KORELASI KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X SMK SANJAYA PAKEM YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Lilyn Sabto Rini
091114056
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
KORELASI KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X SMK SANJAYA PAKEM YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2013/2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh: Lilyn Sabto Rini
091114056
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2014
iii
iv
MOTTO VAN PERSEMBAHAN
Hidup di dunia ini memang tidak mudah, kalau kita tidak berusaha Berusahalah selagi kita bisa, jangan pernah putus asa
“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan memberkan kekealan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami
pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.
(Pengkhotbah 3:11)
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus
2. Program Studi Bimbingan dan Konseling USD 3. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
4. SMK Sanjaya Pakem
v
vii ABSTRAK
KORELASI KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA KELAS X SMK SANJAYA PAKEM
TAHUN AJARAN 2013/2014
Lilyn Sabto Rini
Universitas Sanata Dharma, 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014. Permasalahan yang diteliti adalah (1) bagaimanakah tingkat konsep diri akademik siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014, (2) bagaimanakah tingkat motivasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014, (3) apakah ada korelasi antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar pada siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 66 siswa. Instrumen penelitian berupa kuesioner konsep diri akademik dan kuesioner motivasi belajar yang masing-masing terdiri dari 32 item dengan menggunakan skala Likert. Teknik analisis data dilakukan dengan membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing responden, mengkategorisasikan tingkat konsep diri akademik dan motivasi belajar, menghitung nilai normalitas variabel, menghitung nilai linearitas dan menghitung korelasi dari kedua variabel. Kategorisasi yang digunakan terdiri dari lima jenjang yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tingkat konsep diri akademik siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014, (10,6%) dalam kategori sangat tinggi, (56,0%) dalam kategori tinggi, (30,3%) dalam kategori sedang, (3,0%) dalam kategori rendah, dan (0%) dalam kategori sangat rendah. (2) Tingkat motivasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014, (12,12%) dalam kategori sangat tinggi, (54,5%) dalam kategori tinggi, (28,7%) dalam kategori sedang, (4,5%) dalam kategori rendah dan (0%) dalam kategori sangat rendah. (3) Berdasarkan penghitungan kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem tahun ajaran 2013/2014.
viii ABSTRACT
THE CORRELATION OF ACADEMIC SELF-CONCEPT WITH STUDENT'S LEARNING MOTIVATION OF THE TENTH GRADE STUDENTS AT
SMKSANJAYA PAKEM IN 2013/2014 ACADEMIC YEAR
Lilyn Sabto Rini Sanata Dharma University
2014
This study aims to determine whether there is a relationship between academic self-concept with students' learning motivation of the tenth grade students at SMK Sanjaya Pakem in 2013/2014 academic year. There are three problems to be solved. First, what is the level of students' academic self-concept of the tenth grade students at SMK Sanjaya Pakem in 2013/2014 academic year? Second, what is the level of learning motivation of the tenth grade students at SMK Sanjaya Pakem in 2013/2014 academic year? Third, are there any correlations between academic self-concept with students' learning motivation of the tenth grade students at SMK Sanjaya Pakem in 2013/2014 academic year?
This research is a quantitative correlation study with survey method. The subject in this study is the tenth grade students at SMK Sanjaya Pakem in 2013/2014 academic year which consists of 66 students. The research instrument used is a questionnaire of academic self-concept and a questionnaire of learning motivation in which each of them consists of 32 items that use a Likert scale. The techniques of data analysis are by making the score tabulation of each item, calculating the total score of each respondent , categorizing the level of academic self-concept and learning motivation, calculating the value of the variable normality, linearity and calculating the value of the correlation between the two variables. The categorization used consists of five levels, namely very high, high, medium, low, and very low.
ix
KATA PENGANTAR
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBARPERNYATAAN PESETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Operasional ... 7
F. Hipotesis ... 7
BAB II KAJIAN TEORI ... 9
A. Motivasi Belajar ... 9
1. Pengertian Motivasi ... 9
2. Motivasi Belajar ... 10
3. Macam-Macam Motivasi ... 12
4. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 13
5. Aspek- Aspek Motivasi Belajar ... 13
xii
B. Konsep Diri Akademik ... 16
1. Pengertian Konsep Diri Akademik ... 16
2. Aspek – aspek Konsep Diri Akademik ... 19
3. Faktor- faktor Pembentuk Konsep Diri ... 20
4. Karakteristik Konsep Diri Akademik ... 21
C. Hubungan antara Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Belajar Siswa ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24
A. Jenis Penelitian ... 24
B. Subjek Penelitian ... 24
C. Batasan Operasional Variabel Penelitian ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ... 25
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Hasil Penelitian ... 39
1. Tingkat Konsep Diri Akademik Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 ... 39
2. Tingkat Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 ... 41
3. Korelasi antara Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 ... 43
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 44
BAB V PENUTUP ... 48
A. Kesimpulan ... 48
xiii
DAFTAR PUSTAKA ... 50
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Populasi Uji coba dan Penelitian ... 25 2. Tabel 2 Kisi-kisi Konsep Diri Akademik yang Digunakan
dalam penelitian ... 26 3. Tabel 3 Kisi-kisi Motvasi Belajar yang Digunakan dalam Penelitain . 27 4. Tabel 4 Skoring Konsep Diri Akademik dan Motivasi Belajar ... 28 5. Tabel 5 Kriteria Guilford ... 31 6. Tabel 6 Norma Kategorisasi Tingkat Konsep Diri Akademik dan
Motivasi Belajar ... 35 7. Tabel 7 Norma Kategoriasi Tingkat Konsep Diri Akademik
dan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem
Tahun Ajaran 2013/2014... 36 8. Tabel 8 Tingkat Konsep Diri Akademik
pada Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun 2013/2014 ... 39 9. Tabel 9 Tingkat Motivasi Belajar Siswa Kelas X
SMK Sanjaya Pakem Tahun 2013/2014 ... 41 10.Tabel 10 Korelasi antara Konsep Diri Akademik dengan
Motivasi Belajar pada Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem
xv
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik 1. Grafik Tingkat Konsep Diri Akademik Siswa SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 ... 40 2. Grafik 2. Grafik Tingkat Motivasi Belajar Siswa SMK
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Konsep Diri Akademik ... 52
2. Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Skor Tabulasi Data Konsep Diri Akademik... 56
3. Lampiran 3 : Validitas Kuesioner Konsep Diri Akademik ... 58
4. Lampiran 4 : Nilai Reliabilitas Konsep Diri Akademik... 62
5. Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian Motivasi Belajar ... 63
6. Lampiran 6 : Hasil Perhitungan Skor Tabulasi Data Motivasi Belajar ... 67
7. Lampiran 7 : Validitas Kuesioner Motivasi Belajar ... 69
8. Lampiran 8 : Nilai Reliabilitas Motivasi Belajar ... 72
9. Lampiran 9 : Nilai Uji Normalitas ... 73
10.Lampiran 10 : Nilai Uji Linearitas ... 74
11.Lampiran 11 : Nilai Korelasi kedua variabel ... 77
12.Lampiran 12 : Surat Pengujian Instrumen ... 78
13.Lampiran 13 : Surat Ijin Uji Coba dan Penelitian ... 79
14.Lampiran 14 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian atau Uji Validasi dan Reliabilitas ... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan batasan ilmiah/definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu siklus dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa
ini merupakan bagian yang terpenting dan berarti bagi perkembangan
kepribadian seseorang. Masa remaja merupakan masa transisi dari periode
anak ke dewasa. Rentang usia remaja diperkirakan dimulai pada usia 10
sampai 13 tahun dan diakhiri pada usia 18 sampai 22 tahun.
