EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BERGAYA HIDUP SEHAT
( Studi Pra Eksperimen pada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016 )
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Juliana Melani
131114059
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKILTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
SKRIPSI
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BERGAYA HIDUP SEHAT
( Studi Pra Eksperimen pada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016 )
Oleh: Juliana Melani
131114059
Telah Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing
KTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BERGAYA HIDUP SEHAT
( Studi Pra Eksperimen pada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016 )
Dipersiapkan dan disusun oleh: Juliana Melani
NIM: 131114059
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 18 Januari 2017
dan dinyatakan memenuhi syarat Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua: Dr. Gendon Barus, M.Si. ... Sekretaris: Juster Donal Sinaga, M.Pd. ... Anggota I: Dr. Gendon Barus, M.Si. ... Anggota II: Juster Donal Sinaga, M.Pd. ... Anggota III: Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., MA. ...
Yogyakarta, 18 Januari 2017
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan
HALAMAN MOTTO
Be a good listener.
Your ears will never get you in trouble.
(Frank Tyger)
Trust in youre self, before anyone else.
(Stuart Mills)
Do my best, so that I can’t blame myself for anything.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan
Tuhan dan orang lain. Kupersembahkan sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini
bagi...
Bapa di Surga dan Bunda Maria yang selalu menjaga dan memberikan jalan
kehidupan.
Papa dan mama yang selalu sabar dan selalu ada memberikan kenyamanan.
Adikku, Giustian yang sudah beristirahat dalam kedamaian.
Orang terkasih yang telah membantu dalam setiap keputusasaan.
Teman-teman yang telah terlibat dalam setiap candaan dan teman sapaan.
Para dosen yang bersedia memberikan bimbingan.
Dan untuk semua karya Tuhan, baik itu keajaiban atau ciptaannya.
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar
pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Januari 2017
Peneliti
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Juliana Melani
Nomor Induk Mahasiswa : 131114059
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Bergaya Hidup Sehat Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning (pada siswa kelas VII SMP N Sukaresik, Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016) beserta
perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta iiin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 18 Januari 2017 Yang menyatakan
ABSTRAK
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BERGAYA HIDUP SEHAT ( Studi Pra Eksperimen pada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri Sukaresik
Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016 )
Juliana Melani Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) Peningkatan hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk mrningkatkan karakter bergaya hidup sehat siswa kelas VII F di SMPN Sukaresik, Jawa Barat Barat antara sebelum dan sesudah implementasi, 2) peningkatan yang signifikan hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat siswa, 3) peningkatan hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat antar sesi layanan, dan 4) efektivitas implementasi pendidikan karakter bergaya hidup sehat menurut penilaian siswa kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif pre-experimental menggunakan one group pre-test post-test design.Subjek dalam penelitian ini berjumlah 30 siswa kelas VII F di SMPN Sukaresik, Jawa Barat. Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan teknik tes dan non tes. Teknik non tes terdiri dari dua instrumen, yakni kuesioner validasi model pendidikan karakter (responden siswa), dan self assessment scale karakter bergaya hidup sehat. Sementara, teknik tes terdiri dari satu alat tes, yakni tes hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat yang diberikan sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test)
implementasi dilakukan. Koefisien reliabilitas tes hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat diukur dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan hasil hitung (0,666) sehingga termasuk dalam kategori sedang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning terbukti efektif untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat siswa kelas VII F SMP N Sukaresik Jawa Barat, 2) pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning secara signifikan efektif meningkatkan karakter bergaya hidup sehat 3) Terjadi peningkatan hasil karakter bergaya hidup sehat pada siswa dari sesi ke sesi berikutnya. 4) Siswa menilai bahwa implementasi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning sangat efektif untuk meningkatkan karakter bergaya hidup sehat.
ABSTRACT
THE EF FECTIVENESS OF IMPLEMENTING CHARACTER EDUCATION BASED ON CLASS GUIDANCE USING EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH TO IMPROV A CHARACTER OF HEALTHY LIFESTYLE (PRE EXPERIMENT STUDY OF THE 7TH GRADE STUDENTS IN SMP
NEGERI SUKARESIK ACADEMIC YEAR 2015/2016) Juliana Melani
Sanata Dharma University
2017
This research has aims to describe: 1) the improvement of character education result on healthy lifestyle based on class guidance service using experiential learning approach to develop the healthy lifestyle among the seventh grade students of SMPN Sukaresik, West Java, before and after the implementation 2) significant improvement of the character education process students healthy lifestyle 3) the improvement of character education in healthy lifestyle between sessions and 4) the effectiveness of character education implementation in students perspective in class VII SMPN Sukaresik, West Java.
This research is a experimental quantitative method using one group pre-test post-pre-test design. The subject of the research were 30 students in class VII F, SMPN Sukaresik, West Java. The data of the research was gathered using test and non test techniques. The non test technique consisted of two instruments: questionaire on character education model (students as respondents) and self assessment scale of healthy lifestyle character. The test technique consisted of one instrument, namely the result of character education results given before (pre-test) and after (post-test) the implementation. The test reliability coeficient of the character education on healthy lifestyle way measured using Cronbach Alpha, the result was categorized as medium (0,666).
The research results shows that: 1) The implementation of character education based on class guidance service using experiential learning approach was proven effective to increase the students healthy lifestyle in class VIIF SMP N Sukaresik West Java 2) The character education based on class guidance service using experiential learning approach was significantly effective in improving the healthy-lifestyle character 3) there was a n improved charahter in students healthy lifestyle from one session to the next 4) Students assessed that the implementation of character education based on class guidance service using experiential learning approach was very effective to improve students healthy lifestyle character.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan naungan
kasih-Nya, penulisan tugas akhir dengan judul “Efektivitas Implementasi Pendidikan
Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential
Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat (Studi Pra Eksperimen
pada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat Tahun Ajaran
2015/2016) dapat terselesaikan dengan baik.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana pada Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma. Selama menulis tugas akhir ini, peneliti menyadari bahwa
begitu banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan
mendukung setiap proses yang peneliti jalani. Oleh sebab itu, peneliti ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling, sekaligus dosen pembimbing tugas akhir.
3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua Program Studi
Bimbingan dan Konseling.
4. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas
5. Pak Stefanus Priyatmoko selaku petugas sekretariat Program Studi Bimbingan
dan Konseling yang senantiasa ramah melayani administrasi selama peneliti
menempuh studi.
6. Papa Suryadi dan mama Imas suhimas atas segala kelembutan, kesabaran, cinta
dan kebahagiaan yang telah diberikan kepada peneliti sampai saat ini.
