PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA
MENGGUNAKAN FABEL AESOP PADA KELAS II.1 DI SD
BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Wismaya Putri Mas Mahardhika NIM: 131134155
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA
MENGGUNAKAN FABEL AESOP PADA KELAS II.1 DI SD
BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Wismaya Putri Mas Mahardhika NIM: 131134155
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkatNya dan rancanganNya, penulis dapat menyelesaikan kuliah S1 dengan baik.
Tulisan ini kupersembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, juru selamat dan sahabat sejati.
2. Kedua orangtuaku, Bapak Sudiyono dan Ibu Turistinah yang selama kuliah selalu mendukung dalam segala hal, selalu mendoakan dan memberikan motivasi.
3. Keluarga besar Cip-Sukintur yang selalu memberikan dukungan dan doa. 4. Sahabat-sahabatku, seluruh teman dan juga orang yang terlibat dalam
melakukan penelitian.
v
MOTTO
Berserulah kepadaku maka Aku akan menjawab engkau dan akan
memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kuketahui.
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 Juli 2017 Peneliti,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Wismaya Putri Mas Mahardhika
Nomor Mahasiswa : 131134155
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN FABEL AESOP PADA KELAS II.1 DI SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian Pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 11 Juli 2017
Yang Menyatakan
viii
ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA
MENGGUNAKAN FABEL AESOP PADA KELAS II.1 DI SD BOPKRI GONDOLAYU YOGYAKARTA
Wismaya Putri Mas Mahardhika Universitas Sanata Dharma
2017
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar IPA pada siswa kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA menggunakan fabel Aesop pada siswa kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian ini adalah 32 siswa kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017. Objek penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar IPA. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, lembar kuesioner dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif-kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penggunaan fabel Aesop dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA siswa kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017 dapat dilakukan dengan cara memadukan kegiatan belajar mengajar dengan modifikasi cerita fabel. (2) penggunaan fabel Aesop dapat meningkatan hasil belajar IPA siswa kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017, peningkatan rata-rata nilai dari kondisi awal 72,8 meningkat menjadi 81,9. Persentase siswa yang lulus KKM kondisi awal 37,5% meningkat menjadi 81,2%. (3) penggunaan fabel Aesop dapat meningkatan motivasi belajar IPA siswa kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017, dari kondisi awal 44,8 meningkat menjadi 82,5. Persentase siswa yang memiliki motivasi dari kondisi awal 31,2 % meningkat menjadi 84,4%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah fabel Aesop dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA pada siswa kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu.
ix ABSTRACT
IMPROVING MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT SCIENCE USING AESOP’S FABLES FOR CLASS II.1 OF SD GONDOLAYU
YOGYAKARTA
Wismaya Putri Mas Mahardhika
Sanata Dharma University
2017
The background of this study was the student’s low motivation and learning achievement of science in class II.1 BOPKRI Gondolayu Elementary School. This research was aimed to improve the motivation and learning achievement in science using Aesop’s fables in class II.1 BOPKRI Gondolayu Elementary School.
The type of this research was Classroom Action Research. The subjects of this study were 32 students class II.1 BOPKRI Gondolayu Elementary School Academic Year 2016/2017. The objects of this research were the motivation and learning achievement in science. The instruments used in this research were observation sheets, questionnaire and test. The analysis techniques used was descriptive qualitative-quantitative.
The research results showed that (1) the use of Aesop’s fable in increasing motivation and learning achievement in Science in class II.1 BOPKRI Gondolayu Elementary School Academic Year 2016/2017 was done by integrating teaching-learning activity with modifying fable stories. The percentage of motiveted student increased from the early condition of 31.2% to 84.4%. (2) the use of Aesop’s fables could increase student’s learning achievement in science in class II. BOPKRI Gondolayu Elementary School Academic Year 2016/2017, from the early condition 72.8 to 81.9. The percentage of students who passed the initial 37.5% KKM condition increased to 81.2%. (3) the use of Aeso’s fables could increase the students' learning motivation in learning science in class II.1 BOPKRI Gondolayu Elementary School Academic Year 2016/2017, from the early condition of 44.8 to 82.5. The conclusion from the research was Aesop’s fables could incrase motivation and student’s learning achievement in science in students from class II.1 BOPKRI Gondolayu Elementary School.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan berkat dan Kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu. Skripsi yang berjudul “PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN FABEL
AESOP PADA KELAS II.1 DI SD BOPKRI GONDOLAYU
YOGYAKARTA” disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Chistiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Wahyu Wido Sari, M.Biotech. selaku dosen pembimbing I yang
membimbing, memberi masukan dengan penuh kesabaran dan selalu memberikan motivasi.
5. Theresia Yunia Setyawan, S. Pd, M.Hum. selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing, memberi banyak masukan dan mendukung dengan sabar. 6. Ester Markis Sarwo Rini, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD BOPKRI
Gondolayu Yogyakarta yang telah memberikan ijin melakukan penelitian. 7. Dwiana Shinta Dhevy, S.Pd selaku guru kelas II.1 atau mitra penelitian yang
telah membantu pelaksanaan penelitian, sehingga penelitian berjalan dengan lancar.
8. Siswa kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta tahun ajaran 2016/2017 yang bersedia terlibat dalam penelitian.
xi
10. Kedua orangtua, Sudiyono dan Turistinah yang sabar, selalu mendoakan membantu dalam bentuk materi dan memberikan kasih sayang.
11. Kakak terkasih Chrismoyo Prasetyo Sumajar yang selalu mendukung dan membantu dalam bentuk materi dan kasih sayang.
12. Keluarga terkasih Cip-Sukintur yang selalu memberikan dukungan.
13. Ria Perwita Sari, Yesia Rahasti P, Tamariskha Eka Wardana dan Erwindha Mahanani sahabatku yang selalu mendukung dan menemani di setiap suka dan duka.
14. Teman-teman persekutuan GKJ Susukan dan adik-adik Sekolah Minggu sebagai semangat penulis dalam menyelesaikan skripsi.
15. Sahabatku penelitian kolaboratif, Alfa, Erwindha, Ria dan Dana yang telah memberikan bantuan selama melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi.
