i
UniversitasKristen Maranatha
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Rasio Total Benchmarking (Gross
Profit Margin, Net Profit Margin, dan Corporate Tax to Turnover Ratio) terhadap
kepatuhan perpajakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri dari data time series sejak tahun 2009 sampai dengan 2011 dan data cross section sebanyak 17 perusahaan.
Uji satu sampel digunakan untuk menganalisis Gross Profit Margin, Net
Profit Margin, Corporate Tax to Turnover Ratio, dan Kepatuhan Perpajakan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada Gross Profit Margin perusahaan manufaktur (sub sektor rokok, farmasi, kosmetik, dan peralatan rumah tangga), terdapat perbedaan pada Net Profit Margin perusahaan manufaktur (sub sektor makanan & minuman, dan peralatan rumah tangga), dan terdapat perbedaan pada Corporate Tax to Turnover Ratio perusahaan manufaktur (sub sektor makanan & minuman, rokok, kosmetik, dan peralatan rumah tangga).
Kata-kata kunci : Rasio Total Benchmarking, Gross Profit Margin, Net Profit
Margin, Corporate Tax to Turnover Ratio, Kepatuhan Perpajakan
ii
UniversitasKristen Maranatha
ABSTRACT
This study aims to analyze Ratio Total Benchmarking (Gross Profit Margin, Net Profit Margin, and Corporate Tax to Turnover Ratio) on tax compliance of the companies that listed in Indonesia Stock Exchange. This study uses secondary data that consists of time series data from 2009 to 2011 and cross section data were 17 companies.
One Sample T-Test was used to analyze the Gross Profit Margin, Net Profit Margin, Corporate Tax to Turnover Ratio, and Tax Compliance. The results of this study indicate that there are differences in the Gross Profit Margin of manufacturing companies (cigarettes, pharmaceuticals, cosmetics, and household appliances sub-sector), there are differences in the Net Profit Margin of manufacturing companies (food & beverage, and household appliances sub-sector), and there are differences in the Corporate Tax to Turnover Ratio of manufacturing companies (food & beverages, cigarettes, cosmetics, and household appliances sub-sector).
iii
UniversitasKristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 11
1.3 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Manfaat Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 14
2.1 Kajian Pustaka ... 14
2.1.1 Konsep Perpajakan ... 14
2.1.1.1 Pengertian Pajak ... 14
2.1.1.2 Fungsi Pajak ... 16
2.1.2 Konsep Tax Benchmarking ... 18
2.1.2.1 Pengertian Benchmarking ... 18
2.1.2.2 Jenis-Jenis Benchmarking ... 19
2.1.2.3 Prinsip-Prinsip Benchmarking ... 20
iv
UniversitasKristen Maranatha
2.1.2.4.1 Gross Profit Margin ... 25
2.1.2.4.2 Net Profit Margin ... 25
2.1.2.4.3 Corporate Tax to Turn Over Ratio ... 26
2.1.3 Konsep Kepatuhan Wajib Pajak ... 27
2.1.4 Penelitian Terdahulu ... 29
2.2 Rerangka Pemikiran ... 34
2.3 Hipotesis Penelitian ... 40
BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN ... 41
3.1 Obyek Penelitian (Populasi) dan Teknik Pengambilan Sampel ... 41
3.1.1 Obyek Penelitian (Populasi) ... 41
3.1.2 Teknik Pengambilan Sampel ... 42
3.2 Metode Penelitian ... 43
3.2.1 Metode Penelitian yang Digunakan ... 43
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.2.2.1 Data yang Digunakan ... 45
3.2.3 Operasionalisasi Variabel ... 46
3.2.4 Teknik Analisis ... 47
3.2.5 Pengujian Hipotesis ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50
4.1 Hasil Penelitian ... 50
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 51
4.2.1 Sub Sektor Makanan & Minuman ... 51
4.2.1.1 Gross Profit Margin ... 51
4.2.1.2 Net Profit Margin ... 54
v
UniversitasKristen Maranatha