7. Adikku tersayang, Giustian yang selama hidupnya telah mewarnai pahit dan
manisnya kehidupan besama.
8. F. Xaverius Dwi k yang selalu membantu peneliti secara teknis dan nonteknis.
9. Vigna Mayasari, Umi M, Yosephin, Windri, Ana, Dias, dan teman-teman yang
sudah terlibat membantu secara dekat.
10.Keluarga besar Agnes Mustidjah yang selalu memberikan support baik itu
secara psikologis maupun finansial.
11.Pemerintah dan universitas yang sudah memberikan beasiswa selama 3,5 tahun
ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini kurang sempurna, meski demikian
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEl ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xx
DAFTAR GRAFIK ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
G. Definisi Istilah ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 12
A. Hakekat Pendidikan Karakter ... 12
2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 13
3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 14
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 15
5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter di SMP ... 16
6. Proses Pembentukan Karakter ... 21
7. Komponen Pembentukan Karakter... 23
8. Upaya-upaya Peningkatam Karakter di Sekolah ... 29
9. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di SMP ... 30
B. Hakekat Karakter Bergaya Hidup Sehat ... 31
1. Pengertian Bergaya Hidup Sehat ... 31
2. Aspek-aspek Karakter Bergaya Hidup Sehat ... 32
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Bergaya Hidup Sehat ... 37
4. Upaya-upaya Peningkatan Karakter Bergaya Hidup Sehat ... 38
5. Faktor-faktor Bergaya Hidup Sehat ... 40
C. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal ... 41
1. Pengertian Bimbingan Klasikal ... 41
2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal ... 42
3. Bidang Bimbingan Klasikal ... 43
4. Strategi/ Teknik Bimbingan Klasikal ... 44
D. Hakikat Pendekatan ExperientialLearning ... 47
1. Pengertian Pendekatan Experiential Learning ... 47
2. Tujuan Experiential Learning... 48
3. Langkah-langkah Pembelajaran Experiential Learning ... 49
4. Kelebihan Pendekatan Experiential Learning ... 50
E. Penelitian yang Relevan ... 51
F. Kerangka Pikir ... 52
BAB III METODE PENELITIAN ... 55
A. Jenis Penelitian ... 55
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 58
B. Subjek Penelitian ... 58
C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data...58
D. Validitas, Reliabilitas, dan Uji Normalitas...65
1. Validitas Instrumen ... 65
2. Reliabilitas ... 67
3. Uji Normalitas ... 70
E. Teknik Analisis Data ... 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76
A. Hasil Penelitian...76
1. Efektivitas Hasil Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat siswa kelas VII SMPN Sukaresik Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Implementasi ... 74
2. Signifikansi Peningkatan Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat siswa kelas VII SMPN Sukaresik Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Implementasi ... 82
3. Efektivitas Antar Sesi Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat siswa SMPN Sukaresik Jawa Barat ... 84 4. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis
menurut Penilaian siswa kelas VII SMPN Sukaresik Jawa
Barat ... 88
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 90
1. Efektivitas Hasil Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat siswa kelas VII SMPN Sukaresik Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Implementasi ... 90
2. Signifikansi Peningkatan Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat siswa kelas VII SMPN Sukaresik Jawa Barat Sebelum dan Sesudah Implementasi ... 94
3. Efektivitas Antar Sesi Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat siswa SMPN Sukaresik Jawa Barat ... 96
4. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat menurut Penilaian siswa kelas VII SMPN Sukaresik Jawa Barat ... 99
BAB V PENUTUP ... 103
A. Kesimpulan ... 103
B. Keterbatasan Penelitian ... 104
C. Saran ... 104
DAFTAR PUSTAKA ... 108
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Bergaya Hidup
Sehat...38
Tabel 3. 1 Desain penelitian one-group pretest posttest design...56
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Tes Karakter Bergaya Hidup Sehat...63
Tabel 3. 3 Kisi-kisi kuesioner Self Assessment Karakter Bergaya Hidup Sehat... 64
Tabel 3. 4 Kriteria Guilford ... 68
Tabel 3. 5 Reliabilitas Item Test Karakter Bergaya Hidup sehat...69
Tabel 3. 6 Reliabilitas Item Kuesioner Bergaya Hidup Sehat...71
Tabel 3. 7 Uji Normalitas ... 71
Tabel 3. 8 Norma Kategorisasi Tingkat Karakter Bergaya Hidup sehat...74
Tabel 3.9 Norma Kategorisasi Tingkat Karakter Bergaya Hidup Sehat Siswa/i kelas VII F SMP Negeri Sukaresik Tahun Ajaran 2015/2016...74
Tabel 4. 1 Pekembangan Hasil Perkembangan Skor Karakter Bergaya Hidup Sehat Siswa VII F SMPN Sukaresik ... 77
Tabel 4. 2 Distribusi Peningkatan Hasil Pendidikan Karakter Bergaya Hidup Sehat antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter ... 79
Tabel 4. 3 Paired Sample Statistik ... 82
Tabel 4. 5 Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial ... 22 Gambar 2. 2 Prosedur Pembelajaran Experiential Learning ... 49 Gambar 2. 3 Kerangka Pikir... 53 Gambar 3. 1 Desain Pra Eksperimen One-Group Pre test-Post test Implementasi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4. 1 Pekembangan Pre test Post test Karakter Bergaya Hidup Sehat Siswa Kelas VII F SMPN Sukaresik ... 78 Grafik 4. 2 Pekembangan Skor Karakter Bergaya Hidup Sehat Siswa Kelas VII F
SMPN Sukaresik ... 78 Grafik 4. 3 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Pendidikan
Karakter Bergaya Hidup Sehat Antara Pre dan Post Test ... 80 Grafik 4. 4 Peningkatan Hasil Implementasi Karakter Bergaya Hidup Sehat Siswa
tiga sesi ... 86 Grafik 4. 5 Gambaran Peningkatan Karakter Bergaya Hidup Sehat pada Siswa
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Test Bergaya Hidup Sehat ... 112 Lampiran 2. Kuesioner Self Assessment Bergaya Hidup Sehat ... 118 Lampiran 3. Kuesioner Validasi ... 120 Lampiran 4. Hasil Uji Validasi Butir Item Test dan Kuesioner Pendidikan Karakter
Bergaya Hidup Sehat ... 122 Lampiran 5. Tabulasi Data Instrumen Hasil Test ... 124 Lampiran 6. Tabulasi Instrumen Self Assessment Karakter Bergaya Hidup Sehat Siswa ... 127 Lampiran 7. Tabulasi Data Instrumen 1 Validasi Efektivitas Model Layanan
Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning ... 130 Lampiran 8. Rancangan Pelayanan Bimbingan Kelas Topik satu ... 133
Lampiran 9. Rancangan Pelayanan Bimbingan Kelas Topik Dua 142
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tanpa pembangunan karakter hanya menjadi sarana pelatihan
pengetahuan tanpa penguatan perilaku beradab. Pendidikan karakter sangat
diperlukan agar setiap individu mampu menjadi orang yang lebih baik, menjadi
warga masyarakat yang lebih baik, dan menjadi warga negara yang lebih baik.
