• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BERGAYA HIDUP SEHAT

( Studi Pra Eksperimen pada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016 )

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Juliana Melani

131114059

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKILTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

SKRIPSI

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BERGAYA HIDUP SEHAT

( Studi Pra Eksperimen pada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016 )

Oleh: Juliana Melani

131114059

Telah Disetujui Oleh

Dosen Pembimbing

(3)

KTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BERGAYA HIDUP SEHAT

( Studi Pra Eksperimen pada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016 )

Dipersiapkan dan disusun oleh: Juliana Melani

NIM: 131114059

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 18 Januari 2017

dan dinyatakan memenuhi syarat Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua: Dr. Gendon Barus, M.Si. ... Sekretaris: Juster Donal Sinaga, M.Pd. ... Anggota I: Dr. Gendon Barus, M.Si. ... Anggota II: Juster Donal Sinaga, M.Pd. ... Anggota III: Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., MA. ...

Yogyakarta, 18 Januari 2017

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan

(4)

HALAMAN MOTTO

Be a good listener.

Your ears will never get you in trouble.

(Frank Tyger)

Trust in youre self, before anyone else.

(Stuart Mills)

Do my best, so that I can’t blame myself for anything.

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan

Tuhan dan orang lain. Kupersembahkan sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini

bagi...

Bapa di Surga dan Bunda Maria yang selalu menjaga dan memberikan jalan

kehidupan.

Papa dan mama yang selalu sabar dan selalu ada memberikan kenyamanan.

Adikku, Giustian yang sudah beristirahat dalam kedamaian.

Orang terkasih yang telah membantu dalam setiap keputusasaan.

Teman-teman yang telah terlibat dalam setiap candaan dan teman sapaan.

Para dosen yang bersedia memberikan bimbingan.

Dan untuk semua karya Tuhan, baik itu keajaiban atau ciptaannya.

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar

pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Januari 2017

Peneliti

(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Juliana Melani

Nomor Induk Mahasiswa : 131114059

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Bergaya Hidup Sehat Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning (pada siswa kelas VII SMP N Sukaresik, Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016) beserta

perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam

bentuk lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta iiin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 18 Januari 2017 Yang menyatakan

(8)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BERGAYA HIDUP SEHAT ( Studi Pra Eksperimen pada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri Sukaresik

Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016 )

Juliana Melani Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Peningkatan hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk mrningkatkan karakter bergaya hidup sehat siswa kelas VII F di SMPN Sukaresik, Jawa Barat Barat antara sebelum dan sesudah implementasi, 2) peningkatan yang signifikan hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat siswa, 3) peningkatan hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat antar sesi layanan, dan 4) efektivitas implementasi pendidikan karakter bergaya hidup sehat menurut penilaian siswa kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif pre-experimental menggunakan one group pre-test post-test design.Subjek dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa kelas VII F di SMPN Sukaresik, Jawa Barat. Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik non tes terdiri dari dua instrumen, yakni kuesioner validasi model pendidikan karakter (responden siswa), dan self assessment scale karakter bergaya hidup sehat. Sementara, teknik tes terdiri dari satu alat tes, yakni tes hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat yang diberikan sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test)

implementasi dilakukan. Koefisien reliabilitas tes hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat diukur dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan hasil hitung (0,666) sehingga termasuk dalam kategori sedang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning terbukti efektif untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat siswa kelas VII F SMP N Sukaresik Jawa Barat, 2) pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning secara signifikan efektif meningkatkan karakter bergaya hidup sehat 3) Terjadi peningkatan hasil karakter bergaya hidup sehat pada siswa dari sesi ke sesi berikutnya. 4) Siswa menilai bahwa implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning sangat efektif untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat.

(9)

ABSTRACT

THE EF FECTIVENESS OF IMPLEMENTING CHARACTER EDUCATION BASED ON CLASS GUIDANCE USING EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH TO IMPROV A CHARACTER OF HEALTHY LIFESTYLE (PRE EXPERIMENT STUDY OF THE 7TH GRADE STUDENTS IN SMP

NEGERI SUKARESIK ACADEMIC YEAR 2015/2016) Juliana Melani

Sanata Dharma University

2017

This research has aims to describe: 1) the improvement of character education result on healthy lifestyle based on class guidance service using experiential learning approach to develop the healthy lifestyle among the seventh grade students of SMPN Sukaresik, West Java, before and after the implementation 2) significant improvement of the character education process students healthy lifestyle 3) the improvement of character education in healthy lifestyle between sessions and 4) the effectiveness of character education implementation in students perspective in class VII SMPN Sukaresik, West Java.

This research is a experimental quantitative method using one group pre-test post-pre-test design. The subject of the research were 30 students in class VII F, SMPN Sukaresik, West Java. The data of the research was gathered using test and non test techniques. The non test technique consisted of two instruments: questionaire on character education model (students as respondents) and self assessment scale of healthy lifestyle character. The test technique consisted of one instrument, namely the result of character education results given before (pre-test) and after (post-test) the implementation. The test reliability coeficient of the character education on healthy lifestyle way measured using Cronbach Alpha, the result was categorized as medium (0,666).

The research results shows that: 1) The implementation of character education based on class guidance service using experiential learning approach was proven effective to increase the students healthy lifestyle in class VIIF SMP N Sukaresik West Java 2) The character education based on class guidance service using experiential learning approach was significantly effective in improving the healthy-lifestyle character 3) there was a n improved charahter in students healthy lifestyle from one session to the next 4) Students assessed that the implementation of character education based on class guidance service using experiential learning approach was very effective to improve students healthy lifestyle character.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan naungan

kasih-Nya, penulisan tugas akhir dengan judul “Efektivitas Implementasi Pendidikan

Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential

Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat (Studi Pra Eksperimen

pada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat Tahun Ajaran

2015/2016) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana pada Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma. Selama menulis tugas akhir ini, peneliti menyadari bahwa

begitu banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan

mendukung setiap proses yang peneliti jalani. Oleh sebab itu, peneliti ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling, sekaligus dosen pembimbing tugas akhir.

3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi

Bimbingan dan Konseling.

4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas

(11)

5. Pak Stefanus Priyatmoko selaku petugas sekretariat Program Studi Bimbingan

dan Konseling yang senantiasa ramah melayani administrasi selama peneliti

menempuh studi.

6. Papa Suryadi dan mama Imas suhimas atas segala kelembutan, kesabaran, cinta

dan kebahagiaan yang telah diberikan kepada peneliti sampai saat ini.

7. Adikku tersayang, Giustian yang selama hidupnya telah mewarnai pahit dan

manisnya kehidupan besama.

8. F. Xaverius Dwi k yang selalu membantu peneliti secara teknis dan nonteknis.

9. Vigna Mayasari, Umi M, Yosephin, Windri, Ana, Dias, dan teman-teman yang

sudah terlibat membantu secara dekat.

10.Keluarga besar Agnes Mustidjah yang selalu memberikan support baik itu

secara psikologis maupun finansial.

11.Pemerintah dan universitas yang sudah memberikan beasiswa selama 3,5 tahun

ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini kurang sempurna, meski demikian

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEl ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR GRAFIK ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Definisi Istilah ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Hakekat Pendidikan Karakter ... 12

(13)

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 13

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 14

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 15

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter di SMP ... 16

6. Proses Pembentukan Karakter ... 21

7. Komponen Pembentukan Karakter... 23

8. Upaya-upaya Peningkatam Karakter di Sekolah ... 29

9. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di SMP ... 30

B. Hakekat Karakter Bergaya Hidup Sehat ... 31

1. Pengertian Bergaya Hidup Sehat ... 31

2. Aspek-aspek Karakter Bergaya Hidup Sehat ... 32

3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Bergaya Hidup Sehat ... 37

4. Upaya-upaya Peningkatan Karakter Bergaya Hidup Sehat ... 38

5. Faktor-faktor Bergaya Hidup Sehat ... 40

C. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal ... 41

1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 41

2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal ... 42

3. Bidang Bimbingan Klasikal ... 43

4. Strategi/ Teknik Bimbingan Klasikal ... 44

D. Hakikat Pendekatan ExperientialLearning ... 47

1. Pengertian Pendekatan Experiential Learning ... 47

2. Tujuan Experiential Learning... 48

3. Langkah-langkah Pembelajaran Experiential Learning ... 49

4. Kelebihan Pendekatan Experiential Learning ... 50

E. Penelitian yang Relevan ... 51

F. Kerangka Pikir ... 52

(14)

BAB III METODE PENELITIAN ... 55

A. Jenis Penelitian ... 55

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58

B. Subjek Penelitian ... 58

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data...58

D. Validitas, Reliabilitas, dan Uji Normalitas...65

1. Validitas Instrumen ... 65

2. Reliabilitas ... 67

3. Uji Normalitas ... 70

E. Teknik Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

A. Hasil Penelitian...76

1. Efektivitas Hasil Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat siswa kelas VII SMPN Sukaresik Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Implementasi ... 74

2. Signifikansi Peningkatan Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat siswa kelas VII SMPN Sukaresik Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Implementasi ... 82

3. Efektivitas Antar Sesi Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat siswa SMPN Sukaresik Jawa Barat ... 84 4. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis

(15)

menurut Penilaian siswa kelas VII SMPN Sukaresik Jawa

Barat ... 88

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90

1. Efektivitas Hasil Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat siswa kelas VII SMPN Sukaresik Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Implementasi ... 90

2. Signifikansi Peningkatan Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat siswa kelas VII SMPN Sukaresik Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Implementasi ... 94

3. Efektivitas Antar Sesi Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat siswa SMPN Sukaresik Jawa Barat ... 96

4. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat menurut Penilaian siswa kelas VII SMPN Sukaresik Jawa Barat ... 99

BAB V PENUTUP ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Keterbatasan Penelitian ... 104

C. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Bergaya Hidup

Sehat...38

Tabel 3. 1 Desain penelitian one-group pretest posttest design...56

Tabel 3. 2 Kisi-kisi Tes Karakter Bergaya Hidup Sehat...63

Tabel 3. 3 Kisi-kisi kuesioner Self Assessment Karakter Bergaya Hidup Sehat... 64

Tabel 3. 4 Kriteria Guilford ... 68

Tabel 3. 5 Reliabilitas Item Test Karakter Bergaya Hidup sehat...69

Tabel 3. 6 Reliabilitas Item Kuesioner Bergaya Hidup Sehat...71

Tabel 3. 7 Uji Normalitas ... 71

Tabel 3. 8 Norma Kategorisasi Tingkat Karakter Bergaya Hidup sehat...74

Tabel 3.9 Norma Kategorisasi Tingkat Karakter Bergaya Hidup Sehat Siswa/i kelas VII F SMP Negeri Sukaresik Tahun Ajaran 2015/2016...74

Tabel 4. 1 Pekembangan Hasil Perkembangan Skor Karakter Bergaya Hidup Sehat Siswa VII F SMPN Sukaresik ... 77

Tabel 4. 2 Distribusi Peningkatan Hasil Pendidikan Karakter Bergaya Hidup Sehat antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter ... 79

Tabel 4. 3 Paired Sample Statistik ... 82

(17)

Tabel 4. 5 Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial ... 22 Gambar 2. 2 Prosedur Pembelajaran Experiential Learning ... 49 Gambar 2. 3 Kerangka Pikir... 53 Gambar 3. 1 Desain Pra Eksperimen One-Group Pre test-Post test Implementasi

(19)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 Pekembangan Pre test Post test Karakter Bergaya Hidup Sehat Siswa Kelas VII F SMPN Sukaresik ... 78 Grafik 4. 2 Pekembangan Skor Karakter Bergaya Hidup Sehat Siswa Kelas VII F

SMPN Sukaresik ... 78 Grafik 4. 3 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Pendidikan

Karakter Bergaya Hidup Sehat Antara Pre dan Post Test ... 80 Grafik 4. 4 Peningkatan Hasil Implementasi Karakter Bergaya Hidup Sehat Siswa

tiga sesi ... 86 Grafik 4. 5 Gambaran Peningkatan Karakter Bergaya Hidup Sehat pada Siswa

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Test Bergaya Hidup Sehat ... 112 Lampiran 2. Kuesioner Self Assessment Bergaya Hidup Sehat ... 118 Lampiran 3. Kuesioner Validasi ... 120 Lampiran 4. Hasil Uji Validasi Butir Item Test dan Kuesioner Pendidikan Karakter

Bergaya Hidup Sehat ... 122 Lampiran 5. Tabulasi Data Instrumen Hasil Test ... 124 Lampiran 6. Tabulasi Instrumen Self Assessment Karakter Bergaya Hidup Sehat Siswa ... 127 Lampiran 7. Tabulasi Data Instrumen 1 Validasi Efektivitas Model Layanan

Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning ... 130 Lampiran 8. Rancangan Pelayanan Bimbingan Kelas Topik satu ... 133

Lampiran 9. Rancangan Pelayanan Bimbingan Kelas Topik Dua 142

(21)
(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan tanpa pembangunan karakter hanya menjadi sarana pelatihan

pengetahuan tanpa penguatan perilaku beradab. Pendidikan karakter sangat

diperlukan agar setiap individu mampu menjadi orang yang lebih baik, menjadi

warga masyarakat yang lebih baik, dan menjadi warga negara yang lebih baik.

Maka, bangsa Indonesia menggalakkan pendidikan karakter agar kualitas

bangsa menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga saat ini tengah

menggerakan kembali pendidikan karakter. Namun pelaksanaannya belum

sesuai harapan. Buchori (dalam Barus, 2015) mensinyalir,

Pendidikan watak diformulasikan menjadi pelajaran agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran budi pekerti, yang program utamanya ialah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata. Paling-paling mendalam sedikit sampai ke penghayatan nilai secara afektif. Padahal pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.

Zubaedi (2011:3) mengakui bahwa “Persoalan karakter atau moral

memang tidak sepenuhnya terabaikan oleh lembaga pendidikan. Akan tetapi,

(23)

ada kegagalan pada institusi pendidikan kita dalam hal menumbuhkan manusia

Indonesia yang berkarakter atau berakhlak mulia.”

Melihat kenyataan yang terjadi, banyak sekali hambatan yang terjadi

dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP. Pendidikan karakter perlu

dimulai dengan penanaman pengetahuan dan kesadaran pada anak sehingga

anak memahami cara bertindak yang sesuai nilai-nilai moralitas. Data

penelitian Strategis Nasional (Barus, Sinaga & Hastuti, 2015), berjudul “Pengembangan Model Pendidikan Karakter di SMP Berbasis Layanan

Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experential Learning”, yang dilakukan oleh beberapa dosen program studi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma, menunjukkan secara empirik 36,4% dari 653

peserta didik SMP di 5 kota yang diteliti, capaian nilai-nilai karakternya masih

berada pada kategori kurang baik. Hal itu menunjukkan bahwa implementasi

pendidikan karakter terintegrasi belum menunjukkan hasil yang

menggembirakan.

Capaian nilai karakter yang kurang baik ini nampak dalam berbagai

permasalahan remaja, salah satunya adalah masalah seputar kesehatan remaja

yang berujung pada hambatan dalam proses perkembangan diri. Remaja

kurang memiliki kesadaran akan hidup sehat, sehingga remaja memiliki

berbagai hambatan dalam beraktivitas di lingkungannya. Menurut survei

(24)

dan 47,0% lelaki yang tidak menikah, berusia 15-19 tahun merupakan perokok

aktif hingga saat ini. Provinsi dengan jumlah pasien AIDS terbanyak pada

pengguna napza suntik adalah Jawa Barat, sebanyak 2.366 orang. Berdasarkan

riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, secara nasional persentase kebiasaan

merokok penduduk Indonesia berumur >10 tahun sebesar 23,7%, pada lelaki

46,8% dan perempuan 3%. Persentase penduduk yang kurang memiliki

aktivitas fisik usia 10-14 tahun sebesar 66,9% dan usia 15-24 tahun sebesar

52%.

Beberapa hal yang telah disebutkan tadi merupakan permasalahan

remaja yang juga muncul dalam aktivitas pendidikan remaja SMP Negeri

Sukaresik Jawa Barat. Berdasarkan survei di atas, Jawa Barat adalah provinsi

dengan jumlah pasien AIDS dan pengguna napza suntik terbanyak.

Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara peneliti dengan beberapa

guru di sekolah, diperoleh informasi bahwa sebagian siswa yang merokok aktif

di luar jam pelajaran, sebagian siswa belum memahami bahaya merokok,

sebagian siswa belum memahami pentingnya kesehatan diri, sebagian siswa

kurang menyukai aktivitas olahraga, hampir semua siswa pernah mencoba

merokok, hampir semua siswa memilih jajanan yang kurang sehat, beberapa

siswa belum memiliki kesadaran akan kebersihan lingkungannya setelah

mereka melakukan kegiatan, beberapa siswa kurang memperhatikan

kebersihan diri, gigi, kuku hingga rambut.

(25)

atas dapat bersumber dari labilnya sifat khas remaja, kurangnya pengetahuan

remaja tentang kesehatan, lemahnya nilai moral yang dianut, serta buruknya

kondisi lingkungan yang turut memengaruhi. Untuk mengatasi persoalan itu,

perlu ditumbuhkan karakter bergaya hidup sehat di kalangan pelajar SMP

Negeri Sukaresik. Gaya hidup sehat adalah kesinambungan kesehatan personal

dan merupakan aktivitas individu, keluarga, atau masyarakat, dengan niat

memajukan atau menguatkan kesadaran tentang kesehatan, mencegah atau

mengobati penyakit (Mustari, 2014).

Guru BK diharapkan dapat melakukan pelayanan agar karakter bergaya

hidup sehat yang siswa miliki terus berkembang. Salah satu strategi untuk

meningkatkan karakter bergaya hidup sehat adalah melalui layanan bimbingan

klasikal dengan pendekatan experiential learning. Melalui layanan bimbingan

siswa diharapkan meningkatkan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran

di kelas. Experiential Learning adalah sebuah pendekatan dalam

penyelengaraan bimbingan klasikal, dengan menggunakan dinamika kelompok

yang efektif. Suatu dinamika kelompok dikatakan efektif karena dapat

menghadirkan suasana kejiwaan yang sehat diantara peserta kegiatan,

meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif (seperti senang, rileks,

gembira, menikmati, dan bangga), meningkatkan minat atau gairah untuk lebih

terlibat dalam proses kegiatan, memungkinkan terjadinya katarsis, serta

meningkatnya pengetahuan dan keterampilan sosial (Prayitno, dkk, 1998).

(26)

dalam mengimplementasikan pendidikan karakter dengan tujuan

meningkatkan karakter dalam diri siswa. Peneliti mengangkat judul

“Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan

Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat” (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas

VII di SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016).

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari fakta di atas, dapat diidentifikasikan berbagai masalah

sebagai berikut:

1. Pendidikan karakter di SMP masih berhenti pada tahap pengenalan nilai

secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan belum membawa peserta

didik ke pengamalan nilai secara nyata.

2. 36.4% peserta didik dari 653 peserta didik di 5 SMP masih pada kategori

kurang baik.

3. Remaja 15-19 tahun merupakan perokok aktif hingga saat ini, perempuan:

0,7%; sedangkan lelaki: 47,0%.

4. Prevalensi kurang aktivitas fisik penduduk berusia 10 tahun menurut karakteristik usia: 10-14 tahun: 66,9%; 15-24 tahun: 52%. Sedangkan jika

dilihat berdasarkan jenis kelamin lelaki: 41,4%; dan perempuan: 54,5%.

5. Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat belum

(27)

6. Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat memiliki kebiasaan merokok.

7. Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat memiliki kebiasaan

jajan yang kurang sehat.

8. Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat belum mampu

melakukan bersih diri.

9. Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat belum mampu

menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

10.Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat kurang menyukai

aktivitas olahraga.

11.Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat lebih memilih

jajanan dan makanan enak daripada sehat.

12.Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat belum memahami

pentingnya kesehatan diri.

13.Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat kurang memiliki

karakter bergaya hidup sehat, sebagai siswa belum dapat menjalani pola

hidup yang sehat.

14.Belum adanya penelitian yang secara langsung menunjukan efektivitas

pendidikan karakter bergaya hidup sehat berbasis layanan bimbingan klasikal

dengan pendekatan Experiential Learning di SMP Negeri Sukaresik Jawa

(28)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan kajian untuk menjawab

masalah nomor 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14 khususnya mengenai

implementasi pendidikan karakter bergaya hidup sehat dan menganalisis

efektivitas hasilnya dengan mengkaji “Implementasi Pendidikan Karakter

Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat” (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016).

D. Rumusan Masalah

Masalah-masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi peningkatan hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat

berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan Experiential

Learning pada siswa kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat antara

sebelum dan sesudah implementasi?

2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan hasil implementasi pendidikan

karakter bergaya hidup sehat berbasis layanan bimbingan klasikal dengan

pendekatan Experiential Learning pada siswa kelas VII SMP Negeri

Sukaresik Jawa Barat sebelum dan sesudah implementasi?

3. Seberapa tinggi peningkatan hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat

(29)

Learning antar sesi?

4. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter bergaya hidup sehat

berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan Experiential

Learning berdasarkan penilaian siswa kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa

Barat?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang ingin dipecahkan peneliti, berikut merupakan

tujuan penelitian yang hendak dicapai.

1. Menganalisis seberapa tinggi hasil implementasi pendidikan karakter

berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan Experiential

Learning dalam peningkatankarakter bergaya hidup sehat siswa kelas VII

SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat antara sebelum dan sesudah

implementasi.

2. Menganalisis signifikansi peningkatan hasil pendidikan karakter bergaya

hidup sehat siswa kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat berbasis

layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan Experiential Learning

sebelum dan sesudah implementasi.

3. Mendeskripsikan peningkatan hasil pendidikan karakter bergaya hidup

sehat antar sesi layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

Experiential Learning dapat meningkatkan karakter bergaya hidup sehat

(30)

4. Mendeskripsikan efektivitas implementasi pendidikan karakter bergaya

hidup sehat siswa kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat menurut

penilaian siswa.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna secara teoris maupun praktis.

Manfaat penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan bisa menambah dan memperdalam wawasan

khususnya tentang efektivitas implementasi penanaman nilai karakter

bergaya hidup sehat berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan

experiential learning.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah dan guru-guru, hasil penelitian ini bisa dijadikan

landasan dalam menentukan cara meningkatkan karakter bergaya

hidup sehat dalam diri siswa.

b. Bagi siswa, penelitian ini dapat memperdalam wawasan tentang

karakter bergaya hidup sehat pada diri dan menerapkannya dalam

kehidupan sebagai peserta didik.

c. Bagi Peneliti, penelitian ini menjadikan peneliti memiliki pengalaman

baru dan keterampilan terutama dalam menerapkan pendidikan

(31)

berwarna dan kreatif.

G. Definisi Istilah

Beberapa istilah dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:

1. Karakter bergaya hidup sehat adalah aktivitas individu, keluarga, atau

masyarakat, dengan tujuan untuk memajukan atau menguatkan kesadaran

tentang kesehatan, mencegah atau mengobati penyakit kemudian

menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan

menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

2. Pendidikan karakter adalah berbagai upaya yang dirancang untuk

meningkatkan karakter individu dengan tujuan menginternalisasi

nilai-nilai karakter dalam diri sehingga membentuk pribadi yang utuh.

3. Bimbingan klasikal adalah kegiatan yang dilakukan guru bimbingan

konseling untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di

kelas. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau brain

storming (curah pendapat) yang hasilnya dapat diamati dan dinilai

bersama- sama. Selain itu, dapat memperoleh informasi tentang siswa

(seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu

memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek

bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru BK bersama dengan guru mata

pelajaran.

(32)

kecenderungan agar peserta didik mampu belajar dari pengalaman. Peserta

didik diharapkan mampu terlibat secara aktif sehingga dapat mengambil

sebuah pengetahuan baru dari setiap proses kegiatan yang berlangsung,

sehingga para pembelajar mampu membangun pengetahuan,

(33)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini mepaparkan hakikat pendidikan karakter, hakikat karakter bergaya

hidup sehat, hakikat layanan bimbingan klasikal, hakikat pendekatan experiential

learning, kerangka berpikir, penelitian yang relevan, dan hipotesis.

A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter

Menurut Suyanto (dalam Zubaedi, 2011:11) “Karakter adalah cara

berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup

dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa

dan negara. Individu berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat

keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat”.

Douglas (dalam Samani, Muchlas & Hariyanto 2012:41)

mendefinisikan Character isn’t inherited. One builds its daily by the way one thinks and acts, thought by thought, action by action. Hal ini berarti,

karakter bukan sesuatu yang diwariskan namun perlu dibangun melalui

cara berpikir, perilaku dan tindakan setiap harinya.

Menurut Maksudin (2013:3), karakter adalah ciri khas setiap

individu berkenaan dengan jati dirinya, yang merupakan saripati kualitas

batiniah/rohaniah, cara berpikir, cara berperilaku (sikap dan perbuatan

(34)

masyarakat, bangsa maupun negara.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter

bukan bawaan lahir atau genetis namun, merupakan kepribadian seseorang

yang diyakini, dibangun, dan digunakan sebagai pedoman untuk berpikir,

bersikap, dan bertindak. Hal ini menjadi ciri khas setiap individu untuk

hidup dan bekerjasama dalam lingkup keluarga, sekolah, masyarakat,

bangsa dan negara.

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Lickona (2012) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya

yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli,

dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana,

Lickona mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang

dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa. Lickona

mengungkapkan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam

merespon situasi secara bermoral.

Menurut Winton, 2010 (dalam Samani, 2012) pendidikan karakter

adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh pada

karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan

sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada

para siswanya.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas,

(35)

menanamkan, mengembangkan, serta menjadikan seseorang bertanggung

jawab dan mampu menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam diri dan

norma yang berlaku dalam lingkungan sekitar, sehingga akhirnya

membentuk pribadi yang utuh dalam praktik hidup sehari-hari.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010), pendidikan

karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan

karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan

seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.

Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada

pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,

tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh

semua warga sekolah, serta masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah

merupakan ciri khas karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut dimata

masyarakat luas. Secara khusus tujuan pendidikan karakter adalah untuk:

a. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji

dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi karakter bangsa

yang religius.

b. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai

(36)

karakter bangsa.

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik

sebagai generasi penerus bangsa.

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang

mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan

belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan serta rasa

kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Maka, melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP

mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,

mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai

karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan Nasional (2010) menyatakan bahwa

pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup

pemikiran, perasaan, dan perilaku.

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk

membangun karakter.

(37)

e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku

yang baik.

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang

yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan

membantu mereka untuk sukses.

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.

h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang

berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai

dasar yang sama.

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam

membangun inisiatif pendidikan karakter.

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam

usaha membangun karakter.

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru

karakter, dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta

didik.

Maka, pendidik diharapkan mampu memberikan berbagai upaya

berdasarkan prinsip-prinsip yang telah disepakati agar peserta didik mampu

menginternalisasi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter di SMP

(38)

UUD 1945, dan nilai-nilai yang hidup, tumbuh, dan berkembang dalam

adat istiadat masyarakat Indonesia yang bhineka tunggal ika, telah

teridentifikasi 88 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima,

yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan (1) Tuhan

Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, (4) lingkungan, dan

(5) kebangsaan. Namun demikian, penanaman ke-88 nilai tersebut

merupakan hal yang sangat sulit. Oleh karena itu, pada tingkat SMP

dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan dari butir-butir SKL SMP

(Permendiknas nomor 23 tahun 2006) dan SK/KD (Permendiknas nomor

22 tahun 2006). Berikut adalah daftar 20 nilai utama yang dimaksud dan

deskripsi ringkasnya (Fathurrohman, dkk. 2013:124-126):

a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius)

Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu

berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan ajaran agamanya.

b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

1) Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan

pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain

2) Bertanggung jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

(39)

diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara

dan Tuhan Yang Maha Esa.

3) Bergaya hidup sehat

Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam

menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk

yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas

(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.

6) Percaya diri

Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan

tercapainya setiap keinginan dan harapannya.

7) Berjiwa wirausaha

Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali

produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk

pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan

(40)

8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif

Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang

telah dimiliki.

9) Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.

10) Ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan

didengar.

11) Cinta ilmu

Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama

1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain

Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi

milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri

serta orang lain.

2) Patuh pada aturan-aturan sosial

Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan

(41)

3) Menghargai karya dan prestasi orang lain

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan

sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan

menghormati keberhasilan orang lain.

4) Santun

Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata

perilakunya ke semua orang.

5) Demokratis

Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

6) Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada

lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya- upaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu

ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

7) Nilai kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

8) Nasionalis

(42)

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan

fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.

9) Menghargai keberagaman

Sikap memberikan respek dan hormat terhadap berbagai macam hal

baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.

6. Proses Pembentukan Karakter

Menurut Wibowo (2012), perilaku seseorang yang berkarakter pada

hakikatnya merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang

mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan

psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial kultural dalam konteks interaksi

(dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung

sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses

psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam: (1) olah hati

(spiritual and emotional development), (2) olah pikir (intellectual

development), (3) olah raga dan kinestetik (physical and kinesthetic

development), dan (4) olah rasa dan karsa (affective and creativity

development). Keempat proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga,

dan olah rasa dan karsa) tersebut secara holistik dan koheren memiliki

saling keterkaitan dan saling melengkapi yang bermuara pada

pembentukan karakter yang menjadi perwujudan dari nilai-nilai luhur.

(43)

Perilaku berkarakter

Olah hati

Olah rasa dan karsa

Olah raga Olah pikir

dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2. 1

Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial

Masing-masing proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga,

dan olah rasa dan karsa) secara konseptual dapat diperlakukan sebagai

suatu klaster atau gugusan nilai luhur yang di dalamnya terkandung

sejumlah nilai. Keempat proses psikologis tersebut, satu dengan yang

lainnya saling terkait dan saling memperkuat, karena itu setiap karakter,

seperti juga sikap, selalu bersifat multipleks atau berdimensi jamak.

Pengelompokan nilai tersebut sangat berguna untuk kepentingan

perencanaan. Dalam proses intervensi (pembelajaran, pemodelan, dan

penguatan) dan proses habituasi (pensuasanaan, pembiasaan, dan

(44)

luhur tersebut akan terintegrasi melalui proses internalisasi dan

personalisasi pada diri masing-masing individu.

7. Komponen Pembentukan Karakter

Beberapa komponen yang merupakan pembentuk karakter menurut

Lickona (2012) adalah keterkaitan antara pengetahuan moral, perasaan moral

dan tindakan moral. Ada beragam pengetahuan moral yang dapat

dimanfaatkan ketika berhadapan dengan tantangan-tantangan moral dalam

hidup. Berikut adalah penjelasan dari enam hal yang menjadi bagian dalam

pengetahuan moral:

a. Kesadaran moral

Ketidaksadaran moral atau dengan kata lain kebutaan moral

sering terjadi pada diri seseorang. Kondisi dimana seseorang tak

mampu melihat bahwa situasi yang sedang ia hadapi melibatkan

masalah moral dan membutuhkan pertimbangan lebih jauh. Remaja

khususnya sangat rentan terhadap kegagalan dimana remaja sering

bertindak tanpa mempertanyakan apakah ini benar? Aspek pertama

yang perlu dimiliki oleh remaja dalam kesadaran moral adalah

remaja harus mengetahui bahwa tanggung jawab moral pertama

mereka adalah menggunakan akal mereka untuk melihat kapan

sebuah situasi membutuhkan penilaian moral. Kemudian

memikirkan dengan cermat pertimbangan apakah yang benar untuk

(45)

untuk bisa mendapatkan informasi. Remaja harus bertanggung jawab

untuk mencari informasi dan memastikan fakta terlebih dahulu

sebelum membuat sebuah pertimbangan moral.

b. Mengetahui nilai-nilai moral

Mengetahui sebuah nilai moral berarti memahami bagaimana

menerapkannya dalam berbagai situasi. Nilai-nilai moral yang perlu

diketahui remaja dalam kehidupan ini diantaranya adalah

menghormati kehidupan, kemerdekaan, bertanggung jawab,

kejujuran, keadilan, toleransi, sopan santun, disiplin diri, integritas,

belas kasih, kedermawanan, dan keberanian. Semua ini merupakan

faktor penentu dalam membentuk pribadi yang baik.

c. Pengambilan perspektif

Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil

sudut pandang orang lain, melihat situasi dari sudut pandang orang

lain, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi, dan

merasa.

d. Penalaran moral

Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang

bermoral dan mengapa harus bermoral. Seiring dengan perkembangan

penalaran moral anak-anak dan riset menunjukkan bahwa perkembangan

terjadi secara bertahap, mulai dari mempelajari mana yang termasuk

(46)

ketika akan melakukan sesuatu. Pada tingkat tertinggi, penalaran moral

juga melibatkan pemahaman terhadap beberapa prinsip moral klasik, seperti: “Hormatilah martabat setiap individu”; “Perbanyaklah berbuat

baik”; dan “Bersikaplah sebagaimana engkau mengharapkan orang lain

bersikap padamu”. Prinsip-prinsip semacam ini dapat menuntun

perbuatan moral remaja dalam berbagai macam situasi.

e. Membuat keputusan

Untuk membuat keputusan seseorang dapat melakukan pendekatan

dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya, seperti “apa saja pilihanku? apa saja konsekuensinya?” dan lain-lain. Mampu

memikirkan langkah yang mungkin akan diambil seseorang yang sedang

menghadapi persoalan moral disebut sebagai keterampilan pengambilan

keputusan reflektif.

f. Memahami diri sendiri

Membangun pemahaman diri berarti sadar terhadap kekuatan dan

kelemahan karakter diri dan mengetahui cara untuk memperbaiki

kelemahan tersebut. Memahami diri sendiri merupakan pengetahuan

moral yang paling sulit untuk dikuasai, tetapi penting bagi

pengembangan karakter. Kesadaran moral, pengetahuan terhadap

nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pembuatan

keputusan, dan memahami diri sendiri merupakan kualitas-kualitas

(47)

Ditinjau dari sisi perasaan moral atau sisi emosionalnya terdapat

beberapa faktor yang membentuk karakter pada seseorang. Faktor-faktor

tersebut adalah:

a. Hati nurani

Hati nurani memiliki dua sisi: sisi kognitif dan sisi emosional. Sisi

kognitif menuntun seseorang dalam menentukan hal yang benar,

sedangkan sisi emosional menjadikan seseorang merasa berkewajiban

untuk melakukan hal yang benar.

b. Penghargaan diri (self-esteem)

Jika seseorang memiliki penghargaan diri yang sehat, maka seseorang

tersebut dapat menghargai dirinya sendiri, dan jika seseorang mampu

menghargai dirinya sendiri, maka seseorang tersebut akan menghormati

dirinya sendiri. Dengan demikian, kecil kemungkinan bagi seseorang

untuk merusak tubuh atau pikirannya sendiri atau membiarkan orang lain

merusaknya. Demikian pula dengan remaja yang memiliki penghargaan

diri yang sehat akan mampu memandang diri secara positif, tidak

bergantung pada pendapat orang lain, lebih mampu bertahan dari tekanan

teman sebaya, mampu mengikuti pertimbangan pribadi, dan lebih

bertanggung jawab terhadap diri, sesama, lingkungan dan kepada Tuhan.

c. Empati

Empati adalah kemampuan mengenali, atau merasakan, keadaan yang

(48)

pengambilan perspektif.

d. Mencintai kebaikan

Jika seseorang mencintai kebaikan, mereka akan merasa senang

melakukan kebaikan. Cinta akan melahirkan hasrat, bukan hanya

kewajiban. Potensi ini merupakan potensi moral manusia yang sudah ada

sejak usia kanak-kanak dan dapat terus dikembangkan dalam tiap

tahapan perkembangan manusia.

e. Kontrol diri

Kontrol diri merupakan pekerti moral yang penting untuk

mengendalikan emosi maupun perilaku diri seseorang. Kontrol diri

membantu seseorang untuk tetap bersikap etis disaat seseorang sedang

tidak menginginkannya. Kontrol diri juga penting untuk mengekang

keterlenaan diri.

f. Kerendahan hati

Kerendahan hati adalah bagian dari pemahaman diri. Suatu bentuk

keterbukaan murni terhadap kebenaran sekaligus kehendak untuk

berbuat sesuatu demi memperbaiki kegagalan. Kerendahan hati juga

membantu mengatasi kesombongan diri. Kerendahan hati adalah

pelindung terbaik dari perbuatan jahat.

Hati nurani, penghargaan diri, empati, mencintai kebaikan, kontrol

(49)

emosional moral seseorang. Perasaan seseorang terhadap diri sendiri, orang

lain, dan hal-hal yang baik jika digabungkan dengan pengetahuan moral akan

membentuk sumber motivasi moral dalam diri seseorang tersebut. Ada atau

tidaknya perasaan moral pada diri seseorang menjelaskan banyak hal

mengenai mengapa ada orang yang mempraktekan prinsip-prinsip moral

mereka dan ada yang tidak. Inilah alasan mengapa pendidikan nilai yang

hanya sampai pada tataran intelektual, yang hanya menyentuh pikiran dan

bukan perasaan, kehilangan bagian penting dari karakter. Tindakan moral

adalah produk dari dua bagian karakter diatas. Jika seseorang memilki

kualitas moral intelektual dan emosional maka mereka memiliki

kemungkinan melakukan tindakan yang menurut pengetahuan dan perasaan

mereka adalah tindakan yang benar. Untuk memahami sepenuhnya apa yang

menggerakkan seseorang sehingga mampu melakukan tindakan bermoral

atau yang menghalanginya maka perlu melihat lebih dalam dari ketiga aspek

dari tindakan moral berikut:

a. Kompetensi

Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan

perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif.

b. Kehendak

Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali oleh

(50)

suatu keadaan melalui seluruh dimensi moral. Kehendak dibutuhkan

untuk mendahulukan kewjiban, bukan kesenangan. Kehendak

dibutuhkan untuk menahan godaan, bertahan dari tekanan teman sebaya,

dan melawan gelombang. Kehendak merupakan inti keberanian moral.

c. Kebiasaan

William Bennett mengatakan bahwa “orang-orang yang memiliki

karakter yang baik bertindak dengan sungguh-sungguh, loyal, berani, berbudi, dan adil tanpa banyak tergoda oleh hal-hal sebaliknya.” Mereka

melakukan yang benar karena kebiasaan.”

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

pembentukan karakter dibangun oleh pengetahuan, perasaan dan tindakan

moral yang berkaitan untuk saling mendukung.

8. Upaya-upaya Peningkatan Karakter di Sekolah

Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (dalam Samani,

2012: 145-146) menyarankan empat hal upaya pengembangan pendidikan

karakter dalam kaitannya pengembangan diri, yaitu: (1) Kegiatan rutin

merupakan kegiatan yang dilaksanakan peserta didik secara terus menerus

dan konsisten setiap saat, misalnya upacara bendera setiap hari senin, piket

kelas, shalat berjamaah, berdoa sebelum dan setelah pelajaran, dan

sebagainya. (2) Kegiatan spontan bersifat spontan, saat itu juga, pada waktu

(51)

bencana alam, mengunjungi teman sakit atau sedang yang tertimpa

musibah, dan lainlain. (3) Keteladanan adalah timbulnya sikap dan perilaku

peserta didik karena meniru perilaku dan sikap guru dan tenaga

kependidikan di sekolah, misalnya kerapian pakaian yang dikenakan,

kedisiplinan, tertib dan teratur, saling peduli dan kasih sayang, dan

sebagainya. (4) Pengkondisian, menciptakan kondisi yang mendukung

keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kondisi tata ruang yang rapi,

kondisi toilet yang bersih, disediakan tempat sampah, halaman sekolah

yang rindang.

9. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di SMP

Zubaedi (2011) mengungkapkan indikator keberhasilan

pelaksanaan penciptaan suasana sekolah yang kondusif melalui

penanaman nilai-nilai karakter luhur bagi peserta didik, berhasil-tidaknya

dapat dilihat berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut:

a. Tingkat pengamalan ibadah keagamaan.

b. Tingkat keimanan, kebersihan, ketertiban, ketertiban, dan keindahan

lingkungan sekolah yang diukur dari persepsi peserta didik, orangtua

dan masyaratat sekitar.

c. Tingkat penurunan frekuensi dan intesitas kenakalan peserta didik

baik di sekolah maupun di luar sekolah..

(52)

sekitar dalam program kegiatan sekolah.

e. Tingkat pengetahuan, pemahaman dan pengalaman peserta didik

terhadap nilai-nilai dan norma ajaran karakter yang dapat diukur

melalui nilai pendidikan agama, PPKn dan mata pelajaran lainnya.

B. Hakikat Karakter Bergaya Hidup Sehat 1. Pengertian Bergaya Hidup Sehat

Gaya hidup sehat adalah kesinambungan kesehatan personal. Ini

merupakan aktivitas individu, keluarga, masyarakat, dengan niat memajukan

atau menguatkan kesadaran tentang kesehatan, mencegah atau mengobati

penyakit (Mustari, 2014). Menurut Health Promotion Glossary (WHO 1998)

Lifestyle is a way of living based on identifiable patterns of behaviour which are determined by the interplay between an individual’s personal

characteristics, social interactions, and socioeconomicand environmental

living condition.

Menurut Depkes RI (1997), gaya hidup sehat adalah segala upaya

untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat

dan menghindari kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

Menurut Depkes RI (2002) indikator gaya hidup sehat antara lain: perilaku

tidak merokok, pola makan sehat dan seimbang dan aktivitas fisik yang

(53)

berbagai upaya yang dilakukan individu untuk menciptakan hidup yang sehat

dengan cara menyadari, mencegah, dan mengeobati penyakit.

2. Aspek-aspek Karakter Bergaya Hidup Sehat

Berikut ini merupakan aspek-aspek karakter bergaya hidup sehat menurut

Mustari (2014).

a. Gizi yang Baik

Gizi adalah asupan bahan-bahan yang penting berbentuk makanan atau

minuman untuk menyangga hidup. Tubuh terdiri dari berbagai senyawa

kimiawi yang berbeda-beda, maka tubuh pun memerlukan asupan gizi yang

berbeda-beda pula, yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, air,

dan lain-lain. Asupan-asupan tersebut harus dilakukan secara seimbang

sehingga tidak terjadi apa yang disebut dengan malnutrisi.

b. Pengamatan Kesehatan

Pengamatan kita terhadap kesehatan, baik secara aktif ataupun pasif

akan mempengaruhi kesehatan personal. Informasi yang dikumpulkan dari

pengamatan kesehatan dapat digunakan untuk membuat keputusan dan

tindakan personal. Misalnya, kita merasa lelah pada waktu pagi maka kita

akan mencoba tidur di atas bantal, atau posisi tidur yang berbeda. Begitu pula,

informasi itu dapat membuat keputusan klinis dan rencana pengobatan.

Misalnya, pasien yang menyadari bahwa ia tidak bisa tidur karena sesak

nafas, besoknya ia bisa memeriksakan diri ke dokter untuk meminta

(54)

c. Olah Raga yang Teratur

Olah raga atau latihan fisik adalah aktivitas tubuh yang mendorong atau

melangsungkan kebugaran fisik dan kesehatan tubuh. Olah raga dilakukan

untuk berbagai alasan, yakni mengembangkan otot, melatih kemahiran,

menurunkan berat badan, atau untuk kesenangan semata. Olah raga yang

dilakukan secara sering dan teratur akan memperkuat sistem kekebalan tubuh,

dan membantu mencegah berbagai penyakit seperti serangan jantung,

penyakit kardiovaskular, diabetes dan kegemukan (obesitas). Olah raga pun

dapat mengelastiskan pembuluh darah, mengembangkan kesehatan mental,

membantu mencegah depresi, membantu mempromosikan atau

melangsungkan kepercayaan-diri yang positif, dapat membentuk postur

tubuh yang baik dan indah, bahkan dapat menyehatkan kerja otak.

d. Aktivitas Sosial

Kesehatan pribadi tergantung pula pada struktur sosial kehidupan.

Kelangsungan hubungan sosial yang kuat dihubungkan dengan kondisi

kesehatan yang baik, umur panjang, produktivitas, dan sikap yang positif.

Interaksi sosial positif dapat meningkatkan kemantapan emosi dan

kecerdasan sosial yang pada akhirnya membuat diri merasa lebih sehat.

e. Kebersihan

Kebersihan berarti kegiatan menjaga tubuh agar tetap bersih untuk

mencegah infeksi dan penyakit, dan penghindaran kontak dengan agen-agen

(55)

sewaktu buang air besar ataupun kecil, mandi, menggosok gigi, mencuci

tangan terutama sebelum makan, membersihkan makanan sebelum dimakan,

membersihkan peralatan makan sebelum dan setelah menyiapkan makanan,

dan banyak lagi. Cara ini membantu mencegah infeksi dan penyakit. Dengan

membersihkan tubuh, sel-sel kulit mati dibasuh dan mengelupas dengan

bibit-bibit penyakit, mengurangi kesempatan bibit-bibit-bibit-bibit penyakit memasuki tubuh.

f. Manajemen Stres

Manajemen stres merupakan metode penerapan untuk mengurangi stres

atau meningkatkan toleransi atas stress. Metode-metode psikologis termasuk

terapi kognitif, meditasi, dan berpikir positif dapat mengurangi respons atas

stres. Mengurangi ketidaktentuan dengan meningkatkan pengetahuan dan

pengalaman yang dihubungkan dengan situasi-situasi yang menyebabkan

stres, dapat mengurangi reaksi stres dan dapat membangun kepercayaan diri.

Belajar untuk mengatasi masalah dengan lebih baik, seperti memajukan

keahlian pemecahan masalah dan manajemen waktu, dapat juga mengurangi

reaksi stres pada masalah. Berulang-ulang menjumpai objek ketakutan dapat

juga mengurangi respon lawan-atau-pergi (fight-or-flight) atas stimulus

tersebut misalnya, menghadapi premanisme dapat mengurangi ketakutan

terhadap preman itu sendiri.

g. Program dan Layanan Kesehatan

Program kesehatan dapat berupa layanan kesehatan yang merupakan

(56)

dan fisik melalui layanan oleh profesi medis, keperawatan, dan tenaga

kesehatan lainnya. Program kesehatan juga dapat disediakan di

tempat-tempat umum seperti tempat-tempat kerja atau belajar seperti pusat kebugaran,

penyuluhan kesehatan, kabar tentang kesehatan, akses atas tutorial kesehatan,

gerakan penghentian merokok, dan training yang berhubungan dengan gizi,

berat badan dan manajemen stress. Program lain dapat termasuk penanganan

resiko kesehatan, skrining kesehatan, dan monitoring indeks massa tubuh

(IMT). Program-program kesehatan juga dapat ditemukan di tempat-tempat

umum seperti di sekolah, balai-balai desa, mall, dan kantor-kantor yang ada

di masyarakat. Ini secara khusus meminta partisipan untuk mempunyai

komitmen yang cukup tinggi, karena biasanya bersifat sukarela (voluntary).

h. Kesehatan Masyarakat

Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,

memanjangkan umur dan mempromosikan kesehatan melalui upaya-upaya

terorganisasi dan pilihan-pilihan yang diinformasikan dari suatu masyarakat,

organisasi, baik bersifat publik atau privat, komunal ataupun individual.

Winslow, 1920 (dalam Mustari, 2014). Kesehatan masyarakat berhubungan

dengan ancaman atas keseluruhan kesehatan masyarakat berdasarkan analisis

kesehatan penduduk. Kesehatan masyarakat mempunyai sub-bagian, yang

biasanya terbagi pada epidemiologi, biostatistik dan layanan kesehatan.

Kesehatan lingkungan, sosial, perilaku kesehatan, dan kesehatan di tempat

(57)

Intervensi kesehatan masyarakat adalah lebih difokuskan untuk

mencegah daripada mengobati suatu penyakit. Selain aktivitas ini, dalam

banyak kasus mengobati suatu penyakit dapat menjadi vital untuk mencegah

penyebarannya, seperti selama masa inkubasi penyakit yang berinfeksi.

Contoh-contoh upaya kesehatan masyarakat selain pengobatan adalah

vaksinasi terjadwal dan distribusi kondom.

Tidak seperti kaum profesional klinis, kesehatan masyarakat lebih

difokuskan pada keseluruhan penduduk daripada individu. Tujuannya adalah

mencegah terjadinya atau kembali terjadinya masalah-masalah kesehatan

dengan mengimplementasikan program-program pendidikan, mengatur

layanan masyarakat, melakukan penelitian, dan program-program lainnya.

Kesehatan masyarakat juga bisa bersifat universal. Dalam hal ini, kesehatan

dapat menyeberangi wilayah atau negara lain, terutama negara-negara

berkembang yang tidak dapat mengatasi masalah kesehatan tersebut.

i. Pendidikan Kesehatan

Masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang sudah mengerti

bagaimana untuk sehat. Ketika tiap orang berusaha untuk tetap mengamati

kesehatan mereka sehari-hari, ketika tiap orang sadar sosial, ketika

kebersihan tetap terjaga di mana saja mereka berada, dan ketika tiap orang

bisa mengatasi masalah stress mereka. Oleh karena itu, pendidikan untuk

menjadi sadar-kesehatan ini memang harus terus dilancarkan, dengan

(58)

Di rumah, kita bisa mengajarkan kepada anak-anak tentang kebersihan,

memperhatikan kondisi kesehatan mereka, mengajarkan makan makanan

yang sehat, mengajak mereka berolah raga yang teratur, mengajarkan

sikap-sikap positif, dan bahkan mendorong mereka untuk bersikap-sikap senang

menolong orang.

Di sekolah sikap-sikap positif di atas dapat dipraktekkan, bahkan masuk

di dalam kurikulum maupun kokurikulum. Pendidikan jasmani dan olah

raga/kesehatan mestilah selalu ada dan dipraktekkan. Kegiatan-kegiatan

seperti Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Palang Merah Remaja (PMR)

dapat menjadi pusat-pusat kegiatan untuk mengajarkan kesehatan.

Di lingkungan masyarakat, para pemimpin masyarakat baik formal

maupun informal dapat mengajak masyarakat untuk melakukan

gotong-royong dalam hal kebersihan, saling mengingatkan apabila ada hal-hal yang

salah secara kesehatan dalam rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar.

3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Bergaya Hidup Sehat

Berikut ini disarikan dari Kemendiknas, 2010 (dalam Suharjana 2012)

Gambar

Tabel 4. 5 Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis
Gambar 2. 1 Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial ......... 22
Grafik 4. 2 Pekembangan Skor Karakter Bergaya Hidup Sehat Siswa Kelas VII F
Gambar 2. 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

hak yang sama untuk dapat ikut serta dalam organisasi serikat pekerja/buruh guna melindungi hak dan kepentingan mereka. Namun dengan pelaksanaan outsourcing hak berserikat tidak

bidang yang terdapat dalam perusahaan sesuai dengan keahliannya. Manusia yang bekerja dalam suatu perusahaan merupakan suatu unsur dalam MSDM. Focus dalam MSDM adalah

Dalam penelitian ini dibahas antara lain : Kapankah suatu tindakan deportasi dapat dilakukan menurut hokum nasional dan internasional, apakah maksud dan tujuan kehadiran WNA

yang terdiri dari terminal udara, konduktor pentanahan, dan sistem terminasi bumi,. sistem

Langkah yang dilakukan dalampenelitian ini adalah dengan menunjukkan video hasil identifikasi yang sudah dibuat kepada guru SD kelas IV kemudian rancangan pelaksanaan

3.3 Langkah-langkah Percobaan.. Dalam praktikum ini terdapat prosedur untuk memperoleh hasil yang akurat, berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan praktikum: 1.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Konsentrasi NaOH dan lama pemanasan yang terbaik adalah 0,2 % dengan lama pemanasan 90 menit yang memeberikan daya cerna

[r]