Winkel (2010:147) menuliskan bahwa kebutuhan pada usia 16-19 tahun
memiliki kebutuhan yang bersifat psikologis, seperti mendapatkan perhatian
dan dukungan tanpa pamrih negatif apapun, mendapatkan pengakuan
terhadap keunikan pikiran dan perasaanya, menerima kebebasan yang wajar
dalam mengatur kehidupannya sendiri tanpa dilepaskan sama sekali dari
perlindungan keluarga, memperoleh prestasi-prestasi yang patut
dibanggakan di bidang akademik dan non-akademik, membina persahabatan
dengan teman sejenis dan lawan jenis, memiliki cita-cita hidup yang pantas
untuk dikejar.
Masa remaja adalah masa dimana mereka mencari jati diri mereka,
mencari tahu siapa diri mereka yang sebenarnya dan mencoba untuk menilai
sebagai masa perkembangan transisi yang terjadi antara masa anak-anak dan
masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional. Sama halnya dengan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) kelas X di SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta.
Siswa kelas X di SMK Sanjaya Pakem sebagai bagian dari generasi muda,
dipersiapkan agar dapat menekuni bidang keahliannya dalam dunia pekerjaan.
SMK merupakan wadah bagi para remaja yang nantinya siap diterjunkan di
dunia pekerjaan setelah mereka lulus nanti. Pada umumnya SMK ini telah
bekerjasama dengan beberapa perusahaan, dimana nantinya para siswa yang
memiliki kompetensi yang baik akan dipilih dan ditempatkan di sebuah
perusahaan. Di SMK Sanjaya Pakem khususnya kelas X, mereka lebih memilih
masuk ke sekolah menengah kejuruan daripada ke sekolah negeri atas
keinginan sendiri dan alasan mereka tidak jauh dari misi dan visi SMK yaitu
lulus sekolah diharapkan langsung bekerja di perusahaan-perusahaan yang ada
di negara ini. Selain itu SMK Sanjaya Pakem terletak didaerah yang bisa
dikatakan tidak berada di daerah kota ataupun di daerah pedesaan, letaknya pun
terlihat strategis. Hal ini termasuk dalam alasan para siswa kelas X mengapa
lebih memilih masuk ke SMK daripada Sekolah Menengah Atas (SMA). Di sisi
lain mereka juga ingin mengasah kemampuan yang mereka sukai sesuai dengan
bidang jurusannya.
Siswa-siswi di SMK juga memiliki proses untuk mencapai kematangan diri
pada remaja khususnya bagi siswa kelas X. Tugas perkembangan yang harus
dihadapi atau diselesaikan oleh siswa remaja antara lain, mengembangkan rasa
3
dewasa. Dalam perkembangannya para remaja sering kali memiliki pikiran
yang baik ataupun tidak baik tentang dirinya.
Persepsi kita tentang diri kita seringkali tidak sama dengan kenyataan
adanya pada diri kita yang sebenarnya. Penglihatan tentang diri kita
hanyalah merupakan rumusan, definisi kita tentang diri kita sendiri.
Penglihatan itu dapat sesuai atau tidak sesuai dengan kenyataan diri kita
yang sesungguhnya. Sama halnya dengan siswa yang memiliki konsep diri
akademik yang negatif cenderung akan menilai dirinya tidak mampu untuk
menyelesaikan tantangan yang datang kepadanya, tidak memiliki keyakinan
akan kemampuan akademiknya. Konsep diri dapat didefinisikan secara
umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap
dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri akademik negatif jika
ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak
dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang dan kehilangan daya
tarik terhadap hidup. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun
lebih sebagai halangan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru
BK yang mengatakan bahwa siswa kelas X terkadang memiliki rasa kurang
yakin dengan kemampuan belajarnya sebelum mereka mencobanya
sehingga memiliki asumsi mereka tidak memiliki motivasi yang tinggi
dalam mengerjakan tugas sekolah.
Motivasi bisa berasal dari luar diri siswa ataupun dari dalam diri siswa
itu sendiri. Motivasi sebagai daya penggerak siswa dalam proses pendidikan
yang optimal. Motivasi belajar siswa di sekolah merupakan bagian dari
permasalahan kehidupan siswa sebagai remaja yang sedang berkembang.
Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang ada, baik dari dalam diri
siswa ataupun dari luar siswa yang sering kali menimbulkan kurangnya
membangkitkan motivasi siswa khusunya dalam hal belajar.
Kurangnya motivasi belajar pada siswa dapat disebabkan oleh berbagai
hal yang sifatnya sangat komplek dan bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai segi, misalnya adanya konsep diri yang negatif terhadap
kemampuan akademik dan tipe kepribadiannya selain itu kurangnya
motivasi belajar siswa di sebabakan oleh cara orang tua memberikan
bimbingan atau mengarahkan siswa dalam belajar. Siswa yang mempunyai
motivasi belajar diharapkan lebih semangat dan aktif dalam kegiatan belajar
dan memiliki dampak positif pada siswa sehingga materi yang dipelajari
akan lebih lama bertahan dalam benak siswa.
Hasil pengamatan peneliti dalam pelaksanaan kegiatan PPL (Program
Pengalaman Lapangan) di SMK Sanjaya Pakem, mengindikasikan bahwa
siswa SMK Sanjaya kelas X cenderung memiliki tingkat konsep diri
akademik dan motivasi yang rendah. Kurangnya keyakinan siswa terhadap
kemampuan akademik ditandai dengan kecenderungan siswa yang mudah
menyerah dalam mengerjakan tugas sekolah dan menganggap dirinya tidak
mampu menyelesaikan tugas sekolah dengan baik. Hal tersebut tergambar
dalam sebuah proses belajar di mana beberapa siswa enggan untuk
5
untuk mengerjakan tugas tersebut, siswa tidak mengumpulkan tugas sekolah
yang dikerjakan di rumah, buku tulis tertinggal di rumah dan mereka
menganggap bahwa tugas tersebut sangat sulit dan kurang memiliki minat
yang besar untuk menyelesaikan tugas tersebut. Dukungan dari orang tua
yang cenderung kurang karena pekerjaan orang tua siswa kelas X SMK
Sanjaya Pakem rata-rata bekerja sebagai wiraswasta. Hal tersebut membuat
penulis ingin mengetahui apakah konsep diri akademik memiliki hubungan
dengan motivasi belajar di sekolah tersebut.
Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah sangat dibutuhkan
perannya untuk perkembangan siswa. Kebutuhan tersebut bertujuan untuk
membantu siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan motivasi belajar
siswa dan pandangan siswa terhadap konsep diri akademik yang dimiliki.
