DAFTAR ISI
1.3Permasalahan dan Ruang Lingkup 3 1.4Tujuan Perancangan 3 1.5Cara Pengumpulan Data 4 1.6Skema Perancangan 5 BAB II LANDASAN TEORI 6 2.1 Kampanye Sosial 6 2.1.1 Kampanye Untuk Pelatihan 7 2.2 Teori Komunikasi 7 2.2.1 Teori Tipografi 82.2.3 Teori Komunikasi Masa 8
2.2.4 Teori Media 9 2.3 Strategi Kreatif 10
viii
2.4.2 Definisi dan Jenis Bencana di Pantai 14 2.4.3 Penjaga Keselamatan Pantai (lifeguard) 16
2.4.4 Fungsi Penjaga Pantai 17
2.4.5 Metode Patroli 18
2.4.6 Pelatihan Penjaga Keselamatan 20
BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH 22
3.1 Lembaga yang Terkait 22
3.1.1 Dinas Pariwisata dan Budaya 22
3.1.2 Badan Penyelamat Wisata Tirta (BALAWISTA) Pangandaran 24
3.1.3 Pembentukan Tim BALAWISTA Pangandaran 25
3.2 Sponsorship 27
3.2.1 Yamaha Marine 27
3.2.2 Billabong 28
3.2.3 Rip Curl 29
3.3 Data Khalayak Sasaran 30
3.4 Tinjauan Terhadap Penelitian atau Proyek Sejenis 31 3.4.1 Badan Penyelamat Wisata Tirta (BALAWISTA) Badung Bali 31
3.4.2 Pembentukan Tim BALAWISTA 32
3.4.3 Surf Life Saving Australia 39
3.5 Analisis Terhadap Permasalahan Sesuai Dengan Data dan Fakta 41
3.5.1 Hasil Angket Data Kuisoner 41
3.5.2 SWOT BALAWISTA INDONESIA 48
3.5.3 SWOT Kampanye Pelatihan BALAWISTA 49
3.5.4 Hasil Wawancara terhadap Narasumber atau Informan 50
4.2.4 Layout 55
4.2.5 Tipografi 56
4.3 Konsep Media 57
4.4 Hasil Karya 58
4.4.1 Logo Kampanye 58
4.4.2 Poster 61
4.4.3 Brosur 68
4.4.4 Baligo 68
4.4.5 Umbul-umbul 69
4.4.6 Spanduk 71
4.4.7 Jejaring Sosial 71
4.4.8 Ambient media 75
4.4.9 Stand 75
4.4.10 Gift / Merchandise 76
BAB V KESIMPULAN 88
5.1 Kesimpulan 88
5.2 Kata Penutup 89
5.3 Saran Penulis 89
DAFTAR PUSTAKA 90
BUDGETING 92
TIMELINE 93
LAMPIRAN 94
DATA PENULIS 113
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Logo Dinas Pariwisata dan Budaya Jawa Barat 23
Gambar 2 Logo BALAWISTA Pangandaran 25
Gambar 3 Logo Yamaha Marine 28
Gambar 4 Logo Billabong 29
Gambar 5 Logo Rip Curl 30
Gambar 6 Logo BALAWISTA Badung Bali 32
Gambar 7 Logo Surf Life Australia (SLSA) 40
Gambar 8 Poster pelatihan SLSA 41
Gambar 9 Kampanye SLSA 41
Gambar 10 Kampanye SLA untuk Pantai Coolangatta 42
Gambar 11 Poster kompetisi SLSA 42
Gambar 12 Logo Kampanye Pencarian Pemuda Tangguh 59
Gambar 13 Logo Grid 61
Gambar 14 Aplikasi Logo 62
Gambar 15 Poster Conditioning A 63
Gambar 16 Poster Conditioning B seri 1 64
Gambar 17 Poster Conditioning B seri 2 64
Gambar 18 Poster Conditioning B seri 3 65
Gambar 19 Poster Informing seri 1 66
Gambar 20 Poster Informing seri 2 67
Gambar 21 Poster Informing seri 3 67
Gambar 22 Poster Reminding 68
Gambar 23 Brosur dan formulir 69
Gambar 24 Brosur dan formulir 2 69
Gambar 25 Baligo 70
Gambar 26 Umbul-umbul di pantai 71
Gambar 27 Umbul-umbul 71
Gambar 29 Profil di media elektronik 73
Gambar 30 Cover Facebook tahap Conditioning 1 73
Gambar 31 Cover Facebook tahap Conditioning 2 73
Gambar 32 Cover Facebook tahap Informing 74
Gambar 33 Cover Facebook tahap Reminding 74
Gambar 34 Tampilan twitter 74
Gambar 35 Tampilan Youtube PC 75
Gambar 36 Tampilan Youtube Galaxy Tab Samsung 75
Gambar 37 Screen Shoot video 76
Gambar 38 Jamper 77
Gambar 39 Seragam pelatihan 78
Gambar 40 Tanda penghargaan 78
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap-tahap pendidikan lifeguard
Tabel 3.1 Jumlah kecelakaan laut di wilayah Pantai Pangandaran dan Batu Karas Tabel 3.2 Peserta Penjaga Pantai Bali
Tabel 3.3 Pos-pos Penyelamat Pantai Bali Tabel 3.4 Peralatan Penyelamat Pantai Bali Tabel 3.5 Pertandingan Penyelamat Pantai Tabel 3.6 Prestasi
Tabel 3.7 Jumlah Ijasah Anggota BALAWISTA Diagram 3.8 Jenis kelamin responden
Diagram 3.9 Pendidikan responden Diagram 3.10 Pendapatan responden Diagram 3.11 Pengenalan negara maritim Diagram 3.12 Mengunjungi wisata tirta
Diagram 3.13 Mengunjungi pariwisata tirta lebih dari tiga kali Diagram 3.14 Pengenalan lifeguard
Diagram 3.15 Pentingnya lifeguard Diagram 3.16 Pelayanan lifeguard
Diagram 3.17 Pengenalan rambu-rambu bahaya Diagram 3.18 Pengelaman ditolong oleh lifeguard Diagram 3.19 Lifeguard Indonesia bertaraf Internasional Diagram 3.20 Persetujuan lifeguard memakai atribut Indonesia Diagram 3.21 Minat mengikuti pelatihan dasar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pantai selalu menjadi daerah yang menarik untuk bersantai, berekreasi melepas lelah,
baik bersama keluarga maupun bersama kerabat. Akan tetapi aktifitas wisata di
pantai mengandung resiko-resiko tersendiri karena besarnya pengaruh faktor alam.
Kondisi alam sulit diprediksi, dapat berubah drastis dengan amat cepat dan waktu
yang sigkat. Gelombang dan ombak tinggi seringkali muncul tanpa diduga. Faktor
lainnya, karena kurang pahamnya wisatawan di pantai terhadap rambu-rambu
keselamatan di Pantai. Kondisi-kondisi inilah yang menyebabkan pentingnya
keberadaan petugas penjaga pantai untuk memberikan bantuan, pelayanan, serta
pertolongan bagi wisatawan yang membutuhkan atau yang jiwanya terancam.
Petugas penyelamat pantai atau yang di luar negeri dikenal sebagai lifeguard pada
hakekatnya adalah penjaga keselamatan wisatawan ketika tengah melaksanakan
aktivitas wisata di pantai. Namun ini tidaklah berarti bahwa petugas hanya bertugas
ketika terjadi suatu insiden. Petugas juga seorang pelayan masyarakat, masyarakat
yang dilayani ialah masyarakat atau wisatawan yang berkunjung ke pantai. Dengan
demikian petugas disamping harus menguasai teknik-teknik penyelamatan, memiliki
jiwa pemandu, stamina yang tinggi serta mampu berenang cepat dan cukup jauh di
laut. Petugas diharapkan mampu memberikan informasi dengan jelas dan simpatik
tentang aspek keselamatan wisata bahari, di daerah-daerah mana saja wisatawan
boleh berenang, dalam kondisi-kondisi seperti apa wisatawan yang tengah berenang
harus kembali ke darat, atau bahkan memerintahkan evakuasi dari laut dalam kondisi
tertentu.
Kini seiring dengan semakin meningkatnya tingkat resiko aktivitas wisata,
2
insiden yang dihadapi lebih gawat, misalnya tindak kriminal atau teroris yang
menyebabkan terjadinya kebakaran di laut, dengan kondisi ada korban yang
tenggelam, ada yang luka, dan ada pelaku kriminal yang masih berada di wilayah
pantai sehingga mengncam jiwa dan keselamatan pengunjung lainnya. Bila terjadi
situasi ini tentu petugas berada di garis terdepan untuk mengkomunikasikan ancaman
serta meminta bantuan aparat terkait lainnya seperti kepolisian, ambulans, dan
pemadam kebakaran. Suksesnya pelaksanaan tugas keselamatan penjaga pantai tentu
tidak terlepas dari perhatian dan dukungan pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan
pengunjung wisata lainnya. Oleh karenanya disamping ditunjang oleh sumber daya
manusia yang mumpuni serta disertai sarana dan prasarana yang memadai. Sarana
prasarana tersebut di antaranya seperti menara pengawasan, alat pengeras suara,
alat-alat penyelamatan di laut berupa boat, perahu karet, scooter laut, motor ATV,
pelampung, alat bantu pernapasan, alat-alat penginderaan jarak jauh seperti
binocular, alat-alat komunikasi dan sebagainya. Termasuk juga pelatihan-pelatihan
secara rutin untuk melatih para personil penjaga.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasikan diatas berikut ini akan
dirumuskan pokok-pokok persoalan yang akan dibahas diteliti dan dipecahkan yaitu
sebagai berikut:
1. Bagimana cara yang tepat yang dapat dilakukan agar Kota Pangandaran dikenal
potensi tim penjaga pantai dalam menjamin keselamatan berwisata?
2. Bagaimana perancangan kampanye tim penjaga keselamatan pantai Pangandaran
dengan mengandalkan potensi yang ada serta memanfaatkannya sebagai
3
1.3 Permasalahan dan Ruang Lingkup
Masalah keselamatan jiwa akan menjadi salah satu standar berwisata di sekitar
pantai. Hal ini ini dapat dilihat ketika pengunjung selalu waspada terhadap keadaan
sekitar. Oleh karena sesuai dengan uraian diatas, maka permasalahan dalam dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Pangandaran sebagai kota pariwisata yang masih kurang peduli terhadap
pengembangan potensi pantai untuk melindungi pengunjung yang datang
2. Sarana keselamatan publik masih kurang terencana dan kurang tersedia sehingga
meningkatkan resiko peningkatan korban yang sedang berwisata di pantai
Untuk memecahkan dan menjawab setiap permasalahan yang telah dirumuskan
dalam rumusan masalah, berikut ini akan dikemukakan aspek-aspek yang ditelaah
dan diteliti serta prinsip-prinsip teori yang digunakan sebagai kerangka pikir atau
tolok ukur pembahasan dan pemecahan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menjawab dan memecahkan pertanyaan dalam butir (1), aspek-aspek yang
diteliti dan dijadikan kerangka acuan adalah aspek penyebab berkurangnya minat
pemerintah dan masyarakat Pangandaran dalam menggapi potensi pantai yang
membutuhkan jaminan keselamatan bagi para wisatawan.
2. Untuk menjawab dan memecahkan pertanyaan butir (2) dalam rumusan masalah,
prinsip-prinsip teori yang dijadikan tolok ukur ialah jenis promosi pentingnya tim
penjaga keselamatan pantai Pangandaran dalam meningkatkan keamanan wisata
pantai serta membentuk kesadaran masyarak untuk bergabung sebagai partisipan
dalam kenyamanan serta keamanan berwisata di pantai.
1.4 Tujuan Perancangan
Berdasarkan pokok-pokok persoalan yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah,
berikut ini akan dipaparkan garis besar hasil yang ingin diperoleh setelah masalah
4
1. Menjabarkan faktor-faktor yang tepat yang dapat ditempuh sebagai solusi untuk
meningkatkan potensi wisata pantai Pangandaran sebagai tempat wisata yang
nyaman dan aman serta mendeskripsikan tim penjaga keselamatan pantai sebagai
komponen penting
2. Mendesain dan merancang suatu kampanye pendidikan dan pelatihan tim penjaga
keselamatan pantai sebagai daya tarik masyarakat lokal maupun wisatawan dalam
memperhatikan keselamatan dalam beraktivitas di pantai.
1.5 Cara Pengumpulan Data
Berdasarkan informasi dan data yang dikumpulkan dapat dibedakan jenis-jenis data,
yaitu sebagai berikut:
1. Observasi
Dalam observasi ini penulis memosisikan diri sebagai partisipan pasif terlibat
mengamati pedagang asongan yang berdagang dijalanan serta aktivitas yang
mereka lakukan sehari-hari. Secara mendalam cermat dan penuh ketelitian
tersebut diamati dari jarak dekat.
2. Wawancara
Wawancara yang dilakukan ialah tidak terstruktur atau wawancara mendalam,
yaitu penulis bertanya kepada narasumber tanpa merujuk pada daftar pertanyaan,
wawancara dilakukan kepada ketua pengurus tim penjaga keselamatan,
masyarakat lokal, wisatawan serta pengurus Dinas Pariwisata kota Pangandaran
untuk mendapatkan data-data terkait.
3. Studi Pustaka
Studi kepustakaan dan survey literatur yang dilakukan dari sumber tertulis dan
gambar. Informasi ini melalui buku-buku referensi dan internet tentang teori
DKV, pemasaran, branding, psikologi kemiskinan, serta artikel-artikel terkait
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari setiap proses yang dilakukan hingga saat ini, baik itu berhubungan dengan proses pencarian data sampai dengan proses pengerjaan. Masalah yang ada ada berkembang saat ini di kalangan remaja dewasa ada pada pola pikir mereka yang selalu terkesan modern dengan menerapkan budaya barat terhadap diri mereka. Begitupun yang terjadi terhadap kepedulian kepada Indonesia yang seharusnya sebagai negara maritim namun mereka lebih peduli dengan kehidupan perkotaan. Sesuatu yang tradisional dan nasional masih dianggap kuno atau ketinggalan zaman.
Sekarang ini kalangan muda sudah banyak mengalami perkembangan untuk mau menghargai budaya bangsa, seperti penggunaan batik, menggunakan produk dalam negri dan membuat suatu perubahan yang menunjukan citra dan identitas dari bangsa Indonesia. Dengan gaya tradisional namun dipadukan dengan gaya modern akan lebih menarik dan mendapat respon yang baik dari kalangan muda.
89
5.2 Kata Penutup
Indonesia adalah negara maritim yang memiliki banyak potensi pariwasata pantai. Dengan wisata akan mendatangkan banyak sekali keuntungan yang didapat. Tidak hanya masyarakat sekitar yang dapat menikmati namun dapat dikenal secara internasional. Hal ini mebawa dampak yang baik bagi Indonesia. Oleh sebab itu dibutuhkan infrastruktur yang baik untuk kenyamanan dalam berwisata pantai di Indonesia.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk perhatian dan keikhlasan waktu dan kesempatan membaca laporan ini. Penulis juga memohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan dalam proses sampai hasil karya ini.
5.3 Saran Penulis
90
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Myra P. 1990. The Changing Face of Tourism in Indonesia. Bandung : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup ITB.
Kurniawan, Mugi. 2011. Social Marketing and Social Campaigne. Jakarta : Mizan.
Lasswell, Harrold D. 1950. Power and Society. New Haven : Yale University Press.
Lawrence, Melvin DeFleur. 1983. Theories of Mass Communication. United States : Chealsea House.
Levitt, Ted. 1983. . The University of Michigan : The Free Pres.
Mcdonald, Colin. 1996. . United States of America : Ntc Business Books.
Ongkosongo, Otto SR. 2011. The Natural of Coastline Changes in Indonesia. Jakarta : Indonesia Journal of Gheography.
Rose, Chris. 2005. How to Win Campaigne. Trowbrige London UK : Cromwell press.
Rosilawati, Yeni. 2008, Employee Branding sebagai Strategi Komunikasi Organisasi untuk Mengkomunikasikan Citra Merek. Yogayakarta : Jurnal Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Schein, Jerome D. 1995. Language in Motion. United States of America : Gallaudet University Press.
Sihombing, Danton. 2001. Tipografi Dalam Desain Grafis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Spengler, J.O. 2001. Risk Management in Sport and Recreation, Campaigne. Ohio : Human Kinetics
Sullivan, Luke. 2003. The Classic Guide to Creating Great Ads. Hoboken New Jersey : John Wiley and Sons, inc.
Susanto, Ermawan. 2009. Diktat Jurusan Olah Raga. Yogyakarta : Universitas Negri Yogyakarta
www.balawistabadung.com/about.html (pk. 18.38, 10 Februari 2013)
www.basarnas.go.id/index.php/operasional (pk. 23.10, 18 Februari 2013)
www.billabong.com/asia/blog/history (pk. 22.00, 1 Maret 2013)
www.ripcurl.com/surfing_co.html (pk. 20.38, 25 Februari 2013)
www.sls.au/who-we-are (pk. 19.00, 10 Februari 2013)
www.yamahaoutboards.com/yamaha-advantage/history-of-innovation (pk. 21.00, 3 Maret 2013)
Daftar Wawancara