• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Larvisidal Minyak Atsiri Daun Selasih (Ocimum basilicum Linn.) Terhadap Larva Nyamuk Culex sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Larvisidal Minyak Atsiri Daun Selasih (Ocimum basilicum Linn.) Terhadap Larva Nyamuk Culex sp."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

iv

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

UJI LARVISIDAL MINYAK ATSIRI DAUN SELASIH (Ocimum basilicum Linn.) TERHADAP

LARVA NYAMUK Culex sp.

Juniawati, 2012; Pembimbing I : dr. Sijani Prahastuti, M.Kes. Pembimbing II : Prof. Dr. dr. Susy Tjahjani, M.Kes.

Nyamuk Culex sp. merupakan vektor berbagai penyakit. Sebagai pencegahan dapat dilakukan pengendalian populasi nyamuk menggunakan insektisida dan larvisida. Larvisida yang beredar di masyarakat biasanya temefos yang memiliki efek terhadap lingkungan sehingga perlu dicari larvisida alami yang aman dan efektif, misalnya minyak atsiri daun selasih.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan minyak atsiri daun selasih sebagai larvisida terhadap larva Culex sp.

Metode penelitian bersifat laboratorik eksperimental komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan hewan coba 900 larva Culex yang terbagi dalam 10 kelompok (n = 30), yaitu diberikan minyak atsiri selasih 10 ppm, 40 ppm, 70 ppm, 100 ppm, 130 ppm, 160 ppm, 190 ppm, dan 220 ppm, kontrol positif (temefos 1%), dan kontrol negatif (akuades). Setelah 24 jam dihitung jumlah larva yang mati pada setiap perlakuan. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji Tukey HSD ɑ = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan bermakna dari minyak atsiri selasih 40 ppm, 70 ppm, 100 ppm, 130 ppm, 160 ppm, 190 ppm, dan 220 ppm dibandingkan dengan kontrol negatif (p < 0,05). Minyak atsiri selasih dengan konsentrasi 130 ppm, 160 ppm, 190 ppm dan 220 ppm mempunyai perbedaan yang tidak bermakna terhadap temefos 1% (p ≥ 0,05)

Kesimpulan minyak atsiri selasih mempunyai efek larvisidal terhadap larva Culex sp. Konsentrasi terkecil yang optimal dari minyak atsiri selasih adalah 130 ppm dan mempunyai efek sebagai larvisida yang sama dengan temefos 1%.

(2)

v

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

THE EFFECT OF BASIL LEAVES OIL (Ocimum basilicum Linn.) AS LARVICIDAL AGAINST Culex sp. LARVAE

Juniawati, 2012, Tutor I : dr. Sijani Prahastuti, M.Kes. Tutor II : Prof. Dr. dr. Susy Tjahjani, M.Kes.

Culex sp. is a vector of many diseases. As a prevention of the diseases, insecticide and larvicide are used to control mosquito populations. Natural larvicides are relatively harmless to the environment. Larvicide found in the people are usually temephos which has some side effects on the environment, so a safe and effective natural larvicide are needed, such as basil leaves oil can be used as alternative.

The objective of this research was to know the effect of basil leaves oil as larvicide against of Culex sp. larvae.

The method of this research was a comparative experimental laboratory study with Complete Randomized Design, 900 Culex larvaes were divided into ten groups (n = 30); 8 treatment groups were given 10 ppm, 40 ppm, 70 ppm, 100 ppm, 130 ppm, 160 ppm, 190 ppm, and 220 ppm basil leaves oil respectively, a positive control was given 1% temephos, and a negative control was given aquadest. After 24 hours of treatment, the number of larvae that died were observed. Data was analyzed with one-way ANOVA followed by Tukey HSD with ɑ = 0.05.

The result showed a significant difference in 40 ppm, 70 ppm, 100 ppm, 130 ppm, 160 ppm, 190 ppm, and 220 ppm basil leaves oil compared to negative control (p < 0.05). Basil leaves oil in 130 ppm, 160 ppm, 190 ppm, and 220 ppm had a non significant difference compared to temephos 1% (p ≥ 0.05)

The conclusion of this research was basil leaves oil had larvicidal effect against Culex sp. larvae. The smallest basil leaves oil concentration which was optimal was 130 ppm and had equal larvicide effect as 1% temephos