Maka, bangsa Indonesia menggalakkan pendidikan karakter agar kualitas
bangsa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hingga saat ini tengah
menggerakan kembali pendidikan karakter. Namun pelaksanaannya belum
sesuai harapan. Buchori (dalam Barus, 2015) mensinyalir,
Pendidikan watak diformulasikan menjadi pelajaran agama, pelajaran kewarganegaraan, atau pelajaran budi pekerti, yang program utamanya ialah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata. Paling-paling mendalam sedikit sampai ke penghayatan nilai secara afektif. Padahal pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata.
Zubaedi (2011:3) mengakui bahwa “Persoalan karakter atau moral
memang tidak sepenuhnya terabaikan oleh lembaga pendidikan. Akan tetapi,
ada kegagalan pada institusi pendidikan kita dalam hal menumbuhkan manusia
Indonesia yang berkarakter atau berakhlak mulia.”
Melihat kenyataan yang terjadi, banyak sekali hambatan yang terjadi
dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SMP. Pendidikan karakter perlu
dimulai dengan penanaman pengetahuan dan kesadaran pada anak sehingga
anak memahami cara bertindak yang sesuai nilai-nilai moralitas. Data
penelitian Strategis Nasional (Barus, Sinaga & Hastuti, 2015), berjudul “Pengembangan Model Pendidikan Karakter di SMP Berbasis Layanan
Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experential Learning”, yang dilakukan oleh beberapa dosen program studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma, menunjukkan secara empirik 36,4% dari 653
peserta didik SMP di 5 kota yang diteliti, capaian nilai-nilai karakternya masih
berada pada kategori kurang baik. Hal itu menunjukkan bahwa implementasi
pendidikan karakter terintegrasi belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan.
Capaian nilai karakter yang kurang baik ini nampak dalam berbagai
permasalahan remaja, salah satunya adalah masalah seputar kesehatan remaja
yang berujung pada hambatan dalam proses perkembangan diri. Remaja
kurang memiliki kesadaran akan hidup sehat, sehingga remaja memiliki
berbagai hambatan dalam beraktivitas di lingkungannya. Menurut survei
dan 47,0% lelaki yang tidak menikah, berusia 15-19 tahun merupakan perokok
aktif hingga saat ini. Provinsi dengan jumlah pasien AIDS terbanyak pada
pengguna napza suntik adalah Jawa Barat, sebanyak 2.366 orang. Berdasarkan
riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007, secara nasional persentase kebiasaan
merokok penduduk Indonesia berumur >10 tahun sebesar 23,7%, pada lelaki
46,8% dan perempuan 3%. Persentase penduduk yang kurang memiliki
aktivitas fisik usia 10-14 tahun sebesar 66,9% dan usia 15-24 tahun sebesar
52%.
Beberapa hal yang telah disebutkan tadi merupakan permasalahan
remaja yang juga muncul dalam aktivitas pendidikan remaja SMP Negeri
Sukaresik Jawa Barat. Berdasarkan survei di atas, Jawa Barat adalah provinsi
dengan jumlah pasien AIDS dan pengguna napza suntik terbanyak.
Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara peneliti dengan beberapa
guru di sekolah, diperoleh informasi bahwa sebagian siswa yang merokok aktif
di luar jam pelajaran, sebagian siswa belum memahami bahaya merokok,
sebagian siswa belum memahami pentingnya kesehatan diri, sebagian siswa
kurang menyukai aktivitas olahraga, hampir semua siswa pernah mencoba
merokok, hampir semua siswa memilih jajanan yang kurang sehat, beberapa
siswa belum memiliki kesadaran akan kebersihan lingkungannya setelah
mereka melakukan kegiatan, beberapa siswa kurang memperhatikan
kebersihan diri, gigi, kuku hingga rambut.
atas dapat bersumber dari labilnya sifat khas remaja, kurangnya pengetahuan
remaja tentang kesehatan, lemahnya nilai moral yang dianut, serta buruknya
kondisi lingkungan yang turut memengaruhi. Untuk mengatasi persoalan itu,
perlu ditumbuhkan karakter bergaya hidup sehat di kalangan pelajar SMP
Negeri Sukaresik. Gaya hidup sehat adalah kesinambungan kesehatan personal
dan merupakan aktivitas individu, keluarga, atau masyarakat, dengan niat
memajukan atau menguatkan kesadaran tentang kesehatan, mencegah atau
mengobati penyakit (Mustari, 2014).
Guru BK diharapkan dapat melakukan pelayanan agar karakter bergaya
hidup sehat yang siswa miliki terus berkembang. Salah satu strategi untuk
meningkatkan karakter bergaya hidup sehat adalah melalui layanan bimbingan
klasikal dengan pendekatan experiential learning. Melalui layanan bimbingan
siswa diharapkan meningkatkan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran
di kelas. Experiential Learning adalah sebuah pendekatan dalam
penyelengaraan bimbingan klasikal, dengan menggunakan dinamika kelompok
yang efektif. Suatu dinamika kelompok dikatakan efektif karena dapat
menghadirkan suasana kejiwaan yang sehat diantara peserta kegiatan,
meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif (seperti senang, rileks,
gembira, menikmati, dan bangga), meningkatkan minat atau gairah untuk lebih
terlibat dalam proses kegiatan, memungkinkan terjadinya katarsis, serta
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan sosial (Prayitno, dkk, 1998).
dalam mengimplementasikan pendidikan karakter dengan tujuan
meningkatkan karakter dalam diri siswa. Peneliti mengangkat judul
“Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan
Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat” (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas
VII di SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016).
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari fakta di atas, dapat diidentifikasikan berbagai masalah
sebagai berikut:
1. Pendidikan karakter di SMP masih berhenti pada tahap pengenalan nilai
secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan belum membawa peserta
didik ke pengamalan nilai secara nyata.
2. 36.4% peserta didik dari 653 peserta didik di 5 SMP masih pada kategori
kurang baik.
3. Remaja 15-19 tahun merupakan perokok aktif hingga saat ini, perempuan:
0,7%; sedangkan lelaki: 47,0%.
4. Prevalensi kurang aktivitas fisik penduduk berusia 10 tahun menurut karakteristik usia: 10-14 tahun: 66,9%; 15-24 tahun: 52%. Sedangkan jika
dilihat berdasarkan jenis kelamin lelaki: 41,4%; dan perempuan: 54,5%.
5. Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat belum
6. Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat memiliki kebiasaan merokok.
7. Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat memiliki kebiasaan
jajan yang kurang sehat.
8. Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat belum mampu
melakukan bersih diri.
9. Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat belum mampu
menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
10.Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat kurang menyukai
aktivitas olahraga.
11.Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat lebih memilih
jajanan dan makanan enak daripada sehat.
12.Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat belum memahami
pentingnya kesehatan diri.
13.Sebagian peserta didik SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat kurang memiliki
karakter bergaya hidup sehat, sebagai siswa belum dapat menjalani pola
hidup yang sehat.
14.Belum adanya penelitian yang secara langsung menunjukan efektivitas
pendidikan karakter bergaya hidup sehat berbasis layanan bimbingan klasikal
dengan pendekatan Experiential Learning di SMP Negeri Sukaresik Jawa
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan kajian untuk menjawab
masalah nomor 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, dan 14 khususnya mengenai
implementasi pendidikan karakter bergaya hidup sehat dan menganalisis
efektivitas hasilnya dengan mengkaji “Implementasi Pendidikan Karakter
Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan Karakter Bergaya Hidup Sehat” (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII di SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat Tahun Ajaran 2015/2016).
D. Rumusan Masalah
Masalah-masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi peningkatan hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat
berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan Experiential
Learning pada siswa kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat antara
sebelum dan sesudah implementasi?
2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan hasil implementasi pendidikan
karakter bergaya hidup sehat berbasis layanan bimbingan klasikal dengan
pendekatan Experiential Learning pada siswa kelas VII SMP Negeri
Sukaresik Jawa Barat sebelum dan sesudah implementasi?
3. Seberapa tinggi peningkatan hasil pendidikan karakter bergaya hidup sehat
Learning antar sesi?
4. Seberapa efektif implementasi pendidikan karakter bergaya hidup sehat
berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan Experiential
Learning berdasarkan penilaian siswa kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa
Barat?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ingin dipecahkan peneliti, berikut merupakan
tujuan penelitian yang hendak dicapai.
1. Menganalisis seberapa tinggi hasil implementasi pendidikan karakter
berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan Experiential
Learning dalam peningkatankarakter bergaya hidup sehat siswa kelas VII
SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat antara sebelum dan sesudah
implementasi.
2. Menganalisis signifikansi peningkatan hasil pendidikan karakter bergaya
hidup sehat siswa kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat berbasis
layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan Experiential Learning
sebelum dan sesudah implementasi.
3. Mendeskripsikan peningkatan hasil pendidikan karakter bergaya hidup
sehat antar sesi layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
Experiential Learning dapat meningkatkan karakter bergaya hidup sehat
4. Mendeskripsikan efektivitas implementasi pendidikan karakter bergaya
hidup sehat siswa kelas VII SMP Negeri Sukaresik Jawa Barat menurut
penilaian siswa.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna secara teoris maupun praktis.
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menambah dan memperdalam wawasan
khususnya tentang efektivitas implementasi penanaman nilai karakter
bergaya hidup sehat berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi kepala sekolah dan guru-guru, hasil penelitian ini bisa dijadikan
landasan dalam menentukan cara meningkatkan karakter bergaya
hidup sehat dalam diri siswa.
b. Bagi siswa, penelitian ini dapat memperdalam wawasan tentang
karakter bergaya hidup sehat pada diri dan menerapkannya dalam
kehidupan sebagai peserta didik.
c. Bagi Peneliti, penelitian ini menjadikan peneliti memiliki pengalaman
baru dan keterampilan terutama dalam menerapkan pendidikan
berwarna dan kreatif.
G. Definisi Istilah
Beberapa istilah dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:
1. Karakter bergaya hidup sehat adalah aktivitas individu, keluarga, atau
masyarakat, dengan tujuan untuk memajukan atau menguatkan kesadaran
tentang kesehatan, mencegah atau mengobati penyakit kemudian
menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Pendidikan karakter adalah berbagai upaya yang dirancang untuk
meningkatkan karakter individu dengan tujuan menginternalisasi
nilai-nilai karakter dalam diri sehingga membentuk pribadi yang utuh.
3. Bimbingan klasikal adalah kegiatan yang dilakukan guru bimbingan
konseling untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di
kelas. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau brain
storming (curah pendapat) yang hasilnya dapat diamati dan dinilai
bersama- sama. Selain itu, dapat memperoleh informasi tentang siswa
(seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya), membantu
memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek
bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru BK bersama dengan guru mata
pelajaran.
kecenderungan agar peserta didik mampu belajar dari pengalaman. Peserta
didik diharapkan mampu terlibat secara aktif sehingga dapat mengambil
sebuah pengetahuan baru dari setiap proses kegiatan yang berlangsung,
sehingga para pembelajar mampu membangun pengetahuan,
12 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini mepaparkan hakikat pendidikan karakter, hakikat karakter bergaya
hidup sehat, hakikat layanan bimbingan klasikal, hakikat pendekatan experiential
learning, kerangka berpikir, penelitian yang relevan, dan hipotesis.
A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter
Menurut Suyanto (dalam Zubaedi, 2011:11) “Karakter adalah cara
berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup
dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Individu berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat
keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat”.
Douglas (dalam Samani, Muchlas & Hariyanto 2012:41)
mendefinisikan Character isn’t inherited. One builds its daily by the way one thinks and acts, thought by thought, action by action. Hal ini berarti,
karakter bukan sesuatu yang diwariskan namun perlu dibangun melalui
cara berpikir, perilaku dan tindakan setiap harinya.
Menurut Maksudin (2013:3), karakter adalah ciri khas setiap
individu berkenaan dengan jati dirinya, yang merupakan saripati kualitas
batiniah/rohaniah, cara berpikir, cara berperilaku (sikap dan perbuatan
masyarakat, bangsa maupun negara.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter
bukan bawaan lahir atau genetis namun, merupakan kepribadian seseorang
yang diyakini, dibangun, dan digunakan sebagai pedoman untuk berpikir,
bersikap, dan bertindak. Hal ini menjadi ciri khas setiap individu untuk
hidup dan bekerjasama dalam lingkup keluarga, sekolah, masyarakat,
bangsa dan negara.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Lickona (2012) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya
yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli,
dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana,
Lickona mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang
dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa. Lickona
mengungkapkan bahwa karakter merupakan sifat alami seseorang dalam
merespon situasi secara bermoral.
Menurut Winton, 2010 (dalam Samani, 2012) pendidikan karakter
adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh pada
karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter adalah upaya sadar dan
sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada
para siswanya.
Berdasarkan pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas,
menanamkan, mengembangkan, serta menjadikan seseorang bertanggung
jawab dan mampu menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam diri dan
norma yang berlaku dalam lingkungan sekitar, sehingga akhirnya
membentuk pribadi yang utuh dalam praktik hidup sehari-hari.
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010), pendidikan
karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil
pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh
semua warga sekolah, serta masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah
merupakan ciri khas karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut dimata
masyarakat luas. Secara khusus tujuan pendidikan karakter adalah untuk:
a. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi karakter bangsa
yang religius.
b. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
karakter bangsa.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan serta rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
Maka, melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai
karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Kementerian Pendidikan Nasional (2010) menyatakan bahwa
pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter.
e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku
yang baik.
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang
yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan
membantu mereka untuk sukses.
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai
dasar yang sama.
i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter.
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter, dan manifestasi karakter posisitf dalam kehidupan peserta
didik.
Maka, pendidik diharapkan mampu memberikan berbagai upaya
berdasarkan prinsip-prinsip yang telah disepakati agar peserta didik mampu
menginternalisasi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter di SMP
UUD 1945, dan nilai-nilai yang hidup, tumbuh, dan berkembang dalam
adat istiadat masyarakat Indonesia yang bhineka tunggal ika, telah
teridentifikasi 88 butir nilai karakter yang dikelompokkan menjadi lima,
yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan (1) Tuhan
Yang Maha Esa, (2) diri sendiri, (3) sesama manusia, (4) lingkungan, dan
(5) kebangsaan. Namun demikian, penanaman ke-88 nilai tersebut
merupakan hal yang sangat sulit. Oleh karena itu, pada tingkat SMP
dipilih 20 nilai karakter utama yang disarikan dari butir-butir SKL SMP
(Permendiknas nomor 23 tahun 2006) dan SK/KD (Permendiknas nomor
22 tahun 2006). Berikut adalah daftar 20 nilai utama yang dimaksud dan
deskripsi ringkasnya (Fathurrohman, dkk. 2013:124-126):
a. Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan (Religius)
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan ajaran agamanya.
b. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
1) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain
2) Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara
dan Tuhan Yang Maha Esa.
3) Bergaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk
yang dapat mengganggu kesehatan.
4) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5) Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas
(belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
6) Percaya diri
Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan
tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
7) Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat mengenali
produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk
pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan
8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang
telah dimiliki.
9) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
10) Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
11) Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
c. Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama
1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi
milik/hak diri sendiri dan orang lain serta tugas/kewajiban diri sendiri
serta orang lain.
2) Patuh pada aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan
3) Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.
4) Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata
perilakunya ke semua orang.
5) Demokratis
Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
6) Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya- upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu
ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
7) Nilai kebangsaan
Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
8) Nasionalis
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
9) Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek dan hormat terhadap berbagai macam hal
baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
6. Proses Pembentukan Karakter
Menurut Wibowo (2012), perilaku seseorang yang berkarakter pada
hakikatnya merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang
mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, dan
psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial kultural dalam konteks interaksi
(dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung
sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses
psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam: (1) olah hati
(spiritual and emotional development), (2) olah pikir (intellectual
development), (3) olah raga dan kinestetik (physical and kinesthetic
development), dan (4) olah rasa dan karsa (affective and creativity
development). Keempat proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga,
dan olah rasa dan karsa) tersebut secara holistik dan koheren memiliki
saling keterkaitan dan saling melengkapi yang bermuara pada
pembentukan karakter yang menjadi perwujudan dari nilai-nilai luhur.
Perilaku berkarakter
Olah hati
Olah rasa dan karsa
Olah raga Olah pikir
dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. 1
Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial
Masing-masing proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga,
dan olah rasa dan karsa) secara konseptual dapat diperlakukan sebagai
suatu klaster atau gugusan nilai luhur yang di dalamnya terkandung
sejumlah nilai. Keempat proses psikologis tersebut, satu dengan yang
lainnya saling terkait dan saling memperkuat, karena itu setiap karakter,
seperti juga sikap, selalu bersifat multipleks atau berdimensi jamak.
Pengelompokan nilai tersebut sangat berguna untuk kepentingan
perencanaan. Dalam proses intervensi (pembelajaran, pemodelan, dan
penguatan) dan proses habituasi (pensuasanaan, pembiasaan, dan
luhur tersebut akan terintegrasi melalui proses internalisasi dan
personalisasi pada diri masing-masing individu.
7. Komponen Pembentukan Karakter
Beberapa komponen yang merupakan pembentuk karakter menurut
Lickona (2012) adalah keterkaitan antara pengetahuan moral, perasaan moral
dan tindakan moral. Ada beragam pengetahuan moral yang dapat
dimanfaatkan ketika berhadapan dengan tantangan-tantangan moral dalam
hidup. Berikut adalah penjelasan dari enam hal yang menjadi bagian dalam
pengetahuan moral:
a. Kesadaran moral
Ketidaksadaran moral atau dengan kata lain kebutaan moral
sering terjadi pada diri seseorang. Kondisi dimana seseorang tak
mampu melihat bahwa situasi yang sedang ia hadapi melibatkan
masalah moral dan membutuhkan pertimbangan lebih jauh. Remaja
khususnya sangat rentan terhadap kegagalan dimana remaja sering
bertindak tanpa mempertanyakan apakah ini benar? Aspek pertama
yang perlu dimiliki oleh remaja dalam kesadaran moral adalah
remaja harus mengetahui bahwa tanggung jawab moral pertama
mereka adalah menggunakan akal mereka untuk melihat kapan
sebuah situasi membutuhkan penilaian moral. Kemudian
memikirkan dengan cermat pertimbangan apakah yang benar untuk
untuk bisa mendapatkan informasi. Remaja harus bertanggung jawab
untuk mencari informasi dan memastikan fakta terlebih dahulu
sebelum membuat sebuah pertimbangan moral.
