• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi kurikulum 2013 dalam pendidikan karakter peserta didik SMPIT Nurul Hikmah Matraman Jakarta Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi kurikulum 2013 dalam pendidikan karakter peserta didik SMPIT Nurul Hikmah Matraman Jakarta Timur"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh:

Yuda Setiadi 1110011000082

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

NIM. 1110011000082, Jumsan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IJniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaclasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas'

lakarta,2 Januari 2015

Yang mengesahkan,

Pembimbing

NIP : 19 47 09 0219 67 L2l00L

(3)

pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan I(eguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 19 Januari 2015 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I)

dalam bidang Pendidikan Agama Islam'

Jakarta,27 Januai2015 Panitia Ujian Munaqasah

Ketua Jurusan/Program Studi

Dr. H. Abdul Majid Khon. M' Ag

NIP:19580707 1983 1 005

Sekretaris JurusaniProdi Hj. Marhamah Saleh" Lc. MA

NIP: 19720313 200801 2 010

Penguji

I

Dr. Sapiudin Shidik. MA

NIP: 196790206 1995032001

Penguji II

Dra. ZtkrrNeni Iska. M.Psi

Tanggal

NIP: 19690206 199503 2 001

'o/,-*t

M

a Tangan

Mengetahui:

(4)

Nama

NIM

Jurusan

Angkatan

Alamat

Yuda Setiadi

1 1 1001 1000082

Pendidikan Agama Islam 2010

Jl.

Kebon Manggis II RT/RW:005/02

NO:

12 I{EL Kebon

Manggis Jakartatimur.

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul imptementasi kurikulum 20L3 dalam pendidikan karakter peserta

didik

SMPIT

Nurul

Hikmah Matraman Jakarta Timur

adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen: Nama

Pembimbing

: Prof. Dr' Ahmad Syafi'I Noor'MA

NIP :194709A21967121001

Jurusan/Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap

menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

lakarta, 2 Jaruwi 2015

(5)

SMPIT Nurul Ilikmah Matraman Jakarta Timur" yang disusun oleh: Nama

NIM

Jurusan

Fakultas

Yuda Setiadi

1 I 1001 1000082

Pefldidikan Agama Islam

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing pada tanggal 2 Januari 2015.

lakarta,2lanuan2015

Dosen Pembimbiag

Prof. Dr. Ahmad Syafi'I Noor. MA

(6)

i

Pendidikan karakter kini sedang marak dibicarakan oleh berbagai kalangan, mengingat bahwa kemerosotan moral/akhlak yang melanda negeri kita ini, bahkan di berbagai belahan dunia yang lain, perilaku manusia sudah tampak seperti tidak mempunyai karakter. Agama yang menjadi landasan agar kita berbeda dengan mahluk-mahluk lain ciptaan Allah SWT, kini hanya sebuah hiasan pada kartu tanda penduduk semata, bahkan ajaran-ajarannya mulai ditinggalkan. Lembaga pendidikan yang menjadi sandaran untuk dapat meningkatkan moral dan intelektual kini semakin jauh dari tujuan semula, mulai dari sistem, metode, dan faktor-faktor yang menunjangnya kini banyak yang kurang relevan dan terjangkau bagi masyarakat. Dari pernyataan tersebut maka rumusan masalah yang penulis ambil ialah bagaimana implementasi kurikulum 2013 di SMPIT Nurul Hikmah Matraman Jakarta Timur, dalam pembentukan karakter peserta didik. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kurikulum 2013, dan mengetahui nilai-nilai karakter dari implementasi kurikulum 2013. Adapun lebih dari itu, penulis berharap implementasi kurikulum 2013 ini menjadi alternatif pendidikan karakter di sekolah-sekolah yang bisa diterima dan diterapkan di masyarakat kita secara luas.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis metode deskriptif analisis, adapun teknik pengumpulan datanya selain menggunakan teknik observasi dan wawancara, digunakan juga dengan cara kuesioner, dengan begitu hasil penelitian terlihat jelas dan valid. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini ialah implementasi kurikulum 2013 ini baik dalam pembentukan karakter peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian penulis, hasil penelitian menunjukan proses dari implementasi kurikulum 2013 yang dilakukan secara aktif, komunikatif, serta terjadinya interaksi secara langsung antara guru dengan peserta didik dapat menimbulkan karakter peserta didik menjadi terbentuk, terlebih lagi adanya beberapa faktor yang dominan untuk pembentukan karakter peserta didik, seperti faktor pembelajaran dan lingkungan. Adapun usaha guru-guru untuk mendidik karakter siswa dalam implementasi kurikulum 2013 adalah poin penting. Di SMPIT Nurul Hikmah para guru tidak lagi hanya memperhatikan hasil belajar pada aspek nilai saja akan tetapi sudah memperhatikan perkembangan siswa-siswinya dari kepribadiannya, tutur katanya, dan karakter mereka. Adanya usaha para guru untuk membentuk karakter peserta didiknya saat mereka mengajar di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Hal itu para guru perhatikan agar terbentuknya beberapa karakter seperti jujur, kerjakeras, disiplin, dan masih banyak lagi. Dari data penelitian dengan menggunakan angket pun menunjukan bahwa implementasi kurikulum 2013 cukup baik dalam pendidikan/pembentukan karakter.

(7)

Character education is now emerging discussed by various groups, given that the decadence / morals that hit our country, even in different parts of the world, human behavior has seemed like not having character. Religion which became the foundation that we are different with other beings created by God, now just a decoration on identity cards alone, even his teachings began to be abandoned. Educational institutions into the back to be able to improve the moral and intellectual is increasingly away from its original purpose, ranging from systems, methods, and factors that support it is now much less relevant and affordable for the community. From these statements, the formulation of the problem that the authors take is how the implementation of the curriculum in 2013 in SMPIT Nurul Hikmah Matraman East Jakarta, in forming the character of learners. Therefore, this study aimed to describe the implementation of the curriculum in 2013, and know the character values of 2013. The implementation of the curriculum is more than that, the authors hope that the implementation of the curriculum in 2013 has become an alternative character education in schools that can be accepted and applied in our society extensively.

This study used a qualitative research approach to the type of descriptive analysis method, while the data collection techniques in addition to using the techniques of observation and interviews, used also by way of a questionnaire, the results of the research so obvious and valid. The conclusion from this study is the implementation of the curriculum 2013 both in shaping the character of learners. This can be seen from the results of the study authors, the results show the process of implementation of the curriculum in 2013 which was active, communicative, and direct interaction between teachers and learners can cause students to be formed character, moreover, the presence of some of the dominant factors for character formation of students, such as learning and environmental factors. The efforts of teachers to educate students in the character of the curriculum implementation in 2013 is an important point. In SMPIT Nurul Hikmah the teachers are no longer just pay attention to the results of study on the value aspect alone but has been observing the development of its students from his personality, he said, and their characters. Any attempt to shape the character of teachers as they teach their students in the classroom and in the school environment. It was the teachers noticed that the formation of several characters such as honest, kerjakeras, discipline, and much more. From the research data by using questionnaires also showed that the implementation of the curriculum in 2013 quite well in the education / formation of character.