4.2.2 Sub Sektor Rokok ... 59
4.2.2.1 Gross Profit Margin ... 59
4.2.2.2 Net Profit Margin ... 62
4.2.2.3 Corporate Tax to Turnover Ratio ... 65
4.2.3 Sub Sektor Farmasi ... 67
4.2.3.1 Gross Profit Margin ... 67
4.2.3.2 Net Profit Margin ... 70
4.2.3.3 Corporate Tax to Turnover Ratio ... 72
4.2.2 Sub Sektor Kosmetik ... 75
4.2.2.1 Gross Profit Margin ... 75
4.2.2.2 Net Profit Margin ... 78
4.2.2.3 Corporate Tax to Turnover Ratio ... 80
4.2.2 Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga ... 83
4.2.2.1 Gross Profit Margin ... 83
4.2.2.2 Net Profit Margin ... 86
4.2.2.3 Corporate Tax to Turnover Ratio ... 88
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 91
5.1 Simpulan ... 91
5.2 Saran ... 92
vi
UniversitasKristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Ringkasan APBN 2009-2012 ... 2
Tabel 1.2 Penerapan Benchmarking ... 5
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu ... 33
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 47
Tabel 4.1 Daftar Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian ... 50
Tabel 4.2 Rata-rata Gross Profit Margin Sub Sektor Makanan & Minuman dengan Rasio Total Benchmarking ... 51
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Gross Profit Margin Sub Sektor Makanan & Minuman ... 51
Tabel 4.4 Hasil Uji Satu Sampel Gross Profit Margin Sub Sektor Makanan & Minuman ... 52
Tabel 4.5 Rata-rata Net Profit Margin Sub Sektor Makanan & Minuman dengan Rasio Total Benchmarking ... 54
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Net Profit Margin Sub Sektor Makanan & Minuman ... 54
Tabel 4.7 Hasil Uji Satu Sampel Net Profit Margin Sub Sektor Makanan & Minuman ... 55
Tabel 4.8 Rata-rata Corporate Tax to Turnover Ratio Sub Sektor Makanan & Minuman dengan Rasio Total Benchmarking ... 57
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Corporate Tax to Turnover Ratio Sub Sektor Makanan & Minuman ... 57
vii
UniversitasKristen Maranatha Tabel 4.11 Rata-rata Gross Profit Margin Sub Sektor Rokok dengan Rasio
Total Benchmarking ... 60
Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Gross Profit Margin Sub Sektor Rokok ... 60 Tabel 4.13 Hasil Uji Satu Sampel Gross Profit Margin Sub Sektor Rokok ... 61 Tabel 4.14 Rata-rata Net Profit Margin Sub Sektor Rokok dengan Rasio
Total Benchmarking ... 62
Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Net Profit Margin Sub Sektor Rokok ... 63 Tabel 4.16 Hasil Uji Satu Sampel Net Profit Margin Sub Sektor Rokok ... 64 Tabel 4.17 Rata-rata Corporate Tax to Turnover Ratio Sub Sektor Rokok
dengan Rasio Total Benchmarking ... 65 Tabel 4.18 Hasil Uji Normalitas Corporate Tax to Turnover Ratio Sub
Sektor Rokok ... 65 Tabel 4.19 Hasil Uji Satu Sampel Corporate Tax to Turnover Ratio Sub
Sektor Rokok ... 66 Tabel 4.20 Rata-rata Gross Profit Margin Sub Sektor Farmasi dengan Rasio
Total Benchmarking ... 67
Tabel 4.21 Hasil Uji Normalitas Gross Profit Margin Sub Sektor Farmasi ... 68 Tabel 4.22 Hasil Uji Satu Sampel Gross Profit Margin Sub Sektor Farmasi ... 69 Tabel 4.23 Rata-rata Net Profit Margin Sub Sektor Farmasi dengan Rasio
Total Benchmarking ... 70
Tabel 4.24 Hasil Uji Normalitas Net Profit Margin Sub Sektor Farmasi ... 70 Tabel 4.25 Hasil Uji Satu Sampel Net Profit Margin Sub Sektor Farmasi ... 71 Tabel 4.26 Rata-rata Corporate Tax to Turnover Ratio Sub Sektor
Farmasi dengan Rasio Total Benchmarking ... 72 Tabel 4.27 Hasil Uji Normalitas Corporate Tax to Turnover Ratio Sub
Sektor Farmasi ... 73 Tabel 4.28 Hasil Uji Satu Sampel Corporate Tax to Turnover Ratio Sub
viii
UniversitasKristen Maranatha Tabel 4.29 Rata-rata Gross Profit Margin Sub Sektor Kosmetik dengan
