• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI (Penelitian pada peserta didik kelas V SD Negeri Tegalmulyo Surakarta tahun pelajaran 2015/2016).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN PENERIMAAN DIRI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI (Penelitian pada peserta didik kelas V SD Negeri Tegalmulyo Surakarta tahun pelajaran 2015/2016)."

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam kehidupan manusia terdapat proses pekembangan yang berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan. Perkembangan sebagai sebuah proses dapat berlangsung di mana saja, salah satunya melalui pendidikan di Sekolah. Pendidikan sebagai sebuah proses belajar memang tidak cukup dengan sekedar mengejar masalah kecerdasanya saja. Berbagai potensi peserta didik juga harus mendapatkan perhatian yang proposional agar berkembang secara optimal. Bimbingan dan konseling di sekolah membantu peserta didik untuk berkembang dan mencapai semua tugas perkembangan. Layanan bimbingan bukan hanya berfokus pada kognitif saja, namun secara non kognitif juga penting terhadap perkembangan peserta didik, salah satunya adalah percaya diri.

Berkembangnya rasa percaya diri atau citra diri yang positif pada diri peserta didik sangat penting untuk kebahagiaan dan kesuksesannya kelak. Dimulai dari masa kanak-kanak, anak yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan merasa nyaman dengan dirinya sendiri, cenderung mengetahui potensi yang ada pada dirinya, dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh Hakim (2002:6) “Kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan membuat kemampuan untuk mencapai berbagai tujuan hidup.”

Ada banyak cara untuk melatih anak menjadi lebih percaya diri, salah satunya adalah dengan menanamkan sikap penerimaan diri (self-acceptance). “Yang dimaksud dengan menerima diri adalah memiliki penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri, tidak bersikap sinis terhadap diri sendiri” Supratiknya (1995: 84). Dari pendapat tersebut diketahui bahwa penerimaan diri (self-acceptance) menjadi faktor utama yang penting dalam membentuk rasa percaya diri, jika peserta didik mempunyai penghargaan yang tinggi terhadap dirinya maka otomatis peserta didik menjadi lebih berani dan yakin dalam melakukan sesuatu secara bertanggung jawab. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Shaver dan

(2)

Friedman dalam Hurlock (2004: 19) menyebutkan bahwa: ”Beberapa esensi kebahagiaan atau keadaan sejahtera, kenikmatan atau kepuasan, di antaranya adalah sikap menerima (acceptance), kasih sayang (affection), dan prestasi (achievement)”. Dikatakan bahwa sikap menerima atau penerimaan diri adalah sumber kebahagiaan seseorang, bisa dikatakan bahwa kebahagian adalah tujuan hidup setiap orang, oleh sebab itu sikap penerimaan diri penting untuk dikenalkan sejak dini kepada peserta didik. Penerimaan diri dapat dilihat dengan bagaimana peserta didik mampu menghargai kelebihan serta menerima kekurangannya. Penerimaan diri menjadi dasar dalam menamkan rasa percaya diri kepada peserta didik.

Pembentukan kepercayaan diri merupakan proses yang membutuhkan waktu yang tidak singkat. Sejak dini, orang tua dan guru hendaknya selalu berusaha membentuk dan mempertahankan kepercayaan diri anak. Jika sejak dini anak selalu mendapat cemooh, selalu menerima kritikan dan sering merasakan kekecewaan maka anak akan kehilangan rasa percaya dirinya dan berlanjut hingga anak tersebut dewasa dan tidak bisa berkembang secara optimal. Padahal anak merupakan investasi bagi penyiapan sumber daya manusia di masa depan. Maka dari itu dalam rangka mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas masa sekolah dasar adalah pendidikan formal pertama untuk membentuk karakter peserta didik termasuk di dalamnya adalah rasa percaya diri.

Menurut Yusuf (2011: 24) masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif, anak-anak mudah dididik daripada masa sebelum atau sesudahnya. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan masa usia sekolah dasar adalah masa yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai karakter salah satunya adalah percaya diri, karena anak lebih mudah dididik. Atas dasar inilah peneliti ingin memberikan bimbingan penerimaan diri dengan menggunakan media audio visual untuk meningkatkan rasa percaya diri kepada anak sekolah dasar agar dapat berguna bagi masa depannya kelak.

Berdasarkan observasi yang dilakukan tanggal 19 Agustus 2015 di SD

(3)

keluarga yang perekonomiannya menengah kebawah. Hal ini sedikit memicu

rendahnya kepercayaan diri peserta didik. Selain itu penjelasan materi pelajaran

yang masih berpusat pada guru (Teacher Centered) mengakibatkan kondisi

belajar mengajar menjadi pasif serta peserta didik juga menjadi pasif dan mudah

bosan.

