• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi konsep diri akademik dengan motivasi belajar pada siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi konsep diri akademik dengan motivasi belajar pada siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013 2014"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X SMK SANJAYA PAKEM YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Lilyn Sabto Rini

091114056

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

KORELASI KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X SMK SANJAYA PAKEM YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2013/2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Lilyn Sabto Rini

091114056

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014

(3)
(4)

iii

(5)

iv

MOTTO VAN PERSEMBAHAN

Hidup di dunia ini memang tidak mudah, kalau kita tidak berusaha Berusahalah selagi kita bisa, jangan pernah putus asa

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan memberkan kekealan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami

pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.

(Pengkhotbah 3:11)

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus

2. Program Studi Bimbingan dan Konseling USD 3. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

4. SMK Sanjaya Pakem

(6)

v

(7)
(8)

vii ABSTRAK

KORELASI KONSEP DIRI AKADEMIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA KELAS X SMK SANJAYA PAKEM

TAHUN AJARAN 2013/2014

Lilyn Sabto Rini

Universitas Sanata Dharma, 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014. Permasalahan yang diteliti adalah (1) bagaimanakah tingkat konsep diri akademik siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014, (2) bagaimanakah tingkat motivasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014, (3) apakah ada korelasi antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar pada siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 66 siswa. Instrumen penelitian berupa kuesioner konsep diri akademik dan kuesioner motivasi belajar yang masing-masing terdiri dari 32 item dengan menggunakan skala Likert. Teknik analisis data dilakukan dengan membuat tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing responden, mengkategorisasikan tingkat konsep diri akademik dan motivasi belajar, menghitung nilai normalitas variabel, menghitung nilai linearitas dan menghitung korelasi dari kedua variabel. Kategorisasi yang digunakan terdiri dari lima jenjang yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tingkat konsep diri akademik siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014, (10,6%) dalam kategori sangat tinggi, (56,0%) dalam kategori tinggi, (30,3%) dalam kategori sedang, (3,0%) dalam kategori rendah, dan (0%) dalam kategori sangat rendah. (2) Tingkat motivasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014, (12,12%) dalam kategori sangat tinggi, (54,5%) dalam kategori tinggi, (28,7%) dalam kategori sedang, (4,5%) dalam kategori rendah dan (0%) dalam kategori sangat rendah. (3) Berdasarkan penghitungan kedua variabel terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem tahun ajaran 2013/2014.

(9)

viii ABSTRACT

THE CORRELATION OF ACADEMIC SELF-CONCEPT WITH STUDENT'S LEARNING MOTIVATION OF THE TENTH GRADE STUDENTS AT

SMKSANJAYA PAKEM IN 2013/2014 ACADEMIC YEAR

Lilyn Sabto Rini Sanata Dharma University

2014

This study aims to determine whether there is a relationship between academic self-concept with students' learning motivation of the tenth grade students at SMK Sanjaya Pakem in 2013/2014 academic year. There are three problems to be solved. First, what is the level of students' academic self-concept of the tenth grade students at SMK Sanjaya Pakem in 2013/2014 academic year? Second, what is the level of learning motivation of the tenth grade students at SMK Sanjaya Pakem in 2013/2014 academic year? Third, are there any correlations between academic self-concept with students' learning motivation of the tenth grade students at SMK Sanjaya Pakem in 2013/2014 academic year?

This research is a quantitative correlation study with survey method. The subject in this study is the tenth grade students at SMK Sanjaya Pakem in 2013/2014 academic year which consists of 66 students. The research instrument used is a questionnaire of academic self-concept and a questionnaire of learning motivation in which each of them consists of 32 items that use a Likert scale. The techniques of data analysis are by making the score tabulation of each item, calculating the total score of each respondent , categorizing the level of academic self-concept and learning motivation, calculating the value of the variable normality, linearity and calculating the value of the correlation between the two variables. The categorization used consists of five levels, namely very high, high, medium, low, and very low.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

(11)
(12)

xi 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBARPERNYATAAN PESETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

F. Hipotesis ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Motivasi Belajar ... 9

1. Pengertian Motivasi ... 9

2. Motivasi Belajar ... 10

3. Macam-Macam Motivasi ... 12

4. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 13

5. Aspek- Aspek Motivasi Belajar ... 13

(13)

xii 

B. Konsep Diri Akademik ... 16

1. Pengertian Konsep Diri Akademik ... 16

2. Aspek – aspek Konsep Diri Akademik ... 19

3. Faktor- faktor Pembentuk Konsep Diri ... 20

4. Karakteristik Konsep Diri Akademik ... 21

C. Hubungan antara Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Belajar Siswa ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Subjek Penelitian ... 24

C. Batasan Operasional Variabel Penelitian ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian ... 39

1. Tingkat Konsep Diri Akademik Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 ... 39

2. Tingkat Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 ... 41

3. Korelasi antara Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 ... 43

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 44

BAB V PENUTUP ... 48

A. Kesimpulan ... 48

(14)

xiii 

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Populasi Uji coba dan Penelitian ... 25 2. Tabel 2 Kisi-kisi Konsep Diri Akademik yang Digunakan

dalam penelitian ... 26 3. Tabel 3 Kisi-kisi Motvasi Belajar yang Digunakan dalam Penelitain . 27 4. Tabel 4 Skoring Konsep Diri Akademik dan Motivasi Belajar ... 28 5. Tabel 5 Kriteria Guilford ... 31 6. Tabel 6 Norma Kategorisasi Tingkat Konsep Diri Akademik dan

Motivasi Belajar ... 35 7. Tabel 7 Norma Kategoriasi Tingkat Konsep Diri Akademik

dan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem

Tahun Ajaran 2013/2014... 36 8. Tabel 8 Tingkat Konsep Diri Akademik

pada Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun 2013/2014 ... 39 9. Tabel 9 Tingkat Motivasi Belajar Siswa Kelas X

SMK Sanjaya Pakem Tahun 2013/2014 ... 41 10.Tabel 10 Korelasi antara Konsep Diri Akademik dengan

Motivasi Belajar pada Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem

(16)

xv

DAFTAR GRAFIK

1. Grafik 1. Grafik Tingkat Konsep Diri Akademik Siswa SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 ... 40 2. Grafik 2. Grafik Tingkat Motivasi Belajar Siswa SMK

(17)

xvi 

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Konsep Diri Akademik ... 52

2. Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Skor Tabulasi Data Konsep Diri Akademik... 56

3. Lampiran 3 : Validitas Kuesioner Konsep Diri Akademik ... 58

4. Lampiran 4 : Nilai Reliabilitas Konsep Diri Akademik... 62

5. Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian Motivasi Belajar ... 63

6. Lampiran 6 : Hasil Perhitungan Skor Tabulasi Data Motivasi Belajar ... 67

7. Lampiran 7 : Validitas Kuesioner Motivasi Belajar ... 69

8. Lampiran 8 : Nilai Reliabilitas Motivasi Belajar ... 72

9. Lampiran 9 : Nilai Uji Normalitas ... 73

10.Lampiran 10 : Nilai Uji Linearitas ... 74

11.Lampiran 11 : Nilai Korelasi kedua variabel ... 77

12.Lampiran 12 : Surat Pengujian Instrumen ... 78

13.Lampiran 13 : Surat Ijin Uji Coba dan Penelitian ... 79

14.Lampiran 14 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian atau Uji Validasi dan Reliabilitas ... 80

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan batasan ilmiah/definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu siklus dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa

ini merupakan bagian yang terpenting dan berarti bagi perkembangan

kepribadian seseorang. Masa remaja merupakan masa transisi dari periode

anak ke dewasa. Rentang usia remaja diperkirakan dimulai pada usia 10

sampai 13 tahun dan diakhiri pada usia 18 sampai 22 tahun.