Pelayanan yang diberikan oleh guru BK baik secara bimbingan kelompok
ataupun individual kiranya dapat memberikan informasi yang aktual kepada
siswa tentang pentingnya meningkatkan motivasi belajar dan memiliki
pandangan yang positif terhadap konsep diri akademik yang dimiliki.
Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Korelasi Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Belajar Siswa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan suatu
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat konsep diri akademik siswa kelas X SMK Sanjaya
Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014?
2. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem
Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014?
3. Apakah ada korelasi antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar
pada siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran
2013/2014?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan tingkat konsep diri akademik siswa kelas X SMK
Sanjaya Pakem Yogyakarta.
2. Mendeskripsikan tingkat motivasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya
Pakem Yogyakarta.
3. Mengetahui ada tidaknya korelasi antara konsep diri akademik dengan
motivasi belajar pada siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi pembaca, selain itu dapat digunakan sebagai tambahan
untuk referensi penelitian lain mengenai hubungan konsep diri akademik
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
Sebagai bahan informasi yang dapat memberikan masukan bagi para
pendidik dalam rangka membantu peserta didik untuk meningkatkan
konsep diri akademik dan motivasi belajar siswa.
b. Bagi peneliti
Agar peneliti mengetahui keefektifan korelasi konsep diri akademik
dengan motivasi belajar siswa.
E. Definisi Operasional
1. Konsep diri akademik adalah pandangan diri siswa yang melibatkan
persepsi anak terhadap kemampuan akademiknya.
2. Motivasi belajar adalah dorongan dalam kegiatan belajar, sehingga
motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar supaya tujuan yang dikehendaki oleh
subjek belajar itu dapat dicapai.
F. Hipotesis
Variabel X → Konsep Diri Akademik, Variabel Y → Motivasi Belajar Siswa
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
Ho: Tidak ada hubungan antara Konsep Diri Akademik dengan Motivasi
H1: Ada hubungan antara Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Belajar
9
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bab ini diuraikan teori-teori yang relevan mengenai konsep diri
akademik, motivasi belajar.
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin “movere”, yang berarti
menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2012:73), motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
‘feeling’ dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Eysenck dan kawan-kawan (Slameto, 2010:170), motivasi adalah suatu
proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan knsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan
sebagainya.
Djamarah (20011: 152) motivasi adalah gejala psikologis dalam
bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Perubahan energi dalam diri seseorang itu, berbentuk suatu aktivitas nyata berupa
kegiatan fisik. Seseorang yang mempunyai tujuan tertentu dalam aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk
mencapainya. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh, maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut. Motivasi mempunyai peranan yang
strategis dalam aktivitas belajar seseorang.
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus-menerus
tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya
merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan.
Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk
melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi menurut peneliti sendiri adalah sebuah dorongan yang ditunjukkan kepada diri setiap orang untuk melakukan sesuatu hal.
2. Motivasi belajar
Menurut Mc. Donald (Djamarah 2011: 148) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses
belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan
11
penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu.
Menurut teori motivasi belajar diungkapkan Uno (2009:18) juga menjelaskan bahwa individu dikatakan memiliki motivasi belajar, apabila
memiliki adanya suatu tujuan yang diharapkan dalam kegiatan belajarnya, selain itu adanya sikap ulet, gigih, tidak putus asa dalam menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah. Individu yang memiliki
sikap jenuh dalam pelajaran, dan selalu mencari cara untuk menemukan ide-ide dalam belajar turut serta dikatakan sebagai individu yang
memiliki motivasi belajar yang kuat.
Sardiman (2011:84) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam kegiatan belajar, sehingga motivasi dapat dikatakan
sebagai daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar supaya tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
dicapai. Motivasi belajar yaitu sesuatu hal yang membuat individu ingin melakukan hal yang ingin dicapai, sesuatu yang membuat individu tersebut tetap ingin melakukannya dan membantu individu dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademiknya. Adanya pandangan perspektif kognitif, yaitu suatu pandangan mengenai minat yang menekankan pada
ide-ide dari motivasi internal untuk mencapai sesuatu.
3. Macam-macam motivasi
Motivasi dibahas dalam 2 bentuk, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Kedua motivasi ini pada diri subjek dan memberikan
arah pada kegiatan subjek. a. Motivasi Intrinsik
Menurut Djamarah (2011:115) motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu dipengaruhi dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Bila individu telah memiliki motivasi intrinsik selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan.
Menurut Sardiman (2012:89) motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.
b. Motivasi Ektrinsik
Menurut Sardiman (2012:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di
13
4. Fungsi motivasi dalam belajar
Menurut Sardiman (2012:85) ada tiga fungsi motivasi dalam belajar, yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan
harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dengan harapann dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak
akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
5. Aspek – aspek motivasi belajar
Ciri-ciri individu yang mempunyai motivasi belajar menurut Sardiman
(2011:83) sebagai berikut:
a. Tekun dalam menghadapi tugas
Individu yang tekun akan mampu bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai.
b. Ulet menghadapi kesulitan
Individu yang ulet memiliki sifat tidak lekas putus asa, tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin dan tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya.
c. Mempunyai minat terhadap macam-macam masalah
Seseorang yang memiliki minat berbagai macam masalah berarti
mempunyai keinginan yang besar untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
d. Perasaan senang saat bekerja
Individu yang merasa senang saat bekerja akan memilki inisiatif
dalam melakukan sesuatu, mampu mengambil keputusan dan
mengatasi masalah sendiri tanpa bantuan orang lain.
e. Kreatif dalam pemecahan tugas-tugas sekolah
Individu yang mudah bosan pada tugas yang sifatnya rutin tidak
menyukai pekerjaan yang sifatnya berulang-ulang atau rutin tetapi
lebih menyukai pekerjaan yang sifatnya inovasi atau mengalami
perubahan dengan mencari kreatifitas.
f. Dapat mempertahankan pendapatnya
Jika individu sudah merasa yakin terhadap suatu hal dengan
15
akal, maka individu tersebut pasti akan berusaha untuk
mempertahankan pendapatnya dalam setiap situasi.
g. Tidak mudah melepas hal yang diyakini
Sesuatu yang menjadi keyakinan hidup dalam diri individu, apapun
bentuk keyakinan itu tidak dengan mudah dilepaskan, karena segala
sesuatunya telah menjadi pedoman hidup bagi individu tersebut.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah belajar
Individu suka mencari tantangan atau segala sesuatunya yang
membuat dirinya tertantang dan suka menyelesaikan masalah
terhadap berbagai jenis permasalahan denganpikiran yang kritis.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
MenurutSyah (2006: 63) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar adalah : a. Guru
Guru berperan penting dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa
melalui metode pengajaran yang digunakan dalam menyampaikan
materi pelajaran. Guru juga harus bisa menyesuaikan efektivitas
suatu metode mengajar dengan mata pelajaran tertentu. Pada
pelajaran tertentu guru harus menggunakan metode mengajar yang
sesuai dengan materi yang akan disampaikan Karen hal ini sangat
b. Orang tua dan keluarga
Tidak hanya guru di sekolah, orang tua atau keluarga di rumah juga
berperan dalam mendorong, membimbing, dan mengarahkan anak
untuk belajar. Oleh karena itu orang tua dan keluarga harus bisa
membimbing, membantu dan mengarahkan anak dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan yang kemungkinan dihadapi dalam belajar. Saat
merasa dapat memahami konsep-konsep dalam pelajaran, anak akan
termotivasi untuk belajar.
c. Masyarakat dan lingkungan
Masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar
pada anak masa sekolah. Masyarakat dan lingkungan berpengaruh
terhadap motivasi belajar pada anak masa sekolah. Lingkungan yang
sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar adalah pengaruh dari
teman sepermainan. Seorang anak yang rajin melakukan kegiatan
belajar secara rutin akan mempengaruhi dan mendorong anak lain
untuk melakukan kegiatan yang sama. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah faktor guru, faktor orang tua dan keluarga dan
masyarakat dan lingkungan.