(8)

ii

Tuhan Yang Maha Kuasa terhadap segala sesuatu yang diciptakan-Nya. Segala

nikmat dan karunia-Nya yang selalu mengalir merupakan suatu anugrah yang

terindah dalam kehidupan ini. Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang

telah memberikan kemudahan dan kelancaran atas segala urusan kita di dunia ini,

termasuk dalam penulisan skripsi ini yang merupakan tugas akhir untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2015.

Allahumma Shalli „ala Sayyidina Muhammad, shalawat dan salam selalu

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan Kekasih Allah

SWT, yang telah menunjukan kita ke jalan yang diridhai-Nya, jalan yang penuh

dengan kemuliaan, dimana kita telah diberi petunjuk sehingga menjadi

pribadi-pribadi yang berkarakter. Karakter atau akhlak adalah sesuatu yang membuat kita

berbeda dengan makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT yang lainnya. Nabi

Muhammad SAW dipuji oleh Allah SWT bukan karena kepintarannya,

keberaniaannya, atau kegigihannya memperjuangkan Islam, tetapi karena

karakter/akhlak beliau yang sangat terpuji, dan patut dijadikan suri tauladan bagi

kita semuanya. Oleh karena itu, karakter/akhlak menjadi suatu pencapaian

tertinggi di dalam Islam, apabila seseorang sudah berakhlak dengan benar maka

sudah dianggap menjadi insan mulia yang pada tingkatannya menempati maqam

Ihsan, dari ketiga maqam yakni Iman, Islam, dan Ihsan. Dalam skripsi ini, yang

berjudul “implementasi kurikulum 2013 dalam pendidikan karakter peserta didik di SMPIT Nurul Hikmah Matraman Jakarta Timur”, akan menerangkan bahwa

implementasi kurikulum 2013 yang baik dari guru-guru adalah langkah yang

sangat penting untuk membuat kepribadian yang berkarakter/berakhlak,

(9)

iii

tulisan yang sederhana ini dapat diselesaikan. Keberhasilan penulisan skripsi ini

tidak terhindarkan dari motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Ibu Dra. Hj. Nurlena Rifa’I,

MA. Ph.D.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon,

M.Ag.

3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Ibu Hj. Marhamah Saleh, LC.

MA

4. Dosen pembimbing skripsi Bapak Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Noor yang

senantiasa membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen pembimbing akademik yang telah membantu dan memberikan

saran kepada penulis Bapak Dr. Khalimi M.Ag.

6. Seluruh Dosen dan Staff jurusan Pendidikan Agama Islam.

7. Kepala sekolah SMPIT Nurul Hikmah Bapak Rusmani Azmi, Lc M.Ag

yang telah membantu segala proses pengumpulan data penulis selama di

sekolah.

8. Ibu Hj. Yayah Masturiah, bapak Ahmad Fauzi, bapak Fahrul, ibu Zahra,

ibu Dwi Woro Hastuti, ibu Lidya, ibu Nina, ibu Endah, selaku guru-guru

di SMPIT Nurul Hikmah yang telah bersedia diwawancarai oleh penulis,

sehingga saya dapat mendapatkan informasi-informasi yang bersangkutan

dengan penelitian saya selama itu di sekolah.

9. Seluruh pengurus TPA Baitul Amin yang telah mendukung saya dalam

penulisan skripsi ini dengan diberikannya cuti.

10.Bapak Lurah Zainul Arifin yang telah memberi motivasi penulis dan

(10)

iv

12.Yang teristimewa untuk kedua orang tua saya, bapak Muladi dan ibu

Supami, yang selalu memberikan nasehat, perhatian, kasih sayang, dan

do’a-do’anya setelah ibadah shalat mereka.

13.Saudara-saudari saya, bang Ari, mba Ita dan mba Iin yang telah

menyemangati saya, membantu saya dari hal-hal administrasi saya seperti

memberi uang potocopyan, tes TOEFL, DLL.

14.Keluarga besar Jurusan Pendidikan Agama Islam kelas B angkatan 2010

yang selama ini bersama-sama menyelesaikan studi S1 di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

15.Teman-teman saya, Amin, Ryan, Puji, Mimah, dan Retno yang telah

ikhlas mengajari saya yang bawel menanyakan yang ini dan itu dalam

penyelesaian skripsi.

16.Ibu Roja, Davy Marciano Rossi dan Vio Marciano Rossi yang telah

menyemangati dan mengajarkan saya tentang tes-tes TOEFL setelah

bimbel usai.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan dan

pahala dari Allah SWT. semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat

bermanfaat untuk semua pihak. Amin Ya Rabbal „alamin.

Jakarta, 15 Januari 2015

(11)

v

Kata Pengantar ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Implementasi Kurikulum 2013 ... 6

1. Pengertian Kurikulum 2013 ... 6

2. Latar Belakang Dan Tujuan Kurikulum 2013 ... 10

3. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum 2013... 16

4. Struktur Kurikulum SMP/Mts ... 17

B. Pendidikan Karakter ... 22

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 22

2. Dasar-Dasar Pendidikan Karakter...27

3. Tujuan Pendidikan Karakter... 32

4. Nilai-Nilai Karakter Bangsa Indonesia ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian ... 39

B. Latar Penelitian ... 39

C. Metode Penelitian... 39

D. Populasi Dan Sampel ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

(12)

vi BAB VI HASIL PENELITIAN

A. Data Umum Sekolah... 52

B. Hasil Penelitian ... 55

C. Pembahasan ... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(13)

vii

Tabel 2.1 Cakupan Penilaian Sikap 13

Tabel 2.2 Indikator Dari Sikap-Sikap Yang Tersurat Dalam KI-1 Jenjang SMP/Mts 14

Tabel 2.3 Indikator Dari Sikap-Sikap Yang Tersurat Dalam KI-2 Jenjang SMP/MTs 15

Tabel 2.4 Beban Belajar Di SMP/Mts Untuk Kelas VII, VIII, IX 18

Tabel 2.5 Kompetensi Inti SMP/Mts 21

Tabel 2.6 Domain Budi Pekerti Islami 37

Tabel 3.1 Observasi Penelitian 43

Tabel 3.2 Wawancara peneneliti 44

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Karakter implementasi kurikulum 2013 47

Tabel 3.4 Ketentuan skor pembentukan karakter melalui implementasi kurikulum 2013 49

Tabel 4.1 Jumlah guru yang mengajar yang memiliki latar belakang pendidikan 54

Tabel 4.2 Hasil Angket 60

Tabel 4.3 Angket Karakter Kejujuran 62

Tabel 4.4 Angket Karakter Kerjakeras 63

Tabel 4.5 Angket Karakter Disiplin 64

Tabel 4.6 Angket Karakter Kerjasama 65

Tabel 4.7 Angket Karakter Tanggungjawab 65

(14)

viii

Lampiran 1

Hasil Observasi

82

Lampiran 2

Angket

84

Lampiran 3

Hasil Angket

88

Lampiran 4

Wawancara

93

(15)

1

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta didik melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi peranan di masa yang akan

datang. Pendidikan menjadi perhatian serius masyarakat luas, ketika moralitas

dipinggirkan dalam sistem berperilaku dan bersikap di tengah masyarakat.

Akibatnya, di satu sisi, pendidikan yang telah dijalankan menjadikan manusia

kian terdidik intelektualitasnya. Namun, di sisi lain, pendidikan yang diusung

semakin menjadikan manusia kehilangan kemanusiaanya. Pendidikan Indonesia

memang mengalami perkembangan yang memuaskan. Siswa-siswi Indonesia

mulai sering mengikuti ajang-ajang kompetisi Internasional. Mendali,

penghargaan Internasional telaih diraih siswa-siswi Indonesia di kancah

Internasional.

Lembaga pendidikan hingga kini masih dipercaya sebagai media yang

sangat ampuh dalam membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia

menjadi lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus menerus dibangun

dan dikembangkan agar dari proses pelaksanaannya menghasilkan generasi yang

diharapkan. Demikian pula dengan pendidikan di negeri tercinta ini. Bangsa

Indonesia tidak ingin menjadi bangsa yang bodoh dan terbelakang, terutama

dalam menghadapi zaman yang terus berkembang di era kecanggihan teknologi

dan komunikasi. Maka, perbaikan sumber daya manusia yang cerdas, terampil,

mandiri, dan berakhlak mulia terus diupayakan melalui proses pendidikan.

Dalam rangka menghasilkan peserta didik yang unggul dan diharapkan,

proses pendidikan juga senantiasa dievaluasi dan diperbaiki. Menurut Akhmad

Muhaimin “Salah satu upaya perbaikan kualitas pendidikan adalah munculnya gagasan mengenai pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan di

Indonesia”.1 Dalam mencapai gagasan tersebut-pun dunia pendidikan Indonesia berusaha untuk meraih tujuan pendidikan dengan berbagai cara, diantaranya

1

(16)

membenahi kurikulum yang ada, komponen-komponennya, peningkatan kualitas

pendidik, sarana dan prasaranya pendidikan serta yang lainnya. Salah satu dari

objek pembenahannya ialah penerapan pendidikan karakter. Sebagaimana yang

tersirat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan

Nasional yang pada pasal 3 menegaskan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya

potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2

Berkenaan dengan kurikulum 2013 adalah produk baru yang

dipublikasikan dan pemerintah implementasikan di sekolah-sekolah, baik itui

tingkat sekolah dasar sampai sekolah tingkat menengah keatas. Kurikulum 2013

menurut Sunarti dalam bukunya yang berjudul penilaian dalam kurikulum 2013

itu “Diawali dari kegelisahan melihat sistem pendidikan yang diterapkan selama

ini hanya berbasis pada pengajaran untuk memenuhi target pengetahuan siswa.

Selain itu, diperlukan keterampilan dan sikap yang tidak kalah pentingnya untuk

mendapatkan lulusan yang andal dan beretika untuk selanjutnya siap

berkompetisisecara global”.3

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang

terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan

digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan

bertindak.4 Hal ini mengandung pengertian bahwa karakter merupakan kebajikan yang ditanamkan pendidik melalui internalisasi atau memasukkan materi dan nilai

yang mempunyai relevansi dalam membangun sistem berpikir dan berprilaku

siswa.

2

Muchlas Samani Dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 26.

3

Sunarti dan Selly Rahmawati, Penilaian Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:C.V Andi offset, 2014), h. 1

4

(17)

Dalam Islam, karakter atau akhlak mempunyai kedudukan penting dan

dianggap mempunyai fungsi yang vital dalam memandu kehidupan masyarakat.

Sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 90

sebagai berikut:













Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran

dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil

pelajaran”.(Q.S An-Nahl: 90)

Dengan demikian pendidikan adalah proses yang terdiri dari usaha-usaha

yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak didik, baik berupa bimbingan,

pengarahan, pembinaan, ataupun latihan yang tujuannya adalah membawa si

terdidik ke arah terbentuknya kepribadian utama baik jasmani maupun rohani bagi

perjalanan hidupnya dimasa yang akan datang.

Karakter diajarkan dengan mengenalkan, memahamkan hingga mengajak

siswa sehingga pada akhirnya mereka mampu mempraktikkan dan memaknainya

sebagai sesuatu yang melekat dan menjadi tindakan perenungan (reflective action)

serta mengembangkannya menjadi pusat keunggulan insani.

Dalam hal ini pembentukkan karakter menjadi sangat penting untuk

dibahas, karena ketika seseorang tidak lagi memilki karakter yang baik, maka

tindak kejahatan akan terus tumbuh. Oleh karena itu butuh suatu pengetahuan

dasar tentang bagaimana metode membentuk karakter anak yang baik, hal itu

diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya tindak kejahatan di masa-masa yang

akan datang. Setidaknya metode pembentukkan karakter anak diharapkan mampu

memberikan bekal bagi orang tua atau pendidik agar dapat mengarahkan anak

(18)

Dalam implementasi pendidikan karakter, perencanaan pembelajaran perlu

dikembangkan untuk mengkoordinasikan karakter yang akan dibentuk dengan

komponen pembelajaran lainya, yakni standar kompetensi dan kompetensi dasar,

materi, indikator hasil belajar, dan penilaian. Kompetensi dasar berfungsi

mengembangkan karakter peserta didik, materi berfungsi memaknai dan

memadukan kompetensi dasar dengan karakter; indikator hasil belajar berfungsi

menunjukkan keberhasilan pembentukkan karakter peserta didik, sedangkan

penilaian berfungsi mengukur pembentukan karakter dalam setiap kompetensi

dasar, dan menentukan tindakan yang harus dilakukan apabila karakter yang telah

ditentukan belum terbentuk atau belum tercapai.