Winkel (2010:147) menuliskan bahwa kebutuhan pada usia 16-19 tahun

memiliki kebutuhan yang bersifat psikologis, seperti mendapatkan perhatian

dan dukungan tanpa pamrih negatif apapun, mendapatkan pengakuan

terhadap keunikan pikiran dan perasaanya, menerima kebebasan yang wajar

dalam mengatur kehidupannya sendiri tanpa dilepaskan sama sekali dari

perlindungan keluarga, memperoleh prestasi-prestasi yang patut

dibanggakan di bidang akademik dan non-akademik, membina persahabatan

dengan teman sejenis dan lawan jenis, memiliki cita-cita hidup yang pantas

untuk dikejar.

Masa remaja adalah masa dimana mereka mencari jati diri mereka,

mencari tahu siapa diri mereka yang sebenarnya dan mencoba untuk menilai

(19)

sebagai masa perkembangan transisi yang terjadi antara masa anak-anak dan

masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan

sosial-emosional. Sama halnya dengan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) kelas X di SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta.

Siswa kelas X di SMK Sanjaya Pakem sebagai bagian dari generasi muda,

dipersiapkan agar dapat menekuni bidang keahliannya dalam dunia pekerjaan.

SMK merupakan wadah bagi para remaja yang nantinya siap diterjunkan di

dunia pekerjaan setelah mereka lulus nanti. Pada umumnya SMK ini telah

bekerjasama dengan beberapa perusahaan, dimana nantinya para siswa yang

memiliki kompetensi yang baik akan dipilih dan ditempatkan di sebuah

perusahaan. Di SMK Sanjaya Pakem khususnya kelas X, mereka lebih memilih

masuk ke sekolah menengah kejuruan daripada ke sekolah negeri atas

keinginan sendiri dan alasan mereka tidak jauh dari misi dan visi SMK yaitu

lulus sekolah diharapkan langsung bekerja di perusahaan-perusahaan yang ada

di negara ini. Selain itu SMK Sanjaya Pakem terletak didaerah yang bisa

dikatakan tidak berada di daerah kota ataupun di daerah pedesaan, letaknya pun

terlihat strategis. Hal ini termasuk dalam alasan para siswa kelas X mengapa

lebih memilih masuk ke SMK daripada Sekolah Menengah Atas (SMA). Di sisi

lain mereka juga ingin mengasah kemampuan yang mereka sukai sesuai dengan

bidang jurusannya.

Siswa-siswi di SMK juga memiliki proses untuk mencapai kematangan diri

pada remaja khususnya bagi siswa kelas X. Tugas perkembangan yang harus

dihadapi atau diselesaikan oleh siswa remaja antara lain, mengembangkan rasa

(20)

3

dewasa. Dalam perkembangannya para remaja sering kali memiliki pikiran

yang baik ataupun tidak baik tentang dirinya.

Persepsi kita tentang diri kita seringkali tidak sama dengan kenyataan

adanya pada diri kita yang sebenarnya. Penglihatan tentang diri kita

hanyalah merupakan rumusan, definisi kita tentang diri kita sendiri.

Penglihatan itu dapat sesuai atau tidak sesuai dengan kenyataan diri kita

yang sesungguhnya. Sama halnya dengan siswa yang memiliki konsep diri

akademik yang negatif cenderung akan menilai dirinya tidak mampu untuk

menyelesaikan tantangan yang datang kepadanya, tidak memiliki keyakinan

akan kemampuan akademiknya. Konsep diri dapat didefinisikan secara

umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang terhadap

dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri akademik negatif jika

ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak

dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang dan kehilangan daya

tarik terhadap hidup. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun

lebih sebagai halangan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan guru

BK yang mengatakan bahwa siswa kelas X terkadang memiliki rasa kurang

yakin dengan kemampuan belajarnya sebelum mereka mencobanya

sehingga memiliki asumsi mereka tidak memiliki motivasi yang tinggi

dalam mengerjakan tugas sekolah.

Motivasi bisa berasal dari luar diri siswa ataupun dari dalam diri siswa

itu sendiri. Motivasi sebagai daya penggerak siswa dalam proses pendidikan

(21)

yang optimal. Motivasi belajar siswa di sekolah merupakan bagian dari

permasalahan kehidupan siswa sebagai remaja yang sedang berkembang.

Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang ada, baik dari dalam diri

siswa ataupun dari luar siswa yang sering kali menimbulkan kurangnya

membangkitkan motivasi siswa khusunya dalam hal belajar.

Kurangnya motivasi belajar pada siswa dapat disebabkan oleh berbagai

hal yang sifatnya sangat komplek dan bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari

berbagai segi, misalnya adanya konsep diri yang negatif terhadap

kemampuan akademik dan tipe kepribadiannya selain itu kurangnya

motivasi belajar siswa di sebabakan oleh cara orang tua memberikan

bimbingan atau mengarahkan siswa dalam belajar. Siswa yang mempunyai

motivasi belajar diharapkan lebih semangat dan aktif dalam kegiatan belajar

dan memiliki dampak positif pada siswa sehingga materi yang dipelajari

akan lebih lama bertahan dalam benak siswa.

Hasil pengamatan peneliti dalam pelaksanaan kegiatan PPL (Program

Pengalaman Lapangan) di SMK Sanjaya Pakem, mengindikasikan bahwa

siswa SMK Sanjaya kelas X cenderung memiliki tingkat konsep diri

akademik dan motivasi yang rendah. Kurangnya keyakinan siswa terhadap

kemampuan akademik ditandai dengan kecenderungan siswa yang mudah

menyerah dalam mengerjakan tugas sekolah dan menganggap dirinya tidak

mampu menyelesaikan tugas sekolah dengan baik. Hal tersebut tergambar

dalam sebuah proses belajar di mana beberapa siswa enggan untuk

(22)

5

untuk mengerjakan tugas tersebut, siswa tidak mengumpulkan tugas sekolah

yang dikerjakan di rumah, buku tulis tertinggal di rumah dan mereka

menganggap bahwa tugas tersebut sangat sulit dan kurang memiliki minat

yang besar untuk menyelesaikan tugas tersebut. Dukungan dari orang tua

yang cenderung kurang karena pekerjaan orang tua siswa kelas X SMK

Sanjaya Pakem rata-rata bekerja sebagai wiraswasta. Hal tersebut membuat

penulis ingin mengetahui apakah konsep diri akademik memiliki hubungan

dengan motivasi belajar di sekolah tersebut.

Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah sangat dibutuhkan

perannya untuk perkembangan siswa. Kebutuhan tersebut bertujuan untuk

membantu siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan motivasi belajar

siswa dan pandangan siswa terhadap konsep diri akademik yang dimiliki.

Pelayanan yang diberikan oleh guru BK baik secara bimbingan kelompok

ataupun individual kiranya dapat memberikan informasi yang aktual kepada

siswa tentang pentingnya meningkatkan motivasi belajar dan memiliki

pandangan yang positif terhadap konsep diri akademik yang dimiliki.

Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Korelasi Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Belajar Siswa”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan suatu

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat konsep diri akademik siswa kelas X SMK Sanjaya

Pakem Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014?

(23)

2. Bagaimana tingkat motivasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem

Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014?

3. Apakah ada korelasi antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar

pada siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta tahun ajaran

2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan tingkat konsep diri akademik siswa kelas X SMK

Sanjaya Pakem Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan tingkat motivasi belajar siswa kelas X SMK Sanjaya

Pakem Yogyakarta.

