KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb,
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, serta atas petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisis Pengaruh Kupon Obligasi, Maturitas Obligasi, Dan Suku Bunga SBI Terhadap Harga Obligasi Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sarjana ekonomi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Dalam penelitian ini hingga selesainya skripsi, penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, kesempatan serta pengorbanan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati menyatakan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
4. Bapak Drs. Ec. Eko Purwanto, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan dorongan, bimbingan, saran serta motivasi sehingga penulis bias menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu yang tidak lelah mendoakan penulis agar bisa menyelesaikan skripsi ini.
6. untuk teman-teman yang telah banyak membantu dalam mencari bahan untuk
skripsi
7. untuk semua pihak yang telah yang membantu, terima kasih atas dukunganya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan dapat memberikan sumbangan yang berguna bagi almamater.
Surabaya, April
DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...iii
DAFTAR TABEL ...viii
DAFTAR RUMUS ...ix
DAFTAR LAMPIRAN ...x
ABSTRAKSI ...xi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ...10
2.2 Kajian Teori ...12
2.2.1 Pasar modal ...12
2.2.1.1 Pengertian Pasar Modal ...12
2.2.1.3 Peranan Pasar Modal ...15
2.2.2 Investasi ...16
2.2.2.1 Pengertian Investasi ...16
2.2.2.2 Bentuk-Bentuk Investasi ...16
2.2.3 Obligasi ...17
2.2.3.1 Pengertian Obligasi ...17
2.2.3.2 Jenis Obligasi ...18
2.2.3.3 Karakteristik Obligasi ...21
2.2.3.4 Likuiditas Obligasi ...22
2.2.3.5 Peringkat Obligasi ...23
2.2.3.6 Resiko Dalam Obligasi ...24
2.2.4 Kupon Obligasi ...25
2.2.5 Maturitas Obligasi ...28
2.2.6 Tingkat Suku Bunga SBI ...28
2.2.7 Harga Obligasi ...31
2.3 Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ...35
2.3.2 Pengaruh Maturitas Obligasi dengan Harga
Obligasi ...36
2.3.3 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dengan Harga Obligasi ...37
2.4 kerangka konseptual ...39
2.5 hipotesis ... 39
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...40
3.2 Teknik Penentuan Sampel ...43
3.2.1 Populasi ...43
3.2.2 Sampel ...43
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...45
3.3.1 Jenis Data dan Sumber Data ...45
3.3.2 Pengumpulan Data ...45
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...46
3.4.1 Teknis Analisis Data ...46
3.4.2 Uji Asumsi Klasik ...46
BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...52
4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ...52
4.1.2 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia ...54
4.1.3 Tujuan Penggabungan ...55
4.1.4 Manfaat Penggabungan ...55
4.1.5 Gambaran Umum Obligasi Pemerintah ...56
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ...58
4.2.1 Kupon Obligasi (X1) Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Tahun 2004-2007 ...59
4.2.2 Maturitas Obligasi (X2) Pemerintah Seri Variable Rate (VR) tahun 2004-2007 ...60
4.2.3 Suku Bunga SBI (X3) yang Dikeluarkan Bank Indonesia Tahun 2004 - 2007 ...62
4.2.4 Harga Obligasi (Y) Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Tahun 2004-2007 ...63
4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis ...64
4.3.1 Analisis Uji Asumsi Klasik Regresi Linier Berganda ...64
4.3.1.2 Uji Heterokedastisitas ...66
4.3.1.3 Uji Autokorelasi ...67
4.3.2 Analisis regresi Linier Berganda ...68
4.3.3 Pengujian Hipotesis ...70
4.3.3.1 Pengujian Hipotesis Secara Parsial ...70
4.3.3.2 Pengujian Hipotesis Secara Simultan ...71
4.4 Pembahasan ...72
4.4.1 Pengaruh Kupon Obligasi Terhadap Harga Obligasi ...72
4.4.2 Pengaruh Maturitas Obligasi Terhadap Harga Obligasi ...74
4.4.3 Pengaruh Suku Bunga SBI Terhadap Harga Obligasi ...75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...77
5.2 Saran ...78
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Data Harga Obligasi Pemerintah Seri Variable rate (VR) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Dalam Persentase)
Tabel 2 : Kupon Obligasi Pemerintah Seri Variable rate (VR) Periode 2004 – 2007 (Dalam Persentase)
Tabel 3 : Maturitas Obligasi Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Periode 2004 – 2007 (dalam Persentase)
Tabel 4 : Suku Bunga SBI tahun 2004 -2007 (Dalam Persentase)
DAFTAR RUMUS
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Suku Bunga SBI 1 bulanan dari tahun 2004-2007
Lampiran 2 : Data harga Obligasi, Kupon Obligasi, Maturitas Obligasi dan Suku Bunga SBI (data sudah di olah)
ANALISIS PENGARUH KUPON OBLIGASI, MATURITAS OBLIGASI DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP HARGAOBLIGASI
PEMERINTAH SERI VARIABLE RATE (VR) YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
Luluk Lutviati 0612010077 / FE / EM
abstraksi
Obligasi sebagai salah satu instrumen keuangan mempunyai peranan penting dalam pasar modal. Obligasi merupakan surat utang yang dapat dipindahtangankan yaang berisi janji dari penerbit untuk membayar bunga pada periode tertentu dan membayar pokok pinjaman pada saat jatuh tempo. Harga obligasi yang ditawarkan pada Bursa Efek Indonesia dinyatakan dalam bentuk persentase. Ada 3 kemungkinan harga obligasi yaitu at par, at discount dan at premium. Harga obligasi yang di perjual belikan sangat berfluktuasi. Perubahan harga obligasi itu bisa di sebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kupon obligasi, maturitas obligasi dan suku bunga SBI. Atas dasar pemikiran tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketiga faktor tersebut terhadap harga obligasi pemerintah seri variable rate (VR).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dengan sampel yang digunakan sebanyak 10 seri Variable rate (VR) dari obligasi yang diterbitkan pemerintah. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda, untuk mengukur pengaruh kupon obligasi, maturitas obligasi, dan suku Bunga SBI terhadap harga obligasi pemerintah. Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwa variabel kupon obligasi tidak berpengaruh terhadap harga obligasi. Variabel Maturitas obligasi tidak berpengaruh terhadap harga obligasi. Suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap harga obligasi. Dan secara simultan variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap harga obligasi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Investasi merupakan upaya bagi para investor untuk mengalokasikan dan menanam uang pada media bisnis / instrumen investasi lain. Menurut Sunariyah (2003:4) investasi merupakan penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang. Instrumen investasi cukup luas dan beragam jenisnya, seperti saham, obligasi , reksadana (mutual fund), logam mulia (emas), properti bahkan membuka bisnis riil sendiri. Salah satu sarana tempat untuk berinvestasi adalah di pasar modal
1. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus mengalokasikan dana secara optimal.
2. Memberikan wahana investasi yang beragam bagi para investor sehingga memungkinkan untuk melakukan diversifikasi alternatif invstasi.
3. Memberikan potensi keuntungan dengan tingkat resiko yang dapat
diperhitungkan.
4. Menyediakan leading indicator bagi perkembangan perekonomian suatu negara.
5. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah.
6. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme.
7. Menciptakan iklim berusaha yang sehat serta mendorong pemanfaatan manajemen profesi.
perusahaan publik dapat memperoleh dana segar masyarakat melalui penjualan efek saham melalui prosedur IPO atau efek utang (obligasi).
Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return)
bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Jadi diharapkan dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan parusahaan dan pada akhirnya memberikan kemakmuran bagi masyarakat yang lebih luas.
Salah satu instrumen yang diperjual belikan dalam pasar modal adalah obligasi. Obligasi merupakan surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Bursa Efek Indonesia).
memberikan penghasilan tetap berupa kupon bunga yang dibayarkan secara berkala setiap 6 bulanan atau tahunan serta pokok utang yang akan dibayarkan pada saat jatuh tempo yang telah ditentukan.
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda dilihat dari sisi penerbitnya yaitu
a. Corporate bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik
yang berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN), atau badan usaha swasta
b. Government bond, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat
c. Municipal bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility)
- Par (nilai pari), yaitu harga obligasi sama dengan nilai nominal
- At premium (dengan premi), yaitu harga obligasi lebih besar dari nilai nominal
- At discount (dengan diskon), yaitu harga obligasi lebih kecil dari nilai nominal.
Berikut ini merupakan daftar harga obligasi pemerintah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2004 – 2007.
Tabel 1
Data harga obligasi pemerintah seri variable Rate (VR)
Yang tedaftar di Bursa Eefek Indonesia (dalam persentase)
Code obligasi 2004 2005 2006 2007
GBRB0018OcBV 97.745 93.505 99.213 99.903
GBRB0020MyBV 97.771 95.505 98.198 99.827
GBRB0021NvBV 97.999 97.049 100.000 99.577
GBRB0022NvBV 98.031 93.585 99.867 99.710
GBRB0023NvBV 98.000 99.010 99.929 99.727
GBRB0024NvBV 98.241 100.351 99.954 99.734
GBRB0025NvBV 98.357 96.437 99.904 99.724
GBRB0027NvBV 98.442 104.907 99.875 99.767
GBRB0028NvBV 98.649 100.049 99.973 99.784
Tabel tersebut menjelaskan bahwa obligasi pemerintah seri variable Rate (VR) tersebut mengalami fluktuasi harga obligasi tiap tahunnya dengan tren yang semakin menurun dari tahun 2004 sampai 2007. Seperti pada harga obligasi seri VR0021. pada tahun 2004 dan 2005 obligasi tersebut di jual at discount dengan harga masing-masing adalah 97.999% dan 97,049%. Pada tahun 2006 obligasi di jual pada nilai pari nya yaitu sebesar 100,000%. Dan pada tahun 2007 obligasi tersebut dijual kembali secara diskon dengan harga 99,577%
Obligasi pemerintah sebagai alternatif untuk berinvestasi mempunyai resiko yang lebih kecil di bandingkan dengan obligasi korporasi, karena investor beranggapan bahwa pemerintah tidak mungkin mengalami default risk (risiko gagal bayar) yang bisa dialami oleh obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan. Karena itu, investor lebih tertarik untuk menginvestasikan dananya pada obligasi yang di keluarkan oleh pemerintah. Meski risiko obligasi pemerintah lebih kecil, tapi harga obligasi pemerintah juga akan mengalami fluktuasi seperti yang terjadi pada obligasi korporasi.
turun, begitu juga sebaliknya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Abdul Hamid dkk (2006) menggunakan durasi dan convexity sebagai alat untuk mengukur sensitifitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga. Dan penggunaan konsep durasi dan convexity ternyata menghasilkan perhitungan yang akurat untuk mengukur perubahan harga akibat perubahan suku bunga.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Jacky Kale Lana dan Apriani Dorkas Rambu Atahau (2005). penelitan dilakukan untuk mengukur perubahan harga akibat perubahan tingkat suku bunga SBI dengan menggunakan durasi. Hasil dari penelitiannya menyatakaan bahwa durasi tidak dapat mengukur sensitifitas harga obligasi terhadap perubahan harga obligasi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul analisis pengaruh kupon obligasi, maturitas obligasi dan suku bunga SBI terhadap harga obligasi
pemerintah seri variable Rate (VR) yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah penelitian dapat di rumuskan sebagai berikut:
1. Apakah variabel kupon obligasi berpengaruh terhadap harga obligasi pemerintah seri variable rate (VR) yang terdaftar di BEI?
2. Apakah variabel maturitas obligasi berpengaruh terhadap harga obligasi pemerintah seri variable rate (VR) yang terdaftar di BEI?
3. Apakah variabel suku bunga SBI berpengaruh terhadap harga obligasi
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang di kemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk menganalisis pengaruh variabel kupon obligasi terhadap harga obligasi pemerintah seri variable rate (VR) yang terdaftar di BEI
2. Untuk mengetahui pengaruh variabel maturitas obligasi terhadap harga
obligasi pemerintah seri variable rate (VR) yang terdaftar di BEI
3. Untuk mengetahui pengaruh variabel suku bunga SBI terhadap harga obligasi pemerintah seri variable rate (VR) yang terdaftar di BEI
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dengan dilakukannya penelitian ini adalah
1. Bagi para investor
Penelitian ini dapat memberikan pedoman dan masukan bagi investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan investasi.dalam obligasi. 2. Bagi peneliti dan akademisi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
a. Abdul Hamid, Ahmad Rodoni, Titi Dewi W dan Edi Hidayat
Judul penelitiannya analisis durasi dan convexity untuk mengukur
sensitifitas harga obligasi korporasi terhadap perubahan tingkat suku
bunga
- Permasalahan
Apakah ada pengaruh durasi dan convexity untuk mengukur
sensitifitas harga obligasi korporasi terhadap perubahan tingkat suku
bunga
- Hasil
Penggunaan konsep kombinasi antara durasi dan convexity
(konveksitas) akan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat dalam
menghitung perubahan tingkat harga obligasi terhadap perubahan
tingkat suku bunga dari pada hanya menggunakan durasi saja. Dengan
pengujian yang dilakukan, terdapat nilai yang tidak signifikan antara
digunakan untuk mengukur sensitivitas harga obligasi terhadap
perubahan tingkat suku bunga.
b. Jacky Kale Lana, Apriani Dorkas Rrambu Atahau
Judul penelitiannya pengukuran durasi obligasi untuk mengetahui
harga obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga:
- Permasalahan
Apakah ada pengaruh suku bunga terhadap perubahan harga obligasi
yang diukur menggunakan durasi
- Hasil
Pengukuran durasi obligasi ternyata tidak dapat digunakan untuk
mengetahui sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan tingkat
suku bunga .
c. Citra Oki Perdanawati (2008)
Judul penelitiannya pengaruh maturitas obligasi dan kupon
obligasi terhadap harga obligasi pada perusahaan finance yang listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI)
- Permasalahan
Apakah terdapat pengaruh maturitas obligasi dan kupon obligasi
- Hasil
Hasil penelitian menunjukkan bahwa maturitas obligasi pada
perusahaan finance sebagian besar berjangka pendek, kupon obligasi
sebagian tergolong tinggi dan harga obligasi tergolong rendah.