Pada saat dilakukan observasi masih ditemukan beberapa peserta didik yang memiliki kepercayaan diri rendah, seperti tidak berani menyatakan pendapat, merasa malu saat tampil di depan kelas, timbulnya rasa malu yang berlebihan, dan

mudah cemas dalam menghadapi berbagai situasi. Hal ini menjadikan

kemampuan akademik peserta didik kurang optimal, dan mengakibatkan

rendahnya nilai dan pretasi belajar peserta didik. Hal ini patut diberi bantuan,

maka dari itu perlu dicari solusi agar rasa percaya diri peserta didik dapat

meningkat sehingga prestasi belajarnyapun meningkat.

Piaget dalam Fudyartanta (2011: 236) mengemukakan bahwa anak umur 7 – 11 tahun sebagai fase operasional konkret. Anak-anak dapat berpikir secara logis, tetapi masih membutuhkan objek bantu yang nyata (konkret). Hal tersebut berarti anak-anak dapat mengerti dan paham terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru jika diberikan contoh yang nyata dan konkret, misalnya dengan menggunakan benda-benda yang nyata atau sering disebut dengan alat peraga, atau video yang berkaitan dengan materi layanan atau pelajaran yang disampaikan. Dalam hal ini media bimbingan juga bisa dipakai sebagai objek bantu yang nyata untuk memberikan layanan kepada peserta didik.

(4)

Media Bimbingan juga mempunyai macam-macam jenis yang dirasa tepat untuk meningkatkan rasa percaya diri, yaitu media bimbingan berbasis visual yang terdiri dari media grafis, media modul, dan media bimbingan berbasis audio serta audio visual. Namun media bimbingan berbasis audio visual dalam bentuk video dapat digunakan untuk meningkatkan percaya diri karena memanfaatkan indra pendengaran dan penglihatan secara bersamaan. Seperti yang diungkapkan teori kerucut pengalaman (cone of experience) oleh Edgar Dale dalam Sukiman (2011: 184) “Media audio visual memiliki efektivitas yang tinggi dari pada media visual dan media audio, melalui media audio visual peserta didik dibawa pada hal-hal yang konkret untuk memahami hal-hal yang abstrak.”

Sehubungan dengan hal tersebut, akan dikaji tentang keefektifan bimbingan

penerimaan diri dengan menggunakan media audio visual untuk meningkatkan

rasa percaya diri peserta didik kelas V di SD Negeri Tegalmulyo Surakarta

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

a. Masih banyak peserta didik di SD Negeri Tegalmulyo Surakarta yang belum memiliki rasa percaya diri.

b. Pendidik (guru) masih kurang dapat memahami arti pentingnya rasa

percaya diri dan bagaimana mengembangkannya pada peserta didik.

c. Guru sekolah dasar masih menggunakan metode belajar yang berpusat

pada guru (Teacher Centered) dan mengakibatkan peserta didik pasif

dan kurang percaya diri.

C. Pembatasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka masalah yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Objek penelitian

(5)

2. Subjek Penelitian

Peserta didik kelas V SD Negeri Tegalmulyo Surakarta tahun ajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

Apakah bimbingan penerimaan diri dengan menggunakan media audio visual efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri peserta didik kelas V di SD Negeri Tegalmulyo Surakarta?.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah:

Untuk menguji keefektifan bimbingan penerimaan diri dengan menggunakan media audio visual untuk meningkatkan rasa percaya diri peserta didik kelas V di SD Negeri Tegalmulyo Surakarta.

F. Manfaat Penelitian

Setelah perumusan masalah dan tujuan masalah maka berdasarkan hal-hal tersebut di atas dapat dikemukakan manfaat penelitian sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah:

Memperluas kajian ilmu pengetahuan bidang bimbingan dan konseling khususnya pada bidang media bimbingan dan konseling sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan peserta didik.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini adalah:

(6)

b. Memberikan masukan kepada guru kelas di SD Negeri Tegalmulyo Surakarta tentang penyelipan bimbingan dalam setiap kegiatan belajar mengajar sesuai dengan Undang-undang Guru dan Dosen Bab 1 pasal I, serta memanfaatkan penggunaan media untuk menarik perhatian peserta didik.

Referensi

Dokumen terkait

Makanan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas, karena bila jumlah makanan dan porsi makanan lebih banyak, maka tubuh akan merasa mudah lelah, dan tidak

Pengukuran waktu pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik yang dibutuhkan oleh

Memberi bimbingan belajar tentang Ilmu Pengetahuan Sosial pada anak-anak di Dusun Bantal Watu 2, Sumberwungu, Tepus, Gunungkidul. 4x50”

Hasil Penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Posbindu Penyakit Tidak Menular di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Setiabudi Kota Jakarta Selatan dapat

Zakat pada hakikatnya adalah mengubah mustahiq menjadi muzaki. Zakat harus bermanfaat ganda dan bersifat jangka panjang. Penyaluran zakat harus dapat mengentaskan

Untuk ibu bersalin yang mengalami hipertensi, ternyata 15 ibu bersalin (19,2%) memiliki bayi yang tidak asfiksia, hal ini dikarenakan penanganan efektif pada saat

Apa yang telah dituliskan dalam modul ini hanyalah beberapa contoh pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran matematika di sekolah sehingga diharapkan guru dapat

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta curahan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi