• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SIKAP DAN NORMA SUBYEKTIIF TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG DALAM MENIKMATI OBYEK WISATA JATIM PARK DI KOTA BATU MALANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SIKAP DAN NORMA SUBYEKTIIF TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG DALAM MENIKMATI OBYEK WISATA JATIM PARK DI KOTA BATU MALANG."

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Oleh:

0512010217 / FE / EM Aulia Arnia

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`

JAWA TIMUR

(2)

SKRIPSI

Oleh:

0512010217 / FE / EM Aulia Arnia

KEPADA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`

JAWA TIMUR

(3)

MENIKMATI OBYEK WISATA JATIM PARK

DI KOTA BATU MALANG

Disusun oleh:

0112010047 / FE / EM Andreas Dwilangga

telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur pada tanggal 25 September 2006.

Pembimbing Tim Penguji

Pembimbing Utama Ketua

DR.Dhani Ichsanudin Nur, MM

Sekretaris

DR.Dhani Ichsanudin Nur, MM

Anggota

Dra.Ec.Suhartutik, MM

Dra.Ec.Tri Kartika,.P, MSi Mengetahui

(4)

Oleh :

Aulia Arnia

Abstraksi

JAWA TIMUR Park adalah salah satu alternatif taman belajar dan rekreasi yang memadukan unsur pendidikan dan hiburan sehingga mampu memberikan informasi kepada masyarakat untuk dapat lebih mengenal budaya bangsa serta sekaligus menambah khasanah ilmu pengtahuan dan tekhnologi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang berkunjung di wahana JAWA TIMUR Park batu Malang. akhir-akhir ini wahana Jatim Park sendiri mengalami permasalahan, seperti adanya kemacetan dan kerusakan pada wahana flyingfox

Sampel yang diambil adalah sebesar 120 responden. Data yang dipergunakan adalah data primer yaitu data yang berdasarkan kuisioner hasil jawaban responden. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah Structural Equation Modelling.

sebanyak 30 orang penumpang wahana Tornado di objek wisata "Jatim Park", Batu, Jawa Timur, terjebak di atas ketinggian 5-7 meter, Senin sore (26/1). kejadian seperti inillah yang menjadi penilaian konsumen ketika memutuskan berkunjung ke obyek wilayah tersebut.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan telah didapatkan bahwa : 1). Faktor sikap berpengaruh positif terhadap Faktor keputusan berkunjung tidak dapat diterima. 2). Faktor norma subjektif berpengaruh positif terhadap Faktor keputusan berkunjung, dapat diterima.

(5)

1

Ada sebuah adagium esensial yang menyatakan bahwa di satu sisi tangan–

tangan manusia mengukir alam dan di sisi lain tangan – tangan alam memahat

manusia. Adagium tersebut berkonotasi inheren betapa dekat relasi kohesi antara

manusia dengan alam. Alam sebagai ibu asuh membentuk watak dan

menyediakan keperluan manusia demi kelangsungan hidupnya. Sedangkan

manusia merasa takut merusak atau kehilangan lingkungan alamiah dan berusaha

mengkonservasinya. Hubungan simbiotik tersebut telah memberikan lebih banyak

keuntungan, keindahan, kenyamanan dan kesehatan manusianya. Namun seiring

dengan perkembangan dan pembangunan pariwisata telah terjadi inklinasi yakni

dikotomi antara pariwisata dengan lingkungan alam, manusia sebagai pelaku

pariwisata secara proaktif melakukan kerusakan dan pengrusakan terhadap

lingkunan alam yang sejatinya menjadi tempat hidup, tumbuh, berkembang

,melahirkan budaya dan peradabannya. Lingkungan alam dieksploitasi secara

eksesif guna memperoleh keuntungan sebesar–besarnya tanpa memperhatikan

keberlangsungan kehidupan manusia lainnya. Keuntungan sesaat yang diperoleh

justru berdampak membawa bencana bagi manusia seperti kekeringan, kebakaran,

banjir, dan tanah longsor.adikampana, (2009).

Salah satu kunci sukses dari strategi pemasaran adalah pengembangan

produk dan promosi yang sesuai dengan kebutuhan target pasar. Dengan demikian

(6)

atribut dan tampilan yang memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk itu produsen

perlu mengetahui bagaimana konsumen memandang produk-produk dan progam

pemasarannya. Bagi perusahaan tanggapan konsumen terhadap produk yang

dihasilkannya adalah sangat penting, termasuk penilaian konsumen terhadap

atribut-atribut produk. Penilaian konsumen ini akan mempengaruhi niat

konsumen. Niat merupakan satu faktor internal (individual) yang mempengaruhi

perilaku konsumen, niat adalah suatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi

rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari

beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman dan

Kanuk, 2000: 206). Dalam proses pembelian, niat beli konsumen ini berkaitan erat

dengan motif yang dimilikinya untuk memakai ataupun membeli produk tertentu.

Motif pembelian ini berbeda-beda untuk setiap konsumen. Kemudian sikap

individu yang membedakan gaya hidup pembeli berdasarkan kesempatan belanja,

manfaat yang dicari, status pengguna, tingkat penggunaan, status kesetiaan,

tingkat kesetiaan, tingkat kesiapaan dan sikap terhadap produk.

Sikap ini dilakukan konsumen berdasarkan pandangannya terhadap produk

dan proses belajar baik dari pengalaman atau orang lain. Sikap konsumen bisa

merupakan sikap positif atau negatif terhadap obuek tetentu, dengan mempelajari

keadaan sekitar sika tersebut dapat memberikan suatu kputusan yang berupa minat

dalam melakukan suatu atau menggunakan sesuatu. Salim,(2005:202). Teori Of

Reasoned Action Mampu memprediksi perilaku akurat, tetapi hanya dalam

(7)

model tersebut, manfaat utamanya adalah ukuran minat berperilaku konsumen

sebab didalamnya terdapat suatu norma subyektif yang dirasakan oleh setiap

individu seerti pengalaman-pengalaman dan interaksi diantara individu.

Jawa Timur merupakan salah satu propinsi di pulau Jawa yang mempunyai

potensi sangat bagus sebagai tempat wisata. Banyak kota yang sangat potensial

dijadikan sebagai kota wisata di Jawa Timur. Tetapi kendala yang dihadapi oleh

Jawa Timur adalah kurangnya obyek wisata yang bukan hanya menarik tapi juga

meninggalkan kesan tersendiri. Akibatnya propinsi di Jawa yang digemari

masyarakat untuk berekreasi atau berlibur bukanlah Jawa Timur. Bahkan

masyarakat Jawa Timur memiliki kecenderungan untuk berlibur ke Jawa Tengah

ataupun ke Bali.

Berkaitan dengan fenomena tersebut maka didirikanlah JAWA TIMUR

Park: Taman Belajar dan Rekreasi di kotamadya Batu. JAWA TIMUR Park

adalah salah satu alternatif taman belajar dan rekreasi yang memadukan unsur

pendidikan dan hiburan sehingga mampu memberikan informasi kepada

masyarakat untuk dapat lebih mengenal budaya bangsa serta sekaligus menambah

khasanah ilmu pengtahuan dan tekhnologi. Beberapa fasilitas yang tersedia di

JAWA TIMUR Park dapat dinikmati pengunjung dengan sistem ticketing, yaitu

sistem pembelian tiket sebelum menikmatinya. Alasan pemilihan nama JAWA

TIMUR Park adalah untuk mendongkrak propinsi Jawa Timur, sedangkan sub

judul Taman Belajar dan Rekreasi digunakan untuk mencerminkan isi dari JAWA

(8)

Alasan pemilihan lahan di kotamadya Batu adalah karena kotamadya Batu

merupakan kota wisata dengan berbagai keunggulan dan fasilitas yang tersedia.