B. Konsep Diri Akademik
1. Pengertian konsep diri akademik
17
menyatakan bahwa konsep diri adalah konsep seseorang terhadap dirinya sendiri. Menurut Gunawan (2010:64) konsep diri adalah persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri, yang terbentuk melalui pengalaman
hidup dan interaksi dengan lingkungan, dan mendapat pengaruh dari orang-orang yang dianggap penting atau signifikan dan mempengaruhi
kinerja diri secara keseluruhan. Konsep diri tidak terbentuk secara instan melainkan dengan proses belajar sepanjang hidup manusia.
Konsep diri menurut Rachmahana (2003:8) adalah organisasi dari
persepsi-persepsi diri, yang tersusun atas:
a. Persepsi-persepsi dari karakteristik-karakteristik dan
kemampuan-kemampuan seseorang
b. Hal-hal yang dipersepsikan dan konsep-konsep tentang diri yang berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.
c. Kualitas-kualitas nilai yang dipersepsikan yang dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman dan objek-objek.
d. Tujuan-tujuan dan ide-ide yang dipersepsikan mempunyai valensi negatif atau positif.
Konsep diri juga sering diartikan tentang bagaimana individu
mengambarkan dirinya yang akan mempengaruhi pola bersikap, berpikir dan berperilaku serta mempunyai rasa optimis dalam mengerjakan
tugastugas dalam hidup sehingga segala tugas dapat dikerjakan secara optimal.
Setiap mata pelajaran yang ada disekolah manjadi satu dimensi spesifik yang menyusun konsep diri akademik. Demikian halnya pada siswa-siswa di sekolah akan mempunyai konsep diri akademik yang
terbentuk dari persepsi siswa tentang kemampuan dirinya tersebut sangat penting peranannya dalam proses pendidikan, terutama berkaitan dengan
kelangsungan pendidikannya di masa yang akan datang. Para siswa yang terdiri dari anak usia remaja membutuhkan adanya pengakuan dan penghargaan dari lingkungan.
Salah satu kebutuhan yang dapat dipenuhi dari lingkungan sekolah adalah pengakuan dan penghargaan terhadap prestasinya menurut
Pikunas (1969:352) dari gambaran siswa itu sendiri tentang pandangan guru dan teman-teman terhadap kemampuannya tersebut akan membentuk suatu konsep diri akademik. Menurut Rachmahana (2003:8)
Konsep diri akademik adalah pandangan diri siswa yang melibatkan persepsi anak terhadap kemampuan akademiknya.
Acuan dari teori psikologi menjelaskan bahwa konsep diri adalah pandangan dari sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi diri.
Pandangan diri tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga kelemahan bahkan kegagalan dirinya.
19
consept) merupakan evaluasi terhadap domain yang spesifik dari dalam
diri.
Saedah, Zainun dan Tunku Mohani (dalam Gunawan 2010:13)
mengutip pendapat Kubiniec bahwa orang yang mempunyai konsep diri akademik yang lebih kuat berkemungkinan mencapai kejayaan
akademiknya. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Konsep diri menurut penulis diartikan sebagai bagaimana
individu menggambarkan dirinya sendiri tentang bagaimana ia bersikap, berperilaku, berpikir serta memiliki rasa optimis dalam mengerjakan
tanggungjawabnya dalam hidup. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri akademik adalah pandangan siswa tentang kemampuan akademik di sekolah yang dapat menunjang prestasinya.
2. Aspek-aspek konsep diri akademik
Konsep diri akademik mengukur tiga aspek (Darminto, 2004:24) yaitu: a. Penilaian subyek tentang kemampuan akademik
Pandangan subjek yang positif terhadap kemampuan yang di
milikinya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru di sekolah.
b. Penilaian subyek tentang kinerja akademik
Keyakinan subjek terhadap apa yang dikerjakan dalam menyelsaikan tugas-tugas sekolah.
c. Minat subyek terhadap bidang akademik
Ketertarikan subjek terhadap apa yang menjadi pilihannya saat itu.
3. Faktor-faktor pembentuk konsep diri
Menurut Coorpersmith (Wanei,2006:34) ada 4 faktor yang berperan
dalam pembentukan konsep diri individu: a. Faktor kemampuan
Setiap anak punya kemampuan. Oleh karena itu, berilah anak peluang agar ia mampu melakukan sesuatu.
b. Faktor perasaan berarti
Pupuklah rasa berarti pada diri anak dalam setiap aktivitas sekecil dan sesederhana apapun, jangan mencemooh dia sehingga
menimbulkan perasaan hampa. c. Faktor kebajikan
Bila anak telah memiliki perasaan berarti, maka akan tumbuh
kebajikan dalam dirinya. Anak merasa lingkungan adalah tempat yang menyenangkan. Tempat dengan atmosfir menyenangkan akan
21
d. Faktor kekuatan
Pola berilaku berkarakteristik positif memberi kekuatan bagi anak untuk melakukan perbuatan yang baik. Dengan kekuatan diri, anak
dapat menghalau upaya yang negatif.
4. Karakteristik konsep diri akademik
a. Konsep diri akademik yang tinggi dapat menyebabkan konsep diri seseorang pada bidang akademis tertentu akan semakin meningkat.
Kondisi sebaliknya juga akan terjadi apabila konsep diri pada suatu bidang tertentu meningkat, hal ini akan menyebabkan konsep diri
pada akademis umum juga meningkat.
b. Konsep diri kemampuan verbal sangat berpengaruh terhadap konsep diri akademik. Penyebab hubungan yang positif ini disebabkan pada
remaja yang memiliki kemampuan verbal yang baik, umumnya memiliki kemampuan metacognitif (menyambungkan
potongan-potongan logis dalam setiap informasi yang ada sehingga akan memudahkan individu tersebut dalam memahami pengetahuan yang diterima).
c. Konsep diri akademik juga berkaitan dengan konsep diri yang berhubungan antara orang tua dan anak. Umumnya anak yang
berprestasi baik di sekolah memiliki perasaan bertanggung jawab atas kesejahteraan dan nama baik keluarga, dimana menumbuhkan loyalitas terhadap keluarga. Pada kelompok keluarga tertentu,
pencapaian akademis dinilai tinggi dan orang tua cenderung untuk memotivasi anak mereka untuk mencapai prestasi akademis yang baik di sekolah.
d. Umumnya anak yang memiliki konsep diri akademik yang tinggi memiliki konsep diri yang tinggi secara keseluruhan.
C. Hubungan antara Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Belajar Siswa
Menurut Pudjijogyanti (1996: 23) konsep diri tidak hanya terbentuk dari
pengalaman internal individu, namun juga dipengaruhi oleh pengalaman eksternal individu, sehingga dapat dikaitkan bahwa konsep diri dan
performasi akademik mempunyai hubungan yang erat. Konsep diri akademik merupakan pandangan siswa tentang kemampun akademik di sekolah yang dapat menunjang prestasinya. Apabila siswa yang mempunyai konsep diri
akademik yang tinggi dalam menghadapi masalah dalam belajar maka akan secara otomatis berusaha untuk meningkatkan motivasinya untuk giat belajar.
Motivasi terbagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan motivasi dari dalam diri individu itu sendiri atau disebut juga berasal dari kepribadian individu itu sendiri,
sedangkan faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar misalnya saja berasal dari materi yang dipelajari. Salah satu karakteristik kepribadian yang dapat
23
Melihat sikap para siswa di sekolah, yang mana sering adanya menyalahkan diri ataupun mudah putus asa, misalnya saja menyerah ketika mengalami kesulitan mengerjakan tugas menyebabkan hal ini mempengaruhi
siswa dalam motivasi belajar mereka sendiri. Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang dapat melihat apakah terdapat hubungan atau tidak jika
seseorang memiliki konsep diri akademik dengan motivasi belajar mereka.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mencakup jenis penelitian, subjek penelitian,
variabel yang diperiksa, validitas dan reliabilitas, alat pengumpul data dan
teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif Korelasional.
Irianto (2010:133) mengatakan korelasi merupakan suatu hubungan antara
satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat apakah ada hubungan antara variabel konsep diri akademik
dengan variabel motivasi belajar. Alat yang digunakan oleh peneliti
adalah kuesioner.
B. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah para siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem
tahun pelajaran 2013/2014. Peneliti memilih siswa kelas X berdasarkan
alasan bahwa kelas X SMK masih berada pada masa remaja, selain itu
siswa kelas X SMK lebih mempunyai banyak waktu dibandingkan dengan
kelas XI yang waktunya sudah digunakan untuk latihan praktek industri
sedangkan kelas XII waktu yang ada digunakan untuk mempersiapkan
25
Tabel 1
Populasi Uji coba dan Penelitian
No Kelas Jumlah
1. X AK 20
2. X AP 20
3. X PJ 26
Total 66
Dari 66 siswa yang menjadi populasi uji coba sebanyak 30 siswa.
C. Batasan Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variable. Variabel pertama (X)
adalah konsep diri akademik pandangan siswa tentang dirinya sendiri
terhadap kemampuan akademik di sekolah yang dapat menunjang
prestasinya. Variabel kedua (Y) adalah motivasi belajar siswa yang berarti
suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh.
D. Teknik Pengumpul Data
1. Alat ukur
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner yang digunakan terbagai menjadi dua bagian. Sugiyono (2011 :
199) mengatakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner juga
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di
wilayah yang luas. Kuesioner ini disusun dalam bentuk skala bertingkat
menurut Likert. Skala Likert adalah jenis skala yang digunakan untuk
mengukur variabel penelitian. Variabel yang diukur dengan skala Likert
ini dijabarkan menjadi indicator variabel yang kemudian dijabarkan
sebagai titik tolak penyususnan item-item instrument. Ada empat kategori
jawaban dalam item-item yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan
sangat tidak setuju.
Dalam penelitian ini digunakan dua kuesioner penelitian yang
terdiri dari kuesioner konsep diri akademik merupakan variabel pertama
dan kuesioner motivasi belajar sebagai variabel kedua. Jumlah item
masing-masing kuesioner adalah 32 item.
Adapun kisi-kisi alat ukur yang dipakai pada saat penelitian seperti
pada tabel di bawah ini.
Tabel 2
Kisi-kisi Kuesioner Konsep Diri Akademik yang Digunakan dalam Penelitian
Aspek Konsep
Diri Akademik Indikator
27
Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar yang Digunakan dalam Penelitian
Aspek Kuesioner
Motivasi Belajar Indikator
Item
saat bekerja Memiliki banyak cara belajar yang
Tabel 4
Tabel Skoring Konsep Diri Akademik dan Motivasi Belajar
Alternatif Jawaban Skor
Favorable Unfavorable
1. Item favorable merupakan pernyataan-pernyataan yang
berbanding lurus dengan apa yang ingin diukur. Semakin ke
bawah, coding favorable semakin besar nilainya. TS (Tidak
Setuju) mendapat nilai 1 atau nilai yang paling kecil, dan SS
(Sangat setuju) medapat nilai 4 atau nilai yang paling tinggi
dalam coding favorable.
2. Item unfavorable merupakan pernyataan-pernyataan yang
berbanding dengan apa yang ingin diukur. Semakin ke bawah,
coding unfavorable semakin kecil nilainya. TS (Tidak setuju)
mendapat nilai 4 atau nilai yang paling tinggi dan SS (Sangat
setuju) mendapat nilai 1 atau nilai yang paling rendah dalam
coding unfavorable.
2. Validitas dan reliabilitas a. Validitas Isi
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 20011:5).
29
isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional
judgment (Azwar 2004:45). Penelaahan bitur-butir instrument
dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru BK SMK Sanjaya Pakem
yaitu Ibu Rini Kusparwati. Berdasarkan hasil penelaahan yang
dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru BK didapat bahwa guru
BK menyetujui isi butir-butir instrumen dan hanya saja adanya sedikit
perbaikan dalam penulisan karena terdapat ejaan yang kurang tepat.
Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-item
total, biasanya digunakan batasan ≤ 0,30 (Azwar 2004:65). Namun
apabila koefisien validitas kurang dari 0,30 peneliti boleh
menurunkan sedikit batas kriteria dari 0,30 menjadi 0,25 sehingga
jumlah item yang diinginkan dapat tercapat (Azwar 2004:65) dengan
taraf signifikan 5%. Dalam hal ini peneliti menggunakan batasan
0,25. Teknik uji yang digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan
skor-skor item terhadap skor-skor aspek melalui pendekatan analisis
korelasi Pearson Product Moment. Formulasi yang digunakan dalam
analisis konsistensi internal butir item adalah sebagai berikut:
XY
Keterangan :
XY
r = korelasi skor butir dengan skor-skor aspek
N = jumlah subyek
X = skor butir
Y = skor total per aspek
b. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrument
dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke
waktu (Nugiyantoro, 2009:341). Pendekatan yang digunakan untuk
memeriksa reliabilitas kuesioner pada penelitian ini adalah teknik
belah dua gasal-genap (split half) seperti yang dikemukakan oleh
Spearman-Brown. Bagian pertama berupa item-item bernomor gasal
dan bagian kedua berupa item-item bernomor genap. Hasil dari dua
bagian tersebut diperbandingkan dengan menggunakan teknik
korelasi Product-Moment dari Person. Kemudian dikoreksi dengan
formula Spearman-Brown sebagai berikut:
rtt= 12rrgggg
Keterangan :
tt
r = koefisien reliabilitas seluruh instrumen
gg
31
Hasil perhitungan dikonsultasikan ke kriteria Guilford (dalam
Masidjo, 1995:209) sebagai berikut.
