• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

4. Struktur Kurikulum SMP/Mts

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban belajar per-minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum adalah juga merupakan aplikasi konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran.

21

Imas kurniasih, berlin sani, Implementasi Kurikulum 2013:Konsep & Penerapan, (Surabaya:katapena, 2014)h. 40-42. Cet.2

Beban belajar di SMP/MTs untuk kelas VII, VIII, IX masing-masing 38 jam per minggu. Jam belajar SMP/MTs adalah 40 menit.

Tabel 2.4

Beban Belajar Di SMP/Mts Untuk Kelas VII, VIII, IX

MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU VII VIII IX Kelompok A

1 Pendidikan Agama Dan Budi Pekerti 3 3 3

2 Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan 3 3 3

3 Bahasa Indonesia 6 6 6

4 Matematika 5 5 5

5 Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5

6 Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

7 Bahasa Inggris 4 4 4

Kelompok B

1 Seni Budaya (Termasuk Muatan Lokal)* 3 3 3

2 PJOK (Pendidikan Jasmani, Olahraga, Dan Kesehatan)

3 3 3

3 Prakarya (Termasuk Muatan Lokal) 2 2 2

Jumlah Alokasi Waktu Perminggu 38 38 38

Keterangan:

*muatan lokal dapat memuat bahasa daerah Ekstra kurikuler SMP/MTs antara lain: - Pramuka - UKS

- OSIS - PMR

Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang yang lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.

Seni budaya dan prakarya menjadi dua mata pelajaran yang terpisah. Untuk seni budaya didalamnya terdapat pilihan yang disesuaikan dengan minat siswa dan kesiapan satuan pendidik dalam melaksanakannya.

a. Beban belajar

Dalam struktur SMP/MTs ada penambahan jam belajar per minggu dari semula 32, 32, dan 32 menjadi 38, 38, dan 38 untuk masing-masing kelas VII, VIII, IX. Sedangkan lama belajar untuk setiap jam belajar di SMP/MTs tetap yaitu 40 menit.

Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah kompetensi dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif belajar. Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu latihan untuk melakukan pengamatan, menanya, asosiasi, dan komunikasi. Proses pembelajaran yang dikembangkan guru menghendaki kesabaran dalam menunggu respon peserta didik karena mereka belum terbiasa. Selain itu bertambahnya jam belajar memungkinkan guru melakukan penilaian proses dan hasil belajar.

b. Organisasi kompetensi dasar dalam mata pelajaran

Menurut Abdul Majid “dalam bukunya yang berjudul implementasi kurikulum 2013 bahwa “Mata pelajaran adalah unit organisasi terkecil dari kompetensi dasar”.22 Untuk kurikulum SMP/MTs organisasi kompetensi dasar kurikulum dilakukan dengan cara mempertimbangkan kesinambungan antar kelas dan keharmonisan antar mata pelajaran yang diikat dengan kompetensi inti.

Khusus untuk muatan lokal, kompetensi dasar yang berkenaan dengan seni budaya, dan keterampilan, serta bahasa daerah dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran seni budaya dan prakarya. Sedangkan kompetensi dasar muatan lokal yang berkenaan dengan olahraga serta permainan daerah diintegrasikan ke dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.

22 Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013 Kajian Teoritis Dan Praktis, (Bandung: interes media, 2014) hal.55, cet.1

c. Kompetensi inti

Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasian (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, kompetensi inti, merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal kompetensi dasar. Organisasi vertikal kompetensi dasar adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/ jenjan di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan konten kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1: KI 1), sikap sosial (kompetensi inti 2: KI 2), pengetahuan (Kompetensi inti 3: KI 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4: KI 4). Keempat kelompok itu menjadi acuan dari kompetensi dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect teaching) pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan (kompetensi inti 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4).

Kompetensi inti SMP/MTs adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5

KELAS

VII VIII IX

Menghargai dan

menghayati ajaran agama yang dianutnya.

Menghargai dan

menghayati ajaran agama yang dianutnya.

Menghargai dan

menghayati ajaran

agama yang dianutnya.

Menghargai dan

menghayati perilaku

jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli

(toleransi, gotong

royong), santun percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaanya. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong

royong), santun percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan keberadaanya. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong

royong), santun percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan

keberadaanya. Memahami pengetahuan

(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

Memahami dan

menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. Memahami dam menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya

tentang ilmu

pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah

mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah

mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah

konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan

membuat), dan ranah

abstrak (menulis,

membaca, menghitung,

menggambar, dan

mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan

membuat), dan ranah

abstrak (menulis,

membaca, menghitung,

menggambar, dan

mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,

memodifikasi, dan

membuat), dan ranah

abstrak (menulis,

membaca, menghitung,

menggambar, dan

mengarang) sesuai

dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Dokumen terkait