Lokasinya yang berada di pegunungan dan pebukitan menyajikan pemandangan

alam yang asri dengan udara yang jauh dari polusi. Dengan keunggulan ini JAWA

TIMUR Park akan mempunyai potensi ke depan yang cukup bagus. Selain

menjadi daya tarik tersendiri sebagai obyek wisata bagi pengunjung kotamadya

Batu, juga akan menjadi sumber penghasilan daerah. Di Jatim Park sebab masih

banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dan dibenahi Kab. Malang

khususnya dengan keluarnya Kotatif Batu untuk menjadi Kota Batu, tentunya hal

itu berpengaruh pada daya tarik obyek wisata yang ada kepada konsumen, karena

dilihat dari banyaknya potensi hotel dan restoran serta obyek-obyek wisata yang

ada di wilayah tersebut. "Hal inilah yang menarik perhatian kami, untuk

mengetahui kebijakan apa yang diambil oleh Kab. Malang dalam mengatasi

permasalahan tersebut. Mengingat di Kab. Pasuruan ada wacana kearah sana yaitu

pecahnya Kab. Pasuruan jadi dua wilayah, barat dan timur maka perlu adanya

antisipasi sedini mungkin.http://wap.malangkab.go.id/2009

Berikut adalah daftar jumlah pengunjung di Jatim Park Batu Malang

dalam tahun 2006-2008 adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisata

Tahun

Jumlah

Wisatawan Pertumbuhan

2006 450000 -

2007 390000 38,99%

2008 320000 31,99%

Sumber : Jatim Park Batu Malang, 2009

(9)

Dari data di atas menggambarkan bahwa memang pada saat-saat tertentu

pada waktu liburan mengalami lonjakan pengunjung, tetapi pada akhir-akhir ini

wahana Jatim Park sendiri mengalami permasalahan, seperti adanya kemacetan

dan kerusakan pada wahana flyingfox

1. Apakah sikap berpengaruh terhadap keputusan pengunjung dalam menikmati

obyek wisata Jatim Park di Kota Batu Malang?

sebanyak 30 orang penumpang wahana

Tornado di objek wisata "Jatim Park", Batu, Jawa Timur, terjebak di atas

ketinggian 5-7 meter, Senin sore (26/1). Di antara penumpang yang terjebak itu

ada yang pingsan karena takut dan panik saat wahana tersebut tiba-tiba macet total

di udara, demikian lapor wartawan Antara yang datang ke tempat

kejadian.Jawabannews,(2009).

Dengan harapan yang besar pada obyek wisata baru di kotamadya Batu

yaitu JAWA TIMUR Park tentu saja dibutuhkan suatu strategi yang baik sehingga

dapat menunjang keberhasilan JAWA TIMUR Park serta dapat memberikan

manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu dalam penelitian ini diangkatlah judul

dengan “Analisis Pengaruh Sikap Dan Norma Subyektiif Terhadap Keputusan Pengunjung Dalam Menikmati Obyek Wisata Jatim Park Di Kota Batu Malang”.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan berdasarkan pada latar belakang yang telah di uraikan

sebelumnya, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut :

2. Apakah norma subyektif terhadap keputusan pengunjung dalam menikmati

(10)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan,

secara garis besar penelitian bertujuan:

1. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap terhadap keputusan pengunjung

dalam menikmati obyek wisata Jatim Park di Kota Batu Malang.

2. Untuk mengetahui pengaruh norma subyektif pengaruh sikap terhadap

terhadap keputusan pengunjung dalam menikmati obyek wisata Jatim Park di

Kota Batu Malang.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Memberikan data, informasi dan gambaran serta masukan yang berguna

bagi perkembangan Jatim Park agar menjadi perusahaan yang lebih maju.

2. Bagi pihak lain yang membutuhkan

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak lain yang

membutuhkan informasi tentang masalah yang sejenis, sehingga bisa

membantu mengatasi masalah yang ada.

(11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Sigit, Murwanto,(2006) dengan judul

penelitian ”Pengaruh sikap dan norma subyektif Terhadap niat beli mahasiswa

sebagai konsumen potensial Produk pasta gigi close up”. Permasalahan dalam

penelitian ini adalah 1).Sikap konsumen dan norma subyektif konsumen secara

bersamasama tidak berpengaruh terhadap niat beli.2).norma subyektif konsumen

secara parsial tidak berpengaruh terhadap niat beli.

Teknik analsis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

linear berganda. Hasil penelitian ini adalah Pertama, sikap dan norma subyektif

dari mahasiswa UII secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap niat

membeli pasta gigi Close Up. Kedua, sikap dari mahasiswa UII secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap niat membeli pasta gigi Close Up. Ketiga, norma

subyektif dari mahasiswa UII secara parsial berpengaruh signifikan terhadap niat

membeli pasta gigi Close Up.

Penelitian selanjutnya adalah dilakukan oleh Widiawan, K (2004).Dengan

judul penelitian “Perbandingan tingkat Kepentingan Variabel Layanan Pada Jasa

Yang Bersifat Rekreatif Dan Non Rekreatif”. Permasalahan yang diangkat dalam

penelitian ini adalah variable layanan mana yang dipentingkan konsumen.

Teknik analisis yang digunakan adalah dengan uji perbedaan yaitu Uji

(12)

tidak ada beda tingkat kepentingan variable layanan, hal ini rumah sakit dan

pendidikan memiliki karakteristik yang berbeda.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Pemasaran

Menurut Kotler (1997:8) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial

yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan

dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain.

Menurut Stanton pada buku Swastha dan Irawan (1983 : 5) pemasaran

adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan

barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada

maupun pembeli potensial.

Menurut Pride dan Ferrel (1995 : 4) pemasaran adalah proses perencanaan

dan pelaksanaan rancangan, penetapan harga, promosi dan distribusi

gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi

sasaran-sasaran individu dan organisasi.

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemasaran

merupakan seluruh kegiatan usaha yang dibuat untuk merencanakan, menentukan

harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa dalam menciptakan

hubungan pertukaran yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan

(13)

2.2.1.1. Konsep Pemasaran

Menurut Kotler (1997: 17), konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci

untuk meraih tujuan organisasi adalah lebih efektif daripada para pesaing dalam

memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan

dan keinginan pasar sasaran.

Sebagai falsafah bisnis konsep pemasaran bertujuan memberikan keputusan

terhadap keinginan dan kebutuhan konsumen atau berorientasi kepada konsumen.

Definisi konsep pemasaran ini menurut Swastha dan Irawan (1983:10) adalah

sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa kebutuhan konsumen merupakan

syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Kotler

(1992:30), konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan

organisasi terdiri dari penelitian kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan

penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efisien dan lebih efektif

dibanding para pesaing.

Berdasarkan kedua pengertian konsep pemasaran di atas, dapat

disimpulkan bahwa konsep pemasaran suatu perusahaan yang harus dimulai

dengan usaha mengenali dan merumuskan keinginan dan kebutuhan konsumen.

Dasar pemikiran yang terkandung di dalam konsep pemasaran dapat digolongkan

menjadi tiga elemen pokok, yaitu :

a. Orientasi konsumen atau pasar atau pembeli.

Dalam upaya memasarkan hasil produksinya, produsen hendaknya

memperhatikan selera konsumen, karena produk yang dihasilkan akan lebih

(14)

penggunanya. Beberapa komponen yang harus ada untuk perusahaan yang

benar-benar ingin memperhatikan konsumen, anatar lain :

• Menentukan kebutuhan pokok (basic needs) dari pembeli yang

akan dilayani dan dipenuhi.

• Memilih kelompok pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.

• Menentukan produk dan program permasalahannya.

• Mengadakan penelitian pada konsumen untuk mengukur, menilai

dan menafsirkan keinginan sikap serta tingkah laku mereka.

• Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah menitik

beratkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang

menarik.

b. Volume penjualan yang menguntungkan

Merupakan tujuan dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh

dengan melalui pemuasan konsumen. Dengan laba ini, perusahaan dapat

tumbuh berkembang, dapat menggunakan kemampuan yang lebih besar, dapat

memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen, serta dapat

rnemperkuat kondisi perekonomian secara keseluruhan.