b. Mengetahui nilai-nilai moral
Mengetahui sebuah nilai moral berarti memahami bagaimana
menerapkannya dalam berbagai situasi. Nilai-nilai moral yang perlu
diketahui remaja dalam kehidupan ini diantaranya adalah
menghormati kehidupan, kemerdekaan, bertanggung jawab,
kejujuran, keadilan, toleransi, sopan santun, disiplin diri, integritas,
belas kasih, kedermawanan, dan keberanian. Semua ini merupakan
faktor penentu dalam membentuk pribadi yang baik.
c. Pengambilan perspektif
Pengambilan perspektif adalah kemampuan untuk mengambil
sudut pandang orang lain, melihat situasi dari sudut pandang orang
lain, membayangkan bagaimana mereka akan berpikir, bereaksi, dan
merasa.
d. Penalaran moral
Penalaran moral adalah memahami makna sebagai orang yang
bermoral dan mengapa harus bermoral. Seiring dengan perkembangan
penalaran moral anak-anak dan riset menunjukkan bahwa perkembangan
terjadi secara bertahap, mulai dari mempelajari mana yang termasuk
ketika akan melakukan sesuatu. Pada tingkat tertinggi, penalaran moral
juga melibatkan pemahaman terhadap beberapa prinsip moral klasik, seperti: “Hormatilah martabat setiap individu”; “Perbanyaklah berbuat
baik”; dan “Bersikaplah sebagaimana engkau mengharapkan orang lain
bersikap padamu”. Prinsip-prinsip semacam ini dapat menuntun
perbuatan moral remaja dalam berbagai macam situasi.
e. Membuat keputusan
Untuk membuat keputusan seseorang dapat melakukan pendekatan
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya, seperti “apa saja pilihanku? apa saja konsekuensinya?” dan lain-lain. Mampu
memikirkan langkah yang mungkin akan diambil seseorang yang sedang
menghadapi persoalan moral disebut sebagai keterampilan pengambilan
keputusan reflektif.
f. Memahami diri sendiri
Membangun pemahaman diri berarti sadar terhadap kekuatan dan
kelemahan karakter diri dan mengetahui cara untuk memperbaiki
kelemahan tersebut. Memahami diri sendiri merupakan pengetahuan
moral yang paling sulit untuk dikuasai, tetapi penting bagi
pengembangan karakter. Kesadaran moral, pengetahuan terhadap
nilai-nilai moral, pengambilan perspektif, penalaran moral, pembuatan
keputusan, dan memahami diri sendiri merupakan kualitas-kualitas
Ditinjau dari sisi perasaan moral atau sisi emosionalnya terdapat
beberapa faktor yang membentuk karakter pada seseorang. Faktor-faktor
tersebut adalah:
a. Hati nurani
Hati nurani memiliki dua sisi: sisi kognitif dan sisi emosional. Sisi
kognitif menuntun seseorang dalam menentukan hal yang benar,
sedangkan sisi emosional menjadikan seseorang merasa berkewajiban
untuk melakukan hal yang benar.
b. Penghargaan diri (self-esteem)
Jika seseorang memiliki penghargaan diri yang sehat, maka seseorang
tersebut dapat menghargai dirinya sendiri, dan jika seseorang mampu
menghargai dirinya sendiri, maka seseorang tersebut akan menghormati
dirinya sendiri. Dengan demikian, kecil kemungkinan bagi seseorang
untuk merusak tubuh atau pikirannya sendiri atau membiarkan orang lain
merusaknya. Demikian pula dengan remaja yang memiliki penghargaan
diri yang sehat akan mampu memandang diri secara positif, tidak
bergantung pada pendapat orang lain, lebih mampu bertahan dari tekanan
teman sebaya, mampu mengikuti pertimbangan pribadi, dan lebih
bertanggung jawab terhadap diri, sesama, lingkungan dan kepada Tuhan.
c. Empati
Empati adalah kemampuan mengenali, atau merasakan, keadaan yang
pengambilan perspektif.
d. Mencintai kebaikan
Jika seseorang mencintai kebaikan, mereka akan merasa senang
melakukan kebaikan. Cinta akan melahirkan hasrat, bukan hanya
kewajiban. Potensi ini merupakan potensi moral manusia yang sudah ada
sejak usia kanak-kanak dan dapat terus dikembangkan dalam tiap
tahapan perkembangan manusia.
e. Kontrol diri
Kontrol diri merupakan pekerti moral yang penting untuk
mengendalikan emosi maupun perilaku diri seseorang. Kontrol diri
membantu seseorang untuk tetap bersikap etis disaat seseorang sedang
tidak menginginkannya. Kontrol diri juga penting untuk mengekang
keterlenaan diri.
f. Kerendahan hati
Kerendahan hati adalah bagian dari pemahaman diri. Suatu bentuk
keterbukaan murni terhadap kebenaran sekaligus kehendak untuk
berbuat sesuatu demi memperbaiki kegagalan. Kerendahan hati juga
membantu mengatasi kesombongan diri. Kerendahan hati adalah
pelindung terbaik dari perbuatan jahat.
Hati nurani, penghargaan diri, empati, mencintai kebaikan, kontrol
emosional moral seseorang. Perasaan seseorang terhadap diri sendiri, orang
lain, dan hal-hal yang baik jika digabungkan dengan pengetahuan moral akan
membentuk sumber motivasi moral dalam diri seseorang tersebut. Ada atau
tidaknya perasaan moral pada diri seseorang menjelaskan banyak hal
mengenai mengapa ada orang yang mempraktekan prinsip-prinsip moral
mereka dan ada yang tidak. Inilah alasan mengapa pendidikan nilai yang
hanya sampai pada tataran intelektual, yang hanya menyentuh pikiran dan
bukan perasaan, kehilangan bagian penting dari karakter. Tindakan moral
adalah produk dari dua bagian karakter diatas. Jika seseorang memilki
kualitas moral intelektual dan emosional maka mereka memiliki
kemungkinan melakukan tindakan yang menurut pengetahuan dan perasaan
mereka adalah tindakan yang benar. Untuk memahami sepenuhnya apa yang
menggerakkan seseorang sehingga mampu melakukan tindakan bermoral
atau yang menghalanginya maka perlu melihat lebih dalam dari ketiga aspek
dari tindakan moral berikut:
a. Kompetensi
Kompetensi moral adalah kemampuan mengubah pertimbangan dan
perasaan moral ke dalam tindakan moral yang efektif.
b. Kehendak
Kehendak dibutuhkan untuk menjaga emosi agar tetap terkendali oleh
suatu keadaan melalui seluruh dimensi moral. Kehendak dibutuhkan
untuk mendahulukan kewjiban, bukan kesenangan. Kehendak
dibutuhkan untuk menahan godaan, bertahan dari tekanan teman sebaya,
dan melawan gelombang. Kehendak merupakan inti keberanian moral.
c. Kebiasaan
William Bennett mengatakan bahwa “orang-orang yang memiliki
karakter yang baik bertindak dengan sungguh-sungguh, loyal, berani, berbudi, dan adil tanpa banyak tergoda oleh hal-hal sebaliknya.” Mereka
melakukan yang benar karena kebiasaan.”
