.
Hasil analisis tampak pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Uji Normalitas
Sumber: Data Diolah
4.4. Structural Equation Modelling
4.4.1. Evaluasi Model One – Step Approach to SEM
Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural
parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan
dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh
MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Attitude, Subjective Norm, & Visit Decision Model Specification : One Step Approach - Base Model
Visit
diestimasi secara bersama-sama (one-step approach to SEM). One-stepapproach
to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta
validitas dan reliabilitas data sangat baik. (Hair.et.al, 1998). Hasil estimasi dan fit
model one-stepapproach to SEM dengan menggunakan program aplikasi AMOS
4.01 terlihat pada gambar dan tabel Goodness of Fit dibawah ini.
Gambar 4.1
Sumber: data diolah
Tabel 4.8.
Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Base Model Ev aluasi Kr it er ia Goodness of Fit I ndices
Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach base model ternyata
dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya belum
data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori
belum sepenuhnya didukung oleh fakta.
4.4.2. Uji Hipotesis Kausalitas
Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix: 56,4 > 0
mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini
sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi
masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah
ini.
Tabel 4.9. Pengujian Hipotesis
Uj i Hipot esis Kausalit as Regr ession Weight s
Ust d St d
Pr ob. Fak t or Fak t or Est im at e Est im at e
Visit _Decision At t it ude - 0.020 - 0.045 0.702 Visit _Decision Subj ect ive_Norm 0.112 0.254 0.033 Bat as Signifik ansi ≤ 0,10 Sumber : Lampiran Di olah
Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang
menyatakan bahwa :
a. Faktor Attitude berpengaruh positif terhadap Faktor Visity Decision, tidak
dapat diterima [Prob. kausalnya 0,702 > 0,10 [tidak signifikan [Negatif].
b. Faktor Subjective Norm berpengaruh positif terhadap Faktor Visit
Decision, dapat diterima [Prob. kausalnya 0,033 ≤ 0, 10 [signifikan
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian
4.5.1. Pengaruh Sikap Terhadap Keputusan Berkunjung
Berdasarkan hasil di atas bahwa sikap berpengaruh positif terhadap
keputusan berkunjung, tidak dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa untuk
variabel sikap juga mempunyai pengaruh yang rendah terhadap keputusan
berkunjung di obyek wisata tersebut dan dapat dikatakan bahwa sikap yang
dilakukan secara rasional oleh para responden. Sehingga nilai yang diperoleh
terkesan biasa saja dan keputusan pembenahan dalam memperbaiki wahana di
Jatim Park Batu Malang juga harus ditingkatkan demi kenyamanan para
pengunjung. Oleh karena itu sikap pengunjung haruslah ditunjang oleh beberapa
faktor seperti keamanan, keindahan, kbersihan wahana di Jatim Park Batu Malang
sehingga mereka tertarik untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut.
Sikap merupakan pilihan yang ditentukan oleh konsumen dalam
berkunjung dalam suatu obyek wisata, nilai-nilai yang diterima konsumen atas
informasi mengenai obyek wisata di Jatim Park Batu Malang ditunjukkan dengan
penilaian terhadap kemudahan dijangkau, kehidupan malam dan hiburan, nilai
sumber alam, budaya, dan keamanan. Persepsi wisatawan yang berkunjung
kesana. Sepeti halnya kejadian pada waktu lalu wahan Flying tornadonya sempat
mengalami kecelakaan, hal ini bisa membuat wisatawan mengalami kekhawatiran
sehingga merek memutuskan untuk tidak berkunjung di obyek wisata tersebut,
4.5.2. Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Keputusan Berkunjung
Berdasarkan hasil penelitian bahwa norma subjektif berpengaruh positif
terhadap keputusan untuk berkunjung kembali, dapat diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa norma-norma subjektif merupakan kontrol tingkah laku yang
dipersepsikan terhadap hal tersebut, individu juga mempertimbangkan kontrol
tingkah laku yang dipersepsikannya, yaitu kemampuan mereka untuk melakukan
tindakan berdasarkan lingkungan, pergaulan sosial yang akhirnya mendorong
merek untuk mengikuti atas anjuran tersebut, norma subjektif dapat menjadi
dorongan yang kuat dalam lingkungan pergaulan sosial, sehingga ketika mereka
hendak memutuskan kemana akan melakukan perjalan an wisata, berhubungn
dengan adanya anjuran atau orang-orang yang dihormati dalam setiap
keputusannya maka konsumen pun akan melakuna tindakan tersebut.
Hal tesebut dapat disebabkan oleh faktor wisatawan itu sendiri, terutama
yang menyangkut masalah pengetahuan dan wawasan mereka tentang hal-hal
yang terkait dengan pelayanan yang diberikan, sarana prasarana yang mereka
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, pengumpulan dan menganalisis terhadap
data yang telah diperoleh dari responden, maka kesimpulan dan saran dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah didapatkan bahwa :
a. Faktor Attitude berpengaruh positif terhadap Faktor keputusan berkunjung
tidak dapat diterima
b. Faktor norma subjektif berpengaruh positif terhadap Faktor keputusan
berkunjung, dapat diterima.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah :
1. Maka dalam rangka meningkatkan jumlah pengunjung perlu diciptakan atau
diupayakan situasi dan kondisi yang kondusif. Upaya tersebut dapat
dilaksanakan dengan cara menekan atau mengurangi peluang timbulnya
gangguan atau meningkatkan kesiagaan petugas keamanan.
2. Faktor pelayanan dalam skup yang lebih luas (pengembangan industri
pariwisata alam) mempunyai peranan yang cukup penting di dalam
mempengaruhi keputusan pengunjung atau wisatawan, oleh karena itu faktor
pelayanan tersebut harus tetap menjadi perhatian semua pihak yang terkait,
terlebih lagi apabila yang menjadi segmen pasar dalam pengembangan obyek