Tabel 5 Kriteria Guilford
NO Koefisien Korelasi Kualifikasi 1. 0,91-1,00 Sangat tinggi
2. 0,71-0,90 Tinggi
3. 0,41-0,70 Cukup
4. 0,21-0,40 Rendah
5. 0,00 - 0,20 Sangat Rendah
c. Pengembangan Instrumen
a. Uji Empirik Terhadap Kuesioner
1). Validitas Kuesioner
Setelah Peneliti melakukan uji coba terhadap kuesioner
kepada siswa kelas X pada hari Senin, 16 September 2013 dengan
jumlah subyek 30 diperoleh hasil konsistensi internal butir pada
setiap aspek menggunakan rumus Pearson Product Moment.
Hasil perhitungan tersebut diperiksa konsistensinya dengan
menggunakan program komputer SPSS. Nilai probabilitas (pv),
yaitu Pv yang < 0,05 dianggap memenuhi; apabila pv > 0,05 maka
item tersebut tidak memenuhi konsistensi internal, oleh sebab itu
diputuskan untuk di buang atau di perbaiki. Dari hasil SPPS 15
kedua kuesioner dinyatakan valid karena menggunakan nilai 0,25
dengan signifikan 5%. Oleh sebab itu data uji coba diikut sertakan
sebagai data penelitian dikarenakan data yang diperoleh
dinyatakan valid secara keseluruhan dan perhitungan penelitian
terhadap kuesioner dilakukan pada tanggal 22 September 2013
dengan jumlah subyek 36 sehingga total keseluruhan terdapat 66
subyek yang dijadikan data penelitian.
2). Reliabilitas Kuesioner
Dari data hasil penelitian, diperoleh perhitungan reliabilitas
instrument dengan menggunakan rumus Spearman-Brown. Untuk
Kuesioner Konsep Diri Akademik diperoleh nilai reliabilitas
0,903. Hasil perhitungan kuesioner pertama ini dikonsultasikan ke
kriteria Guilford. Berdasarkan kriteria Guilford hasil perhitungan
tersebut disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas ini masuk dalam
kategori tinggi. Sedangkan untuk kuesioner Motivasi Belajar nilai
diperoleh nilai reliabilitas 0,894. Berdasarkan kriteria Guilford
hasil perhitungan tersebut disimpulkan motivasi belajar masuk
dalam kategori tinggi.
E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Persiapan dan pelaksanaan
Berikut ini adalah tahap-tahap yang digunakan dalam pengolahan
data:
a. Menyusun instrumen / skala kuesioner tentang Konsep Diri
33
b. Menentukan responden, yaitu para siswa kelas X SMK Sanjaya
Pakem Yogyakarta dengan jumlah responden sebanyak 66.
c. Pengujian instrumen oleh ahli, yang dilakukan oleh dosen
pembimbing dan guru BK SMK Sanjaya Pakem yaitu Ibu Rini
Kusparwati
d. Pengujian empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesioner
yang dilakukan kepada siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem
Yogyakarta.
e. Menganalisis data uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas
kuesioner.
f. Pengambilan data yang dilakukan kepada para siswa kelas X
SMK Sanjaya Pakem dengan membagikan kuesioner kepada
responden. Pengambilan dilakukan pada tanggal 16 September
2013 dengan jumlah rsponden 30 untuk uji coba dan pada tanggal
22 Oktober 2013 dengan jumlah responden 36 dan hasil
semuanya itu dijadikan mejadi penelitian populasi dengan
responden sejumlah 66.
g. Melakukan analisis data yang terkumpul.
2. Teknik analisis data
Sugiyono (2011:207) menyatakan bahwa analisis data adalah
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Berikut langkah-langkah
dalam menganalisis data dalam penelitian ini:
a. Menentukan skor dan pengolahan data
Memberi skor pada setiap alternatif jawaban dengan memberikan
nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan skoring yang telah ditentukan
dengan melihat isi pernyatan favorable atau unfavorable. Jika isi
pernyataan berupa favorable maka pemberian nilai skoring pada
alternatif jawaban di mulai dari angka 4 sampai dengan 1, begitupun
sebaliknya jika isi pernyataan berupa unfavorable maka pemberian
nilai skoring pada alternatif jawaban di mulai dari angka 1 sampai
dengan 4. Tahap berikutnya adalah menganalisis data secara statistik
menggunakan program aplikasi SPSS 15.
b. Menentukan Kategori Subyek
Pengkategorian tingkat konsep diri akademik dan motivasi belajar
disusun berdasarkan model distribusi normal. Tujuan dari kategorisasi
ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang
terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur (Azwar 2004:107).
Kontinum jenjang dalam penelitian ini adalah dari rendah ke
tinggi. Karena kategorisasi ini bersifat relatif, maka kita boleh
menetapkan secara subjektif luasnya interval yang mencakup setiap
35
kewajaran dan dapat diterima akal (common sense). Norma
kategorisasi yang dipakai dalam penelitian ini disusun oleh Azwar
(2004:108) yang terdiri dari lima kategori: sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi dan sangat tinggi dengan norma kategorisasi sebagai
berikut:
Tabel 6
Norma kategorisasi tingkat Konsep Diri Akademik dan Motivasi Belajar
Norma/Kriteria Skor Kategori
X≤μ -1,5 σ Sangat rendah
X maksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.
X minimum teoritik : Skor terendah yang mungkin diperoleh subjek peneliti dalam skala.
σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar.
μ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum.
3. Mencari patokan atau norma yang akan digunakan dengan mencari X maksimum teoritik, X minimum teoritik, standar deviasi, dan mean
teoritik. Kategori tinggi rendahnya konsep diri akademik dan motivasi
belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem secara keseluruhan dengan
item total 32 di tulis dalam satu tabel dikarenakan jumlah item dan
subyek antara kedua variabel sama, diperoleh perhitungan sebagai
berikut.
Kategorisasi konsep diri akademik kelas X SMK Sanjaya Pakem secara
umum dapat dilihat pada tabel seperti berikut.
Tabel 7
Norma Kategorisasi Tingkat Konsep Diri Akademik dan Motivasi Belajar kelas X SMK Sanjaya Pakem
Perhitungan Skor Kategori
X 80 - 24 X ≤ 56 Sangat rendah
80 – 24 < X 80 - 8 56 < X 72 Rendah
80 – 8 < X 80 + 8 72 < X 88 Sedang
80 + 8 < X 80 + 24 88 < X 104 Tinggi
80 + 24 < X 104 < X Sangat tinggi
4. Selanjutnya setelah menghitung kategorisasi, data setiap subyek penelitian dikelompokkan berdasarkan skor total yang diperoleh ke
dalam kategori di atas, sehingga dapat dihitung jumlah dan
presentasenya.