Dapat pula dikatakan bahwa sebenarnya laba itu sendiri merupakan

pencerminan dari usaha-usaha perusahaan yang berhasil memberikan

kepuasan pada konsumen.

c. Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran.

Penyusunan kegiatan pemasaran berarti setiap orang dan setiap bagian dalam

(15)

perusahaan dapat terealisir, terkoordinir untuk memberikan kepuasan yang

menjadi keputusan.

Perbedaan konsep penjualan dan konsep pemasaran (Kotler, 1997:18)

adalah sebagai berikut:

a. Konsep pejualan

1. memusatkan perhatian pada kebutuhan penjualan.

2. Sibuk dengan kebutuhan penjual untuk mengubah produknya

menjadi uang tunai.

b. Konsep pemasaran

1. Memusatkan perhatian pada kebutuhan pembeli.

2. Sibuk dengan gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan

melalui produk dan segala sesuatu yang berkaitan dengan

penciptaan, pengiriman dan akhirnya pengkonsumsian produk

tersebut.

2.3. Sikap (attitudes) 2.3.1. Pengertian Sikap

Sikap memainkan peranan penting dalam pembentukan perilaku individu

dalam hal pembelian terhadap suatu produk atau merek. Dalam memutuskan

produk atau merek apa yang akan dibeli, atau toko mana yang akan dijadikan

langganan konsumen akan secara khas melakukan pemilihan terhadap suatu

merek atau produk yang dievaluasi secara menguntungkan. Sebagi akibatnya

(16)

Sikap adalah evaluasi kognitif seseorang yang berlangsung terus menerus,

perasaan emosionalnya, kecondongan bertindak kearah sasaran atau gagasan

tertentu (William J Stanton 1985; 161), sedangkan menurut Kotler (2002; 200)

sikap merupakan evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan tindakan yang

menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang

terhadap suatu obyek atau gagasan.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2000) dikutip dari buku Ristianti Prasetyo

dan John J.O.I Ihalauw (2005: 104) definisi sikap merupakan predisposisi yang

dipelajari dalam merespons secara konsisten suatu obyek, dalam bentuk suka atau

tidak suka.

Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sikap

mempengaruhi perasaan senang atau tidak senang terhadap obyek yang

dipertanyakan. Indikator-indikator yang mempengaruhi pembentukan sikap

adalah:

Pengaruh Keluarga

Keluarga merupakan pengaruh yang sangat penting dalam

keputusan pembelian. Keluarga adalah lingkungan dimana

sebagian calon konsumen tinggal dan berinteraksi dengan

anggota-anggota keluarga lainnya yang akan saling mempengaruhi dalam

(17)

Pengaruh Orang Lain

Pengaruh dari orang lain lebih memungkinkan mempengaruhi

sikap dan perilaku pembelian dari iklam (Kazt dan Lazarsfel

dikutip Assael 1992)

Pengalaman

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan seseorang dalam

bertingkah laku. Pengalaman dapat diperoleh dari semua

perbuatanya dimasa lalu atau dapat pula dipelajari, sebab dengan

belajar seseorang dapat memperoleh pengalaman. Penafsiran dan

proses belajar konsumen merupakan kunci untuk mengetahui

perilaku pembeliannya (Basu Swasta, 84)

2.3.1.1. Model Sikap

Menurut Setiadi (2003: 217) terdapat tiga indikator komponen sikap, yaitu

komponen kognitif dari sikap adalah kepercayaan merek, komponen afektif atau

perasaan, dan komponen konatif atau tindakan adalah maksud untuk membeli.

Hubungan antara kepercayaan terhadap merek, evaluasi, sikap berkeinginan akan

(18)

Gambar 2.2. Hubungan antar 3 komponen sikap

Menurut Schiffman dan Kanuk, (1994) dalam Sumarwan (2002 : 147 ),

secara rinci ketiga komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kognitif adalah pengetahuan dan persepsi konsumen, yang diperoleh

melalui pengalaman dengan suatu objek-sikap dan informasi dari

berbagai sumber. Pengetahuan dan persepsi ini biasanya berbentuk

kepercayaan (belief), yaitu konsumen mempercayai bahwa produk

memiliki sejumlah atribut. Kognitif ini ini sering juga disebut sebagai

pengetahuan dan kepercayaan konsumen.

2. Afektif menggambarkan emosi dan perasaan konsumen, Schiffman

dan Kanuk (1994) dalam Sumarwan (2002:147) menyebutnya sebagai

as primary evaluative in nature “, yaitu menunjukkan penilaian

langsung dan umum terhadap suatu produk, apakah produk itu disukai

atau tidak disukai; atau apakah produk itu baik atau buruk. Komponen Kognitif Kepercayaan

Terhadap Merek

Komponen afektif Evaluasi Merek

(19)

3. Konatif menunjukkan tindakan seseorang atau kecenderungan perilaku

terhadap suatu objek, Engel, ( 1993 ) dalam Sumarwan ( 2002 : 147 ),

konatif berkaitan dengan tindakan atau perilaku yang akan dilakukan

oleh seorang konsumen terhadap pembelian dan sering juga disebut

intention.

Dari tiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah sikap

karena evaluasi merek merupakan ringkasan dari kecenderungan konsumen untuk

menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu. Evaluasi merek sesuai dengan

definisi dari sikap terhadap merek yaitu kecenderungan untuk mengevaluasi

merek baik disenangi atau tidak disenangi.

2.3.1.2. Fungsi Sikap

Menurut Kazt dalam Setiadi ( 2003 : 214 ) mengklasifikasikan empat

fungsi sikap yaitu :

1. Fungsi Utilitarian

Merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar

imbalan dan hukuman. Dalam hal ini konsumen mengembangkan

beberapa sikap terhadap produk atas dasar suatu produk memberikan

kepuasan atau kekecewaan.

2. Fungsi Ekspresi Nilai

Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk

bukan didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas

kemampuan merek produk itu mengekspresikan nilai-nilai yang ada

(20)

3. Fungsi Mempertahankan Ego

Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk

melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal,

sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.

4. Fungsi Pengetahuan

Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang

begitu banyak setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan

dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan

kebingungan dalam memilah informasi yang relevan dengan

kebutuhannya.

2.3.1.3. Faktor Sikap Konsumen

Menurut Sutisna (2003: 101), faktor-faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah:

a. Pengaruh keluarga, keluarga mempunyai pengaruh penting dalam dalam

keputusan pembelian.

b. Pengaruh kelompok kawan sebaya (peer group influence). Kawan/ sejawat

mampu mempengaruhi dalam perilaku pembelian. Peer group lebih cenderung

memungkinkan mempengaruhi sikap dan perilaku pembelian daripada iklan.

c. Pengalaman, pengalaman masa lalu mempengaruhi sikap terhadap merek.

Pengalaman menggunakan suatu merek produk pada masa lalu akan

memberikan evaluasi atas merek tersebut. bila pengalaman itu kurang

menyenangkan maka konsumen akan cenderung mempunyai sikap negatif

(21)

d. Kepribadian, sifat-sifat seperti suka menyerang, terbuka, kepatuhan

mempengaruhi sikap terhadap produk.

Adapun instrumen indikator dari sikap (atribut yang diyakini konsumen)

adalah sebagai berikut : salim,(2003:216).

1. Daya tarik obyek wisata, sesuatu hal yang menjadi idola, pesona dari obyek

wisata tersebut

2. Kondisi obyek wisata

3. Kebersihan obyek wisata

4. Pelyanan yang ramah sesuai dengan harapan pengunjung

5. Suasana tempat yang nyaman

6. Memiliki tempat parkir yang luas

7. Keamanan yang terjamin, merupakan jaminan bagi para pengunjung aman

dari tindak kriminal, serta sarana dan prasarana yg disediakan

8. Transportasi ke obyek wisata tersedia

9. Transportasi menyenangkan dan aman

10.Tersedianya kerajinan dan souvenir

11.Kerajinan dan souvenir sesuai dengan keinginan

12.Jenis souvenir sangat banyak

13.Pelayanan hotel yang memuaskan

2.4. Norma Subyektif

2.4.1. Pengertian Norma Subyektif

Norma subyektif adalah sebagai faktor sosial yang menunjukkan tekanan

(22)

seseorang dapat terpengaruh oleh pandangan orang lain atau tidak sama sekali.

Seorang individu mempelajari sikap melalui pengalaman dan interaksi dengan

orang lain. Meskipun sikap dapat dipelajari dan dapat diubah, tetapi umumnya

tetap stabil dan tidak berubah dari waktu ke waktu, pda setiap saat tidak semuanya

memiliki dampak yang setara dan beberapa suka lebih kuat dari sikap lainnya.

Salim, (2003:202).

Adapun instrumen dari norma subyektif adalah sebagai berikut:

1. Keyakinan normative bahwa orang lain melakukan tindakan tertentu

2. motivasi seseorang untuk mematuhi pikiran kelompok acuan yang

dianggap penting

3. Mengunjungi obyek wisata atas anjuran kerabat, teman dan orang lain.

2.5. Minat Konsumen 2.5.1. Pengertian Minat

Minat adalah selera masing-masing orang yang menjadi dasar pemilihan

sesuatu, minat membeli menunjukkan pada kecenderungan seseorang untuk lebih

menyukai produk dengan merek tertentu.

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu

merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang

diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael,

2001).

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu

merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang

(23)

2001). Mehta (1994: 66) mendefinisikan minat beli sebagai kecenderungan

konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang

berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan

konsumen melakukan pembelian.

Pengertian minat beli menurut Howard (1994) ( Durianto dan Liana, 2004:

44) adalah minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana

konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang

dibutuhkan pada periode tertentu. Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan

pernyataan mental dari dari konsumen yang merefleksikan rencana pembelian

sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para

pemesar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk, baik para

pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan variabel minat untuk memprediksi

perilaku konsumen dimasa yang akan datang. Sedangkan definisi minat beli

menurut Kinnear dan Taylor (1995) (Thamrin, 2003: 142) adalah merupakan

bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap mengkonsumsi,

kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli

benar-benar dilaksanakan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat konsumen Aspek

A.I.D.A secara jelas dapat dijabarkan sebagai berikut : Khasali, Rhenald (1995)

a. Perhatian

Kesadaran dengan stimulus trtentu atau memberikan perhatian atas suatu

(24)

b. Ketertarikan

Tidak ada suatu patokan tertentu dalam penggunaan perangkat kreatif ini guna

membuat orang tertarik pada suatu obyek. Hal itu mungkin berlaku secara

selektif dan membaca tertentu akan merasa tertarik pada suatu obyek tertentu,

misalnya, iklan kosmetik, makanan, pakaian, perumahan, kendaraan bermotor,

atau komputer, obyek wisata. Rasa tertarik mungkin dapat dimunculkan

dengan pewarnaan, gambar, atau teks iklan yang menarik, dan hal ini pada

gilirannya akan semakin diperkuat oleh keorisinilan penampilan dan

penyusunan kalimat dalam teks iklan

c. Keinginan

Konsumen harus dibuat lebih dari sekadar merasa tertarik dan terpikat,

mereka harus didorong untuk menginginkanproduk atau jasa yang tersebut.

d. Tindakan

Upaya terakhir untuk membujuk konsumen atau pengunjung agar segera

melakukan suatu tindakan atau bagian dari itu. Bujukan yang diajukan berupa

harapan agar konsumen melakukan sesuatu, melihat-lihat, suka timbul

inisiatif untuk membelinya atau mengunjunginya.

Adapun indikator dari minat konsumen adalah sebagai berikut:

Salim,(2005:217).

1. ingin melihat keindahan alam

2. ingin berkunjung kembali

3. mengunjungi obyek wisata dan rekreasi

(25)

2.6. Pengaruh Sikap Terhadap Minat Berkunjung

Salah satu hal dalam memahami perilaku konsumen atau wisatawan adalah

memahami proses dimana calon wisatawan melakukan pertimbangan sebelum

memutuskan untuk melakukan perjalanan wisata dan memilih tempat tujuan

perjalanan wisatanya.

Seseorang ingin pergi ke suatu tempat, baik itu untuk berlibur maupun

hanya sekedar berkunjung, biasanya dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya

adalah motivasi, promosi, dan image (Watson, 1993). Ketiga hal tersebut juga

merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang dalam travel decision

process, yakni proses dimana calon wisatawan melakukan pertimbangan sebelum

memutuskan untuk melakukan perjalanana wisatanya dan memilih tempat tujuan

perjalanan wisatanya.

Allport juga memandang sikap tersebut sebagai suatu perasaan atau

evaluasi umum (positif atau negative) tentang orang, obyek atau persoalan. Sikap

ini dilakukan konsumen berdasarkan pandangannya terhadap produk dan proses

belajar baik dari pengalaman atau orang lain. Sikap konsumen bisa merupakan

sikap positif atau negatif terhadap obyek tetentu, dengan mempelajari keadaan

sekitar, sikap tersebut dapat memberikan suatu keputusan yang berupa keputusan

dalam melakukan suatu kunjungan atau menggunakan sesuatu. Salim,(2005:202)

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap konsumen atau

pengunjung melandasi segala sesuatunya terutama dalam memberikan keputusan

apakah dia akan mengunjungi obyek-obyek wisata baik yang belum atau sudah

(26)

2.6.1. Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Keputusan Berkunjung

Fishbein (dalam Engel et al., 1990, p.137) mengatakan bahwa minat

dipandang sebagai sesuatu yang dengan segera mendahului tingkah laku yang

ditentukan oleh komponen sosial atau norma subyektif yang dipertimbangkan dan

digabungkan untuk mengevaluasi dan menyeleksi beberapa alternatif perilaku,

guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Kottler (2003:63) menjelaskan pengalaman

wisatawan dalam melakukan kunjungan akan berfungsi sebagai referensi untuk

berkunjung kembali atau tidak ke daerah tersebut. Sebagaimana suatu contoh,

seorang individu ingin berkunjung ke suatu obyek wisata a dikarena refernsi dari

atasan, tetapi dari pihak keluarga tidak menyetujui tetapi individu tersebut lebih

menyukai obyek wisata a, dari ilustrasi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap

indinidu tersebut tidaklah selalu sejalan dengan perilakunya tetapi, norma

subyektif seseorang lebih terdorong karena motivasi, kepercayaan, referensi dari

seseorang untuk melakukan sesuatu atau dengan kata lain melakukan suatu

kunjungan. Kanuk and Schiffman,(1994:249).

Teori Of Reasoned Action Mampu memprediksi perilaku akurat, tetapi

hanya dalam kondisi tertentu yang sangat spesifik. Dengan kata lain yang paling

signifikan dari model tersebut, manfaat utamanya adalah ukuran minat berperilaku

konsumen sebab didalamnya terdapat suatu norma subyektif yang dirasakan oleh

setiap individu seperti pengalaman-pengalaman dan interaksi diantara

individu.Sutisna,(2003:15)

Norma subyektif ini lebih mengarah pada jalinan anjuran yang diberikan

(27)

diberikan inilah yang menjadi dasar konsumen dalam menganjurkan konsumen

lainnya untuk mengunjungi obyek tersebut.

Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu,

maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut.

Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari

obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk

kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang

ditawarkan pemasaran atau tidak. Norma subyektif sebagai faktor sosial

menunjukkan tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak

melakukan tidakan atau perilaku seseorang yang dapat terpengaruh oleh

(28)
(29)

2.8. Hipotesis

1. Bahwa sikap berpengaruh positif terhadap minat konsumen dalam menikmati

obyek wisata Jatim Park di Kota Batu Malang.