3. Mengetahui ada tidaknya korelasi antara konsep diri akademik dengan

motivasi belajar pada siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang

bermanfaat bagi pembaca, selain itu dapat digunakan sebagai tambahan

untuk referensi penelitian lain mengenai hubungan konsep diri akademik

(24)

7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

Sebagai bahan informasi yang dapat memberikan masukan bagi para

pendidik dalam rangka membantu peserta didik untuk meningkatkan

konsep diri akademik dan motivasi belajar siswa.

b. Bagi peneliti

Agar peneliti mengetahui keefektifan korelasi konsep diri akademik

dengan motivasi belajar siswa.

E. Definisi Operasional

1. Konsep diri akademik adalah pandangan diri siswa yang melibatkan

persepsi anak terhadap kemampuan akademiknya.

2. Motivasi belajar adalah dorongan dalam kegiatan belajar, sehingga

motivasi dapat dikatakan sebagai daya penggerak dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar supaya tujuan yang dikehendaki oleh

subjek belajar itu dapat dicapai.

F. Hipotesis

Variabel X → Konsep Diri Akademik, Variabel Y → Motivasi Belajar Siswa

Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah:

Ho: Tidak ada hubungan antara Konsep Diri Akademik dengan Motivasi

(25)

H1: Ada hubungan antara Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Belajar

(26)

9

BAB II KAJIAN TEORI

Pada bab ini diuraikan teori-teori yang relevan mengenai konsep diri

akademik, motivasi belajar.

A. Motivasi Belajar

1. Pengertian motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin “movere”, yang berarti

menggerakkan. Berdasarkan pengertian ini, makna motivasi menjadi berkembang. Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2012:73), motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

‘feeling’ dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Eysenck dan kawan-kawan (Slameto, 2010:170), motivasi adalah suatu

proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan knsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan

sebagainya.

Djamarah (20011: 152) motivasi adalah gejala psikologis dalam

bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Perubahan energi dalam diri seseorang itu, berbentuk suatu aktivitas nyata berupa

kegiatan fisik. Seseorang yang mempunyai tujuan tertentu dalam aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk

(27)

mencapainya. Pengertian ini bermakna jika seseorang melihat suatu manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh, maka ia akan berusaha keras untuk mencapai tujuan tersebut. Motivasi mempunyai peranan yang

strategis dalam aktivitas belajar seseorang.

Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus-menerus

tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Namun, seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya

merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan.

Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk

melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Motivasi menurut peneliti sendiri adalah sebuah dorongan yang ditunjukkan kepada diri setiap orang untuk melakukan sesuatu hal.

2. Motivasi belajar

Menurut Mc. Donald (Djamarah 2011: 148) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam proses

belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan

(28)

11

penghargaan aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti, dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu.

Menurut teori motivasi belajar diungkapkan Uno (2009:18) juga menjelaskan bahwa individu dikatakan memiliki motivasi belajar, apabila

memiliki adanya suatu tujuan yang diharapkan dalam kegiatan belajarnya, selain itu adanya sikap ulet, gigih, tidak putus asa dalam menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah. Individu yang memiliki

sikap jenuh dalam pelajaran, dan selalu mencari cara untuk menemukan ide-ide dalam belajar turut serta dikatakan sebagai individu yang

memiliki motivasi belajar yang kuat.

Sardiman (2011:84) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan dalam kegiatan belajar, sehingga motivasi dapat dikatakan

sebagai daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar supaya tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat

dicapai. Motivasi belajar yaitu sesuatu hal yang membuat individu ingin melakukan hal yang ingin dicapai, sesuatu yang membuat individu tersebut tetap ingin melakukannya dan membantu individu dalam

menyelesaikan tugas-tugas akademiknya. Adanya pandangan perspektif kognitif, yaitu suatu pandangan mengenai minat yang menekankan pada

ide-ide dari motivasi internal untuk mencapai sesuatu.

(29)

3. Macam-macam motivasi

Motivasi dibahas dalam 2 bentuk, yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Kedua motivasi ini pada diri subjek dan memberikan

arah pada kegiatan subjek. a. Motivasi Intrinsik

Menurut Djamarah (2011:115) motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau fungsinya tidak perlu dipengaruhi dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu. Bila individu telah memiliki motivasi intrinsik selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan.

Menurut Sardiman (2012:89) motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu.

b. Motivasi Ektrinsik

Menurut Sardiman (2012:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di

(30)

13

4. Fungsi motivasi dalam belajar

Menurut Sardiman (2012:85) ada tiga fungsi motivasi dalam belajar, yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor

penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang

harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan

harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dengan harapann dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak

akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.

5. Aspek – aspek motivasi belajar

Ciri-ciri individu yang mempunyai motivasi belajar menurut Sardiman

(2011:83) sebagai berikut:

(31)

a. Tekun dalam menghadapi tugas

Individu yang tekun akan mampu bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama dan tidak berhenti sebelum selesai.

b. Ulet menghadapi kesulitan

Individu yang ulet memiliki sifat tidak lekas putus asa, tidak

memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin dan tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya.

c. Mempunyai minat terhadap macam-macam masalah

Seseorang yang memiliki minat berbagai macam masalah berarti

mempunyai keinginan yang besar untuk menyelesaikan masalah

tersebut.

d. Perasaan senang saat bekerja

Individu yang merasa senang saat bekerja akan memilki inisiatif

dalam melakukan sesuatu, mampu mengambil keputusan dan

mengatasi masalah sendiri tanpa bantuan orang lain.

e. Kreatif dalam pemecahan tugas-tugas sekolah

Individu yang mudah bosan pada tugas yang sifatnya rutin tidak

menyukai pekerjaan yang sifatnya berulang-ulang atau rutin tetapi

lebih menyukai pekerjaan yang sifatnya inovasi atau mengalami

perubahan dengan mencari kreatifitas.

f. Dapat mempertahankan pendapatnya

Jika individu sudah merasa yakin terhadap suatu hal dengan

(32)

15

akal, maka individu tersebut pasti akan berusaha untuk

mempertahankan pendapatnya dalam setiap situasi.

g. Tidak mudah melepas hal yang diyakini

Sesuatu yang menjadi keyakinan hidup dalam diri individu, apapun

bentuk keyakinan itu tidak dengan mudah dilepaskan, karena segala

sesuatunya telah menjadi pedoman hidup bagi individu tersebut.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah belajar

Individu suka mencari tantangan atau segala sesuatunya yang

membuat dirinya tertantang dan suka menyelesaikan masalah

terhadap berbagai jenis permasalahan denganpikiran yang kritis.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

MenurutSyah (2006: 63) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi

belajar adalah : a. Guru

Guru berperan penting dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa

melalui metode pengajaran yang digunakan dalam menyampaikan

materi pelajaran. Guru juga harus bisa menyesuaikan efektivitas

suatu metode mengajar dengan mata pelajaran tertentu. Pada

pelajaran tertentu guru harus menggunakan metode mengajar yang

sesuai dengan materi yang akan disampaikan Karen hal ini sangat

(33)

b. Orang tua dan keluarga

Tidak hanya guru di sekolah, orang tua atau keluarga di rumah juga

berperan dalam mendorong, membimbing, dan mengarahkan anak

untuk belajar. Oleh karena itu orang tua dan keluarga harus bisa

membimbing, membantu dan mengarahkan anak dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan yang kemungkinan dihadapi dalam belajar. Saat

merasa dapat memahami konsep-konsep dalam pelajaran, anak akan

termotivasi untuk belajar.

c. Masyarakat dan lingkungan

Masyarakat dan lingkungan berpengaruh terhadap motivasi belajar

pada anak masa sekolah. Masyarakat dan lingkungan berpengaruh

terhadap motivasi belajar pada anak masa sekolah. Lingkungan yang

sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar adalah pengaruh dari

teman sepermainan. Seorang anak yang rajin melakukan kegiatan

belajar secara rutin akan mempengaruhi dan mendorong anak lain

untuk melakukan kegiatan yang sama. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah faktor guru, faktor orang tua dan keluarga dan

masyarakat dan lingkungan.

B. Konsep Diri Akademik

1. Pengertian konsep diri akademik

(34)

17

menyatakan bahwa konsep diri adalah konsep seseorang terhadap dirinya sendiri. Menurut Gunawan (2010:64) konsep diri adalah persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri, yang terbentuk melalui pengalaman

hidup dan interaksi dengan lingkungan, dan mendapat pengaruh dari orang-orang yang dianggap penting atau signifikan dan mempengaruhi

kinerja diri secara keseluruhan. Konsep diri tidak terbentuk secara instan melainkan dengan proses belajar sepanjang hidup manusia.

Konsep diri menurut Rachmahana (2003:8) adalah organisasi dari

persepsi-persepsi diri, yang tersusun atas:

a. Persepsi-persepsi dari karakteristik-karakteristik dan

kemampuan-kemampuan seseorang

b. Hal-hal yang dipersepsikan dan konsep-konsep tentang diri yang berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.

c. Kualitas-kualitas nilai yang dipersepsikan yang dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman dan objek-objek.

d. Tujuan-tujuan dan ide-ide yang dipersepsikan mempunyai valensi negatif atau positif.

Konsep diri juga sering diartikan tentang bagaimana individu

mengambarkan dirinya yang akan mempengaruhi pola bersikap, berpikir dan berperilaku serta mempunyai rasa optimis dalam mengerjakan

tugastugas dalam hidup sehingga segala tugas dapat dikerjakan secara optimal.

(35)

Setiap mata pelajaran yang ada disekolah manjadi satu dimensi spesifik yang menyusun konsep diri akademik. Demikian halnya pada siswa-siswa di sekolah akan mempunyai konsep diri akademik yang

terbentuk dari persepsi siswa tentang kemampuan dirinya tersebut sangat penting peranannya dalam proses pendidikan, terutama berkaitan dengan

kelangsungan pendidikannya di masa yang akan datang. Para siswa yang terdiri dari anak usia remaja membutuhkan adanya pengakuan dan penghargaan dari lingkungan.

Salah satu kebutuhan yang dapat dipenuhi dari lingkungan sekolah adalah pengakuan dan penghargaan terhadap prestasinya menurut

Pikunas (1969:352) dari gambaran siswa itu sendiri tentang pandangan guru dan teman-teman terhadap kemampuannya tersebut akan membentuk suatu konsep diri akademik. Menurut Rachmahana (2003:8)

Konsep diri akademik adalah pandangan diri siswa yang melibatkan persepsi anak terhadap kemampuan akademiknya.

Acuan dari teori psikologi menjelaskan bahwa konsep diri adalah pandangan dari sikap individu terhadap diri sendiri. Pandangan terkait dengan dimensi fisik, karakteristik individual, dan motivasi diri.

Pandangan diri tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi juga kelemahan bahkan kegagalan dirinya.

(36)

19

consept) merupakan evaluasi terhadap domain yang spesifik dari dalam

diri.

Saedah, Zainun dan Tunku Mohani (dalam Gunawan 2010:13)

mengutip pendapat Kubiniec bahwa orang yang mempunyai konsep diri akademik yang lebih kuat berkemungkinan mencapai kejayaan

akademiknya. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Konsep diri menurut penulis diartikan sebagai bagaimana

individu menggambarkan dirinya sendiri tentang bagaimana ia bersikap, berperilaku, berpikir serta memiliki rasa optimis dalam mengerjakan

tanggungjawabnya dalam hidup. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri akademik adalah pandangan siswa tentang kemampuan akademik di sekolah yang dapat menunjang prestasinya.

2. Aspek-aspek konsep diri akademik

Konsep diri akademik mengukur tiga aspek (Darminto, 2004:24) yaitu: a. Penilaian subyek tentang kemampuan akademik

Pandangan subjek yang positif terhadap kemampuan yang di

milikinya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru di sekolah.

(37)

b. Penilaian subyek tentang kinerja akademik

Keyakinan subjek terhadap apa yang dikerjakan dalam menyelsaikan tugas-tugas sekolah.

c. Minat subyek terhadap bidang akademik

Ketertarikan subjek terhadap apa yang menjadi pilihannya saat itu.

3. Faktor-faktor pembentuk konsep diri

Menurut Coorpersmith (Wanei,2006:34) ada 4 faktor yang berperan

dalam pembentukan konsep diri individu: a. Faktor kemampuan

Setiap anak punya kemampuan. Oleh karena itu, berilah anak peluang agar ia mampu melakukan sesuatu.

b. Faktor perasaan berarti

Pupuklah rasa berarti pada diri anak dalam setiap aktivitas sekecil dan sesederhana apapun, jangan mencemooh dia sehingga

menimbulkan perasaan hampa. c. Faktor kebajikan

Bila anak telah memiliki perasaan berarti, maka akan tumbuh

kebajikan dalam dirinya. Anak merasa lingkungan adalah tempat yang menyenangkan. Tempat dengan atmosfir menyenangkan akan

(38)

21

d. Faktor kekuatan

Pola berilaku berkarakteristik positif memberi kekuatan bagi anak untuk melakukan perbuatan yang baik. Dengan kekuatan diri, anak

dapat menghalau upaya yang negatif.

4. Karakteristik konsep diri akademik

a. Konsep diri akademik yang tinggi dapat menyebabkan konsep diri seseorang pada bidang akademis tertentu akan semakin meningkat.

Kondisi sebaliknya juga akan terjadi apabila konsep diri pada suatu bidang tertentu meningkat, hal ini akan menyebabkan konsep diri

pada akademis umum juga meningkat.

b. Konsep diri kemampuan verbal sangat berpengaruh terhadap konsep diri akademik. Penyebab hubungan yang positif ini disebabkan pada

remaja yang memiliki kemampuan verbal yang baik, umumnya memiliki kemampuan metacognitif (menyambungkan

potongan-potongan logis dalam setiap informasi yang ada sehingga akan memudahkan individu tersebut dalam memahami pengetahuan yang diterima).

c. Konsep diri akademik juga berkaitan dengan konsep diri yang berhubungan antara orang tua dan anak. Umumnya anak yang

berprestasi baik di sekolah memiliki perasaan bertanggung jawab atas kesejahteraan dan nama baik keluarga, dimana menumbuhkan loyalitas terhadap keluarga. Pada kelompok keluarga tertentu,

(39)

pencapaian akademis dinilai tinggi dan orang tua cenderung untuk memotivasi anak mereka untuk mencapai prestasi akademis yang baik di sekolah.

d. Umumnya anak yang memiliki konsep diri akademik yang tinggi memiliki konsep diri yang tinggi secara keseluruhan.

C. Hubungan antara Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Belajar Siswa

Menurut Pudjijogyanti (1996: 23) konsep diri tidak hanya terbentuk dari

pengalaman internal individu, namun juga dipengaruhi oleh pengalaman eksternal individu, sehingga dapat dikaitkan bahwa konsep diri dan

performasi akademik mempunyai hubungan yang erat. Konsep diri akademik merupakan pandangan siswa tentang kemampun akademik di sekolah yang dapat menunjang prestasinya. Apabila siswa yang mempunyai konsep diri

akademik yang tinggi dalam menghadapi masalah dalam belajar maka akan secara otomatis berusaha untuk meningkatkan motivasinya untuk giat belajar.

Motivasi terbagi menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan motivasi dari dalam diri individu itu sendiri atau disebut juga berasal dari kepribadian individu itu sendiri,

sedangkan faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar misalnya saja berasal dari materi yang dipelajari. Salah satu karakteristik kepribadian yang dapat

(40)

23

Melihat sikap para siswa di sekolah, yang mana sering adanya menyalahkan diri ataupun mudah putus asa, misalnya saja menyerah ketika mengalami kesulitan mengerjakan tugas menyebabkan hal ini mempengaruhi

siswa dalam motivasi belajar mereka sendiri. Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang dapat melihat apakah terdapat hubungan atau tidak jika

seseorang memiliki konsep diri akademik dengan motivasi belajar mereka.

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mencakup jenis penelitian, subjek penelitian,

variabel yang diperiksa, validitas dan reliabilitas, alat pengumpul data dan

teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif Korelasional.

Irianto (2010:133) mengatakan korelasi merupakan suatu hubungan antara

satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk

melihat apakah ada hubungan antara variabel konsep diri akademik

dengan variabel motivasi belajar. Alat yang digunakan oleh peneliti

adalah kuesioner.

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah para siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem

tahun pelajaran 2013/2014. Peneliti memilih siswa kelas X berdasarkan

alasan bahwa kelas X SMK masih berada pada masa remaja, selain itu

siswa kelas X SMK lebih mempunyai banyak waktu dibandingkan dengan

kelas XI yang waktunya sudah digunakan untuk latihan praktek industri

sedangkan kelas XII waktu yang ada digunakan untuk mempersiapkan

(42)

25

Tabel 1

Populasi Uji coba dan Penelitian

No Kelas Jumlah

1. X AK 20

2. X AP 20

3. X PJ 26

Total 66

Dari 66 siswa yang menjadi populasi uji coba sebanyak 30 siswa.

C. Batasan Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua variable. Variabel pertama (X)

adalah konsep diri akademik pandangan siswa tentang dirinya sendiri

terhadap kemampuan akademik di sekolah yang dapat menunjang

prestasinya. Variabel kedua (Y) adalah motivasi belajar siswa yang berarti

suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas,

tanpa ada yang menyuruh.

D. Teknik Pengumpul Data

1. Alat ukur

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner yang digunakan terbagai menjadi dua bagian. Sugiyono (2011 :

199) mengatakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner juga

cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di

(43)

wilayah yang luas. Kuesioner ini disusun dalam bentuk skala bertingkat

menurut Likert. Skala Likert adalah jenis skala yang digunakan untuk

mengukur variabel penelitian. Variabel yang diukur dengan skala Likert

ini dijabarkan menjadi indicator variabel yang kemudian dijabarkan

sebagai titik tolak penyususnan item-item instrument. Ada empat kategori

jawaban dalam item-item yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan

sangat tidak setuju.

Dalam penelitian ini digunakan dua kuesioner penelitian yang

terdiri dari kuesioner konsep diri akademik merupakan variabel pertama

dan kuesioner motivasi belajar sebagai variabel kedua. Jumlah item

masing-masing kuesioner adalah 32 item.

Adapun kisi-kisi alat ukur yang dipakai pada saat penelitian seperti

pada tabel di bawah ini.

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Konsep Diri Akademik yang Digunakan dalam Penelitian

Aspek Konsep

Diri Akademik Indikator

(44)

27

Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar yang Digunakan dalam Penelitian

Aspek Kuesioner

Motivasi Belajar Indikator

Item

saat bekerja Memiliki banyak cara belajar yang

(45)

Tabel 4

Tabel Skoring Konsep Diri Akademik dan Motivasi Belajar

Alternatif Jawaban Skor

Favorable Unfavorable

1. Item favorable merupakan pernyataan-pernyataan yang

berbanding lurus dengan apa yang ingin diukur. Semakin ke

bawah, coding favorable semakin besar nilainya. TS (Tidak

Setuju) mendapat nilai 1 atau nilai yang paling kecil, dan SS

(Sangat setuju) medapat nilai 4 atau nilai yang paling tinggi

dalam coding favorable.

2. Item unfavorable merupakan pernyataan-pernyataan yang

berbanding dengan apa yang ingin diukur. Semakin ke bawah,

coding unfavorable semakin kecil nilainya. TS (Tidak setuju)

mendapat nilai 4 atau nilai yang paling tinggi dan SS (Sangat

setuju) mendapat nilai 1 atau nilai yang paling rendah dalam

coding unfavorable.

2. Validitas dan reliabilitas a. Validitas Isi

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 20011:5).

(46)

29

isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian

terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional

judgment (Azwar 2004:45). Penelaahan bitur-butir instrument

dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru BK SMK Sanjaya Pakem

yaitu Ibu Rini Kusparwati. Berdasarkan hasil penelaahan yang

dilakukan oleh dosen pembimbing dan guru BK didapat bahwa guru

BK menyetujui isi butir-butir instrumen dan hanya saja adanya sedikit

perbaikan dalam penulisan karena terdapat ejaan yang kurang tepat.

Sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item-item

total, biasanya digunakan batasan ≤ 0,30 (Azwar 2004:65). Namun

apabila koefisien validitas kurang dari 0,30 peneliti boleh

menurunkan sedikit batas kriteria dari 0,30 menjadi 0,25 sehingga

jumlah item yang diinginkan dapat tercapat (Azwar 2004:65) dengan

taraf signifikan 5%. Dalam hal ini peneliti menggunakan batasan

0,25. Teknik uji yang digunakan adalah dengan cara mengkorelasikan

skor-skor item terhadap skor-skor aspek melalui pendekatan analisis

korelasi Pearson Product Moment. Formulasi yang digunakan dalam

analisis konsistensi internal butir item adalah sebagai berikut:

XY

(47)

Keterangan :

XY

r = korelasi skor butir dengan skor-skor aspek

N = jumlah subyek

X = skor butir

Y = skor total per aspek

b. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah instrument

dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke

waktu (Nugiyantoro, 2009:341). Pendekatan yang digunakan untuk

memeriksa reliabilitas kuesioner pada penelitian ini adalah teknik

belah dua gasal-genap (split half) seperti yang dikemukakan oleh

Spearman-Brown. Bagian pertama berupa item-item bernomor gasal

dan bagian kedua berupa item-item bernomor genap. Hasil dari dua

bagian tersebut diperbandingkan dengan menggunakan teknik

korelasi Product-Moment dari Person. Kemudian dikoreksi dengan

formula Spearman-Brown sebagai berikut:

rtt= 12rrgggg

Keterangan :

tt

r = koefisien reliabilitas seluruh instrumen

gg

(48)

31

Hasil perhitungan dikonsultasikan ke kriteria Guilford (dalam

Masidjo, 1995:209) sebagai berikut.

Tabel 5 Kriteria Guilford

NO Koefisien Korelasi Kualifikasi 1. 0,91-1,00 Sangat tinggi

2. 0,71-0,90 Tinggi

3. 0,41-0,70 Cukup

4. 0,21-0,40 Rendah

5. 0,00 - 0,20 Sangat Rendah

c. Pengembangan Instrumen

a. Uji Empirik Terhadap Kuesioner

1). Validitas Kuesioner

Setelah Peneliti melakukan uji coba terhadap kuesioner

kepada siswa kelas X pada hari Senin, 16 September 2013 dengan

jumlah subyek 30 diperoleh hasil konsistensi internal butir pada

setiap aspek menggunakan rumus Pearson Product Moment.

Hasil perhitungan tersebut diperiksa konsistensinya dengan

menggunakan program komputer SPSS. Nilai probabilitas (pv),

yaitu Pv yang < 0,05 dianggap memenuhi; apabila pv > 0,05 maka

item tersebut tidak memenuhi konsistensi internal, oleh sebab itu

diputuskan untuk di buang atau di perbaiki. Dari hasil SPPS 15

kedua kuesioner dinyatakan valid karena menggunakan nilai 0,25

dengan signifikan 5%. Oleh sebab itu data uji coba diikut sertakan

sebagai data penelitian dikarenakan data yang diperoleh

(49)

dinyatakan valid secara keseluruhan dan perhitungan penelitian

terhadap kuesioner dilakukan pada tanggal 22 September 2013

dengan jumlah subyek 36 sehingga total keseluruhan terdapat 66

subyek yang dijadikan data penelitian.

2). Reliabilitas Kuesioner

Dari data hasil penelitian, diperoleh perhitungan reliabilitas

instrument dengan menggunakan rumus Spearman-Brown. Untuk

Kuesioner Konsep Diri Akademik diperoleh nilai reliabilitas

0,903. Hasil perhitungan kuesioner pertama ini dikonsultasikan ke

kriteria Guilford. Berdasarkan kriteria Guilford hasil perhitungan

tersebut disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas ini masuk dalam

kategori tinggi. Sedangkan untuk kuesioner Motivasi Belajar nilai

diperoleh nilai reliabilitas 0,894. Berdasarkan kriteria Guilford

hasil perhitungan tersebut disimpulkan motivasi belajar masuk

dalam kategori tinggi.

E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Persiapan dan pelaksanaan

Berikut ini adalah tahap-tahap yang digunakan dalam pengolahan

data:

a. Menyusun instrumen / skala kuesioner tentang Konsep Diri

(50)

33

b. Menentukan responden, yaitu para siswa kelas X SMK Sanjaya

Pakem Yogyakarta dengan jumlah responden sebanyak 66.

c. Pengujian instrumen oleh ahli, yang dilakukan oleh dosen

pembimbing dan guru BK SMK Sanjaya Pakem yaitu Ibu Rini

Kusparwati

d. Pengujian empirik terhadap validitas dan reliabilitas kuesioner

yang dilakukan kepada siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem

Yogyakarta.

e. Menganalisis data uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas

kuesioner.

f. Pengambilan data yang dilakukan kepada para siswa kelas X

SMK Sanjaya Pakem dengan membagikan kuesioner kepada

responden. Pengambilan dilakukan pada tanggal 16 September

2013 dengan jumlah rsponden 30 untuk uji coba dan pada tanggal

22 Oktober 2013 dengan jumlah responden 36 dan hasil

semuanya itu dijadikan mejadi penelitian populasi dengan

responden sejumlah 66.

g. Melakukan analisis data yang terkumpul.

2. Teknik analisis data

Sugiyono (2011:207) menyatakan bahwa analisis data adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,

(51)

menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan

untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Berikut langkah-langkah

dalam menganalisis data dalam penelitian ini:

a. Menentukan skor dan pengolahan data

Memberi skor pada setiap alternatif jawaban dengan memberikan

nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan skoring yang telah ditentukan

dengan melihat isi pernyatan favorable atau unfavorable. Jika isi

pernyataan berupa favorable maka pemberian nilai skoring pada

alternatif jawaban di mulai dari angka 4 sampai dengan 1, begitupun

sebaliknya jika isi pernyataan berupa unfavorable maka pemberian

nilai skoring pada alternatif jawaban di mulai dari angka 1 sampai

dengan 4. Tahap berikutnya adalah menganalisis data secara statistik

menggunakan program aplikasi SPSS 15.

b. Menentukan Kategori Subyek

Pengkategorian tingkat konsep diri akademik dan motivasi belajar

disusun berdasarkan model distribusi normal. Tujuan dari kategorisasi

ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang

terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan

atribut yang diukur (Azwar 2004:107).

Kontinum jenjang dalam penelitian ini adalah dari rendah ke

tinggi. Karena kategorisasi ini bersifat relatif, maka kita boleh

menetapkan secara subjektif luasnya interval yang mencakup setiap

(52)

35

kewajaran dan dapat diterima akal (common sense). Norma

kategorisasi yang dipakai dalam penelitian ini disusun oleh Azwar

(2004:108) yang terdiri dari lima kategori: sangat rendah, rendah,

sedang, tinggi dan sangat tinggi dengan norma kategorisasi sebagai

berikut:

Tabel 6

Norma kategorisasi tingkat Konsep Diri Akademik dan Motivasi Belajar

Norma/Kriteria Skor Kategori

X≤μ -1,5 σ Sangat rendah

X maksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.

X minimum teoritik : Skor terendah yang mungkin diperoleh subjek peneliti dalam skala.

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar.

μ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum.

3. Mencari patokan atau norma yang akan digunakan dengan mencari X maksimum teoritik, X minimum teoritik, standar deviasi, dan mean

teoritik. Kategori tinggi rendahnya konsep diri akademik dan motivasi

belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem secara keseluruhan dengan

(53)

item total 32 di tulis dalam satu tabel dikarenakan jumlah item dan

subyek antara kedua variabel sama, diperoleh perhitungan sebagai

berikut.

Kategorisasi konsep diri akademik kelas X SMK Sanjaya Pakem secara

umum dapat dilihat pada tabel seperti berikut.

Tabel 7

Norma Kategorisasi Tingkat Konsep Diri Akademik dan Motivasi Belajar kelas X SMK Sanjaya Pakem

Perhitungan Skor Kategori

X 80 - 24 X ≤ 56 Sangat rendah

80 – 24 < X 80 - 8 56 < X 72 Rendah

80 – 8 < X 80 + 8 72 < X 88 Sedang

80 + 8 < X 80 + 24 88 < X 104 Tinggi

80 + 24 < X 104 < X Sangat tinggi

4. Selanjutnya setelah menghitung kategorisasi, data setiap subyek penelitian dikelompokkan berdasarkan skor total yang diperoleh ke

dalam kategori di atas, sehingga dapat dihitung jumlah dan

presentasenya.

5. Setelah mengetahui jumlah dan presentase dari norma kategorisasi, selanjutnya peneliti menghitung uji normalitas dari kedua variable.

Uji normalitas ini bertujuan mengetahui sebaran variabel-variabel

(54)

37

bisa dilakukan dengan teknik Kolmogorov-Smirnov pada SPSS 15.

Konsep dasar uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah dengan

membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya)

dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data

yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-score dan

diasumsikan normal, Murwaningtyas (2011:1). Penerapan uji

Normalitas dengan teknik Kolmogorov-Smirnov adalah bahwa jika

signifikansi dibawah 0,05 berarti data yang akan di uji mempunyai

perbedaan yang signifikan dengan data normal baku, berarti data

tersebut tidak normal. p≤0,05 → distribusi data tidak normal,

p>0,05 → distribusi data normal. Hasil perolehan output SPSS 15

menyatakan bahwa nilai dari p-value konsep diri akademik sebesar

0,897>0,05 maka data sampel berdistribusi normal, sedangkan

nilai dari p-value motivasi belajar sebesar 0,877>0,05, maka data

sampel berdistribusi normal. Hasil dapat di lihat pada lampiran 9.

6. Setelah menghitung uji normalitas kedua variabel, langkah selanjutnya adalah Uji linearitas. Menurut Irianto (2010:193) Uji

linearitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel

mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji

ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi

atau regresi linear. Dasar pengambilan keputusan dalam uji

linearitas adalah. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka hubungan

antara variabel X dengan Y adalah linear sedangkan untuk nilai

(55)

probabilitas < 0,05, maka hubungan antara variabel X dengan Y

adalah tidak linear. Hasil nilai output SPSS probalititas pada tabel

sebesar 0,899. Hal ini berarti 0,899 > 0,05 maka hubungan antara

konsep diri akademik dengan motivasi belajar adalah linear. Uji

linearitas dapat dihitung dengan menggunakan SPSS 15. Data

output SPSS 15 dapat dilihat pada lampiran 10.

7. Untuk menjawab pertanyaan nomor tiga mengenai adakah korelasi antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar siswa

menggunakan rumus di SPSS 15 dengan mengkorelasikan jumlah

kedua variable tersebut. Rumus yang digunakan menggunakan

pendekatan analisis korelasi Pearson Product Moment yang sudah

diperhalus sehingga lebih menjadi lebih kecil, Nurgiyantoro

(2009:133) seperti dibawah ini:

= ∑xy

(∑x ) + (∑y )

Keterangan:

r : koefisien korelasi

∑×y : Jumlah Hasil kali nilai variabel X dan Y

∑×2 : Jumlah kuadrat nilai variabel X

∑y2 : Jumlah kuadrat nilai variabel Y

(56)

39

BAB I

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini disajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan mengikuti

sistematika urutan permasalahan yang ada dalam Bab I.

A. Hasil Penelitain

1. Konsep diri akademik siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta

Berdasarkan perolehan data penelitian yang dikumpulkan dengan

menggunakan kuesioner konsep diri akademik, dilakukan analisis data

dengan teknik deskriptif kategoris dan presentase yang disajikan dalam

tabel 8 dan dalam grafik 1.

Tabel 8

Tingkat Konsep Diri Akademik

Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 Kriteria Skor Kategori Jumlah Subyek Presentase

104 < X Sangat Tinggi 7 10,6%

Dalam perspektif grafis, komposisi dan sebaran subjek berdasarkan tingkat

konsep diri akademik-nya tergambar sebagai berikut:

(57)

Grafik 1.

Grafik Tingkat Konsep Diri Akademik Siswa SMK Sanjaya Pakem

Pengamatan pada tabel maupun menunjukkan:

a. Terdapat 7 siswa (10,6%), yang memiliki konsep diri akademik

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat

Rendah

(58)

41

Jadi, sebagian besar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem telah

memiliki konsep diri akademik tinggi dan hanya 3,0% saja dari

jumlah subjek yang diteliti memiliki konsep diri akademik rendah.

2. Motivasi belajar dari siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta

Berdasarkan perolehan data penelitian yang dikumpulkan dengan

menggunakan kuesioner motivasi belajar, dilakukan analisis data dengan

teknik deskriptif kategoris dan presentase yang disajikan dalam tabel 9 dan

dalam grafik 2.

Tabel 9

Tingkat Motivasi Belajar

Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014 Kriteria Skor Kategori Jumlah Subyek Presentase

104 < X Sangat Tinggi 8 12,12%

88 < X 104 Tinggi 36 54,5%

72 < X 88 Sedang 19 28,7%

56 < X 72 Rendah 3 4,5%

X ≤ 56 Sangat Rendah 0 0%

Total 66 99,82%

Dalam perspektif grafis, komposisi dan sebaran subjek berdasarkan tingkat

motivasi belajar tergambar sebagai berikut:

(59)

Grafik 2.

Grafik Tingkat Motivasi Belajar Siswa SMK Sanjaya Pakem

Pengamatan pada tabel maupun menunjukkan:

a. Terdapat 8 siswa (12,12%), yang memiliki motivasi belajar sangat

tinggi

b. Terdapat 36 siswa (54,5%), yang memiliki motivasi belajar tinggi

c. Terdapat 19 siswa (28,7%), yang memiliki motivasi belajar sedang

d. Terdapat 3 siswa (4,5%), yang memiliki motivasi belajar rendah

e. Tidak terdapat siswa (0%), yang memiliki motivasi belajar sangat

rendah

Jadi, sebagian besar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem telah

memiliki motivasi belajar tinggi dan hanya 4,5% saja dari jumlah

subjek yang diteliti memiliki motivasi belajar rendah.

0

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat

Rendah

(60)

43

3. Korelasi antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar pada siswa

kelas X SMK Sanjaya Pakem Yogyakarta

Tabel 10

Korelasi Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMK Sanjaya Pakem Tahun Ajaran 2013/2014

Correlations

VAR00001 VAR00002 VAR00001 Pearson Correlation 1 .793(**)

Sig. (2-tailed) .000

N 66 66

VAR00002 Pearson Correlation .793(**) 1 Sig. (2-tailed) .000

N 66 66

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar siswa kelas X SMK

Sanjaya Pakem. Taraf signifikan yang digunakan yaitu 5%. Hipotesis korelasi

menyatakan bahawa jika nilai p<0,05 dapat dikatakan terdapat korelasi antara

variabel satu dengan variabel yang lainnya. Selain itu jika suatu hubungan tidak

sama dengan 0, maka dapat dikatakan terjadi hubungan. Dari output di atas, N

menunjukkan jumlah sampel sebanyak 66, sedangkan hubungan korelasi

ditunjukkan oleh angka 793(**) yang artinya korelasi sangat signifikan

karena mendekati 1. Besar korelasi yang terjadi antara kedua variabel adalah

0,793. Sedangkan angka sig.(2-tailed) adalah 0,000 masih lebih kecil daripada

batas kritis α = 0,05, berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kedua

(61)

hubungan positif antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar siswa

kelas X di SMK Sanjaya Pakem.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang tergambar dalam tabel 9, terdapat 7

siswa (10,6%) yang memiliki konsep diri akademik sangat tinggi. Terdapat

37 siswa (56,0%) yang memiliki konsep diri akademik tinggi. Terdapat 20

siswa (30,3%) yang memiliki konsep diri akademik sedang. Terdapat 2 siswa

(3,0%) yang memiliki konsep diri akademik rendah serta tidak terdapat siswa

(0%) yang memiliki konsep diri akademik sangat rendah. Berdasarkan

paparan hasil penelitain tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem memiliki konsep diri akademik yang

tinggi dan sebagian kecil memiliki konsep diri akademik yang rendah.

Sedangkan hasil penelitian yang tergambar dalam tabel 10, terdapat 8

siswa (12,12%) yang memiliki motivasi belajar sangat tinggi. Terdapat 36

siswa (54,5%) yang memiliki motivasi belajar tinggi. Terdapat 19 siswa

(28,7%) yang memiliki motivasi belajar sedang. Terdapat 3 siswa (4,5%),

yang memiliki motivasi belajar rendah dan tidak terdapat siswa (0%), yang

memiliki motivasi belajar sangat rendah. Berdasarkan paparan hasil penelitain

tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa kelas X SMK

Sanjaya Pakem memiliki motivasi belajar yang tinggi dan sebagian kecil

memiliki motivasi belajar yang rendah.

Berdasarkan pengamatan yang diperoleh pada pelaksanaan Program

(62)

45

tampak perilaku yang mengindikasikan bahwa siswa kelas X SMK Sanjaya

Pakem memiliki konsep diri akademik dan motivasi belajar yang rendah.

Namun hasil penelitian di atas menyebutkan bahwa sebagian besar siswa

kelas X SMK Sanjaya Pakem memiliki tingkat konsep diri akademik dan

motivasi belajar yang tinggi. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan besar

siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem tersebut memiliki pandangan yang positif

mengenai konsep diri akademiknya sehingga siswa jarang menemukan

kesulitan dalam belajar selain itu siswa kelas X memiliki kepercayaan yang

penuh terhadap kemampuan akademik yang dimilikinya sehingga mampu

menimbulkan semangat tinggi dalam belajar.

Tinggi rendahnya konsep diri akademik juga dipengaruhi oleh faktor

perasaan berarti. Siswa yang memiliki konsep diri yang tinggi tumbuh dan

berkembang dengan perasaan yang berarti. Siswa yang berkembang dengan

memiliki perasaan berarti akan mendapatkan rasa aman dari lingkungan yang

ada disekitarnya. Lingkungan di sini seperti siswa merasa berarti ketika

bersama dengan teman-temannya. Sebaliknya dengan siswa yang memiliki

konsep diri akademik yang rendah akan tumbuh dan berkembang dengan

perasaan yang tidak berarti dan lingkungan yang kurang mendukung. Hal

tersebut sejalan dengan faktor-faktor yang diungkapkan oleh Coorpersmith

(Kanisius, 2006:34) yang mengungkapkan bahwa bila anak telah memiliki

perasaan berarti, maka akan tumbuh kebajikan dalam dirinya.

Siswa yang mempunyai konsep diri yang tinggi akan memiliki

(63)

sendiri menciptakan konsep diri akademik yang baik terhadap kegiatan

belajar baik di sekolah ataupun di sekolah. Peluang – peluang untuk

melakukan sesuatu yang diberikan oleh para guru di sekolah pun dapat

memberikan pengaruh yang baik bagi konsep diri akademik siswa itu sendiri.

Hal ini terihat dengan adanya les tambahan bagi siswa yang diberikan oleh

guru.

Pandangan yang positif mengenai kemampuan akademik membuat siswa

memiliki sikap tekun dalam mencapai cita-cita yang ada dan memiliki

motivasi yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

adalah kemampuan pembelajaran siswa itu sendiri. Memiliki pandangan yang

positif tidak akan membuat siswa mudah putus asa dan mudah menyerah

dalam menyelesaikan tugas sekolah dan hal tersebut dapat memicu motivasi

siswa dalam belajar.

Tinggi rendahnya motivasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh orang tua

dan keluarga. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi tumbuh dan

berkembang di dalam keluarga dimana orang tua mampu memberikan

masukan memberikan arahan dalam menyelesaikan kesulitan yang dihadapi,

hal ini terlihat bahwa orang tua dari para siswa SMK Sanjaya Pakem sangat

mendukung dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengikuti segala

kegiatan yang ada di sekolah yang mampu menunjang semangat belajar

mereka karena saat siswa merasa diperhatikan oleh kedua orang tuanya secara

(64)

47

Siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah tumbuh dan

berkembang dalam keluarga yang mana orang tua tidak mampu untuk

membimbing dan membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi. Hal tersebut

sungguh berdampak pada rendahnya semangat untuk melakukan sesuatu hal

yang berdampak untuk masa depan siswa itu sendiri. Hal inilah yang

tergambar pada siswa kelas X SMK Sanjaya.

Selain hal diatas, sebagian besar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem

memiliki konsep diri akademik dan motivasi belajar yang tinggi mungkin

karena para siswa memiliki pengalaman-pengalaman eksternal yang memiliki

kaitan yang erat.

Hasil penelitian di atas juga menunjukkan bahwa adanya hubungan yang

signifikan antara konsep diri akademik dengan motivasi belajar siswa. Hal

tersebut berdasarkan dari penghitungan SPSS 15 dengan menggunakan rumus

Korelasi Product Moment. Dalam hal ini berarti konsep diri akademik

memberikan sumbangan kepada motivasi belajar siswa kelas X di SMK

Sanjaya. Seperti yang diungkapakan oleh Pudjijogyanti (1996:23) bahwa

konsep diri tidak hanya terbentuk dari internal individu saja melainkan

eksternal individu.

(65)

BAB V PENUTUP

Bab ini akan disajikan kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran.

Kesimpulan yang disajikan berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan. Pada

bagian keterbatasan menyajikan pengalaman peneliti mengenai kesulitan yang

dijumpai dalam menyelesaikan penulisan skripsi. Bagian kesimpulan menyajikan

mengenai kesimpulan akhir dari penelitian. Saran yang disajikan berdasarkan

hasil dari penelitian yang ditujukan kepada pihk yang terkait.

A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan hasil

penelitian adalah:

1. Konsep Diri Akademik siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem termasuk

tinggi.

2. Motivasi Belajar siswa kelas X SMK Sanjaya Pakem termasuk tinggi.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri akademik

dengan motivasi belajar siswa kelas X di SMK Sanjaya Pakem

B. Saran

Berikut dikemukakan beberapa saran yang sesuai dengan hasil penelitian

untuk pihak-pihak yang terkait.

1. Guru pembimbing

Guru pembimbing diharapkan dapat memberikan motivasi kepada

(66)

49

sudah dimiliki setiap siswa. Guru pembimbing mampu memberikan

layanan bimbingan dan konseling yang kreatif dan efektif bagi para

siswa dengan memberikan topik-topik bimbingan yang dapat

menunjang tingkat konsep diri akademik dan motivasi belajar.

2. Siswa

Siswa diharapkan semakin terdorong untuk tetap mempertahankan

tingkat konsep diri akademik dengan motivasi belajar yang

dimilikinya.

3. Guru Mata Pelajaran SMK Sanjaya

Guru mata pelajaran alangakah baiknya memberikan dukungan

untuk meningkatkan atau mengembangkan sikap positif terhadap

konsep diri akademik dan motivasi belajar para siswa. Hal tersebut

dapat dilakukan dengan memberikan semangat kepada para siswa

untuk terlibat aktif di luar kelas maupun di kelas. Selain itu guru mata

pelajaran mengupayakan dalam meningkatkan metode pembelajaran

yang menyenangkan, sehingga para siswa menjadi lebih tertarik dalam

belajar.

Gambar

Tabel 1 Populasi Uji coba dan Penelitian
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Konsep Diri Akademik yang Digunakan
Tabel 3 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar yang Digunakan dalam
Tabel 4 Tabel Skoring Konsep Diri Akademik dan Motivasi Belajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan sebagai sebuah organisasi dituntut untuk lebih profesional dan berkinerja lebih baik. Salah satu tuntutan tersebut ialah dengan menciptakan iklim kerja yang

Sebelum pelaksanaan praktik mengajar di kelas, mahasiswa PPL harus membuat skenario atau langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan di kelas yang meliputi

optimum waktu esterifikasi (2, 4, 6 jam) terhadap kadar asam lemak bebas minyak Kemiri Sunan serta mengetahui kondisi optimum waktu transesterifikasi (0,5; 1; 1,5; 2 jam)

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam melakukan penelitian, maka penelitian tersebut dilakukan di Kepolisian Resor Kota Pekanbaru, dimana penyelidikan terhadap

Tabel V.7 Jumlah Sekolah, Guru, Murid dan Lulusan Sekolah Menengah Pertama Negeri Di Kecamatan Kejuruan Muda,. 2013

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

Contohnya : gambarkan secara detil tipe pencapaian individu ( performance achievement ) yang paling sesuai dan dengan jenis perusahaan/organisasi seperti apa.

[r]