Untuk ini penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang dituangkan dalam skripsi dengan judul: “Implementasi kurikulum 2013 dalam pendidikan Karakter Peserta Didik

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan judul yang penulis ambil yakni, “Implementasi kurikulum

2013 dalam pendidikan Karakter Peserta Didik”, dapat diambil garis besar yang

melatar belakangi, dari judul tersebut pertama, yakni dari faktor kemerosotan

karakter anak bangsa, yang kedua adalah system pendidikan Indonesia yang

masih bermasalah, dan yang ketiga adalah sumber daya manusia dalam mengatasi

pendidikan di Indonesia yang belum kompeten, seperti penggunaan metode

pembelajaran yang kurang pas dalam kegiatan pembelajaran dan minimnya

metode yang dikembangkan. Maka dari itu dapat di identifikasikan permasalahan

dasar dari latar belakang tersebut antara lain :

1.

Guru hanya memperhatikan hasil belajar pada bidang nilai saja.

2.

Kurangnya siswa dalam kerjasama, toleransi, percaya diri dan disiplin.

3.

Adanya perilaku siswa yang menyimpang.

4.

Bagaimana pendidikan karakter pada kurikulum 2013.

C.

Pembatasan Dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dapat

(19)

1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup yang diuraikan dengan

banyaknya permasalahan yang muncul tetapi waktu dan tenaga, faktor

biaya, dan pengetahuan penulis sangat terbatas, maka dalam penelitian ini

penulis akan membatasi pada permasalahan pendidikan karakter peserta

didik kelas delapan di SMPIT Nurul Hikmah melalui implementasi

kurikulum 2013.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang

ada, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana implementasi kurikulum 2013 dalam pendidikan karakter peserta didik kelas delapan di SMP Islam Terpadu Nurul Hikmah

Jakarta?”

D.

Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka secara umum tujuan

penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana pendidikan karakter peserta

didik melalui implementasi kurikulum 2013 di SMP Islam Terpadu Nurul

Hikmah Jakarta.

E.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, merupakan tambahan pengetahuan dan wawasan dalam

kependidikan.

2. Bagi akademisi, sebagai tambahan referensi guna mempermudah bagi

para akademisi atau pihak lain yang ingin melakukan penelitian dengan

objek yang jelas, serta turut mengembangkan wacana kependidikan dalam

aplikasi di dalam kehidupan.

3. Bagi instansi penelitian, hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber

masukan bagi guru agama dalam mendidik dan mengembangkan kualitas

(20)

6

1. Pengertian Implementasi Kurikulum 2013

Implementasi dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai

pelaksanaan atau penerapan. Rancangan kurikulum dan implementasi kurikulum

adalah sebuah sistem membentuk garis lurus dalam arti implementasi

mencerminkan rancangan. Menurut Fullan “Implementasi adalah proses

mempraktekkan/menerapkan suatu gagasan, program, atau kumpulan kegiatan

yang baru bagi orang-orang yang berusaha atau diharapkan untuk berubah”.1 Implementasi menurut brownedan widavsky adalah “Perluasan aktivitas

yang saling menyesuaikan”.2Miller mengemukakan bahwa “I

mplementasi adalah

suatu proses peletakan dalam praktik tentang suatu ide, program atau seperangkat

aktivitas baru bagi orang lain dalam mencapai atau mengharapkan suatu

perubahan”.3

Sedangkan menurut Hasan menyatakan “Bahwa implementasi

kurikulum adalah usaha sadar merealisasikan ide, konsep, dan nilai-nilai yang

terkandung dalam kurikulum tertulis menjadi kenyataan”.4

Menurut Syafruddin Nurdin implementasi adalah “Suatu proses, suatu

aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide/ gagasan, program, atau

harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk kurikulum desain (tertulis) agar

dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut”.5

Sedangkan secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa

Yunani, yaitu curir yang artinya “Pelari” dan curere yang berarti “Tempat

berpacu”. Istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang

atletikpada zaman Romawi kuno di Yunani. Dalam bahasa Perancis, istilah

1

Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis Dan Praktis, (Bandung: interes media, 2014) hal.6, cet.1

2

Syafruddin Nurdin, guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: ciputat pers, 2002) hal. 70.

3 Abdul Majid, op.cit. hal.6, cet.1 4

Abdul Majid, ibid., hal.6, cet.1

(21)

kurikulum berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti

suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai dengan

garis finish untuk memperoleh mendali atau penghargaan. Jarak yang harus

ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah dan semua orang

yang terlibat di dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran-mata pelajaran

yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertentu, seperti

SD/MI (enam tahun), SMP/MTs (tiga tahun), SMA/SMK (tiga tahun) dan

seterusnya. Dengan demikian, menurut zainal arifin secara terminologis istilah

kurikulum (dalam pendidikan) adalah “Sejumlah mata pelajaran yang harus

ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah”.6 Menurut Abdul Majid, bahwa implementasi kurikulum adalah

“Operasionalisasi konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran”.7 Dengan demikian, implementasi kurikulum merupakan hasil terjemahan guru terhadap kurikulum

yang dijabarkan ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai

rencana tertulis.

Dari definisi tersebut maka implementasi kurikulum dapat dimaknai

sebagai berikut: pertama, implementasi sebagai aktualisasi rencana atau konsep

kurikulum. Kedua, implementasi kurikulum sebagai proses pembelajaran. Ketiga,

implementasi kurikulum sebagai realisasi ide, nilai dan konsep kurikulum.

Keempat, implementasi kurikulum sebagai proses perubahan perilaku peserta

didik. Dengan demikian wujud nyata dari implementasi kurikulum adalah

aktivitas belajar mengajar di kelas, dengan kata lain aktivitas belajar mengajar di

kelas merupakan operasionalisasi dari kurikulum tertulis atau disebut juga dengan

kurikulum aktual.

Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi

meningkatkan capaian pendidikan. Disamping kurikulum, terdapat sejumlah

faktor diantaranya: lama siswa bersekolah; lama siswa tinggal di sekolah;

6 Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2011) hal.3

7

(22)

pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi; buku pegangan atau buku babon;

dan peranan guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan.

Dan menurut Yunus Abidin dalam bukunya yang berjudul desain

pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013 ada beberapa tantangan-tantangan

dalam meng-implementasikan kurikulum 2013,

“Yaitu pertama, adalah guru. Diakui atau tidak sejumlah permasalahan mendasar masih terjadi dalam ekologi pembelajaran yang terdapat di sekolah kita selama ini. Sejumlah permasalahan tersebut diantaranya adalah rendahnya mutu kualitas pembelajaran, yang pembelajarannya masih didominasi oleh gurunya. Kedua, adalah waktu. Implementasi kurikulum 2013 akan memakai banyak waktu pelaksanaan pembelajaran. Hal ini berdasarkan kurikulum 2013 menuntut guru untuk melaksanakan pembelajaran aktif. Ketiga, adalah sarana prasarana pembelajaran/TIK. Implementasi kurikulum 2013 yang menghendaki dilaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, dan inovatif akan mendatangkan tantangan tersendiri dalam aspek sarana prasarana pembelajaran. Keempat, adalah bahan ajar. Kelima, adalah penilaian pembelajaran. Kurikulum 2013 menerapkan penilaian otentik dalam pembelajaran. Keenam, adalah strategi pembelajaran. Guru

harus cermat dan „arif dalam menggunakan metode mengajar di setiap materinya”.8

Pengembangan kurikulum 2013 dirientasi terjadinya peningkatan dan

keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan

pengetahuan (knowladge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003

sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35: kompetensi lulusan merupakan

kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Hal ini sejalan

pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis

pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan secara terpadu.

