• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kel 6 stratei dan inovasi

N/A
N/A
Yayang Yulia Sari

Academic year: 2023

Membagikan "Kel 6 stratei dan inovasi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

STRATEGI DAN INOVASI PEMBELAJARAN PENJAS & OLAHRAGA Implementasi Kurikulum PJOK Tingkat Sekolah Menengah dan Problematikanya

Dosen Pengampu : Dr. Willadi Rasyid, M.Pd

Dr. Yendrizal, M.Pd Oleh Kelompok 6:

Dodi Arianto 22199011 Yayang Yulia Sari 22199049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA S2 FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2023

(2)

pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Implementasi Kurikulum PJOK Tingkat Sekolah Menengah dan Problematikanya

dalam mata kuliah strategi dan inovasi pembelajaran penjas & olahraga tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada Bapak Dr. Willadi Rasyid, M.Pd dan Bapak Dr. Yendrizal, M.Pd selaku dosen pengampu strategi dan inovasi pembelajaran penjas & olahraga atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Padang, 20 Februari 2023

Penulis

i

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Perumusan Masalah...3

C. Tujuan Penelitian...3

BAB II PEMBAHASAN...4

A. Pendidikan Jasmani dan Olahraga...4

B. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani dan Olahraga...5

BAB III PENUTUP...16

A. Kesimpulan...16

B. Saran...17

Daftar Rujukan...18

ii

(4)

Pendidikan sangat berperan penting dalam pembangunan nasional.

Dengan pendidikan diharapkan dapat melahirkan calon-calon penerus bangsa yang kompeten, kritis, kreatif, rasional, mandiri, dan berpegang pada nilai nilai religi. Tujuan pendidikan Indonesia dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seluruh siswa yang melahirkan siswa yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, sehat jasmani dan rohani, kreatif, mandiri, cakap, berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab, serta dapat menjadi warga negara yang mematuhi segala aturan pemerintah yang berlaku. Untuk melaksanakan pendidikan secara sistematis agar mencapai tujuannya, maka dibutuhkan strategi pelaksanaan pendidikan. Dalam hal ini pemerintah menyusun strategi tersebut melalui kurikulum. Kurikulum merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Dengan adanya program kurikulum, diharapkan terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan.

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan pemerintah melakukan pengembangan kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, pemerintah berusaha untuk mengganti kurikulum yang dianggap kurang efisien dan kurang tepat, dengan kurikulum yang dianggap lebih efisien. Perubahan

1

(5)

2

kurikulum juga menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan 2 masyarakat serta perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Maka dari itu pemerintah menerapkan kebijakan Kurikulum 2013 sebagai salah satu cara untuk mengatasi permasalahan Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia.

Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang pada dasarnya adalah perubahan pola piker dan budaya mengajar dari kemampuan mengajar tenaga pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Kurikulum 2013 berbasis karakter dan kompetensi dimana aspek afektif lebih ditekankan namun tidak juga mengesampingkan aspek-aspek yang lain. Perubahan lainnya dalam penerapan kurikulum yang baru ini yaitu proses pembelajarannya, dalam proses pembelajaran untuk semua jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA) standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam hal ini guru bukan satusatunya sumber belajar. Selain itu, sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan.

Keunggulan Kurikulum 2013 meliputi siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah dengan cara memberikan pendidikan karakter dan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi. Terdapat banyak sekali

(6)

kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perekembangan kebutuhan seperti 3 pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, dan kewirausahaan. Materi pelajaran yang akan disampaikan sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

Terlihat pada tingkat SMP penerapan sikap dituntut untuk diterapkan pada lingkungan pergaulannya dimanapun ia berada. Selain itu, standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampillan, dan pengetahuan secara proposional. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala. Sifat pembelajarannyapun sangat kontekstual guna meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.

Dalam Kurikulum 2013 perubahan yang paling menonjol yaitu dalam pendekatan dan strategi pembelajaran yang dikenal dengan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik menuntut siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran karena siswa sebagai pusat dari kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi. Pendidik sebagai ujung tombak pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan yang menjadi faktor kunci dalam keberhasilan implementasi kurikulum ini. Jadi, guru dituntut untuk dapat meningkatkan kinerja dan menerima kebijakan pemerintah mengenai Kurikulum 2013 dengan menguasai program, prinsip,

(7)

4

mekanisme, serta strategi Kurikulum 2013 untuk dapat memperbaiki kegiatan belajar mengajar di kelas.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di sekolah-sekolah menengah pertama belum sepenuhnya menerapkan Kurikulum 2013). Guru yang mempunyai masa kerja lama juga mengatakan bahwa mereka kesulitan untuk beradaptasi dengan Kurikulum 2013 ini. Mereka kesulitan dalam mengubah metode mengajar yang selama ini telah mereka terapkan dalam kurikulum sebelumnya. Dengan demikian, terkadang guru-guru penjas menggabungkan kebiasaan yang sudah ada dalam penerapan kurikulum 2013. Selain itu ada juga guru yang merasa masih kurang percaya diri dan belum sepenuhnya yakin apakah pembelajaran yang diterapkan sudah sesuai dengan pembelajaran Kurikulum 2013 atau belum. Selain itu juga guru berpendapat jika siswa kurang berpartisipasi dalam pembelajaran, dimana rasa keingintahuan dan minat membaca siswa rendah, sehingga proses pembelajaran penjas dengan Kurikulum 2013 dimana siswa sebagai pusat pembelajaran (student center) tidak dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui penerapan proses pembelajaran penjasorkes dengan Kurikulum 2013 di SMP N se-Kecamatan Bantul. Hal ini diperkuat dengan belum adanya penelitian tentang implementasi pembelajaran penjasorkes dengan Kurikulum 2013.

Oleh karena itu peneliti mengangkat judul penelitian “Implementasi Proses Pelaksanaan PJOK berdasarkan Kurikulum 2013 di SMP N se-Kecamatan Bantul”.

(8)

B. Perumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya penulis ingin mengetahui apa saja landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apa saja landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga.

(9)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendidikan Jasmani dan Olahraga.

Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan dan merupakan alat pendidikan (Abdulkadir, 1992: 2). Hal ini mengandung pengertian bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan yang tak dapat dipisahkan dan tergantikan. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi (Gusril, 2011: 6).

Menurut WHO, pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang diselenggarakan untuk menjadi media bagi kegiatan pendidikan. Pendidikan adalah kegiatan yang merupakan proses untuk mengembangkan kemampuan dan sikap rohaniah yang meliputi aspek mental, intelektual dan bahkan spiritual. Sebagai bagian dari kegiatan pendidikan, maka pendidikan jasmani merupakan bentuk pendekatan ke aspek sejahtera Rohani (melalui kegiatan jasmani), yang dalam lingkup sehat WHO berarti sehat rohani.

Jadi pendidikan jasmani dan olahraga ini adalah suatu kegiatan pembelajaran berupa aktivitas fisik dalam upaya peningkatan kebugaran jasmani sehingga diperoleh suatu keterampilan motorik, kesehatan, kebugaran, mental dan perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

B. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani dan Olahraga

4

(10)

Secara ilmiah, pendidikan jasmani dalam pelaksanaannya mendapat dukungan dari berbagai disiplin ilmu. Berikut ini berbagai landasan ilmiah pendidikan jasmani:

1. Landasan Filosofis.

Filsafat pendidikan jasmani dan olahraga terkaji dalam tiga kegiatan kajian, yaitu secara ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi merupakan sarana ilmiah untuk menemukan jalan penanganan masalah secara ilmiah (Van Peurse dalam Hendra dkk, 2019), selain itu ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui. Epistemonologi membahas secara mandalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan tentang pendidikan jasmani dan olahraga.

Suriasumantri (1982) mengartikan aksiologi sebagai teori yang berkaitan dengan kegunaan pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi ilmu membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang didapatnya.

a. Ontologi Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Secara ontologi, pendidikan jasmani dan olahraga adalah proses bagian integral dari proses pendidikan total dan merupakan lahan untuk mencapai tujuan pendidikan untuk mengembangkan kebugaran fisik, mental, emosi, dan sosial melalui media aktifitas fisik olahraga (Bucher). Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian integral berarti pendidikan tidak akan berjalan tanpa ada

(11)

6

pendidikan jasmani dan olahraga, dengan demikian tujuan pendidikan tidak akan tercapai.

Tujuan Pendidikan jasmani dan olahraga sederhananya adalah mengembangkan kebugaran fisik, mental, emosi, dan sosial yang tercermin dari guru atau orang yang secara langsung mendidik peserta didik tersebut. Dengan kata lain guru merupakan contoh yang proporsional untuk ditiru oleh peserta didik. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan wahana untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang secara singkat adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Dengan kata lain, pendidikan jasmani dan olahraga harus mampu membantu pengembangan pribadi peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan. Karena pendidikan itu berusaha untuk memberikan kesempatan berkembangnya semua aspek pribadi manusia.

Pendidikan jasmani dan olahraga juga diartikan sebagai upaya pendidikan melalui aktifitas jasmani (Ateng dalam Harsuki, 2003).

Aktifitas jasmani merupakan perwujudan usaha seseorang dalam mengolah raganya dengan pola-pola tertentu hingga mendapatkan gerakan yang efektif dan efisien, gerakan-gerakan tersebut akan berdampak pada sistem tubuh dan keterampilan motorik manusia serta membentuk karakter manusia.

Beberapa penjelasan tentang definisi dan makna pendidikan jasmani dan olahraga di atas memberikan penjelasan tentang

(12)

kedudukan serta peran pendidikan jasmani dan olahraga dalam sistem pendidikan nasional.

b. Epistemologi Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Secara epistemonologi, proses pendidikan jasmani dan olahraga adalah menggunakan aktifitas fisik berupa olahraga sebagai dasar gerak. Aktifitas gerak dilandasi oleh “human movement” yaitu gerak insani atau gerak manusia (Sumaryanto, 2012). Gerak manusia mempunyai beberapa gerakan yang dilakukan berdampak positif terhadap perubahan fisik peserta didik. Selain itu gerak yang dilakukan peserta didik akan memberikan dampak positif terhadap kehidupan sosial peserta didik kelak.

Pendidikan jasmani dan olahraga terbentuk dari dasar beberapa keilmuan. Keilmuan tersebut bersinergi yang terangkai dalam wadah pendidikan melalui aktifitas fisik menciptakan aturan-aturan gerak yang digunakan dalam pengajaran pendidikan jasmani dan olahraga.

Dukungan beberapa ilmu pengetahuan tersebut akan membentuk suatu aturan Gerakan yang membuat pendidikan jasmani dan olahraga sebagai alat Pendidikan yang aman dan mempunyai daya manfaat tinggi bagi perkembangan fisik, rohani, dan sosial peserta didik.

c. Aksiologi Pendidikan Jasmani dan Olahra

Secara aksiologi, pendidikan jasmani dan olahraga mempunyai manfaat yang nyata dalam pembentukan tubuh peserta didik serta

(13)

8

kebugaran jasmani peserta didik. Kebugaran jasmani merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Kebugaran jasmani membantu peserta didik untuk melakukan kegiatan sehari- harinya tanpa merasa kelelahan dan membantu peserta didik untuk selalu siap menerima pelajaran yang lain. Selain itu dampak pendidikan jasmani dan olahraga adalah tertanamnya nilai-nilai mulia olahraga ke dalam diri peserta didik. Nilai-nilai yang tertanam dalam peserta didik akan berdampak pada perilaku peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat.

Respect atau hormat adalah suatu sikap yang menaruh perhatian

kepada orang lain dan memperlakukan seccara hormat. Respek dicirikan dengan memperlakukan orang lain sebagai mana individu yang ingin diperlakukan, berbicara dengan sopan kepada siapapun, menghormati aturan yang ada dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Respect atau menghormati terwujud dalam peserta didik hormat pada peraturan dan tradisi permainan, hormat pada lawan, dan hormat pada kemenangan dan kekalahan. Perilaku respect yang terjadi di masyarakat adalah peserta didik akan menghormati orang lain, menghormati hak milik orang lain, dan hormat pada lingkungan.

Tanggung jawab adalah kemampuan untuk memberikan respon, tanggapan, atau reaksi secara cakap. Tanggung jawab dicirikan

(14)

antara lain dengan melakukan apa yang telah disepakati dengan sungguh-sungguh, mengakui kesalahan yang dilakukan tanpa alasan, memberikan yang terbaik atas apa yang dilakukan. Tanggung jawab yang terdapat dalam Pendidikan jasmani dan olahraga adalah kesiapan diri menerima pelajaran dan bermain, disiplin dalam tugas gerak dan instruksi guru, dan kooperatif dengan sesame peserta didik. Perilaku yang terlihat dalam kehidupan bermasyarakat peserta didik adalah mampu memenuhi kewajiban, dapat dipercaya, dan bisa mengendalikan diri.

Peduli adalah kesediaan untuk memberikan perhatian dan kasih sayang kepada sesama. Peduli antara lain ditandai dengan memperlakukan orang lain, diri, dan sesuatu dengan kasih sayang, memperhatikan dan mendengarkan orang lain secara seksama, menangani sesuatu dengan hatihati. Praktek yang terlihat dalam proses pendidikan jasmani dan olahraga adalah membantu teman agar bermain baik, membantu teman yang bermasalah, murah pujian dan kikir kritik, dan bermain untuk tim. Perilaku yang dapat diwujudakan peserrta didik dalam kehidupannya adalah menaruh empati pada orang lain, pemaaf, mendahulukan kepentingan yang lebih besar.

Jujur adalah suatu sikap terbuka, dapat dipercaya, dan apa adanya. Sikap jujur antara lain ditandai dengan mengatakan apa adanya, menepati janji, mengakui kesalahan, menolak berbohong,

(15)

10

menipu, dan mencuri. Praktek yang terlihat dalam proses pendidikan jasmani dan olahraga adalah patuh pada aturan main, loyal pada tim, dan mengakui kesalahan. Perwujudan dalam kehidupannya adalah peserta didik memiliki integritas, terpercaya, dan melakukan sesuatu dengan baik.

2. Landasan Yuridis

Pemerintah menerbitkan UU 11 tahun 2022 tentang Keolahragaan.

Undang-Undang ini menyebutkan bahwa Olahraga adalah segala kegiatan yang melibatkan pikiran, raga, dan jiwa secara terintegrasi dan sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, sosial, dan budaya.

Keolahragaan berfungsi mengembangkan kemampuan jasmani, rohani, dan sosial serta membentuk watak dan kepribadian bangsa yang bermartabat. Keolahragaan bertujuan untuk:

a. memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, Prestasi, kecerdasan, dan kualitas manusia;

b. menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, kompetitif, dan disiplin;

c. mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa;

d. memperkukuh ketahanan nasional;

e. mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa; dan f. menjaga perdamaian dunia.

3. Landasan Biologis.

(16)

“Pendidikan jasmani adalah disiplin yang berorientasi tubuh, disamping berorientasi pada disiplin mental dan sosial” (Rosdiani, 2013). Oleh karena itu guru pendidikan jasmani karenanya harus memiliki penguasaan yang kokoh terhadap fungsi fisikal dari tubuh untuk memahami secara lebih baik pemanfaatannya dalam kegiatan pendidikan jasmani. Khususnya dalam masa modern dewasa ini, ketika pendidikan gerak dipandang teramat penting, pengetahuan tentang bagaimana tubuh manusia berfungsi dipandang amat krusial agar bisa melaksanakan tugas pengajaran dengan baik.

Secara biologis, manusia dirancang untuk menjadi mahluk yang aktif. Meskipun perubahan dalam jaman dan peradaban telah menyebabkan penurunan dalam jumlah aktivitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dasar yang berkaitan dengan kehidupan, sebenarnya tubuh manusia tidaklah berubah. Karenanya, manusia harus tetap menyadari bahwa dalam hal kesehatan tubuhnya, dasar biologisnya menuntut dan mengakui pentingnya aktivitas fisik yang keras dalam hidupnya. Jika tidak, kesehatan, produktivitas, serta efektivitas hidupnya akan menurun drastis. Dalam hal itulah pendidikan jasmani yang baik di sekolah dan di masa-masa berikut dalam hidupnya dipandang amat penting dalam menjaga kemampuan bilogis manusia. Dipandang dari sudut ini, pendidikan jasmani terikat dekat pada kekuatan mental, emosional, sosial, dan spiritual manusia.

4. Landasan Psikologis.

(17)

12

Pendidikan jasmani dan olahraga secara psikologis adalah sebuah bidang kajian yang menerapkan prinsip-prinsip psikologi dalam pembelajaran olahraga di sekolah, baik penampilan individual maupun tim, ditandai oleh sejumlah interaksi dengan individu lain dan situasi- situasi eksternal yang menstimulasinya. Apa yang dirasakan seorang siswa yang melihat temannya sedang berolahraga jatuh pingsanga atau mengalami cedera? Hal ini sedikit banyaknya tentu akan dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologis siswa yang lainnya, bisa saja hal ini akan menjadi pengaruh untuk siswa tersebut ragu dalam melakukan kegiatan pendidikan jasmani, bahkan bukan tidak mungkin siswa tersebut enggan untuk melakukan ataupun mengikuti mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Nah, maka di sinilah peran psikologis yang akan membantu mengembalikan kondisi psikologis siswa ini agar mau kembali untuk mengikuti mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

Manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki emosi jiwa. Emosi jiwa ini adakalanya mengalami ketidakstabilan, pada saat ketidakstabilan itu tiba tentu daya konsentrasi akan menurun, misalkan seorang siswa yang akan menghadapi ujian senam lantai, adanya emosi berupa kecemasan yang membuat siswa tersebut takut dalam melakukan kegiatan senam lantai, dan dalam hal ini terasalah sangat penting seorang guru memiliki ilmu tentang psikologis. Dengan adanya pengalihan perhatian dengan memberikan motivasi serta membayangkan hal positif dan membanggakan yang akan di dapatkan oleh siswa tersebut jika dapat

(18)

melakukan ujian senam lantai ini dengan baik. Jika guru tersebut berhasil meyakinkan siswa tersebut dengan motivasi dan dukungan dalam membantu memperbaiki psikologisnya, maka rasa cemas siswa tersebut dan pikiran resahnya malah bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit dan pendorong semangat untuk berprestasi. Dengan psikologis ini akan dapat membuat yang tadinya tidak bisa menjadi bisa.

5. Landasan Sosiologis.

Rosdiana. 2013 mengemukaan Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi. Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas pendidikan jasmani mempunyai potensi untuk menuntaskan tujuan-tujuan tersebut.

Seperangkat kualitas dari perkembangan sosial yang dapat dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjas di antaranya adalah kepemimpinan, karakter, dan daya juang.

Sosiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan aktivitasnya dalam kaitannya dengan hubungan atau interaksi antar satu manusia dengan manusia lainnya, termasuk sekelompok orang dengan kelompok lainnya.

Singkatnya, sosiologi adalah ilmu yang berkepentingan dalam mengembangkan struktur dan aturan sosial yang lebih baik yang dicirikan oleh adanya kebahagiaan, kebaikan, toleransi, dan kesejajaran sosial.

6. Landasan Kultural

(19)

14

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan. Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan- perubahan yang sesuai dengan perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai, dan norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga.

Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal ini haruslalah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan. (Tirtarahardja dan Sulo, 2005).

Jadi dengan pendidikan inilah akan lahir masyarakat yang bersatu walaupun beragam suku, agama, ras, dll, sebagai wujud kebineka tunggal ikaan.

(20)

A. Kesimpulan

1. Pendidikan Jasmani dan Olahraga.

Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari pendidikan dan merupakan alat pendidikan (Abdulkadir, 1992: 2). Hal ini mengandung pengertian bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan yang tak dapat dipisahkan dan tergantikan. Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi (Gusril, 2011: 6).

Jadi pendidikan jasmani dan olahraga ini adalah suatu kegiatan pembelajaran berupa aktivitas fisik dalam upaya peningkatan kebugaran jasmani sehingga diperoleh suatu keterampilan motorik, kesehatan, kebugaran, mental dan perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

2. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani dan Olahraga a. Landasan Filosofis

b. Landasan Yuridis c. Landasan Biologis d. Landasan Psikologis e. Landasan Sosiologis f. Landasan Kultural

16

(21)

17

B. Saran

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Penulis tetap berharap makalah ini tetap memberikan manfaat bagi pembaca. Namun, saran dan kritik yang sifatnya membangun dengan tangan terbuka kami terima.

DAFTAR RUJUKAN

Agus, Susworo, D.M. Fitriani. 2008. Pemahaman Peserta Pembekalan Guru Kelas/Agama Dalam Mata Pelajaran Penjas Terhadap Pendidikan

(22)

Jasmani SD Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Jurnal Pendidkan Jasmani Indonesia. (Nomor 1 tahun 2008).

Albukadir. 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani.

Bucher, CA. 1960. Foundation of Physical Education. ST. Louis: The CV. Mosby Company.

Gusril. 2011. Model Pengembangan Motorik Pada Siswa Sekolah Dasar. Padang:

UNP PRESS.

Harsuki. 2003. Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Hendra Mashuri, dkk. 2019. Pendidikan Jasmani dan Olahraga: Sebuah Pandangan Filosofi. Kediri: FKIP Universitas Nusantara Kediri

H.J.S Husdarta. 2011. Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Alfabeta.

Panduan Penulisan Tesis. 2021. Program Magister S2 Sekolah PASCASARJANA.Universitas Negeri Padang

Rosdiani, Dini. 2013. Perencanaan dan Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta.

Sumaryanto. 2012. Perspektif Filsafat Olahraga dalam MewujudkanMasyarakat Sehat. Medikora, Volume IX, Nomor 2.

Suriasumantri, Jujun s. 1982. Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar Harapan.

Tilaar. 2012. Standarisasi Pendidikan Nasional; Suatu Tinjauan Kritis, Jakarta:

PT Rineka Cipta.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekolah menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menerima setiap pelajaran yang diajarkan. Setiap siswa

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan di sekolah baru-baru ini menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menanggapi

Dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah baru ini menuntut siswa untuk bersikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam menanggapi

Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan

Kepala sekolah yang berjiwa wirausaha adalah orang yang memiliki sikap dan perilaku kreatif dan inovatif dalam memimpin dan mengelola organisasi sekolah dengan

Lahirnya kurikulum 2013 merupakan salah satu cara pemerintah untuk mempersiapkan generasi muda yang beriman, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu

Pembelajaran yang dilakukan learner (peserta didik) dituntut proses yang memnuhi kriteria pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, danmenyenangkan (PAIKEM)

Kepala sekolah yang berjiwa wirausaha adalah orang yang memiliki sikap dan perilaku kreatif dan inovatif dalam memimpin dan mengelola organisasi sekolah dengan