5. Setelah mengetahui jumlah dan presentase dari norma kategorisasi, selanjutnya peneliti menghitung uji normalitas dari kedua variable.
Uji normalitas ini bertujuan mengetahui sebaran variabel-variabel
37
bisa dilakukan dengan teknik Kolmogorov-Smirnov pada SPSS 15.
Konsep dasar uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah dengan
membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya)
dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data
yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-score dan
diasumsikan normal, Murwaningtyas (2011:1). Penerapan uji
Normalitas dengan teknik Kolmogorov-Smirnov adalah bahwa jika
signifikansi dibawah 0,05 berarti data yang akan di uji mempunyai
perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data
tersebut tidak normal. p≤0,05 → distribusi data tidak normal,
p>0,05 → distribusi data normal. Hasil perolehan output SPSS 15
menyatakan bahwa nilai dari p-value konsep diri akademik sebesar
0,897>0,05 maka data sampel berdistribusi normal, sedangkan
nilai dari p-value motivasi belajar sebesar 0,877>0,05, maka data
sampel berdistribusi normal. Hasil dapat di lihat pada lampiran 9.
6. Setelah menghitung uji normalitas kedua variabel, langkah selanjutnya adalah Uji linearitas. Menurut Irianto (2010:193) Uji
linearitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji
ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi
atau regresi linear. Dasar pengambilan keputusan dalam uji
linearitas adalah. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka hubungan
antara variabel X dengan Y adalah linear sedangkan untuk nilai
probabilitas < 0,05, maka hubungan antara variabel X dengan Y
adalah tidak linear. Hasil nilai output SPSS probalititas pada tabel
sebesar 0,899. Hal ini berarti 0,899 > 0,05 maka hubungan antara
konsep diri akademik dengan motivasi belajar adalah linear. Uji
linearitas dapat dihitung dengan menggunakan SPSS 15. Data
output SPSS 15 dapat dilihat pada lampiran 10.
7. Untuk menjawab pertanyaan nomor tiga mengenai adakah korelasi antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar siswa
menggunakan rumus di SPSS 15 dengan mengkorelasikan jumlah
kedua variable tersebut. Rumus yang digunakan menggunakan
pendekatan analisis korelasi Pearson Product Moment yang sudah
diperhalus sehingga lebih menjadi lebih kecil, Nurgiyantoro
(2009:133) seperti dibawah ini:
= ∑xy
(∑x ) + (∑y )
Keterangan:
r : koefisien korelasi
∑×y : Jumlah Hasil kali nilai variabel X dan Y
∑×2 : Jumlah kuadrat nilai variabel X
∑y2 : Jumlah kuadrat nilai variabel Y
39
BAB I
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan mengikuti
sistematika urutan permasalahan yang ada dalam Bab I.
A. Hasil Penelitain
1. Konsep diri akademik siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta
Berdasarkan perolehan data penelitian yang dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner konsep diri akademik, dilakukan analisis data
dengan teknik deskriptif kategoris dan presentase yang disajikan dalam
tabel 8 dan dalam grafik 1.
Tabel 8
Tingkat Konsep Diri Akademik
Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 Kriteria Skor Kategori Jumlah Subyek Presentase
104 < X Sangat Tinggi 7 10,6%
Dalam perspektif grafis, komposisi dan sebaran subjek berdasarkan tingkat
konsep diri akademik-nya tergambar sebagai berikut:
Grafik 1.
Grafik Tingkat Konsep Diri Akademik Siswa SMK Sanjaya Pakem
Pengamatan pada tabel maupun menunjukkan:
a. Terdapat 7 siswa (10,6%), yang memiliki konsep diri akademik
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
41
Jadi, sebagian besar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem telah
memiliki konsep diri akademik tinggi dan hanya 3,0% saja dari
jumlah subjek yang diteliti memiliki konsep diri akademik rendah.
2. Motivasi belajar dari siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta
Berdasarkan perolehan data penelitian yang dikumpulkan dengan
menggunakan kuesioner motivasi belajar, dilakukan analisis data dengan
teknik deskriptif kategoris dan presentase yang disajikan dalam tabel 9 dan
dalam grafik 2.
Tabel 9
Tingkat Motivasi Belajar
Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 Kriteria Skor Kategori Jumlah Subyek Presentase
104 < X Sangat Tinggi 8 12,12%
88 < X 104 Tinggi 36 54,5%
72 < X 88 Sedang 19 28,7%
56 < X 72 Rendah 3 4,5%
X ≤ 56 Sangat Rendah 0 0%
Total 66 99,82%
Dalam perspektif grafis, komposisi dan sebaran subjek berdasarkan tingkat
motivasi belajar tergambar sebagai berikut:
Grafik 2.
Grafik Tingkat Motivasi Belajar Siswa SMK Sanjaya Pakem
Pengamatan pada tabel maupun menunjukkan:
a. Terdapat 8 siswa (12,12%), yang memiliki motivasi belajar sangat
tinggi
b. Terdapat 36 siswa (54,5%), yang memiliki motivasi belajar tinggi
c. Terdapat 19 siswa (28,7%), yang memiliki motivasi belajar sedang
d. Terdapat 3 siswa (4,5%), yang memiliki motivasi belajar rendah
e. Tidak terdapat siswa (0%), yang memiliki motivasi belajar sangat
rendah
Jadi, sebagian besar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem telah
memiliki motivasi belajar tinggi dan hanya 4,5% saja dari jumlah
subjek yang diteliti memiliki motivasi belajar rendah.
0
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah
43
3. Korelasi antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar pada siswa
kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta
Tabel 10
Korelasi Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014
Correlations
VAR00001 VAR00002 VAR00001 Pearson Correlation 1 .793(**)
Sig. (2-tailed) .000
N 66 66
VAR00002 Pearson Correlation .793(**) 1 Sig. (2-tailed) .000
N 66 66
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar siswa kelas X SMK
Sanjaya Pakem. Taraf signifikan yang digunakan yaitu 5%. Hipotesis korelasi
menyatakan bahawa jika nilai p<0,05 dapat dikatakan terdapat korelasi antara
variabel satu dengan variabel yang lainnya. Selain itu jika suatu hubungan tidak
sama dengan 0, maka dapat dikatakan terjadi hubungan. Dari output di atas, N
menunjukkan jumlah sampel sebanyak 66, sedangkan hubungan korelasi
ditunjukkan oleh angka 793(**) yang artinya korelasi sangat signifikan
karena mendekati 1. Besar korelasi yang terjadi antara kedua variabel adalah
0,793. Sedangkan angka sig.(2-tailed) adalah 0,000 masih lebih kecil daripada
batas kritis α = 0,05, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua
hubungan positif antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar siswa
kelas X di SMK Sanjaya Pakem.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang tergambar dalam tabel 9, terdapat 7
siswa (10,6%) yang memiliki konsep diri akademik sangat tinggi. Terdapat
37 siswa (56,0%) yang memiliki konsep diri akademik tinggi. Terdapat 20
siswa (30,3%) yang memiliki konsep diri akademik sedang. Terdapat 2 siswa
(3,0%) yang memiliki konsep diri akademik rendah serta tidak terdapat siswa
(0%) yang memiliki konsep diri akademik sangat rendah. Berdasarkan
paparan hasil penelitain tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem memiliki konsep diri akademik yang
tinggi dan sebagian kecil memiliki konsep diri akademik yang rendah.