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk secara Umum ... 6

2.2 Nyamuk Culex sp. ... 7

2.2.1 Taksonomi ... 7

2.2.2 Morfologi ... 7

(4)

ix

Universitas Kristen Maranatha

2.3 Culex sebagai Vektor Penyakit ... 10

2.3.1 Filariasis bancrofti ... 10

2.3.2 Japanese Encephalitis ... 14

2.3.3 West Nile Fever dan West Nile Encephalitis ... 15

2.3.4 Saint Louis Encephalitis ... 16

2.4 Pengendalian Serangga ... 17

2.4.1 Insektisida Golongan Organofosfor ... 18

2.4.2 Temefos (Temephos) ... 19

2.7 Minyak Atsiri Selasih sebagai Larvasida ... 25

2.7.1 Eugenol ... 25

2.7.2 Methyl Chavicol ... 26

2.7.3 Juvocimene I dan II ... 26

BAB III ALAT, BAHAN, DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan ... 28

3.1.1 Alat Penelitian ... 28

3.1.2 Bahan Penelitian ... 28

3.2 Metodologi Penelitian ... 28

3.2.1 Desain Penelitian ... 28

3.2.2 Variabel Penelitian ... 28

3.2.2.1 Definisi Konsepsional ... 28

3.2.2.2 Definisi Operasional ... 29

3.2.3 Jumlah Replikasi Masing-masing Perlakuan ... 29

3.2.4 Prosedur dan Pelaksanaan Penelitian ... 30

(5)

x

Universitas Kristen Maranatha

3.2.4.3.1 Penyediaan Hewan Uji ... 30

3.2.4.3.2 Penyediaan Minyak Atsiri Selasih ... 30

3.2.4.2 Prosedur Kerja ... 30

3.2.5 Metode Analisis ... 30

3.2.5.1 Hipotesis Statistik ... 31

3.2.5.2 Kriteria Uji ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 32

4.2 Pembahasan ... 34

4.3 Uji Hipotesis ... 35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA ... 38

LAMPIRAN ... 41

(6)

xi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Jumlah Larva yang Mati Setelah Diberikan Perlakuan ... 32 Tabel 4.2 ANAVA Satu Arah Rerata Jumlah Larva Nyamuk yang Mati

dengan Ln (x+1) ... 33

Tabel 4.3 Uji Beda Rerata Tukey terhadap Jumlah Larva yang

(7)

xii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Telur Culex sp. ... 8

Gambar 2.2 Larva Culex sp. ... 8

Gambar 2.3 Pupa Culex sp. ... 8

Gambar 2.4 Nyamuk Culex sp. Jantan dan Betina ... 8

Gambar 2.5 Daur Hidup Culex sp. ... 9

Gambar 2.6 Wuchereria bancrofti ... 10

Gambar 2.7 Siklus Hidup Wuchereria bancrofti ... 11

Gambar 2.8 Elefantiasis ... 13

Gambar 2.9 Temefos ... 19

Gambar 2.10 Struktur Temefos ... 19

Gambar 2.11 Ilustrasi Tanaman Selasih ... 23

(8)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Foto-foto Penelitian ... 41

Lampiran 2 Perhitungan Konsentrasi ... 42

Lampiran 3 Hasil Konversi dengan Ln (x+1) ... 43

Lampiran 4 ANAVA Satu Arah ... 44

Lampiran 5 Uji Komparasi Multiple Tukey HSD ... 45

(9)

41

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto-foto Penelitian

Alat dan Bahan Penelitian

(10)

Lampiran 2. Perhitungan Konsentrasi

Dari minyak atsiri selasih 5 ml = 1.000.000 ppm = 100% ditambahkan alkohol

95% sebagai pelarut dalam air, dengan perbandingan minyak dan alkohol 1:7.

Larutan minyak atsiri yang didapatkan setelah ditambah alkohol sangat mudah larut

dalam air. Untuk mengencerkan hanya ditambahkan air sumur sesuai konsentrasi

yang diinginkan.

Teknik perhitungan konsentrasi minyak atsiri selasih yang dipakai:

Terlebih dahulu dibuat konsentrasi dasar 500 ppm dari minyak atsiri selasih 100%,

yaitu:

I. 500 ppm = 0,125 ml dari minyak selasih diencerkan sampai 250 ml air

II. Dibuat konsentrasi yang dipakai:

1. 10 ppm = 1 ml dari larutan I diencerkan sampai 50 ml air

2. 40 ppm = 4 ml dari larutan I diencerkan sampai 50 ml air

3. 70 ppm = 7 ml dari larutan I diencerkan sampai 50 ml air

4. 100 ppm = 10 ml dari larutan I diencerkan sampai 50 ml air

5. 130 ppm = 13 ml dari larutan I diencerkan sampai 50 ml air

6. 160 ppm = 16 ml dari larutan I diencerkan sampai 50 ml air

7. 190 ppm = 19 ml dari larutan I diencerkan sampai 50 ml air

(11)

43

Lampiran 3. Hasil Konversi dengan Ln (x+1)

Kelompok 10 40 70 100 130 160 190 220 (-) (+)

I 0 0,69 1,38 2,56 2,70 2,99 3,29 3,40 0 3,43

II 0 1,09 1,38 2,07 2,70 3,09 3,40 3,36 0 3,43

III 1,09 0,69 2,07 2,56 2,83 3,09 3,36 3,43 0 3,43

Keterangan:

Satuan dalam ppm (part of million)

(-) = Kontrol Negatif

(12)

Lampiran 4. ANAVA Satu Arah

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 47.169 9 5.241 74.722 .000

Within Groups 1.403 20 .070

(13)

45

Lampiran 5. Uji Komparasi Multiple Tukey HSD

95% Confidence Interval

Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

(14)
(15)
(16)

130 ppm .65333 .21624 .137 -.1124 1.4191

160 ppm .34000 .21624 .846 -.4257 1.1057

190 ppm .04667 .21624 1.000 -.7191 .8124

Kontrol (+) -.03333 .21624 1.000 -.7991 .7324

Kontrol (-) 3.43000* .21624 .000 2.6643 4.1957

10 ppm 3.06667* .21624 .000 2.3009 3.8324

40 ppm 2.60667* .21624 .000 1.8409 3.3724

70 ppm 1.82000* .21624 .000 1.0543 2.5857

100 ppm 1.03333* .21624 .004 .2676 1.7991

130 ppm .68667 .21624 .103 -.0791 1.4524

160 ppm .37333 .21624 .769 -.3924 1.1391

190 ppm .08000 .21624 1.000 -.6857 .8457 Kontrol (+)

220 ppm .03333 .21624 1.000 -.7324 .7991

(17)

49

Lampiran 6. Homogeneous Subsets

Tukey HSDa

Subset for alpha = 0.05

perlakuan N 1 2 3 4 5

Kontrol (-) 3 .0000

10 ppm 3 .3633 .3633

40 ppm 3 .8233

70 ppm 3 1.6100

100 ppm 3 2.3967

130 ppm 3 2.7433 2.7433

160 ppm 3 3.0567 3.0567

190 ppm 3 3.3500

220 ppm 3 3.3967

Kontrol (+) 3 3.4300

Sig. .794 .531 1.000 .129 .103

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(18)

1

Universitas Kristen Maranatha 1.1Latar Belakang

Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga

dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai

vector-borne diseasesmerupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis

maupun epidemis dan dapat menimbulkan kematian (Budiman Chandra, 2011).

Di Indonesia, penyakit – penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan

penyakit endemis pada daerah tertentu antara lain seperti Demam Berdarah

Dengue (DBD), malaria, kaki gajah dan terakhir ini diketemukan penyakit virus

Chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti, disamping

penyakit saluran pencernaan seperti disentri, kolera, demam tifoid dan paratifoid

yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah (Budiman Chandra, 2011).

Berdasarkan data Departemen Kesehatan, sampai Oktober 2009 penderita

filariasis kronis tersebar di 386 kabupaten/kota di Indonesia. Sedangkan hasil

pemetaan nasional diketahui prevalensi mikrofilaria sebesar 19%, artinya kurang

lebih 40 juta orang di dalam tubuhnya mengandung mikrofilaria (cacing filaria)

yang mudah ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Bila tidak dilakukan

pengobatan, mereka akan menjadi cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan,

kantong buah zakar, payudara, dan kelamin wanita. Selain itu, mereka menjadi

sumber penularan bagi 125 juta penduduk yang tinggal di daerah sekitarnya.

Pencegahan dapat dilakukan dengan berusaha menghindarkan diri dari

cucukan nyamuk vektor, misalnya: dengan menggunakan kelambu sewaktu tidur,

menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk, mengoles kulit dengan obat anti

nyamuk, dan menggunakan obat nyamuk semprot atau bakar. Membunuh nyamuk

dewasa dengan cara fogging dan juga jentik-jentik nyamuk (Sitorus dkk., 2011).

Bahan kimia yang dipakai untuk membasmi serangga mempunyai banyak efek

samping dan tidak ramah lingkungan. Keterbatasan ini mendorong penelitian

(19)

2

Universitas Kristen Maranatha

kemoinsektisida sintetis, senyawa-senyawa bioaktif tumbuhan selain toksik

terhadap serangga juga mudah mengalami biodegradasi dalam alam, karena itu

bahan insektisida botanik relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan

(Mardihusodo, 1992).

Chavan dan Nikam (1982) melaporkan bahwa minyak atsiri selasih

mempunyai sifat antibakterial dan insektisidal terhadap larva Culex pipiens

fatigans. Minyak atsiri selasih memiliki daya insektisidal dan repelen serangga

yang efektif terhadap lalat dan nyamuk (Catharina, 1994).

Di Indonesia banyak tumbuh tanaman selasih. Pada penelitian ini akan

digunakan minyak atsiri selasih berasal dari Indonesia untuk pengendalian vektor

penyakit, penggunaan minyak atsiri selasih termasuk salah satu cara yang relatif

aman. Namun demikian, masih perlu diuji lebih lanjut pengaruh dari minyak atsiri

selasih ini dalam kemampuan membunuh larva Culex sp.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah minyak atsiri selasih mempunyai efek larvisidal terhadap larva

Culex sp.

2. Berapakah konsentrasi optimal minyak atsiri selasih sebagai larvisida

terhadap larva Culex sp.

3. Apakah minyak atsiri selasih mempunyai potensi yang sama dengan

temefos 1% sebagai larvisida nyamuk Culex sp.

1.3Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui dan menentukan kemampuan daya larvisidal minyak atsiri

selasih terhadap larva Culex sp.

2. Mengetahui besarnya konsentrasi minyak atsiri selasih terhadap

(20)

Universitas Kristen Maranatha

3. Mengetahui dan membandingkan potensi minyak atsiri selasih dengan

temefos 1% sebagai larvisida nyamuk Culex sp.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1. Dengan diketahuinya daya larvisidal dan pengaruh minyak atsiri selasih

terhadap perkembangan larva nyamuk Culex sp., diharapkan minyak atsiri

selasih dapat berfungsi sebagai bahan bioinsektisida alternatif yang dapat

digunakan untuk memberantas larva Culex sp. sehingga jumlah nyamuk

Culex sp. berkurangdan mengurangi angka kejadian Filariasis.

2. Dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

1.5Kerangka Pemikiran

Kandungan bahan aktif atau komposisi selasih beragam sekali. Umumnya

tanaman selasih mengandung beberapa bahan aktif yang sama, seperti eugenol,

metil eugenol, ocimene, alfa pinene, encalyptole, linalool, geraniol, methyl

chavicol, methyl cinnamate, anetol, dan champhot, walaupun kadarnya berbeda.

Bahan-bahan tersebut terkandung dalam daun. Sementara itu, bijinya mengandung

planteose dan asam lemak seperti, asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan

asam linoleat. Selasih dapat digunakan sebagai pestisida nabati karena kandungan

eugenol dan metil eugenolnya relatif tinggi (Agus Kardinan, 2003a, 2003b).

Tanaman selasih juga dapat menghasilkan minyak atsiri (essential oil) dan

minyaknya sering disebut basil oil. Daun kering selasih mengandung minyak

atsiri sebanyak 0,20-1%. Senyawa-senyawa utama dalam minyak adalah linalool

dan methyl chavicol (Cornell University, 2009).

Minyak atsiri selasih berfungsi sebagai larvisida dengan cara kerja sebagai

racun kontak (contact poison) melalui permukaan tubuh larva karena eugenol

mudah terserap melalui kulit. Eugenol juga bekerja pada sistem saraf. Eugenol

merupakan senyawa fenol yang memiliki gugus alkohol sehingga dapat

(21)

4

Universitas Kristen Maranatha

Methyl chavicol termasuk kelompok eter dan memiliki efek anastetikum.

Seperti halnya contoh kelompok eter yang lain, diduga methyl chavicol bekerja

mengganggu kerja susunan saraf larva (Dattu Iffah, 2008).

Minyak atsiri juga telah terbukti mengandung konstituen biologis yang aktif

untuk insektisida. Dua komponen kecil dari minyak atsiri selasih, Juvocimene I

dan II telah dilaporkan ampuh sebagai analog hormon juvenil (Kumar, 2009).

Hormon ini mengganggu perkembangan normal dan metamorfosis larva menjadi

pupa pada serangga (Dhadialla, 2010).

Hasil penelitian Chavan dan Nikam di India (1982) menunjukkan bahwa

minyak atsiri selasih mempunyai sifat insektisidal terhadap larva Culex pipiens

fagitans.

Menurut penelitian Basheer (2011), ekstrak selasih mempunyai efek larvisidal

yang sama dengan temefos 1%, terhadap larva nyamuk Anopheles arabiensis

tetapi setelah dilakukan uji statistik didapatkan hasil bahwa LC50 dan LC90

temefos lebih kecil dibandingkan dengan LC50 dan LC90 dari ekstrak selasih.

1.6Hipotesis

1. Minyak atsiri selasih mempunyai kemampuan daya membunuh larva

Culex sp.

2. Dapat ditentukan konsentrasi optimal dalam membunuh larva Culex sp.

3. Minyak atsiri selasih mempunyai potensi yang sama dengan temefos 1%.

1.7Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental sungguhan, rancangan

penelitian menggunakan RAL dengan mengumpulkan data tentang adanya daya

larvisidal minyak atsiri selasih terhadap larva Culex sp. Analisis dengan ANAVA,

(22)

Universitas Kristen Maranatha 1.8Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi : Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

(23)

37

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Dari hasil dan pembahasan tentang daya larvisidal minyak atsiri selasih

(Ocimum basilicum) terhadap larva Culex sp., maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Minyak atsiri selasih mempunyai efek larvisidal untuk membunuh larva

Culex sp.

2. Konsentrasi optimal minyak atsiri selasih sebagai larvisida Culex sp.

adalah 130 ppm.

3. Minyak atsiri selasih konsentrasi 130 ppm, 160 ppm, 190 ppm dan 220

ppm mempunyai efek yang sama dengan temefos 1% sebagai larvisida

nyamuk Culex sp.

5.2 Saran

1. Penelitian perlu dilanjutkan dengan memperpanjang waktu pemaparan

(lebih dari 24 jam).

2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang toksisitas minyak atsiri selasih

(Ocimum basilicum) yang dapat terjadi pada manusia bila digunakan

(24)

38

Universitas Kristen Maranatha _______. 2003b. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Basheer, A.G.M. 2011. Toxicity Effect of Ocimum basilicum L. (Basil) and

Ricinus communis L. (Castor) Different Extracts.

Anderson, R.R., Harrington L.C. 2010. West Nile Virus.

http://entomology.cornell.edu/ extension/medent/westnilefs.cfm, diakses 1 Desember 2012.

Budiman Chandra. 2011. Vektor Penyakit Menular Pada Manusia.

http://files.buku-kedokteran.webnode.com/2000000243716638102/Vektor% 20Penyakit.pdf, diakses 1 Desember 2012.

Catharina, T. 1994. Daya Larvasidal Selasih (Ocimum basilicum Linn.) terhadap

Larva Nyamuk Aedes aegypti.

CDC. 2009. Saint Louis Encephalitis: Arboviral Diagnostic Testing.

http://www.cdc.gov/sle/technical/diag.html, diakses 1 Desember 2012.

Cornell University. 2009. Plants Poisinous to Livestock: Ocimum basilicum, O. americanum, and O. micranthum. http://www.ansci.cornell.edu/plants/ medicinal/ basil.html, diakses 1 Desember 2012.

Dattu Iffah. 2008. Pengaruh Ekstrak Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum) terhadap Perkembangan Lalat Rumah (Musca domestica) (L.). J. Entomol. Indon., 5: 36-44

Dhadialla, T.S. 2010. Insect Growth and Development-Disrupting Insecticides. In:

Larwence, Sarjeet eds. Insect Control Biological and Synthetic Agents.

London: Elsevier. p. 145-150.

(25)

39

Universitas Kristen Maranatha

Departemen Kesehatan RI. 2010. Filariasis di indonesia. Jendela Epidemiologi, 1:

1-3

deVries, C.R. 2005. Lymphatic filariasis. Indian Journal of Urology, 21: 5-8.

Dugdale, David C. 2012. West Nile Virus. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed health/PMH0004457/, diakses 1 Desember 2012.

ECDC. 2012. West Nile Fever. http://www.ecdc.europa.eu/en/healthtopics/

west_nile_fever/Pages/index.aspx, diakses 1 Desember 2012.

FAO. 1975. Temephos. http://www.inchem.org/documents/pds/pds/pest8_e.htm,

diakses 1 Desember 2012.

Hills, S.L., Nett, R.J., Fischer, M. 2011. Japanese Encephalitis. Yellow Book, 3.

http://wwwnc.cdc.gov/travel/yellowbook/2012/chapter-3-infectious-diseases-related-to-travel/japanese-encephalitis.htm, diakses 1 Desember 2012.

Interagency Taxonomic Information System. 2012. ITIS Standart Report Page:

Culex. http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN& search_value=126455, diakses 1 Desember 2012.

Interagency Taxonomic Information System. 2012. ITIS Standart Report Page:

Ocimum basilicum. http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_ topic=TSN&search_value=32627, diakses 1 Desember 2012.

Jangkung Samidjo Onggowaluyo. 2001. Parasitologi Medik I (Helmintologi).

Edisi I. Jakarta: EGC. P. 36-42.

Kemas Ali Hanafiah. 2000. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Kumar, Ashwani. 2009. Tulsi (Ocimum sanctum) an Indian Holy Plant has Vast

(26)

Universitas Kristen Maranatha

Mardihusodo, S.J. 1992. Daya Insektisidal Daun dan Biji Annona muricata Linn.

terhadap Larva Nyamuk di Laboratorium – Suatu Kajian Awal. B.I.

Kedokteran, 24: 89-94.

Nurmaini. 2003. Mengidentifikasi Vektor dan Pengendalian Nyamuk Anopheles

aconitus secara Sederhana. library.usu.ac.id/download/fkm/fkmnurmaini1 .pdf, diakses 1 Desember 2012.

Sitorus, Reni Oktarina, Lasbudi P.A. 2011. Malaria pada Anak di Desa Pagar (Pemukiman Suku Anak Dalam) di Kabupaten Musi Banyuasin Proponsi Sumatera Selatan. Media Litbang Kesehatan, 21: 16.

Seodarto. 1992. Entomologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Somboonwit, Charurut. 2011. St. Louis Encephalitis. http://emedicine.medscape

.com/article/233710-overview#showall, diakses 1 Desember 2012.

Sri Yuliani. 2012. Panduan Lengkap Minyak Asiri. Jakarta: Penebar Swadaya.

Srisasi Gandahusada, Herry D. Illahude, Wita Pribadi. 2000. Parsitologi

Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Sullivan, Chritopher. 2009. Herbs. http://academics.hamilton.edu/foodforthought/ Our_Research_files/herbs.pdf, diakses 1 Desember 2012.

Texas EDEN. 2008. Mosquito Pesticides and Insecticides. http://texaseden.org/

disaster-resources/wp-content/uploads/2010/10/mosquito-insecticides.pdf, diakses 1 Desember 2012.

WHO. 2011. Media Centre: West Nile Virus. http://www.who.int/mediacentre/

factsheets/fs354/en/, diakses 1 Desember 2012.

_______. 2012. Water-related Diseases: Japanese Encephalitis.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan teknik analisis framing dengan konsep Entman untuk mengetahui bagaimana Koran Tempo membingkai pemberitaan Bom Panci Istana 2016 pada periode

Gambarkan mekanisme penularan penyakit Japanese encephalitis!.

Dari penjelasan tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana Program Pengembangan Pasar Tradisional berhasil dalam implementasi kebijakan, khususnya pada kegiatan

Walaupun secara ekonomi pemerintah kabupaten itu tidak diuntungkan dengan keberadaan pasar nagari, namun mereka tetap mendanai pembangunan pasar nagari sebagai

a) Fungsi Instruksional: Microteaching berfungsi menyediakan fasilitas praktik/latihan bagi calon guru/tenaga kependidikan untuk berlatih dan/atau memperbaiki dan

Dalam pengujian valve elektrik keluaran debit air yang digunakan tidak sesuai perhitungan maka harus ditambahkan dengan valve manual agar debit air yang mengalir

anggotanya sama dengan kelompok sebelumnya. Jumlah kelompok adalah delapan kelompok dengan masing-masing 5 orang siswa. Selanjutnya siswa bekerja sama dengan kelompok

Berdasarkan pemikiran tersebut maka penelitian ini memberikan sebuah gambaran masalah mengenai bagaimana perbedaan tingkat loyalitas yang berada pada konsumen yang berstatus