Menurut Abdul Majid dalam bukunya orientasi pengembangan kurikulum

2013 didasarkan pada permasalahan yang dihadapi oleh kurikulum 2006 yaitu

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada saat ini yaitu:

a. Konten kurikulum masih terlalu padat yang ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan kesukaranya melampaui tingkat perkembangan usia anak.

8

(23)

b. Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

c. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

d. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif)belum terakomodasi di dalam kurikulum.

e. Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

f. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragamdan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

g. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.9

Menteri Pendidikan dan kebudayaan, Prof.Ir. Muhammad Nuh, DEA

mengatakan bahwa “Kurikulum 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi

dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan”. 10 Adapun ciri kurikulum 2013 menurut Imas Kurniasih yang paling mendasar

adalah:

a. Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi.

b. Siswa lebih didorong untuk mremiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.

c. Meliki tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif, dan efektif.11

Dan menurut Imas Kurniasih terdapat empat aspek yang menjadi fokus

dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan kurikulum 2013:

a. Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi guru (UKG) baru mencapai rata-rata 44,46.

b. Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.

9

Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis Dan Praktis, (Bandung: interes media, 2014) hal.37-38, cet.1

10

Imas kurniasih, Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013:Konsep & Penerapan,

(Surabaya:katapena, 2014) h.21-22, cet.2 11

(24)

c. Kompetensi sosial yang harus dimilki guru agar tidak bertindak asosial kepada siswa dan teman sejawat lainnya.

d. Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa.12

Kesiapan guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan

guru ini akan berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong mampu lebih baik

dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa

yang telah mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran.

2. Latar Belakang Dan Tujuan Kurikulum 2013

Menurut Imas Kurinasih ada banyak sekali alasan kenapa terjadi

perubahan kurikulum, yaitu antara lain “Kurikulum sebelumnya harus

disempurnakan karena ada kekurangan disana-sini, tapi yang paling mendasar

adalah agar kurikulum yang akan diterapkan tersebut mampu menjawab tantangan

zaman yang terus berubah tanpa dapat dicegah, dan untuk mempersiapkan peserta

didik yang mampu bersaing di masa depan dengan segala kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi”.13

Menurut beberapa ahli pendidikan di buku ibu imas kurinasih yakni,

“Perubahan kurikulum dari masa ke masa, baik di Indonesia maupun Negara lain, disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya selalu

berkembang dan tuntutan zaman yang selalu berubah tanpa bisa dicegah”.14

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan ketentuan Yuridis yang

mewajibkan adanya pengembangan kurikulum baru, landasan filosofis, dan

landasan empirik. Landasan yuridis merupakan ketentuan hukum yang dijadikan

dasar untuk pengembangan kurikulum dan yang mengharuskan adanya

pengembangan kurikulum baru. Landasan filosofis adalah landasan yang

mengarahkan kurikulum kepada manusia apa yang akan dihasilkan kurikulum.

Landasan teoritik memberikan dasar-dasar teoritik pengembangan kurikulum

12

Imas kurniasih, Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013:Konsep & Penerapan,

(Surabaya:katapena, 2014) h.21-22, cet.4

13

Imas kurniasih, Berlin Sani, Ibid., h. 31. Cet.2

14

(25)

sebagai dokumen dan proses. Landasan empirik memberikan arahan berdasarkan

pelaksanaan kurikulum yang sedang berlaku di lapangan.

a. Landasan Yuridis

“Landasan yuridis kurikulum adalah pancasila dan undang-undang dasar 1945, undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan,

dan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar

kompetensi lulusan dan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 22 tahun

2006 tentang standar isi. Lebih lanjut, pengembangan kurikulum 2013

diamanatkan oleh rencana pendidikan-pendidikan menengah nasional (RJPMN).

Landasan yuridis pengembanga kurikulum 2013 lainnya adalah instruksi presiden

republik indonesia tahun 2010 tentang pendidikan karakter, pembelajaran aktif

dan pendidikan kewirausahaan”.15 b. Landasan Filosofis

“Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan masa kini dan masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari warisan nilai dan prestasi

bangsa di masa lalu, serta kemudian diwariskan serta dikembangkan untuk

kehidupan masa depan. Pada pengembangan kurikulum 2013, pancasila sebagai

falsafah bangsa dan negara menjadi sumber utama dan penentu arah yang akan

dicapai dalam kurikulum. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila adalah

nilai-nilai dasar yang dikembangkan dalam kurikulum”.16 c. Landasan Empiris

“Dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai, mutu pendidikan Indonesia harus terus ditingkatkan. Hasil riset PISA (program for international

student assessment), studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, matematika,

dan IPA menunjukkan peringkat Indonesia baru bisa menduduki 10 besar

terbawah dari 65 negara. Hasil ini menunjukkan perlu ada perubahan orientasi

kurikulum, dengan tidak membebani peserta didik dengan konten namun pada

15

Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis Dan Praktis, (Bandung: interes media, 2014) hal.55, cet.1

16

Imas kurniasih, Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013:Konsep & Penerapan,

(26)

aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga negara untuk berperan

serta dalam membangun negaranya pada abad 21”.17 d. Landasan Teoritik

“Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori “Pendidikan berdasarkan

standar” (standard-based education), dan teori kurikulum berbasis kompetensi.pendidikan berdasarkan standar adalah pendidikan yang menetapkan

standar nasional sebagai kualitas minimal warga negara untuk satu jenjang

pendidikan. Standar bukan kurikulum dan kurikulum dikembangkan agar peserta

didik mampu mencapai kualitas standar nasional atau diatasnya. Standar kualitas

nasional dinyatakan sebagai standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi

lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan”.18

Adapun tujuan diimplementasikannya kurikulum 2013 menurut Imas

Kurniasih untuk menyederhanakan kurikulum 2006 yang di dalamnya ada

beberapa permasalahan diantaranya;

a. Konten kurikulum yang masih terlalu padat, ini ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan banyak materi yang keluasan dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak.

b. Belum semuanya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan Nasional.

c. Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills) belum terakomodasi dalam kurikulum.

d. Belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, Nasional, maupun global.

e. Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru.

f. Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala.

17

Imas Kurniasih, Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013:Konsep & Penerapan,

(Surabaya:katapena, 2014)h. 35. Cet.2 18

(27)

g. Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.19

Konsep kurikulum 2013 menekankan pada aspek kognitif, afektif,

psikomotorik melalui penilaian berbasis tes dan portofolio saling melengkapi.

Pada intinya, orientasi pengembangan/implementasi kurikulum 2013 adalah

tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, pengetahuan,

disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan.

Sikap merupakan sebuah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup

yang dimiliki oleh seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau

tindakan yang diinginkan. Kompetensi sikap yang dimaksud dalam panduan ini

adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang

dan diwujudkan dalam perilaku.

Pada kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua yaitu:

a. Sikap spiritual yang terkait dengan pembentukkan peserta didik yang

ber-iman dan bertakwa.

b. Sikap sosial yang terkait dengan pembentukkan peserta didik yang

[image:27.595.111.514.249.724.2]

berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.20 Cakupan penilaian sikap:

Tabel 2.1

Cakupan Penilaian Sikap

Penilaian sikap spiritual Menghargai dan menghayati ajaran

agama yang dianut

Penilaian sikap sosial

1. Jujur

2. Disiplin

3. Tanggung jawab

4. Toleransi

5. Gotong royong

6. Santun

7. Percaya diri

19

Imas kurniasih, Berlin Sani, Implementasi Kurikulum 2013:Konsep & Penerapan,

(Surabaya:katapena, 2014)h. 132-133. Cet.2 20

(28)

Acuan penilaian adalah indikator, karena indikator merupakan tanda

tercapainya suatu kompetensi. Indikator harus terukur. Dalam konteks penilaian

sikap, indikator merupakan tanda-tanda yang dimunculkan oleh peserta didik,

yang dapat diamati atau observasi oleh guru sebagai representasi dari sikap yang

dinilai. Berikut ini dideskripsikan beberapa contoh indikator dari sikap-sikap yang

[image:28.595.114.513.285.743.2]

tersurat dalam KI-1 dan KI-2 jenjang SMP/MTs.

Tabel 2.2

Indikator Dari Sikap-Sikap Yang Tersurat Dalam KI-1 Jenjang SMP/Mts

Sikap dan pengertian Contoh indikator

Sikap spiritual  Berdoa sebelum dan

sesudah menjalankan

sesuatu.

 Menjalankan ibadah

tepat waktu.

 Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi

sesuai agama yang

dianut.

 Bersyukur atas nikmat

dan karunia Tuhan yang

maha Esa.

 Mensyukuri kemampuan

manusia dalam

mengendalikan diri.  Mengucapkan syukur

ketika berhasil

mengerjakan sesuatu.  Berserah diri (tawakal)

kepada tuhan setelah Menghargai dan menghayati ajaran agama

(29)

berikhtiar atau

melakukan usaha.

 Menjaga lingkungan

hidup di sekitar rumah

[image:29.595.113.516.237.734.2]

dan masyarakat.  Dll

Tabel 2.3

Indikator Dari Sikap-Sikap Yang Tersurat Dalam KI-2 Jenjang SMP/Mts

Sikap dan pengertian Contoh indikator

Sikap sosial

 tidak menyontek dalam

mengerjakan ujian/ulangan.  Tidak menjadi plagiat.

 Mengungkapkan perasaan apa adanya.

 Menyerahkan kepada yang

berwenang barang yang

ditemukan.

 Membuat laporan berdasarkan

data atau informasi apa

adanya.

 Mengakui kesalahan atau

kekurangan yang dimiliki.  Jujur

adalah perilaku dapat dipercaya dalam

perkataan, tindakkan dan pekerjaan.

 Disiplin

Adalah tindakan yang menunjukkan

perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

 Datang tepat waktu.

 Patuh pada tata tertib/ aturan

bersama /sekolah.

 Mengerjakan tugas sesuai

(30)

ditentukan.

 Mengikuti kaedah berbahasa tulis yang baik dan benar.  Tanggungjawab

Adalah sikap dan perilaku seseorang

untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia

lakukan, terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan (alam, sosial

dan budaya), negara dan Tuhan.

 melaksanakan tugas individu dengan baik.

 Menerima resiko dari

tindakkan yang dilakukan.  Tidak menyalahkan orang lain

tanpa bukti yang akurat.  Mengembalikan barang yang

dipinjam  Menepati janji.

3. Kelebihan Dan Kekurangan Kurikulum 2013

Setiap kurikulum yang telah berlaku di Indonesia dari periode sebelum

tahun 1945 hingga kurikulum tahun 2006, tentu saja memiliki beberapa perbedaan

dalam sistem yang diterapkan. Perbedaan sistem yang terjadi bisa merupakan

kelebihan maupun kekurangan dari kurikulum itu sendiri. Kekurangan dan

kelebihan tersebut dapat berasal dari landasan, komponen, evaluasi, prinsip,

metode, maupun model pengembangan kurikulum.

Terdapat beberapa hal penting dari perubahan atau penyempurnaan

kurikulum tersebut, yaitu keunggulan dan kekurangan yang terdapat disana-sini.

Adapun keunggulan dan kekurangan kurikulum 2013 menurut Imas Kurinasih

antara lain:

a. Keunggulan kurikulum 2013

1) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah.

2) Adanya penilaian dari semua aspek, yaitu penentuan nilai bagi siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujian saja tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain.

3) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi.

(31)

5) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap,keterampilan, dan pengetahuan.

6) Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan dan pengetahuan secara proporsional.

7) Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.

8) Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena pemerintah sudah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembahasan sudah tersedia.

9) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.

10)Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk memiliki keterampilan membuat RPP.

b. Kelemahan kurikulum 2013

1) Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.

2) Banyak sekali guru-guru yang belum siap mental dengan kurikulum 2013. Karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataanya sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-pelatihan agar merubah paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.

3) Kurangnya keterampilan guru dalam merancang RPP. 4) Guru tidak banyak yang bisa menguasai penilaian autentik.

5) Tugas menganalisis SKL, KI, KD, buku siswa dan buku guru belum dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang menjadi plagiat.

6) Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013.

7) Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.21

4. Struktur kurikulum SMP/MTs

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum

dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum,

distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk

mata pelajaran dan beban belajar per-minggu untuk setiap siswa. Struktur

kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam

sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.

21

(32)

Beban belajar di SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, IX masing-masing 38

[image:32.595.110.517.194.605.2]

jam per minggu. Jam belajar SMP/MTs adalah 40 menit.

Tabel 2.4

Beban Belajar Di SMP/Mts Untuk Kelas VII, VIII, IX

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU

BELAJAR PER

MINGGU

VII VIII IX

Kelompok A

1 Pendidikan Agama Dan Budi Pekerti 3 3 3

2 Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan 3 3 3

3 Bahasa Indonesia 6 6 6

4 Matematika 5 5 5

5 Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5

6 Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

7 Bahasa Inggris 4 4 4

Kelompok B

1 Seni Budaya (Termasuk Muatan Lokal)* 3 3 3

2 PJOK (Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan

Kesehatan)

3 3 3

3 Prakarya (Termasuk Muatan Lokal) 2 2 2

Jumlah Alokasi Waktu Perminggu 38 38 38

Keterangan:

*muatan lokal dapat memuat bahasa daerah

Ekstra kurikuler SMP/MTs antara lain:

- Pramuka - UKS

- OSIS - PMR

Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi

kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adalah

(33)

Seni budaya dan prakarya menjadi dua mata pelajaran yang terpisah. Untuk seni

budaya didalamnya terdapat pilihan yang disesuaikan dengan minat siswa dan

kesiapan satuan pendidik dalam melaksanakannya.

a. Beban belajar

Dalam struktur SMP/MTs ada penambahan jam belajar per minggu dari

semula 32, 32, dan 32 menjadi 38, 38, dan 38 untuk masing-masing kelas VII,

VIII, IX. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu

40 menit.

Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah

kompetensi dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan

proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif belajar. Proses pembelajaran

siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran

penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan

pengamatan, menanya, asosiasi, dan komunikasi. Proses pembelajaran yang

dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta

didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar

memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.

b. Organisasi kompetensi dasar dalam mata pelajaran

Menurut Abdul Majid “dalam bukunya yang berjudul implementasi

kurikulum 2013 bahwa “Mata pelajaran adalah unit organisasi terkecil dari kompetensi dasar”.22 Untuk kurikulum SMP/MTs organisasi kompetensi dasar kurikulum dilakukan dengan cara mempertimbangkan kesinambungan antar kelas

dan keharmonisan antar mata pelajaran yang diikat dengan kompetensi inti.

Khusus untuk muatan lokal, kompetensi dasar yang berkenaan dengan seni

budaya, dan keterampilan, serta bahasa daerah dapat diintegrasikan ke dalam mata

pelajaran seni budaya dan prakarya. Sedangkan kompetensi dasar muatan lokal

yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam

mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

(34)

c. Kompetensi inti

Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam

bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan

pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran

mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap,

pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus

dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran.

Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian

hard skills dan soft skills.

Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasian (organising

element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti,

merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal

kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antara

konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/ jenjan di

atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang

berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal

adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan

konten kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan

mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait

yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1: KI 1), sikap sosial

(kompetensi inti 2: KI 2), pengetahuan (Kompetensi inti 3: KI 3), dan penerapan

pengetahuan (kompetensi 4: KI 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari

kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran

secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial

dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) pada waktu peserta didik

belajar tentang pengetahuan (kompetensi inti 3) dan penerapan pengetahuan

(kompetensi inti 4).

Kompetensi inti SMP/MTs adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5

(35)

KELAS

VII VIII IX

Menghargai dan

menghayati ajaran agama

yang dianutnya.

Menghargai dan

menghayati ajaran agama

yang dianutnya.

Menghargai dan

menghayati ajaran

agama yang dianutnya.

Menghargai dan

menghayati perilaku

jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong

royong), santun percaya

diri, dalam berinteraksi

secara efektif dengan

lingkungan sosial dan

alam dalam jangkauan

pergaulan dan

keberadaanya.

Menghargai dan

menghayati perilaku

jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong

royong), santun percaya

diri, dalam berinteraksi

secara efektif dengan

lingkungan sosial dan

alam dalam jangkauan

pergaulan dan

keberadaanya.

Menghargai dan

menghayati perilaku

jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong

royong), santun percaya

diri, dalam berinteraksi

secara efektif dengan

lingkungan sosial dan

alam dalam jangkauan

pergaulan dan

keberadaanya.

Memahami pengetahuan

(faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan

rasa ingin tahunya

tentang ilmu

pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian

tampak mata.

Memahami dan

menerapkan pengetahuan

(faktual, konseptual, dan

prosedural) berdasarkan

rasa ingin tahunya

tentang ilmu

pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian

tampak mata.

Memahami dam

menerapkan

pengetahuan (faktual,

konseptual, dan

prosedural) berdasarkan

rasa ingin tahunya

tentang ilmu

pengetahuan, teknologi,

seni, budaya terkait

fenomena dan kejadian

tampak mata.

Mencoba, mengolah, dan

menyaji dalam ranah

mengolah, menyaji dan

menalar dalam ranah

mengolah, menyaji dan

(36)

konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan

membuat), dan ranah

abstrak (menulis,

membaca, menghitung,

menggambar, dan

mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di

sekolah dan sumber lain

yang sama dalam sudut

pandang/teori.

konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan

membuat), dan ranah

abstrak (menulis,

membaca, menghitung,

menggambar, dan

mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di

sekolah dan sumber lain

yang sama dalam sudut

pandang/teori.

konkret (menggunakan,

mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan

membuat), dan ranah

abstrak (menulis,

membaca, menghitung,

menggambar, dan

mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di

sekolah dan sumber lain

yang sama dalam sudut

pandang/teori.

B. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan karakter

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional no.20 tahun 2003,

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk meiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, msyarakat bangsa, dan negara”.23

Menurut Azyumardi Azra, “Pendidikan merupakan proses penyiapan generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya

secara lebih efektif dan efisien”.24 Menurut Waini Rasyidi “P

endidikan adalah

keseluruhan yang terpadu dari semua kegiatan pendidikan atau pengalaman

belajar yang terdapat dalam kehidupan manusia.”25

Sedangkan Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas dalam buku

Nuraida dan Rihlah Nur Aulia pendidikan karakter untuk guru adalah:

23

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 3 24

Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam,

(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), h.4

(37)

bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas

tabiat, temperamen, watak,.” Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. Asal kata “Karakter” dapat dicari dengan kata lati “Kharakter”, “Kharassein”, dan “Xharax”, yang

maknanya “Tool for marking”, “To engrave”, dan “Pointed stake”. Kata ini

mulai banyak dignakan kembali dalam bahasa Prancis “carter” pada abad ke

-14 dan kemudian masuk dalam bahasa inggris, menjadi “Character”, sebelum

akhirnya menjadi bahasa Indonesia “Karakter”. Secara etimologis, karakter (character) berarti mengukir (verb) dan sifat-sifat kebajikan (noun). Secara konseptual, konsep karakter dapat diartikan sebagai usaha terus menerus seorang individu atau kelompok dengan berbagai cara untuk mengukir, mengembangkan atau melembagakan sifat-sifat kebajikan pada dirinya sendiri atau pada orang lain.26

Kata karakter dalam kamus lengkap bahasa indonesia yaitu: “Sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain;

tabiat; watak. Kalau berkarakter: mempunyai tabiat; mempunyai kepribadian;

berwatak”.27

Menurut Wynne “Kata karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti

to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebajikan dalam bentu tindakan atau tingkah laku”.28 Jadi istilah karakter erat kaitanya dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana seseorang bisa

disebut orang berkarakter (the character person) jika tingkah lakunya sesuai

dengan kaidah moral.

Karakter atau lain katanya adalah tabiat, juga disebut akhlak. Menurut

Imam Ghazali, bahwa “Akhlak yang disebutnya dengan tabiat manusia dapat dilihat dalam dua bentuk, yaitu: satu, tabiat-tabiat fitrah. Kekuatan tabiat pada

asal kesatuan tubuh dan berkelanjutan selama hidup. Sebagian tabiat tersebut

lebih kuat dan lebih lama dibandingkan dengan tabiat lainnya. Lebih kuat dan

lebih sulit diluruskan dan diarahkan dibanding tabiat marah. Dua, akhlak yang

26

Nuraida dan Rihlah Nur Aulia, Pendidikan Karakter Untuk Guru, (Jakarta: Islamic Research Publishing, 2010), Cet. III, h. 8.

(38)

muncul dari suatu perangai yang banyak diamalkan dan ditaati, sehingga menjadi

bagian dari adat kebiasaan yang berurat berakar pada dirinya”.29

Menurut pendapat Ramayulis “Akhlak menurut pengertian Islam adalah

salah satu hasil dari iman dan ibadat, karena iman dan ibadat manusia tidak

sempurna kecuali kalau dari situ muncul akhlak yang mulia. Maka akhlak dalam

islam bersumber pada iman dan taqwa dan mempunyai tujuan langsung, yang

dekat yaitu harga diri dan tujuan jauh, yaitu ridha Allah SWT”.30

Karakter adalah istilah serapan dari bahasa Inggris character. Menurut

Encarta Dictionaries dalam buku Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam menyatakan

bahwa

“Karakter” adalah kata benda yang memiliki arti:

a. Kualitas-kualitas pembeda b. Kualitas-kualitas positif c. Reputasi

d. Seseorang dalam buku atau film e. Orang yang luar biasa

f. Individu dalam kaitannya dengan kepribadian, tingkah laku, atau tampilan

Di samping itu terdapat kata karakteristik (characteristic) yang masih kata benda yang artinya : figur (ciri) pembatas (defining feature), sebuah fitur atau kualitas yang membuat seseorang atau suatu hal dapat dikenali.31

Kata sifat untuk karakter adalah “Khas” (typical), artinya pembeda atau

mewakili seseorang atau hal tertentu. Hurlock dalam bukunya, Personality

Development, secara tidak langsung mengungkapkan bahwa karakter terdapat

pada kepribadian. Karakter mengimplikasikan sebuah standar moral dan

melibatkan sebuah pertimbangan nilai. Karakter berkaitan dengan tingkah laku

yang diatur oleh upaya dan keinginan. Hati nurani, sebuah unsur esensial dari

karakter, adalah sebuah pola kebiasaan perlarangan yang mengontrol tingkah laku

seseorang, membuatnya menjadi selaras dengan pola-pola kelompok yang

diterima secara sosial.

Berikut merupakan komponen-komponen karakter menurut Hurlock :

a. Aspek kepribadian

b. Standar moral dan ajaran moral

29

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006),h. 89 30

Ramayulis, Ibid., h. 89 31

(39)

c. Pertimbangan nilai

d. Upaya dan keinginan individu e. Hati nurani

f. Pola-pola kelompok

g. Tingkah laku individu dan kelompok.32

Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan,

terletak pada hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sandangan

fundamental yang memberikan kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup

bersama dalam kedamaian serta membentuk dunia yang dipenuhi dengan

kebaikan dan kebajikan, yang bebas dari kekerasan dan tindakan-tindakan tidak

bermoral. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap

individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,

bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang

membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan setiap akibat dari

keputusannya. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan , dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,

budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam

kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam bertindak.

Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nilai

dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antara manusia. Secara

universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup berdasarkan atas pilar

kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan

(freedom), kebahagiaan (happines), kejujuran (honesty), kerendahan hati

(humility), kasih sayang (love), tanggung jawab (responsibility), kesederhanaan

(simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity). Karakter dipengaruhi

oleh hereditas. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dari perilaku ayah atau

ibunya. Dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah “Kacang ora ninggal lanjaran”

(Pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu tempatnya

(40)

melilit atau menjalar). Kecuali itu lingkungan, baik lingkungan sosial maupun

lingkungan alam ikut membentuk karakter. Di sekitar lingkungan sosial yang

keras seperti di Harlem New York, para remaja cenderung berperilaku antisosial,

keras, tega, suka bermusuhan, dan sebagainya. Sementara itu di lingkungan yang

gersang, panas, dan tandus, penduduknya cenderung bersifat keras berani mati.

Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut di atas, serta

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi karakter,

maka karakter menurut Muchlas Samani dapat dimaknai “Sebagai nilai

dasar yang membangun prib

Gambar

Tabel 2.1 Cakupan Penilaian Sikap
Tabel 2.2 Indikator Dari Sikap-Sikap Yang Tersurat Dalam KI-1 Jenjang SMP/Mts
Tabel 2.3 Indikator Dari Sikap-Sikap Yang Tersurat Dalam KI-2 Jenjang SMP/Mts
Tabel 2.4 Beban Belajar Di SMP/Mts Untuk Kelas VII, VIII, IX
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bagan Gambaran Dinamika : Menulis Refleksi Diri Membantu Proses Perkembangan Pribadi Seminaris Menjadi Lebih berkualitas. dan

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya biaya dan waktu yang dibutuhkanuntuk menyelesaikan pekerjaan gedung

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BELAJAR MANDIRI E-MODUL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SELF- DIRECTED LEARNING DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SIMULASI DIGITAL..

"Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau

Permainan ini juga diharapkan dapat membantu memperkenalkan komputer kedalam dunia anak-anak agar nantinya anak-anak tidak lagi merasa canggung menggunakan komputer dalam tingkatan

Dalam hal perjanjian sewa menyewa tanah untuk mendirikan bangunan tersebut dibuat secara tertulis dan jangka waktu berakhir belum genap, tetapi pihak yang menyewakan

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, diharapkan agar Saudara dapat hadir tepat waktu dengan membawa dokumen asli dan 1 (satu) rangkap fotocopy untuk setiap data yang

(3) Gaji dan penghasilan lain para anggota Direksi ditetapkan oleh Menteri dengan mengingat ketentuan yang ditetapkan dengan atau berdasarkan Undang- undang. Anggota