Sedangkan hasil penelitian yang tergambar dalam tabel 10, terdapat 8
siswa (12,12%) yang memiliki motivasi belajar sangat tinggi. Terdapat 36
siswa (54,5%) yang memiliki motivasi belajar tinggi. Terdapat 19 siswa
(28,7%) yang memiliki motivasi belajar sedang. Terdapat 3 siswa (4,5%),
yang memiliki motivasi belajar rendah dan tidak terdapat siswa (0%), yang
memiliki motivasi belajar sangat rendah. Berdasarkan paparan hasil penelitain
tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas X SMK
Sanjaya Pakem memiliki motivasi belajar yang tinggi dan sebagian kecil
memiliki motivasi belajar yang rendah.
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh pada pelaksanaan Program
45
tampak perilaku yang mengindikasikan bahwa siswa kelas X SMK Sanjaya
Pakem memiliki konsep diri akademik dan motivasi belajar yang rendah.
Namun hasil penelitian di atas menyebutkan bahwa sebagian besar siswa
kelas X SMK Sanjaya Pakem memiliki tingkat konsep diri akademik dan
motivasi belajar yang tinggi. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan besar
siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem tersebut memiliki pandangan yang positif
mengenai konsep diri akademiknya sehingga siswa jarang menemukan
kesulitan dalam belajar selain itu siswa kelas X memiliki kepercayaan yang
penuh terhadap kemampuan akademik yang dimilikinya sehingga mampu
menimbulkan semangat tinggi dalam belajar.
Tinggi rendahnya konsep diri akademik juga dipengaruhi oleh faktor
perasaan berarti. Siswa yang memiliki konsep diri yang tinggi tumbuh dan
berkembang dengan perasaan yang berarti. Siswa yang berkembang dengan
memiliki perasaan berarti akan mendapatkan rasa aman dari lingkungan yang
ada disekitarnya. Lingkungan di sini seperti siswa merasa berarti ketika
bersama dengan teman-temannya. Sebaliknya dengan siswa yang memiliki
konsep diri akademik yang rendah akan tumbuh dan berkembang dengan
perasaan yang tidak berarti dan lingkungan yang kurang mendukung. Hal
tersebut sejalan dengan faktor-faktor yang diungkapkan oleh Coorpersmith
(Kanisius, 2006:34) yang mengungkapkan bahwa bila anak telah memiliki
perasaan berarti, maka akan tumbuh kebajikan dalam dirinya.
Siswa yang mempunyai konsep diri yang tinggi akan memiliki
sendiri menciptakan konsep diri akademik yang baik terhadap kegiatan
belajar baik di sekolah ataupun di sekolah. Peluang – peluang untuk
melakukan sesuatu yang diberikan oleh para guru di sekolah pun dapat
memberikan pengaruh yang baik bagi konsep diri akademik siswa itu sendiri.
Hal ini terihat dengan adanya les tambahan bagi siswa yang diberikan oleh
guru.
Pandangan yang positif mengenai kemampuan akademik membuat siswa
memiliki sikap tekun dalam mencapai cita-cita yang ada dan memiliki
motivasi yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
adalah kemampuan pembelajaran siswa itu sendiri. Memiliki pandangan yang
positif tidak akan membuat siswa mudah putus asa dan mudah menyerah
dalam menyelesaikan tugas sekolah dan hal tersebut dapat memicu motivasi
siswa dalam belajar.
Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh orang tua
dan keluarga. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi tumbuh dan
berkembang di dalam keluarga dimana orang tua mampu memberikan
masukan memberikan arahan dalam menyelesaikan kesulitan yang dihadapi,
hal ini terlihat bahwa orang tua dari para siswa SMK Sanjaya Pakem sangat
mendukung dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengikuti segala
kegiatan yang ada di sekolah yang mampu menunjang semangat belajar
mereka karena saat siswa merasa diperhatikan oleh kedua orang tuanya secara
47
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah tumbuh dan
berkembang dalam keluarga yang mana orang tua tidak mampu untuk
membimbing dan membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi. Hal tersebut
sungguh berdampak pada rendahnya semangat untuk melakukan sesuatu hal
yang berdampak untuk masa depan siswa itu sendiri. Hal inilah yang
tergambar pada siswa kelas X SMK Sanjaya.
Selain hal diatas, sebagian besar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem
memiliki konsep diri akademik dan motivasi belajar yang tinggi mungkin
karena para siswa memiliki pengalaman-pengalaman eksternal yang memiliki
kaitan yang erat.
Hasil penelitian di atas juga menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar siswa. Hal
tersebut berdasarkan dari penghitungan SPSS 15 dengan menggunakan rumus
Korelasi Product Moment. Dalam hal ini berarti konsep diri akademik
memberikan sumbangan kepada motivasi belajar siswa kelas X di SMK
Sanjaya. Seperti yang diungkapakan oleh Pudjijogyanti (1996:23) bahwa
konsep diri tidak hanya terbentuk dari internal individu saja melainkan
eksternal individu.
BAB V PENUTUP
Bab ini akan disajikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran.
Kesimpulan yang disajikan berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan. Pada
bagian keterbatasan menyajikan pengalaman peneliti mengenai kesulitan yang
dijumpai dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Bagian kesimpulan menyajikan
mengenai kesimpulan akhir dari penelitian. Saran yang disajikan berdasarkan
hasil dari penelitian yang ditujukan kepada pihk yang terkait.
A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan hasil
penelitian adalah:
1. Konsep Diri Akademik siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem termasuk
tinggi.
2. Motivasi Belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem termasuk tinggi.
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri akademik
dengan motivasi belajar siswa kelas X di SMK Sanjaya Pakem
B. Saran
Berikut dikemukakan beberapa saran yang sesuai dengan hasil penelitian
untuk pihak-pihak yang terkait.
1. Guru pembimbing
Guru pembimbing diharapkan dapat memberikan motivasi kepada
49
sudah dimiliki setiap siswa. Guru pembimbing mampu memberikan
layanan bimbingan dan konseling yang kreatif dan efektif bagi para
siswa dengan memberikan topik-topik bimbingan yang dapat
menunjang tingkat konsep diri akademik dan motivasi belajar.
2. Siswa
Siswa diharapkan semakin terdorong untuk tetap mempertahankan
tingkat konsep diri akademik dengan motivasi belajar yang
dimilikinya.
3. Guru Mata Pelajaran SMK Sanjaya
Guru mata pelajaran alangakah baiknya memberikan dukungan
untuk meningkatkan atau mengembangkan sikap positif terhadap
konsep diri akademik dan motivasi belajar para siswa. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan memberikan semangat kepada para siswa
untuk terlibat aktif di luar kelas maupun di kelas. Selain itu guru mata
pelajaran mengupayakan dalam meningkatkan metode pembelajaran
yang menyenangkan, sehingga para siswa menjadi lebih tertarik dalam
belajar.