16. Teman-teman PPL SD BOPKRI Gondolayu Danang, Ongko, Ria dan Windha yang sudah membantu dalam proses penelitian dan memberikan suport. 17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis. Segala kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan para pembaca.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv
HALAMAN MOTTO ...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERNTINGAN AKADEMIS ...vii
ABSTRAK ...viii
ABSTRACT ...ix
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI ...xii
DAFTAR TABEL ...xv
DAFTAR GAMBAR ...xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1
B. Batasan Masalah ...7
C. Rumusan Masalah ...8
D. Tujuan Penelitian ...8
E. Manfaat Penelitian ...8
F. Definisi Operasional ...9
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ...11
1. Teori Perkembangan Kognitif Anak ...11
2. Motivasi Belajar...12
3. Hasil Belajar ...19
4. Dongeng ...21
5. Dongeng Fabel Aesop...24
6. Ilmu Pengetahuan Alam ...25
7. IPA di Sekolah Dasar...25
B. Penelitian-penelitian yang Relevan ...27
xiii
D. Hipotesis Tindakan ...33
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...34
B. Setting Penelitian ...37
1. Tempat Penelitian ...37
2. Waktu Penelitian ...37
3. Subjek Penelitian ...37
4. Objek Penelitian...37
C. Persiapan ...38
D. Rencana Tindakan Setiap Siklus ...39
a. Siklus 1...39
b. Siklus 2...41
E. Indikator dan Pengukuran Keberhasilan ...43
F. Teknik Pengumpulan Data ...45
1. Non Tes ...45
2. Tes...47
G. Instrumen Penelitian ...48
1. Instrumen Observasi ...49
2. Instrumen Wawancara ...50
3. Instrumen Kuesioner ...53
4. Dokumentasi ...55
5. Tes...55
H. Teknik Pengujian Instrumen ...56
1. Validitas Instrumen ...57
2. Reliabilitas Instrumen ...68
3. Indeks Kesukaran Soal ...70
I. Teknik Analisis Data ...71
1. Analisis Data Motivasi ...72
2. Analisis Data Hasil Belajar ...73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Proses Penelitian Tindakan Kelas ...75
a. Prasiklus ...75
b. Siklus 1 ...76
c. Siklus 2 ...84
2. Motivasi Belajar...93
3. Hasil Belajar ...101
xiv
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...117
B. Keterbatasan Penelitian ...118
C. Saran ...118
DAFTAR PUSTAKA ...120
LAMPIRAN ...122
xv
DAFTAR TABEL
3.1 Indikator Keberhasilan ... 43
3.2 Instrumen Penelitian ... 48
3.3 Rubrik Observasi Motivasi... 49
3.4 Pedoman Wawancara Guru Kelas ... 51
3.5 Sebaran Pertanyaan Wawancara ... 52
3.6 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi ... 53
3.7 Sebaran Item Kuesioner ... 54
3.8 Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda Siklus 1 ... 56
3.9 Kisi-Kisi Soal Pilihan Ganda Siklus 2 ... 56
3.10Klasifikasi Validasi Perangkat Pembelajaran... 59
3.11Hasil Validasi Silabus dan RPP Siklus 1 ... 59
3.12 Hasil Validasi Silabus dan RPP Siklus 2 ... 60
3.13Hasil Validasi Soal Evaluasi Siklus 1 dan 2... 61
3.14Hasil Validasi Instrumen Penelitian ... 62
3.15Perbandingan r Hitung dan r Tabel Siklus 1 ... 66
3.16Perbandingan r Hitung dan r Tabel Siklus 2 ... 67
3.17Kriteria Koefisien Reliabilitas ... 69
3.18Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi ... 69
3.19Kategori Indeks Kesukaran Soal ... 70
3.20Indeks Kesukaran Soal Evaluasi Siklus 1 dan 2... 71
3.21Pedoman Interpretasi Moivasi Belajar Siswa ... 72
4.1 Ketercapaian Siklus 1 ... 83
4.2 Ketercapaian Siklus 2 ... 92
4.3 Data Awal Motivasi Belajar Siswa ... 94
4.4 Hasil Rata-Rata Skor Data Awal Tiap Indikator ... 95
4.5 Hasil Kuesioner Motivasi Siklus 1 ... 96
4.6 Hasil Rata-Rata Skor Tiap Indikator ... 97
4.7 Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siklus 2 ... 97
4.8 Hasil Rata-Rata Skor Tiap Indikator ... 99
4.9 Perbandingan Motivasi Belajar Siswa ... 99
4.10Pencapaian Motivasi Belajar ... 100
4.11Data Nilai Hasil Belajar Siswa pada Kondisi Awak ... 101
4.12Hasil Belajar Siswa Siklus 1 ... 102
4.13Hasil Belajar Siswa Siklus 2 ... 104
xvi
DAFTAR GAMBAR
2.1 Bagan Penelitian yang Relevan ... 30
2.1 Kerangka Berpikir ... 32
3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemis dan Mc Taggart ... 35
4.1 Grafik Capaian Peningkatan Motivasi Siswa ... 108
4.2 Grafik Ketecapaian Motivasi Belajar Siswa Tiap Indikator ... 110
4.3 Grafik Capaian Hasil Belajar Siswa ... 111
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 123
Lampiran 1.2 Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian ... 125
Lampiran 1.3 Nilai Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal ... 127
Lampiran 1.4 Hasil Wawancara dengan Guru ... 129
Lampiran 1.5 Validasi Desain Observasi ... 132
Lampiran 1.6 Lembar Observasi Siswa Kondisi Awal ... 136
Lampiran 1.7 Hasil Observasi Kondisi Awal ... 138
Lampiran 1.8 Validasi Desain Kuesioner ... 141
Lampiran 1.9 Lembar Kuseioner Siswa ... 145
Lampiran 1.10 Validasi Perangkat Pembelajaran ... 147
Lampiran 1.11 Silabus Siklus 1 dan Siklus 2 ... 175
Lampiran 1.12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 1 ... 198
Lampiran 1.13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 2 ... 229
Lampiran 1.14 Hasil LKS Siklus 1 ... 265
Lampiran 1.15 Hasil LKS Siklus 2 ... 271
Lampiran 1.16 Soal Evaluasi Siklus 1 dan Siklus 2... 277
Lampiran 1.17 Hasil Soal Evaluasi Siklus 1 ... 291
Lampiran 1.18 Hasil Soal Evaluasi Siklus 2 ... 295
Lampiran 1.19 Hasil Kuesioner Siklus 1 ... 302
Lampiran 1.20 Contoh Kuesioner Hasil Pekerjaan Siswa Siklus 1 ... 305
Lampiran 1.21 Hasil Kuesioner Siklus 2 ... 308
Lampiran 1.22 Contoh Kuesioner Hasil Pekerjaan Siswa Siklus 2 ... 311
Lampiran 1.23 Tabulasi Data Soal Uji Coba Siklus 1 ... 314
Lampiran 1.24 Tabulasi Data Soal Uji Coba Siklus 2 ... 317
Lampiran 1.25 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas Siklus 1 ... 320
Lampiran 1.26 Hasil Analisis SPSS Uji Validitas Siklus 2 ... 326
Lampiran 1.27 Hasil Analisis Uji Reliabilitas Siklus 1 dan Siklus 2 ... 333
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang semakin modern, setiap orang dituntut untuk memiliki keterampilan dan pendidikan yang tinggi. Peningkatan keterampilan dan pendidikan menjadi syarat utama pertumbuhan pembangunan yang baik untuk
memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Pendidikan memiliki peran penting bagi pribadi manusia, menurut UU RI no. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 (1) yaitu
usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri
sebaik mungkin dengan lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan sehingga berfungsi sesuai kompetensinya
dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat
dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah. Usaha sadar tersebut dilakukan dalam bentuk pembelajaran di mana ada pendidik yang melayani para siswanya
Pendidikan yang baik dapat tercermin dari proses pembelajaran yang dapat
membantu mengembangkan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh siswa dari tahap yang paling rendah sampai pada tahap yang paling tinggi, antara lain
mengingat, memahami, menganalisis, mengaplikasi, mengevaluasi, dan mencipta, sehingga kemampuan kognitif yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang secara menyeluruh. Dalam menyajikan materi harus menarik minat peserta didik
sehingga mereka senang terlibat dalam proses pembelajaran.