2. Bahwa norma subyektif berpengaruh positif terhadap minat konsumen dalam

(30)

24

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel berisi pernyataan tentang

pengoperasiaan atau pendefinisian konsep-konsep penelitian menjadi

variabel-varibel penelitian termasuk penetapan cara dan satuan pengukurannya.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Keputusan Berkunjung (Y) merupakan proses mengidentifikasikan masalah

atau kesempatan dan memilih di antara alternatifdari rangkaian tindakan..

Indikator : Wood (1998:532)

Y1. keindahan, merupakan Persepsi individu untuk melihat obyek wisata

alam di Jawa Timur Park.

Y2. Berkunjung kembali, merupakan keinginan atau hasrat bagi wisatawan

untuk berkunjung kembali

Y3. Mengunjungi obyek wisata, merupakan keinginan wisatawan untuk

mengetahui isi dari pada obyek wisata di Jawa Timur Park.

Y4. Menceritakan kepada orang lain, merupakan pengalaman setelah

mengunjungi obyek wisata dan akan menceritakannya kepada orang lain

2. Sikap (atribut yang diyakini konsumen) (X1), tanggapan terhadap rangsangan

lingkungan yang dapat menilai atau membimbing tingkah laku orang tersebut.

Indikatornya : Salim,(2005:216).

X11. Daya tarik, Sesuatu hal yang menjadi idola, pesona dari obyek wisata

(31)

X1.3 Keamanan, Aman dari tindak kriminal, serta sarana dan prasarana yang

disediakan merupakan jaminan bagi para pengunjung

X1.4 Pelayanan, pelayanan yang ramah sesuai dengan harapan pengunjung

X1.5 Cinderamata, tersedianya souvenir, adanya cinderamata yang dijual

berdekatan dengan obyek wisata

3. Norma Subyektif (X2) mencerminkan persepsi konsumen tentang apa yang

orang lain ingin lakukan atas dasar anjuran-anjuran. Indikator : Salim,

(2003:202).

X21. Keyakinan normatif, bahwa orang lain melakukan tindakan tertentu.

X2.2. Motivasi, keinginan seseorang untuk mematuhi pikiran kelompok acuan

yang dianggap penting.

X2.3

Sangat tidak setuju Sangat Setuju

Keterangan :

1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju

3 = Netral

4 = Setuju

Anjuran kerabat, mengunjungi obyek wisata karena anjuran kerabat.

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan skala interval dengan pembobotan skala likert (likert scale). skala

likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi

tentang fenomena yang terjadi. Adalah sebagai berikut:

5 = Sangat setuju

(32)

3.2.Teknik Pengambilan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang berkunjung dan

menikmati wahana di Jatim Park Batu Malang.

b. Sampel

Untuk penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non

Probability sampling yaitu dengan purposive Sampling yaitu penarikan

sampel berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh sampel.

Ciri-ciri sampel tersebut adalah: (1) Berusia minimal 18 tahun. (2) Pernah

berkunjung dan menikmati wahana Jatim Park Batu Malang dalam tiga bulan

terakhir atau minimal lebih dari dua kali.

- Ukuran sampel yang harus terpenuhi dalam model ini adalah 100 - 200

sampel untuk teknik (Maximum Likelihood Estimation).

- Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi pedomannya adalah 5-10

kali jumlah parameter yang diestimasi

- Karena terdapat 12 indikator maka jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah (12X10 = 120) maka sampel yang digunakan adalah sebesar 120

responden.Ferdinand (2002:48).

3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

(33)

Data primer yang diolah dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan

kuesioner kepada konsumen yang berkunjung dan menikmati wahana Jatim

Park Batu Malang

b. Data Sekunder

Adalah data pendukung yang diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan

dalam hal ini Jatim Park Batu Malang. Data ini antara lain berupa data

perusahaan dan gambaran umum.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data yang diambil

langsung dari konsumen yang berkunjung dan menikmati wahana Jatim Park Batu

Malang dengan cara menyebarkan kuesioner.

3.3.3. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan menggunakan

beberapa cara berikut:

a. Observasi

Merupakan pengamatan langsung pada perusahaan untuk mendapatkan bukti -

bukti yang berkaitan dengan obyek penelitian.

b. Kuisioner

Yaitu pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan daftar

(34)

Park Batu Malang untuk diisi agar memperoleh jawaban langsung dari

konsumen.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1. Teknik Analisis

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah Structural Equation Modelling [SEM]. Merupakan teknik statistik yang

memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang relative rumit. Model

pengukuran sikap, norma subyektif terhadap minat konsumen menggunakan

confirmatory factor analyses. Langkah-langkah dalam analisis SEM model

pengukuran dengan contoh factor variabel minat konsumen dilakukan sebagai

berikut :

Persamaan Dimensi variabel minat konsumen :

Y1 = λ1minat konsumen + er_1

Y2 = λ2 minat konsumen + er_2

Y3 = λ3 minat konsumen + er_3

Bila persamaaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model untuk

diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka model

pengukuran dengan contoh variabel minat konsumen akan nampak sebagai

berikut:

Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Minat Konsumen

(35)

Keterangan :

Y1.1 = pertanyaan tentang keinginan melihat keindahan alam

Y1.2 = pertanyaan tentang keinginan berkunjung kembali

Y1.3 = pertanyaan tentang keinginan mengunjungi obyek wisata dan berekreasi

Y1.4 = pertanyaan tentang keinginan akan menceritakan kepada orang lain

er_j = error term X1j

3.4.2. Outliers

Outlier adalah obsevasi yang muncul dengan nilai-nilai eksterim baik

secara univariat maupun multivariate yang muncul karena kombinasi karakteristik

unik yang dimilikinya dan terlihat sangat jauh berbeda dari observasi-observasi

lainya. Dapat diadakan treatment khusus pada outliers ini asal diketahui

munculnya outlier itu. Outliers pada dasarnya dapat muncul dalam empat

kategori.

• Pertama, outlier muncul karena kesalahan prosedur seperti kesalahan dalam

memasukkan data atau kesalahan dalam mengkoding data. Misalnya 8 diketik

80 sehingga jauh berbeda dengan nilai-nilai lainnya dalam rentang jawaban

responden antara 1-10 jika hal semacam ini lolos maka akan menjadi sebuah

nilai ekstrim.

• Kedua, outlier dapat muncul karena keadaan yang benar-benar khusus yang

memungkinkan profil datanya lain daripada yang lain daripada tetapi peneliti

mempunyai penjelasan mengenai penyebab munculnya nilai ekstrim itu.

• Ketiga, outlier dapat muncul karena adanya sesuatu alasan tetapi peneliti tidak

dapat mengetahui apa penyebabnya atau tidak ada penjelasan mengenai nilai

(36)

• Keempat, outlier dapat muncul dalam range nilai yang ada, tetapi bila

dikombinasi dengan varibel lainnya, kombinasinya menjadi tidak lazim atau

sangat ekstrim. Inilah yang disebut multivariate outlier.

3.4.3. Evaluasi atas outliers

Menagamati atas z-score variabel: ketentuan diantara +_ 3,0 non outlier

Multivariate outlier diukur dengan kriteria jarak mahalanobis pada tingkat p <

0,001.Jarak diuji dengan Chi-Square (X2) pada df (degrees of Freedom) sebesar

jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : Mahalanobis < dari nilai X2 adalah

multivariate outlier.

3.4.4. Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi

sebenarnya yang diukur. Analisis validitas item bertujuan untuk menguji apakah

tiap butir pertanyaan benar-benar sudah sahih, paling tidak kita dapat menetapkan

derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang diyakini

dalam pengukuran. Sebagai alat ukur yang digunakan, analisis ini dilakukan

dengan cara mengkorelasiakn antar skor item denga skor total item. Dalam hal ini

koefisien korelasi yang nilai signifikasinya lebih kecil dari 5 % (level of

significance) menunjukkan bahwa item-item tersebut sudah sahih sebagai

(37)

Keterangan :

r = koefisien korelasi

X = tanggapan responden

Y = total tanggapan responden seluruh pertanyaan

n = jumlah responden

3.4.5. Uji Reliabilitas

Yang dimaksud dengan reabilitas ukuran mengenai konsistensi internal

dari indikator-indikator sebuah konstruk yang menunjukan derajat sampai dimana

masing-masing indicator itu menghasilakan sebuah konstruk/faktor laten yang

umum.