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
pembentukan karakter dibangun oleh pengetahuan, perasaan dan tindakan
moral yang berkaitan untuk saling mendukung.
8. Upaya-upaya Peningkatan Karakter di Sekolah
Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional (dalam Samani,
2012: 145-146) menyarankan empat hal upaya pengembangan pendidikan
karakter dalam kaitannya pengembangan diri, yaitu: (1) Kegiatan rutin
merupakan kegiatan yang dilaksanakan peserta didik secara terus menerus
dan konsisten setiap saat, misalnya upacara bendera setiap hari senin, piket
kelas, shalat berjamaah, berdoa sebelum dan setelah pelajaran, dan
sebagainya. (2) Kegiatan spontan bersifat spontan, saat itu juga, pada waktu
bencana alam, mengunjungi teman sakit atau sedang yang tertimpa
musibah, dan lainlain. (3) Keteladanan adalah timbulnya sikap dan perilaku
peserta didik karena meniru perilaku dan sikap guru dan tenaga
kependidikan di sekolah, misalnya kerapian pakaian yang dikenakan,
kedisiplinan, tertib dan teratur, saling peduli dan kasih sayang, dan
sebagainya. (4) Pengkondisian, menciptakan kondisi yang mendukung
keterlaksanaan pendidikan karakter, misalnya kondisi tata ruang yang rapi,
kondisi toilet yang bersih, disediakan tempat sampah, halaman sekolah
yang rindang.
9. Indikator Keberhasilan Pendidikan Karakter di SMP
Zubaedi (2011) mengungkapkan indikator keberhasilan
pelaksanaan penciptaan suasana sekolah yang kondusif melalui
penanaman nilai-nilai karakter luhur bagi peserta didik, berhasil-tidaknya
dapat dilihat berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut:
a. Tingkat pengamalan ibadah keagamaan.
b. Tingkat keimanan, kebersihan, ketertiban, ketertiban, dan keindahan
lingkungan sekolah yang diukur dari persepsi peserta didik, orangtua
dan masyaratat sekitar.
c. Tingkat penurunan frekuensi dan intesitas kenakalan peserta didik
baik di sekolah maupun di luar sekolah..
sekitar dalam program kegiatan sekolah.
e. Tingkat pengetahuan, pemahaman dan pengalaman peserta didik
terhadap nilai-nilai dan norma ajaran karakter yang dapat diukur
melalui nilai pendidikan agama, PPKn dan mata pelajaran lainnya.
B. Hakikat Karakter Bergaya Hidup Sehat 1. Pengertian Bergaya Hidup Sehat
Gaya hidup sehat adalah kesinambungan kesehatan personal. Ini
merupakan aktivitas individu, keluarga, masyarakat, dengan niat memajukan
atau menguatkan kesadaran tentang kesehatan, mencegah atau mengobati
penyakit (Mustari, 2014). Menurut Health Promotion Glossary (WHO 1998)
Lifestyle is a way of living based on identifiable patterns of behaviour which are determined by the interplay between an individual’s personal
characteristics, social interactions, and socioeconomicand environmental
living condition.
Menurut Depkes RI (1997), gaya hidup sehat adalah segala upaya
untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat
dan menghindari kebiasaan yang buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
Menurut Depkes RI (2002) indikator gaya hidup sehat antara lain: perilaku
tidak merokok, pola makan sehat dan seimbang dan aktivitas fisik yang
berbagai upaya yang dilakukan individu untuk menciptakan hidup yang sehat
dengan cara menyadari, mencegah, dan mengeobati penyakit.
2. Aspek-aspek Karakter Bergaya Hidup Sehat
Berikut ini merupakan aspek-aspek karakter bergaya hidup sehat menurut
Mustari (2014).
a. Gizi yang Baik
Gizi adalah asupan bahan-bahan yang penting berbentuk makanan atau
minuman untuk menyangga hidup. Tubuh terdiri dari berbagai senyawa
kimiawi yang berbeda-beda, maka tubuh pun memerlukan asupan gizi yang
berbeda-beda pula, yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin, air,
dan lain-lain. Asupan-asupan tersebut harus dilakukan secara seimbang
sehingga tidak terjadi apa yang disebut dengan malnutrisi.
b. Pengamatan Kesehatan
Pengamatan kita terhadap kesehatan, baik secara aktif ataupun pasif
akan mempengaruhi kesehatan personal. Informasi yang dikumpulkan dari
pengamatan kesehatan dapat digunakan untuk membuat keputusan dan
tindakan personal. Misalnya, kita merasa lelah pada waktu pagi maka kita
akan mencoba tidur di atas bantal, atau posisi tidur yang berbeda. Begitu pula,
informasi itu dapat membuat keputusan klinis dan rencana pengobatan.
Misalnya, pasien yang menyadari bahwa ia tidak bisa tidur karena sesak
nafas, besoknya ia bisa memeriksakan diri ke dokter untuk meminta
c. Olah Raga yang Teratur
Olah raga atau latihan fisik adalah aktivitas tubuh yang mendorong atau
melangsungkan kebugaran fisik dan kesehatan tubuh. Olah raga dilakukan
untuk berbagai alasan, yakni mengembangkan otot, melatih kemahiran,
menurunkan berat badan, atau untuk kesenangan semata. Olah raga yang
dilakukan secara sering dan teratur akan memperkuat sistem kekebalan tubuh,
dan membantu mencegah berbagai penyakit seperti serangan jantung,
penyakit kardiovaskular, diabetes dan kegemukan (obesitas). Olah raga pun
dapat mengelastiskan pembuluh darah, mengembangkan kesehatan mental,
membantu mencegah depresi, membantu mempromosikan atau
melangsungkan kepercayaan-diri yang positif, dapat membentuk postur
tubuh yang baik dan indah, bahkan dapat menyehatkan kerja otak.
d. Aktivitas Sosial
Kesehatan pribadi tergantung pula pada struktur sosial kehidupan.
Kelangsungan hubungan sosial yang kuat dihubungkan dengan kondisi
kesehatan yang baik, umur panjang, produktivitas, dan sikap yang positif.
Interaksi sosial positif dapat meningkatkan kemantapan emosi dan
kecerdasan sosial yang pada akhirnya membuat diri merasa lebih sehat.
e. Kebersihan
Kebersihan berarti kegiatan menjaga tubuh agar tetap bersih untuk
mencegah infeksi dan penyakit, dan penghindaran kontak dengan agen-agen
sewaktu buang air besar ataupun kecil, mandi, menggosok gigi, mencuci
tangan terutama sebelum makan, membersihkan makanan sebelum dimakan,
membersihkan peralatan makan sebelum dan setelah menyiapkan makanan,
dan banyak lagi. Cara ini membantu mencegah infeksi dan penyakit. Dengan
membersihkan tubuh, sel-sel kulit mati dibasuh dan mengelupas dengan
bibit-bibit penyakit, mengurangi kesempatan bibit-bibit-bibit-bibit penyakit memasuki tubuh.
f. Manajemen Stres
Manajemen stres merupakan metode penerapan untuk mengurangi stres
atau meningkatkan toleransi atas stress. Metode-metode psikologis termasuk
terapi kognitif, meditasi, dan berpikir positif dapat mengurangi respons atas
stres. Mengurangi ketidaktentuan dengan meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman yang dihubungkan dengan situasi-situasi yang menyebabkan
stres, dapat mengurangi reaksi stres dan dapat membangun kepercayaan diri.
Belajar untuk mengatasi masalah dengan lebih baik, seperti memajukan
keahlian pemecahan masalah dan manajemen waktu, dapat juga mengurangi
reaksi stres pada masalah. Berulang-ulang menjumpai objek ketakutan dapat
juga mengurangi respon lawan-atau-pergi (fight-or-flight) atas stimulus
tersebut misalnya, menghadapi premanisme dapat mengurangi ketakutan
terhadap preman itu sendiri.
g. Program dan Layanan Kesehatan
Program kesehatan dapat berupa layanan kesehatan yang merupakan
dan fisik melalui layanan oleh profesi medis, keperawatan, dan tenaga
kesehatan lainnya. Program kesehatan juga dapat disediakan di
tempat-tempat umum seperti tempat-tempat kerja atau belajar seperti pusat kebugaran,
penyuluhan kesehatan, kabar tentang kesehatan, akses atas tutorial kesehatan,
gerakan penghentian merokok, dan training yang berhubungan dengan gizi,
berat badan dan manajemen stress. Program lain dapat termasuk penanganan
resiko kesehatan, skrining kesehatan, dan monitoring indeks massa tubuh
(IMT). Program-program kesehatan juga dapat ditemukan di tempat-tempat
umum seperti di sekolah, balai-balai desa, mall, dan kantor-kantor yang ada
di masyarakat. Ini secara khusus meminta partisipan untuk mempunyai
komitmen yang cukup tinggi, karena biasanya bersifat sukarela (voluntary).
h. Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memanjangkan umur dan mempromosikan kesehatan melalui upaya-upaya
terorganisasi dan pilihan-pilihan yang diinformasikan dari suatu masyarakat,
organisasi, baik bersifat publik atau privat, komunal ataupun individual.
Winslow, 1920 (dalam Mustari, 2014). Kesehatan masyarakat berhubungan
dengan ancaman atas keseluruhan kesehatan masyarakat berdasarkan analisis
kesehatan penduduk. Kesehatan masyarakat mempunyai sub-bagian, yang
biasanya terbagi pada epidemiologi, biostatistik dan layanan kesehatan.
Kesehatan lingkungan, sosial, perilaku kesehatan, dan kesehatan di tempat
Intervensi kesehatan masyarakat adalah lebih difokuskan untuk
mencegah daripada mengobati suatu penyakit. Selain aktivitas ini, dalam
banyak kasus mengobati suatu penyakit dapat menjadi vital untuk mencegah
penyebarannya, seperti selama masa inkubasi penyakit yang berinfeksi.
Contoh-contoh upaya kesehatan masyarakat selain pengobatan adalah
vaksinasi terjadwal dan distribusi kondom.
Tidak seperti kaum profesional klinis, kesehatan masyarakat lebih
difokuskan pada keseluruhan penduduk daripada individu. Tujuannya adalah
mencegah terjadinya atau kembali terjadinya masalah-masalah kesehatan
dengan mengimplementasikan program-program pendidikan, mengatur
layanan masyarakat, melakukan penelitian, dan program-program lainnya.
Kesehatan masyarakat juga bisa bersifat universal. Dalam hal ini, kesehatan
dapat menyeberangi wilayah atau negara lain, terutama negara-negara
berkembang yang tidak dapat mengatasi masalah kesehatan tersebut.
i. Pendidikan Kesehatan
Masyarakat yang sehat adalah masyarakat yang sudah mengerti
bagaimana untuk sehat. Ketika tiap orang berusaha untuk tetap mengamati
kesehatan mereka sehari-hari, ketika tiap orang sadar sosial, ketika
kebersihan tetap terjaga di mana saja mereka berada, dan ketika tiap orang
bisa mengatasi masalah stress mereka. Oleh karena itu, pendidikan untuk
menjadi sadar-kesehatan ini memang harus terus dilancarkan, dengan
Di rumah, kita bisa mengajarkan kepada anak-anak tentang kebersihan,
memperhatikan kondisi kesehatan mereka, mengajarkan makan makanan
yang sehat, mengajak mereka berolah raga yang teratur, mengajarkan
sikap-sikap positif, dan bahkan mendorong mereka untuk bersikap-sikap senang
menolong orang.
Di sekolah sikap-sikap positif di atas dapat dipraktekkan, bahkan masuk
di dalam kurikulum maupun kokurikulum. Pendidikan jasmani dan olah
raga/kesehatan mestilah selalu ada dan dipraktekkan. Kegiatan-kegiatan
seperti Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Palang Merah Remaja (PMR)
dapat menjadi pusat-pusat kegiatan untuk mengajarkan kesehatan.
Di lingkungan masyarakat, para pemimpin masyarakat baik formal
maupun informal dapat mengajak masyarakat untuk melakukan
gotong-royong dalam hal kebersihan, saling mengingatkan apabila ada hal-hal yang
salah secara kesehatan dalam rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar.
3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Bergaya Hidup Sehat
Berikut ini disarikan dari Kemendiknas, 2010 (dalam Suharjana 2012)