• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah Askep Tuberculosis (TBC) Paru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh Makalah Askep Tuberculosis (TBC) Paru"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

Contoh Makalah Askep Tuberculosis (TBC) Paru

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit TB Paru merupakan penyakit menahun/kronis (berlangsung lama)

dan menular. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering

menyerang orang-orang yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang

bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan

bersama penderita TBC. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak memiliki

ventilasi memberikan andil besar bagi seseorang terjangkit TBC.

Penyakit Tuberkulosis dapat disembuhkan. Namun akibat dari kurangnya

informasi berkaitan cara pencegahan dan pengobatan TBC, kematian akibat

penyakit ini memiliki prevalensi yang besar. Indonesia berada dalam peringkat

ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu

(2)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

PENGERTIAN

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang paru-paru

yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkulosis.

ETIOLOGI

Jenis kuman berbentuk batang, ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.

Sebagian besar kuman berupa lemak/lipid sehingga kuman tahan terhadap asam

dan lebih tahan terhadap kimia , fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang

menyukai daerah yang banyak oksigin, dalam hal ini lebih menyenangi daerah

yang tinggi kandungan oksigennya yaitu. daerah apikal paru, daerah ini yang

menjadi prediksi pada penyakit Tuberkulosis.

PATOFISIOLOGI

Penyakit ini dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel efektor

(makrofag), sedangkan limphosit (sel T) adalah sel imonoresponsifnya. Imunitas

ini biasanya melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit

dan limfokin, respon ini disebut sebagai reaksi hipersensitifitas ( lambat). Basil

Tuberkel yang mencapai permukaan alveolus akan diinhalasi sebagai suatu unit

(1-3 basil), gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan disaluran hidung dan

cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Yang berada dialveolus

(3)

Leukosit polimorfonuklear nampak pada tempay tersebut dan mempagosit,

namun tidak membunuh basil. Hari-hari berikutnya leukosit diganti oleh makrofag,

alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumoni akut.

Pneumoni selluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini dapat berjalan

terus, dan basil terus dipagosit atau berkembang biak di dalam sel. Basil juga

menyebar melalui kelenjar getah bening. Makrofag yang mengadakan infiltrasi

menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang

dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan waktu 10-20 hari). Nekrosis bagian sentral

lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju (nekrosis kaseosa) .

Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel

epiteloid dan fibroblas akan menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi akan

lebih fibroblas membentuk jaringan parut dan ahirnya membentuk suatu kapsul

yang dikelilingi tuberkel..

TANDA & GEJALA

Keluhan dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan, yang terbanyak

adalah:

1. Demam : subfebril, febril ( 40-41derajat C) hilang timbul.

2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini untuk

membuang /mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai

batuk purulenta (menghasilkan sputum)

(4)

4. Nyeri dada : ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke

pleura sehingga menimbulkan pleuritis.

5. Malaise : ditemukan beripa anorexia, nafsu makan menurun, BB menurun,

sakir kepala, nyeri otot, keringat diwaktu malam hari

1. Pada Atelektasis terdapat gejala manifestasi klinik yaitu: Sianosis, Sesak nafas,

Kolaps. Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung

terdorong kesisi yang sakit. Pada Foto Torak tampak pada sisi yang sakit

bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan fisik :

 Pada tahap dini sulit diketahui.

 Ronchi basah, kasar dan nyaring.

 Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi

memberi suara umforik.

 Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.

 Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)

Pemeriksaan Radiologi :

 Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas

tidak jelas.

 Pada kavitas bayangan berupa cincin.

(5)

Bronchografi :

Merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan

paru karena TB.

Laboratorium :

 Darah : leukosit meninggi, LED meningkat

 Sputum : pada kultur ditemukan BTA

 Test Tuberkulin : mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

PENATALAKSANAAN

 Penyuluhan

 Pencegahan

 Pemberian obat-obatan :

1. OAT (obat anti tuberkulosa) :

2. Bronchodilatator

3. Expektoran

4. OBH

5. Vitamin

 Fisioterapi dan rehabilitasi

(6)

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

a. Pola aktifitas dan istirahat

Fatique, Aktivitas berat timbul sesak (nafas pendek), Sulit tidur, Berkeringat

pada malam hari

b. Pola Nutrisi

Anorexia, Mual, tidak enak diperut, BB menurun

c. Respirasi

Batuk produktif (pada tahap lanjut), sesak nafas, Nyeri dada.

d. Riwayat Keluarga

Biasanya keluarga penderita ada yang mempunyai kesulitan yang sama

(penyakit yang sama)

e. Riwayat lingkungan

Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman padat, ventilasi rumah

yang kurang, jumlah anggauta keluarga yang banyak.

f. Aspek Psikososial

 Merasa dikucilkan

 Tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.

 Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.

 Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu

yang lama dan biaya yang bayak.

(7)

 Tidak bersemangat, putus harapan.

g. Riwayat Penyakit sebelumnya

 Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh sembuh.

 Pernah berobat, tetapi tidak sembuh.

 Pernah berobat tetapi tidak teratur (drop out).

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL

1. Resiko tinggi infeksi dan penyebaran infeksi berhubungan dengan :

 Daya tahan tubuh menurun, fungsi silia menurun, sekret yang menetap.

 Kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar.

 Daya tahan/ resistensi terhadap infeksi rendah

 Malnutrisi

 Terkontaminasi oleh lingkungan.

 Kurang pengetahuan tentang infeksi kuman.

2. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan :

 Sekresi yang kental, lengket dan berdarah

 Lelah dan usaha batuk yang kurang

 Edema trachea/larink.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya faktor resiko :

(8)

 Kerusakan membran alveolar kapiler.

 Sekret yang kental

 Edema Bronkial.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan:

 Kelemahan

 Batuk yang sering, adanya produksi sputum,

 Dispnea

 Anorexia

 Penurunan finansial /biaya.

5. Kurangnya pengetahuan (kebutuhan Hygiene), tentang kondisi, pengobatan,

pencegahan, berhubungan dengan :

Tidak ada yang menerangkan, interpretasi yang salah, terbatas

pengetahuan/kognitif, tidak akurat, tidak lengkap imformasi yang didapat.

PENGOBATAN

1. Nama obat : INH

Dosis : 1 x 400 mg

Farmakokinetik:

 Diabsorbsi : saluran pencernaan, makanan mengurangi kecepatan dan tingkat

absorbsi

(9)

 Distribusi : keseluruh jaringan tubuh dan cairan termasuk CNS, melewati

plasenta

 Metabolisme : tidak diaktifkan oleh acetylation di dalam hati

 Eliminasi : waktu paruh 1 - 4 jam, 75 - 96% diekresikan dalam urin dalam 24

jam, diekskresikan dalam air susu

Efek samping:

Biasanya dihubungkan dengan dosis

 CNS

Parestesias, perifeal neuropaty, nyeri kepala, kelemahan, tinitus, pusing, vertigo,

ataxia, somnolen, insomnia, amnesia,euphoria, toxis psikosis, perubahan tingkah

laku, depresi, kerusakan memori, hyperpireksia, halusinasi, konvulsi, otot kejang,

mimpi yang berlebihan , menstruasi

 Mata

Penglihatan kabur, terganggunya penglihatan, optik neuritis, atropi

 GI

Mual , muntah , epigastrium distress, mulut kering, konstipasi

 Hematologi

Agranulositosis, hemolitik atau anemia aplastik, trombositopenia, eosinophilia,

methemoglobinemia

 Hepatotoksisitas

Panas dingin, kulit yang melepuh (mosbiliform, macula papular, purpura, urticaria)

(10)

 Metabolik endokrin

Penurunan absorbsi vitamin B12, defisiensi pridoksin (vitamin B6), pellagra,

gynecomastia, hyperglikemia, glikosuria, hyperkalemia, hipophosphathemia,

hipokalsemia, acetonia, asidosis metabolik, proteinemia

 Lain-lain

Dyspnea, retensi urine, demam yangdisebabkan obat-obat, rematik, lupus

erythromatosus syndrome, iritasi di tempat bekas injeksi.

Implikasi perawatan:

Pengelolaan :

 Obat oral INH lebih baik diberikan sebelum makan 1 - 2 jam sebelum makanan

diabsorbsi, jika terjadi iritasi GI, obat boleh diberikan bersama makanan

 Isoniazid dalam bentuk larutan disimpan dalam bentuk kristal dan disimpan

dalam temperatur yang rendah. Jika hal ini terjadi obat disimpan ditempat yang

hangat atau dalam temperatur ruangan.

 Nyeri lokal sementara setelah injeksi IM, massage daerah injeksi dengan cara

memutar daerah injeksi

 Obat disimpan harus ditutup rapat, temperatur 15 - 30 C kecuali diberikan secara

sebaliknya

(11)

 Tes adanya kelemahan yang tepat, sebelum pemberian therapy untuk mendeteksi

kemungkinan bakteri yang resisten

 Efek therapetik biasanya menjadi jelas dalam 2 - 3 minggu pertama pemberian

therapi. Lebih dari 90% pasien yang diberikan therapi mempunyai sputum yang

berkurang setelah 6 bulan

 Pemeriksaan mata

 Monitor Tekanan darah selama pemberian obat

 Pasien seharusnya secara hati-hati dengan interview dan diperiksa dalam interval

bulanan untuk mendeteksi dini dari tanda dan gejala hepatotoksisitas

 Therapi INH yang kontinyu setelah onset dari disfungsi hepatik meningkatkan

resiko kerusakan hati yang lebih berat

 Isoniazid hepatitis (kadang-kadang fatal) biasanya berkembang selama 3 - 6 bulan

pertama, tetapi mungkin terjadi setiap waktu selama pemberian therapi, hal ini

lebih banyak frekwensinya pada pasien dengan umur 35 tahun atau lebih atau

terutama yang meminum alkohol setiap hari

 Cek berat badan 2 kali seminggu, di bawah kondisi standart

 Pasien DM seharusnya diabsorbsi untuk hilangnya kontrol diabetes antara

glikosuria yang nyata dan tes benedik positif; yang palsu segera dilaporkan

 Neuritis peripheral lebih banyak menimbulkan afek toksik seringkali didahului

oleh parestesikaki dan tangan. Pasien yang bebas kerentanan meliputi (termasuk)

alkoholik atau pasien denga penyakit liver, malnutrisi, diabetik, inaktivator lambat,

(12)

Pendidikan kesehatan kepada keluarga dan pasien:

 Memeperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung tyramine (keju,

ikan) yang menjadi penyebab dari palpitasi, peningktan tekanan darah.

 Instruksi pasien untuk melapor kepada medis bila ada tanda dan gejala dari

perkembangan hepatotoksik

 Memperingatkan pasien terhadap makanan yang mengandung histamin (ikan tuna)

yang bisa menjadi penyebab dari palpitasi memperbesar respon obat (nyeri kepala,

hipotensi,palpitasi,berkeringat, diare)

 Umumnya therapi INH diberikan 6 bulan - 2 tahun untuk pengobatan TBC yang

aktif, bila digunakan untuk terapi preventif, INH diberikan 12 bulan.

2. Nama obat : Ethambutol hydrochloride

Dosis : Dewasa 15 mg/kgBB (oral), untuk pengobatan ulang mulai dengan 25 mg

kg/BB/hari atau 60 hari, kemudian diturunkan sampai 15 mg/kgBB/hr

Anak : 6 - 12 tahun: 10 - 15 mg/kgBB/hari

Farmakokinetik:

 Absorbsi : 70% - 80% diabsorbsi di saluran pencernaan

 Puncak : 2 - 4 jam

 Distribusi : didistribusi ke seluruh jaringan tubuh, konsentrasi tertinggi dalam

(13)

 Metabolisme : dimetabolisme dalam hati

 Eliminasi : waktu paruh 3 - 4 jam, 50% diekresikan dalam urin selama 24

jam, 20 - 22 % dikeluarkan dalam feses

Efek samping:  CNS :

Nyeri kepala , pening/pusing, kebingungan, halusinasi, parestesia, neuritis

peripheral, nyeri tulang sendi, kelemahan pada ekstremitas bagian bawah

 Mata :

Toksisitas bola mata : neuritis retrabulbar optik, kemungkinan neuritis anterior

optik dengan penurunan dalam ketajaman penglihatan, menyempitnya luas lapang

pandang, kebutaan pada warna merah-hijau, skotoma pada bagian pusat dan

periferal, mata nyeri, fotophobia, perdarahan dan edema retina.

 Saluran pencernaan :

Anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen

 Hypersensitifitas :

Pruritis , dermatitis, anafilaktis

 Hyperuresemia, demam , malaise, leukopenia (jarang), sputum yang mengandung

darah, gangguan sementara dalam fungsi liver (kemungkinan hepatotoksisitas),

nefrotoksisitas, gout artritis akut, abnormalitas EKG, pengeluaran keringat

(14)

 Ethambutol mungkin diberikan setelah makan jika iritasi saluran pencernaan

terjadi. Absorpsi tidak begitu dipengaruhi oleh makanan dalam perut.

 Lindungi ethambutol dari cahaya, kelembaman dan panas. Letakan dalam

kemasan yang tertutup rapat-rapat pada suhu 15 - 30 C kecuali kalau diberikan

langsung .

Pengkajian dan efek obat:

 Kultur dan tes kerentanan seharusnya seharusnya ditentukan sebelum dimulainya

tindakan/dan pengulangan secara periodik pada terapi secara keseluruhan .

 Toksisitas okuli secara umum kelihatan dalam 1 - 7 bulan setelah dimulainya

tyerapi. Gejala biasanya tidak tampak selama beberapa minggu sampai beberapa

bulan setelah obat tidak dilanjutkan

 Uji opthalmoskopik meliputi tes luas lapang pandang , tes untuk ketajaman

penglihatan menggunakan kertas mata, dan tes untuk penggolongan diskriminasi

warna seharusnya ditentukan lebih dulu untuk memulai therapi dan dalam interval

bulanan selama therapi. Mata seharusnya dites secara terpisah sama baiknya secara

bersama-sama

 Monitor rasio input dan output pada pasien dengan kerusakan ginjal . Laporkan

adanya oliguria atau perubahan yang penting pada ratio atau dalam laporan

laboratorium tentang fungsi ginjal. Akumulasi sistemik dengan toksisitas dapat

dihasilkan dari ekresi obat-obat yang lambat

 Tes fungsi ginjal dan hepatik, hitung sel darah dan determinan serum asam urat

(15)

Pendidikan pasien dan keluarga:

 Secara umum, therapi dapat berlanjut selama 1-2 terapi lebih lama, meskipun

teraturnya pengobatan yang lebih pendek bisa digunakan dengan baik

 Jika pasien hamil, selama pengobatan sarankan untuk melaporkan pada dokter

dengan segera . Obat seharusnya tersendiri.

 Sarankan pasien untuk melaporkan dengan tepat pada dokter tentang kejadian

mengaburnya pandangan , perubahan persepsi warna, mengecilnya luas lapang

pandang , beberapa gejala penglihatan lainnya. Pasien seharusnya secara periodik

ditanyakan tentang matanya

 Jika dideteksi secara dini, defek visual secara umum tidak kelihatan lebih dari

beberapa minggu sampai beberapa bulan. Pada beberapa instansi (jarang),

pemulihan mungkin lambat. Selama setahun atau lebih atau defek mungkin

irreversibel.

3. Nama obat : Rifampisin

Dosis : 1 x 450 mg

Farmakokinetik:

 Absorbsi : dengan mudah diabsorbsi di saluran pencernaan

(16)

 Distribusi : didistribusikan kemana-mana meliputi CSF, melalui plasenta,

didistribusikan ke dalam air susu

 Metabolisme : Dimetabolisme dalam liver untuk metabolisme aktif dan inaktif

siklus enterohepatik

 Eliminasi : Waktu paruh 3 jam. Sampai 30 % diekresikan dalam urin 60% -

65% dalam feses

Efek samping :  CNS:

Fatigue, drowsiness, nyeri kepala, ataxia, kebingungan, pusing, ketidak mampuan

berkonsentrasi, mati rasa secara umum, nyeri pada ekstremitas, kelemahan otot,

gangguan penglihatan , konjungtivitis, hilangnya pendengaran frekuensi rendah,

secara sementara.

 GI:

Heart burn, distress epigastrium, mual, muntah, anoreksia, flaturens, kram, diare,

kolitis pseudomembran

 Hematologi:

Trombositopenia, leukopeni sementara, anemia, meliputi (termasuk) anemia

hemolitik

 Hypersensitivitas :

panas, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, rasa sakit pada mulut dan lidah, eosinophilia,

(17)

 Ginjal:

hemoglobinuria, hematuria, Akut Renal Failure

 Lain-lain:

hemoptisis, light-chain proteinuria, sindrom “flulike”, gangguan menstruasi,

sindroma hepatorenal (dengan terapi intermitten). Peningkatan sementara pada tes

fungsi hati (bilirubin, BSP, alkaline fosfatase,ALT,AST), pankreatitis

 Overdosis:

Gejala GI, meningkatnya lethargi, pembesaran liver dan pengerasan, jaundice,

berkeringat, saliva, air mata, feces

Implikasi perawatan:

 Kapsul bisa dibuka diisi dan diminum/diteguk dengan air atau dicampur dengan

makanan

 Suspensi oral dapat disiapkan dari kapsul untuk digunakan pada pasien pediatri

 Berikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Puncak dari tingkat serum

diperlambat dan mungkin agak rendah ketika diberikan dengan makanan

 Pengawetan seharusnya dijaga dalam kapsul yang dikemas dalam botol , dapat

menjadi tidak stabil dalam keadaan lembab

(18)

 Tes serologi dan kerentanan seharusnya ditentukan paling utama selama dan

dalam keadaan / waktu kultur positif

 Disarankan tes fungsi hepatik secara periodik . Pasien dengan penyakit hepar

harus dimonitor secara tertutup (closely)

 Jika pasien juga mendapat anti koagulan , waktu protrombin seharusnya

ditentukan secara harian atau seringkali untuk membuat dan menjaga aktifitas

antikoagulan

Pendidikan kepada pasien dan keluarga:

 Informasikan kepada pasien bahwa obat bisa memberi warna pada urin merah

-oranye, feces, sputum, keringat dan air mata. Terutama yang menggunakan kontak

lensa atau kaca berwarna lainnya yang permanen

 Pasien dengan kontrasepsi oral, seharusnya mempertimbangkan alternatif

metode-metode kontrasepsi. Hal-hal yang sama menggunakan Rimfapisin dan kontrasepsi

oral menurunkan keefektifan dari kontrasepsi dan untuk gangguan menstruasi

(spotting, perdarahan)

 Perhatikan pasien agar menjaga obat dari jangkauan anak-anak

4. Nama obat : Pyrazinamide

Dosis : 2 x 500 mg

Farmakokinetik:

 Absorbsi : langsung diabsorpsi dari saluran pencernaan

(19)

 Distribusi : melewati barier darah otak

 Metabolisme : di metabolisme di hati

 Eliminasi : waktu paruh 9 - 10 jam, diekresikan secara perlahan-lahan di

dalam urin

Efek samping:

Astralgia, aktif gout, kesulitan dalam kencing, nyeri kepala, fotosensitif, urtikaria,

skin rash (jarang), anemia hemolitik, splenomegali, limphadenopathy, hemoptisis,

peptik ulser, uric asid dalam serum, hepatotoksik, tes fungsi ginjal yang abnormal,

penurunan plasma protrombin.

Implikasi perawatan:

 Obat seharusnya tidak dilanjutkan jika ada reaksi hepar (jaundice,pruritis, sklera

ikterik, yellow skin) atau hyperursemia dan akut gout

 Tempatkan dalam tempat tertutup (suhu 15 - 13 C)

Efek obat:

 Pasien harus diobservasi dan mendapat petunjuk dari supervisi medis

 Pasien harus diperiksa secara teratur , dan kemungkinan adanya tanda toksik:

pembesaran hepar, jaundice, kerusakan integritas vaskuler (echymosis, ptekie,

perdarahan abnormal)

 Reaksi hepar lebih sering terjadi pada pasien yang diberikan dosis tinggi

 Tes fungsi liver (AST, ALT, serum bilirubin) harus diperiksa 2-4 minggu selama

(20)

Pendidikan kesehatan kepada pasien dalam keluarga:  Laporkan adanya kesulitan dalam pengosongan

 Pasien seharusnya berkeinginan untuk intake cairan 2000 ml/hari jika

memungkinkan

 Pasien dengan diabetes melitus seharusnya terbuka untuk memonitor dan meminta

saran terhadap kemungkinan kehilangan kontrol glikemia

5. Nama obat : Aldactone

Dosis : 2 x 100 mg

Farmakokinetik :

 Absorbsi : 73% disaluran pencernaan, onset : perlahan-lahan.

 Puncak : 2-3 hari , max. efeknya 2 minggu.

 Durasi : 2-3 hari atau lebih.

 Distribusi : melalui placenta, didistribusikan melalui air susu.

 Metabolisme : di hati dan di ginjal.

 Eliminasi : Waktu paruh : 1,3 - 2,4 Jam parent kompound, 18 - 32 jam

dimetabolisme, 40 - 57% di ekskresikan didalam urin , 35 - 40% di dalam

empedu.

Efek samping :

(21)

 Endokrin: genekomastik, ketidakmampuan untuk mempertahankan ereksi , efek

endogenik (ketidakteraturan mens, hersutisme, suara dalam) , berubahnya para

tyroid, menurunnya glukose toleransi .

 GI:

Kram abdominal, nausea, muntah, anoreksia, diare.

 Kulit:

Makulopapular, erythematosus rash, urtikaria.

 Lain-lain:

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (hiperkalemia, hiponatremia),

peningkatan BUN, asidosis, agranulasitosis, SLE, hipertensi(post sympatectomi) ,

hiperurecemia, Gout.

Implikasi perawatan :

Pengelolaan :

 Berikan dengan makanan untuk mempertinggi absorbsi makanan.

 Haluskan tablet sebelum diberikan dengan cairan yang dipilih oleh pasien.

 Obat disimpan dalam tempat tertutup, dalam kemasan tahan cahaya, dalam bentuk

suspensi lebih tahan dalam waktu I bulan dibawah refrigeration.

Pengkajian dan efek obat :

(22)

 Serum elektrolit harus dimonitor, terutama selama permulaan terapi dan siapkan

bila ada tanda-tanda ketidak seimbangan elektrolit.

 Monitor intake dan output setiap hari dan cek adanya edema, laporkan kekurangan

respon diuretik atau perkembangan odem.

 Laporkan bila ada efek perubahan mental, letargi, stupor pada pasien dengan

penyakit hati.

 Reaksi yang merugikan, terjadi reversibel yang umum dengan tidak dilanjutkan

obat. Ginekomastik yang dihubungkan dengan dosis dan durasi terapi. Ini semua

dilakukan walaupun obat telah dihentikan.

Pendidikan pasien dan keluarga :

 Informasikan pada pasien dan keluarga efek obat deuretik yang maksimal

mungkin tidak terjadi sampai 3 hari pemberian terapi. Dan deuretik kontinue untuk

2-3 hari setelah obat dihentikan.

 Intruksikan pasien untuk melaporkan tanda dari hiponatremi, yang lebih sering

terjadi pada pasien dengan serosis berat.

 Umumnya pasien harus menghindarkan intake yang belebihan dari makanan yang

(23)

BAB III

TINJAUAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Tn. D Tgl. MRS : 30 - 9 - 2011 Umur : 73 tahun Diagnosa : TB paru Jenis kelamin : Laki-Laki

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Agama : Islam

Pekerjaan : Swasta/pedagang makanan Pendidikan : SLTA

Alamat : sukabumi

Alasan Dirawat : Batuk dan sesak nafas

Keluhan Utama : Klien mengatakan sesak napas

Upaya yang telah dilakukan : Telah diberikan bantuan oksigen 2l/menit . Terapi yang pernah dilakukan : minum obat OAT teratur

II. RIWAYAT KEPERAWATAN

Riwayat Penyakit Sebelumnya

Klien mempunyai TB paru sejak 5 tahun yang lalu, minum obat OAT secara teratur dan mempunyai penyakit kencing batu sejak tahun 1996.

Riwayat Penyakit Sekarang

Batuk darah sejak 1 hari s ebelum MRS, tanggal 30 - 8 - 2001 batuk darah kira-kira 5 sendok makan, sebelumnya batuk berdahak putih. Lama-lama penderita tidak sadar lalu di bawa ke rumah sakit.

Riwayat Kesehatan Keluarga

(24)

Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan sesak nafas sejak 1 minggu sampai masuk rumah sakit. Klien masuk RS dengan sesak terus-menerus, saat aktivitas, berjalan, bab sesak semakin berat. Apabila berbaring akan lebih nyaman, tidur dengan satu bantal. Saat sesak, tidak terbangun pada malam hari, nyeri ada positif, nyeri lebih berat pada sebelah kiri. Dahak keluar nyeri berkurang. Batuk kadang-kadang, terdapat sputum, warna putih. Keringat malam, penurunan berat badan dari 51 kg menjadi 45 kg dalam 3 minggu terakhir. Demam (-), batuk darah (-), riwayat TB Paru, putus obat sejak tahun 1997, penyakit di dapat dari tetangga. Mual & muntah tidak ada, bab normal, bak normal, riwayat merokok (+), berhenti sejak 1 tahun yang lalu.

Pemeriksaan Fisik

keadaan umum : Compos mentis

Tanda vital : TD. 100/80 mmHg, N. 120 x/mnt, S. 36, 80C, RR. 25 x/mnt Mata : Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterik

Hidung : Septum nasal tidak dehidrasi, konka tidak hiperemi

Tenggorok : Tonsil faring tidak hiperemi Gigi mulut : Oral hygiene cukup, lidah basah Leher : JVP. S-2 cmH2O, kaku kuduk negative

Dada : I: Pergerakkan dada mengembang saat inspirasi kurang sama kanan dan kiri.

P: Fremitus kanan dan kiri sama P: Sonor

A: Vesikular, ronkhi (+) kiri dan kanan, basah kasar, Wheezing (+) kanan dan kiri

Jantung : I: Ictus kordis tak terlihat P: Ictus di sela iga ke-4

P: Batas jantung kiri dan kanan normal

A: Bunyi jantung I & II normal, murmur (-), gallop (-), takhikardi (+) Perut : I: Datar

P: Hepar, liver (+) teraba, NT (-), lemas P: Tympani seluruh perut

A: Bising usus (+) normal Ekstremitas : Akral hangat, oedema (-) KGB : Tidak ada pembesaran Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Darah:

(25)

HCO3 : 18,6 Saturasi O2 : 99 % Na : 125 K : 5,0 Rontgen thorak:

 TB paru positif tipe advances

 Infiltrat sekunder belum dapat disingkirkan.

Terapi

Rifampisin : 1 x 450 mg INH : 1 x 300 mg Ethambutol : 2 x 500 mg Vitamin B.6 : 3 x 1 O2 : 2 liter/mnt Streptomisin : 3 x 250 mg Cefrioxone : 1 x 2 gr Dexamethason : 3 x 1 ampul Ranitidin : 2 x 1 ampul Inhalasi : Ventolin/4 jam

IVFD : I. D5W: 250 cc + Dopamin 12 tts/mnt mikrodrip II. NaCl 1 kolf/8 jam

Catatan Perkembangan Klien

24 Februari 2003 : Pemasangan WSD 25 Februari 2003 :

06.00 Wita:

Subjektif : Sesak minimal, nyeri pada lokasi WSD (+) Objektif : RR. 24 x/mnt

Paru sonor, vesikuler kiri & kanan, Ronchi +/-, Wheezing -/-. WSD : Produksi (-), undulasi (+), bubble (-)

Analisa medis : Pneumothorak sinistra Terapi : OBH 3 x 15 cc

Toradol 3 x 30 mg Cefriaxone 2 x 1 gr

Chest fisioterapi: konsul URM cito. 25 Februari 2003 (siang)

Sesak (+), kulit kuning

Tanda Vital : TD. 130/100 mmHg, P. 36 x/mnt, N. 120 x/mnt, S. 370C Perkusi : Sonor (+) kiri/kanan Ronchi

Vesikuler +/+ Wheezing -/-Terapi : Rifamisin 3 x 150 mg

Ethambutol 3 x 750 mg Streptomycin 3 x 750 mg BG 3 x 1 mg

TKTP 2300 kkal Laboratorium:

(26)

Rencana terapi pukul 06.00 wita diterapkan. 26 Februari 2003

Tanda Vital : TD. 130/100 mmHg, P. 36 x/mnt, N. 120 x/mnt, S. 370C

Perkusi : Sonor (+) kiri/kanan Ronchi +/+ Gallop (+) Vesikuler +/+ Wheezing +/+

Terapi : Rifamisin 3 x 150 mg Ethambutol 3 x 750 mg Streptomycin 3 x 750 mg BG 3 x 1 mg

TKTP 2300 kkal Laboratorium:

SGPT : 32 SGPT : 34 Albumin : 3,3 gr Bilirubin : 1,3 gr

Planning terapi : Lesicol 3 x 2 mg Toradol 3 x 30 mg OBH 3 x 15 mg Cefriaxone 2 x 1 gr WSD

Chest fisioterapi 6 Maret 2003

Tanda Vital : TD. 100/70 mmHg, P. 20 x/mnt, N. 100 x/mnt, S. 36,70C Perkusi : Sonor (+) kiri/kanan Ronchi -/- Vesikuler +/+ Wheezing -/-Sklera : Tidak ikterik

SGPT : 30 SGPT : 23 Albumin : 3,3 gr

Planning terapi : OBH 3 x 1 mg, Toradol 3 x 30 mg, Chest fisioterapi ANALISA DATA

N O

DATA MASALAH ETIOLOGI

1 19-01-2003

DO:

- RR. 25 x/mnt

- Ronchi +/+

- Riak +

DS:

- Klien mengeluh sesak

napas

- Klien mengatakan sering

batuk dan mengeluarkan dahak

Bersihan jalan nafas tak efektif

(27)

2 19-01-2003 DO:

Pneumothorak (+) RR 25 x/mnt Hasil AGD

DS:

- Klien mengeluh sesak

nafas Gangguan pertukaran gas Penurunan permukaan daerah efektif paru (pneumothorak) 3 19-01-2003 DO:

- BB menurun dalam

waktu 3 minggu (51 kg – 46 kg) - Asupan nutrisi (?)

- Turgor kulit (?)

- Albumin (?)

- Hb (?)

DS:

Klien mengatakan tidak nafsu makan (?)

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Anoreksia

4 25-02-2003

DO:

- WSD terpasang

disebelah kiri

- Undulasi (+)

- Bubble (-)

- Produksi (-)

- Nadi 120 x/mnt

- RR 36 x/mnt

DS:

Klien mengeluh nyeri pada daerah pemasangan WSD

Nyeri Efek pemasangan

WSD

5 25-02-2003

DO: Dispnea RR 36 x/mnt

Retraksi dinding dada (?)

Pola nafas tak efektif

(28)

AGD (?) Sianosis (?)

Nafas cepat, dangkal (?)

DS:

Klien mengeluh sesak nafas

7 25-02-2003

DO:

Leukosit 10.200

- Lokasi pemasangan

WSD, tanda-tanda infeksi (?)

- Suhu (?)

- Ronchi +/+

- Wheezing

+/-Infeksi sekunder Efek pemasangan

WSD

6 25-02-2003

DO:

Bilirubin direk 0,6 Bilirubin indirek 0,7 SGOT 32 SGPT 34 Kulit kuning Kerusakan fungsi hepar Efek pengobatan TB Paru DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekret yang kental,

lengket.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

permukaan daerah efektif paru (pneumothorak) 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia

4. Nyeri berhubungan dengan efek pemasangan WSD

5. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan

ekspansi paru, akumulasi udara

6. Infeksi sekunder berhubungan dengan efek pemasangan WSD

(29)

RENCANA KEPERAWATAN UTAMA

Diagnosa:

Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan sekret kental, lengket. Tujuan Umum:

Bersihan jalan nafas kembali efektif

Tujuan Khusus:

Dalam 4 – 6 jam bersihan jalan nafas kembali efektif Data objektif:

- RR 16 – 20 x/mnt

- Sekret keluar saat batuk

- Ronchi berkurang

Data subjektif:

- Klien mengatakan sesak nafasnya berkurang

Intervensi Rasional

1. Kaji fungsi pernafasan, contoh

bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan otot aksesori

2. Catat kemampuan untuk

mengeluarkan mukosa/batuk efektif; catat karakter, jumlah sputum,

adanya hemoptisis.

3. Berikan posisi semi atau fowler

tinggi. Bantu klien untuk batuk dan latihan napas dalam.

1. Penurunan bunyi napas dapat

menunjukkan atelektasis. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernapasan dan peningkatan kerja pernapasan.

2. Pengeluaran sulit, bila sekret sangat

tebal (mis. Efek infeksi dan/atau tidak adekuat hidrasi). Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kavitas) paru atau luka bronkial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.

3. Posisi membantu memaksimalkan

ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi

(30)

4. Bersihkan sekret dan mulut dan

trakea; penghisapan sesuai keperluan.

5. Pertahankan masukan cairan

sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.

6. Lembabkan udara/oksigen inspirasi.

7. Beri obat-obatan sesuai indikasi:

Agen mukolitik, contoh asetilsistein (mucomyst).

Bronkodilator, contoh okstrifillin (Choledyl); teofilin (Theo-Dur).

Kortikosteroid (Prednison)

8. Bersiap untuk /membantu intubasi

darurat.

kedalam jalan napas besar untuk dikeluarkan.

4. Mencegah obstruksi /aspirasi.

Penghisapan dapat diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan sekret.

5. Pemasukkan tinggi cairan membanu

untuk mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikeluarkan.

6. Mencegah pengeringan membrane

mukosa; membantu pengenceran sekret.

7. Indikasi:

Agen mukolitik menurunkan

kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan

pembersihan.

Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial, sehingga menurunkan tahana terhadap aliran udara.

Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila respon inflamasi mengancam hidup.

8. Intubasi diperlukan pada kasus

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Arthur C. Guyton and John E. Hal. (1997). Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9.

EGC. Jakarta.

Brunner & Suddarth. (1996). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 6.

EGC. Jakarta

Marylin E. Doengoes. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Edisi

3. EGC. Jakarta.

Slyvia & Lorainne. (1992). Patofisiologi; konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi

Referensi

Dokumen terkait

perencanaan sampling tunggal n = 100 menawarkan pada konsumen perlindungan yang sama, maka dalam semua keadaan yang suatu kotak. diterima atau ditolak pada sampel pertama,

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa upaya yang telah dilakukan mahasiswa prodi pendidikan biologi untuk mengatasi kesulitan belajar adalah dengan membagi waktu

|jejakseribupena.com, Soal dan Solusi Simak UI Matematika Dasar, 2012 20.. Pernyataan yang benar hanya pernyataan

Apakah anda memakai alat pelindung kaki dalam keadaan bersih setiap saat bekerja:.. Apakah anda membersihkan alat pelindung kaki anda ketika sudah

P"#$K yang terkena Aorce (aeure waib memberitahukan adanya peristiwa Aorce (aeure tersebut kepada P"#$K yang lain secara tertulis paling lambat @

Kelebihannya adalah untuk menyampaikan pengantar atau informasi yang baru, gunakan anak bila anak sudah mendapatkan motivasi, tepat untuk kelas besar dan untuk menekankan

Bagi penyakit LKT, kematian ranting, apapun penyebabnya, merupakan awal suatu proses (baca: luka mekanis). Selanjutnya datanglah berbagai mikroba secara suksesi antara lain

Untuk memenuhi keinginan ini, penulis akan meminta mahasiswa untuk berbicara dalam bahasa Inggris pada kegiatan membaca ‘sebelum,’ ‘sedang,’ dan ‘setelah.’ Oleh karena