Construct-reliability dan Variance-extracted dihitung dengan rumus:

Construct-reliability =

Std. Loading diperoleh langsung dari standardized loading untuk tiap-tiap

indikator (diambil dari computer, AMOS 4.01, dengan melihat nilai

estimasi setiap construct standardize regression weigths terhadap setiap

butir sebagai indikatornya. Sementara εj

j

ε

dapat dihitung dengan formula:

= 1- (Standardize Loading)2

Secara umum,nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≥ 0,70

dan variance extracted≥ 0,5 ( Hair et. al., 1998 ).

(38)

Untuk menguji normalitas distribusi data-data yang digunakan dalam

analisis, peneliti dapat menggunakan uji-uji statistik. Uji yang paling mudah

adalah dengan mengamati skewness value dari data yang digunakan, yang

biasanya disajikan dalam statistik diskriptif dari hampir semua program statistik.

Nilai statistik untuk menguji normalitas itu disebut z-value yang dihasilkan

melalui rumus berikut ini :

=

Score

NilaiZ

N Skewness

/ 6

dimana N adalah ukuran sampel.

Bila nilai –z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa

distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat ditentukan berdasarkan

tingkat signifiukasi yag dikehendaki. Misalnya, bila nilai yang dihitung lebih

besar dari ±2,58 berarti kita dapat menolak asumsi mengenai normalitas dari

distribusi pada tingkat 0,01 (1%). Nilai kritis lainnya yang umum digunakan

adalah nilai kritis sebesar ±1,96 yang berarti bahwa asumsi normalitas ditolak

pada tingkat signifikasi 0.05 (5%) Sumber ( Ferdinand Augusty 2002 : 95 )

3.4.7. Multicollinearity dan Singularity

Untuk melihat apakah pada data penelitian terdapat multikolinieritas dan

singularitas dalam kombinasi-komninasi variabel, maka perlu mengamati

determinan dari variable kovarian sampelnya. Determinan yang benar-benar kecil

mengindikasikan adanya multikolinieritas dan singularitas, sehingga data tidak

dapat digunakan untuk analisis yang sedang dilakukan. (Ferdinand Augusty 2002

(39)

3.4.8. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung [koefisien jalur] diamati dari bobot regresi terstandar,

dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR [Critical Ratio] atau p

[probability] yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar

daripada t table berarti pengujian hipotesis kausal berarti signifikan.

3.4.9. Pengujian model dengan Two-Step Approach

Two-Step Approach to structural equation modelling [SEM] digunakan

untuk menguji model yang diajukan. Two-Step Approach digunakan untuk

mengatasi masalah sampel data yang kecil jika dibandingkan dengan jumlah butir

instrumentasi yang digunakan [Hartline & Ferrell, 1996], dan keakuratan

reliabilitas indikator-indikator terbaik dapat dicapai dalam two-step approach ini.

Cara yang dilakukan dalam menganalisis SEM dengan two step approach adalah

sebagai berikut:

a. Menjumlahkan skala butir-butir setiap konstrak menjadi sebuah indikator

summed-scale bagi setiap konstrak. Jika terdapat skala yang berbeda setiap

indikator tersebut distandardisasi [Z-scores] dengan mean = 0, deviasi standar

= 1, yang tujuannya adalah untuk mengeliminasi pengaruh-pengaruh skala

yang berbeda-beda tersebut [Hair et.al.,1998].

b. Menetapkan error [ε] dan lambda [λ] terms, error terms dapat dihitung

dengan rumus 0,1 kali σ2 dan lamda terms dengan rumus 0,95 kali σ

[Anderson dan Gerbing,1988]. Perhitungan construct reliability [α] telah

dijelaskan pada bagian sebelumnya dan deviasi standar [σ] dapat dihitung

(40)

[λ] terms diketahui, skor-skor tersebut dimasukkan sebagai parameter fix

pada analisis model pengukuran SEM.

3.4.10. Evaluasi Model

Hair et.al., 1998 menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan

prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan

pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis

menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang

diperkuat. Sebaliknya, suatu model teotitis tidak diperkuat jika teori tersebut

mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji apakah model

“good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam

penggunaan structural equation modelling.

Tabel 3.1: Goodness of Fit Indices

GOODNESS OF

FIT INDEX KETERANGAN CUT-OFF VALUE

X2 Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan cova-riance sample [apakah model sesuai dengan data]. - Chi-square

Diharapkan Kecil, 1 s.d 5. atau paling baik diantara 1 dan 2.

Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariace data dan matriks covariance yang diestimasi.

Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi-Square pada sample besar. ≤ 0,08

GFI

Menghitung proporsi tertimbang varians dalam matrtiks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi

[analog dengan R2 ≥

0,90 dalam regresi berganda].

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF. ≥ 0,90 CMIND/DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2,00 TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap baseline model. ≥ 0,95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya

sample dan kerumitan model. ≥ 0,95 Sumber

1. X² CHI SQUARE STATISTIK

: Hair et.al., [1998]

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah likelihood

(41)

digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar (lebih dari 200), statistik

chi-square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang diuji akan

dipandang baik atau memuaskan bila nilai chi-squarenya rendah. Semakin kecil

nilai X² semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah mengembangkan

dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang fit terhadap data,

maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X² yang kecil dan signifikan. X² bersifat

sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang terlalu kecil

maupun yang terlalu besar.

2. RMSEA-THE ROOT MEAN SQUARE ERROR Of APPROXIMATION

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi

chi-square statistik dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi alam populasi. Nilai

RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0,08 merupakan indeks untuk dapat

diterimanya degress of freedom.

3. GFI – GOODNES of FIT INDEKS

GFI adalah analog dari R dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini

akan menghitung proporsi tertimbang dari varians dalam matriks kovarians

sampel yang dijelaskan oleh kovarians matriks populasi yang terestimasi. GFI

adalah sebuah ukuran non- statistika yang mempunyai rentang nilai antara 0 (poor

fit) sampai dengan 1,0 (perfect fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini

menunjukkan sebuah “better fit”.

(42)

AGFI = GFI/df Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila

AGFI mempunyai niali yang sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun

AGFI adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians

alam sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterprestasikan

sebagai tingkatan yang baik (good overall model fit) sedangkan besaran nilai

antara 0,90-0,95 menunjukkan tingkatan cukup (adequate fit).

5. CMIN/DF

Sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah model.

Dalam hal ini CMNI/DF tidak lain adalah statistik chi-square, X² dibagi Dfnya

sehingga disebut X² relatif. Nilai X² relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kurang

dari 3,0 adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X² relatif

yang tinggi menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks

kovarians yang diobservasikan dan diestimasi.

6. TLI – TUCKER LEWIS INDEKS

TLI adalah sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai

yang direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

penerimaan ≥0,95 nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a verry good fit.

7. CFI – COMPERATIF FIT INDEX

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0-1, dimana semakin

mendekati 1, mendidentifikasikan tingkat fit yang paling tinggi ( a very good fit).

Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0.95. Keunggulan dari indeks ini

besarnya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk

mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan

(43)
(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan

Jawa Timur Park (JTP) merupakan objek wisata yang memadukan secara

serasi konsep pendidikan (Education) dan konsep pariwisata (Tourism) dalam satu

ruang dan satu waktu terletak di Jalan Kartika 2 Batu, Jawa Timur, sehingga

mampu menjadi sarana penyebaran informasi tentang khasanah ilmu pengetahuan

dan teknologi (Biologi/ Kimia / Matematika / Fisika), Stadium Galeri Belajar

yang mampu menampung 300 siswa, lembar Panduan Belajar Siswa dan

kelengkapan alat peraga ilmu terapan (Indoor & Outdoor) yang diantaranya

didukung oleh PLN, Telkom, Rimba Raya dan sejumlah Universitas Terkemuka

(Negeri maupun Swasta) di Jawa Timur.