Salah satu mata pelajaran yang dipelajari di Sekolah Dasar adalah Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat melatih anak untuk berpikir kritis dan objektif, untuk itu IPA dianggap penting
untuk diajarkan di Sekolah Dasar. Meskipun IPA memiliki konteks yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, namun apabila dalam penyampaiannya guru hanya menggunakan penjelasan verbal konvensional yang dapat menyebabkan
materi tidak tersampaikan kepada peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dibutuhkan metode yang tepat/bervariasi dalam memberdayakan kompetensinya. Piaget (dalam Samatowa, 2011: 5)
mengatakan bahwa pengalaman langsung memegang peranan penting sebagai pendorong perkembangan kognitif. Piaget (dalam Trianto, 2007: 15)
lebih adalah tahap operasi formal, ciri perkembangannya abstrak, murni simbolis,
deduktif, induktif dan logis. Selain itu, dalam melaksanakan proses pembelajaran harus diperhatikan karakteristik peserta didik yang mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SD BOPKRI Gondolayu pembelajaran IPA pada kelas II.1 menunjukkan bahwa pemahaman siswa atas materi yang diajarkan belum maksimal. Kriteria Ketuntasan Minimal
siswa (KKM) yang ditentukan sekolah adalah 75. Dalam menentukan KKM guru mengikuti aturan sekolah menggunakan 3 hal pertimbangan meliputi tingkat
kesulitan materi (kompleksitas), kemampuan siswa (intake) dan daya dukung. Peneliti menggunakan hasil dokumentasi nilai ulangan dan nilai UTS tahun ajaran
2016/2017. Hasil dokumentasi aspek kognitif menunjukkan bahwa nilai ulangan dari 33 siswa terdapat 22 siswa yang sudah mencapai KKM dan terdapat 10 siswa yang belum mencapai KKM. Nilai rata-rata keseluruhan niai ulangan siswa adalah
72,9. Sedangkan nilai UTS semester gasal menunjukkan bahwa nilai UTS dari 33 siswa terdapat 12 siswa sudah mencapai KKM yang ditentukan dan ada 21 siswa belum mencapai KKM yang ditentukan. Nilai rata-rata keseluruhan niai UTS
siswa adalah 75,1. Hasil dokumentasi tersebut menunjukkan bahwa pencapaian KKM dan rata-rata kelas pada mata pelajaran IPA kelas II.1 di SD BOPKRI
Gondolayu masih belum optimal.
Informasi mengenai permasalahan pada mata pelajaran IPA dalam kegiatan pembelajaran di SD BOPKRI Gondolayu diperoleh dari kegiatan wawancara yang
dilakukan pada guru kelas pada tanggal 18 September 2016. Guru menjelaskan bahwa nilai kelas II.1 dalam mata pelajaran IPA tergolong sedang, namun cukup
mengatakan bahwa motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran IPA belum
optimal. Guru menambahkan bahwa kegiatan pembelajaran IPA hanya dilakukan dengan menjelaskan tanpa memberi contoh berupa gambar atau benda konkret
siswa terkadang sulit untuk memahami materi yang guru sampaikan. Hasil wawancara tersebut memberikan informasi bahwa motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA belum optimal.
Peneliti juga melakukan observasi kegiatan pembelajaran IPA untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku siswa pada saat mengikuti
pembelajaran IPA di kelas. Observasi dilakukan di kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu dilakukan pada tanggal 18 September 2016. Observasi dimulai
sebelum berlangsungnya kegiatan pembelajaran hingga berakhirnya kegiatan pembelajaran IPA. Hasil observasi menunjukkan bahwa motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran IPA belum optimal. Hal ini terbukti pada saat memulai
pembelajaran masih ada beberapa siswa yang belum menyiapkan alat tulisnya. Ada beberapa anak yang melamun, tidak memandang guru, berbicara dengan teman, bermain tempat pensil, berjalan-jalan dan melakukan hal lain yang tidak
berhubungan dengan materi belajar pada saat itu. Dilihat dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
IPA di kelas II.1 belum optimal.
Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar. Dengan adanya belajar akan terjadi perkembangan dan mental siswa. Belajar
diartikan sebagai suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada
pada individu yang belajar. Sudjana (dalam Jihad & Abdul, 2013: 2) menyatakan bahwa seorang individu belajar dipengaruhi dari dorongan sendiri atau dorongan
lingkungan sekitar. Kompri (2015: 231) menjelaskan bahwa dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi harapan atau pencapaian tujuan.
Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut adalah motivasi. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan
tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun
dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari dalam diri peserta didik tanpa ada paksaan dari dorongan orang lain. Kedua motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul
sebagai akibat pengaruh dari luar peserta didik (Kompri 2015: 3). Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling berhubungan dan mempengaruhi, motivasi sangat menentukan tingkat berhasil atau gagalnya belajar siswa. Ketika motivasi
belajar rendah, pelaksanaan kegiatan belajar juga tidak akan efektif. Usaha untuk memberikan motivasi kepada siswa adalah dengan menciptakan situasi dan
kondisi yang membuat anak tertarik terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru. Motivasi mendorong meningkatnya semangat dan ketekunan dalam belajar. Indikator seseorang memiliki motivasi belajar adalah ketika mempunyai hasrat
dan keinginan berhasil, ada dorongan dan kebutuhan belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam pembelajaran, kegiatan menarik,
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan peneliti
berasumsi bahwa rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu dikarenakan karena metode dan media
pengajaran yang digunakan guru kurang variatif dan inovatif. Oleh karena itu, peneliti akan menerapkan sebuah tindakan dengan menggunakan media pembelajaran fabel Aesop yang dimodifikasi pada pembelajaran IPA dengan cara
penyampaian yang unik dan menarik, diharapkan media ini dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA kelas II di SD
BOPKRI Gondolayu.
Fabel merupakan hasil temuan seorang Yunani yang bernama Aesop pada
abad ke-6 SM, fabel kuno tersebut dikenal sebagai fabel Aesop. Fabel Aesop menokohkan binatang yang dapat berbicara dan bertingkah laku seperti manusia (Putera, 2015:38, 42-43). Binatang hadir sebagai personifikasi manusia, baik
yang menyangkut penokohan lengkap dengan karakternya maupun persoalan hidup yang diungkapkannya (Nurgiantoro, 2016: 190). Binatang adalah makhluk hidup yang sering dijumpai anak dalam kehidupannya sehari-hari sehingga
melalui fabel atau cerita binatang anak-anak dengan mudah memahami cerita yang disampaikan. Media fabel Aesop ini disampaikan dengan menggunakan
dongeng di mana guru bercerita secara lisan. Mendongeng memiliki manfaat bagi perkembangan anak menurut Agus (2009: 53-57) yaitu, mengembangkan daya imajinasi, kreativitas, dan kemampuan berpikir abstrak anak, menjalin interaksi
yang akrab antara anak dan orang tua/guru, melatih kecerdasan emosi dan kepekaan sosial, meningkatkan serta menunjang perkembangan moral dan
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, peneliti ingin
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa menggunakan media baru dalam pembelajaran IPA. Peneliti menggunakan metode ceramah yang digabungakan
dengan eksperimen yang dikemas dalam bentuk dongeng fabel Aesop sebagai media pembelajaran IPA kelas II. Untuk itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Fabel Aesop pada Kelas II.1 di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta”.
B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi oleh beberapa hal sebagai berikut.
1. Hal yang akan ditingkatkan adalah motivasi dan hasil belajar IPA kelas II.1 tahun ajaran 2016/2017 di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta.
2. Mata pelajaran yang akan diteliti adalah IPA pada kelas II.1 tahun ajaran 2016/2017 di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta dengan Standar
Kompetensi 2. mengenal berbagai bentuk benda dan kegunaannya serta perubahan wujud yang dapat dialaminya. Kompetensi Dasar 2.1 mengidentifikasi ciri-ciri benda padat dan cair yang ada di lingkungan sekitar,
2.2 menunjukkan perubahan bentuk dan wujud benda (plastisin/tanah liat/adonan tepung)akibat dari kondisi tertentu, dan 2.3 mengidentifikasi
benda-benda yang dikenal dan kegunaannya melalui pengamatan.
3. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu
C. Rumusan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan, sebagai berikut :
1. Bagaimana penggunaan fabel Aesop dalam meningkatan motivasi dan hasil
belajar IPA pada kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017? 2. Apakah penggunaan fabel Aesop dapat meningkatkan motivasi belajar IPA
pada siswa kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017?
3. Apakah penggunaan fabel Aesop dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian, sebagai
berikut :
1. Menjelaskan penggunaan fabel Aesop dalam meningkatan motivasi dan hasil belajar IPA pada kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017.
2. Meningkatkan motivasi belajar siswa menggunakan fabel Aesop pada mata pelajaran IPA kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017. 3. Meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan fabel Aesop pada mata
pelajaran IPA kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut.
1. Bagi Peneliti
Proses penelitian ini memberikan pengalaman langsung dalam membuat Penelitian Tindakan Kelas dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar
2. Bagi Guru
a. Guru dapat menerapkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran fabel Aesop untuk meningkatkan motivasi dan hasil
belajar siswa.
b. Guru dapat membuka pengetahuan lebih luas pembelajaran yang menarik.
3. Bagi Siswa
a. Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi belajar IPA pada siswa
melalui media pembelajaran fabel Aesop.
b. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran
IPA melalui media pembelajaran fabel Aesop. 4. Bagi Sekolah
a. Hasil penelitian dapat diterapkan untuk sumber refrensi bagaimana
meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA dengan menggunakan media pembelajaran fabel Aesop.
b. Sekolah dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di sekolah.
F. Definisi Operasional
1. Motivasi adalah dorongan mental baik yang bersumber dari dalam diri
individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik) yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu.
3. Fabel Aesop adalah cerita yang ditemukan oleh budak Yunani bernama
Aesop, yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita, seolah-olah binatang adalah manusia baik penokohan lengkap dengan karakter
maupun persoalan hidup yang diungkapkan.
4. IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam semesta dengan segala isinya, yang bersifat bersifat analisis,
lengkap, cermat, serta menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain yang membentuk perspektif baru terhadap objek yang
diamati.
5. Karakteristik siswa Sekolah Dasar kelas 2 adalah siswa yang memasuki
11 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Teori Perkembangan Kognitif Anak
Piaget mengungkapkan, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat
perkembangan kognitif (Al-Tabany, 2014: 30). Ada empat tingkat perkembangan kognitif (Hosnan, 2016: 146) yaitu pertama tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun)
terjadi pada waktu bayi lahir sampai sekitar umur 2 tahun. Bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengordinasian
pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik. Kedua tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), terjadi pada waktu anak berusia 2 tahun sampai usia
7 tahun. Pada tahap ini anak mulai mempresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan
tindakan fisik. Ketiga tahap operasional konkret (usia 7-11 tahun), terjadi pada usia 7 tahun sampai 11 tahun. Pada usia ini anak akan dapat berpikir secara logis
mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda. Keempat tahap operasi formal (usia 11-dewasa), terjadi pada usia 11 tahun hingga usia dewasa. Pada tahap ini anak sudah
Proses belajar yang dialami oleh seorang anak memiliki tahapan yang
berbeda sesuai tahap usianya. Semakin tinggi tingkat kognitif anak maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya (Siregar dan Nara, 2011: 33).
Oleh karena itu seorang guru harus memahami tahap-tahap perkembangan anak didiknya. Sehingga materi dan media pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan yang dilalui anak didiknya.
Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa anak kelas II Sekolah Dasar termasuk ke dalam tahap operasional konkret di mana anak dapat berpikir
logis mengenai hal-hal konkret dan mengelompokkan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu. Menurut Winkles (dalam Siregar, 2010: 49) menjelaskan bahwa motivasi adalah penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan Kompri (2015: 3) berpendapat bahwa motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat
menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi
intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Motivasi instrinsik, yaitu motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari dalam diri peserta didik tanpa ada paksaan dari dorongan orang lain. Kedua motivasi ekstrinsik, yaitu
dapat timbul karena ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain (pendidik)
sehingga dengan keadaan tersebut peserta didik mau melakukan sesuatu (Rahman & Amri, 2014: 216).
Berdasaran pendapat dari para ahli di atas, peneliti menyimpulkan motivasi adalah dorongan mental baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri
(motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik) yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku belajar individu.
b. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada
pada individu yang belajar, Sudjana (dalam Jihad & Abdul, 2013: 2). Belajar bisa dilakukan dengan mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu pada dirinya sendiri, mendengar dan mengikuti aturan Spears dalam (Siregar & Hartini, 2010:
4). Belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar yang dilakukan merupakan bagian
dari hidup, berlangsung seumur hidup, kapan saja, dan di mana saja dalam waktu yang tidak ditentukan sebelumnya (Hamalik, 2014: 154).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada
individu melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman.
c. Indikator Motivasi Belajar
Kemampuan seorang guru merupakan faktor penting dalam mempengaruhi motivasi belajar. Terdapat 6 indikator motivasi belajar yang diungkapkan oleh Uno (2008: 23) yaitu, adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dan
adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Sedangkan pendapat yang lain dari Kompri (2015: 247) yang mengemukakan ada sejumlah indikator untuk mengetahui siswa yang memiliki motivasi dalam proses pembelajaran di antaranya yaitu, memiliki gairah yang
tinggi, penuh semangat, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi , mampu “jalan sendiri” ketika guru meminta siswa mengerjakan sesuatu, memiliki rasa percaya
diri, memiliki daya konsentrasi yang lebih tinggi, kesulitan dianggap sebagai
tantangan yang harus diatasi dan memiliki kesabaran dan daya juang yang tinggi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan lima indikator motivasi belajar
menurut teori Uno (2008: 23) dan satu indikator dari Kompri (2015: 247). Peneliti memilih untuk menggabungkan dua pendapat ini karena indikator yang ada pada Uno dapat diperkuat dengan indikator yang dikemukakan oleh Kompri. Peneliti
memilih indikator yang paling spesifik dan tidak menggunakan indikator-indikator dari kedua pendapat yang memiliki arti yang kurang lebih sama. Ada
memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar, siswa memiliki semangat selama
pembelajaran, siswa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, adanya penghargaan dalam pembelajaran dan adanya lingkungan belajar yang kondusif.
d. Peran Motivasi dalam Belajar
Secara umum ada dua peranan penting motivasi dalam belajar yaitu yang pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan
gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan
belajar (Siregar & Hartini, 2010: 51).
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Siswa akan giat belajar jika ia mempunyai motivasi untuk belajar (Kompri, 2015: 231).
Motivasi sangat menentukan tingkat berhasil atau gagalnya belajar siswa, belajar tanpa adanya motivasi akan sulit untuk berhasil, Hamalik (dalam Kompri, 2015: 231). Sebab, seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar, tidak akan
mungkin melakukan aktivitas belajar. Peran motivasi dalam belajar tidak hanya memberikan arah kegiatan belajar secara benar, lebih dari itu dengan motivasi
seseorang akan mendapat pertimbangan-pertimbangan positif dalam kegiatannya termasuk kegiatan belajar (Kompri, 2015: 233). Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam belajar yaitu motivasi memberikan semangat seorang pelajar
Mardianto (dalam Kompri, 2015: 233) dan motivasi memberikan petunjuk pada
tingkah laku.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi memiliki peran yang sangat penting dalam belajar yaitu sebagai daya penggerak psikis, memberikan gairah, semangat dan rasa senang bagi siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
e. Cara Memotivasi Siswa Belajar
Motivasi belajar penting dalam proses belajar siswa, karena berfungsi untuk
mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar. Ada beberapa prinsip belajar dan motivasi, supaya mendapat perhatian dari pihak perencanaan
pengajaran khususnya dalam rangka merencanakan kegiatan belajar mengajar (Hamalik, 2014: 156-161). 1) Kebemaknaan, siswa akan suka dan termotivasi belajar apabila hal-hal yang dipelajari mengandung makna tertentu baginya.
Caranya ialah dengan mengaitkan pelajarannya dengan masa lampau siswa, tujuan-tujuan masa mendatang dan minat serta nilai-nilai yang berarti bagi mereka; 2) Modeling, siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila
disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa jika guru mengajarkannya dalam bentuk tingkah laku model bukan dengan
hanya menceramahkan/menceritakan secara lisan; 3) Komunikasi terbuka, siswa lebih suka belajar bila penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk
melaksanakan komunikasi terbuka yaitu, mengemukakan tujuan yang hendak dicapai kepada para siswa agar mendapat perhatian mereka, menunjukkan
diperbincangkan dan menjelaskan pelajaran secara nyata, diusahakan
menggunakan media instruksional sehingga lebih menjelaskan masalah yang sedang dibahas; 4) Latihan atau praktek yang aktif dan bermanfaat, untuk
mengaktifkan siswa mempraktekkan hal-hal yang sedang dipelajarinya, guru dapat menggunakan macam-macam metode, seperti tanya jawab dan mengecek jawaban rekan-rekannya dan dilanjutkan dengan diskusi, melaksanakan simulasi,
dan melaksanakan metode tutorial; 5) Kondisi yang menyenangkan, siswa lebih senang melanjutkan belajarnya jika kondisi pengajaran menyenangkan. Maka
guru dapat dilakukan dengan cara mengusahakan jangan mengulangi hal-hal yang telah mereka ketahui, karena menyebabkan kejenuhan, suasana kelas jangan
sampai membosankan, menghindarkan terjadinya frustasi dikarenakan situasi kelas tak menentu atau mengajukan permintaan yang tidak masuk akal dan menghindari suasana kelas yang bersifat emosional sebagai akibat adanya kontak
personal.
Selain prinsip-prinsip di atas ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi peserta didik menurut Fathurohman (dalam Rahman & Amri, 2014:
217-218), yaitu menjelaskan tujuan belajar peserta didik, memberikan hadiah kepada peserta didik para peserta didik yang berprestasi, guru mengadakan persaingan di
antara peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya, memberikan pujian, atau penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi, memberikan hukuman
agar peserta didik tersebut mau mengubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya, membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar,
yang baik dengan disiplin yang terarah sehingga peserta didik dapat belajar
dengan suasana yang kondusif, membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun komunal (kelompok), menggunakan metode yang
bervariasi dan menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
ada beberapa cara agar siswa memiliki motivasi dalam belajar yaitu dengan memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang
bermakna dapat dilakukan dengan menggunakan macam-macam media dan metode pembelajaran agar tercipta kondisi kelas yang menyenangkan, selain itu guru harus menanamkan kebiasaan belajar yang baik, pemberian pujian atau
hadiah bagi siswa yang berprestasi juga akan memberikan makna bagi siswa, serta guru juga harus membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Jika hal-hal di
atas dapat dilakukan oleh guru tentu siswa akan termotivasi untuk belajar.
Motivasi belajar merupakan dorongan mental baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu
(motivasi ekstrinsik) yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku belajar individu. Ada enam indikator motivasi
yaitu siswa memiliki keinginan untuk belajar, siswa memiliki dorongan dan kebutuhan dalam belajar, siswa memiliki semangat selama pembelajaran, siswa
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, adanya penghargaan dalam pembelajaran dan adanya lingkungan belajar yang kondusif. Motivasi memiliki peran yang sangat penting dalam belajar yaitu sebagai daya penggerak psikis, memberikan
Cara agar siswa memiliki motivasi dalam belajar yaitu dengan memberikan
pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang bermakna dapat dilakukan dengan menggunakan macam-macam media dan metode pembelajaran.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan proses belajar
(Mudjiono & Damayati, 2009). Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki
proses belajar mengajar. Perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah dilakukan proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran (Jihad & Abdul, 2013: 15). Tingkah laku hasil belajar dalam pengertian luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2005: 5).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku kognitif, afektif dan psikomotorik yang sesuai dengan
tujuan pengajaran.
b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang diperoleh peserta didik dipengaruhi beberapa faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal, Wasliman (dalam Susanto, 2014: 12). Faktor
internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajarnya yaitu
perhatian khusus dari orangtua, kebiasaan sehari – hari mendapat perlakuan kurang baik dari orangtua), dan kondisi ekonomi.
Selain faktor internal dan faktor eksternal, Djamarah (2011: 176-205)
menjelaskan ada empat faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu 1) Faktor lingkungan, merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan
yang disebut ekosistem. Selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Keduanya mempunyai
pengaruh cukup signifikan terhadap belajar anak didik di sekolah; 2) Faktor instrumental, sekolah mempunyai tujuan yang ingin dicapai untuk ke arah itu
diperlukan seperangkat kelengkapan dalam bentuk dan jenisnya yaitu kurikulum, program, sarana dan fasilitas, serta guru; 3) Kondisi fisiologis, pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang dalam keadaan
segar jasmaninya berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. 4) Kondisi psikologis, belajar pada hakekatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar
seseorang.
Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang
utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Oleh karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif adalah faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. 5) Kemampuan
kognitif, ranah kognitif merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai. Karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada 2 faktor yang
mempengaruhi motivasi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam peserta didik, yang mempengaruhi
kemampuan belajarnya. Faktor internal terdiri dari kondisi fisiologis, kondisi psikologis dan kemampuan kognitif peserta didik. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil
belajarnya yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
4. Dongeng
a. Pengertian Dongeng
Dongeng termasuk dalam cerita rakyat lisan. Cerita rakyat lisan terdiri atas mite, legenda, dan dongeng, Danandjaja (dalam Agus, 2008: 11). Dongeng adalah
cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh sang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat (Agus, 2008: 11). Dongeng
dapat dipahami sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi dan banyak hal yang sering tidak masuk akal (Nurgiyanto, 2005: 198). Dongeng dipandang sebagai cerita fantasi yang terkesan aneh walau secara logika sebenarnya tidak dapat
diterima. Dongeng merupakan suatu cerita yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata. Cerita ini kemudian menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan
pesan moral yang mengandung makna dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya (Putera, 2015: 35). Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walupun
jenis dongeng yang ada di Indonesia yaitu fabel, mite, legenda, sage, parabel, dan
dongeng jenaka.
Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
dongeng adalah cerita rakyat lisan, yang tidak benar-benar terjadi, tidak terikat waktu dan tempat yang didalamnya mengandung pesan moral dan nilai-nilai
luhur.
b. Manfaat Mendongeng bagi Perkembangan Anak
Mendongeng merupakan hiburan yang penuh arti, juga sebagai ajang
komunikasi yang efektif dan akrab dengan anak-anak (Agus, 2009: 52). Kisah dongeng bisa membawa pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang
disampaikan Nurgiyanto (2005: 198) .
Mendongeng memiliki manfaat bagi perkembangan anak (Agus, 2009:
53-57). Mendongeng dapat mengembangkan daya imajinasi, kreativitas, dan kemampuan berpikir abstrak anak. Pada dasarnya anak biasa membayangkan dan menghidupkan suatu kejadian dalam fantasinya. Apa yang dibayangkan seolah
menjadi kenyataan. Misalnya anak membayangkan sebagai Superman yang bisa terbang, maka dengan kain sarung yang hanya diikat di kepala anak sudah merasa
bisa terbang walaupun kenyataannya hanya berlari ditaman, di dalam rumah. Artinya pada batas tertentu kemampuan imajinasi dan abstraksi yang baik dapat berkembang pada ketajaman dalam menganalisis suatu peristiwa secara
Melalui dongeng orang tua atau guru dapat menjalin interaksi yang akrab
dengan anak. Dengan adanya kegiatan mendongeng, kemungkinan anak akan menjadi bisa dan terbiasa serta berani mengungkapkan pendapatnya. Orang tua/
guru akan dapat memahami apa saja yang dipikirkan atau diinginkan anak. Melalui aktivitas mendongeng, dapat meningkatkan interaksi dengan anak dan menjadikan suasana menjadi lebih akrab.
Kegiatan mendongeng dapat melatih kecerdasan emosi dan kepekaan sosial. Mendongeng merupakan salah satu cara untuk mengajak anak-anak belajar
berempati pada kesusahan atau penderitaan orang lain. Anak juga dilatih agar mampu bersikap optimis dalam menghadapi masalah. Hal ini akan mengasah
kepekaan anak terhadap kepentingan sosial yang ada. Selain kepekaan sosial mendongeng dapat meningkatkan serta menunjang perkembangan moral. Saat medongeng dapat memilih tema tentang kebaikan yang dialami dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya tentang menolong sesama yang kesusahan atau terkena musibah. Dengan cara itu diharapkan dapat menjelaskan dan mengajak anak untuk lebih peduli dengan sesama secara lebih mudah.
Saat anak mendengarkan dongeng, anak dapat menanamkan motivasi dan proses identifikasi yang positif pada dirinya. Anak-anak dapat meniru keteladanan
dari cerita-cerita yang disampaikan. Dengan sifat teladan si tokoh anak akan lebih mudah meniru dan memotivasi dirinya. Pada cerita-cerita yang tokohnya begitu berkesan atau diidolakan anak, akan menjadikan sebuah proses identifikasi yang
5. Dongeng Fabel Aesop
Fabel merupakan hasil temuan seorang Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM, fabel kuno tersebut dikenal sebagai fabel Aesop. Fabel Aesop
menokohkan binatang yang dapat berbicara dan bertingkah laku seperti manusia. Fabel adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral atau biasa pula disebut sebagai cerita binatang (Putera, 2015:38, 42-43).
Cerita binatang (fables, fabel) adalah salah satu bentuk cerita (tradisional) yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita. Cerita binatang hadir sebagai
personifikasi manusia, baik yang menyangkut penokohan lengkap dengan karakternya maupun persoalan hidup yang diungkapkannya (Nurgiantoro, 2016:
190).
Berdasarkan pengertian dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa fabel Aesop adalah cerita binatang yang ditemukan oleh seorang Yunani bernama
Aesop, yang menampilkan binatang sebagai tokoh cerita, yang seolah-olah adalah seorang manusia baik penokohan lengkap dengan karakter maupun persoalan hidup yang diungkapkan. Untuk menghidupkan karakter binatang pada fabel
biasanya dilakukan dengan mendongeng. Mendongeng dilakukan agar orang yang mendengar terhibur, termotivasi dan akan terjalin komunikasi yang akrab antara
pendengar dan pendongeng. Seorang pendongeng yang menyampaiakan cerita dengan menarik akan membawa pendengarnya untuk menghidupkan kejadian dalam fantasinya yang akan mengembangkan kemampuan imajinasi dan abstraksi
6. Ilmu Pengetahuan Alam
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan yang melakukan kajian
tentang gejala-gejala di alam semesta termasuk planet Bumi (Sodiq, 2014: 1). Darmojo (dalam Samatowa, 2010: 2) IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objek tentang alam semesta dengan segala isinya.
Nash (dalam Samatowa, 2010: 2) dalam bukunya The Nature of Science
menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam.
Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena
lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam semesta dengan segala isinya, yang bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkan antara suatu fenomena dengan fenomena lain yang membentuk perspektif baru terhadap objek
yang diamati.
7. IPA untuk Sekolah Dasar
Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA diajarkan di sekolah dasar. Ada empat alasan IPA diajarkan di sekolah dasar. Pertama, IPA berfaedah bagi suatu bangsa, sebab IPA merupakan dasar teknologi yang berperan sebagai
mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Ketiga, bila IPA diajarkan melalui
percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA bukanlah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan. Keempat, mata pelajaran IPA
mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak (Samatowa, 2010: 5-6).
Ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan guru dalam
memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA menurut Samatowa (2010: 10) yaitu pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya,
anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari. Sesungguhnya apa yang dikemukakan anak merupakan
cerminan bagaimana anak memiliki gagasan sebagai hasil berpikirnya dengan menggunakan penalaran dan pengetahuan yang telah dimilikinya selama ini. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata
dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA. Aktivitas ini dapat dilakukan di laboratorium, di kelas dengan berbagai alat bantuan belajar, atau bahkan di lingkungan sekolah. Dengan berbagai aktivitas nyata anak akan
dihadapkan langsung dengan fenomena yang akan dipelajari, dengan demikian berbagai aktivitas itu memungkinkan terjadinya proses belajar yang aktif. Dalam
pembelajaran IPA kegiatan bertanyalah yang menjadi bagian yang penting, bahkan menjadi bagian yang paling utama dalam pembelajaran. Pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan
berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah.
Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa IPA
Sekolah Dasar alasannya adalah IPA merupakan dasar teknologi yang berperan
sebagai tulang punggung pembangunan, IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, IPA
diajarkan melalui percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, yang bukan sekedar bersifat hafalan, IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yang dapat membentuk kepribadian anak. Ada beberapa aspek penting yang harus
diperhatikan guru dalam memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA yaitu anak memiliki gagasan sebagai hasil berpikirnya dengan menggunakan penalaran
dan pengetahuan yang telah dimilikinya selama ini, aktivitas anak melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam untuk proses belajar yang aktif, kegiatan
bertanyalah dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah.
B. Penelitian-Penelitian yang Relevan
Penelitian Cahyatri (2016) dengan judul “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis IT pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sarikarya Condong Catur 2015/2016” bertujuan untuk mengetahui upaya peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPA dengan menggunakan media pembelajaran berbasis IT, peningkatan motivasi belajar IPA dengan menggunakan
media pembelajaran berbasis IT dari skor kondisi awal 53,95 (rendah) menjadi 75 (tinggi) dan peningkatan prestasi belajar IPA dengan menggunakan media
pembelajaran berbasis IT dari nilai rata-rata 61,17 menjadi 72 dan dari presentase ketutantasan 31,03% menjadi 70%.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Teknik
analisis data tersebut menunjukkan bahwa upaya peningkatan presatasi belajar
IPA menggunakan media pembelajaran berbasis IT telah dilaksanakan, penggunaan media berbasis IT dapat meningkatkan motivasi belajar IPA siswa
kelas IV SDN Sarikarya, penggunaan media pembelajaran berbasis IT dapat meningkatkan presatasi belajar IPA siswa kelas IV SDN Sarikarya. Peneliti memilih penelitian Cahyatri (2016) sebagai penelitian yang relevan karena
penelitian ini berhasil menunjukkan bahwa penggunaan media dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa, selain itu, ada beberapa
persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Cahyatri (2016) dengan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu motivasi belajar IPA sebagai salah satu variabel,
metode penelitian yang digunakan, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Namun dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan fabel sebagai media. Penelitian Sulistiyowati (2007) dengan judul “Pengaruh Motivasi Belajar
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang” bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa siswa kelas VII SMPN 13 Semarang dan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh motivasi hasil belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang. Jenis penelitian yang digunakan Penelitian korelasi. Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 13 Semarang Tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 308 siswa. Pengambilan sampel melalui rumus Solvin sebanyak 75 siswa yang diambil secara proporsional random sampling. Data dianalisis dengan
teknik deskriptif persentase dan analisis regresi linier sederhana. Berdasarkan perhitungan diperoleh sebesar 29,766 dengan taraf signifikansi 0,000.
antara motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII SMPN 13 Semarang.
Perbedaan antara penelitian tersebut dengan peneitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dari jenis penelitian yang dilakukan, penelitian tersebut
menggunakan penelitian korelasi sedangkan peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Selain itu, pada penelitian tersebut membuktikan bahwa ada pengaruh antara motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa. Dengan melihat
penggunaan hasil penelitian tersebut, peneliti menjadikan penelitian ini sebagai sumber yang relevan.
Penelitian Marthina (2006) dengan judul “Efektivitas Pemberian Dongeng Fabel Terhadap Perkembangan Perilaku Kerjasama Anak-Anak Usia 5-6 Tahun” bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan dongeng efektif dalam meningkatkan perilaku moral teruama kerjasama pada anak usia 5-6 tahun. Jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-test-post test control group design. Setelah dilakukan uji coba, hasil menunjukkan pada kelompok kontrol nilai sign (2-tiled) 0,940>0,05, dan pada kelompok eksperimen nilai sign (2-tiled)0,938>0,05. Probabilitas lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima. Dari hasil penelitian yang diakukan tidak ada perbedaan pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan dan tidak ada perbedaan pada
kelompok eksperimen sebelum dan setelah mendapatkan dongeng.
Perbedaan antara penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dari jenis penelitian yang dilakukan, penelitian tersebut
menggunakan penelitian eksperimen kuantitatif sedangkan peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Selain itu, pada penelitian tersebut
pada anak usia 5-6 tahun, sedangkan pada penelitian yang peneliti lakukan
berfokus pada penggunaan media fabel untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Dengan melihat penggunaan media yang sama yaitu fabel, peneliti
menjadikan penelitian ini sebagai sumber yang relevan.
Gambar 2.1 Bagan penelitian yang relevan
Gambar 2.1 menjelaskan tentang tiga penelitian orang lain yang memiliki relevansi yang sama. Dari ketiga penelitian tersebut telah meneliti tentang motivasi, hasil belajar dan fabel. Ketiga penelitian tersebut dijadikan pedoman
oleh peneliti dalam melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Motivasi
dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Fabel Aesop pada Kelas II.1 di SD
Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Menggunakan Media Pembelajaran Berbasis IT pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sarikarya Condong Catur 2015/2016
1 Cahyatri
(2016)
Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII SMPN 13 Semarang
2 Sulistyowati
(2013)
BOPKRI Gondolayu Yogyakarta” dengan jenis penelitian Penelitian Tindakan
Kelas (PTK).
C. Kerangka Berpikir
Anak kelas II Sekolah Dasar termasuk ke dalam tahap perkembangan kognitif pra-operasional konkret, yaitu usia 7-8 tahun. Pada usia ini anak akan dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda, ciri perkembangannya memakai aturan jelas atau logis dan reversible dan kekebalan. Diharapkan materi pelajaran lebih menitikberatkan pada alat peraga atau media yang lebih bersifat konkret dan logis. Seorang guru harus mampu memberikan pembelajaran berdasarkan tahapan perkembangan anak, sehingga anak lebih
termotivasi dan materi pelajaran dapat tersampaikan dengan baik kepada anak didik sehingga hasil belajar juga baik.
Motivasi adalah dorongan mental baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik) yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan
sikap dan perilaku individu. Motivasi memiliki peran yang sangat penting dalam belajar yaitu sebagai daya penggerak psikis, memberikan gairah, semangat dan
rasa senang bagi siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku kognitif, afektif dan psikomotorik yang sesuai dengan
tujuan pengajaran.
IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala-gejala alam semesta dengan segala isinya, yang bersifat bersifat analisis, lengkap, cermat,
membentuk perspektif baru terhadap objek yang diamati. Banyak hal yang
dipelajari di dalam IPA yang berhubungan dengan kehidupan anak.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan, peneliti
mengetahui bahwa rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA terjadi karena metode pengajaran yang digunakan kurang variatif. Peneliti ingin melakukan penelitian yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil
belajar mata pelajaran IPA dengan media dan cara penyampaian materi yang menarik dan menyenangkan, salah satu media yang menarik, menyenangkan dan
dapat membangkitkan motivasi siswa adalah dengan dongeng fabel yang telah dimodifikasi. Dongeng fabel yang dikemas sedemikian rupa akan membantu anak
dalam memahami materi. Selain itu, pembelajaran yang menggunakan fabel juga memiliki banyak manfaat bagi perkembangan anak.
Jika penggunaan dongeng fabel diterapkan, maka motivasi dan hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran IPA kelas II di SD BOPKRI Gondolayu Yogyakarta diasumsikan meningkat. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat diihat pada gambar 2.2 berikut.
v
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Kondisi Awal Metode pembelajaran kurang variatif
Motivasi dan hasi beajar rendah
Tindakan
Penggunaan media pembelajaran fabel
Aesop
D. Hipotesis Tindakan
1. Penggunaan fabel Aesop dalam meningkatan motivasi dan hasil belajar IPA pada kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun ajaran 2016/2017 dapat
digunakan dengan cara dongeng, bereksperimen, dan berdiskusi.
2. Ada peningkatan motivasi belajar siswa melalui penggunaan fabel Aesop pada mata pelajarn IPA kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun pelajaran
2016/2017. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan menerapkan fabel Aesop sebagai media pembelajaran untuk menumbuhkan keinginan,
dorongan, semangat selama pembelajaran, serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap materi yang diberikan.
3. Ada peningkatan hasil belajar siswa melalui penggunaan fabel Aesop pada mata pelajarn IPA kelas II.1 SD BOPKRI Gondolayu tahun pelajaran 2016/2017. Kegiatan pembelajaran menerapkan fabel Aesop sebagai