Rasio Total Benchmarking ... 75 Tabel 4.30 Hasil Uji Normalitas Gross Profit Margin Sub Sektor Kosmetik... 76 Tabel 4.31 Hasil Uji Satu Sampel Gross Profit Margin Sub Sektor Kosmetik 77 Tabel 4.32 Rata-rata Net Profit Margin Sub Sektor Kosmetik dengan Rasio
Total Benchmarking ... 78
Tabel 4.33 Hasil Uji Normalitas Net Profit Margin Sub Sektor Kosmetik ... 78 Tabel 4.34 Hasil Uji Satu Sampel Net Profit Margin Sub Sektor Kosmetik .... 79 Tabel 4.35 Rata-rata Corporate Tax to Turnover Ratio Sub Sektor Kosmetik
dengan Rasio Total Benchmarking ... 80 Tabel 4.36 Hasil Uji Normalitas Corporate Tax to Turnover Ratio Sub
Sektor Kosmetik ... 81 Tabel 4.37 Hasil Uji Satu Sampel Corporate Tax to Turnover Ratio Sub
Sektor Kosmetik ... 82 Tabel 4.38 Rata-rata Gross Profit Margin Sub Sektor Peralatan Rumah
Tangga dengan Rasio Total Benchmarking ... 83 Tabel 4.39 Hasil Uji Normalitas Gross Profit Margin Sub Sektor Peralatan
Rumah Tangga ... 84 Tabel 4.40 Hasil Uji Satu Sampel Gross Profit Margin Sub Sektor Peralatan
Rumah Tangga ... 85 Tabel 4.41 Rata-rata Net Profit Margin Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga
dengan Rasio Total Benchmarking ... 86 Tabel 4.42 Hasil Uji Normalitas Net Profit Margin Sub Sektor Peralatan
Rumah Tangga ... 86 Tabel 4.43 Hasil Uji Satu Sampel Net Profit Margin Sub Sektor Peralatan
Rumah Tangga ... 87 Tabel 4.44 Rata-rata Corporate Tax to Turnover Ratio Sub Sektor Peralatan
ix
UniversitasKristen Maranatha Tabel 4.45 Hasil Uji Normalitas Corporate Tax to Turnover Ratio Sub
Sektor Peralatan Rumah Tangga ... 89 Tabel 4.46 Hasil Uji Satu Sampel Corporate Tax to Turnover Ratio Sub
x
UniversitasKristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
xi
UniversitasKristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Populasi dan Sampel Perusahaan Manufaktur 2008-2011... 97 Lampiran 2 Gross Profit Margin dan Kepatuhan Perpajakan Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Industri Barang Konsumsi 2009-
2011 ... 100 Lampiran 3 Net Profit Margin dan Kepatuhan Perpajakan Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Industri Barang Konsumsi 2009-
2011 ... 102 Lampiran 4 Corporate Tax to Turnover Ratio dan Kepatuhan Perpajakan
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Industri Barang
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Indonesia sebagai negara yang merdeka dan berdaulat mempunyai tujuan dalam menjalankan pemerintahannya. Tujuan tersebut tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alenia IV yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan beberapa unsur pendukung, salah satunya yaitu tersedianya sumber penerimaan yang memadai dan dapat diandalkan.
Sumber-sumber penerimaan ini sangat penting untuk menjalankan kegiatan pemerintahan karena semakin luas wilayah suatu negara, semakin besar jumlah penduduk, semakin kompleks kebutuhan masyarakat maka semakin besar dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Menurut Kaho dalam Sudjarwoko (2010), faktor keuangan merupakan suatu hal yang sangat penting karena hampir tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak membutuhkan biaya.
2 Universitas Kristen Maranatha pendapatan yang dibutuhkan pemerintah untuk investasi ekonomi di masa mendatang. Pajak menjadikan pemerintah bertanggung jawab terhadap warga negara, dan membuat kaitan antara pelayanan pemerintah dengan partisipasi warga negara membiayainya. Pajak tumbuh sebagai fondasi bagi pemerintah dan menjadi sarana utama negara-negara berkembang untuk memobilisasi penerimaan dalam negeri untuk pembangunan dengan mengurangi ketergantungan pada utang.
Tabel 1.1
Ringkasan APBN 2009 – 2012 (dalam miliar rupiah)
Sumber: Data Pokok APBN (2012)
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pajak menjadi tulang punggung penerimaan negara karena lebih dari 70% penerimaan negara bersumber dari penerimaan pajak. Penerimaan pajak pada tahun 2009 menunjukkan Rp 619.922,2 miliar terus meningkat hingga menunjukkan Rp 1.019.332,4 miliar pada tahun 2012. Angka tersebut menunjukkan bahwa penerimaan pajak memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap total penerimaan secara keseluruhan dibandingkan dengan penerimaan negara bukan pajak. Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak dituntut untuk selalu meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dana untuk pembangunan (Rahayu, 2007).
Langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan dimulai pada tahun 1984 dengan melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh
Tahun Penerimaan Negara dari Pajak Penerimaan Negara Bukan Pajak Total Penerimaan
Rp % Rp % Rp %
3 Universitas Kristen Maranatha melalui pemberlakuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dengan sistem perpajakan yang baru yaitu sistem self assessment menggantikan sistem official assessment. Sistem self assessment merupakan sistem yang memberikan kepercayaan penuh terhadap Wajib Pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya.
Praktik pelaporan pajak yang berlaku di Indonesia dengan sistem self
assessment memiliki risiko potensi penghindaran pajak apabila pelaporan keuangan
tidak dilakukan secara transparan. Untuk itu, pemerintah dapat mengikuti praktik dan ketentuan yang ada di negara lain (misalkan Malaysia, India, dan China) untuk pengaturan pelaporan keuangan perusahaan. Hal ini dimaksudkan sebagai benchmark untuk menciptakan iklim pelaporan keuangan yang berkualitas bagi seluruh pemakai laporan keuangan. (Jam’an, 2011).
Benchmark merupakan pola yang dikembangkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak untuk mendeteksi kepatuhan Wajib Pajak. Direktorat Jenderal Pajak menyusun
benchmark dalam suatu konsep yang disebut Total Benchmarking. Berdasarkan Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-96/PJ/2009 tanggal 5 Oktober 2009 tentang Rasio Total Benchmarking dan Petunjuk Pemanfaatannya, Total
Benchmarking didefinisikan sebagai proses membandingkan rasio-rasio yang terkait
4 Universitas Kristen Maranatha dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak. Dengan demikian, Total
Benchmarking memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Benchmark disusun berdasarkan kelompok usaha.
2. Benchmarking dilakukan atas rasio-rasio berkaitan dengan tingkat laba dan
input-input perusahaan.
3. Hubungan keterkaitan antar rasio-rasio diperhatikan.
4. Fokus pada penilaian kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan.
Total Benchmarking merupakan salah satu langkah strategis yang berkaitan
dengan upaya penggalian potensi penerimaan pajak untuk mengamankan penerimaan pajak tahun 2009 dan tahun-tahun selanjutnya. Rasio-rasio yang digunakan dalam
Total Benchmarking terdiri dari rasio-rasio yang mengukur kinerja operasional, rasio
input, rasio PPN, dan rasio aktivitas luar usaha. Rasio-rasio tersebut adalah: 1. Gross Profit Margin.
2. Operating Profit Margin.
3. Pretax Profit Margin.
4. Corporate Tax to Turnover Ratio.
5. Net Profit Margin.
6. Dividend Payout Ratio.
7. Rasio PPN.
5 Universitas Kristen Maranatha 9. Rasio Bunga/Penjualan.
10.Rasio Sewa/Penjualan. 11.Rasio Penyusutan/Penjualan.
12.Rasio Penghasilan Luar Usaha/Penjualan. 13.Rasio Biaya Luar Usaha/Penjualan. 14.Rasio Input Lainnya/Penjualan.
Pemilihan 14 rasio tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa rasio yang digunakan sedapat mungkin mampu memberikan gambaran secara menyeluruh atas kegiatan operasional perusahaan dalam suatu periode dan berkaitan dengan semua jenis pajak yang menjadi kewajiban Wajib Pajak.
Tabel 1.2
Penerapan Benchmarking
Uraian Australia Jerman Selandia Baru Amerika Inggris
Dibuat rutin Ya Ya Ya Ya Tidak, bila
diperlukan Segmentasi
ukuran Wajib Pajak
Ya Ya Ya Tidak Tidak
Sumber data Business Activity Statement & Annual Tax Return
Hasil Audit Hasil Riset
Waikato Management School BizStats (lembaga riset swasta) Hasil pengumpulan data oleh The
Business Information Unit Segmentasi wilayah geografis
Tidak Ya Tidak Perusahaan tidak,
orang pribadi ya
Tidak
Informasi yang disajikan
1. Profitability 2. Input Primer Pay as you go 3. Witholding Tax
4. Good and Services Tax
Profitability 1. Income Profitability 2. Overhead Structure 3. Liquidity 4. Capital Structure 5. Ratios per person
1. Liquidity 2. Leverage 3. Activity 4. Profitability 5. Valuation
Profiling industri yang
akan diinvestigasi
6 Universitas Kristen Maranatha Pada tabel 1.2 menunjukkan bahwa beberapa negara telah menerapkan
benchmarking sebagai alat untuk melakukan penilaian terhadap Wajib Pajak dalam
pemenuhan kewajiban perpajakan serta kepatuhan materialnya. Benchmarking ini dibuat oleh masing-masing negara dengan riset yang lama serta pemantauan yang menyeluruh terhadap kondisi riil sektor usaha tertentu. Sektor usaha tertentu yang banyak di lapangan serta potensi penerimaannya signifikan menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan sektor usaha yang dipilih untuk penyusunan
benchmarking. Negara-negara tersebut telah mempraktekkan benchmarking sebagai
alat untuk mendeteksi tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang dibuat secara rutin maupun hanya kasus atau kondisi tertentu saja.
Departemen Keuangan menyatakan terdapat enam sebagai alat deteksi penguji kepatuhan materiil pajak Wajib Pajak, yakni Return on Assest, Gross Profit Margin,
Earnings Before Interest and Taxes, Net Profit Margin, Corporate Tax to Turnover
Ratio, dan Tax to Turnover Ratio. Gross Profit Margin, Net Profit Margin, dan
Corporate Tax to Turnover Ratio merupakan tiga dari 14 Rasio Total Benchmarking
yang disusun oleh Direktorat Jenderal Pajak. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Gross Profit Margin, Net Profit Margin, dan
Corporate Tax to Turnover Ratio yang merupakan alat uji material pajak.
7 Universitas Kristen Maranatha merupakan perbandingan antara laba kotor terhadap penjualan. Nilai Gross Profit
Margin dihitung sebagai berikut:
Laba kotor adalah selisih antara penjualan dan harga pokok penjualan. Nilai Gross
Profit Margin menunjukkan seberapa besar proporsi penjualan perusahaan yang
tersisa setelah digunakan untuk menutup ongkos untuk menghasilkan atau memperoleh produk yang dijual.
Net Profit Margin merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak
terhadap penjualan. Nilai Net Profit Margin dihitung sebagai berikut:
Laba bersih setelah pajak adalah laba bersih perusahaan setelah memperhitungkan Pajak Penghasilan yang terutang menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Nilai Net Profit Margin menunjukkan besarnya laba bersih yang dihasilkan perusahaan setelah memperhitungkan Pajak Penghasilan yang terutang. Makin besar nilai Net Profit Margin menunjukkan makin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemilik.
Corporate Tax to Turnover Ratio merupakan perbandingan antara Pajak
Penghasilan yang terutang terhadap penjualan. Nilai Corporate Tax to Turnover
Ratio dihitung sebagai berikut:
8 Universitas Kristen Maranatha Nilai Corporate Tax to Turnover Ratio menunjukkan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang dalam suatu tahun relatif terhadap penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Makin besar Corporate Tax to Turnover Ratio menunjukkan makin besar proporsi hasil penjualan perusahaan yang digunakan untuk membayar Pajak Penghasilan.
9 Universitas Kristen Maranatha Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif/hakekat memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi juga kepatuhan formal. Jadi, Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan yang memenuhi kepatuhan material dalam mengisi Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan adalah Wajib Pajak yang mengisi dengan jujur, baik, dan benar Surat Pemberitahuan tersebut sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan dan menyampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak sebelum batas waktu.
Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Adiritonga (2011) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara rasio benchmarking pada perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dibandingkan dengan acuan rasio
benchmarking yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Perbedaan terbesar
terdapat pada rasio pembayaran deviden yaitu rata-rata sebesar 31.50% di bawah
benchmark, sedangkan perbedaan terkecil terdapat pada rasio sewa yaitu rata-rata
sebesar 0.13% di bawah benchmark yang dapat diartikan bahwa setiap perusahaan memiliki karakter dan kondisi keuangan yang berbeda-beda, jadi Rasio Total
Benchmarking yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dapat digunakan
10 Universitas Kristen Maranatha pajak. Sedangkan secara parsial, independensi Account Representative, dan penerapan benchmarking tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak.
Penelitian yang dilakukan oleh Ridoan (2010) menunjukkan bahwa Rasio
Total Benchmarking kurang bisa ditetapkan di Kanwil Direktorat Jenderal Pajak
Jakarta Pusat karena Wajib Pajak yang berada dalam satu sektor usaha memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Rasio CTTOR pada Wajib Pajak Badan berada di bawah benchmark Direktorat Jenderal Pajak sehingga perlu dilakukan tindak lanjut.
Penelitian yang dilakukan oleh Karlina (2010) menunjukkan bahwa Rasio
Total Benchmarking dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menilai kewajaran
kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak di KPP Pratama Bandung Majalaya. Rasio GPM pada Wajib Pajak Badan berada di atas benchmark yang artinya masih terdapat potensi yang bisa digali oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Rasio Total Benchmarking khususnya Gross Profit Margin,
Net Profit Margin, dan Corporate Tax to Turnover Ratio untuk menguji kepatuhan
material Wajib Pajak Badan. Hal ini dilakukan dengan membandingkan Rasio Total
Benchmarking yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dengan rasio hasil
11 Universitas Kristen Maranatha keseluruhan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menetapkan judul Analisis Rasio Total Benchmarking (Gross Profit Margin, Net Profit Margin, dan Corporate
Tax to Turnover Ratio) terhadap Kepatuhan Perpajakan Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis Rasio Total Benchmarking (Gross Profit Margin) terhadap kepatuhan perpajakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Bagaimana analisis Rasio Total Benchmarking (Net Profit Margin) terhadap kepatuhan perpajakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Bagaimana analisis Rasio Total Benchmarking (Corporate Tax to Turnover
Ratio) terhadap kepatuhan perpajakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
12 Universitas Kristen Maranatha 1. Untuk menganalisis Rasio Total Benchmarking (Gross Profit Margin) terhadap
kepatuhan perpajakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk menganalisis Rasio Total Benchmarking (Net Profit Margin) terhadap kepatuhan perpajakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk menganalisis Rasio Total Benchmarking (Corporate Tax to Turnover
Ratio) terhadap kepatuhan perpajakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah serta tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Direktorat Jenderal Pajak dalam proses penyempuranaan Rasio Total Benchmarking yang sesuai dengan kondisi riil sektor usaha tersebut.
2. Manfaat Teoritis
91 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat perbedaan antara nilai rata-rata Gross Profit Margin perusahaan manufaktur yang berasal dari sub sektor makanan & minuman dengan Rasio
Total Benchmarking yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Terdapat
perbedaan antara nilai rata-rata Gross Profit Margin perusahaan manufaktur yang berasal dari sub sektor rokok, farmasi, kosmetik, dan peralatan rumah tangga dengan Rasio Total Benchmarking yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
2. Tidak terdapat perbedaan antara nilai rata-rata Net Profit Margin perusahaan manufaktur yang berasal dari sub sektor rokok, farmasi, dan kosmetik dengan
Rasio Total Benchmarking yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
92 Universitas Kristen Maranatha 3. Tidak terdapat perbedaan antara nilai rata-rata Corporate Tax to Turnover Ratio
perusahaan manufaktur yang berasal dari sub sektor farmasi dengan Rasio Total
Benchmarking yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Terdapat
perbedaan antara nilai rata-rata Corporate Tax to Turnover Ratio perusahaan manufaktur yang berasal dari sub sektor makanan & minuman, rokok, kosmetik, dan peralatan rumah tangga dengan Rasio Total Benchmarking yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, diajukan beberapa saran adalah sebagai berikut:
1. Untuk Direktrorat Jenderal Pajak, diharapkan segera melakukan revisi nilai Rasio
Total Benchmarking untuk rasio-rasio sebagai berikut:
a. Gross Profit Margin perusahaan manufaktur yang berasal dari sub sektor
rokok, farmasi, kosmetik, dan peralatan rumah tangga.
b. Net Profit Margin perusahaan manufaktur yang berasal dari sub sektor
makanan & minuman, dan peralatan rumah tangga.
c. Corporate Tax to Turnover Ratio perusahaan manufaktur yang berasal dari
93 Universitas Kristen Maranatha Revisi nilai Rasio Total Benchmakring tersebut dilakukan agar sesuai dengan kondisi Wajib Pajak saat ini dan dapat digunakan untuk menganalisis apakah terjadi penyimpangan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
94 Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Theresia Woro dan Eko Sukmono Adiritonga. 2011. Rasio Total
Benchmarking Sesuaikah dengan Kondisi Wajib Pajak, Semarang: Fakultas
Ekonomi UNIMUS.
Devano, Sony dan Siti Kurnia Rahayu. 2006. Perpajakan: Konsep, Teori dan Isu, Jakarta: Kencana.
Depkeu. 2009. DJP Kembangkan Pola Pendeteksian Kepatuhan WP melalui
Benchmarking (http://www.depkeu.go.id/ind/Data/Berita/benchmark_2010
09.htm)
Dunia Investasi. 2013. Data Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi. (http://duniainvestasi.com/bei/sectors/industri_barang_konsumsi) Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS, Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
IDX. 2009. Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi. (http://www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/laporan keuangandantahunan.aspx)
IDX. 2010. Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi. (http://www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/laporan keuangandantahunan.aspx)
IDX. 2011. Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi. (http://www.idx.co.id/id-id/beranda/perusahaantercatat/laporan keuangandantahunan.aspx)
Ilyas, Wirawan B. dan Richard Burton. 2008. Hukum Pajak, Jakarta: Salemba Empat.
Jam’an, Mikail. 2011. Menggali Potensi Pajak melalui Mandatory Audit.
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2011/09/07/menggali-potensi-pajak-melalui-mandatory-audit-393758.html
95 Universitas Kristen Maranatha Karlina, Melani. 2010. Tinjauan Pemanfaatan Total Benchmarking atas Kebenaran
Pembayaran Pajak di KPP Pratama Bandung Majalaya, Bandung: Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Kurniawan, Stanislaus Albert. 2012. SPSS 20 Analisis Deskriptif dan Multivariate, Bandung: Bisnis2030.
Nurmantu, Safri. 2005. Pengantar Perpajakan, Jakarta: Kelompok Yayasan Obor Indonesia.
Owens, Jeffrey. 2011. OECD’s Current Tax Agenda, Paris: OECD.
Rahayu, Ning. 2007. Kebijakan Baru Direktorat Jenderal Pajak dalam Pengajuan
Restitusi PPN dan Perencanaan Pajak untuk Menghadapinya, Jakarta: Jurnal
Ilmu Administrasi dan Organisasi, Bisnis & Birokrasi.
Rahman, Abdul. 2010. Panduan Pelaksanaan Administrasi Pajak Untuk Karyawan,
Pelaku Bisnis Dan Perusahaan, Bandung: Nuansa.
Resmi, Siti. 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus, Jakarta: Salemba Empat.
Ridoan. 2010. Analisis Kebijakan Rasio Total Benchmarking atas Upaya Direktorat
Jenderal Pajak Meminimalisasi Penghindaran Pajak oleh Wajib Pajak Badan di Lingkungan Kantor Wilayah DJP Jakarta Pusat, Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia
Santoso, Wahyu. 2008. Analisis Risiko Ketidak Patuhan Wajib Pajak Sebagai Dasar
Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak, Jakarta: Jurnal Keuangan Publik.
Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak, Jakarta: Salemba Empat.
Sudjarwoko. 2010. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi DKI Jakarta, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Suherman, Ade. 2011. Analisis Pengaruh Kompetensi Account Representative dan
96 Universitas Kristen Maranatha Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-96/PJ/2009 tanggal 5 Oktober 2009
tentang Rasio Total Benchmarking dan Petunjuk Pemanfaatannya.
Surat Edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-11/PJ/2010 tanggal 1 Februari 2010 tentang Penetapan Rasio Total Benchmarking Tahap II.
Undang-Undang Republik Indonesia. 1945. Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Alenia IV
Undang-Undang Republik Indonesia. 2008. UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. UU No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP).