TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh :
M. NASIR
NPM.1122040003
PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH
KONSENTRASI SUPERVISI PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM BEASISWA ANGKATAN I TAHUN 2011
PROGRAM PASCASARJANA
ii
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh :
M. NASIR
NPM. 1122040003
Pembimbing Akademik I : Dr. H. Achmad Asrori, M. A Pembimbing Akademik II : Dr. M. Akmansyah, M. A
PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH KONSENTRASI SUPERVISI PENDIDIKAN PROGRAM BEASISWA ANGKATAN I TAHUN 2011
PROGRAM PASCASARJANA
A. Latar Belakang Masalah
Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata
dalam aktivitas kerja bawahannya. Kepala sekolah yang rajin, cermat, peduli terhadap
bawahan akan berbeda dengan gaya kepemimpinan yang acuh tak acuh, kurang
komunikatif apalagi arogan dengan komunitas sekolahnya. Beban kepala sekolah
tidak ringan, untuk dapat mengkoordinasi sistem kerja yang mampu memuaskan
berbagai pihak tidak gampang. Meskipun demikian kepala sekolah yang baik
tentunya harus memiliki skala prioritas kerja dengan tidak mengabaikan tugas pokok
selaku kepala sekolah.
Supervisi pengajaran harus dilakukan oleh kepala sekolah yang memiliki
kompetensi kepengawasan yang professional. Berdasarkan PP No. 19 tahun 2005
pasal 39 mengatur kompetensi kepala sekolah dalam kepengawasan harus memiliki
kualifikasi: (1) merencanakan supervisi, (2) melaksanakan supervisi, dan (3)
menindaklanjuti hasil supervisi.1
Menurut Mulyasa “kenyataanya banyak guru di negeri kita merasa takut di
supervisi dan banyak pula kepala sekolah tidak melaksanakan supervisi kepada
1Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
dengan pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah.2
Kepala sekolah juga berperan penting bagi peningkatan kinerja guru untuk
lebih semangat dan profesional dalam mengajar. Dengan alasan yang sangat
mendasar bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan
kualitas pengajaran yang dilaksanakan, oleh karena itu harus memikirkan dan
membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswa
dengan memperbaiki kualitas mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa guru diharapkan
mampu berperan aktif sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai
fasilitator yang berusaha menciptakan organisasi kelas, penggunaan metode mengajar
maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola belajar mengajar.3
Perangkat sekolah seperti kepala sekolah, dewan guru, siswa,
pegawai/karyawan harus saling mendukung untuk bekerja sama mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa sukses atau tidaknya
suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sangat tergantung atas
kemampuan pimpinannya untuk menumbuhkan iklim kerja sama agar dengan mudah
dapat menggerakkan sumber daya manusia yang ada, sehingga pendayagunaannya
dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Menurut Sergiovani dan Starrat yang dikutip oleh E.Mulyasa mengatakan
bahwa “supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk
2
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: Rosda Karya, 2003), h. 98
3
sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk
memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua peserta didik dan sekolah
sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.”4
Ada kecenderungan yang kuat bahwa untuk meningkatkan kualitas layanan
dalam kualifikasi profesional guru yang perlu dibina dan ditata kembali
kemampuannya sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk mengarahkan
program guru agar menjadi sosok professional dalam pendidikan. Hal ini tidak lepas
dari bantuan dan bimbingan dari supervisor. Dalam melaksanakan tugasnya kepala
sekolah sebagai supervisor berkewajiban membantu guru memberi dukungan yang
dapat melaksanakan tugas dengan baik sebagai pendidik maupun pengajar. Sebagai
guru yang profesional mereka harus memiliki keahlian khusus dan dapat menguasai
seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan yang perlu
dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.
Dalam penelitian ini supervisor evektif dalam lembaga pendidikan adalah
kepala sekolah yang baik. Kepala sekolah yang merupakan center of leader dalam membantu efektivitas belajar mengajar. Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan tingkat operasional memiliki sentral
dalam membawa keberhasilan lembaga pendidikan. Kepala sekolah berperan
memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi dan memotivasi kerja,
4
supervisi atau pengawasan yang efesien dengan ketentuan waktu dan perencanaan.5 Keterlibatan kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam dalam
pengembangan efektivitas pembelajaran di sekolah juga mendorong rasa kepemilikan
yang lebih tinggi terhadap sekolahnya yang pada akhirnya mendorong mereka untuk
menggunakan sumber daya yang ada dengan seefisien mungkin untuk mencapai hasil
yang maksimal. Kemampuan sekolah untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi
siswa untuk belajar. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan hal yang sangat
menarik untuk dikaji dan dipelajari sebagai upaya mendapatkan sekolah yang baik
dan berkualitas. Kepemimpinan kepala sekolah meliputi kepemimpinan intern dan
ekstern, sebagai wujud pengakuan legalitas lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Tentunya kepemimpinan yang efektif dimulai dari perbaikan kualitas sumber daya
manusia.
Sebagaimana yang dinyatakan Watik,6 bahwa sumber daya manusia yang berkualitas menyangkut tiga dimensi, yaitu: (1) dimensi ekonomi, (2) dimensi
budaya, dan (3) dimensi spiritual (iman dan taqwa). Upaya pengembangan kualitas
sumber daya manusia melalui pendidikan juga perlu mengacu pada pengembangan
nilai tambah pada ketiga dimensi tersebut.
Kepala sekolah sebagai supervisor mempunyai tanggung jawab untuk
5
Hendiyat Sutomo, Waety Suemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan, ( Jakarta : Bina Aksara, 1984), h. 1
6
serta mempunyai peranan yang sangat penting terhadap perkembangan dan kemajuan
sekolah.
Oleh karena itu ia harus melaksanakan supervisi secara baik dan benar sesuai
dengan prinsip-prinsip supervisi serta teknik dan pendekatan yang tepat.
Pembinaan-pembinaan yang dilakukan kepala sekolah terhadap guru dapat meningkatkan kinerja
dan dedikasi guru dalam dunia pendidikan. Guru terbantu untuk selalu melakukan
inovasi pembelajaran kepada peserta didik sehingga nilai-nilai pembelajaran dapat
secara maksimal terserap dan membentuk kepribadian terbaik peserta didik.
Tugas seorang supervisor adalah membantu, mendorong dan memberikan
keyakinan kepada guru, bahwa proses belajar mengajar dapat memberikan
pengembangan berbagai pengalaman, pengetahuan, sikap dan keterampilan guru, dan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut harus dibantu secara
professional sehingga guru dapat berkembang dalam pekerjaannya yaitu untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Peningkatan kinerja
guru dalam melaksanakan tugas mulianya tersebut adalah tanggung jawab kepala
sekolah sebagai ”first power motivation” kepada guru dan siswa di sekolah. Bantuan
motivasi dapat berupa penghargaan terhadap guru yang berprestasi, pemberian
pembinaan-pembinaan cara pembelajaran yang efektif dan menyenangkan, dan juga
pemberian hukuman yang tegas sebagai pendidikan yang baik kepada para guru yang
sebagai supervisor. Tetapi juga adanya pengawasan melekat pada diri kepala sekolah
mempunyai dua hal dalam pengawasan yaitu Built in Control (pengawasan melekat)
dan juga Fungtion Control (fungsi pengawas). Senada dengan pendapat tesebut, Made Pidarta dalam bukunya supervisi pendidikan kontekstual menyatakan bahwa
pengawasan yang dilakukan kepala unit atau kepala sekolah disebut pengawasan
melekat. Sebab pengawasan disini merupakan salah satu kegiatan rutin sekolah ketika
situasi dalam keadaan tenang atau tidak bergejolak.7 Persoalan - persoalan yang timbul di lapangan yang dihadapi oleh pendidik dan tenaga kependidikannya,
diusahakan untuk diatasi seketika dengan bimbingan maupun koreksi oleh kepala
sekolah tidak semata-mata bersifat birokratis, tetapi bersifat klinis (pembinaan teknis
edukatif). Mengingat lingkup tugas kepala sekolah sebagai supervisor mencakup
berbagai aspek, maka diperlukan juga modal pengetahuan dan wawasan yang cukup
luas.8
Supervisi yang dilakukan kepala sekolah antara lain untuk meningkatkan
kinerja guru dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga diharapkan dapat memenuhi
misi pengajaran yang diembannya atau misi pendidikan nasional dalam lingkup yang
lebih luas. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa masalah profesi guru dalam
mengemban kegiatan belajar mengajar akan selalu dan terus berlanjut dan bantuan
7
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Bandung : Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet.XVI, h.106.
8
melaksanakan tugasnya secara maksimal. Kepala sekolah menghendaki dukungan
kinerja guru yang selalu ada peningkatan yang konsisten dalam melaksanakan
pembelajaran di sekolah.
Yushak Burhanuddin mengemukakan bahwa "tujuan supervisi pendidikan
adalah dalam rangka mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik
melalui pembinaan dan peningkatan profesi mengajar, secara rinci sebagai berikut:
a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar mengajar
b. Mengendalikan penyelenggaraan bidang teknis edukatif di sekolah sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan kebijakan yang telah ditetapkan.
c. Menjamin agar kegiatan sekolah berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga berjalan lancar dan memperoleh hasil optimal.
d. Menilai keberhasilan sekolah dalam pelaksanaan tugasnya.
e. Memberikan bimbingan langsung untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kekhilafan serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi sekolah, sehingga dapat dicegah kesalahan yang lebih jauh.9
Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut, kepala sekolah
perlu memiliki berbagai kemampuan yang diperlukan. Menurut Kartz sebagaimana
dikutip oleh Sudarwan Danim bahwa kemampuan manajerial itu meliputi technical
skill (kemampuan teknik), human skill (kemampuan hubungan kemanusiaan), dan
conceptual skill (kemampuan konseptual).10
Kepala sekolah memiliki peran strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan
di lembaga yang dipimpinnya. Kepala sekolah tidak saja berperan sebagai pemimpin
9
Yushak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2005), cet. Ke-3, h.100.
10
kepemimpinan dalam suatu sekolah seperti perencanaan, pembinaan karir, koordinasi,
dan evaluasi.11 Terlebih, pada era desentralisasi ini, kepemimpinan lembaga pendidikan dijalankan secara otonom yang memberikan keleluasan kepada kepala
sekolah untuk mengelola lembaga yang dipimpinnya sesuai dengan visi
kepemimpinannya. Kepala sekolah sebagai supervisor yang bijaksana harus mampu
rencana yang akan dilakukan sebagai alternatif pemecahan problematika yang terjadi
dikalangan guru yang dipimpinnya secara kooperatif dan saling bekerja sama dalam
menyesuaikan rencana dan situasi baru yang timbul.
Hal tersebut diperkuat oleh Permendiknas No. 13 tahun 2007 mengenai
standar kepala sekolah/madrasah yang telah mencantumkan 5 kompetensi yang harus
dimiliki oleh kepala sekolah yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial,
kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan juga kompetensi sosial.12 Rambu-rambu penilaian kinerja kepala sekolah Dirjen Dikdasmen tahun 2000 yaitu:
1) Kemampuan menyusun program supervisi pengajaran,
2) Kemampuan melaksanakan program supervisi pengajaran, serta
3) Kemampuan memanfaatkan hasil supervisi.
Seorang guru agama dituntut untuk dapat memberikan kontribusi yang sangat
besar terhadap pendidikan dilingkungan sekolah terutama dalam hal belajar. Guru
11
Baharuddin, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Era Otonomi Pendidikan (Malang: Jurnal al-Harokah Vol. 63, No.1, Januari-April 2006), h. 19-20.
12
pendidikan disuatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang guru dalam menjalankan tugasnya.
Suroso, S. Pd, M. Si adalah Kepala SMPN 1 Batanghari Lampung Timur yang
memiliki misi menghasilkan tamatan yang cerdas spiritual, sosial dan intelegensi
untuk memenuhi tuntutan dunia dalam era globalisasi. Karena itu kepala SMPN 1
Batanghari Lampung Timur secara rutin melaksanakan kegiatan supervisi pada setiap
guru untuk bisa menjalankan tugasnya dengan maksimal dan meningkatkan
kinerjanya.
Berdasarkan prasurvey yang peneliti lakukan di SMP Negeri 1 Batanghari
Lampung Timur, sesuai dengan apa yang di sampaikan oleh Kepala Sekolah tentang
pelaksanaan supervisi beliau mengatakan bahwa: Pelaksanaan supervisi yang di
laksanakan di SMPN 1 Batanghari merujuk pada PP No. 19 tahun 2005 pasal 39
bahwa kepala sekolah dalam kepengawasan harus memiliki kualifikasi: (1)
merencanakan supervisi, (2) melaksanakan supervisi, dan (3) menindaklanjuti hasil
supervisi.
1) Pada tahap perencanaan Kepala Sekolah melakukan langkah-langkah penentuan
nama-nama guru yang akan di supervisi, di ruang kelas mana, alat-alat yang
dipakai mencatat hasil supervisi, cara menentukan waktu pelaksanaan supervisi,
dan selanjutnya penyusunan jadwal supervisi. Berikut ini jadwal rencana
JADWAL PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH SMPN 1 BATANGHARI LAMPUNG TIMUR TP. 2012/201313
NO TGL/BLN/THN NAMA GURU BIDANG
STUDI SUPERVISOR
1 Senin, 17-09-2012 Repiyati, S.Pd Bahasa Inggris Kepala Sekolah
2 Senin, 17-09-2012 Sarimin, S.Pd IPS Kepala Sekolah
3 Selasa, 18-09-2012 Drs. Joko Mursito IPA Kepala Sekolah
4 Selasa, 18-09-2012 Mursidi, S.Pd Bhs. Indonesia Kepala Sekolah
5 Rabu, 19-09-2012 Hi. Shokhip, S.Pd Matematika Kepala Sekolah
6 Rabu, 19-09-2012 Drs. Hayumi PAI Kepala Sekolah
7 Senin, 24-09-2012 Drs. Sismadi IPA Kepala Sekolah
8 Senin, 24-09-2012 Suparni, S.Pd Bhs. Indonesia Kepala Sekolah
9 Selasa, 25-09-2012 Sudarsih, S.Pd PKn Kepala Sekolah
10 Senin, 05-10-2012 Misinah, S.Pd IPS Kepala Sekolah
11 Senin, 05-10-2012 Hj. Mihaya, S.Pd IPS Kepala Sekolah
12 Selasa, 06-10-2012 M. Martun, S.Pd Bahasa Inggris Kepala Sekolah
13 Rabu, 07-10-2012 Slamet Riyadi Penjaskes Kepala Sekolah
14 Senin,12-10-2012 Sri Eliyati, S. Pd. I PAI Kepala Sekolah
15 Senin,12-10-2012 Hj. Prayuni, S.Pd Matematika Kepala Sekolah
16 Selasa, 13-10-2012 Sutri. WR, S.Pd PKn Kepala Sekolah
13
yang sedang belajar di bawah bimbingan guru tujuannya ingin memperoleh data
tentang segala sesuatu yang terjadi di dalam proses belajar mengajar. Data ini
sebagai dasar bagi supervisor di dalam melakukan pembinaan terhadap guru yang
diobservasi. Berdasarkan prasurvey yang peneliti lakukan terhadap implementasi
supervisi Kepala sekolah SMP Negeri 1 Batanghari Suroso, S. Pd. M.Si
mengatakan bahwa:
“ Pada tahap pelaksanaan supervisi saya memilih bentuk observasi kelas yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja guru, ketika proses pembelajaran akan dimulai saya akan mengambil duduk di kursi barisan paling belakang untuk memperhatikan dan mencatat berbagai kejadian selama proses pembelajaran berlangsung dan mencatatnya secara mendetail agar benar-benar diperoleh hasil yang akurat seperti: suasana kelas, cara memulai dan menutup pelajaran, kecocokan metode yang dipakai, media yang digunakan, tugas-tugas yang diberikan kepada siswa. Selain itu saya juga memberikan bimbingan kepada guru-guru dalam pembuatan rencana program pembelajaran, dan silabus dengan baik termasuk guru pendidikan agama Islam”.14
Sebagaimana yang di sampaikan Made Pidarta, dalam bukunya Pemikiran
Tentang Supervisi Pendidikan bahwa : hal-hal yang perlu dicatat oleh supervisor
adalah:
1) Suasana kelas
2) Cara memulai dan menutup pelajaran 3) Kecocokan metode yang di pakai 4) Media yang digunakan
5) Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa. 15
14
Suroso, Kepala SMPN 1 Batanghari Lampung Timur, observasi, tanggal, 19 September 2013
15
guru atau tidak diberitahukan terlebih dulu keduanya mengandung kebaikan maupun
kelemahan. Kegiatan supervisi yang dilakukan kepala Sekolah tidak hanya sebatas
dalam perencanaan dan pelaksanaan saja, akan tetapi sampai pada tahab tindak lanjut
hasil evaluasi, seperti yang dilakukan terhadap guru Pendidikan Agama Islam.
3). Pada tahap tindak lanjut hasil supervisi kepala sekolah akan membicarakan
dengan guru pendidikan agama Islam dengan catatan penting seperti guru kurang
mampu dalam menciptakan suasana kelas yang setiap peserta didiknya mampu
berinteraksi baik ketika menjawab pertanyaan maupun menyampaikan pertanyaan
kepada guru.16
Dari hasil pengamatan penulis yang dikaitkan dengan situasi dan kondisi
faktual di lingkungan SMPN 1 Batanghari Lampung Timur, menunjukkan bahwa
kepala sekolah dalam melakukan kegiatan supervisi melalui tahapan perencanaan,
pelaksanaan dan tindak lanjut hasil supervisi sehingga tujuan dari supervisi
pengajaran dapat tercapai dengan baik.
Dalam kaitanya dengan kinerja guru Suhadi berpendapat “Kinerja guru dalam
proses pembelajaran dapat dinilai dari kemampuan guru dalam merencanakan,
melaksanakan atau mengelola proses pembelajaran dan melakukan evaluasi
pembelajaran”.17
16
Suroso, S.Pd, M.Si. Kepala Sekolah SMPN 1 Batanghari Lampung Timur, interview
Tanggal, 19september 2012
17
beberapa permasalahan seperti: a) Dalam perencanaan pembelajaran masih ada guru
PAI yang belum melengkapi perangkat pembelajaran b) Dalam pelaksanaan
pembelajaran gaya mengajar guru PAI masih monoton c) Dalam mengevaluasi
pembelajaran belum mampu merubah keadaan dari kondisi belajar peserta didik yang
kurang baik menjadi baik. Setelah mengadakan observasi tentang kinerja guru PAI di
SMPN 1 Batanghari penulis menyimpulkan bahwa kinerja guru PAI di SMPN 1
Batanghari belum optimal. Sesuai apa yang dikemukakan oleh Bapak Suroso, bahwa:
Dalam merencanakan pembelajaran masih ada guru PAI yang belum melengkapi
perangkat pembelajaran , pelaksanaan pembelajaran masih monoton dan dalam
mengevaluasi hasil pembelajaran belum mampu merubah keadaan dari kondisi
belajar peserta didik yang kurang baik menjadi baik.18
Kekurang berhasilan guru pendidikan agama Islam menjadi pokok penting
pembahasan penelitian dimana Implementasi supervisi kepala sekolah dapat
memperbaiki dan meningkatkan kinerja guru pendidikan agama Islam dalam
menjalankan tugas pembelajaran. Dengan latar belakang tersebut peneliti memberi
judul tesis ini “IMPLEMENTASI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN KINERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMPN
1 BATANGHARI LAMPUNG TIMUR”.
18
1. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
a) Pada dasarnya Kepala SMPN 1 Batanghari Lampung Timur telah
melaksanakan supervisi kepada guru pendidikan agama Islam, namun dalam
perencanaan pembelajaran masih ada guru pendidikan agama Islam yang
belum melengkapi perangkat pembelajaran.
b) Kepala SMPN 1 Batanghari telah melaksanakan supervisi terhadap guru
pendidikan agama Islam, namun dalam pelaksanaan pembelajaran gaya
mengajar guru pendidikan agama Islam masih monoton.
c) Kepala SMPN 1 Batanghari telah melaksanakan bimbingan terhadap guru pendidikan agama Islam dalam evaluasi pembelajaran, namun kegiatan
evaluasi pembelajaran yang dilakukan guru belum mampu merubah keadaan
dari kondisi belajar peserta didik yang kurang baik menjadi baik.
2. BatasanMasalah
Berdasarkan paparan latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi pada:
a. Supervisi pengajaran yang dilakukan kepala sekolah mencakup beragam
supervisi, pelaksanaan supervisi dan tindak lanjut hasil supervisi.
b. Kinerja guru adalah refleksi dari aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran
yang pelaksanaanya melalui tahapan-tahapan tertentu disinilah dibutuhkan
kemampuan guru dalam proses pembelajaran. Kinerja guru dalam proses
pembelajaran yaitu hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan program,
penguasaan bahan/materi, mengelola proses pembelajaran, menilai/evaluasi
proses pembelajaran. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah
kinerja guru itu sendiri yang dinilai dari tiga kemampuan dasar yakni
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalahnya dalam penelitian
ini adalah: “Bagaimanakah Implementasi Supervisi Kepala Sekolah dalam
Meningkatkan Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1
Batanghari Lampung Timur”.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian a. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis bertujuan untuk mengetahui bagaimana
implementasi supervisi kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperluas kajian tentang disiplin
ilmu penulis yaitu supervisi pendidikan dan mengembangkan pengetahuan
serta wawasan mengenai kepala sekolah sebagai supervisor, dan guru
sebagai tenaga pendidik dalam melakukan pembelajaran di sekolah, sehingga
tenaga pendidik dapat melakukan pekerjaannya secara efektif dan efisien.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Kepala
Sekolah, Guru, dan khususnya Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri
1 Batanghari Lampung Timur, untuk dijadikan pertimbangan secara
kontekstual dan konseptual operasional dalam merumuskan pola
pengembangan kinerja guru yang akan datang, dan memberi dorongan bagi
para guru untuk meningkatkan kinerjanya dengan melalui motivasi kerja dan
supervisi kepala sekolah yang nantinya dapat meningkatkan mutu pendidikan.
E. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan konseptual atau teori-teori yang akan diterapkan
atau diuji dalam penelitian tesis, serta konsep operasional sebagai dasar pelaksanaan
penelitian.19
Supervisi kepala sekolah merupakan sarana bagi Kepala Sekolah untuk
melakukan pembinaan/ bimbingan kepada guru mengenai hasil kegiatan guru dalam
19Pedoman Penulisan Proposal dan Tesis
perencanaan supervisi, melaksanakan supervisi dan menindak lanjuti hasil supervisi
supaya membawa dampak positif bagi perkembangan kegiatan guru sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai dengan baik.
Dalam dunia pendidikan guru merupakan figur yang ditaati oleh seluruh
peserta didik, yang menjadi siswa di sekolah yang bersangkutan. Guru dalam
menjalankan tugasnya memiliki keanekaragaman latar belakang pendidikan,
kemampuan, inisiatif dan motivasi mengajar disekolah. Dengan keanekaragaman
tersebut masing-masing guru memiliki tujuan dan peran serta yang berbeda di dalam
menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu perlu diadakan pembinaan secara terus
menerus dan berkesinambungan, dan menjadikan guru sebagai tenaga profesional.
Supervisi kepala sekolah merupakan salah satu tugas kepala sekolah dalam
membina guru melalui fungsi pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh kepala
sekolah pada intinya yaitu melakukan pembinaan, bimbingan untuk memecahkan
masalah pendidikan termasuk masalah yang dihadapi guru secara bersama dan bukan
mencari kesalahan guru.
Kegiatan supervisi merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam
menyelenggarakan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi yang dilaksanakan
oleh kepala sekolah untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi berpengaruh dalam menentukan kemajuan
sekolah, oleh karenanya harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki
program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala
sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat yang baik dan kemampuan
serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Salah
satu tekhnik untuk dapat menunjang peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam adalah tekhnik observasi kunjungan kelas.
Sebagaimana yang dinyatakan Yurnalis Etek bahwa:
“Kedudukan kepala sekolah sebagai supervisor tidak bisa diganti oleh pengawas atau pejabat lain yang bertugas khusus dibidang supervisi yang ditetapkan untuk tugas itu. Pengawas atau pejabat lain bisa memberikan pelayanan melalui bantuan tak langsung, sedangkan kepala sekolah memberikan bantuan kepada guru secara langsung melalui:
1. Kunjungan kelas
2. Wawancara (pembicaraan individual)
3. Pemberian saran-saran tentang cara-cara memajukan proses belajar mengajar 4. Membantu merencanakan satuan pembelajaran.20
Supervsi pengajaran harus dilakukan oleh kepala sekolah yang memiliki
kompetensi kepengawasan yang professional. Berdasarkan PP. No. 19 tahun 2005
pasal 39 mengatur kompetensi kepala sekolah dalam kepengawasan harus memiliki
kualifikasi: (1) merencanakan supervisi, (2) melaksanakan supervisi, dan (3)
menindaklanjuti hasil supervisi. 21
20
Yurnalis Etek, Supervisi Akademik dan Evaluasi Pengajaran (Jakarta: Transmisi Media, 2008), h. 53
21
pada kemampuan para pimpinan, baik dengan membangun sistem kerja dan
hubungan yang aman dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompetensi
pekerja, demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan memobilisasi pegawai
untuk bekerja secara optimal.
Sedangkan menurut PP RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan menyebutkan bahwa kemampuan (ability) guru sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dalam mencapai keberhasilan proses belajar mengajar
mencakup empat macam.22 1. Kemampuan Pribadi
Kemampuan pribadi adalah kemampuan guru dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan merinci kemampuan pribadi
guru meliputi:
a. Kemantapan dan integrasi pribadi
b. Peka terhadap perubahan dan pembaharuan c. Berfikir alternative
d. Adil, jujur dan objektif
e. Disiplin dalam melaksanakan tugas
f. Berusaha memperoleh hasil sebaik-baiknya g. Simpatik, menarik, luwes dan bijaksana h. berwibawa23
Sedangkan Moh. Uzer Usman menerangkan bahwa kemampuan pribadi guru
meliputi hal-hal berikut:
22
Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman dan Sosial (LeKDiS), Standar Nasional Pendidikan, Ciputat: Han. s Print, 2005), h. 26-27
23
b. Berinteraksi dan berkomunikasi
c. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan d. Melaksanakan administrasi pendidikan
e. Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. 24
Kemampuan pribadi menjadikan guru dapat mengelola dan berinteraksi secara
baik serta mengelola belajar mengajar. Guru juga harus mempunyai kepribadian
yang utuh karena bagaimanapun guru merupakan suri tauladan bagi anak didiknya.
2. Kemampuan Professional
Kemampuan professional adalah kemampuan dalam penguasaan akademik
yang diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus, sehingga
guru memiliki wibawa akademis.
Menurut Cece Wijaya, kemampuan profesional guru meliputi:
a) Menguasai bahan
g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
h) Mengenal fungsi dan progam pelayanan bimbingan dan penyuluhan i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
j) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk keperluan pengajaran. 25
Kemampuan professional guru penting dalam hubungannya dengan kegiatan
belajar mengajar karena proses belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh
dalam membimbing siwanya.
c. Kemampuan Sosial
Kemampuan sosial adalah kemampuan yang berhubungan dengan bentuk
partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat tempat
ia bekerja, baik secara formal maupun informal, meliputi:
a. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik
b. Bersikap simpatik
c. Dapat bekerjasamma dengan guru bimbingan konseling
d. Pandai bergaul dengan kawan sejawat dan mitra pendidikan.
d. Kemampuan Pedagogik
Kemampuan pedagonik adalah kemampuan pengelola pembelejaran peserta
didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dengan demikian guru sebagai makhluk yang dibekali potensi kemampuan
tertentu, dan mengaplikasikan serta mengembangkan kemampuan terasebut
diperlukan suatu latihan dan pendidikan. Guru harus memiliki kompetensi
profesional dalam bidangnya, maka ia memiliki kriteria-kriteria seperti yang
mensupervisi kinerja guru karena: a) yang diamati keseluruhan proses belajar
mengajar dalam satu pertemuan, dan bukan sampel-sampel pembelajaran yang di
inginkan, b) untuk mengetahui aktivitas belajar mengajar secara keseluruhan,
bukan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas khusus, c) supervisor tidak boleh
berpartisipasi dalam pembelajaran, d) dilakukan pada waktu pelajaran
berlangsung.
Dalam kaitanya dengan kinerja guru Suhadi mengatakan “Kinerja guru dalam
proses pembelajaran dapat dinilai dari kemampuan guru dalam merencanakan,
melaksanakan atau mengelola proses pembelajaran dan melakukan evaluasi
pembelajaran”.26
Berdasarkan data yang telah di paparkan diatas dapat digambarkan bagan
sebagai berikut:
26
Suhadi, Loc. cit, h. 26
Implementasi Supervisi Kepala Sekolah
1. merencanakan supervisi,
2. melaksanakan supervisi,
3. menindaklanjuti hasil
supervisi.
Kinerja Guru
1. Merencanakan pembelajaran
2. Melaksanakan pembelajaran
A. Implementasi Supervisi Kepala Sekolah 1. Pengertian Supervisi
Supervisi secara etimologi berasal dari kata “super” dan “visi” yang
mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas
yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja
bawahan.1
Menurut Harris dalam Piet A. Sahertian “supervisi pengajaran ialah segala
sesuatu yang dilakukan kepala sekolah dengan cara yang langsung mempengaruhi
proses belajar mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa. ”2
Menurut M. Ngalim Purwanto “supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan
yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam
melakukan pekerjaan mereka secara efektif. ”3
Suharsimi Arikunto menyatakan tetang Supervisi Pengajaran dengan
menyebut sebagai “Supervisi Klinis” yaitu suatu bentuk supervisi yang difokuskan
pada peningkatan kualitas mengajar melalui sarana siklus yang simpatik untuk
1
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h. 154
2
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 18
3
langkah-langkah intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata
serta bertujuan untuk mengadakan perubahan dengan cara yang rasional.4
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi
pengajaran adalah upaya kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat
meningkatkan kualitas mengajarnya dengan melalui langkah-langkah perencanaan,
penampilan mengajar yang nyata serta mengadakan perubahan dengan cara yang
rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Tujuan Supervisi
Menurut Oteng Sutisna dalam bukunya Supervisi dan Administrasi
Pendidikan mengemukakan tujuan supervisi adalah: “ membantu para guru
memperoleh arah diri dan belajar memecahkan sendiri masalah-masalah yang
mereka hadapi, dan mendorong mereka kepada kegiatan-kegiatan untuk
menciptakan situasi-situasi dimana murid dapat belajar lebih efektif ”. 5
Sedangkan menurut Hadari Nawawi tujuan supervisi pendidikan adalah:
Menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan mengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan-perbaikan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangannya agar di atasi dengan usahanya sendiri. Dengan kata lain supervisi bertujuan menolong guru-guru agar dengan kesadarannya sendiri berusaha untuk berkembang dan tumbuh menjadi guru yang lebih cakap dan lebih baik dalam menjalankan tugas-tugasnya. ”6
4
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta : Rajawali Pers, 1989), h.99
5
Oteng Sutisna, Supervisi dan Administrasi Pendidikan, (Bandung:Jemars, 1999), h. 8
6
Pendapat di atas menunjukkan bahwa supervisi pengajaran adalah untuk
membantu guru dalam melaksanakan perbaikan dan perkembangan proses belajar
mengajar secara total, bantuan yang dimaksud adalah bantuan profesional yang
memungkinkan guru dapat merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi proses
belajar mengajar secara efektif dan efesien.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan supervisi
pengajaran adalah untuk meningkatkan kepercayaan dan kemampuan serta
keterampilan mengajar guru agar dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik.
Supervisi tidak mungkin dapat dilaksanakan sepenuhnya oleh pengawas
pendidikan, karena pengawas belum tentu menguasai seluruh bidang studi yang
ada di suatu sekolah, maka untuk itu dikembangkan strategi supervisi. Strategi
yang dapat dikembangkan adalah supervisi langsung dan tak laangsung. Supervisi
langsung dilaksanakan secara langsung terhadap guru-guru, berupa pertemuan
pribadi, konsultasi, rapat kelompok, dan kunjungan kelas. Sedangkan supervisi tak
langsung adalah dengan mendayagunakan orang atau sarana lain, seperti bantuan
dari guru senior, guru sejawat, guru bidang sdtudi diberi kesempatan untuk
berkonsultasi dengan pihak-pihak yang dipandang mempunyai keahlian, dalam
tugas kesupervisian. Kegiatan supervisi secara langsung atau tidak langsung
merupakan teknik-teknik supervisi pengajaran yang dikembangkan oleh para
pakar. Teknik ini dapat digunakan kepala sekolah sesuai dengan situasi dan
3. Implementasi Supervisi Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan
sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan
pada umum direalisasikan. Sehubungan dengan Manajemen Berbasis Sekolah,
kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Dengan
begitu, Manajemen Berbasis Sekolah sebagai paradigma baru pendidikan dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
Kinerja kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan
Manajemen Berbasis Sekolah adalah segala upaya yang dilakukan dan hasil yang
dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan Manajemen
Berbasis Sekolah di sekolahnya untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara
efektif dan efisien. Sehubungan dengan hal itu, kepemimpinan kepala sekolah
yang efektif dalam Manajemen Berbasis Sekolah dapat dilihat berdasarkan kriteria
berikut:
a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif
b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan
c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga daapt melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan;
d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah;
f. Berhasil mewujudkan tujuan sekoah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 7
Pidarta mengemukakan tiga macam keterampilan yang harus dimiliki oleh
kepala sekolah untuk menyukseskan kepemimpinannya. Ketiga keterampilan
tersebut adalah:
keterampilan konseptual, yaitu keterampilan untuk memahami dan mengoperasikan organisasi, keterampilan manusiawi, yaitu keterampilan untuk bekerjasama, memotivasi dan memimpin, serta keterampilan teknik ialah keterampilan dalam menggunakan pengetahuan, metode, teknik, serta perlengkapan untuk menyelesaikan tugas tertentu. 8
Lebih lanjut dikemukakan bahwa untuk memiliki kemampuan, terutama
keterampilan konsep, para kepala sekolah diharapkan melakukan
kegiatan-kegiatan berikut: (1) senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari
cara kerja para guru dan pegawai sekolah lainnya; (2) melakukan observasi
kegiatan manajemen secara terencana; (3) membaca berbagai hal yang berkaitan
dengan kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan; (4) memanfaatkan hasil-hasil
penelitian orang lain; (5) berpikir untuk masa yang akan datang, dan (6)
merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan.
Selain itu, kepala sekolah harus dapat menerapkan gaya kepemimpinan
yang efektif sesuai dengan situasi dan kebutuhan serta motivasi para guru dan
pekerja lain. Kepala sekolah yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
7
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), ha. 126.
8
kerja terutama hubungan antar pelaksana sekolah menunjukkan bahwa ia memiliki
kemampuan memimpin organisasi sekolah.
Kepala sekolah sebagai supervisor dalam aktivitasnya tentu membutuhkan
kemampuan menajerial dan asumsi bahwa kegiatan supervisi dilakukan secara
kontinu dan berlangsung dengan manajemen yang baik. Oleh karena itu kegiatan
kepala sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut: Kegiatan supervisi pendidikan
paling tidak terdiri dari tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, pertemuan
umpan balik.
Adapun perinciannya sebagai berikut:
a. Supervisi yang diberikan kepada guru berupa bantuan bukan perintah), sehingga inisiatif terletak di tangan guru;
b. Aspek yang di supervisi harus berdasarkan usul guru. Usul tersebut dikaji bersama kepala sekolah (sebagau supervisor) untuk dijadikan kesepakatan. c. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan
kepala sekolah
d. Umpan balik diberikan segera setelah pengamalan selesai
e. Mendiskusikan hasil analisis dan data hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru
f. Kegiatan supervise dilakukan secara tatap muka dan dalam suasana terbuka g. Kepala sekolah sebagai supervisor lebih banyak, mendengarkan dan
menjawab pertanyaan guru daripada memberi pengerahan
h. Pemberian penguatan terhadap perubahan perilaku yang positif sebagai hasil pembinaan dan dilakukan secara berkelanjutan. 9
Ada enam prinsip yang harus dilaksanakan dalam supervisi akademik, yaitu: a. Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hierarkis
b. Dilaksanakan secara demokratis c. Terpusat pada guru
d. Didasarkan pada kebutuhan guru
Supervisor pengajaran, tentu memiliki peran berbeda dengan “pengawas”.
Supervisor, lebih berperan sebagai “gurunya guru” yang siap membantu kesulitan
guru dalam mengajar. Supervisor pengajaran bukanlah seorang pengawas yang
hanya mencari-cari kesalahan guru.
Olivia mengemukakan peran supervisor yang utama, ada empat hal, yaitu:
1) Sebagai koordinator, berperan mengkoordinasikan program-program dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran dan harus membuat laporan mengenai pelaksanaan programmnya;
2) Sebagai konsultan, supervisor harus memiliki kemampuan sebagai spesialis dalam masalah kurikulum, metodologi pembelajaran, dan pengemabngan staf, sehingga supervisor dapat membantu guru baik secara individual maupun kelompok;
3) Sebagai pemimpin kelompok (group leader), supervisor harus memiliki kemampuan memimpin, memahami dinamika kelompok, dan menciptakan berbagai bentuk kegiatan kelompok; dan
4) Sebagai evaluator, supervisor harus dapat memberikan bantuan pada guru untuk dapat mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran yang dihadapi guru, membantu melakukan penelitian dan pengembangan dalam pembelajaran dan sebagainya. 11
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa peran supervisor yang
utama ada empat, yakni sebagai koordinator, konsultan, pemimpin kelompok dan
sebagai evaluator. Peran tersebut harus benar-benar dilaksanakan oleh seorang
supervisor sehingga pelaksanaan supervisi dapat mencapati tujuan.
4. Teknik-teknik Supervisi
Untuk mengidentifikasi kebutuhan guru, kemudian untuk meningkatkan
kemampuannya, dan selanjutnya membimbing guru supaya dia benar-benar
11
berusaha menerapkan kemampuannya untuk meningkatkan situasi pembelajaran
dengan muridnya, diperlukan kegiatan-kegiatan tertentu, cara-cara tertentu yang
khusus dan terarah agar masing-masing tujuan tercapai dengan sebaik-baiknya.
Menurut Gwyn cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Teknik supervisi individual
Tehnik supervisi individual yang dimaksud di sini adalah pelaksanaan
supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus
dan bersifat perorangan. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang
guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang
dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi
kelas, pertemuan individual, kunjungan antar kelas, dan menilai diri sendiri.
Berikut ini dijelaskan pengertian-pengertian dasarnya secara singkat satu
persatu.
1) Kunjungan kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah,
pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan
proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam
rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah semata-mata untuk
menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah mereka di dalam
kelas. Melalui kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas
masalah-masalah yang mereka alami. Menganalisisnya secara kritis dan
Kunjungan kelas ini biasa dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar undangan dari guru
itu sendiri.
Ada empat tahap kunjungan kelas.
(1) Tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu,
sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas.
(2) Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor
mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung.
(3) Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru
mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi,
sedangkan tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut. Ada beberapa
kriteria kunjungan kelas yang baik, yaitu: (1) memiliki tujuan-tujuan
tertentu, (2) mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki
kemampuan guru, (3) menggunakan instrumen observasi tertentu untuk
mendapatkan daya yang obyektif, (4) terjadi interaksi antara pembina
dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian, (5)
pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar mengajar,
dan (6) pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut.
2) Observasi kelas
Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan
memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas
pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk
memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi
belajar mengajar, kesulitankesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha
memperbaiki proses belajar mengajar. Secara umum, aspek-aspek yang
diamati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah:
1. Usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran;
2. Cara penggunaan media pembelajaran;
3. Reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar;
4. Keadaan media pembelajaran yang dipakai dari segi materialnya.
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1)
persiapan observasi kelas, (2) pelaksanaan observasi kelas, (3) penutupan
pelaksanaan observasi kelas, (4) penilaian hasil observasi, dan (5) tindak
lanjut. Dalam melaksanakan observasi kelas ini, sebaiknya supervisor
menggunakan instrumen observasi tertentu, antara lain berupa evaluative
check-list, activitycheck-list.
3) Pertemuan individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar
pikiran antara pembina atau supervisor dengan guru, guru dengan guru,
mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya
adalah: (1) memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui
pemecahan kesulitan yang dihadapi, (2) mengembangkan hal mengajar
diri guru, dan (4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang
bukan-bukan. Klasifikasi jenis percakapan individual ini menjadi empat
macam sebagai berikut:
(1) Classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksana-kan di dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggaldilaksana-kan kelas
(istirahat).
(2) Office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi
dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan
penjelasan pada guru.
(3) Causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru.
(4) Observational visitation. Yaitu percakapan individual yang
dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau
observasi kelas. Dalam percakapan individual ini supervisor harus
berusaha mengembangkan segi-segi positif guru, mendorong guru
mengatasi kesulitan- kesulitannya, dan memberikan pengarahan,
hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi kesepakatan konsep
tentang situasi pembelajaran yang sedang dihadapi.
3) Kunjungan antar kelas
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi
dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antar
kelas ini, guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya
mengenai pelaksanaan proses pembelajaran dan pengelolaan kelas, dan
sebagainya. Agar kunjungan antar kelas ini betul-betul bermanfaat bagi
pengembangan kemampuan guru, maka sebelumnya harus direncanakan
dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
supervisor apabila menggunakan teknik ini dalam melaksanakan supervisi
bagi guru-guru.
1. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan
sebaik-baiknya. Upayakan mencari guru yang memang mampu memberikan
pengalaman baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi.
2. Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
3. Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.
4. Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat. Amatilah
apa-apa yang ditampilkan secara cermat, dan mencatatnya pada
format-format tertentu.
5. Adakan tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Misalnya
dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian
tugas-tugas tertentu.
6. Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan
7. Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas
berikutnya.
4) Menilai diri sendiri
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi
pendidikan. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif
kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan
kepada guru mempelajari metoda pembelajarannya dalam mempengaruhi
murid. Nilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru.
Untukmengukur kemampuan mengajarnya, di samping menilai
murid-muridnya, juga menilai dirinya sendiri. Ada beberapa cara atau alat yang
dapatdigunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain sebagai berikut:
a) Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada
murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasaanya
disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka,
dengan tidak perlu menyebut nama.
b) Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
c) Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka
bekerja secara perorangan maupun secara kelompok.
2. Teknik supervisi kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga,
kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi
satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi
sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi.
Menurut Ngalim Purwanto teknik yang digunakan oleh supervisi kepala
sekolah dibagi dua yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok.
a. Teknik Perseorangan (individual)
Dalam teknik perseorangan ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan
antara lain :
(1) Mengadakan kunjungan kelas (class room visitation)
Kunjungan kelas yaitu kunjungan sewaktu-waktu yang dilakukan oleh
seorang supervisor (kepala sekolah, penilik, pengawas). Tujuannya
untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah
memenuhi syarat-syarat didaktik atau metode yang sesuai. Kegiatan ini
untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih
perlu diperbaiki dalam proses belajar mengajar.
(2) Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)
Kepala sekolah menugaskan guru untuk melihat atau mengamati
seorang guru yang sedang mendemonstrasikan cara-cara mengajar
suatu mata pelajaran tertentu. Misalnya cara alat atau media yang baru,
seperti Audio-Visual Aids, cara dengan metode tertentu, seperti
sosiodrama, problem solving, diskusi panel, fish bowl, metode
dilakukan sendiri (intrashool visit atau dengan mengadakan kunjungan
kesekolah lain (interschool visits).
(3) Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa
dan atau mengatasi problema yang dijalani siswa.
Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan belajarsiswa. Misalnya siswa yang nakal, siswa yang
mengalami perasaan rendah guru dan kurang dapat bergaul dengan
teman-temannya dan siswa yang lamban dalam belajar.
(4) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan
pelakanaan kurikulum sekolah, antara lain :
1. Menyusun program semester.
2. Menyusun atau membuat program satuan pelajaran.
3. Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas.
4. Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran.
5. Menggunakan media dan sumber dalam proses mengajar.
6. Mengorganisasikan kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang
ekstrakurikuler, studi tour dan sebagainya.
Kegiatan supervisi tersebut, disamping dapat dilakukan dengan
teknik perseorangan, dapat juga dengan teknik kelompok tergantung
B.Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja
Banyak batasan yanng diberikan para ahli mengenai istilah kinerja.
Walaupun berbeda dalam tekanan rumusnya, namun secara prinsip tampaknya
sejalan mengenai proses pencapaian hasil.
Istilah kinerja berasal dari kata joh performance atau actal performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Sehingga dapat didefinisikan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberkan kepadanya. 12
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja diartikan sesuatu yang
ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan seseorang. 13 Sedangkan Hadari Nawawi mengartikan kinerja sebagai prestasi seseorang dalam
suatu bidang dan keahlian tertentu dalam melaksanakan tugasnya atau
pekerjaannya yang didelegesikan dari atasan dengan efektif dan efisien. 14 Lebih lanjut beliau mengungkapkan bahwa kinerja adalah kemampuan yang dimiliki
oleh individu dalam melakukan sesuatu pekerjaan, sehingga terlihat prestasi
pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Menurut Gibson, Ivan Cevich dan Donelly
12
A. A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: Rosdakarya, 2004), h. 67
13
WJS. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), h. 56
14
bahwa kinerja sebagai prestasi kerja dari perilaku. 15 Prestasi kerja itu ditentukan oleh kemampuan bekerja, baik terhadap cakupan kerja maupun kualitas kerja
secara menyeluruh.
Guru yang dimaksud adalah orang yang pekerjaannya sebagai pengajar di
sekolah. Tugas guru dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:
Pertama, tugas dalam bidang profesi. Guru merupakan suatu profesi yang memerlukan keahlian khusus, jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kapabelitas di bidang pendidikan. Tugas guru sebagai profesi meliputi aspek mendidik yaitu meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan keterampilan kepada siswa, dan melatih.
Kedua, tugas guru dalam bidang kemanusiaan adalah menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua dari siswa. Ia harus mampu menarik simpati sehingga dapat dijadikan motivasi bagi siswa dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalannya pertama adalah ia tidak dapat menanamkan benih pengajarannya itu kepada para siswa.
Ketiga, tugas dalam kemasyrakatan. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yanng lebih terhormat di lingkungannya, karena dari seseorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju kepada pembentukan manusia seutuhnya. Tugas guru sebagai pendidik dan pengajar dimaksudkan untuk membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan untuk memberi bekal pada anak-anak agar memeroleh kehidupan yang layak setelah mencapai kedewasaannya kelak.16
Kemudian guru seharusnya dapat menjalankan fungsinya, diantaranya
mengajar (teaching) yaitu memindahkanilmu pengetahuan, pelatihan (training)
yaitu membimbing keterampilan tertentu dan coaching yaitu memberdayakan potensi individu dari masing-masing siswa yang menjadi anak didiknya.
15
Gibson J. L, dan Ivan Cevich, Organisasi dan Manajemen, Terjemahan: Sulistyo, (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 28
16
Dari uraian guru di atas dapat dilanjutkan dengan pembahasan tentang
kinerja guru. Karena guru bergerak di bidang pendidikan dan pengajaran tersebut.
Dengan demikian kinerja guru dapat dilihat dari perbuatan atau kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas, seperti yang dikemukakan oleh Roman J. Aldag dan
Stearns, kinerja adalah seperti pengembalian keputusan pada waktu mengajar di
kelas. 17
Menurut Suryo Subroto yang dimaksud dengan kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara gguru dan peserta didik yang mencakup suasana kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut agar mencapai tujuan pengajaran;18
Kinerja guru juga dapat diaartikan sebagai prestasi kerja guru untuk meraih
prestasi antara lain ditentukan oleh kemampuan dan usaha. Prestasi kerja guru
dapat dilihat dari seberapa jauh guru tersebut telah menyelesaikan tugasnya dalam
mengajar dibandingkan dengan standar-standar pekerjaan. Kemudian kinerja guru
dapat diartikan pula sebagai suatu pencapaian tujuan dari guru itu sendiri maupun
tujuan pendidikan dan pengjaran dari sekolah di tempat guru tersebut mengajar.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulakn bahwa kinerja adalah
kemampuan kerja seseorang yang diwujudkan dalam tingkah laku yang
ditampilkan. Apresiasi pemahaman serta kemampuan bertingkah laku sesuai
17
Roman J. Aldag and Timothy Sterns, Management, ( Chicago: South Western Publishing Co, 1987), h. 77
18
harapan dapat diidentifikasikan sebagai faktor kerja, kemampuan kerja yang tinggi
atau rendah.
Dengan demikian yang dimaksud dengan kinerja guru dalam tesis ini
adalah sebagai keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
yang bermutu, meliputi aspek kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas
mengajar, menguasai dan mengembangkan metode, menguasai bahan pelajaran
dan menggunakan sumber belajar, bertanggung jawab mamantau hasil belajar
mengajar, kedisiplinan dalam mengajar dan tugas lainnya, kreativitas dalam
melaksanakan pengajaran, melakukan interaksi dengan murid menimbulkan
motivasi, kepribadian yang baik, jujur dan obyektif dalam membimbing siswa,
mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan dalam administrasi
pengajaran.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara .faktor yang mempengaruhi kinerja
guru adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivision).19 a. Faktor Kemampuan
Secara psikologi, kemampuan guru terdiri dari kemampuan potensi (IQ)
dan keampuan reality (knowledge + skill). Artinya seorang guru yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan sesuai dengan bidangnya serta
terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah
19
mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditetapkan
pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Dengan penempatan guru yang
sesuai dengan bidangnya maka dapat membantu dalam efetivitas suatu
pembelajaran.
b. Faktor motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap seorang guru dalam menghadapi situsi kerja.
Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan seseorang yang terarah untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Me Clelland mengatakan dalam bukunya Anwar Prabu berpendapat bahwa
ada hubungan yang fositif antara motif berprestasi dengan pencapaian kinerja.
Guru sebagai pendidik memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Guru harus menyadari bahwa ia hars mengerjakan tugasnya tersebut dengan sungguh-sungguh, bertanggung jawab, ikhlas dan tidak asal-asalan, sehingga siswa dapat dengan mudah menerima apa saja yang disampaikan oleh gurunya. Jika ini tercapainya maka guru akan memiliki tingkat kinerja yang tinggi. Selanjutnya Me Clelland mengemukakan 6 krakteristik dari guru yang memiliki motif berprestasi tinggi yaitu:
1) Memiliki tanggung jawab pribadi tinggi 2) Berani mengambil resiko
3) Memiliki tujuan yang realistis
4) Memanfaatkan rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuannya.
5) Meanfaatkan umpan balik yang kongkret dalam seluruh kegiatan kerja yang dilakukannya.
6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.20
Membicarakan kinerja mengajar guru, tidak dapat dipisahkan faktor-faktor
pendukung dan pemecah masalah yang menyebabkan terhambatnya
20
pembelajaran secara baik dan benar dalam rangka pencapaian tujuan yang
diharapkan guru dalam mengajar.
Adapun faktor yang mendukung kinerja guru dapat digolongkan ke dalam
dua macam yaitu:
a. Faktor dari dalam sendiri (intern)
Di antara faktor dari dalam diri sendiri (intern) adalah
1) Kecerdasan
Kecerdasan memegang peranan penting dalam keberhasilan pelaksanaan
tugas- tugas. Semakin rumit dan makmur tugas-tugas yang diemban
makin tinggi kecerdasan yang diperlukan. Seseorang yang cerdas jika
diberikan tugas yang sederhana dan monoton mungkin akan terasa jenuh
dan akan berakibat pada penurunan kinerjanya
2) Keterampilan dan kecakapan
Keterampilan dan kecakapan orang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
adanya perbedaan dari berbagai pengalaman dan latihan.
3) Bakat
Penyesuaian antara bakat dan pilihan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang bekarja dengan pilihan dan keahliannya.
4) Kemampuan dan minat
Syarat untuk mendapatkan ketenangan kerja bagi seseorang adalah tugas
dan jabatan yang sesuai dengan kemampuannya. Kemampuan yang
ditekuni
5) Motif
Motif yang dimiliki dapat mendorong meningkatkannya kerja seseorang
6) Kesehatan
Kesehatan dapat membantu proses bekerja seseorang sampai selesai. Jika
kesehatan terganggu maka pekerjaan terganggu pula.
7) Kepribadian
Seseorang yang mempunyai kepribadian kuat dan integral tinggi
kemungkinan tidak akan banyak mengalami kesulitan dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan kerja dan interaksi dengan rekan kerja ang akan
meningkatkan kerjanya.
8) Cita-cita dan tujuan dalam bekerja
Jika pekerjaan yang diemban seseorang sesuai dengan cita-cita maka
tujuan yang hendak dicapai dapat terlaksanakan karena ia bekerja secara
sungguh-sungguh, rajin, dan bekerja dengan sepenuh hati.
b. Faktor dari luar diri sendiri (ekstern)
Yang termasuk faktor dari luar diri sendiri (ekstern) diantaranya:
1) Lingkungan keluarga
Keadaan lingkungan keluarga dapat mempengaruhi kriteria seseorang.
Ketegangan dalam kehidupan keluarga dapat menurunkan gairah kerja.
2) Lingkungan kerja
secara optimal. Tidak jarang kekecewaan dan kegagalan dialami
seseorang di tempat ia bekerja. Lingkungan kerja yang dimaksud di sini
adalah situasi kerja, rasa aman, gaji yang memadai, kesempatan untuk
mengembangan karir, dan rekan kerja yang kologial.
3) Komunikasi dengan kepala sekolah
Komunikasi yang baik di sekolah adalah komunikasi yang efektif. Tidak
adanya komunikasi yang efektif dapat mengakibatkan timbulnya salah
pengertian
4) Sarana dan prasarana
Adanya sarana dan prasarana yang memadai membantu guru dalam
meningkatkan kinerjanya terutama kinerja dalam proses bengajar
mengajar.21
5) Kegiatan guru di kelas
Peningkatan dan perbaikan pendidikan harus dilakukan secara bertahap.
Dinamika guru dalam pengembangan program pembelajaran tidak akan
bermakna bagi perbaikan proses dan hasil belajar siswa, jika manajemen
sekolahnya tidak memberi peluang tumbuh dan berkembangnya
kreatifitas guru. Demikian juga penambahan sumber belajar berupa
perpustakaan dan laboratorium tidak akan bermakna jika manajemen
sekolahnya tidak memberikan perhatian serius dalam mengoptimalkan
21
pemanfaatan sumber belajar tersebut dalam proses belajar mengajar.
Menurut Dede Rosyada dalam bukunya Paradigma Pendidikan Demokratis bahwa kegiatan guru di dalam kelas meliputi:
a) Guru harus menyusun perencanaan pembelajaran yang bijak
b) Guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan siswa-siswanya
c) Guru harus mengembangkan strategi pembelajaran yang membelajarkan
d) Guru harus menguasai kelas
e) Guru harus melakukan evaluasi secara benar.22 6) Kegiatan guru di sekolah antara lain yaitu:
Berpartisipasi dalam bidang administrasi, di mana dalam bidang
administrasi ini para guru memiliki kesempatan yang banyak untuk ikut
serta dalam kegiatan-kegiatan sekolah antara lain:
a) Mengembangkan filsafat pendidikan
b) Memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum
c) Merencanakan program supervisi
d) Merencanakan kebijakan-kebijakan kepegawaian.23
Semua pekerjaan itu harus dikerjakan bersama-sama antara guru
yang satu dengan yang lainnya yaitu dengan cara bermusyawarah. Untuk
meningkatkan kinerja, para guru harus melihat pada keadaan
pemimpinnya (kepsek). Jadi, dapat disimpulkan bahwa baik dan buruknya
22
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT. Kencana, 2004), h. 122.
23