Maturitas obligasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga
obligasi. Sedangkan kupon obligasi secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap harga obligasi. Secara simultan variabel maturitas
obligasi dan kupon obligasi berpengaruh signifikan terhadap harga
obligasi.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Pasar Modal
2.2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Menurut UU Pasar Modal No 8 Tahun 1995 menjelaskan bahwa pasar
modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dari
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Menurut Darmadji (2006:1) pasar modal merupakan pasar untuk
Husnan (2003:3) menjelaskan secara formal pasar modal dapat di
definisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas
jangka panjang yang dapat di perjualbelikan, baik dalam bentuk hutang
ataupun modal sendiri. Dan dengan demikian dapat dikatakan bahwa pasar
modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan.
Darmadji (2006:1) menyimpulkan bahwa pasar modal merupakan
sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemeritah)
dan sarana bagi kegiatan berinvestasi. Pasar modal bertindak sebagai
penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi
pemerintah melalui perdagangan instrumen keuangan jangka panjang seperti
saham, obligasi dan lainnya.
2.2.1.2 Instrumen Pasar Modal
Beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal
antara lain adalah:
a. Saham
Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas yang menerbitkan
saham. Ada beberapa saham yang diperdagangkan, diantaranya : saham
atas unjuk (bearer stock), saham atas nama (registered stock), saham
b. Obligasi
Obligasi adalah sertifikat yang berisi kontrak antara investor dan
perusahaan, yang menyatakan bahwa investor tersebut pemegang obligasi
telah meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan.
c. Instrumen derifatif
Derifatif merupakan sekuritas yang nilainya merupakaan turunan
dari suatu sekuritas lain, sehingga nilai instrumen derifatif sangat
tergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan
(tandelilin, 2001:22). Ada beberapa macam instrumen derifatif di
Indonesia, yakni : bukti right (right issue), waran, opsi, dan futures.
d. Reksa dana
Reksa dana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan
bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan
reksadana, untuk digunakan modal berinvestasi baik di pasar modal
2.2.1.3 Peranan Pasar Modal
Pasar modal banyak memberikan peranan penting dalam
perekonomian, diantaranya (Rusdin, 2006 : 2) :
1. Pasar modal merupakan pengalokasian dana secara efisien. Investor dapat
melakukan investasi pada beberapa perusahaan melalui pembelian
efek-efek yang baru ditawarkan ataupun diperdagangkan di pasar modal.
2. Pasar modal sebagai alternatif investasi. Pasar modal memudahkan
alternatif berinvestasi dengan memberikan keuntungan dengan sejumlah
resiko tertentu.
3. Memungkinkan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan
berprospek baik.
4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara profesional dan transparan.
5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional. Dengan keberadaan pasar modal,
perusahaan-perusahaan akan lebih mudah mendorong dana, sehingga
akan mendorong perekonomian nasional menjadi lebih maju, yang
selanjutnya akan menciptakan kesempatan kerja yang luas, serta
2.2.2 Investasi
2.2.2.1Pengertian Investasi
Jogiyanto (2000:5) investasi adalah penundaan konsumsi sekarang
untuk digunakan dalam produksi yang efisien selama periode waktu. Menurut
Tandelilin (2001:3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau
sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh
sejumlah keuntungan di masa datang.
Jadi investasi adalah kegiatan menempatkan dana pada suatu asset
atau penundaan konsumsi sekarang dengan periode waktu tertentu untuk
memperoleh penghasilan.
2.2.2.2Bentuk – Bentuk Investasi
Sharpe (1997:1) membagi invetasi dalam :
- Investasi nyata (real investment) secara umum melibatkan asset berwujud
seperti tanah, mesin-mesin pabrik.
- Investasi financial (financial investment) melibatkan kontrak-kontrak
tertulis seperti saham biasa dan obligasi.
Jogiyanto (2000:6) mengkategorikan investasi dalam dua bentuk
- Investasi langsung, yaitu investasi yang dilakukan oleh seorang investor
dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjualbelikan di pasar
uang dan pasar modal. Pembelian ini dilakukan melakui perantara.
- Investasi tidak langsung, yaitu investasi yang dilakukan dengan membeli
surat-surat berharga dari perusahaan investor. Perusahaan investor adalah
perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual
sahamnya kepada masyarakat dan menggunakan dana yang diperoleh
untuk di investasikan kedalam portofolionya.
2.2.3 Obligasi
2.2.3.1 Pengertian Obligasi
Menurut Bursa Efek Indonesia obligasi merupakan surat hutang
jangka menengah-panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji
dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada
periode tertentu dan melunasi pokok hutang pada waktu yang telah
2.2.3.2 Jenis Obligasi
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:
a. Di lihat dari sisi penerbit
Corporate bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan,
baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN) atau badan
usaha swasta.
Government bonds yaitu obligasi yang diterbitkan pemerintah pusat.
Municipal bonds yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah
daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan
kepentingan publik (public utility).
b. Di lihat dari sisi pembayaran bunga
Zero coupon bond : obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga
secara periodik. Namun harga dan pokok dibayarkan sekaligus pada
saat jatuh tempo.
Coupon bonds : obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara
periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
Fixed coupon bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah
ditetapkan sebelum masa penawaran dipasar perdana dan akan
Floating coupon bonds : obligasi dengan tingkat kupon bunga yang
ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan
(benchmark) tertentu seperti avarege time deposit (ATD) yaitu
rata-rata tertimbang tingkat suku bunga dari bank pemerintah atau bank
swasta.
c. Di lihat dari hak opsi
Convertible bonds : obligasi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut kedalam sejumlah
saham milik penerbitnya.
Exchaneable bonds : obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam
sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
Callable bonds : obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk
membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur
obligasi tersebut.
Putable bonds : obligasi yang memberikan hak kepada investor yang
mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga
tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
d. Di lihat dari segi jaminan atau kolateralnya
4. Secured bonds : obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari
Guaranteed bonds : obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya
dijamin dengan penanggungan dari pihak ketiga.
Mortgage bonds : obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya
dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap.
Collateral trust bonds : obligasi yang dijamin dengan efek yang
dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham
anak perusahaan yang dimilikinya.
5. Unsecured bonds : obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan
tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
e. Di lihat dari segi nominal
Konvensional bonds : obligasi yang lazim di perjualbelikan dalam
satu nominal, Rp 1 miliar per satu lot.
Retail bonds : obligasi yang di perjualbelikan dalam satuan nilai
nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.
f. Di lihat dari segi perhitungan imbal hasil
Konvensional bonds : obligasi yang diperhitungkan dengan sistem
kupon bunga.
Syariah bonds : obligasi yang diperhitungan imbal hasil dengan
- Obligasi syariah mudharobah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan
yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah
mengetahui pendapatan emiten.
- Obligasi syariah ijarah merupakan obligasi syariah yang
menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah)
bersifat tetap, dan bisa diketahui / diperhitungkan sejak awal
obligasi diterbitkan.
2.2.3.3Karakteristik Obligasi
Menurut Bursa Efek Indonesia bahwa karakteristik obligasi terdiri
dari :
Nilai nominal (face value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang
akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh
tempo.
Kupon (the interest rate) adalah nilai bunga yang di terima pemegang
obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah
setiap3 atau 6 bulan ) kupon obligasi dinyatakan dalam annual persentase.
Jatuh tempo (maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan
mendapatkan kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya.
5 tahun. Jatuh tempo obligasi dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah
diprediksi sehingga memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan
obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam 5 tahun. Secara umum
semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi kupon /
bunganya.
Penerbit / emiten (issuer ) mengetahui dan mengenal penerbit obligasi
merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi obligasi ritel.
sehingga dapat megukur resiko / kemungkinan penerbit obligasi tidak
dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu.
Default risk atau resiko gagal bayar dapat di lihat dari peringkat (rating)
obligasi yang di keluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO
atau kasnic indonesia.
2.2.3.4Likuiditas Obligasi
Sapto Rahardjo (2003 : 18) menyatakan bahwa obligasi yang likuid
adalah obligasi yang banyak beredar dikalangan pemegang obligasi dan
sering di perdagangkan oleh investor di pasar obligasi. Apabila obligasi yang
dibeli mempunyai likuiditas tinggi, maka harga obligasi tersebut cenderung
2.2.3.5 Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi merupakan indikator ketepat waktuan pembayaran
pokok bunga untuk obligasi. Selain itu, peringkat obligasi mencerminkan
skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Dengan demikian
peringkat obligasi menunjukkan skala keamanan obligasi dalam membayar
kewajiban pokok dan bunga secara tepat waktu. Semakin tinggi peringkat,
semakin menunjukkan obligasi tersebut terhindar dari resiko default
(Setyapurnama & Norpratiwi, 2006).
Dua buah agen peringkat obligasi terkenal di dunia adalah standard
& poor` (S&P) Corporation dan Moody`s Investor Service Inc, di Indonesia
obligasi diperingkat oleh PT PEFINDO yang didirikan desember 1993 dan
PT KASNIC credit rating.
2.2.3.6 Resiko Dalam Obligasi
Sapto Rahardjo (2003: 51-53) menyatakan bahwa ada beberapa resiko
yang terdapat pada obligasi antara lain:
1. Interest rate risk
Nilai harga suatu obligasi di tentukan oleh nilai tingkat suku bunga di
pasar uang. Salah satu faktor penentu apakah harga obligasi menarik atau
2. Liquidity risk
Obligasi yang likuid adalah obligasi yang banyak beredar dan sering di
perjualbelikan di pasar sekunder. Apabila obligasi yang dijual di pasar
tidak likuid maka dapat menimbulkan kerugian (capital loss)
3. Foreign exchange rate risk
Pergerakan foreign exchange rate risk sangat menentukan pergerakan
harga dan perdagangan di pasar obligasi. Dengan tidak stabilnya fluktuasi
di foreign exchange rate maka otomatis perdagangan obligasi juga ikut
terpengaruh, bisa naik atau turun.
4. Call risk
Call risk terjadi apabila emiten / issuer akan melakukan pembelian
kembali obligasi tersebut sebagian atau dalam jumlah keseluruhan pada
harga yang disepakati pada saat penawaran perdana.
5. Default risk
Resiko yang terjadi apabila emiten / issuer yang mengeluarkan obligasi
mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban pembayaran
6. Reinvestment rate risk
Jenis ini merupakan resiko kesalahan penghitungan terhadap pendapatan
yang seharusnya bisa di investasikan pada skala tingkat investasi yang
wajar dalam periode tertentu.
7. Maturity risk
Investasi obligasi yang berjangka panjang mempunyai resiko tinggi sekali
karena pada saat pembelian cenderung sulit memprediksi kondisi
perusahaan dan ekonomi di suatu negara dalam jangka waktu yang
panjang.
8. Inflation risk
Kondisi perekonomian yang kuat serta inflasi yang rendah mengakibatkan
tingkat daya beli terhadap produk investasi juga sangat bagus, sehingga
akan timbul dampak positif terhadap perdagangan dan investasi pada
obligasi, tetapi apabila inflasi semakin tinggi hal itu akan mengakibatkan
purchasing power semakin menurun sehingga likuiditas obligasi itu
sendiri terpengaruh.
2.2.4. Kupon Obligasi
Kupon merupakan pendapatan suku bunga yang akan diterima oleh
pemegang obligasi sesuai perjanjian dengan penerbit obligasi tersebut.
berjangka kuartal, semesteran atau tahunan. Pembayan kupon di tentukan
sebelumnya sampai masa jatuh tempo obligasi tersebut. (Sapto Rahardjo,
2003 : 17)
Menurut Fabozzi (2000 : 506-507) bahwa kupon obligasi merupakan
pembayaran bunga periodik yang diberikan kepada pemegang obligasi
sepanjang usia obligasi. Pengelompokan obligasi berdasarkan jenis bunga
sebagai berikut
1. Bunga tetap yaitu waktu pembayaran bunga secara berkala dan suku
bunganya tidak berubah
2. Bunga mengambang yaitu waktu pembayaran bunga secara berkala, suku
bunganya bervariasi, dinyatakan sebagai tolak ukur +/- spread
3. Kupon nol yaitu waktu pembayaran pada saat jatuh tempo dan umumnya
suku bunganya tetap.
Menurut Husnan (2003:360-363) bahwa tingkat bunga obligasi terdiri
dari:
1. Spot interest rate
Merupakan tingkat bunga dari obligasi yang hanya mempunyai satu arus
kas bagi pembeli obligasi tersebut.
3. Current yield
Merupakan pembayaran bunga dibagi dengan harga obligasi.
4. Yield to maturity
Tingkat bunga ini merupakan internal rate of return (IRR) yang diperoleh
oleh pemodal dengan memiliki obligasi sampai jatuh tempo.
Fabozzi (2000:507) menyatakan bahwa dalam obligasi, istilah kupon
sebenarnya mengacu pada suku bunga kupon, yang jika dikalikan dengan
nilai par mengindikasikan jumlah bunga dalam satuan mata uang. Terdapat
obligasi yang tidak memberikan pembayaran bunga secara berkala. Sebagai
gantinya, pokok dan bunga pinjaman dibayarkan pada tanggal jatuh tempo.
Obligasi ini disebut obligasi kupon nol. Investor dalam obligasi kupon nol
memperoleh bunga sebagai selisih antara nilai maturitas dengan harga
pembelian. Sekuritas bunga mengambang merupakan sekuritas dengan suku
bunga ditetapkan kembali secara berkala.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kupon merupakan
tingkat bunga yang dibayarkan oleh penebit obligasi yang umumnya setiap 6
2.2.5 Maturitas Obligasi
Fabozzi (2000:591) menyatakan bahwa tingkat perubahan harga
obligasi tergantung dari jangka waktu jatuh temponya. Semakin lama jangka
waktu jatuh tempo, semakin besar perubahan tingkat harga disebabkan
perubahan hasil. Umumnya, obligasi dikelompokkan menjadi 3 sektor jatuh
tempo. Obligasi dengan maturitas 1 hingga 5 tahun disebut obligasi jangka
pendek, obligasi dengan maturitas 5 hingga 12 tahun disebut obligasi jangka
menengah, dan obligasi dengan maturitas lebih dari 12 tahun disebut obligasi
jangka panjang.
Batas waktu (maturity) adalah lama waktu sampai penerbit obligasi
mengembalikan nilai nominal kepada pemegang obligasi dan mengakhiri
obligasi itu. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa maturitas adalah
waktu dimana pemegang obligasi mendapat pokok atau nilai nominal dari
suatu obligasi.
2.2.6 Tingkat Suku Bunga SBI
Menurut puspranoto (2004:70) suku bunga adalah harga dari
meminjam uang untuk menggunakan daya belinya. Bagi orang yang
merupakan imbalan karena menunda konsumsi sekarang hingga jatuh tempo
waktu dari piutang.
Menurut Puspranoto (2004:71) tingkat bunga mmpunyai beberapa
fungsi atau peranan penting dalam perekonomian, yaitu:
Membantu mengalirkan tabungan berjalan kearah investasi guna
mendukung pertumbuhan perekonomian.
Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya
memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil
tinggi.
Menyeimbangkan jumlah uang yang beredar dengan permintaan akan
uang dari suatu negara.
Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui
pengaruhnya terhadap jumlah tabungan dan investasi.
SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka penedek dan di
perjualbelikan dengan diskonto (Siamat 2006:220). pengertian lain
menyebutkan bahwa SBI adalah surat berharga yang diterbitkan oleh Bank
Sentral (BI) yang dilakukan atas unjuk dengan nominal tertentu dan
penerbitan SBI biasanya dikaitkan dengan kebijaksanaan pemerintah terhadap
operasi pasar terbuka (open market operation) dalam masalah
Tujuan bagi investor baik bank maupun lembaga keuangan lainnya
membeli SBI adalah sebagai akibat kelebihan dana yang tidak disalurkan
untuk sementara waktu, namun jika pihak investor memerlukan dana kembali
maka dengan mudah SBI dapat diperjualbelikan kepada pihak Bank
Indonesia ataupun pihak lainnya.
1. Karakteristik SBI
SBI memiliki karakteristik sebagai berikut:
Jangka waktu yang maksimal 12 bulan dan sementara waktu hanya
diterbitkan jangka waktu.
Pembelian SBI oleh manyarakat minimum Rp 100 juta dan selebihnya
dengan kelipatan Rp 50 juta.
Pembelian SBI didasarkan pada penilaian tunai yang diperoleh dari
rumus sebagai berikut :
nilai nominal
360+ (tingkat diskonto x jangka waktu)
Pembelian SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar
dimuka. Besarnya diskonto adalah nilai nominal dikurangi nilai tunai.
2. Transaksi SBI
Tata cara transaksi SBI, yaitu:
Penjualan SBI dilakukan melalui lelang.
Jumlah SBI yang dilelang diumumkan setiap hari selasa.
Lelang SBI didakan setiap hari rabu dan dapat diikuti oleh seluruh
bank umum, pialang pasar uang dan pialang pasar modal dengan
penyelesaian transaksi hari kamis.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat suku
bunga adalah harga atau balas jasa dari peminjam atau kreditur kepada
pemberi pinjaman atau debitur atas dana yang telah dipinjamkan dalam
waktu tertentu.
2.2.7 Harga Obligasi
Manurung dan Ichfan (2007) menyatakan bahwa harga obligasi
merupakan nilai tunai yang diterima investor dimasa mendatang. Nilai tunai
atau present value uang tersebut tergantung pada suku bunga pasar.
Fabozzi (2000:540) menyatakan bahwa harga setiap instrumen
keuangan sama dengan nilai sekarang (present value) dari arus kas yang
diharapkan instrumen keuangan tersebut. Penentuan harga obligasi dapat
dilakukan setelah diketahui arus kas obligasi dan hasil yang diinginkan.
Dikarenakan harga obligasi merupakan nilai sekarang arus kas, maka obligasi
1. Nilai sekarang pembayaran suku bunga kupon enam bulanan.
2. Nilai sekarang nilai maturitas obligasi (nilai sekarang dari nilai obligasi
pada saat jatuh tempo).
Bentuk umum formulasi perhitungan harga obligasi adalah:
C C C C M P = + + + K + +
(1 + r)1 (1 + r)2 (1 + r)3 (1 + r)n (1 + r)n
Atau (Fabozzi, 2000:541)
n C M P =
+
t=1 (1 + r)t (1 + r)n
Keterangan:
P = harga obligasi
n = jumlah periode (jumlah tahun x2)
C = pembayaran suku bunga kupon enam bulanan
r = suku bunga berkala ( hasil diinginkan tahunan : 2)
M = nilai maturitas
t = periode waktu saat penerimaan pembayaran
dalam persentase (%), yaitu persentase dari nilai nominal. Ada 3
kemungkinan harga obligasi yang ditawarkan, yaitu:
1. Par (nilai pari) harga obligasi sama dengan nilai nominalnya. Misal
obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka
nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta
2. At premium (dengan premi) harga obligasi lebih besar dari nilai nominal.
Misal : obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 102%,
maka nilai obligasi tersebut adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta
3. At discount (dengan discount): harga obligasi lebih kecil dari nilai
nominal. Misal: obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada
harga 98%, maka nilai obligasi tersebut adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49
juta
Menurut Husnan (2003:388) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
harga obligasi adalah sebagai berikut:
1. Jangka waktu sebelum obligasi jatuh tempo
2. Risiko untuk tidak menerima bunga maupun pokok pinjaman
3. Status pajak dari pembeli obligasi
4. Adanya provisi yang memungkinkan penerbit obligasi melunasi obligasi
tersebut sebelum jatuh tempo
Fabozzi (2000:545) menyatakan bahwa perubahan harga obligasi
terjadi karena satu atau lebih sebab-sebab sebagai berikut ini:
1. Terdapat perubahan harga dalam hasil di inginkan disebabkan perubahan
dalam kualitas kredit perusahaan penerbit obligasi. Ini berarti perubahan
hasil diinginkan terjadi karena pasar sekarang membandingkan hasil
obligasi dengan hasil dari beberapa obligasi dengan resiko kredit yang
sama
2. Terdapat perubahan harga obligasi diskonto dan obligasi premi, tanpa
adanya perubahan hasil diinginkan, namun semata-mata karena obligasi
semakin mendekati saat jatuh tempo
3. Terdapat perubahan dalam hasil diinginkan disebabkan oleh perubahan
hasil pada obligasi-obligasi pembanding. Ini berarti terjadi perubahan
suku bunga pasar
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa harga obligasi
adalah nilai arus kas sekarang yang dinyatakan dalam persentase dan
memiliki tiga kemungkinan harga yang ditawarkan yaitu at par, at premium
2.3 Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen
2.3.1 Pengaruh Kupon Obligasi dengan Harga Obligasi
Fabozzi (2000:544) menyatakan bahwa jika hasil dipasar mengalami
perubahan, maka satu satunya variabel yang dapat berubah untuk
mengkompensasi investasi obligasi adalah harga obligasi tersebut. Pada saat
suku bunga kupon sama dengan hasil yang diinginkan, maka harga obligasi
akan sama dengan nilai maturitasnya.
Sapto Rahardjo (2003:17) menyatakan bahwa obligasi yang
mempunyai kupon tinggi di atas rata-rata suku bunga deposito dan rata-rata
kupon obligasi yang lainnya sangat diminati oleh investor. Oleh karena itu
bila kupon obligasi tersebut cukup tinggi mka maka harga obligasi cenderung
semakin meningkat , begitu juga sebaliknya. Apabila tingkat kupon yang
diberikan relatif kecil, harga obligasi tersebut cenderung turun karena daya
tarik untuk investor / bagi calon pembeli obligasi tersebut sangat sedikit.
Menurut husnan (2003:364) bahwa apabila obligasi membayarkan
bunga yang tetap besarnya setiap periode (misal tahunan), maka satu satunya
faktor yang mempengaruhi harga obligasi tersebut adalah tingkat bunga yang
dipandang relevan oleh para pemodal. Apabila dirasa risiko obligasi tersebut
lebih rendah dari resiko saham maka mungkin tingkat keuntungan ini lebih
rendah dari tingkat keuntungan yang di isyaratkan untuk saham. Apabila
tingkat bunga yang relevan juga akan meningkat. Karena itu dalam penafsiran
harga obligasi, tingkat bunga menjadi faktor yang sangat penting untuk
diperhatikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa besarnya
persentase perubahan harga obligasi akibat dari perubahan suku bunga
berhubungan terbalik dengan tingkat kupon. Hal ini menunjukkan bahwa
tingkat kupon berhubungan positif dengan harga obligasi, semakin besar
tingkat kupon maka harga obligasi akan naik.
2.3.2 Pengaruh Maturitas Obligasi dengan Harga Obligasi
Perubahan harga obligasi biasanya disebabkan juga oleh periode jatuh
tempo obligasi tersebut. Apabila tingkat suku bunga berubah, harga obligasi
yang mempunyai masa jatuh tempo lebih lama akan lebih banyak berubahnya
di bandingkan obligasi yang mempunyai masa jatuh tempo pendek (Sapto
Rahardjo, 2003 : 17)
Menurut Fabozzi (2000:545) bahwa jika hasil diinginkan tidak
mengalami perubahan sejak waktu pembelian obligasi hingga jatuh
temponya, apa yang akan terjadi terhadap harga obligasi? Bagi obligasi yang
tidak akan terus sama bagi obligasi diskonto maupun obligasi premi. Harga
obligasi diskonto akan meningkat semakin dekat obligasi dengan tanggal
jatuh temponya, diasumsikan hasil diinginkan tidak berubah. Hal yang
berlawanan akan terjadi pada obligasi premi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa besarnya persentase
harga obligasi berhubungan positif dengan waktu maturity dan perubahan
tersebut terjadi dengan tingkat menurun sejalan dengan meningkatnya
maturity. Ini berarti semakin panjang jangka waktu (maturity) suatu obligasi
maka perubahan harga obligasi tersebut akan semakin besar.
2.3.3 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dengan Harga Obligasi
Menurut Sapto Rahardjo (2003:50) apabila tingkat suku bunga di
pasar menurun, maka investor akan cenderung membeli obligasi yang
memiliki kupon lebih tinggi dibandingkan dengan deposito. Sehingga harga
obligasi cenderung naik, begitu juga sebaliknya. Apabila suku bunga
meningkat, maka tabungan akan semakin menarik karena memberikan bunga
tabungan yang meningkat, akibatnya investor akan menjual obligasinya dan
mengalihkanya ke tabungan dengan bunga yang lebih tinggi. Akibatnya
penawaran obligasi meningkat dan karena suku bunga deposito lebih
menarik, maka obligasi ini akan ditawarkan dengan diskon, sehingga harga
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat suku
bunga SBI memiliki hubungan yang negatif dengan harga obligasi. Jika
tingkat suku bunga miningkat maka harga obligasi akan turun karena investor
akan memilih investasi lain yang menawarkan tingkat bunga yang lebih besar
dan penawaran obligasi akan meningkat sedangkan permintaan turun. Hal ini
2.4 Kerangka Konseptual
2.5 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Diduga terdapat pengaruh positif antara variabel kupon obligasi dengan
harga obligasi.
2. Diduga terdapat pengaruh positif antara variabel maturitas obligasi
dengan harga obligasi
3. Diduga terdapat pengaruh negatif antara variabel suku bunga SBI dengan
harga obligasi
Kupon obligasi Maturitas obligasi Suku bunga SBI
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah pernyataan tentang definisi batasan dan
pengertian variabel-variabel dalam penelitian secara operasional baik
berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris.
Variabel adalah suatu yang menjadi objek pengamatan penelitian atau
gejala yang akan diteliti, pengidentifikasian, pengetahuan dan pemahaman
mengenai apa yang menjadi variabel penelitian merupakan hasil dari
penelaahan dari kepustakaan, yang ditegaskan kembali kedalam definisi
operasional.
Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain terdiri dari:
1. Variabel Terikat ( Y )
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas
a. Harga Obligasi ( Y )
nominal), at premium (harga obligasi lebih besar dari nilai nominal)
dan at discount (harga obligasi lebih kecil dari nilai nominalnya).
Untuk harga obligasi, skala pengukuran yang di gunakan dalam
penelitian adalah harga pasar dari obligasi pemerintah seri variable
rate (VR) yang dinyatakan dalam anual persentase selama periode
penelitian.
2. Variabel Bebas ( X )
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi variabel
terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Kupon Obligasi ( X1 )
Kupon obligasi merupakan tingkat bunga yang dibayarkan
oleh emiten kepada pemegang obligasi secara berkala (kelaziman
pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon
obligasi dinyatakan dalam anual prosentase. Dalam penelitian ini,
skala pengukurannya adalah tingkat kupon yang dibayarkan secara
b. Maturitas Obligasi (X2)
Maturitas (maturity) obligasi adalah tanggal dimana pemegang
obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau nilai
nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi
bervariasi mulai dari 365 hari sampai diatas 5 tahun. Skala
pengukuran yang di gunakan dalam penelitian ini adalah nilai sisa dari
umur obligasi sampai obligasi tersebut jatuh tempo yang dinyatakan
dalam persentase. Dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut:
sisa maturitas
X 100%
maturitas
c. Suku Bunga SBI ( X3 )
Suku bunga merupakan harga dari meminjam uang untuk
menggunakan daya belinya. Bagi orang yang meminjam uang, bunga
merupakan denda yang dibayar untuk mengkonsumsi penghasilan
sebelum diterima. Dalam penelitian ini suku bunga yang dipakai
adalah suku bunga acuan yang dikeluarkan oleh Bank Indononesia
3.2 Teknik Penentuan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek (satuan-satuan /
individu-individu) yang karakteristiknya hendak diduga (Djarwanto dan
Subagyo, 2000 : 107). Menurut Sugiyono (2007:61) menyatakan bahwa
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah obligasi yang di
terbitkan oleh pemerintah sejumlah 26 obligasi dengan seri yang berbeda.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diteliti, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (jumlahnya lebih
sedikit dari jumlah populasinya (Djarwanto dan Subagyo, 2000 : 107).
Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian
ini adalah teknik purposive sampling yaitu menyeleksi responden
berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel
(Sumarsono, 2002:52). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
1. Obligasi yang di keluarkan oleh pemerintah dengan seri variable Rate
(VR) selama periode penelitian
2. Obligasi tersebut membayar kupon secara floating rate setiap tahunnya
3. Obligasi belum jatuh tempo
4. tercatat dalam Bursa Efek Indonesia
Dari kriteria diatas ada 10 obligasi pemerintah yang memenuhi syarat
sebagai sampel dalam penelitian ini, yaitu:
1. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0018
2. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0020
3. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0021
4. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0022
5. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0023
6. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0024
7. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0025
8. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0027
9. Obligasi pemerintah tahun 2002 seri VR0028
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung dan melalui media
perantara yang diperoleh / di catat oleh pihak lain.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga dari
obligasi pemerintah yang transaksinya dilakukan di Bursa Efek Indonesia
periode 2004-2007.
3.3.2 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang di gunakan untuk mendukung adanya
pencarian sumber data yaang benar maka digunakan beberapa teknik
pengumpulan data yaitu:
1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengambilan sampel dengan jalan
membaca dokumen-dokumen dan catatan-catatan dengan cara
mempelajari dokumen-dokumen tersebut yang berkaitan dengan
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan adalah penelitian yang mempelajari tentang
literatur pendukung berupa buku teks, jurnal serta informasi lain yang
berhubungan dengan penelitian.
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1 Teknik Analisis Data
Penelitian yang dilakukan menggunakan teknik analisis regresi
berganda (multiple regression) untuk mengetahui pengaruh variabel
independen yang terdiri dari kupon obligasi, maturitas obligasi, suku bunga
SBI terhadap variabel dependen yaitu harga obligasi.. tahapan yang dilakukan
dalam analisis regresi berganda adalah sebagai berikut:
3.4.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi
layak di pakai atau variabel-variabel yang digunakan layak dalam penelitian.
Uji asumsi klasik terdiri dari:
1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi sangat
tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak
yang tidak signifikan mempngaruhi variabel dependen
Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar
variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas
0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas. Tidak
adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti
terbebas dari multikolinieritas
Multikolinieritas juga dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya
variance inflation factor (VIF). Nilai out off yang dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance <0,10 /
sama dengan nilai VIF > 0,10.
2. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian dari residual dari
suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dan residual dari
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homokedastisitas,
dan jika varian berbeda maka disebut heterokedastisitas
(Ghozali,2001:69). Pengujian terhadap heterokedastisitas juga dapt
tidaknya pola tertentu disekitar sumbu X dan sumbu Y, maka dasar
analisis yang digunakan yaitu:
Jika data pada pola tertentu seperti titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas serta titik menyebar diatas dan dibawah
angka nol pada sumbu, maka tidak terjadi heterokedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Menurut Singgih (2004:216) uji autokorelasi digunakan untuk
menguji apakah dalam suatu model regresi linier berganda ada korelasi
antara kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang
bebas dari autokorelasi. Deteksi adanya autokorelasi adalah dengan
besaran Durbin-waston. Secara umum bisa di ambil patokan sebagai
berikut:
Apabila angka D-W dibawah 2 maka ada autokorelasi positif
Apabila angka D-W diantara -2 sampa +2 berarti tidak ada
3.4.3 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dengan menggunakan model regresi linier
berganda. Tujuannya unutk mengetahui pengaruh variabel bebas (kupon
obligasi, maturitas obligasi, suku bunga SBI) terhadap variabel terikat (harga
obligasi).
Model analisis regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = β0+ β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + ei ...(3.1)
Keterangan :
Y : harga obligasi
β0 : nilai konstanta
β1 – β3 : koefisien regresi
X1 : kupon obligasi
X2 : maturitas obligasi
Uji t
Uji t merupakan uji parametik yang di maksudkan untuk mengetahui
pengaruh secra parsial setiap variabel bebas terhadap variabel terikat dengan
prosedur sebagai berikut:
a. Ho : βi = 0 artinya secara parsial variabel bebas tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
Ho : βi ≠ 0 artinya secara parsial variabel bebas mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel terikat.
b. Menentukan besarnya tingkat signifikan sebesar α = 5% dengan tingkat
kebebasan (df) sebesar n-k-1, dimana:
n = jumlah pengamatan
k = jumlah variabel
c. Mengukur nilai t hitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
βi
t hitung = ...(3.2) Se (βi)
Dimana :
βi = koefisien regresi
Ho ditolak jika t hitung > t tabel atau t hitung < - t tabel ( berarti
terdapat pengaruh variabel bebas secara signifikan terhadap
variabel terikat).
Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara
seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji F dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus:
R2 / k
F = ...(3.3) (1-R2 ) / (n-k-1)
Dimana :
R2 = koefisien korelasi ganda
k = banyaknya variabel bebas
n = jumlah sampel
Ho diterima jika F hitung ≤ F tabel, artinya variabel bebas secara simultan
tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.
Ho ditolak jika F hitung ≥ F tabel, artinya variabel bebas secara simultan
berpengaruh terhadap variabel terikat. Berarti pengujian yang dilakukan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Pada 9 Mei 2006 ketua BAPEPAM Fuad Rahman menyampaikan
pandangannya bahwa proses merger BES-BEJ sebagaimana telah
dicanangkan sebelumnya tetap berlangsung. Pada kesempatan rapat di
BAPEPAM dan LK pada tanggal 1 Juni 2006, 2 Juni 2006, 21 September
2006, dan 24 November 2006 telah dibahas berbagai isu penting mengenai
persiapan penggabungan BES-BEJ. Pada akhir November kajian merger BES
baru selesai dan akhirnya diterima direksi BES.
Pada tanggal 6 Desember 2006 BES menyelenggarakan RUPSLB
dengan agenda rapat meminta persetujuan atas Rencana Kerja Tahunan
(RKAT) dan persetujuan prinsip merger BES-BEJ. Dalam putusan pemberian
persetujuan prinsip kepada direksi diminta agar penggabungan
memperhatikan 3 hal yakni bahwa kepentingan karyawan tidak boleh
dirugikan, penyelesaian UBH dan kepentingan pemegang saham harus
untuk membahas persetujuan prinsip penggabungan BES-BEJ. Dalam
pertemuan yang diadakan pada tanggal 20 Desember 2006. dihadiri Direksi
BES-BEJ telah dibahas beberapa isu penting terkait dengan rencana merger
serta pembentukan tim kecil dan disepakati. Masing-masing bursa akan
menunjuk 2 orang anggota direksi.
Setelah melalui beberapa kali pertemuan, pada awal bulan Juni 2007
tim merger BES antara lain visi dan misi bursa hasil penggabungan, manfaat
dan tujuan penggabungan BES-BEJ, pengembangan bursa hasil
penggabungan dimasa yang akan datang.
Selanjutnya, Tim merger BES menyelesaikan ke-6 paper lainnya,
yang meliputi paper kedua tentang perdagangan, paper ketiga tentang emiten
tercatat di BES, paper keempat tentang Pemegang Saham dan Anggota Bursa,
paper kelima tentang Teknologi Informasi, paper keenam tentang Sumber
Daya Manusia BES dan paper ketujuh tentang usulan Kerangka Merger.
Setelah penyususnan masing-masing paper selesai, tim menyampaikan paper
tersebut kepada Konsultan Hukum Hadinoto Putranto dan rekan, Konsultan
keuangan Ernst & Young dan Konsultan Sumber Daya Manusia Daya
Dimensi Indonesia untuk dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
penyususnan rancangan penggabungan BES-BEJ
Pada tanggal 30 Agustus 2007 diselenggarakan pertemuan koordinasi
pertemuan penentu untuk memastikan kesiapan seluruh materi rancangan
penggabungan. Pada kesempatan tersebut, BES menyampaikan usulan
mengenai nama bursa hasil penggabungan dengan nama Bursa Efek
Indonesia (BEI) atau Indonesian Stock Exchange (IDX). Dan pada tanggal 1
November 2007 BEJ dan BES resmi bergabung.
4.1.2 Visi dan misi Bursa Efek Indonesia
Visi dari Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang
dilakukannya penggabungan BES dan BEJ yang dituangkan dalam master
plan pasar modal 2005 – 2009 yaitu adanya suatu keinginan untuk memiliki
suatu bursa yang kuat, bernilai kredibel, kompetitif, dan berdaya saing global.
Visi bursa hasil penggabungan tersebut antara lain:
1. Mampu menghasilkan produk-produk pasar modal yang mempunyai nilai
jual tinggi.
2. Mampu menyediakan infrasruktur teknologi yang berkualitas tinggi.
3. Mampu memberikan kepuasan kepada konsumen.
4. Mampu memperkuat keamanan para investor
5. Mampu menciptakan integritas dan trasparasi pada pasar modal.
Misi BEI adalah menciptakan daya saing untuk menarik investor dan
emiten, melalui pemberdayaan anggota bursa, penciptaan nilai tambah,
efisiensi biaya serta penerapan good governance.
4.1.3 Tujuan Penggabungan
Penggabungan BES dan BEJ ditujukan untuk terciptanya efisiensi
pasar modal Indonesia. Dengan tersedianya berbagai instrumen pasar yang
dapat di perdagangkan melalui bursa, maka efisiensi pasar modal dapat
tercapai. Investor memiliki kesempatan yang luas untuk memilih instrumen
yang tepat sesuai dengan tujuan penggunaan dana yang dimiliki investor,
investor tidak perlu harus investasi pada instrumen luar negeri baik yang
diperdagangkan didalam negeri maupun diluar negeri.
4.1.4 Manfaat Penggabungan
Manfaat penggabungan BES dan BEJ dapat dilihat dari berbagai
aspek antara lain :
a. Aspek Bisnis
Dengan adanya penggabungan BES – BEJ dapat meningkatkan jumlah
emiten yang sudah mulai di perdagangkan, dan dapat menumbuhkan
b. Aspek Operasional
Penghematan biaya operasional yang timbul akibat adanya penggabungan
BES – BEJ antara lain biaya penyediaan sistem dan sarana perdagangan,
biaya penyediaan website, biaya penyediaan jaringan band with
c. Aspek Pelaku
Penggabungan BES – BEJ bermanfaat bagi para pelaku di pasar modal,
antara lain: bagi investor serta bagi pemegang saham.
4.1.5 Gambaran Umum Obligasi Pemerintah
Kehadiran obligasi pemerintah merupakan bentuk instrumen utang
pemerintah untuk menyerap dana yang ada di pasar domestik. Hal ini
merupakan strategi pemerintah guna menutupi defisit anggaran negara.
Penerbitan obligasi pemerintah pada awalnya disebabkan munculnya
kebijakan pemerintah berkaitan dengan program penyelamatan industri
perbankan yang mengalami rush, sehingga perlu diselamatkan kondisi
likuiditas keuangannya. Pada September 1998 telah dilakukan penerbitan
surat utang kepada Bank Indonesia sebesar Rp 219,479 T, dengan tujuan
mengambil alih hak tagih BLBI dari Bank Indonesia kepada pemerintah serta
428,408 T (Per 17 Agustus 2001) disamping tujuan penyelamatan industri
perbankan, diterbitkan surat utang untuk membiayai kredit program sebesar
Rp 9,98 T. dengan demikian total untuk nilai obligasi surat utang yang
diterbitkaan oleh pemerintah sebesar Rp 656,694 T.
Penerbitan obligasi tersebut mempunyai jenis dan tingkat suku bunga
yang tetap (fixed rate) dan suku bunga mengambang (variable rate). Selain itu
waktu jatuh tempo dan nilai nominalnya berbeda pula setiap jenis serinya.
Untuk pengelolaan obligasi atau surat utang negara tersebut maka didirikan
PMON (Pusat Manajemen Obligasi Negara) serta disusunlah UU Surat Utang
Negara No. 24 Tahun 2002, dimana diatur secara detail mekanisme
pembayaran dan persetujuan penerbitan, serta aturan operasional lainnya.
Beberapa isu penting mengenai obligasi pemerintah berkaitan dengan
masalah strategi pemasarannya ataupun faktor penggunaan dana dan struktur
instrumenya, yang diantaranya meliputi:
a. Obligasi pemerintah sebagai salah satu sumber pendanaan bagi
pendapatan negara.
b. Kupon obligasi sebagai referensi pembentukan suku bunga
c. Pembayaran kupon daan pelunasan pokok obligasi pada saat jadwal jatuh
temponya diusahakan dilakukan sesuai dengan yang tertulis
d. Nilai penerbitaan obligasi yang baru sebisa mungkin disesuaikan dengan
e. Pembentukan pasar obligasi pemerintah supaya lebih likuid
Dalam menerbitkan surat utang negara, pemerintah mempunyai tujuan
penting sebagai berikut:
a. Membiayai defisit APBN
b. Membiayai kekurangan dana tunai jangka pendek
c. Sebagai instrumen pengelolaan portofolio utang negara
Ada tiga jenis surat utang negara yang diterbitkan pemerintah, meliputi:
a. Surat Utang Bank Indonesia
b. Obligasi negara yang terdiri dari seri FR (fixed rate), seri VR (variable
rate) dan seri HB (hedge bonds). Kusus obligasi seri HB tidak
diperdagangkan dipasar sekunder.
c. Stapled bond
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tentang harga
obligasi, kupon obligasi, maturitas obligasi dari obligasi pemerintah seri
Variable rate (VR), serta data suku bunga SBI periode 2004 -2007
Setelah dilakukan pengumpulan data yang sesuai dengan data yang di
4.2.1 Kupon (X1) Obligasi Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Tahun 2004
-2007
Kupon obligasi merupakan besaran persentase bunga yang harus
dibayarkan secara berkala kepada pemegang obligasi. Dalam hal ini kupon
obligasi dibayarkan setiap 3 bulan sekali dengan bunga kupon yang
berubah-ubah (floating rate).
Tabel 2 : Kupon Obligasi Pemerintah Seri Variable Rate (VR) Periode
Tahun 2004-2007 Dalam Persentase (%)
KUPON OBLIGASI
NAMA OBLIGASI 2004 2005 2008 2007
Obligasi pemerintah tahun 2002 seri
VR0018 7,498 8,838 12,265 8,315
Obligasi pemerintah tahun 2002 seri
VR0020 7,498 8,838 12,265 8,315
Obligasi pemerintah tahun 2002 seri
VR0021 7,388 9,078 11,483 7,898
Obligasi pemerintah tahun 2002 seri
VR0022 7,293 9,360 11,435 7,898
Obligasi pemerintah tahun 2002 seri
VR0023 7,498 8,838 12,265 8,248
Obligasi pemerintah tahun 2002 seri
VR0024 7,388 9,078 11,483 7,898
Obligasi pemerintah tahun 2002 seri
VR0025 7,293 9,360 11,435 7,898
Obligasi pemerintah tahun 2002 seri
VR0027 7,498 8,838 12,265 8,248
Obligasi pemerintah tahun 2002 seri
VR0028 7,388 9,078 11,483 7,898
Obligasi pemerintah tahun 2002 seri
VR0030 7,293 9,360 11,435 7,898