Serta dapat menjadi pemandu untuk memperdalam wawasan tentang

ragam budaya bangsa dengan keberadaan Galeri Etnik Nusantara dan Anjungan

Jawa Timur. Terletak di lereng timur gunung Panderman, dalam area ± 11 hektar

dan ketinggian 850m diatas permukaan laut, serta didukung hadirnya 3 wahana

baru setiap tahunnya yang lebih menghibur dan mengasyikan, pengunjung dapat

merasakan kesejukan, kenyamanan dan keindahan panorama pegunungan yang

menjadi background Jawa Timur park dan kota Batu.

Dengan suguhan (One Stop Service) Jawa Timur Park menyambut

kedatangan anda mulai 08.30 - 16.00 WIB setiap harinya. Selain itu tersedia pula

(45)

Pasar Sayur dan Galeri Bung. Serta fasilitas umum yang tak kalah pentingnya

yaitu Mushola, Klinik, Wartel, Nursery Room, Toilet dan Tempat Parkir yang

representatif. Jawa Timur Park juga dilengkapi dengan Club Bunga Butik Resort

& Pondok Penginapan Jatim Park yang akan membuat acara wisata anda terasa

nyaman, tenang, menyenangkan dan tidak terburu-buru karena lokasinya yang

relative dekat dengan Jawa Timur Park.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Penyebaran Kuisioner

Kuisioner disebarkan untuk mendapatkan sampel dengan menggunakan

teknik purposive Sampling yaitu penarikan sampel berdasarkan ciri-ciri atau

karakteristik yang dimiliki oleh sampel, diolah dengan menggunakan structural

equation modelling.

4.2.2. Keadaan Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui jawaban

responden dari pertanyaan–pertanyaan yang diajukan didalam pertanyaan umum

kuisener yang telah diberikan. Dari jawaban–jawaban tersebut diketahui hal–hal

seperti dibawah ini.

a. Jenis Kelamin

Dari 120 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat

(46)

Tabel 4.1 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari 120 responden yang menjawab kuisioner yang telah diberikan dapat

diketahui usia para responden yakni pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2: Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

17 14.2 14.2 14.2

Berdasarkan data di atas bahwa mayoritas responden yang berkunjung di

wahana di Jatim Park Batu Malang adalah responden yang berusia 31-40 tahun,

usia tersebut menunjukkan bahwa responden suka berekreasi atau hanya sekedar

melepas lelah beraktivitas kegiatan sehari-hari..

4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis

4.3.1. Uji Outlier

Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang

terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul dalam

bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi atau

mutivariat (Hair, 1998). Evaluasi terhadap outlier multivariate (antar variabel)

(47)

outliers pada tingkat univariate, tetapi observasi itu dapat menjadi outliers bila

sudah saling dikombinasikan. Jarak antara Mahalanobis untuk tiap-tiap observasi

dapat dihitung dan akan menunjukkan sebuah observasi dari rata-rata semua

variabel dalam sebuah ruang multidimensional (Hair.dkk, 1998; Tabachnick &

Fidel, 1996). Uji terhadap outliers multivariate dilakukan dengan menggunakan

jarak Mahalanobis pada tingkat p < 1%. Jarak Mahalanobis itu dievaluasi dengan

menggunakan χ² (chi kuadrat) pada derajat bebas sebesar jumlah variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Hasil uji outlier tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Hasil Uji Outlier

Sumber : Data Diolah

Deteksi terhadap multivariat outliers dilakukan dengan menggunakan

kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak Mahalanobis itu

dievaluasi dengan menggunakan χ2 pada derajat bebas sebesar jumlah variabel

yang digunakan dalam penelitian. Bila kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis

lebih besar dari nilai chi-square pada tingkat signifikansi 0,001 maka terjadi

(48)

32.909. Hasil analisis Mahalanobis diperoleh nilai 23.064 yang kurang dari χ2

Penguj ian Reliabilit y Consist ency I nt er nal

tersebut. Dengan demikian, tidak terjadi multivariate outliers.

4.3.2. Uji Reliabilitas

Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Cronbach’s Alpha ini

digunakan untuk mengestimasi reliabiltas setiap skala (variabel atau observasi

indikator). Sementara itu item to total correlation digunakan untuk memperbaiki

ukuran-ukuran dan mengeliminasi butir-butir yang kehadirannya akan

memperkecil koefisien Cronbach’s Alpha yang dihasilkan (Purwanto, 2002).

Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4. Uji Reliabilitas

Proses eleminasi diperlakukan pada item to total correlation pada indikator

yang nilainya < 0,5 [Purwanto,2003]. Terjadi eliminasi karena nilai item to total

correlation indikator seluruhnya ada yang tidak ≥ 0,5. Indikator yang tereliminasi

tidak disertakan dalam perhitungan cronbach's alpha. Perhitungan cronbach's

dilakukan setelah proses eliminasi. Hasil pengujian reliabilitas konsistensi internal

(49)

Cronbach’s Alpha yang diperoleh seluruhnya memenuhi rules of thumb yang

disyaratkan yaitu ≥ 0,7 (Hair et.al.,1998; Sekaran,2003).

4.3.3. Uji Validitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator

dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya

diukur, karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap latent

variable atau construct akan diuji dengan melihat loading factor dari hubungan

antara setiap observed variable dan latent variable. Hasil analisis tampak pada

tabel di bawah ini.

Tabel 4.5. Uji Validitas

Berdasarkan hasil confirmatory factor analysis terlihat bahwa factor

loadings masing masing butir pertanyaan yang membentuk setiap construct

sebagian besar ≥ 0,5, sehingga butir-butir instrumentasi setiap konstruk tersebut

(50)

4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted

Selain melakukan pengujian konsistensi internal Cronbach’s Alpha, perlu

juga dilakukan pengujian construct reliability dan variance extracted. Kedua

pengujian tersebut masih dalam koridor uji konsistensi internal yang akan

memberikan peneliti kepercayaan diri yang lebih besar bahwa indikator-indikator

individual mengukur suatu pengukuran yang sama (Purwanto, 2002). Dan

variance extracted direkomendasikan pada tingkat 0,50. Hasil perhitungan

construct reliability dan variance extracted dapat dilihat dalam tabel 4.7.

Tabel 4.6. Construct Reliability dan Variance Extracted Const r uct Reliabilit y & Var iance Ex t r at ed

Hasil pengujian reliabilitas instrumen dengan construct reliability dan

variance extracted menunjukkan instrumen cukup reliabel, yang ditunjukkan

dengan nilai construct reliability belum seluruhnya ≥ 0,7. Meskipun demikia n

angka tersebut bukanlah sebuah ukuran “mati” artinya bila penelitian yang

dilakukan bersifat exploratory, maka nilai di bawah 0,70 pun masih dapat diterima

sepanjang disertai alasan–alasan empirik yang terlihat dalam proses eksplorasi.

(51)

4.3.5. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan dengan Skewness Value dari data yang

digunakan yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif. Nilai statistik untuk

menguji normalitas itu disebut z-value. Bila nilai-z lebih besar dari nilai kritis

maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tidak normal. Nilai kritis dapat

ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi 0,01 (1%) yaitu sebesar ± 2,58.

Hasilnya diperoleh nilai c.r. multivariat diantara ± 2,58 dan itu berarti asumsi

normalitas terpenuhi dan data layak untuk digunakan dalam estimasi selanjutnya.

Hasil analisis tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Uji Normalitas

Sumber: Data Diolah

4.4. Structural Equation Modelling

4.4.1. Evaluasi Model One – Step Approach to SEM

Dalam model SEM, model pengukuran dan model struktural

parameter-parameternya diestimasi secara bersama-sama. Cara ini agak mengalami kesulitan

dalam memenuhi tuntutan fit model. Kemungkinan terbesar disebabkan oleh

(52)

MODEL PENGUKURAN & STRUKTURAL Attitude, Subjective Norm, & Visit Decision Model Specification : One Step Approach - Base Model

Visit

diestimasi secara bersama-sama (one-step approach to SEM). One-stepapproach

to SEM digunakan apabila model diyakini bahwa dilandasi teori yang kuat serta

validitas dan reliabilitas data sangat baik. (Hair.et.al, 1998). Hasil estimasi dan fit

model one-stepapproach to SEM dengan menggunakan program aplikasi AMOS

4.01 terlihat pada gambar dan tabel Goodness of Fit dibawah ini.

Gambar 4.1

Sumber: data diolah

Tabel 4.8.

Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Model One- Step Approach – Base Model Ev aluasi Kr it er ia Goodness of Fit I ndices

Dari hasil evaluasi terhadap model one step approach base model ternyata

dari semua kriteria goodness of fit yang digunakan, seluruhnya belum

(53)

data. Artinya, model konseptual yang dikembangkan dan dilandasi oleh teori

belum sepenuhnya didukung oleh fakta.

4.4.2. Uji Hipotesis Kausalitas

Dilihat dari angka determinant of sample covariance matrix: 56,4 > 0

mengindikasikan tidak terjadi multicolinierity atau singularity dalam data ini

sehingga asumsi terpenuhi. Dengan demikian besaran koefisien regresi

masing-masing faktor dapat dipercaya sebagaimana terlihat pada uji kausalitas di bawah

ini.

Tabel 4.9. Pengujian Hipotesis

Uj i Hipot esis Kausalit as Regr ession Weight s

Ust d St d

Pr ob. Fak t or  Fak t or Est im at e Est im at e

Visit _Decision  At t it ude - 0.020 - 0.045 0.702 Visit _Decision  Subj ect ive_Norm 0.112 0.254 0.033 Bat as Signifik ansi ฀ ≤ 0,10 Sumber : Lampiran Di olah

Dilihat dari tingkat Prob. arah hubungan kausal, maka hipotesis yang

menyatakan bahwa :

a. Faktor Attitude berpengaruh positif terhadap Faktor Visity Decision, tidak

dapat diterima [Prob. kausalnya 0,702 > 0,10 [tidak signifikan [Negatif].

b. Faktor Subjective Norm berpengaruh positif terhadap Faktor Visit

Decision, dapat diterima [Prob. kausalnya 0,033 ≤ 0, 10 [signifikan

(54)

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian

4.5.1. Pengaruh Sikap Terhadap Keputusan Berkunjung

Berdasarkan hasil di atas bahwa sikap berpengaruh positif terhadap

keputusan berkunjung, tidak dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa untuk

variabel sikap juga mempunyai pengaruh yang rendah terhadap keputusan

berkunjung di obyek wisata tersebut dan dapat dikatakan bahwa sikap yang

dilakukan secara rasional oleh para responden. Sehingga nilai yang diperoleh

terkesan biasa saja dan keputusan pembenahan dalam memperbaiki wahana di

Jatim Park Batu Malang juga harus ditingkatkan demi kenyamanan para

pengunjung. Oleh karena itu sikap pengunjung haruslah ditunjang oleh beberapa

faktor seperti keamanan, keindahan, kbersihan wahana di Jatim Park Batu Malang

sehingga mereka tertarik untuk berkunjung ke obyek wisata tersebut.

Sikap merupakan pilihan yang ditentukan oleh konsumen dalam

berkunjung dalam suatu obyek wisata, nilai-nilai yang diterima konsumen atas

informasi mengenai obyek wisata di Jatim Park Batu Malang ditunjukkan dengan

penilaian terhadap kemudahan dijangkau, kehidupan malam dan hiburan, nilai

sumber alam, budaya, dan keamanan. Persepsi wisatawan yang berkunjung

kesana. Sepeti halnya kejadian pada waktu lalu wahan Flying tornadonya sempat

mengalami kecelakaan, hal ini bisa membuat wisatawan mengalami kekhawatiran

sehingga merek memutuskan untuk tidak berkunjung di obyek wisata tersebut,

(55)

4.5.2. Pengaruh Norma Subyektif Terhadap Keputusan Berkunjung

Berdasarkan hasil penelitian bahwa norma subjektif berpengaruh positif

terhadap keputusan untuk berkunjung kembali, dapat diterima. Hal ini

menunjukkan bahwa norma-norma subjektif merupakan kontrol tingkah laku yang

dipersepsikan terhadap hal tersebut, individu juga mempertimbangkan kontrol

tingkah laku yang dipersepsikannya, yaitu kemampuan mereka untuk melakukan

tindakan berdasarkan lingkungan, pergaulan sosial yang akhirnya mendorong

merek untuk mengikuti atas anjuran tersebut, norma subjektif dapat menjadi

dorongan yang kuat dalam lingkungan pergaulan sosial, sehingga ketika mereka

hendak memutuskan kemana akan melakukan perjalan an wisata, berhubungn

dengan adanya anjuran atau orang-orang yang dihormati dalam setiap

keputusannya maka konsumen pun akan melakuna tindakan tersebut.

Hal tesebut dapat disebabkan oleh faktor wisatawan itu sendiri, terutama

yang menyangkut masalah pengetahuan dan wawasan mereka tentang hal-hal

yang terkait dengan pelayanan yang diberikan, sarana prasarana yang mereka

(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian, pengumpulan dan menganalisis terhadap

data yang telah diperoleh dari responden, maka kesimpulan dan saran dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah didapatkan bahwa :

a. Faktor Attitude berpengaruh positif terhadap Faktor keputusan berkunjung

tidak dapat diterima

b. Faktor norma subjektif berpengaruh positif terhadap Faktor keputusan

berkunjung, dapat diterima.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah :

1. Maka dalam rangka meningkatkan jumlah pengunjung perlu diciptakan atau

diupayakan situasi dan kondisi yang kondusif. Upaya tersebut dapat

dilaksanakan dengan cara menekan atau mengurangi peluang timbulnya

gangguan atau meningkatkan kesiagaan petugas keamanan.

2. Faktor pelayanan dalam skup yang lebih luas (pengembangan industri

pariwisata alam) mempunyai peranan yang cukup penting di dalam

mempengaruhi keputusan pengunjung atau wisatawan, oleh karena itu faktor

pelayanan tersebut harus tetap menjadi perhatian semua pihak yang terkait,

terlebih lagi apabila yang menjadi segmen pasar dalam pengembangan obyek

Gambar

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisata Jumlah
Gambar 2.2. Hubungan antar 3 komponen sikap
Gambar 3.1 :  Contoh Model Pengukuran Minat Konsumen
Tabel 3.1: Goodness of Fit Indices
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data primer dengan metode pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner yang diberikan kepada responden

Populasi dalam penelitian ini adalah agen di Bluru,Sidoarjo yang membeli produk minuman bersoda Coca-Cola. Sampel yang diambil adalah sebesar 60 responden. Data yang

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari hasil jawaban kuisioner yang disebar oleh penulis mengenai pengaruh program personal selling terhadap

Populasi dalam penelitian ini seluruh konsumen yang menggunakan jasa kereta api Komuter Jurusan Surabaya-Sidoarjo. Sampel yang diambil adalah sebesar 120

Data Primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung berupa jawaban responden terhadap pertanyaan dalam kuisioner yang disebarkan kepada warga

Dari data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner (angket) dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden yang diambil secara purposive .Hasil penelitian ini

Populasi dalam penelitian ini seluruh konsumen yang menggunakan jasa kereta api Komuter Jurusan Surabaya-Sidoarjo. Sampel yang diambil adalah sebesar 120

Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari jawaban responden melalui kuesioner di google formulir untuk menilai kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut